1. Induksi
Masa induksi merupakan masa berubahnya molekul dari isolator menjadi bertenaga atau bergerak dan memulai memindahkan energi pada molekul monomer.
Tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh masa induksi. 2.
Propagasi Merupakan tahap dimana radikal bebas dapat bereaksi dengan monomer.
Berlangsungnya reaksi tersebut menyebabkan terbentuknya rantai polimer. 3.
Terminasi Merupakan tahap yang terjadi bila radikal bebas yang terbentuk bereaksi
membentuk suatu molekul yang stabil. 4.
Transfer rantai chains transfer Merupakan tahap pengikatan antar rantai polimer dan monomer.
2.2.3 Manipulasi
Pada umumnya resin akrilik polimerisasi panas dapat diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding. Perbandingan polimer dan
monomer biasanya 3:1 berdasarkan volumenya atau bisa juga 2:1 berdasarkan berat. Setelah bubuk dan cairan dicampur dengan perbandingan yang tepat, adonan atau
campuran akrilik akan mengalami empat tahap yaitu:
1,2
a. Tahap pertama: basah, seperti pasir wet sand stage
b. Tahap kedua: tahap lengket dan berserabut jika ditarik tacky fibrous selama
polimer mulai larut dalam monomer sticky stage c.
Tahap ketiga: tahap lembut seperti adonan yang halus, homogen, dan liat. Tahap ini merupakan waktu yang paling tepat untuk memasukkan adonan ke dalam
mould. d.
Tahap keempat: tahap kaku seperti karet rubbery-hard stage
2.2.4 Sifat-sifat
Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas antara lain:
1,4,6
Universitas Sumatera Utara
1. Pengerutan
Kepadatan massa bahan akan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 gcm
3
ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk polimetil metakrilat.
Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21. Akibatnya pengerutan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6 -7 sesuai dengan
nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.
1,4
2. Perubahan dimensi Proses dalam pembuatan resin akrilik yang baik akan menghasilkan stabilitas yang
baik juga. Teknik pemrosesan akrilik dengan menggunakan cara injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang lebih baik dibandingkan dengan teknik
compression moulding.
1
Garfunkel dan Anderson dkk 1988 berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa perubahan dimensi pada teknik injection moulding
lebih rendah dibandingkan dengan compression moulding.
17
3. Konduktivitas termal Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik
panas dihantarkan melalui suatu bahan. Basis resin memiliki konduktivitas termal yang rendah yaitu 0,0006
o
Ccm.
6
4. Solubilitas Basis gigitiruan resin akrilik dapat larut dalam berbagai cairan pelarut, namun
pada umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat di dalam rongga mulut.
2,6
5. Penyerapan air Resin akrilik mempunyai sifat menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu tertentu. Air yang terserap oleh resin akrilik menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik, dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69
mgcm
2
. Mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi merupakan suatu proses terjadinya perpindahan suatu substansi melalui rongga yang
menyebabkan ekspansi pada resin akrilik atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Pada umumnya basis gigitiruan memerlukan
periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air.
1
Universitas Sumatera Utara
6. Porositas Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat
molekul primer yang rendah disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Timbulnya porositas pada permukaan basis gigitiruan resin
akrilik tentu saja dapat mempengaruhi sifat fisik, estetis, dan kebersihan basis gigitiruan.
1
Porositas akan menyebabkan terjadinya kecenderungan peningkatan stain, penumpukan kalkulus, mempermudah perlekatan dari jamur dan bakteri biofilm yang
akan mengakibatkan efek yang negatif terhadap kesehatan jaringan pendukung basis gigitiruan resin akrilik.
7
Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Timbulnya porositas ini dapat dicegah dengan cara melakukan
pengadukan yang tepat sehingga menghasilkan adonan resin akrilik yang homogen, ukuran perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses pengadukan yang
terkontrol dengan baik dan waktu pengisian bahan resin akrilik pada mould secara tepat.
1,4
Beberapa jenis porositas antara lain:
4
a. Shrinkage porosity: kelihatan seperti gelembung yang tidak beraturan dan bisa terdapat pada seluruh massa resin akrilik, baik di dalam maupun di permukaan basis
gigitiruan resin akrilik. Hal ini disebabkan karena mould yang tidak terisi adonan dengan penuh atau ketika pada saat proses curing adonan tidak menerima tekanan
yang cukup. b. Gasesus porosity atau internal porosity: gelembung kecil halus yang pada
umumnya terdapat pada bagian yang tebal dan bagian yang jauh dari sumber panas. Bisa disebabkan karena massa resin akrilik yang belum mengalami polimerisasi
secara tiba-tiba dimasukkan dalam air mendidih dan suhu bisa naik sampai 100,3
o
C titik didih monomer dan menyebabkan monomer yang menguap tidak bisa keluar
udaranya sehingga terjadi pembentukan gelembung. 7. Stabilitas Warna
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki stablitas warna yang baik. Yulin Lai, dkk 2003 melakukan penelitian stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari
nilon, silikon, dan dua jenis resin akrilik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resin
Universitas Sumatera Utara
akrilik polimerisasi panas mempunyai nilai diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam salah satu larutan stain yaitu kopi.
17
2.3 Stabilitas Warna