Pembahasan 1. HASIL DAN PEMBAHASAN

42 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti n=41. No Sikap perawat Frekuensi F Persentasi 1 Positif 36 87.8 2 Negatif 5 12.2 5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Dengan Penyakit Gagal jantung kongesti Hasil penelitian tentang pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dengan penyakit gagal jantung kongesti menunjukkan bahwa dari 41 responden berpengetahuan baik sebanyak 24 responden 58,5, berpengetahuan cukup sebanyak 17 responden 41,5 dan responden berpengetahuan kurang tidak ada. Secara ringkas Hamid 2008. menyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualitasnya jika mampu Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaaannya di duniakehidupan, Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmat dari suatu kejadian atau penderitaan, Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan cinta, Membina integritas personal dan merasa diri berharga, Merasakan kehidupan yang terarah Hasil Penelitian di Rumah Sakit Haji Makassar yaitu hubungan antara penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diperoleh bahwa terdapat 24 80 responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup dan penerapan aspek Universitas Sumatera Utara 43 spiritualitas perawat baik, tetapi terdapat 0 0 responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kurang dan penerapan aspek spiritualitas perawat baik, sedangkan terdapat 4 13.3 responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup dan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang serta terdapat 2 6.7 responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tdak terpenuhi dan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang. Suprapto 2011. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami 2005, tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien di BRSUD Sukoharjo didapatkan hasil bahwa mayoritas pengetahuasn perawat adalah cukup sebanyak 62,24. Pengetahuan yang dimiliki perawat BRSUD Sukoharjo dari hasil yang didapatkan sebagian besar cukup, hal ini dikarenakan perawat di BRSUD Sukoharjo belum pernah mendapatkan pelatihanseminar tentang spiritual dalam perawatan, selain itu juga bisa disebabkan kurangnya materi yang diterima perawat dalam proses pembelajaran. Menurut Yani 1999, bahwa perawat selama mengikuti pendidikan kurang diberi materi yang cukup tentang asuhan keperawatan spiritual pasien dan setiap perawat memiliki pengalaman spiritual yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini Mayoritas pendidikan responden yaitu DIII keperawatan sebanyak 26 orang 61.9, Lama kerja responden 5 tahun yaitu sebanyak 26 orang 61.9. Menurut Wawan 2012, Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor internal, yaitu Pendidikan. Universitas Sumatera Utara 44 Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut Thomas dalam Nursalam 2003, pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya. Perawat yang menjawab benar pada pernyataan Klien difasilitasi untuk berdoa seperti mendatangkan Rohaniawan 73,2, Keluarga dan teman dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk membantu klien dalam menghadapi penyakitnya sebanyak 85,4, Pemenuhan kebutuhan spiritual diwujudkan dengan membantu klien mempersiapkan keperluan ibadah sebanyak 80,5, Perawat memberikan kebutuhan spiritual dengan memberikan dukungan emosional dan memotivasi sebanyak 85,4, Pemenuhan kebutuhan spiritual yang berkaitan dengan lingkungan dapat diwujudkan melalui suasana ruangan yang tenang sebanyak 78,0, Keyakinan spiritual klien dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku perawatan sebanyak 75,6, Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat memberikan kekuatan pikiran pada klien sebanyak 68,3, Pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang berkaitan dengan Tuhan dapat diwujudkan melalui berdoa dan melaksanakan kegiatan ibadah sebanyak 80,5, Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu sebanyak 61,0, Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup klien sebanyak 70,7, Spiritualitas berperan penting dalam penyembuhan penyakit klien sebanyak 48,8, Pemenuhan kebutuhan Universitas Sumatera Utara 45 spiritualitas klien yang menderita penyakit akut seperti mendengarkan, mendoakan dan menghadirkan pemuka agama yang dibutuhkan klien sebanyak 29,3, Spiritualitas dapat meningkatkan koping klien dalam mengatasi penyakitnya. sebanyak 39,0, Melaksanakan ibadah, berdoa dan membaca kitab suci membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan perlindungan bagi klien sebanyak 39,0, Kematian dan cacat tubuh dapat menyebabkan masalah emosional dan spiritual sebanyak 22,0. 5.2.2. Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien dengan Penyakit Gagal jantung kongesti Berdasarkan Hasil penelitian tentang sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual adalah positif sebanyak 36 orang 87.8 dan negatif sebanyak 5 orang 12.2. Menurut wawan, 2010 Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek dan Sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Menurut Notoatmodjo 2007, Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rasmita 2011, menunjukkan bahwa 66,7 perawat dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUP H. Adam Malik Universitas Sumatera Utara 46 dengan baik. peneliti berasumsi bahwa penelitian yang dilakukan berada dalam satu lokasi penelitian oleh karena itu sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual adalah lebih banyak positif yaitu sebanyak 36 responden 87,8. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Utami 2005, perawat yang mempunyai sikap cukup sebanyak 76,53. Hal ini dikarenakan dapat dipengaruhi oleh pengalaman perawat saat selama bekerja, ataupun juga keadaan emosi dari masing-masing perawat. Menurut Azwar 2000, bahwa pembentukan sikap tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa atau buku, institusi atau lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor emosi dari dalam diri individu. Pada penelitian ini perawat memberikan respon positif pada pernyataan Perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual sebanyak 75,6 Perawat dituntut mampu memberikan kebutuhan spiritual pada saat klien kritis atau menjelang ajal 75,6, Kebutuhan spiritual tidak hanya diberikan oleh rohaniawan 70,7, Perawat menghargai nilai dan keyakinan klien tentang spiritualitas 73,2, Perawat berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan agama yang sama 43,9, Perawat berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan agama yang sama 63,4, Pelayanan kebutuhan spiritual tidak harus Universitas Sumatera Utara 47 diinstruksikan oleh dokter 56,1, Perawat dapat berperan penting dalam membantu memahami proses pengampunan 53,7, Pelayanan kebutuhan spiritual dilakukan untuk meningkatkan spiritualitas klien 63,4, Setiap klien berhak mendapat pelayanan kebutuhan spiritual 53,7, Pelayanan kebutuhan spiritual harus didokumentasikan sebagai asuhan keperawatan 46,3, Perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan 65,9, Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk menghindari penilaian spiritualitas klien 61,6, Perawat yang menerapkan kebutuhan spiritual klien akan mengkaji pendekatan konseptual yang menyeluruh 58,5, Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien sangat sederhana 53,7. Berdasarkan teori yang ada pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, pengetahuan yang baik akan terbentuk pula sikap yang baik dan sebaliknya. Peneliti mengasumsikan dengan yang dikemukakan oleh Sunaryo 2004, Menyatakan bahwa sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatifnya informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar lingkungan sosial disekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Universitas Sumatera Utara 48 Peneliti berasumsi bahwa sikap perawat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, hal ini sesuai dengan penelitian yang berpengetahuan baik sebanyak 24 responden 58.5, pengetahuan cukup sebanyak 17 responden 41.5 dan responden bersikap positif sebanyak 36 responden 87.8 dan negatif sebanyak 5 responden 12,2. Universitas Sumatera Utara 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN