Potret Akuntabilitas Keuangan Partai Politik di Bali

kemudian dikirim melalui rekening parpol. Demikian pula rekening parpol harus dibuat khusus tidak boleh dicampur dengan yang urusan lain. Pemberian keuangan dari dana APBN pada dasarnya memiliki motivasi 60 dana parpol dipergunakan untuk pendidikan politik, sedangkan 40 untuk administrasi kantor. Setelah partai diberikan bantuan keuangan, partai politik wajib membuat laporan dan perhitungan bantuan keuangan pada setiap tahunnya, namun menurut ketua divisi II Kesbangpol Propinsi Bali Bpk. Kuta Sumerta, Partai terkadang ngawur membuat LPJKP laporan pertanggung jawaban keuangan dan pembukuan karena banyak orang partai yang tidak mengetahui bagaimana membuat laporannya dan juga tenaga keuangan partai tidak banyak berasal dari lulusan ekonomi atau akuntansi. Namun demikian dari beberapa partai yang sudah mendekati laporanLPJKP yang baik dan mengarah akuntabel adalah partai Golkar, di urutan ke II PDIP, Demokrat dan yang lainnya.

d. Akuntabilitas dalam Audit Dana kampanye Partai Pemilu 2014 Propinsi Bali

Dalam Undang-undang no 8 tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta PKPU No 17 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, bahwa partai peserta pemilu dan perorangan untuk pemilu anggota DPD diwajibkan melaporkan secara tertulis sejumlah biaya berupa uang, barang dan jasa yang digunakan peserta pemilu untuk membiayai kegiatan kampanye pemilu. Besaran jumlah sumbangan dana kampanye telah dibatasi oleh aturan tersebut di atas, bahwa sumbangan untuk parpol perseorangan Max. Rp 1.000.000.000 sedangkan kelompok, perusahaan dan badan usaha non pemerintah Max. Rp 7.500.000.000. untuk sumbangan calon DPD perseorangan Max. Rp 250.000.000, sedangkan kelompok, perusahaan dan badan usaha non pemerintah Max. Rp 500.000.000. Selain batasan maksimum sumbangan dalam aturan tersebut juga dijelaskan mengenai sangsi bahwa partai politik peserta pemilu dan calon anggota DPD yang menerima sumbangan melebihi ketentuan pada No.4 dilarang menggunakan kelebihan dana dan wajib menyerahkan dana tersebut pada kas negara paling lambat 14 hari setelah masa kampanye berakhir 19 April 2013. Apabila melebihi ketentuan di atas maka akan dikenakan sangsi dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000-. Sedangkan untuk anggota DPD dikenakan denda 500.000.000 dan kurungan penjara Max. 2 tahun. Aturan ini terlihat keras tetapi masih nomatif, sehingga dapat dimungkinkan partai menyelewengkan aturan tersebut. Namun tidak bagi KPU Bali yang mempunyai aturan kelembagaan tersendiri bahwa perolehan suara akan diberikan kepada parpol apabila parpol atau calon anggota DPD tersebut telah melaporkan audit dana kampanye masing masing. Aturan ini rupanya cukup jitu, sebab data audit dana kampanye parpol yang dijumpai di KPU cukup lengkap, tercatat dengan rapih dan terkumpul secara keseluruhan artinya tidak ada yang melanggar aturan satupun. Setelah ditetapkan sebagai peserta pemilu, maka akan tercatat dalam periode I tanggal 8 Januari 2013, tiga hari setelahnya parpol wajib membuka rekening khusus dana kampanye yang terpisah dari rekening parpol. Setelah itu parpol harus menyerahkan LPRKDK laporan pembukaan rekening khusus dana kampanye pada KPU yang intinya menyelusuri ada tidaknya money politik yang dilakukan dalam pencatatan keuangan dari awal sampai akhir masa kampanye. Sedangkan Periode II dicatat 3 Maret 6 April 2014 merupakan tutup buku laporan keuangan sebagai peserta pemilu. Pada tanggal 27 April 2014 penerimaan laporan audit dari KAP Kantor Akuntan Publik dan 13 Mei 2014 adalah akhir dari pelaporan atau penyetoran laporan dana kampanye ke KPU Propinsi Bali. Pada dasarnya untuk mencegah kebocoran dan menjaga akuntabilitas dana kampanye pemerintah pusat telah menyediakan jasa auditor dari Kantor Akuntan Publik KAP yang terpilih berdasarkan pelelangan dan pemenangan tender dan telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat untuk mengaudit laporan dana kampanye partai politik di tiap daerah. Satu KAP akan mengaudit satu parpol peserta pemilu, namun demikian hasil audit dari KAP itu hanya bersifat audit kepatuhan patuh atau tidak patuh dan KAP hanya mencatat opini penting tentang laporan dana kampanye partai di surat pengantar bagian awal dari LDK yang kemudian di serahkan kembali ke KPU. Laporan hasil audit tersebut oleh KPU hanya dicatat secara administratif tanpa tindaklanjut hasil dari audit tersebut. Sementara itu, KPU tidak mempunyai kewenangan dalam hasil audit. Padahal dalam rangka menunjung nilai akuntabilitas sangat diperlukan evaluasi hasil dari audit keuangan parpol, dengan harapan parpol