OBJEK DAN TARIF PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DANATAU BANGUNAN DAN PERSEWAAN TANAH

Bab V — Bendahara Sebagai PemotongPemungut Pajak Penghasilan Dengan Tarif Khusus yang tidak bersifat fi nal dan Tidak Final 73 PB sampai dengan Rp 60.000.000,00, yayasan atau organisasi sejenis dan Wajib Pajak Badan, membayar PPh Final 5 lima persen dari jumlah bruto nilai pengalihan yaitu nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak dengan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP tanah dan atau bangunan. b. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan dipotong PPh sebesar 10 dari jumlah bruto dan bersifat fi nal.

4. TATA CARA PEMOTONGANPEMUNGUTAN,

PENYETORAN, DAN PELAPORAN a Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas pengalihan hak atas tanah danatau bangunan. 1 Bendahara atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar-menukar memungut PPh yang terutang dan menyetorkannya ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan SSP sebelum pembayaran kepada orang pribadi atau badan atau sebelum tukar- menukar dilaksanakan. 2 Bendahara atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar-menukar wajib menyampaikan laporan mengenai transaksi pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kantor Pelayanan Pajak , tempat Bendahara atau pejabat yang bersangkutan terdaftar sebagai WP. Pelaporan dilaksanakan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pembayaran kepada orang pribadi atau badan dengan menggunakan bentuk laporan yang ditentukan. b Tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah danatau bangunan. 1 KPPN atau Bendahara sebagai penyewa wajib memotong PPh pada saat pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana yang terjadi lebih dahulu; 74 BUKU PANDUAN BENDAHARA 2 KPPN atau Bendahara memberikan Bukti Pemotongan PPh Final kepada orang atau badan yang menyewakan pada saat dilakukannya pemotongan PPh; 3 Bendahara menyetorkan PPh yang telah dipotong dengan menggunakan SSP pada Bank Persepsi atau Kantor Pos, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa. 4 Bendahara wajib melaporkan PPh yang telah dipotong dan disetor kepada Kantor Pelayanan Pajak PratamaKantor Pelayanan Pajak , tempat Bendahara terdaftar sebagai WP, selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya sewa dengan menggunakan bentuk laporan sesuai Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.22P J.4l1996 tanggal 14 Juni 1996.

5. CONTOH KASUS

1. Kementerian Luar Negeri mempunyai proyek pembangunan kantor baru dan harus melakukan pembebasan tanah. Dalam pelaksanaan proyek tersebut Kementerian Luar Negeri harus membayar Rp 250.000.000 untuk pembebasan tanah tersebut. PPh fi nal yang harus dipungut dan disetor oleh Bendahara Kementerian Keuangan atas pembayaran tersebut : Rp 250.000.000,- x 5 = Rp 12.500.000,- 2. Kementerian Perumahan Rakyat menyelenggarakan seminar tentang perumahan dan harus menyewa sebuah ruang pertemuan milik orang pribadi dengan harga Rp 5.000.000. PPh fi nal yang harus dipungut dan disetor oleh Bendahara Perumahan Rakyat atas pembayaran tersebut : Rp 5.000.000,- x 10 = Rp 500.000,-