Kota Tanjungpinang Strategi dan Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah

VI-41

7. Kota Tanjungpinang

a. Potensi dan Keunggulan Wilayah Kota Tanjungpinang memiliki potensi produk pertanian hortikultura, peternakan yang tidak memerlukan lahan luas. Potensi lahan kosong di sekitar permukiman pinggiran kota masih ada menjadi peluang untuk peningkatan produksi perkebunan dan hortikultura untuk memasok kebutuhan penduduk kota. Peluang penyerapan hasil produk pertanian holtikultura buah dan sayuran di kota cukup tinggi. Permasalahan yang ditemui yaitu pemanfaatan lahan kosong terutama di kawasan pinggiran kota arah Kijang, Senggarang dan pulau Dompak yang belum optimal, dan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan penduduk untuk bercocok tanam memanfaatkan lahan produktif di perkotaan. Di sektor perikanan, potensi berupa ikan segar hasil budidaya sebagai bahan makanan untuk wisata kuliner di Kota Tanjungpinang serta untuk industri olahan hasil perikanan ciri khas oleh-oleh dari Kota Tanjungpinang. Permasalahan yang dihadapi yaitu belum berkembangnya kegiatan budidaya ikan pada kawasan daratan maupun perairan di kota Tanjungpinang, skala produksi olahan perikanan masih terbatas skala rumahtangga karena keterbatasan modal, serta kontinuitas bahan produksi yang belum terjamin. Produk unggulan yang terdapat di Kota Tanjungpinang adalah: [1] Sotong, [2] Sotong kering, [3] Bordiran jilbab, [4] Kue dram-dram. b. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah di Kota Tanjungpinang ditujukan sebagai pusat pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, dan sentra usaha mikro kecil dan menengah, yang didukung sistem transportasi darat, laut dan udara yang terintegrasi. c. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau Istana Kota Piring, Kota Tanjungpinang menjadi salah satu kawasan strategis Provinsi berdasarkan Keputusan Walikota Tanjungpinang Nomor 30 Tahun 2007 tanggal 2 Februari 2007 tentang Penetapan Lokasi Perkantoran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan MoU antara DPRD Provinsi Kepulauan Riau dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 01MoUI2007 tanggal 6 Januari 2007. Secara keseluruhan pengelolaan Istana Kota Piring menjadi wewenang Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, baik penggunaan lahan, bentuk fisik dan fungsi kegiatan yang ada di pulau tesebut, sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Diharapkan dengan ditetapkannya Pulau Dompak sebagai Kawasan Strategis Provinsi akan dapat mendukung fungsi Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW di Provinsi Kepulauan Riau yang dapat menggerakkan pertumbuhan kawasan- kawasan sekitarnya. VI-42 Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kota Tanjungpinang diuraikan sebagai berikut: 1. Mengembangkan Pulau Dompak sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan Rencana Induk Masterplan Istana Kota Piring yang dibagi menjadi beberapa zona antara lain: a. Zona Perkantoran Pemerintah; b. Zona Perdagangan Bisnis dan Jasa; c. Zona Pariwisata, Rekreasi dan Olahraga dan Budaya; d. Zona Pemukiman Pendopo, Rumah Jabatan, Perumahan 1, 2 dan 3; e. Zona Pelayanan Umum Mesjid, Medical Centre, Kampus, Terminal Ferry; f. Zona Revitalisasi Kawasan Penduduk AsliNelayan; g. Zona Pelestarian Lingkungan dan Ruang Terbuka Ruang Terbuka Hijau Publik, Jalan, Plaza Utama. 2. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi massal perkotaan secara terintegrasi dan terhubung dengan jaringan transportasi laut dan udara. 3. Mengembangkan Industri automotif, Industri elektronik, Industri konveksi, Industri makanan, Industri pengolahan hasil laut, dan Industri perkapalan. 4. Menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa yang mampu mengakomodasi pasar tradisional, termasuk kegiatan koperasi dan Usaha mikro kecil Menengah UMKM. 5. Mengembangkan kawasan wisata sejarah, wisata budaya dan wisata kreatif. VII - 1

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM

7.1 Kebijakan Umum

Kebijakan umum pada hakekatnya merupakan resume dari semua arah kebijakan pembangunan yang dipilih, sementara program merupakan penjabaran dari arah kebijakan yang terkait langsung dengan pelaksanaan visi dan misi RPJMD. Rumusan kebijakan umum pembangunan dapat dilihat dari empat perspektif, yaitu perspektif masyarakat atau layanan, perspektif proses internal, perspektif kelembagaan, dan perspektif keuangan. Kebijakan umum pembangunan jangka menengah Provinsi Kepulauan Riau terutama diarahkan pada: 1. Pembangunan bidang maritim khususnya dalam peningkatan daya saing produk dan jasa maritim kelautan dan pariwisata bahari. 2. Percepatan pembangunan infrastruktur yang memadai dan peningkatan konektivitas wilayah dan antar pulau untuk pertumbuhan dan pemerataan. 3. Peningkatan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian, peternakan, dan perkebunan. 4. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. 5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat. 6. Peningkatan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program yang terpadu, sinergis dan berkelanjutan. 7. Pengurangan pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja dan mendorong investasi berskala nasional di Provinsi Kepulauan Riau. 8. Peningkatan pembangunan yang responsif gender, ramah anak, ramah lansia dan penyandang disabilitas. 9. Peningkatan pengendalian penduduk dengan optimalisasi pelaksanaan program Keluarga Berencana. 10. Peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta penanggulangan bencana. 11. Peningkatan kualitas pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan yang baik. 12. Pelaksanaan program yang bersifat pemenuhan standar pelayanan minimal. 13. Pelaksanaan program prioritas daerah sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. 14. Pelaksanaan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya dukungan pencapaian target nasional, dan pendampingan program-program pemerintah pusat.

7.2 Program

Program unggulan dalam pelaksanaan misi pembangunan jangka menengah adalah sebagai berikut. 1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. Misi ini difokuskan pada: a. Perwujudan provinsi Kepri sebagai Bunda Tanah Melayu b. Penerapan Gerakan Maghrib Mengaji c. Penegakan perda Provinsi dan Peraturan Gubernur mengenai ketenteraman, ketertiban, serta antisipasi potensi ganguan keamanan