Pengertian Sistem Voting Setuju-Tidak Setuju

9 ada yang mendominasi kekuasaan terhadap suatu pemilihan dengan bobot terbesar. Penetapan suara mayoritas menggunakan persamaan 2.1 akan sulit diterima jika terdapat beberapa pemilih dengan bobot yang melebihi atau sama dengan suara mayoritas, atau terdapat kumpulan pemilih dengan jumlah bobot minimal setara dengan suara mayoritas. Pemilih dengan bobot kecil akan lebih dirugikan karena memiliki pengaruh yang sedikit, tetapi pemilih dengan bobot lebih besar dari suara mayoritas akan mendominasi keputusan sehingga keputusan dapat dicapai meskipun tidak ada voting. Perhatikan contoh berikut: Contoh 2.2 Masyarakat Ekonomi Eropa MEE MEE adalah organisasi yang dibentuk pada tahun 1958 melalui Perjanjian Roma ini awalnya memiliki enam anggota. Setiap anggota memiliki bobot yang berbeda dalam proses voting, seperti dalam Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2. Daftar Negara dan Bobot Anggota MEE Negara Bobot Suara Perancis 4 Jerman 4 Italia 4 Belgia 2 Belanda 2 Luksemburg 1 Total bobot suara dalam MEE adalah 17 suara dengan 6 pemilih. Perbedaan bobot dilatarbelakangi oleh faktor sejarah setiap anggota. Prancis, Italia dan Jerman 10 adalah pendiri MEE, sedangkan yang lainnya adalah anggota setelah ketiga negara tersebut mendirikan MEE. Kesepakatan dicapai saat setidaknya dua belas dari tujuh belas suara dipenuhi. Jumlah suara mayoritas q adalah 12 yang disepakati oleh para pemilih sebagai jumlah yang kiranya dapat diterima untuk setiap pemilih. Jika dianalisis tercapainya jumlah suara mayoritas 12 maka diperoleh kemungkinan sebagai berikut : a. Kemungkinan Pertama. Tabel 2.4. Kemungkinan Pertama Koalisi dengan Bobot 12 Negara Bobot Perancis 4 Jerman 4 Italia 4 Jumlah bobot 12 Kemungkinan ini dapat disinyalir bahwa adanya kepentingan politik dari para pendiri MEE untuk “mendominasi” setiap keputusan yang akan dibuat. Jika ketiga pendiri sepakat keputusan akan disetujui tanpa atau dengan tambahan dari anggota yang lain. 11 b. Kemungkinan Kedua Kemungkinan kedua dicapai saat dua pemilih dengan bobot 4 dalam satu koalisi ditambah dengan anggota yang lain dengan jumlah bobot minimal 4. Tabel 2.5. Kemungkinan Kedua Koalisi dengan Bobot 12 Negara Bobot Perancis dan Jerman atau Perancis dan italia atau Italia dan Jerman 8 Belgia 2 Belanda 2 Jumlah bobot 12 Pembelotan satu pendiri dengan bobot 4 mengharuskan adanya tambahan 4 suara yang harus diperoleh dari pemilih dengan jumlah bobot 4. Tambahan 4 suara hanya mungkin dicapai dengan penambahan Belgia dan Belanda. Dalam kemungkinan ini Luxembrug tidak terlalu diperhitungkan dengan bobot 1 nya. Dari tabel tersebut dapat diartikan, peran lu ksembrug sebagai “pelengkap koalisi”. Jika Luksembrug digabungkan dengan pemilih yang lain sedemikian hingga diperoleh tepat 12 suara maka koalisi yang dibutuhkan tetaplah harus berisi setidaknya dua pemilih dari Prancis atau Italia atau Jerman dengan Belgia dan Belanda. 12 Tabel 2.6. Kemungkinan Ketiga Koalisi dengan Bobot Minimal 12 Negara Bobot Perancis atau Italia atau Jerman 4 Perancis atau Italia atau Jerman 4 Belgia 2 Belanda 2 Luksemburg 1 Total 13 Jumlah suara mayoritas 12 mengisyaratkan bahwa ketiga negara pendiri memiliki peran yang besar dalam pengambilan keputusan. Jikalau antar pendiri negara dengan bobot 4 saling bersilang pendapat, berarti mereka membutuhkan satu pendiri yang lain dan semua anggota lainnya Belanda, Belgia, dan Luksembrug.

2. Ketidaktungalan Suara Mayoritas dan Hak Veto

Dalam Contoh 2.2 yang merupakan macam sistem voting yang pertama kesepakatan dicapai hanya dengan satu syarat yaitu, didukung minimal 12 dari 17 suara. Syarat dicapainnya kesepakatan ini dikenal sebagai syarat pemenangan sebuah koalisi. Dalam kondisi tertentu akan dijumpai beberapa syarat pemenangan sebuah koalisi yang dapat dilihat sebagai akibat banyaknya suatu kelompok tertentu. Perhatikan contoh berikut: