Mata Kuliah Pilihan State Of Art

dituntut untuk segera menyiapkan mata kuliah pilihan baru yang bermutu dan memiliki skill dan sedang dibutuhkan masyarakat saat ini. Pada dasarnya mata kuliah kepartaian di Program Studi Ilmu Politik bukan hal yang baru meskipun penamaannya berbeda Mata Kuliah Electoral Engineering dan Sistem Kepartaian. Namunmata kuliah tersebut dirasa belum aplikatif dan sangat luas jangkauannya serta kurang memberikan skill khusus kepada mahasiswa politik. Oleh karena itu akan dibuat tersendiri mata kuliah pilihan yang khusus mendesain partai politik yang lebih actual, dinamis sesuai dengan system dan kultur Bangsa Indonesia. Dan juga dikorelasikan berdasarkan hasil temuan riset tentang partai sebelumnya.Inilah harapan akan kemanfaatan terkini dari penelitian ini. Mata kuliah yang mempunyai relevansi dengan dunia politik khususnya persoalan partai, yang mau tidak mau kehadiran partai menjadi pilar demokrasi. Apabila partai tersebut berkondisi sehat dan bersih, namun sebaliknya bila partai politik akibat pola penyelenggaraan organisasinyayang tidak sehat, maka akan tumbuh sarang penyakit seperti korupsi kolusi dan nepotisme yang semakin menjadi. Sejak masa reformasi Indonesia, partai-partai kecil berkoalisi untuk merebut kursi legislator, dengan mengupayakan apapun cara untuk mendapatkan jabatan kekuasaan.Ini membuktikan tingkat kebutuhan masyarakat dalam memahami akuntabiltas partai politik semakin besar.Aplikasi yang diharapkan adalah transparansi dan partisipatif dalam perekrutan kader, calon legislatif, kinerja kelembagaan dan juga pertanggungjawaban partai politik atas demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, mata kuliah pilihan akuntabilitas kepartaian ini akan melibatkan seluruh dosen pengampu di Program Studi Ilmu Politik dan ahli yang berkompetensi dalam bidang pooling dan survey partai politik serta institusi organisasi politik yang berkompeten dalam keilmuannya.

b.Penelitian Terdahulu

Dahnil Anzar 2009 pernah meneliti permasalahan akuntabilitas keuangan partai politik yang dilakukan di Propinsi Banten. Dengan metode kualitatif deskriptif dan melalui pengamatan secara langsung pada masa kampanye sampai pemilihan umum sekitar Januari sampai April 2009 dengan pendekatan studi ekonomi akuntansi menghasilkan kajian sebagai berikut: bahwa laporan keuangan hasil pemilu dari enam partai yaitu Demokrat, Golkar, PKS, PAN, PBB, dan Patriot hanya dua partai yang memiliki laporan keuangan baik dalam standar ilmu akuntansi yaitu Partai Golkar dan PKS. Lebih lanjut studi ini juga mengeksplorasi sumber-sumber keuangan dari sumbangan para donator seperti teman, rekan kerja, saudara dan lain-lain yang hampir sebagian partai yang disebutkan di atas tersebut tidak dimasukan dalam laporan keuangan, dengan alasan sebagai uang sukarela.Sehingga laporan keuangan yang dibuat terkesan fiktif tidak dijelaskan kenyataan yang sesungguhnya. Hasil kajian ini juga menjelaskan bahwahampir sebagian besar partai politik tidak tertib dari awal proses pengelolaan keuangan dan tidak mematuhi aturan dan kelayakan laporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye LPPDK. Dan penyusunan laporan keuangan partai politik di Banten hanya dilakukan oleh calon legislative seorang dari partai tersebut, disusun secara tidak benar dan tidak layak berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku berbasis moral hazard dan ini menunjukkan adanya akuntabilitas keuangan masih sangat rendah. Masiyah Kholmi 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Presepsi Pengurus Partai terhadap Akuntabilitas Keuangan Partai Politik di Kota Malang .Dengan menggunakan metode kuantitatif dengan mengambil populasi pengurus partai DPD Kabupaten Jombang dan sample dari tujuh besar partai politik ynag terpilih sebagaipeserta pemilu 2009 yaitu Demokrat,PDIP, Golkar,PKS,PAN, PKB dan PPP. Dari hasil kajiannya disimpulkan bahwa pengurus partai politik sependapat untuk menerapkan tiga kategori akuntabilitas dalam mengelola organisasi partai, yaitu akuntabilitas keuangan tahunan, akuntabilitas keuangan dana kampanye dan akuntabilitas politik keuangan dana bantuan APBD. Sebagian besar responden menjawab sangat setuju 47,26 dan setuju 43,24 adanya akuntabilitas keuangan partai politik. Namun demikian, masih terdapat pengurus partai sangat tidak setuju 2,31 atas akuntabilitas keuangan partai politik, dan sangat tidak setuju jika partai melakukan penyusunan program dan rencana keuangan. Partai membuat rekening atas nama partai masing-masing prosentase jawaban respondent 17,65. Penelitian yang sejenis tetapi berbeda dalam penggunaan framework nya dengan kajian penulis yakni diteliti oleh Emmy Hafidz bersama Internasional Transparancy Indonesia tahun 2008 dengan judul Laporan hasil Pengukuran Tingkat Transparansi Pendanaan Partai Politik di Tingkat Dewan Pimpinan Pusat . Dengan metode kuantitatif melalui pendekatan survey dan penggunaan questioner dari 9 partai di parlemen pusat, 5 partai sangat kooperatif terhadap survey yakni Gerindra, PAN, PDIP, PKB, dan Hanura. 1 partai kooperatif yaitu PPP, 2 partai kurang kooperatif, PKS dan Demokrat dan 1 partai tidak kooperatif yaitu Golkar. Dari