HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XII IPS SMA MUTIARA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

52

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI

SISWA KELAS XII IPS SMA MUTIARA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh SUJARWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar yang berjumlah 75 siswa, sedangkan sampel yang diambil sebanyak 63 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. (2) Ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. (3) Ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. (4) Ada hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.


(2)

53

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA

KELAS XII IPS SMA MUTIARA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh SUJARWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

51

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI

SISWA KELAS XII IPS SMA MUTIARA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

( Skripsi )

Oleh SUJARWATI

Pembimbing I : Drs. Fachri Thaib, M.Pd Pembimbing II : Drs. Yarmaidi, M.Si Pembahas : Dr. Sumadi, M.S

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

68

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 21

2. Peta Lokasi SMA Mutiara Natar Tahun 2010/2011 ... 52

3. Denah Ruang SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 54

4. Bagan Struktur Organisasi SMA Mutiara Natar 2010/2011 ... 55

5. Diagram Gaya Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 64

6. Grafik Linieritas Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Visual ... 71

7. Grafik Linieritas antara Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Auditorial ... 72

8. Grafik Linieritas antara Prestasi Belajar terhadap Gaya Belajar Kinestetik ... 72

9. Grafik Normalitas Data Prestasi Belajar ... 74

10. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Visual ... 74

11. Grafik Normalitas Data Gaya Belajar Auditorial ... 75


(5)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Pembelajaran Geografi di SMA ... 11

3. Faktor-Faktor Belajar ... 12

4. Gaya Belajar ... 13

4.1 Definisi Gaya Belajar ... 13

4.2 Tipe Gaya Belajar ... 14

5. Prestasi Belajar ... 19

B. Kerangka Pikir ... 20

C. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 24

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 26

1. Variabel Penelitian ... 26

2. Definisi Operasional Variabel ... 27

a. Gaya Belajar Visual ... 27

b. Gaya Belajar Auditorial ... 28

c. Gaya Belajar Kinestetik ... 30

d. Prestasi Belajar ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32


(6)

2. Teknik Tes ... 34

4. Teknik Dokumentasi ... 35

E. Uji Persyaratan Instrumen ... 36

1. Angket ... 36

1.1 Uji Validitas ... 36

1.2 Uji Reliabilitas ... 38

2. Tes ... 40

2.1 Uji Validitas ... 40

2.2 Uji Reliabilitas ... 42

2.3 Uji Tingkat Kesulitan ... 44

2.4 Uji Daya Pembeda... 45

2.5 Uji Pola Jawaban ... 46

F. Uji Persyaratan Analisis ... 46

1. Uji Linieritas ... 46

2. Uji Normalitas ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum SMA Mutiara Natar Lampung Selatan ... 51

1. Lokasi Penelitian ... 51

2. Sejarah Berdirinya SMA Mutiara Natar ... 53

3. Keadaan Gedung SMA Mutiara Natar ... 53

4. Struktur Organisasi SMA Mutiara Natar ... 55

5. Keadaan Guru SMA Mutiara Natar ... 56

6. Keadaan Siswa SMA Mutiara Natar ... 57

B. Deskripsi Data Primer ... 58

1. Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 58

2. Pengelompokan Gaya Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 60

3. Gaya Belajar Visual Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 66

4. Gaya Belajar Auditorial Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 68

5. Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 69

C. Hasil Uji Persyaratan Instrumen ... 71

1. Hasil Uji Linieritas ... 71

2. Hasil Uji Normalitas ... 73

D. Pengujian Hipotesis ... 76

1. Hipotesis Pertama... 76

2. Hipotesis Kedua ... 78

3. Hipotesis Ketiga ... 79


(7)

E. Pembahasan ... 82 1. Hubungan antara Gaya Belajar Visual dengan Prestasi

Belajar Geografi Siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar

Tahun Pelajaran 2010/2011... 82 2. Hubungan antara Gaya Belajar Auditorial dengan Prestasi

Belajar Geografi Siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar

Tahun Pelajaran 2010/2011... 86 3. Hubungan antara Gaya Belajar Kinestetik dengan Prestasi

Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar

Tahun Pelajaran 2011 ... 88 4. Hubungan antara Gaya Belajar (Visual, Auditorial, dan

Kinestetik) dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011... 91 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 95 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA


(8)

69

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Angket ... 99

2. Angket ... 101

3. Hasil Perhitungan Validitas Angket... 105

4. Hasil Uji Reliabilitas Angket... 108

5. Tes Prestasi Belajar ... 111

6. Hasil Perhitungan Validitas Tes ... 120

7. Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes... 121

8. Hasil Perhitungan Tingkat Kesulitan, Daya Pembeda dan Pola Jawaban... 123

9. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes ... 127

10. Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 129

11. Distribusi Skor Jawaban Responden Berdasarkan Angket Penelitian Untuk Butir Soal Gaya Belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik... 130

12. Hasil Uji Linieritas dan Normalitas Data Penelitian ... 136

13. Hasil Perhitungan Korelasi Parsial dan Korelasi Ganda antara Gaya Belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik dengan Prestasi Belajar Menggunakan SPSS ... 138


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar

Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 2

2. Jumlah Populasi Penelitian Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 24

3. Perhitungan Proporsional Sampel Penelitian Setiap Kelas... 25

4. Hasil Uji Validitas Angket ... 37

5. Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 40

6. Hasil Uji Validitas Tes ... 42

7. Hasil Uji Reliabilitas Tes ... 43

8. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 50

9. Guru di SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 55

10. Jumlah Siswa SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 56

11. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Prestasi Belajar Geografi SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 57

12. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori Prestasi Belajar Geografi SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011... 58

13. Pengelompokan Gaya Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 60

14. Distribusi Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Dominan ... 64

15. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 66


(10)

16. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Auditorial Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar

Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 67 17. Distribusi Jumlah Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Kinestetik

dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar

Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 69 18. Hasil Uji Linieritas Data Variabel Penelitian Tahun 2011 ... 72 19. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Tahun 2011 ... 75


(11)

59

MOTTO

Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan

bersama kesusahan ada jalan keluar dan

bersama kesulitan ada kemudahan

(H.R Tarmidzi)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,

tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai


(12)

55

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Fachri Thaib, M.Pd ………..

Sekretaris : Drs. Yarmaidi, M.Si ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sumadi, M.S ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 196003151985031003


(13)

56

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Sujarwati

2. NPM : 0513034011

3. Program Studi : Pendidikan Geografi

4. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

6. Alamat : Griya Gedong Meneng Indah Blok B4 No. 23 Kelurahan Gedong Meneng Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

7. Telp/Hp : 085669799722

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 2012 Yang Menyatakan,

Sujarwati


(14)

58

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan segenap rasa cinta dan kasih sayang serta kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Bapak dan Mamakku tercinta yang telah tulus ikhlas membesarkanku, mendidikku, memberikan kasih sayangnya dan selalu mendoakan serta menanti keberhasilanku. Terima kasih tak terhingga atas doa dan cintanya yang takkan terbalas kecuali dengan syurganya Allah SWT.

Keluarga kecilku (suamiku “Eko Wibowo” dan putriku tercinta “Riva”) yang senantiasa memberikan doa dan motivasi demi keberhasilanku. Kakak-kakakku tersayang yang senantiasa memberikan semangat dan doa demi kesuksesanku.


(15)

54

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR

VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XII IPS SMA MUTIARA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama Mahasiswa : Sujarwati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0513034011

Program Studi : Pendidikan Geografi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. Fachri Thaib M.Pd Drs. Yarmaidi, M.Si

NIP 19471107 197503 1 001 NIP 19590926 198503 1 002 2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi

Drs. Iskandar Syah, M.H Drs. Rosana, M.Si


(16)

57

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Margomulyo Kecamatan Belitang II Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan, pada tanggal 3 April 1987 yang merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Kayubi dan Ibu Sumirah. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Margomulyo Kecamatan Belitang diselesaikan pada tahun 1999, kemudian melanjutkan di SLTPN 3 Purwodadi Kecamatan Belitang diselesaikan pada tahun 2002 dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Belitang diselesaikan pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).


(17)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Hubungan antara Gaya Belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik dengan Prestasi Belajar Geografi Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, manusia yang akan selalu menjadi tauladan terbaik bagi kehidupan manusia sepanjang zaman. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Yarmaidi, M.Si selaku Pembimbing Akademik (PA) sekaligus Pembimbing II, dan Bapak Drs. Fachri Thaib, M.Pd selaku pembimbing I serta kepada Bapak Dr. Sumadi, M.S selaku pembahas/penguji utama. Terimakasih atas bimbingan, arahan-arahan ilmiah yang sangat bermanfaat bagi substansi skripsi ini. Tidak ada yang dapat penulis ucapkan kecuali doa yang tulus dan ikhlas semoga ilmu dan amal baik yang beliau berikan kepada penulis selama proses bimbingan menjadi amal ibadah dan Allah SWT menganugerahkan limpahan rahmat, hidayah dan kesehatan lahir dan batin. Amin.


(18)

Pada kesempatan ini, tanpa mengurangi rasa hormat penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Darwin Achmad, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Bapak Drs. Rosana, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terimakasih atas bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

8. Ibu Ely Kusnawati, S.Pd selaku guru Geografi Kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.


(19)

9. Keluarga kecilku, suami dan anakku tercinta terima kasih atas semua doa, semangat, perhatian dan kasih sayangnya.

10.Seluruh keluarga besarku terimakasih atas motivasi dan nasehatnya sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga doa dan kasih sayang yang tulus itu akan selalu mengiringi langkah penulis.

11.Teman-temanku geografi angkatan 2005 serta kakak tingkatku dan adik tingkatku terimakasih atas bantuan dan kebersamaannya selama dikampus.

12.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan bantuan moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, namun ada harapan tumbuh dalam hati penulis semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi lembaga pendidikan dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis


(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan mampu mendukung pembangunan di masa yang akan datang, karena pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Sebagai bangsa yang sedang berkembang, pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sabagai tuntutan pembangunan. Pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara akademis maupun moralitas. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 (2003:3) sebagai berikut :

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.


(21)

Dalam lingkup pendidikan formal mutu pendidikan tidak terlepas dari prestasi belajar siswa, sehingga faktor siswa adalah salah satu faktor yang diperlukan untuk memajukan pembelajaran dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, oleh sebab itu dalam keseluruhan pendidikan di sekolah salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa mencapai prestasi belajar yang memuaskan seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pendahuluan yang penulis lakukan di SMA Mutiara Natar, bahwa masih banyak siswa yang prestasi belajarnya rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011

No Prestasi Belajar Siswa Jumlah % Kelas XI

IPS 1 Kelas XI IPS 2

1 <62 23 27 50 66,67% 2 ≥62 16 9 25 33,33% Jumlah 39 36 75 100% Sumber: Dokumentasi Guru Mata Pelajaran Geografi Kelas XII Jurusan IPS SMA

Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran geografi secara umum termasuk dalam kategori rendah. Hal ini terlihat dari 75 siswa hanya 25 (33,33%) siswa saja yang mendapatkan nilai ≥62 sedangkan siswa yang mendapat nilai <62 sebanyak 50 (66,67%) siswa. Artinya secara persentase siswa kelas XII IPS lebih banyak yang mendapatkan nilai <62.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA Mutiara Natar untuk mata pelajaran geografi adalah 62. Berdasarkan standar tersebut maka siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar lebih banyak yang memiliki nilai yang tidak


(22)

sesuai standar KKM dibandingkan dengan siswa yang telah memenuhi standar KKM. Jadi jelas bahwa ada hambatan-hambatan yang membuat prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran geografi rendah.

Prestasi belajar seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkait, baik internal maupun eksternal. Dengan demikian,tidak ada faktor tunggal yang berdiri sendiri dan secara otomatis menentukan prestasi belajar seseorang. Sukowati (dalam Anggun Fitriana, 2009:1) mengemukakan bahwa “pencapaian prestasi belajar secara optimal memerlukan dukungan sarana dan prasarana, ketepatan cara dan gaya belajar seseorang, minat dan motivasi belajar yang kuat, dan lingkungan yang mendukung”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah gaya belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Gordon Dryden dan Dr. Jeanette Vos (2002:59) bahwa “faktor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah dengan mengenal dan memahami bahwa setiap individu unik dengan gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) yang berbeda satu dengan yang lain”.

Gaya belajar (learning styles) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara yang cenderung dipilih oleh seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Siswa yang kerap dipaksa belajar dengan cara-cara yang kurang cocok dan berkenan bagi mereka tidak menutup kemungkinan akan menghambat proses belajarnya terutama dalam hal berkonsentrasi pada saat menyerap informasi yang diberikan. Kemampuan siswa untuk memahami dan


(23)

menyerap informasi berbeda tingkatannya, ada yang cepat, sedang dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami informasi atau pelajaran yang sama.

Berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah, gaya belajar dibagi menjadi 3 tipe yaitu tipe visual, auditorial dan kinestetik. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik gaya belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik gaya belajar yang menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya dalam menyerap pelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, bahwa siswa di kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang cenderung memiliki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Hal itu tercermin dari cara mereka dalam mengikuti proses pembelajaran. Ada beberapa siswa yang lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan materi di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Hal ini berarti siswa tersebut cenderung memiliki gaya belajar visual. Sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Hal ini berarti siswa tersebut cenderung memiliki gaya belajar auditorial. Sementara itu, untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik biasanya mereka lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Anak seperti ini sulit untuk


(24)

duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan bereksplorasi sangat kuat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka bisa dikatakan bahwa setiap individu adalah unik, artinya memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Dalam hal belajar masing-masing individu memiliki karakteristik gaya belajar. Dalam proses pembelajaran guru dihadapkan pada keanekaragaman gaya belajar tersebut. Oleh sebab itu, guru hendaknya memperhatikan strategi atau metode mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa sehingga siswa tidak dipaksa belajar dengan cara-cara yang kurang sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya.

Gaya belajar berkaitan erat dengan cara individu menyerap dan memproses informasi/pelajaran. Apabila seorang siswa memiliki gaya belajar yang tinggi maka siswa tersebut akan mampu menyerap dan memproses materi pelajaran dengan mudah. Sehingga tidak menutup kemungkinan prestasi belajarnya juga akan baik.

Berdasarkan uraian tersebut, terdapat dugaan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa ada hubungannya dengan gaya belajar siswa, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji apakah ada hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.


(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi belajar siswa 2. Sarana belajar

3. Cara belajar

4. Gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik 5. Minat

6. Motivasi

7. Lingkungan belajar

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada prestasi belajar, gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(26)

1. Apakah ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011? 2. Apakah ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar

geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011? 3. Apakah ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar

geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011? 4. Apakah ada hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

3. Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

4. Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.


(27)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap tentang hubungan antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) dengan prestasi belajar, khususnya untuk mata pelajaran geografi.

3. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru geografi dalam menentukan strategi atau metode mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu juga sebagai informasi bagi siswa tentang berbagai tipe gaya belajar, sehingga dengan mengenali dan mengelola potensi sesuai dengan gaya belajar maka dapat diperoleh prestasi yang optimal.

G. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa, gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik dalam mata pelajaran geografi.

2. Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar.

3. Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Mutiara Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.


(28)

4. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah Tahun 2011.

5. Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya pada mata pelajaran Geografi. Menurut Seminar dan lokakarya 1988 geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer serta interaksi manusia dengan lingkungan dalam konteks keruangan dan kewilayahan (Nursid Sumaatmadja, 2005:11). Jadi pendidikan geografi adalah usaha yang disengaja dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk membantu anak dalam usaha mencapai pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan geosfer serta interaksi manusia dengan lingkungan dalam konteks keruangan dan kewilayahan.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar

Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar juga merupakan suatu proses dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak paham menjadi paham dan dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal tersebut menghilangkan anggapan bahwa belajar hanya semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta yang tersaji dalam tingkah lakunya melalui pengalaman-pengalaman hidupnya. Ini berarti belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan semata-mata hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yaitu mengalami. Belajar juga merupakan perubahan tingkah laku yang didapat melalui pengalaman yang sifatnya relatif permanen.

Menurut Nana Sudjana (dalam Arin Sutarti, 2009:5)

“Apabila kita berbicara mengenai belajar berarti membicarakan bagaimana tingkah laku berubah melalui pengalaman dan latihan. Perubahan individu sebagai hasil belajar ditunjukkan berbagai aspek, seperti perubahan


(30)

pengetahuan, pemahaman, motivasi atau gabungan dari aspek-aspek tersebut”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas jiwa seseorang dalam rangka proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan tersebut didasari dan timbul akibat praktik, pengalaman dan latihan, bukan secara kebetulan.

2. Pembelajaran Geografi di SMA

Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Nursid Sumaatmadja (2001:70) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ciri pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:11) geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Selanjutnya dijelaskan bahwa pada hakikatnya pembelajaran geografi adalah aspek-aspek keruangan di permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gelaja alam kehidupan manusia dengan variasinya.


(31)

Pada hakikatnya pembelajaran geografi terbagi menjadi dua yaitu indoor study

dan outdoor study. Indoor study adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam ruang kelas, sedangkan outdorr study merupakan pembelajaran yang dilaksanakan di luar ruang kelas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka ruang lingkup pembelajaran geografi adalah:

1. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya kehidupan 2. Penyebaran manusia dengan ventilasi kehidupannya

3. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi

4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara daratan, perairan dan udara

3. Faktor-Faktor Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor internal

Faktor internal meliputi faktor keadaan fisik, faktor intelegensi, faktor bakat, faktor minat, faktor keadaan emosi dan faktor gaya belajar

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi guru, faktor teman, faktor orang tua dan faktor lingkungan belajar.

4. Gaya Belajar


(32)

Dalam proses pembelajaran, seorang siswa biasanya menempuh cara yang berbeda-beda dalam berusaha memahami suatu informasi/pelajaran. Hal ini terjadi karena pada dasarnya setiap siswa itu adalah unik, yang artinya setiap siswa memiliki perbedaan karakteristik dalam belajar. Salah satunya adalah perbedaan dalam cara menyerap dan mengolah informasi/pelajaran yang biasa disebut dengan gaya belajar.

Menurut Adi W. Gunawan (2003:139) gaya belajar adalah cara yang lebih disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan memahami suatu informasi. Sedangkan menurut M. Joko Susilo (2009:94) gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi dari lingkungan tersebut. Selanjutnya Adrian (2004:3) gaya belajar siswa adalah suatu sikap atau lagak yang dilakukan oleh seseorang sebagai pencari, penerima pelajaran, dengan mempergunakan alat indranya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud gaya belajar adalah cara yang konsisten yang lebih disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir, menyerap informasi, memproses dan memahami serta mengingat suatu informasi/pelajaran dengan menggunakan alat indranya.


(33)

Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (1999:113) membagi gaya belajar berdasarkan cara menerima informasi dengan mudah (modalitas) ke dalam 3 tipe, yaitu gaya belajar tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.

Selanjutnya Rose dan Nicholl dalam Bobbi Deporter, dkk (2000:165) menyatakan bahwa “semua orang memiliki ketiga tipe gaya belajar yang berdasarkan modalitas tersebut, tetapi umumnya hanya ada satu gaya yang dominan”.

Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik gaya belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik gaya belajar yang menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya dalam menyerap pelajaran.

Menurut Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (1999:116), ciri-ciri perilaku belajar orang yang bertipe gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik adalah sebagai berikut:

1. Gaya belajar tipe visual

Visual memiliki arti dapat dilihat dengan indra penglihatan; berdasarkan penglihatan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990:1004). Orang yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitikberatkan ketajaman penglihatan. Sehingga bagi siswa yang memiliki tipe gaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/indera penglihatan, hal ini disebabkan karena kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya. Artinya, bukti-bukti konkret harus


(34)

diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar visual banyak mengakses citra visual (warna, diagram, video atau gambar).

Seseorang yang tipe gaya belajarnya visual, memiliki ciri-ciri perilaku belajar sebagai berikut :

1. Rapi dan teratur 2. Teliti

3. Biasanya tidak mudah terganggu dengan keributan

4. Mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar 5. Lebih suka membaca daripada dibacakan

6. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi 7. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, dan seringkali

meminta bantuan orang lain untuk mengulanginya 8. Pembaca cepat dan tekun

9. Lebih suka demonstrasi daripada berpidato 10. Mengingat dengan asosiasi visual

11. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat

12. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata

(Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1999:117)

Sejalan dengan ciri-ciri perilaku siswa dengan gaya belajar visual tersebut, Suparlan (2004:31) menyatakan bahwa “untuk dapat memahami isi dari materi pembelajaran, siswa yang memiliki gaya belajar visual biasanya mampu berpikir dengan menggunakan gambar dan dapat belajar dengan baik melalui penglihatan, yaitu seperti diagram, peta, ilustrasi teks dari buku, transparasi, dan video”. Gaya belajar visual ini memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar seseorang, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2008:142) bahwa”tidak ada satu cara berpikir atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih buruk daripada yang lainnya. Mereka hanya berbeda saja. Setiap cara dapat berhasil meningkatkan prestasi. Kuncinya menyadari gaya belajar yang mana yang paling berhasil dan juga mengembangkan yang lain-lainnya”.


(35)

Berdasarkan pendapat Bobbi Deporter tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa gaya belajar visual dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Gaya belajar tipe auditorial

Orang yang memiliki gaya belajar auditorial lebih mudah menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran/telinga untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi dengan mudah, yang bersangkutan haruslah mendengar informasi/pelajaran tersebut lebih dulu. Gaya belajar auditorial mengakses segala bunyi dan kata (suara, dialog, musik atau nada).

Seseorang yang tipe gaya belajarnya auditorial, memiliki ciri-ciri perilaku belajar sebagai berikut:

1. Mudah terganggu oleh keributan

2. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

4. Berbicara dengan irama terpola

5. Merasa kesulitan dalam menulis, tetapi hebat dalam bercerita 6. Biasanya pembicara yang fasih

7. Belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat

8. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar 9. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi

(Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1999:118)

Karakteristik gaya belajar auditorial ini sesuai dengan yang di ungkapkan Barbe dalam M. Joko Susilo (2009:120)

“Bahwa anak dengan gaya belajar auditori adalah anak-anak yang aktif berbicara; ia kerap mengulang-ulang kata baru yang ia pelajari; ia aktif


(36)

bertanya dan tidak mudah puas dengan jawaban “tidak tahu” karena ia akan terus bertanya; emosinya mudah dikenali dengan suara yang makin keras atau cara ia memecahkan masalahnya dengan mencari teman berbicara; suka berbicara tapi sering tak sabar jika harus mendengar orang lain bicara”. Gaya belajar auditorial ini memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar seseorang, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2008:142) bahwa”tidak ada satu cara berpikir atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih buruk daripada yang lainnya. Mereka hanya berbeda saja. Setiap cara dapat meningkatkan prestasi. Kuncinya menyadari gaya belajar yang mana yang paling berhasil dan juga mengembangkan yang lain-lainnya”. Berdasarkan pendapat Bobbi Deporter tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa gaya belajar auditorial dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Gaya belajar tipe kinestetik

Siswa yang bertipe gaya belajar kinestetik ini akan mudah menyerap informasi yang cenderung untuk terlibat secara fisik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan bergerak, bekerja atau menyentuh. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Karakter berikutnya gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya disertai kegiatan fisik.

Seseorang yang tipe gaya belajarnya kinestetik, memiliki ciri-ciri perilaku belajar sebagai berikut:

1. Berbicara dengan perlahan


(37)

3. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 4. Belajar melalui manipulasi dan praktik

5. Lebih memilih untuk menunjukkan daripada menjelaskan sesuatu 6. Menghapal dengan cara berjalan dan melihat

7. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 8. Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama

9. Tidak mudah terganggu dengan situasi keributan 10. Kemungkinan tulisannya jelek

11. Ingin melakukan segala sesuatu dalam satu waktu

12. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

(Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1999:119-120)

Sejalan dengan ciri-ciri perilaku siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diungkapkan Bobbi Deporter tersebut, Suparlan (2004:31) yang menyatakan bahwa:

”Gaya belajar kinestetik memiliki karakteristik yaitu siswa dapat belajar dengan baik melalui penggunaan pendekatan tangan (tubuh) atau melakukan aktifitas fisik. Golongan ini lebih banyak belajar dengan melakukan (learning by doing) dengan menggunakan alat peraga dan praktik langsung ke lapangan karena lebih mudah bagi mereka mencerna dan memahami suatu konsep”. Gaya belajar kinestetik ini memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar seseorang, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bobbi Deporter & Mike Hernacki (2008:142) bahwa”tidak ada satu cara berpikir atau modalitas manapun yang lebih baik atau lebih buruk daripada yang lainnya. Mereka hanya berbeda saja. Setiap cara dapat meningkatkan prestasi. Kuncinya menyadari gaya belajar yang mana yang paling berhasil dan juga mengembangkan yang lain-lainnya”. Berdasarkan pendapat Bobbi Deporter tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa gaya belajar kinestetik dapat meningkatkan prestasi belajar.

Selain ketiga tipe belajar tersebut, Bobbi Deporter juga mengatakan bahwa ada tipe campuran dari tiga tipe belajar tersebut, misalnya auditorial,


(38)

visual-kinestetik, atau auditorial kinestetik dan juga bisa ketiga-tiganya tapi biasanya terdapat satu gaya belajar yang mendominasi.

5. Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha.

Sehubungan dengan pengertian prestasi belajar menurut Oemar Hamalik (2001:43), prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam satu periode tertentu. Kemudian pendapat lain memberikan definisi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai dalam suatu usaha kegiatan belajar dan perwujudannya dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setiap mengikuti tes (Abu Ahmadi, 2001:21).

Sedangkan menurut W.S Winkel (1996:102), prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian di bidang pengetahuan keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Selanjutnya Zainal Arifin (2003:3) menulis bahwa prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik

b. Prestasi belajar sebagai lambang kebanggan atas pencapaian belajar

c. Prestasi belajar dapat dijadikan pandangan bagi siswa untuk meningkatkan IPTEK guna meningkatkan mutu pendidikan

d. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator suatu institusi pendidikan

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan anak didik).


(39)

Dari beberapa pendapat mengenai prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa berupa perubahan tingkah laku setelah mengikuti pembelajaran yang diberikan dalam bentuk nilai angka atau huruf dari guru kepada muridnya dalam suatu periode tertentu.

B. Kerangka Pikir

Setiap lembaga pendidikan pada setiap jenjang memiliki tujuan yang sama dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa, begitu juga dengan di SMA Mutiara Natar Lampung Selatan. Namun pada kenyataannya prestasi belajar siswa di SMA Mutiara Natar khususnya Kelas XII IPS Tahun Pelajaran 2010/2011 masih tergolong rendah.

Pada dasarnya prestasi belajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah gaya belajar. Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi dari lingkungan tersebut. Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi secara umum individu mempunyai kecenderungan lebih kuat atau dominan pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai belajar dengan cara mendengarkan/gaya belajar auditorial dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif/gaya belajar kinestetik.

Rendahnya prestasi belajar dan adanya perbedaan gaya belajar tersebut menarik perhatian dan menjadi dasar pemikiran penulis untuk mengadakan penelitian


(40)

untuk mengetahui bagaimana hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran tentang kerangka pikir dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2006:64).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Gaya Belajar

Visual (X1) (X )

Prestasi Belajar Siswa (Y) Gaya Belajar

Auditorial (X2) Gaya Belajar Kinestetik (X3)


(41)

1. Ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar

geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

3. Ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII Jurusan IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

4. Ada hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.


(42)

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Menurut Sumadi Suryabrata (2003:82) metode penelitian korelasional adalah penelitian yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel lain dan apabila ada hubungan, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Dengan menggunakan metode korelasional, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2005:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(43)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), pengertian populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII Jurusan IPS di SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 2 kelas dan keseluruhannya berjumlah 75 siswa.

Tabel 2. Jumlah Populasi Penelitian Siswa Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran2010/2011

No. Kelas Jumlah

1 XII IPS 1 39

2 XII IPS 2 36

Jumlah 75

Sumber: Dokumentasi Guru Mata Pelajaran Geografi Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2005:56) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus T.Yamane sebagai berikut:

= ( ) + 1 Dimana: n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan (Sugiyono, 2005:65)


(44)

Dengan populasi 75 siswa dan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,05 maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

= 75 (0,05) + 175 = 1,187575

= 63,15 = 63 (dibulatkan)

Jadi banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 63 siswa. Penentuan sampel dilakukan secara Proporsional Random Sampling. Teknik proporsional digunakan untuk menentukan sampel pada tiap-tiap kelas. Hal ini dilakukan dengan cara berikut:

Jumlah siswa tiap kelas

Jumlah sampel setiap kelas = x Jumlah Sampel Jumlah populasi

Tabel 3. Perhitungan Proporsional Sampel Penelitian Setiap Kelas

No. Kelas Jumlah Sampel

1. XII IPS 1 n = 39/75 x 63 33 2. XII IPS 2 n = 36/75 x 63 30

Jumlah 63

Sumber: Hasil Perhitungan Sampel Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 63 siswa. Sedangkan cara memilih responden dilakukan dengan teknik random yaitu dengan cara undian. Nama siswa dituliskan pada


(45)

kertas kecil dan digulung. Kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kaleng guna dilakukan pengundian. Kaleng dikocok dan kertas undian dikeluarkan satu per satu seperti dalam arisan. Nama yang tertera pada kertas yang terambil akan dicatat dan dijadikan sampel penelitian. Nama yang sudah keluar tersebut tidak dimasukkan kembali ke dalam kaleng melainkan diganti dengan kertas lain yang kosong. Dengan cara yang sama dilakukan pengundian lagi untuk mendapatkan nama lain sampai sampelnya terpenuhi dengan jumlah 63 siswa.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian ini sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata, 2003:72).

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah gaya belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2) dan gaya belajar kinestetik (X3).

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar mata pelajaran Geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar (Y).


(46)

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Masri Singarimbun (2006:46) definisi operasional dapat diartikan sebagai unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana cara mengukur suatu variabel penelitian. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

2.1 Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap atau cara seseorang dalam berusaha menerima informasi/pelajaran dengan cara visualitas yaitu kebutuhan melihat segala sesuatu informasi secara visual.

Variabel gaya belajar visual diukur melalui beberapa indikator, yaitu sebagai berikut:

13.Rapi dan teratur 14.Teliti

15.Biasanya tidak mudah terganggu dengan keributan

16.Mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar 17.Lebih suka membaca daripada dibacakan

18.Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi 19.Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, dan seringkali

meminta bantuan orang lain untuk mengulanginya 20.Pembaca cepat dan tekun

21.Lebih suka demonstrasi daripada berpidato 22.Mengingat dengan asosiasi visual

23.Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat

24.Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata


(47)

Jumlah pernyataan mengenai gaya belajar visual ini sebanyak 13 soal. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata sangat sering, sering, jarang, sangat jarang dan tidak pernah. Adapun pemberian skor untuk masing-masing jenis pernyataan adalah sebagai berikut: Sangat sering (5), Sering (4), Jarang (3), Sangat jarang (2), dan Tidak pernah (1).

Karena gaya belajar merupakan suatu sikap, maka gaya belajar visual ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

- Skor gaya belajar visual sangat tinggi - Skor gaya belajar visual tinggi

- Skor gaya belajar visual sedang - Skor gaya belajar visual rendah

- Skor gaya belajar visual sangat rendah

2.2. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap atau cara seseorang dalam berusaha menerima informasi/pelajaran yang berhubungan dengan pendengaran. Karakteristik gaya belajar ini menempatkan pendengaran sebagai alat utama dalam menyerap informasi.

Variabel gaya belajar auditorial diukur melalui beberapa indikator, yaitu sebagai berikut:


(48)

10.Mudah terganggu oleh keributan

11.Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 12.Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

13.Berbicara dengan irama terpola

14.Merasa kesulitan dalam menulis, tetapi hebat dalam bercerita 15.Biasanya pembicara yang fasih

16.Belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat

17.Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar 18.Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi

(Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1999:118)

Jumlah pernyataan mengenai gaya belajar auditorial ini sebanyak 13 soal. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata sangat sering, sering, jarang, sangat jarang dan tidak pernah. Adapun pemberian skor untuk masing-masing jenis pernyataan adalah sebagai berikut: Sangat sering (5), Sering (4), Jarang (3), Sangat jarang (2), dan Tidak pernah (1).

Karena gaya belajar merupakan suatu sikap, maka gaya belajar auditorial ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

- Skor gaya belajar auditorial sangat tinggi - Skor gaya belajar auditorial tinggi - Skor gaya belajar auditorial sedang - Skor gaya belajar auditorial rendah


(49)

2.3 Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap atau cara seseorang dalam berusaha menerima informasi/pelajaran yang memiliki kecenderungan untuk terlibat secara fisik dalam kegiatan pembelajaran yaitu bergerak, bekerja atau menyentuh.

Variabel gaya belajar kinestetik diukur melalui beberapa indikator, yaitu sebagai berikut:

13.Berbicara dengan perlahan

14.Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif 15.Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

16.Belajar melalui manipulasi dan praktik

17.Lebih memilih untuk menunjukkan daripada menjelaskan sesuatu 18.Menghapal dengan cara berjalan dan melihat

19.Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 20.Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama

21.Tidak mudah terganggu dengan situasi keributan 22.Kemungkinan tulisannya jelek

23.Ingin melakukan segala sesuatu dalam satu waktu

24.Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

(Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1999:119-120)

Jumlah pernyataan mengenai gaya belajar kinestetik ini sebanyak 13 soal. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata sangat sering, sering, jarang, sangat jarang dan tidak pernah. Adapun pemberian skor untuk masing-masing jenis pernyataan adalah sebagai berikut: Sangat sering (5), Sering (4), Jarang (3), Sangat jarang (2), dan Tidak pernah (1).

Karena gaya belajar merupakan suatu sikap, maka gaya belajar kinestetik ini dapat dikategorikan sebagai berikut:


(50)

- Skor gaya belajar kinestetik sangat tinggi - Skor gaya belajar kinestetik tinggi - Skor gaya belajar kinestetik sedang - Skor gaya belajar kinestetik rendah - Skor gaya belajar kinestetik sangat rendah

Sedangkan untuk mengetahui tipe gaya belajar mana yang dominan, digunakan angket yang dapat mengukur ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian dari setiap jawaban responden dapat diperoleh jumlah skor untuk setiap kelompok butir tipe gaya belajar. Gaya belajar siswa akan diketahui dari jumlah skor total tertinggi yang diperoleh, dengan kategori sebagai berikut:

1. Dikategorikan sebagai gaya belajar visual, jika jumlah skor total pernyataan gaya belajar visual lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor total pernyataan gaya belajar auditorial dan kinestetik.

2. Dikategorikan sebagai gaya belajar auditorial, jika jumlah skor total pernyataan gaya belajar auditorial lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor total pernyataan gaya belajar visual dan kinestetik.

3. Dikategorikan sebagai gaya belajar kinestetik, jika jumlah skor total pernyataan gaya belajar kinestetik lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah skor total pernyataan gaya belajar visual dan auditorial.


(51)

d. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh responden setelah mengisi soal tes yang diberikan oleh peneliti. Soal yang diberikan oleh peneliti merupakan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah 40 soal. Soal tersebut sudah di uji coba terlebih dahulu kepada 10 siswa di luar sampel. Adapun langkah-langkah untuk mengolah prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah skor benar yang diperoleh siswa dari 40 soal yang diteskan. Sehingga diketahui nilai tertinggi dan nilai terendah yang diperoleh siswa.

2. Menentukan angka terendah yang menyatakan keberhasilan belajar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu:

< 62 = Tidak tuntas ≥ 62 = Tuntas

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik angket, teknik tes dan teknik dokumentasi.

1. Teknik Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:151).


(52)

Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk memperoleh data langsung dari responden/data primer yang berupa data gaya belajar yang dimiliki siswa antara lain gaya belajar tipe visual, auditorial dan kinestetik.

Angket ini dibuat oleh peneliti dengan jumlah 45 soal mengenai gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Masing-masing gaya belajar terdiri dari 15 pertanyaan, sehingga jumlah total soal adalah 45 soal. Setelah peneliti ujicobakan pada tanggal 10 Februari 2011 pada 10 siswa yang bukan termasuk sampel. Secara teknisnya pelaksanaan ujicoba angket ini dilakukan selama 1 hari dan pelaksanaannya berada di Kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Lampung Selatan. Angket diberikan secara perorangan oleh peneliti agar dapat diamati langsung dan diisi oleh responden, angket tersebut tidak dibawa pulang oleh responden dan responden langsung dapat mengisi angket di kelas tersebut, dan juga dalam menjawab angket tersebut langsung dapat diisi dengan memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang dipilih responden. Pada awalnya kuesioner terdiri dari 45 soal yang terdiri dari 15 soal untuk variabel gaya belajar visual, 15 soal gaya belajar auditorial dan 15 soal gaya belajar kinestetik. Namun setelah dilakukan ujicoba dan dilakukan perhitungan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0 ternyata ada beberapa soal yang tidak valid dengan perincian sebagai berikut:

1. Untuk gaya belajar visual, dari 15 soal yang diujicobakan semuanya valid dan reliabel. Tetapi agar jumlah soal setiap variabel sama/seimbang, maka untuk soal nomor 8 dan 11 dibuang. Dipilihnya kedua soal tersebut untuk


(53)

dibuang dengan pertimbangan bahwa secara perhitungan memang valid tetapi

r

hitungnya hampir mendekati tidak valid. Sehingga jumlah soal yang valid dan akan digunakan sebagai penelitian adalah 13 soal.

2. Untuk gaya belajar auditorial, dari 15 soal yang diujicobakan terdapat 1 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 4. Tetapi agar jumlah soal setiap variabel sama/seimbang maka untuk soal nomor 6 dibuang. Dipilihnya soal nomor 6 tersebut untuk dibuang dengan pertimbangan bahwa secara perhitungan memang valid tetapi

r

hitungnya hampir mendekati tidak valid. Sehingga jumlah soal yang valid dan akan digunakan sebagai penelitian adalah 13 soal.

3. Untuk gaya belajar kinestetik, dari 15 soal yang diujicobakan terdapat 2 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 1 dan 13. Kedua soal yang tidak valid tersebut di buang, artinya tidak diguanakan sebagai penelitian. Jadi jumlah soal yang valid dan akan digunakan sebagai penelitian adalah 13 soal.

2. Teknik Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk menukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006:150). Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi (achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.


(54)

Tes prestasi ini dibuat oleh peneliti dengan jumlah 50 soal dengan pokok materi tentang Prinsip-Prinsip Dasar Pembuatan Peta dan Industri dan terdiri dari 5 alternatif jawaban. Soal-soal tersebut juga diujicobakan pada 10 siswa yang sama pada waktu melakukan ujicoba angket. Tes diberikan secara perorangan oleh peneliti dan dijawab oleh responden, tes tersebut tidak dibawa pulang oleh responden dan responden langsung dapat menjawab di kelas tersebut. Dalam menjawab tes tersebut, responden diminta untuk memberi tanda silang (X) pada jawaban yang dipilih responden.

Pada awalnya tes prestasi terdiri dari 50 soal. Namun setelah dilakukan ujicoba dan dilakukan perhitungan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0, ternyata ada 10 soal yang tidak valid. Soal yang tidak valid tersebut adalah nomor 5, 12, 19, 20, 22, 23, 27, 36, 37, dan 43. Soal-soal yang tidak valid tersebut dibuang, artinya tidak akan digunakan dalam penelitian. Sehingga jumlah soal yang valid dan akan digunakan sebagai penelitian adalah sebanyak 40 soal.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengutip sumber catatan yang telah ada. Di dalam melaksanakan teknik dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006:231).


(55)

  } ) ( ) .( }{ ) ( ) ( { ) ).( ( ) ( 2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n rxy

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya dan keadaan SMA Mutiara Natar, jumlah guru, jumlah siswa serta data lain yang mendukung penelitian ini.

E. Uji Persyaratan Instrumen 1. Angket

1.1 Uji Validitas Angket

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006:168).

Uji validitas angket dilakukan pada 10 responden yang termasuk dalam populasi tetapi di luar sampel. Untuk mengukur tingkat validitas angket dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yang menyatakan hubungan skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor tiap item soal

Y = Skor total

n = Jumlah sampel yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:170).


(56)

Dalam penelitian ini penghitungan uji validitas angket dibantu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Masuk program SPSS

- Klik variabel view pada SPSS data editor

- Pada kolom name ketik item 1 sampai item 15 (jumlah soal dalam angket), kemudian terakhir ketikkan skortot (skor total didapat dari penjumlahan item 1 sampai 15)

- Pada kolom Desimals angka ganti menjadi 0 untuk seluruh item - Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default) - Buka data view pada SPSS editor

- Ketikkan data sesuai dengan variabelnya, untuk skortot ketikkan skor totalnya

- Klik Analyze – Correlate – Bivariate

- Klik semua variabel dan masukkan ke kotak variabels - Klik OK.

(Duwi Priyatno, 2008:19)

Dari hasil perhitungan validitas instrumen bahwa dari 45 soal secara keseluruhan terdapat 6 soal yang tidak valid dengan perincian pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Angket Penelitian Tahun 2011

No Soal Untuk

Variabel Jumlah Soal Sebelum Uji No. Item yang TidakValid Jumlah Soal

Tidak Valid Soal valid Jumlah

1. Gaya Belajar

Visual 15 8,11 2 13

2. Gaya Belajar

Auditorial 15 19,21 2 13

3. Gaya Belajar

Kinestetik 15 31, 43 2 13

Jumlah 39


(57)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 45 soal yang diuji cobakan, hasilnya masing-masing variabel memiliki 2 soal yang tidak valid. Sehingga total soal yang tidak valid sebanyak 6 soal. Untuk mengetahui apakah angket yang digunakan valid atau tidak, maka rhitung yang telah diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel Product Moment dengan taraf signifikan 5%. Apabila rhitung ≥ rtabel maka instrumen dikatakan valid dan apabila rhitung < rtabel maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid. Dengan demikian item angket yang dinyatakan valid secara keseluruhan ada 39 item. Item-item yang valid tersebut akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian, sedangkan item yang tidak valid akan dibuang dan tidak akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai hasil dari uji validitas angket dapat dilihat pada Lampiran 3.

1.2 Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya yaitu yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berulang kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat ketrandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2006:178).


(58)

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas angket adalah dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

t2 = Varians total

(Suharsimi Arikunto, 2006:196)

Dalam penelitian ini penghitungan uji reliabilitas angket dibantu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0 , dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Masuk program SPSS - Menginput data item 1-15

- Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis

- Klik item yang valid/tidak gugur dan masukkan ke kotak items. Jika item-item sudah berada di kotak item-items maka klik item-item yang tidak valid dan keluarkan dengan klik simbol arah.

- Klik Statistics, pada Descriptives for, klik Scale if Item Deleted - Klik Continue

- Klik OK

(Duwi Priyatno, 2008:26)

Kriteria pengujiannya apabila rhitung ≥ rtabel dengan taraf signifikan 0,05% berarti angket memenuhi syarat, dapat digunakan sebagai angket. Sebaliknya apabila rhitung < rtabel berarti angket tidak reliabel, tidak dapat digunakan sebagai angket. Dalam penghitungan uji reliabilitas ini untuk butir soal nomor 8 dan 11 tentang gaya belajar visual, nomor 19 dan 21 auditorial, dan soal nomor 31, 43 tentang gaya belajar kinestetik yang tidak valid, maka tidak dimasukkan atau tidak


(59)

dihitung lagi dalam perhitungan reliabilitas instrumen. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji reliabilitas angket dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Angket Penelitian Tahun 2011

No Soal Untuk Variabel Harga r11 Harga rtabel (N=10) Ket. 1. Gaya Belajar Visual 0,962 0,632 reliabel 2. Gaya Belajar Auditorial 0,968 0,632 reliabel 3. Gaya Belajar Kinestetik 0,946 0,632 reliabel Sumber : Hasil Perhitungan Uji Coba Angket Tahun 2011

Berdasarkan hasil uji instrumen yang ditunjukkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa rhitung lebih besar dari rtabel artinya instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan reliabel. Dengan demikian instrumen yang digunakan sudah cukup dipercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian yang akan dilakukan. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai hasil dari uji reliabilitas angket dapat dilihat pada Lampiran 4.

2. Tes

2.1 Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2006:168).

Uji validitas tes dilakukan pada 10 responden yang termasuk dalam populasi tetapi di luar sampel. Untuk mengukur tingkat validitas angket dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yang


(60)

  } ) ( ) .( }{ ) ( ) ( { ) ).( ( ) ( 2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n rxy

menyatakan hubungan skor masing-masing pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor tiap item soal

Y = Skor total

n = Jumlah sampel yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:170).

Dalam penelitian ini penghitungan uji validitas tes dibantu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Masuk program SPSS

- Klik variabel view pada SPSS data editor

- Pada kolom name ketik item 1 sampai item 15 (jumlah soal dalam angket), kemudian terakhir ketikkan skortot (skor total didapat dari penjumlahan item 1 sampai 15)

- Pada kolom Desimals angka ganti menjadi 0 untuk seluruh item - Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default) - Buka data view pada SPSS editor

- Ketikkan data sesuai dengan variabelnya, untuk skortot ketikkan skor totalnya

- Klik Analyze – Correlate – Bivariate

- Klik semua variabel dan masukkan ke kotak variabels - Klik OK.

(Duwi Priyatno, 2008:19)

Adapun kriteria ujinya yaitu apabila rhitung ≥ rtabel maka item soal tes tersebut valid dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka item soal tes tersebut tidak valid. Dari hasil perhitungan validitas instrumen tes bahwa dari 50 soal secara keseluruhan terdapat 10 item yang tidak valid dengan perincian pada tabel berikut ini:


(61)

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Tes Penelitian Tahun 2011

Soal Untuk

Variabel Jumlah Soal Sebelum Uji No. Item yang TidakValid Jumlah Soal Tidak Valid Soal valid Jumlah

Prestasi

Belajar 50 5, 12, 19, 20, 22, 23, 27, 36, 37, 43

10 40

Sumber : Hasil Penelitian Data Uji Coba Tes Tahun 2011

Untuk mengetahui apakah tes yang digunakan valid atau tidak, maka rhitung yang telah diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Apabila rhitung ≥ rtabel maka instrumen dikatakan valid dan apabila rhitung < rtabel maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid. Dengan demikian item angket yang dinyatakan valid secara keseluruhan ada 40 item. Item-item yang valid tersebut akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian, sedangkan item yang tidak valid akan dibuang dan tidak akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Untuk melihat hasil perhitungan uji validitas tes tiap item soal dapat dilihat pada Lampiran 6.

2.2 Reliabilitas Tes

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas tes adalah dengan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

t2 = Varians total


(62)

Dalam penelitian ini penghitungan uji reliabilitas tes dibantu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Masuk program SPSS - Menginput data item 1-15

- Klik Analyze – Scale – Reliability Analysis

- Klik item yang valid/tidak gugur dan masukkan ke kotak items. Jika item-item sudah berada di kotak item-items maka klik item-item yang tidak valid dan keluarkan dengan klik simbol arah.

- Klik Statistics, pada Descriptives for, klik Scale if Item Deleted - Klik Continue

- Klik OK

(Duwi Priyatno, 2008:26)

Keputusan diambil dengan membandingkan rhitung dengan rtabel. Jika rhitung ≥ rtabel berarti item soal tes tersebut reliabel dan jika rhitung < rtabel berarti item soal tes tersebut tidak reliabel.

Dalam uji reliabilitas tes, untuk butir soal yang tidak valid yaitu nomor 5, 12, 19, 20, 22, 23, 27, 36, 37, dan 43, maka tidak dimasukkan atau tidak dihitung lagi dalam perhitungan reliabilitas instrumen tes. Hasil uji reliabilitas tes dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Tes Penelitian Tahun 2011

Soal Untuk Variabel Harga r11 Harga rtabel (N=10) Keterangan Prestasi belajar (Y) 0,983 0,632 reliabel Sumber : Hasil Penelitian Data Uji Coba Tes Tahun 2011

Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel artinya instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan reliabel. Dengan demikian instrumen tes yang akan digunakan sudah cukup dipercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian


(1)

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi ≠ 0 atau rxy ≠ 0, dan tidak ada hubungan antara X dan Y jika rxy = 0

2. Jika nilai rxy positif maka hubungan antara X dan Y bersifat positif, dan jika rxy negatif maka hubungan antara X dan Y bersifat negatif

3. Untuk tingkat keeratan hubungan X dan Y dapat diketahui setelah nilai rxy yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel interpretasi nilai r (Tabel 11). 4. Terdapat hubungan yang signifikan pada taraf 5% bila rhitung sama atau

lebih besar daripada rtabel (rhitung ≥ rtabel).

Tabel 8. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

No. Interval Koefisien Tingkat Keeratan Hubungan

1. 0,000 – 0,199 Sangat rendah

2. 0,200 – 0,399 Rendah

3. 0,400 – 0,599 Cukup

4. 0,600 – 0,799 Kuat

5. 0,800 – 1,000 Sangat kuat

(Riduwan, 2009:218)

Adapun untuk menghitung korelasi antara variabel X1, X2 dan X3 secara bersama-sama dengan Y digunakan rumus Korelasi Ganda (Multiple Correlation). Selanjutnya harga Rhitung yang diperoleh dibandingkan dengan harga Rtabel dengan taraf signifikansi 0,05. Jika Rhitung ≥ Rtabel maka koefisien yang diuji signifikan yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi, dan sebaliknya jika Rhitung <Rtabel maka koefisien yang diuji tidak signifikan (Riduwan, 2009:248). Seluruh pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) Versi 16.0.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara gaya belajar visual dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Ada hubungan antara gaya belajar auditorial dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

3. Ada hubungan antara gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.

4. Ada hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011.


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XII IPS SMA Mutiara Natar Tahun Pelajaran 2010/2011, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Siswa hendaknya mengetahui tipe gaya belajarnya, hal ini bermanfaat agar siswa dapat mengambil langkah-langkah penting dalam memilih cara belajar yang paling efektif sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya. Selain itu siswa juga hendaknya mengembangkan gaya belajar yang lain yang tidak dominan pada dirinya. Hal ini bertujuan agar siswa mampu menyerap materi pelajaran geografi yang disampaikan dengan berbagai metode.

2. Bagi guru geografi, dalam hal merancang metode pembelajaran hendaknya memperhatikan kecenderungan gaya belajar siswa. Guru sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Misalnya dengan mengkombinasikan metode ceramah dengan media visual serta menggunakan berbagai model atau alat peraga.

3. Bagi pihak sekolah, disarankan untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses pembelajaran bagi semua tipe gaya belajar siswa.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Adi W. Gunawan. 2003. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Adrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Gaya Belajar Siswa.

http://4drian@pendidikan zzn.com/.diakses 10 Mei 2010 Pukul 14.30 WIB. Arin Sutarti. 2009. Skripsi. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Moving Class

Mata Pelajaran Geografi di SMA N Plus OKU Sumatera Selatan Tahun

Pelajaran 2008/2009. FKIP Unila Bandar Lampung.

Bobbi Deporter & Mark Reardon& Sarah Singer-Nourie. 2000. Quantum Teaching. Kaifa. Bandung.

Bobbi Deporter & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Kaifa. Bandung. Duwi Priyatno. 2008. SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik. PT Buku Kita. Yogyakarta.

Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos. 2002. Revolusi Cara Belajar (terjemahan.

Kaifa. Bandung.

Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Komarudin Hidayat. 2009. Active Learning: 101 strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.

Masri Singarimbun. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. M. Joko Susilo. 2009. Sukses dengan Gaya Belajar. Pinus. Yogyakarta. Monografi Kecamatan Natar Tahun 2010.

Muhammad Ali. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.


(6)

Aksara. Jakarta.

Nursid Sumaatmadja. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Alfabeta. Bandung

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sisdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta.

---. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suparlan. 2004. Fasilitator: Guru Sekolah Dasar perlu Mengenal Tipe Kecerdasan dan Gaya Belajar pada Siswanya. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

W.S Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta. Zainal Arifin. 2003. Guru dan Anak didik. Rineka Cipta. Jakarta.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XII IPS SMA MUTIARA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 19 74

HUBUNGAN CARA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA PERINTIS I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 17 66

HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DAN SUASANA SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010

0 6 12

HUBUNGAN ANTARA SARANA BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN DISIPLIN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI EKONOMI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 32 65

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 14 72

HUBUNGAN CARA BELAJAR DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS PROPINSI SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 21 75

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 BELALAU TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 7 42

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

2 11 79

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA UTAMA WACANA METRO TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

1 2 39

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89