Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
17
Potensi dan Permasalahan Strategis Sistematika Pelaporan
C. POTENSI DAN PERMASALAHAN STRATEGIS
Untuk menyediakan konektivitas nasional melalui infrastruktur telekomunikasi bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berbentuk kepulauan harus memanfaatkan berbagai teknologi broadband yang ada, baik berbasis kabel
maupun nirkabel wireless broadband. Potensi wireless broadband dalam menyediakan konektivitas nasional amat
penting mengingat banyaknya jumlah pulau yang tidak mungkin terjangkau semuanya oleh teknologi broadband
berbasis kabel, seperti kabel serat optik. Dengan demikian, kebijakan yang tepat terkait pengelolaan yang eisien dan
efektif bagi spektrum frekuensi radio sebagai Sumber Daya Alam yang terbatas sangat penting untuk dilakukan.
Berbagai permasalahan dan tantangan dalam mengelola dan memaksimalkan potensi yang terdapat pada spektrum
frekuensi radio dan standardisasi perangkat telekomunikasi untuk mewujudkan konektivitas nasional berbasis wireless
broadband antara lain : a.
Krisis spektrum untuk wireless broadband yang menyebabkan Lambannya internet, pemerataan dan
kualitas pelayanan telekomunikasi b.
Regulasi penggunaan spektrum yang belum komprehensif yang belum menampung perkembangan
teknologi maupun bisnis telekomunikasi di Indonesia c.
Implementasi regulasi spektrum yang belum optimal d.
Kriminalisasi kebijakan spektrum e.
Belum efisiennya proses perizinan spektrum frekuensi radio
f. Permasalahan terkait kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, permasalahan infrastruktur di perbatasan,
g. Belum optimalnya keterwakilannya Indonesia di forum
Internasional dan regional h.
Permasalahan terkait keselamatan maritim dan penerbangan
i. Optimalisasi iling satelit di Indonesia
j. Masih rendahnya dukungan industri perangkat TIK di
Indonesia k.
Peredaran perangkat CPE illegal l.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai prosedur pengajuan perangkat yang akan diuji
m. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengujian
perangkat telekomunikasi n.
Gangguan layanan operator seluler akibat pemakaian repeater seluler dan jammer selluler
o. Banyaknya penggunaan spectrum frekuensi radio
yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis atau belum memiliki Izin Stasiun Radio ISR
D. SISTEMATIKA PELAPORAN
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat
Pos dan Informatika berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Ruang lingkup Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat
Pos dan Informatika meliputi : 1.
Pendahuluan yang berisi penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi
serta permasalahan utama strategic issued yang sedang dihadapi organisasi;
2. Perencanaan kinerja berisi ringkasanikhtisar perjanjian
kinerja tahun yang bersangkutan; 3.
Akuntabilitas kinerja yang berisikan capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran;
4. Penutup berisikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
02
Perjanjian Kinerja
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal SDPPI
20
Perjanjian Kinerja
A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019
Penyusunan Renstra 2015—2019 dilakukan dengan memperhatikan amanat yang ada di Nawacita Presiden dan Wakil Presiden yang kemudian diselaraskan dengan upaya mengadaptasi masalah strategis terkait teknologi informasi yang berkembang
saat ini. Dibutuhkan kebijakan yang diproyeksi dapat menghadapi berbagai masalah strategis terkait perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti masih tingginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia, kendala geograis dan demograis
yang menyebabkan pembangunan infrastruktur dan akses masyarakat terhadap informasi terhambat, hingga pada kendala peningkatan citra pemerintah di mata masyarakat. Selain itu, renstra tersebut juga harus bisa menjawab tantangan dan
potensi-potensi yang ada terkait tingginya penetrasi penggunaan internet di Indonesia yang mendorong terjadinya perubahan fundamental dalam cara berkehidupan di masyarakat.
Arah pertumbuhan teknologi telekomunikasi dan penetrasi teknologi informasi di masyarakat Indonesia yang tinggi di satu sisi menjadi tantangan yang harus dihadapi Kementerian Komunikasi dan Informatika agar mampu menuangkan kebijakan
yang tepat dan sesuai pada kondisi masyarakat digital yang sangat dinamis ke dalam Renstra. Namun, dalam pelaksanaannya, Renstra 2015—2019 yang telah ditetapkan mengalami tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi. Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika merasa perlu untuk melakukan reviu terhadap Renstra Kemkominfo Tahun 2015—2019. Hal ini dilandasi oleh beberapa alasan, yakni hasil evaluasi dari Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menyebutkan bahwa ada beberapa indikator dalam Renstra Kemkominfo tahun 2015—2019 yang masih mencerminkan proses dan belum memperlihatkan hasil dari proses yang akan dikerjakan. Selain itu,
dinamika perkembangan teknologi komunikasi dan informatika yang terjadi dalam setahun terakhir membutuhkan intervensi pemerintah sebagai regulator untuk dapat memberikan solusi terbaik bagi masyarakat Indonesia di bidang Komunikasi dan
Informatika.