71
berupa minimnya perilaku positif kepada pihak minoritas. Perilaku ini nantinya akan digunakan oleh kaum mayoritas sebagai pembelaan
justifikasi bahwa ia sudah melakukan hal baik yang tidak melanggar diskriminasi.
4. Scene 29-30 : Perjalanan Aibeleen menuju kediaman Leefolt untuk
bekerja. Dalam scene ini Aibeleen menjelaskan mengenai hukum mengenai kulit hitam dan kulit putih yang berlaku di Jackson. Kemudian
terlihat Skeeter mengunjungi perpustakaan kota meminjam buku undang- undang yang mengatur kulit hitam dan kulit putih.
- Aibeleen narator
: “Tak boleh ada wanita kulit putih mengasuh anak di ruangan dimana ada pria negro di dalamnya. Tak boleh saling bertukar
buku antara sekolah kulit putih dan hitam, tapi boleh dipakai kulit hitam setelah kulit putih memakainya. Juru pangkas negro tak boleh melayani
wanita kulit putih. Apabila ada selebaran yang mempublikasikan, atau mengedarkan tulisan yang meminta publik meminta atau menuntut
persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam diancam hukuman penjara.”
Tahapan denotasi : - “Tak boleh ada wanita kulit putih mengasuh anak di ruangan dimana
ada pria negro di dalamnya. Tak boleh saling bertukar buku antara sekolah kulit putih dan hitam, tapi boleh dipakai kulit hitam setelah
kulit putih memakainya. Juru pangkas negro tak boleh melayani wanita kulit putih. Apabila ada selebaran yang mempublikasikan, atau
mengedarkan tulisan yang meminta publik meminta atau menuntut persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam diancam hukuman
penjara.” Pada dialog di scene ini Aibeleen memaparkan hukum di Jackson dengan nada yang terdengar lemah dan pasrah dengan keadaan.
72
Tahapan konotasi - Dalam dialog scene ini ingin menujukkan dan menjelaskan bahwa
diskriminasi yang terjadi di Jackson, Mississipi didukung dan dilindungi oleh hukum. Hal ini menyebabkan kaum minoritas tak
berdaya, karena hukum telah membatasi hak mereka. Hak tersebut terlihat memberikan kesetaraan bagi kaum kulit hitam, tetapi bagi kaum
mayoritas mereka tidak akan membiarkan orang kulit hitam untuk mendapatkan
keadilan. Hal
tersebut disebut
pembenaran ketidaksetaraan yang melekat, apabila diakui, akan diterima sebagai hal
yang adil.
5. Scene 51 : Di rumah Aibeleen Skeeter dan Minny merundingkan langkah selanjutnya dalam mencari cerita yang lebih banyak.
“ Mereka orang kulit putih membunuh putraku. Ia putra Aibeleen jatuh membawa barang di pabrik. Truk menggilasnya dan
menghancurkan paru-parunya. Mandor kulit putih melempar tubuhnya ke belakang truk. Membawanya ke rumah sakit kulit hitam,
mencampakan dan meninggalkannya di sana. Tak ada yang bisa mereka
lakukan, jadi ku bawa putraku pulang membaringkannya di sofa itu. Ia mati di depanku. Umurnya baru 24 tahun Miss Skeeter. Masa terbaik
dalam kehidupannya. Ketika peringatan kematiannya setiap tahun,
nafasku sesak. Tapi, bagi kalian, ini cuma kematian biasa. Hentikan saja
ini, semua yang ku tulis, yang ia tulis, semuannya akan mati bersamanya. ”
Tahapan denotasi : -
Dalam scene ini mandor kulit putih melakukan diskriminasi dalam bentuk tokenisme terhadap anak Aibeleen.Tokenisme keadaan dimana
kaum kulit putih berlaku minimnya perilaku positif terhadap kaum kulit hitam. Sehingga pada suatu saat ketika tuduhan diberikan kepada kaum
kulit putih terhadap sikap diskriminatif terhadap kaum kulit hitam, mereka akan berdalih bahwa mereka telah melakukan hal yang benar,
73
yaitu kewajiban menolong kaum kulit hitam dan tidak melakukan diskriminasi.
Tahapan konotasi : -
Skeeter, Aibeleen, dan Minny merundingkan bagaimana mendapatkan cerita lebih, karena editornya mengiginkan paling tidak menambah 12
cerita pekerja. Minny menawarkan untuk menuliskan cerita-cerita yang pernah didengarnya dan meminta Skeeter mengarang nama
pembantunya, tetapi Skeeter tidak menyetujuinya. Aibeleen merasa tersinggung karena Skeeter seolah-olah tidak memperhatikan
keselamatan Aibeleen dan Minny, kemudian ia menceritakan peristiwa kematian anaknya.
- Scene ini menunjukan bahwa kaum kulit putih tidak ingin terlibat dan bertanggung jawab lebih jauh terhadap hidup kulit hitam. Terlihat dari
mandor yang menolong dan memperlakukan anak Aibeleen seperti binatang, meninggalkannya begitu saja tanpa bertanggung jawab lebih
jauh lagi.
6. Scene 52 : Acara syukuran kehamilan kedua Elizabeth Leefolt di