Analisis kontribusi restribusi tempat khusus parkir terhadap pendapatan asli daerah kabupaten ngawi tahun 2007 – 2011 surawan

(1)

commit to user

ANALISIS KONTRIBUSI RESTRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NGAWI

TAHUN 2007

2011

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Keuangan Perbankan & Kebanksentralan

Oleh: SURAWAN NIM : S 4211041

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user


(6)

commit to user

vi

MOTTO

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu,

Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan

(Mario Teguh)

Setiap pengalaman yang menakutkan Anda, akan menambah keberanian,

kekuatan, dan keyakinan diri anda

.


(7)

commit to user

vii

P E R S E M BA H A N

Karya ini kupersembahkan kepada

Orangtua, Suami dan kedua anakku tercinta


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 jumlah kredit perbankan terus mengalami penurunan. Pada tahun 1997 pertumbuhan kredit mencapai 29.09%, Pada Tahun 1998 pertumbuhan kredit menurun menjadi 28,90%, dan pada Tahun 1999 penyaluran kredit nasional mengalami pertumbuhan negatif sebesar 53,81 %.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : Menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, dan mengetahui perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang di analisis dari Tahun 1990-2011. Data diperoleh dari Bank Indonesia, alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, Tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, Indeks produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011. Dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011. Krisis ekonomi menyebabkan kondisi usaha menjadi tidak kondusif. Kurs mata uang yang tidak stabil, daya beli mayarakat yang melemah, ditambah dengan kondisi hukum dan politik yang tidak stabil memperkecil minat indek produksi. Hal ini menyebabkan pengajuan kredit kepada bank mengalami penurunan. Pada sisi yang lain, jumlah kredit yang diajukan tersebut sebagian besar juga tidak disetujui, tidak diambil oleh debitur

Kesimpulan bahwa hanya indek produksi dan dana pihak ketiga saja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011. Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.


(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Since the economic crisis hit Indonesia in 1997 the number of bank credit continued to decline. In 1997, loans grew 29.9%, the credit growth of 1998 decreased to 28.90%, and in 1999 the national lending experienced a negative growth of 53.81%.

The purpose of this study is to: Analyze the effects of inflation, interest rate, credit, production index, and third-party funds to bank credit offers in Indonesia in 1990 - 2011, and know the difference of the effects of inflation, interest rate, credit, production index, and party funding the third of the bank credit offers in Indonesia before and after the crisis.

The data used in this study is a secondary data analysis of the period in the year 1990 to fiscal year of 2011. Data obtained from Bank Indonesia, an analysis tool used is Multiple Linear Regression.

The results showed that inflation has negative and significant impact on bank credit offers in Indonesia in 1990 - 2011, the rate of credit interest rate but no significant negative effect on bank credit offers in Indonesia in 1990 - 2011, the production index has positive and significant impact on bank credit offers in Indonesia in 1990 to 2011. Third party funds have a positive and significant impact on bank credit offers in Indonesia the year 1990 to 2011. The economic crisis cause business conditions become conducive. The exchange rate is not stable, society is weakened purchasing power, coupled with the legal conditions and the unstable political interests minimize production index. This led to the bank's credit application declined. On the other hand, the amount requested is most also not approved, not taken by the debtor.

The conclusion that only the index of production and third party funds are positive and significant impact on bank credit offers in Indonesia the year 1990 to 2011. There are differences in the effects of inflation, interest rate, index of production, and third-party funds to bank credit offers in Indonesia before and after the crisis.


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapakan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Tesis yang berjudul “Penawaran Kredit Bank Sebelum dan Sesudah Krisis Di Indonesia (Tahun 1990-2011). Penulisan Tesis ini merupakan kewajiban yang harus di selesaikan bagi setiap Mahasiswa dalam rangka meraih gelar Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta . Selain itu, Tesis ini juga tidak akan berhasil tersusun apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan pertolongan dari pihak-pihak yang telah berjasa selama masa studi penulis di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Maka dari itu, pada kesempatan ini, saya hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. AM. SOESILO, M, selaku Ketua Program Studi Pembangunan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, juga sebagai dosen pembimbing I atas petunjuknya dalam penyusunan tesis ini;

3. Dr. SITI AISYAH , M.Si, selaku dosen pembimbing II atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini;

4. Ayahanda SOEJONO, S.Sos, yang telah memberikan dukungan dan dorongan materi, moral, kesabaran , serta Ibuku Sudarwati (Alm) yang


(11)

commit to user

xi

dengan penuh cinta memberi tanpa pamrih yang telah diberikan padaku sejak kecilku sampai dewasa;

5. My lovely soulmate and my motivator, Widya Decky H, segala motivasi, pengertian, cintamu, serta anak-anakku Rebbeca, Kezia yang mewarnai kehidupanku, jadikan ini sebagai motivasi kalian untuk maju dan mencapai kesuksesan;

6. Teman-teman Angkatan 18 “Tetap semangat dan selalu berjuang!

Akhirnya, tesis ini dapat terwujud karena doa dari semua orang yang mendukung dan berdoa untukku agar tetap melangkah mencapai cita-citaku. Penyajian hasil Tesis ini masih memerlukan koreksi dan kritik dari pembaca. Maka dari itu, saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dalam penulisan penelitian berikutnya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua orang yang membaca dan bagi pengembangan ilmu.

Surakarta, 2013

Penulis


(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian...6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


(13)

commit to user

xiii

A. Kajian Teoritis...8

1. Bank...8

a. Pengertian Bank...8

b. Fungsi Bank...10

2. Kredit...11

a. Pengertian Kredit...11

b. Manfaat Kredit...12

3. Suku Bunga...13

a. Pengertian Suku Bunga...13

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Suku Bunga...15.

c. Pengaruh Suku Bunga terhadap Penyaluran Kredit...15

4. Inflasi...16

a. Pengertian Inflasi...16

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi...17

c. Pengaruh Inflasi terhadap Penyaluran Kredit...17

5. Indek Produksi...18

a. Pengertian Indek Produksi...18.

b. Pengaruh Indeks Produksi terhadap Penyaluran Kredit...19

6. Dana Pihak Ketiga...19

a. Pengertian DPK...19

b. Pengaruh DPK terhadap Penyaluran Kredit...20

B. Penelitian Terdahulu... 21

C. Kerangka Pemikiran...22

D. Hipotesis...23 BAB III. METODE PENELITIAN


(14)

commit to user

xiv

A. Tipe Penelitian...24

B. Sumber Data...24

C. Metode Pengumpulan Data...24

D. Tehnik Analisis Data...25

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...33

A. Deskripsi Data...33

B. Pengujian Model Empirik...37

C. Pengujian Hipotesis...44

BAB V. PENUTUP...60

A. Kesimpulan...60

B. Saran...62

C. Implikasi Kebijakan...63

DAFTAR PUSTAKA...68 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 : Total Kredit Konsumsi, Kredit investasi, dan Kredit Modal

Kerja……… 1

Tabel 1.2 : NPL Perbankan di Indonesia 3

Tabel 4.1 : Statistik Deskriptif Data Penawaran Kredit Bank……… 33 Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif Data Inflasi……… 34 Tabel 4.3 : Statistik Deskriptif Data Suku Bunga

Kredit……….. 35

Tabel 4.4 : Statistik Deskriptif Data Indek Produksi ……. 36 Tabel 4.5 : Statistik Deskriptif Dana Pihak Ketiga ………. 37 Tabel 4.6 : Hasil Uji Park untuk menguji Heteroskedastisitas ………. 38 Tabel 4.7 : Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Variabel


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Penelitian

Lampiran 2 : Deskriptiv Statistik

Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi Klasik


(18)

commit to user

ABSTRAK

Semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 jumlah kredit perbankan terus mengalami penurunan. Pada tahun 1997 pertumbuhan kredit mencapai 29.09%, Pada Tahun 1998 pertumbuhan kredit menurun menjadi 28,90%, dan pada Tahun 1999 penyaluran kredit nasional mengalami pertumbuhan negatif sebesar 53,81 %.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : Menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, dan mengetahui perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang di analisis dari Tahun 1990-2011. Data diperoleh dari Bank Indonesia, alat analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, Tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011, Indeks produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011. Dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011. Krisis ekonomi menyebabkan kondisi usaha menjadi tidak kondusif. Kurs mata uang yang tidak stabil, daya beli mayarakat yang melemah, ditambah dengan kondisi hukum dan politik yang tidak stabil memperkecil minat indek produksi. Hal ini menyebabkan pengajuan kredit kepada bank mengalami penurunan. Pada sisi yang lain, jumlah kredit yang diajukan tersebut sebagian besar juga tidak disetujui, tidak diambil oleh debitur

Kesimpulan bahwa hanya indek produksi dan dana pihak ketiga saja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011. Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.


(19)

commit to user

ii

ABSTRACT

Since the economic crisis hit Indonesia in 1997 the number of bank credit continued to decline. In 1997, loans grew 29.9%, the credit growth of 1998 decreased to 28.90%, and in 1999 the national lending experienced a negative growth of 53.81%.

The purpose of this study is to: Analyze the effects of inflation, interest rate, credit, production index, and third-party funds to bank credit offers in Indonesia in 1990 - 2011, and know the difference of the effects of inflation, interest rate, credit, production index, and party funding the third of the bank credit offers in Indonesia before and after the crisis.

The data used in this study is a secondary data analysis of the period in the year 1990 to fiscal year of 2011. Data obtained from Bank Indonesia, an analysis tool used is Multiple Linear Regression.

The results showed that inflation has negative and significant impact on bank credit offers in Indonesia in 1990 - 2011, the rate of credit interest rate but no significant negative effect on bank credit offers in Indonesia in 1990 - 2011, the production index has positive and significant impact on bank credit offers in Indonesia in 1990 to 2011. Third party funds have a positive and significant impact on bank credit offers in Indonesia the year 1990 to 2011. The economic crisis cause business conditions become conducive. The exchange rate is not stable, society is weakened purchasing power, coupled with the legal conditions and the unstable political interests minimize production index. This led to the bank's credit application declined. On the other hand, the amount requested is most also not approved, not taken by the debtor.

The conclusion that only the index of production and third party funds are positive and significant impact on bank credit offers in Indonesia the year 1990 to 2011. There are differences in the effects of inflation, interest rate, index of production, and third-party funds to bank credit offers in Indonesia before and after the crisis.


(20)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah dampak krisis ekonomi memunculkan situasi kegentingan kredit yakni pada satu sisi adalah menurunnya fungsi perbankan sebagai lembaga keuangan sehingga perkembangan sektor riil akan terhambat dan pada sisi yang lain adalah ancaman terjadinya kredit macet akibat tingkat suku bunga yang terus meningkatdan tidak terkendali sehingga memicu terjadinya krisis ekonomi. Inflasi merupakan fenomena yang dialami oleh hamper semua Negara. Karena inflasi akan membawa dampak kehancuran Perekonomian dan usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit macet yang cukup besar turunnya jumlah kredit yang di salurkan oleh perbankan.

Semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 jumlah kredit perbankan terus mengalami penurunan . Pada tahun 1997 pertumbuhan kredit mencapai 29.09%, Pada Tahun 1998 pertumbuhan kredit menurun menjadi 28,90%, dan pada Tahun 1999 penyaluran kredit nasional mengalami pertumbuhan negatif sebesar 53,81 %. (Kuncoro, 2006:484).

Jika Kredit naik maka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui proses kapasitas produksi dan sebagai alat pengendali mineter, alat pengendali pagu kredit, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan Negara.


(21)

commit to user Tabel 1.1

Total Kredit Konsumsi, Kredit Investasi, Dan Kredit Modal Kerja (Trilyun Rupiah)

Tahun Kredit Konsumsi Kredit Investasi Kredit Modal Kerja

1990 19,9

21,7 76,2

1991 21,0

25,8 87,1

1992 22,9

35,2 87,7

1993 23,7

42,7 107,6

1994 25,3

47,1 141,8

1995 28,4

58,1 168,2

1996 30,9 74,5 200,6

1997 39,5 271,3 134,2

1998 31,0 327,1 187,3

1999 27,1 154,5 95,7

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi (data diolah)

Dari tabel di atas, terjadi penurunan pada kredit konsumsi di tahun 1998 dan 1999; kredit investasi meningkat pada tahun 1998 namun kembali turun pada tahun 1999; sedangkan kredit modal kerja mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit macet yang cukup besar, dan sampai saat ini belum terselesaikan oleh badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) maupun oleh bank pemberi kredit, sehingga membawa dampak terhadap kerugian negara dan rakyat yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPL pada tabel 2 berikut :


(22)

commit to user Tabel 1.2

NPL Perbnkan di Indonesia

Tahun NPLs-gross (%) NPLs-net (%)

1998 48,6 34,7

1999 32,8 7,3

2000 18,8 5,8

2001 12,1 3,6

2002 8,3 2,9

Rendahnya kemampuan manajemen risiko merupakan salah satu kelemahan yang teridentifikasi dari krisis perbankan 1997/1998, selain masalah permodalan dan good corporate governance. Jasa perkreditan sebagai produk usaha perbankan merupakan salah satu penyumbang pendapatan terbesar Bank dibanding beberapa produk jasa perbankan lainnya. (Wilopo, 2000).

Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber utama pembiayaan investasi di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis (Korea Selatan dan Thailand). Meskipun kondisi makroekonomi dalam beberapa tahun terakhir relatif membaik, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis, yang berarti


(23)

commit to user

bahwa fungsi intermediasi perbankan masih belum pulih atau terjadi disintermediasi perbankan. Hal ini dapat dilihat dari tabel perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1994-2000.

Pada dasarnya penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh dua sebab yaitu kondisi permintaan dan kondisi penawaran. Rendahnya penyaluran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi penawaran kredit tetapi karena tidak adanya permintaan kredit dari pihak pengusaha.

Pada tahun 2007 bank merencanakan pertumbuhan kredit hingga mencapai 23 persen. Namun demikian, dari laporan Bank Indonesia, jumlah kredit bank yang sudah disetujui tetapi tidak diambil di awal tahun 2007 meningkat dibanding tahun 2006, yaitu mencapai Rp. 179 triliun pada Januari 2007, sementara pada Januari 2006 hanya mencapai Rp. 143 triliun (Republika, 2007: 13). Keputusan untuk mengambil atau tidak mengambil kredit tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah prospek investasi, iklim usaha, indek produksi, dan juga tingkat suku bunga kredit yang dibebankan oleh perbankan.

Inflasi adalah salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering muncul dan dialami oleh hampir semua Negara. Dampak dari inflasi menyebabkan para pelaku ekonomi akan berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi. Dan hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya permintaan kredit.Dengan semakin tinggi inflasi akan menyebabkan turunnya jumlah kredit yang di salurkan oleh perbankan, dan semakin rendah inflasi akan menyebabkan tingginya jumlah kredit yang ditawarkan oleh perbankan.


(24)

commit to user

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Penawaran Kredit Bank Sebelum dan Setelah Krisis di Indonesia (Tahun 1990 – 2011)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011?

2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011?

3. Bagaimana pengaruh indeks produksi terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011?

4. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011?

5. Apakah ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.


(25)

commit to user kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

3. Menganalisis pengaruh indeks produksi terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

4. Menganalisis pengaruh dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

5. Mengetahui perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menamah pengetahuan di bidang perbankan.

2. Manfaat praktis a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam mengambil kebijakan di bidang moneter.

b. Bagi instuisi Perbankan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instuisi perbankan yang menangani masalah penyaluran kredit

c. Bagi masyarakat


(26)

commit to user

masyarakat tentang pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penyaluran kredit.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan peneliti lain untuk melakukan penelitian di bidang perbankan.


(27)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Kajian Teoritis

1. Bank

a. Pengertian Bank

Kasmir (2006: 11) menyatakan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Berdasarkan UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu: 1) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

2) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran Klasifikasi Bank Sentral.

Pada Pasal 1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau


(28)

commit to user

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bentuk Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, yaitu selisih antara pendapatan dan biaya (Nopirin, 2000:21). Usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya.Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) Maksudnya adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank memiliki fungsi sebagai “Agen Pembangunan” (Agent of Development) Sebagai badan usaha, bank tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit oriented), tetapi bank turut bertanggung jawab dalam pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini bank juga memiliki tanggung jawab sosial.Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan.

Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Dan Bank Sentral bertanggung jawab untuk menjaga


(29)

commit to user

stabilitas harga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen antara lain namun tidak terbatas pada uang inti (base money), suku bunga, giro wajib minimum mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk menggerakkan roda perekonomian.

b. Fungsi Bank

Menurut Boediono (2001: 112) salah satu usaha bank yang penting adalah menerima simpanan uang dari nasabah dan memberi pinjaman kepada nasabahnya yang lain. Bank menjadi penyalur dana dari unit ekonomi yang surplus kepada unit ekonomi yang defisit. Fungsi tersebut dikenal sebagai fungsi intermediasi keuangan dari bank dan lembaga-lembaga keuangan yang serupa.

Fungsi intermediasi perbankan tersebut bersifat penting bagi perekonomian suatu negara. Tanpa adanya bank, kemungkinan unit yang surplus dana akan menyimpan kelebihan dananya sendiri, sedangkan unit yang defisit dana atau investor tidak bisa memperoleh dana yang diperlukan untuk perluasan usahanya. Apabila hal ini terjadi maka perekonomian tidak bisa tumbuh dan berkembang secara lancar. Sebaliknya intermediasi keuangan yang efisien akan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi (Boediono, 2001: 113).


(30)

commit to user

Fungsi financial intermediary tersebut merupakan salah satu bentuk dari peran bank sebagai agent of development atau agen pembangunan yang mampu menunjang upaya pemerataan pembangunan tetapi tetap memperhatikan keuntungan yang wajar (Achwan dkk, dalam Tangkilisan, 2003: 270. Salah satu perwujudan peran perbankan tersebut dapat dilihat dari upayanya untuk menyalurkan kredit. Penyaluran kredit, terutama kredit yang bersifat produktif diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha yang pada gilirannya mampu membuka lapangan kerja dan menciptakan pemerataan pendapatan.

2. Kredit

a. Pengertian Kredit

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.


(31)

commit to user

Menurut Siamat (1995: 97) tujuan utama pemberian suatu kredit bagi bank antara lain:

a. Kredit komersil merupakan kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan. b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan oleh bank untuk

memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif.

c. Kredit produktif merupakan kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapa memperlancar produksi.

b. Manfaat kredit

Kredit bermanfaat bagi pihak bank yang menyalurkan kredit. Hal ini disebabkan oleh karena bank memperoleh penghasilan atau keuntungann salah satunya adalah lewat penyaluran kredit yaitu melalui bunga yang dikenakan atas setiap nilai kredit.

Kredit juga bermanfaat bagi pemerintah, yaitu berperan sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui proses kapasitas produksi dan sebagai alat pengendali mineter, alat pengendali pagu kredit, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan Negara.

Kredit juga bermanfaat bagi sektor industri, dengan bantuan modal berupa kredit maka maka dapat memproduksi dan meningkatkan produk dari potensi ekonomi yang ada.


(32)

commit to user

3. Suku Bunga

a. Pengertian Suku Bunga

Menurut Nopirin (1992:176) fungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.Menurut Ramirez dan Khan (1999:96) ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.

Menurut Prasetiantono (2000:10) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan


(33)

commit to user

yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan

suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi ( Prasetiantono, 2000 : 99-101).

Menurut Djaslim Saladin (2004) , Konsep Dasar Ekonomi Dan Lembaga, menguraikan pendapat David Ricardo yang berpendapat bunga adalah jika memang banyak yang dapat dilakukan dengan mengunakannya, banyak pula yang diberikan dengan mengunakannya. Sedangkan Bohm Bawaer mengangap bahwa bunga itu timbul karena orang lebih menyukai barang di masa datang, dan menganggap bunga adalah diskonto yang harus dibayarkan. Bunga ditentukan oleh penyediaan dan permintaan akan dana yang dipinjam.

Menurut Manuharawati dan Rudianto Artiono (2000:96)) dalam Matematika Keuangan, bunga adalah suatu jasa yang berbentuk uang yang diberikan oleh seorang peminjam atau pembeli terhadap orang yang meminjamkan modal atau penjual atas persetujuan bersama.

Menurut M. Farid M (2006) dalam tesisnya menguraikan bahwa dalam literatur ekonomi, yang dimaksud dengan suku bunga adalah „harga‟ yang terjadi dipasar uang dan modal. Harga disini adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu yang ditentukan bersama.


(34)

commit to user

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga

Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga yang ditetapkan oleh bank adalah : (Muhammad, 2005)

1. Kebutuhan dana

2. Target laba yang diinginkan 3. Kualitas Jaminan

4. Kebijaksanaan pemerintah 5. Jangka waktu

6. Reputasi Perusahaan 7. Produk yang kompetitif 8. Hubungan baik

9. Persaingan

c. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Kredit

Besar kecilnya suku bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin tinggi bunga simpanan maka semakin besar pulabunga pinjaman kredit. Sebaliknya, semakin kecil bunga simpanan maka semakin kecil pula bunga pinjaman.

Tingkat suku bunga mempengaruhi keinginan orang atau pengusaha untuk mengajukan kredit kepada pihak bank. Keinginan orang atau badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada bank berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankannya dengan uang kredit dan besarnya bunga yang


(35)

commit to user

harus dibayar dari modal yang dipinjam. Apabila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang pembiayaannya didasarkan atas pinjaman dari kreditur.

Tingkat suku bunga pinjaman berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit dari sisi permintaan. Tingginya suku bunga yang melebihi kemampuan membayar nasabah menyebabkan nasabah enggan mengajukan kredit kepada perbankan yang berdampak menurunnya kredit yang disalurkan oleh perbankan. Dengan demikian kenaikan suku bunga bank mengurangi keinginan pengusaha untuk mengajukan kredit dari bank yang berarti besarnya kredit yang disalurkan oleh bank juga akan mengalami penurunan (Agung, et.al, 2001: 21).

4. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus (Waluyo,2004:119). Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama. Dijelaskan banyak pengertian inflasi yang disampaikan para ahli. Inflasi menurut A.P. Lehnerinflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Ahli yang lain yaitu Ackley


(36)

commit to user

memberi pengertian inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.

b. Faktor-faktor penyebab inflasi

Inflasi timbul disebabkan oleh berlebihnya permintaan dari masyarakat, maupun dari adanya kenaikan biaya produksi (Boediono,2001:162-163).

Faktor penyebab inflasi antara lain :

1) Pemerintah terlalu berambisi untuk menyerap sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan oleh pihak bukan Pemerintah pada tingkat harga yang berlaku.

2) Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang-barang dan jasa naik lebih cepat daripada tambahan keluarnya

3) Pengaruh inflasi Luar Negeri

c. Pengaruh Inflasi Terhadap Kredit

Kebutuhan akan uang yang meningkat dapat dopenuhi dari pinjaman atau kredit yang diberikan bank. Dan jika permintaan akan uang meningkat menyebabkan jumlah jumlah pinjaman/kredit yang disalurkan juga akan meningkat.


(37)

commit to user

Juttner &Tuckwell, 1974 dalam Iswara dan Nopirin, 1996: 154) menyimpulkan bahwa inflasi merupakan determinan yang paling penting bagi permintaan akan uang. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat subtitusi antara uang dan assets riil sedemikian rupa sehingga jumlah uang yang dibutuhkan semakin kecil apabila tingkat inflasi semakin tinggi.

5. Indeks Produksi

a. Pengertian Indeks Produksi

Indeks Produksi merupakan indeks kuantitas (quantity index) yang pada prinsipnya sama dengan penghitungan indeks harga (price index). Indeks Produksi dihitung dengan melihat perubahan atau membandingkan kuantum produksi (hasil survei) bulan berjalan terhadap kuantum produksi bulan sebelumnya sehingga indeks produksi bulan berjalan menggambarkan perkembangan produksi terhadap bulan sebelumnya. Dalam formulasi penghitungan, harga harus dikonstantir agar perubahan kuantitas dapat diukur bebas dari pengaruh perubahan harga. Secara matematis formulasi penghitungannya adalah ;

QIm = {(Σqm . w)/(Σq(m-1) . w)} x 100 dimana ;

QIm = Indeks Produksi bulan berjalan Qm = Kuantum Produksi bulan berjalan q(m-1) = Kuantum Produksi bulan sebelumnya w = Penimbangan (weighted)


(38)

commit to user

Biasanya yang masuk dalam daftar Index antara laim:

1. Barang-barang konsumsi

2. Peralatan untuk usaha/bisnis.

3. Persediaan Barang Non Industri

4. Bahan-bahan material

5. Hasil Pertambangan

6. Barang-barang mentah

b. Pengaruh indek Produksi terhadap penyaluran kredit perbankan

Interaksi antara perbankan dengan para pelaku ekonomi secara langsung melalui penyaluran kredit perbankan akan berpengaruh terhadap perkembangan berbagai aktivitas perekonomian. Dari sisi produksi perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan akan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan tingkat output riil dari berbagai sektor ekonomi.

6. Dana Pihak Ketiga

a. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Mudah dikarenakan asal dapat memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya


(39)

commit to user

seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit.Kemudian keuntungan lainnya adalah dana yang tersedia di masyarakat tidak terbatas.

Kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri baik untuk biaya bunga maupun biaya promosi. Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account, dimana artinya sama dengan memliki simpanan atau rekening berarti memiliki sejumlah uang yang disimpan di bank tertentu atau dengan kata lain simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat untuk dititipkan di bank. Dana kemudian dikelola oleh bank dalam bentuk simpanan seperti rekening giro, rekening tabungan, dan rekening tabungan untuk kemudian diusahakan kembali dengan cara disalurkan ke masyarakat.Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening).

b. Pengaruh DPK terhadap penyaluran kredit perbankan

Agung et al (2001:19) menyatakan bahwa dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan nasional selama periode 1994-1996 merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan kredit hingga mencapai rata-rata 24,9%.Namun demikian, krisis yang terjadi sejak pertengahan 1997 telah menyebabkan turunnya DPK yang berdampak pada penurunan lending capacity dan pertumbuhan kredit perbankan.


(40)

commit to user

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sebelumnya sudah dilakukan oleh agung et al (2001) dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan masih lambatnya penyaluran kredit. Penelitian ini dilakukan dengan analisis empiris secara mikro mempergunakan data individual perbankan. Dan bahwa penurunan kredit yang disalurkan oleh perbankan disebabkan oleh faktor-faktor penawaran.

Fransisca dan Siregar (2008) meneliti bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Pengaruh positif dan signifikan dana pihak ketiga terhadap volume kredit sebesar 0,912 artinya setiap kenaikan dana pihak ketiga sebesar satu satuan (1%) akan diikuti kenaikan volume kredit sebesar 91,2%. Pada penelitian Siregar (2006), membuktikan bahwa faktor makro ekonomi (Suku Bunga BI, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah) berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara.

Pada penelitian Haryati (2009) dengan sampel bank nasional dan bank asing dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan kredit pada bank nasional dan berpengaruh tidak signifikan terhadap bank asing.

Mongid (2008) meneliti tentang “The Impact of Monetary Policy on Bank Credit during Economic Crisis: Indonesia’s Experience”. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa BI rate dan nilai tukar mempunyai pengaruh negatif signifikan sedangkan pertumbuhan simpanan dan DPK mempunyai


(41)

commit to user

pengaruh positif signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa selama masa krisis, kebijakan moneter dari kredit perbankan kurang mampu berjalan secara optimal. Pengaruh yang cukup tinggi mengindikasikan selama periode krisis perlu dilakukan pengendalian kredit melalui penurunan BI rate untuk menghindari terdepresiasinya nilai tukar.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Inflasi

Indek Produksi

Suku Bunga

DPK

Krisis Ekonomi


(42)

commit to user

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Inflasi berpengaruh negatif terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

2. Tingkat suku bunga kredit berpengaruh positif terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

3. Indeks produksi berpengaruh positif terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

4. Dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap penawaran kredit bank di Indonesia tahun 1990 – 2011.

5. Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.


(43)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam hal ini peneliti bermaksud mengetahui pengaruh variable bebas terhadap variable terikat dan seberapa besar hubungan tersebut. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypotyhesis testing) yang menguji hipotesis yang telah dirumuskan di awal. Menurut dimensi waktunya, penelitian ini bersifat pooled yaitu observasi yang melibatkan data time series dan cross section.

B. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang bersumber dari Bank Indonesia, berupa data inflasi, data jumlah dana pihak ketiga ,tingkat suku bunga, dan data jumlah kredit.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi pustaka. Data dokumentasi untuk memperoleh data inflasi, data jumlah dana pihak ketiga, tingkat suku bunga, dan data jumlah kredit. Dan studi pustaka untuk memperoleh teori-teori yang berkaitan dengan inflasi dan kredit.


(44)

commit to user

D. Teknik Analisis Data

1. Teknik Uji Hipotesis Penelitian

Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan Regresi Linier Berganda dengan model sbb:

Kt = a1+b1IFt+b2SBt+b3IPt + b4 DBKt+b5 D+et

a = Konstanta IF = Inflasi

SB = Suku Bunga Kredit IP = Indeks Produksi DPK = Dana Pihak ketiga

Kt = Total Kredit yang Ditawarkan D = Variabel Dummy

b1, b2, b3, b4 =Koefisien parameter variabel bebas 1,2,3,4

e = Stohastic disturbance terms

2. Definisi Operasional Variabel

a. Penawaran kredit adalah jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank yang diukur dalam satuan rupiah. Data tentang penawaran kredit diperoleh dari Bank Indonesia.

b. Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus. Prosentase angka inflasi per bulan diperoleh dari Bank Indonesia.


(45)

commit to user

c. Tingkat suku bunga adalah alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.

d. Indek produksi adalah merupakan indeks kuantitas (quantity index) yang pada prinsipnya sama dengan penghitungan indeks harga (price index). Dalam penelitian ini indek produksi berupa jumlah indek produksi per bulan.

e. Dana pihak ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat untuk dititipkan di bank. Dana kemudian dikelola oleh bank dalam bentuk simpanan seperti rekening giro, rekening tabungan, dan rekening tabungan untuk kemudian diusahakan kembali dengan cara disalurkan ke masyarakat. Dana pihak ketiga diukur dalam satuan rupiah. Dalam penelitian ini data dana pihak ketiga diperoleh dari Bank Indonesia.

3. Teknik Uji Model Regresi

f. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regsresi linear klasik adalah bahwa varians setiap disturbance term sama dengan 2

. Inilah yang disebut asumsi homoskedastisitas. Alat uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Park.

Uji Park mengasumsikan bahwa metode variance merupakan fungsi dari variabel-variabel bebas dinyatakan dalam


(46)

commit to user

persamaan sebagai berikut: (Gujarati, 2006:403-404)

vi i

i

X

e

2

2

i i

X1

v

2 2

ln

ln

ln

dimana vi = gangguan stokastik

Karena 2 i

 tidak diketahui, maka uji park mengasumsikan agar 2

i

u digunakan sebagai proxy dan dilakukan regresi sebagai berikut:

i

i X v

u2 ln 2  ln 1

ln

i

v X  

 ln 1

Jika signifikan, maka heteroskedastisitas dalam data sebab hipotesis pengujian heteroskedastisitas adalah:

H0 = tidak ada heteroskedastisitas

H1= ada heteroskedastisitas

2) Uji Autokolarelasi

Penaksiran model linier mengandung asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi atau korelasi serial diantara disturbance term -nya. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi akan digunakan uji dari Breusch-Godfrey atau (BG) Test. Uji ini menyatakan jika nilai 2

-hitung lebih kecil dari nilai 2-tabel berarti hipotesis alternatif yang menyatakan ada autokorelasi dalam model dapat ditolak.


(47)

commit to user (Gujarati, 2003; 474)

d < dL = menolak Ho d > 4 dL = menolak Ho dU < d < 4-dU = tidak Menolak Ho

dL< d < dU atau 4 – dU < d < 4 – dL = pengujian tidak menyakinkan.

(Gujarati, 1995: 217)

3) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu situasi di mana terdapat korelasi variabel-variabel independen di atara satu dengan lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel yang nilai korelasi antar sesamanya adalah nol. Uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan regresi parsial masing-masing variabel independen, kemudian dibandingkan dengan nilai R2 utama,. Jika lebih tinggi, maka terdapat multikolinearitas di dalam model. (Gujarati, 2003: 360).

g. Uji Kebaikan Model


(48)

commit to user

individu (uji t), uji signifikasi parameter secara bersamaan (uji F), dan uji goodness of fit (uji R2).

1) Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui berarti tidaknya suatu variabel independent dalam mempengaruhi variabel dependen.

a)Uji sisi kanan:

Hipotetsis nol yang biasa digunakan adalah.

o

H : i ≤ 0 : tidak ada pengaruh positif variable independen terhadap variable dependen.

Hipotesis alternatifnya adalah.

1

H :i> 0 : ada pengaruh positif variable independen terhadap variable dependen.

2) Uji sisi kiri :

Hipotetsis nol yang biasa digunakan adalah.

o

H : i ≥ 0 : tidak ada pengaruh negatif variable independen terhadap variable dependen.

Hipotesis alternatifnya adalah.

1

H :i< 0 : ada pengaruh negatif variable independen

terhadap variable dependen.

Jika nilai t dari parameter yang diestimasi signifikan dibandingkan dengan nilai t tabel, maka variabel tersebut secara statistic


(49)

commit to user

berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 2003; 9-13)

) 3 ( ... ... ) ( i i i SE t     dimana: i

 = parameter yang diestimasi

i

 = nilai hipotesis dari i (Ho:i=i) SE(i) = simpangan baku i

2) Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independent secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabilah nilai F hitung lebih besar pada nilai F tabel, maka variabel-variabel independent secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai Fhitung dirumuskan sebagai berikut: (Gujarati, 2003; 9-13)

) 4 ( ... ) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 K N R k R F    dimana:

k = jumlah parameteryang diestimasi termasuk konstanta N = jumlah observasi

3) Uji Goodness of ft ( 2

R )

Uji R2 menunjukkan besarnya variasi variabel-variabel independen


(50)

commit to user

sampai 1. semakin besar nilai R2 berarti semakin besar variasi

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R2 berarti

semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Nilai R2 dihitung dengan (Gujarati,

2003; 218). ) 5 .( ... 2 2 2 y y R    dimana: 

y = nilai y estimasi y = nilai y actual

Penaksiran OLS bertujuan memaksimumkan R2. Meskipun

demikian R2 yang tinggi belum tentu menunjukkan estimasi yang

baik. R2 dapat juga rendah karena tingginya variabel penganggu

dan estimasi parameter tetap dapat dikatan baik dari keriteria lain. Masalah yang dapat dihadapi oleh R2 adalah bahwa penanbahan

variabel independen kedalam permasalahan tidak akan menurunkan nilai R2. Selain itu penambahan variabel baru memerlukan

estimasi koefesien lain. Hal ini mengurangi derajat kebebasan (degree of freedom), yaitu selisih jumlah observasi dengan jumlah koefesien parameter yang diestimasi termasuk konstanta, atau nilai N-(k+1). Penurunan ini mengandung unsure biaya karma semakin kecil derajat kebebasan, semakin kurang dapat diandalkan hasil


(51)

commit to user

estimasi suatu persamaan. Dengan demikin, meningkatkan dengan kesesuaian yang disebabkan oleh penambahan variabel baru harus dibandingkan dengan penurunan derajat kebebasan (adjustmentR2).

Nilai R2 yang disesuaikan (adjusted R2) yaitu nilai R2 yang telah

memperhitungkan derajat kebebasan adalah (gujarati,1995,208)

) 6 ( ... ... 1 2

2 2

y e R

   

dimana: 2

2

y e

 adalah variasi yang tidak dapat dijelaskan dari y


(52)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Penawaran Kredit Bank

Data penawaran kredit adalah data jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank dalam setiap bulan mulai kurun waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2011. Tabel berikut ini adalah statistik deskriptif data penawaran kredit bank.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Data Penawaran Kredit Bank (Rupiah)

Penawaran Kredit Sebelum Krisis Setelah Krisis Tahun 1990 - 2011

Maksimal 262.627.00 639.152.00 639.152.00 Minimal 49.599.00 130.637.00 49.599.00 Rata-rata 127.494.06 305.401.14 244.751.00 Std. Deviasi 60.037.80 1.44 1.48

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa penyaluran kredit mengalami perubahan dari masa sebelum krisis dengan masa sesudah krisis. Pada masa sebelum krisis nilai maksimal penyaluran kredit mencapai jumlah Rp. 262.627,00 sedangkan pada masa sesudah krisis jumlah maksimal mencapai nilai Rp. 639.152,00. Secara sekilas berdasarkan perbandingan nilai tersebut, maka akan terlihat bahwa jumlah


(53)

commit to user

penyaluran kredit sesudah krisis ekonomi justru mengalami peningkatan yang cukup besar.

2. Data Inflasi

Data inflasi adalah tingkat inflasi perbulan selama kurun waktu tahun 1990-2011. Berikut ini adalah tabel yang memuat statistik deskriptif data inflasi.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Data Inflasi (%)

Penawaran Kredit Sebelum Krisis Setelah Krisis Tahun 1990 - 2011

Maksimal 2,92 12,76 12,76

Minimal -0,61 -1,05 -1,05

Rata-rata 0,64 0,94 0,84

Std. Deviasi 0,64 1,65 1,40

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa inflasi mengalami kenaikan yang sangat tinggi pada masa sebelum krisis ekonomi. Sebelum krisis ekonomi, nilai inflasi tertinggi mencapai 2,92%, sedangkan pada masa sesudah krisis ekonomi, tingkat inflasi mencapai 12,76%.

3. Data Suku Bunga Kredit

Data suku bunga kredit adalah data suku bunga kredit perbankan nasional perbulan mulai kurun waktu 1990 sampai dengan tahun 2011. Berikut ini adalah tabel yang memuat statistik deskriptif data tingkat suku bunga kredit.


(54)

commit to user

Statistik Deskriptif Data Suku Bunga Kredit (%)

Penawaran Kredit Sebelum Krisis Setelah Krisis Tahun 1990 - 2011

Maksimal 19.50 30.80 30.80

Minimal 14.00 13.40 13.40

Rata-rata 17.12 18.83 18.25

Std. Deviasi 39.24 4.67 3.98

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai tingkat suku bunga tertinggi pada masa sebelum krisis ekonomi mencapai 19.50%, dan terendah mencapai 14.00% sedangkan pada masa sesudah krisis ekonomi nilai suku bunga tertinggi mencapai 30,80% dan nilai terendah mencapai 13,40%.

4. Data Indek Produksi

Data indek produksi adalah data jumlah indek produksi per bulan kurun waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 2011. Berikut ini adalah tabel yang memuat statistik deskriptif data tingkat suku indek produksi.

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Data Indek Produksi


(55)

commit to user

Maksimal 343 297 343

Minimal 109 110 109

Rata-rata 155,39 175 168,31

Std. Deviasi 39,27 54,49 50,61

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai indek produksi tertinggi pada masa sebelum krisis ekonomi mencapai 343, dan terendah mencapai 109, sedangkan pada masa sesudah krisis ekonomi nilai indek produksi tertinggi hanya mencapai 297 dan nilai terendah mencapai 110.

5. Data Dana Pihak Ketiga

Data dana pihak ketiga adalah jumlah dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan baik melalui simpanan tabungan, deposito maupun giro perbulan selama kurun waktu tahun 1990 sampai dengan 2011.

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Dana Pihak Ketiga (Rupiah)

Penawaran Kredit Sebelum Krisis Setelah Krisis Tahun 1990 - 2011


(56)

commit to user

Minimal 25.867 126.804.00 25.867.00 Rata-rata 109.491.98 649.387.45 465.332.18 Std. Deviasi 85.184.25 2.38 1.48

Tabel di atas menunjukkan bahwa dana pihak ketiga mengalami peningkatan pada masa sesudah krisis ekonomi. Peningkatan ini dapat dilihat dari naiknya nilai rata-rata pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yaitu dari Rp.109.491.98 menjadi Rp.649.387.45.

B. Pengujian Model Empirik

1. Uji Asumsi Klasik

a. Heteroskedastisitas

Hipotesis yang diuji adalah hipotesis null yang menyatakan bahwa residual bersifat homoskedastisitas heteroskedastisitas melawan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa residual bersifat heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan mempergunakan uji Park dengan bantuan program SPSS 17.0 For Windows. Berdasarkan perhitungan dengan uji park diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil uji Park untuk menguji Heteroskedastisitas Variabel Dependen: Residu2

Variabel Koefisien Standar

Error

t-hitung Tingkat


(57)

commit to user

Konstanta 1.695E9 2.365E9 .717 .474

Suku bunga kredit 6.786E7 1.204E8 .564 .574 Indek produksi 1836.104 1648.507 1.114 .266 Dana pihak ketiga 3670.774 2520.817 1.456 .147 Kondisi ekonomi 1.413E9 1.694E9 .834 .405

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua koefisien variabel bebas berada pada kondisi tidak signifikan secara statistik. Karena nilai tingkat signifikansi yang lebih besar dari 5%. ini berarti tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada variabel-variabel yang digunakan penelitian ini.

b. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson hasil penghitungan dengan program SPSS 17.00 For Windows untuk dibandingkan dengan nilai tabel Dubin-Watson. Adapun nilai tabel Durbin-Watson pada taraf kepercayaan 5% untuk n=264 dan k=4 adalah dL=1,728 dan dU=1,810.

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai DW sebesar 1,949. Nilai DW tersebut berada di antara nilai dU (1,810) dan 4-dU (4-1,810=2,190). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi di antara data pengamatan.

c. Uji Multikolinearitas


(58)

commit to user

terdapat hubungan multikolinearitas antara variable bebas dalam penelitian melawan hipotesis alternatif yang menyatakan tidak terdapat hubungan multikolinearitas antara variable bebas dalam model penelitian.

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF hasil perhitungan dengan program SPSS 17.00 For Windows. Apabila nilai VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

Berdasarkan hasil penghitungan dengan SPSS 13.00 For Windows diperoleh nilai VIF sebesar 1,058; 1,220; 1,091; 4,507, dan 4,682. Nilai VIF tersebut jauh lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antara variable bebas dalam model penelitian.

2. Uji Kebaikan Model

a. Uji Statistik t

Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen penawaran kredit. Apabila t hitung > -t tabel maka variabel independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila t hitung < -t tabel maka berarti variable independen berpengaruh

secara signifikan terhadap variable dependen. Hasil uji t sebagai berikut.


(59)

commit to user Ho Ditolak

Ho Ditolak

Ho Ditolak

H0 Diterima

-4,000 -1,969 1,969

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa variabel Inflasi diperoleh nilai t hitung adalah -4,000 dengan nilai t tabel -1,969

(-t hi(-tung &l(-t; -(-t (-tabel), yang berar(-ti bahwa Ho di(-tolak dan Ha di(-terima. Dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

2) Variabel Suku Bunga Kredit

H0 Diterima

0,283 1,969

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa variabel suku bunga kredit diperoleh nilai t hitung adalah 0,283 dengan nilai t tabel

1,969 (t hitung < t tabel), yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa suku bunga kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

3) Variabel Indek produksi


(60)

commit to user

Ho Ditolak

1,969 3,400

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa variabel indek produksi diperoleh nilai t hitung adalah 3,400 dengan nilai t tabel

1,969 (t hitung > t tabel), yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa indek produksi berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

4) Variabel Dana Pihak Ketiga

H0 Diterima

1,969 14,875

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa variabel dana pihak ketiga diperoleh nilai t hitung adalah 14,875 dengan nilai t tabel

1,969 (t hitung > t tabel), yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

b. Uji Statistik F

Merupakan pengujian bersama-sama variable independent yang dilakukan untuk melihat pengaruh variable indeoenden secara bersama-sama terhadap vartiabel dependen (Gujarati,2004:140). Uji F dilakukan untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel independen secara bersama-sama


(61)

commit to user

Ho Ditolak terhadap variabel dependen penawaran kredit.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai F statistik sebesar 131,732. Untuk mengetahui signifikan nilai F tersebut dapat diketahui dengan membandingkan nilai F statistik tersebut dengan nilai F dalam tabel untuk dk (k; n-k-1=5; 259)=2,41 atau dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan komputer dengan nilai tingkat kepercayaan 0,05%. Apabila nilai F hitung > F tabel atau nilai signifikansi hitung < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa F adalah signifikan.

Perbandingan nilai F menunjukkan bahwa nilai F hitung > nilai F tabel (131,732 > 2,41). Perbandingan nilai signifikansi < tingkat kepercayaan (0,000 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai F signifikan atau berarti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

H0 Diterima

2,41 131

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung > F tabel (131,732 > 2,41) yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi, suku bunga kredit, indek produksi, dana pihak ketiga dan kondisi ekonomi secara bersama-sama berpengaruh terhadap penawaran kredit perbankan di Indonesia.


(62)

commit to user

Koefisien determinasi atau R2 adalah koefisien yang menggambarkan tingkat hubungan antara variabel independen dengan variable dependen. Suatu model penelitian dianggap semakin baik atau semakin tepat jika nilai R2 yang diperoleh semakin mendekati nilai I.

Berdasarkan hasil penghitungan dengan bantuan program SPSS 17.0 For Windows diperoleh nilai Adjust R2 sebesar 0.714. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa 71,4% variasi penawaran kredit perbankan dipengaruhi oleh variasi inflasi, tingkat suku bunga, indek produksi, dana pihak ketiga, dan krisis ekonomi. Adapun sisanya sebesar 28,6% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian.

d. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji t statistik, F statistik dan koefisien determinasi, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sudah baik. Nilai F yang signifikan menunjukkan bahwa regresi yang dianalisis signifikan untuk dijadikan landasan prediksi. Nilai koefisien determinasi yang mendekati angka 1, yaitu sebesar 0.714 menunjukkan bahwa model penelitian yang dipakai mencukupi.

C. Pengujian Hipotesis

1. Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda

Tabel 4.7

Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda Variabel Dependen Penawaran Kredit


(63)

commit to user

Variabel Koefisien t statistik Probabilitas Keterangan

Konstanta 5.095 10.310 0.000 Signifikan positif Inflasi -0.002 -4.000 0.000 Signifikan negatif Suku bunga kredit -0.002 -0.283 0.777 Tidak signifikan negatif Indek produksi 0.053 3.400 0.001 Signifikan positif Dana pihak ketiga 0.600 14.875 0.000 Signifikan positif Kondisi Ekonomi -0.301 -3.192 0.002 Signifikan negatif

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi, yaitu PK = 5,095 – 0,002 If – 0,002 Sb + 0,053 Ip + 0,600 DPK – 0,136 KE.

Model persamaan regresi tersebut mengandung arti bahwa apabila inflasi, suku bunga, indek produksi dan dana pihak ketiga dianggap konstan maka besarnya penawaran kredit adalah sebesar 5,095 (ribu)

2. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis 1-5 dilakukan dengan mempergunakan hasil analisis regresi berganda dengan data keseluruhan dari tahun 1990 sampai tahun 2011.

a. Uji Hipotesis 1

Hipotesis pertama yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa inflasi (If) berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung < t tabel maka koefisien inflasi signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum dalam tabel 1 diketahui bahwa nilai t hitung < nilai t tabel (4,000 <


(64)

-commit to user

1,969). Dengan demikian t hitung adalah signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa inflasi (If) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan terbukti kebenarannya.

b. Uji Hiptesis 2

Hipotesis kedua yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa suku bunga kredit (Sb) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka koefisien suku bunga kredit signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -0,283. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = -1,969. Dengan demikian nilai -t hitung < nilai t tabel (-0,283 > 1,969), sehingga nilai t hitung adalah tidak signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa suku bunga kredit (Sb) tidak berpengaruh terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan tidak terbukti kebenarannya.


(65)

commit to user

c. Uji Hipotesis 3

Hipotesis ketiga yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa indek produksi (Ip) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel koefisien Indek Produksi (IP) signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 3,400. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai t hitung > nilai t tabel (3,400 > 1,969), sehingga nilai t hitung signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa indek produksi (Ip) berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa indek produksi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan terbukti kebenarannya.

d. Uji Hipotesis 4

Hipotesis keempat yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK).

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka koefisien Dana Pihak Ketiga (DPK) signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil


(66)

commit to user

estimasi diperoleh nilai t hitung sebesar 14,875. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai t hitung > nilai t tabel (14,873 > 1,960), sehingga nilai t hitung adalah signifikan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan (PK). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa semakin besar dana pihak ketiga maka semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan. Sebaliknya, semakin kecil dana pihak ketiga yang dapat dikumpulkan oleh perbankan, maka semakin kecil pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penawaran kredit terbukti kebenarannya.

e. Uji Hipotesis 5

Hipotesis kelima yang diuji adalah hipotesis alternative yang menyatakan ada perbedaan pengaruh variable independen terhadap variable dependen sebelum dan setelah krisis ekonomi.

Ketentuan signifikansi dapat dilihat melalui perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka koefisien Variabel Dummy Krisis signifikan secara statistic. Berdasarkan hasil penghitungan yang tercantum dalam tabel 1 diperoleh nilai t hitung sebesar -3,192. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t


(67)

commit to user

tabel untuk df 264 = 1,969. Dengan demikian nilai -t hitung < nilai -t tabel (-3,192 < -1,969), sehingga nilai t hitung signifikan. Yang berarti bahwa Ada perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga kredit, indeks produksi, dan dana pihak ketiga terhadap penawaran kredit bank di Indonesia sebelum dan setelah krisis.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pengaruh inflasi terhadap penawaran kredit perbankan

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan. Hasil penelitian ini diperoleh nilai t hitung adalah -4,000 dengan nilai t

tabel -1,969 (-t hitung < -t tabel), yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi menyebabkan adanya ketidakpastian situasi usaha dan ketidakpastian kemampuan pengembalian bunga dan pinjaman. Oleh karena itu maka inflasi yang semakin tinggi menyebabkan orang enggan mengajukan kredit kepada bank.

Hasil penelitian ini berkebalikan dengan hasil penelitian oleh para ahli (Goldfield, 1973; Shapiro, 1973; Juttner & Tuckwell, 1974 dalam Iswara dan Nopirin, 1996: 154) yang mengungkapkan bahwa terdapat subtitusi antara uang dan assets riil sedemikian rupa sehingga jumlah uang yang dibutuhkan akan semakin kecil apabila tingkat inflasi


(68)

commit to user semakin tinggi.

Dalam hal ini berlaku pengaruh negative inflasi terhadap penawaran kredit, yang berarti bahwa semakin tinggi inflasi maka semakin kecil penawaran kredit perbankan. Hal ini salah satunya disebabkan karena inflasi merupakan satu hal yang dipertimbangkan oleh pengusaha atau debitur pada waktu mengajukan kredit kepada perbankan. Bagi para pengusaha inflasi merupakan beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Oleh karena itu, pengajuan kredit oleh pengusaha atau calon debitur dilakukan dengan tetap mempertimbangkan tingkat inflasi yang terjadi, sebab biaya inflasi akan menjadi beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Semakin tinggi inflasi maka kredit yang diajukan dan dicairkan oleh pengusaha akan semakin kecil dan semakin kecil inflasi maka kredit yang diajukan dan dicairkan akan semakin tinggi.

b. Pengaruh suku bunga terhadap penawaran kredit perbankan

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh secara Positif terhadap penawaran kredit perbankan. Hasil penelitian ini diperoleh nilai t hitung adalah 0,283 dengan nilai t tabel

1,969 (t hitung < t tabel), yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa suku bunga kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit.

Hal ini sesuai dengan pendapat Iswardono (1999: 212) yang menyatakan bahwa kalau bunga kredit bank mahal maka akan


(69)

commit to user

berpengaruh pada hasrat untuk mengambil kredit. Dalam hal ini berlaku asumsi bahwa bunga yang dikenakan terhadap kredit merupakan beban bagi debitur. Oleh karena itu semakin besar suku bunga maka semakin kecil jumlah kredit yang diajukan. Dalam hal ini semakin besar suku bunga tidak menurunkan jumlah penawaran kredit, dan semakin kecil suku bunga tidak meningkatkan jumlah penawaran kredit.

Dengan perkataan lain, bank memiliki kecenderungan untuk menyetujui dan menyalurkan kredit lebih besar dengan bunga yang lebih tinggi. Atau semakin tinggi bunga kredit maka akan semakin banyak jumlah kredit yang dikeluarkan oleh perbankan.

Pada sisi permintaan, hal ini menunjukkan bahwa nasabah atau calon debitur tidak lagi menganggap suku bunga kredit sebagai satu-satunya pertimbangan dalam menentukan kredit. Oleh karena itu, meskipun suku bunga kredit mengalami peningkatan, jumlah kredit juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswardono (1999:141) yang menyatakan bahwa di Negara berkembang ongkos untuk membayar bunga relative lebih kecil dibandingkan dengan biaya total untuk produksi. Oleh karena itu, debitur cenderung kurang mempertimbangkan faktor tingkat suku bunga dalam mengambil keputusan untuk memperoleh kredit bank.

Pengaruh positif suku bunga ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung dkk (2001:34). Pengaruh positif suku bunga menunjukkan bahwa suku bunga bukan merupakan faktor


(1)

commit to user

Indonesia sebelum dan setelah krisis. Dengan nilai -t hitung -3,192 dan nilai -t tabel -1,969 (-3,192 < -1,969). Krisis ekonomi menyebabkan kondisi usaha menjadi tidak kondusif. Kurs mata uang yang tidak stabil, daya beli mayarakat yang melemah, ditambah dengan kondisi hukum dan politik yang tidak stabil memperkecil minat indek produksi. Hal ini menyebabkan pengajuan kredit kepada bank mengalami penurunan. Pada sisi yang lain, jumlah kredit yang diajukan tersebut sebagian besar juga tidak disetujui, tidak diambil oleh debitur.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Pemerintah, sebaiknya berupaya mengurangi ketergantungan

masyarakat Indonesia pada barang-barang impor dan cenderung mengembangkan industri dalam negeri agar industri dalam negeri meningkat dimana tambahan modal dapat diperoleh dari dana pihak ketiga. 2. Kepada Bank Indonesia disarankan untuk mempergunakan kebijaksanaan moneter dari jalur suku bunga dengan mendorong bank-bank menetapkan tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong kegiatan Indek produksi. Dalam hal ini pihak Bank Indonesia dapat melakukan ekspansi moneter apabila suku bunga menunjukkan kenaikan melampaui angka yang ditetapkan sehingga suku bunga dapat kembali turun pada tingkat yang wajar. Sebaliknya, apalagi tingkat suku bunga menurun, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan kontraksi moneter sehingga suku


(2)

commit to user

bunga dapat kembali meningkat pada tingkat yang ideal. Sebaiknya mengantisipasi terjadinya krisis dikemudian hari agar tidak terjadi goncangan pada perekonomian

3. Kepada Lembaga Perbankan disarankan untuk lebih memperbesar

penempatan dana pihak ketiga untuk kredit dan mengurangi penempatan dalam bentuk SBI atau Pasar Uang Antar Bank.

4. Kepada pemerintah, Berkaitan dengan krisis ekonomi yang mempengaruhi

peranan variabel-variabel inflasi, suku bunga dan indek produksi terhadap penawaran kredit, yaitu menciptakan kestabilan ekonomi

5. Kepada Peneliti selanjutnya disarankan untuk memasukkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap penawaran kredit perbankan, misalnya variabel nilai tukar rupiah.

C. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, berikut ini adalah beberapa implikasi penting dari hasil penelitian ini.

1. Upaya meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan

melalui peningkatan Indek produksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indek produksi berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kredit. Arah pengaruh yang positif memberikan implikasi penting bahwa semakin besar Indek produksi akan semakin besar kredit yang disalurkan oleh perbankan. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan Indek produksi sehingga pada gilirannya akan memacu peningkatan jumlah kredit yang


(3)

commit to user disalurkan oleh perbankan.

Beberapa kebijakan yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendorong Indek produksi antara lain adalah dengan mempermudah perijinan dan proses pengajuan perijinan, memberikan insentif pajak, membanguna infrastruktur yang dibutuhkan untuk kelancaran Indek produksi. Kemudahan perijinan dan proses pengurusan perijinan misalnya perijinan satu pintu, tidak adanya calo dan pungutan liar, tersedianya berbagai fasilitas yang mempermudah Indek produksi akan menjadi satu daya tarik bagi investor, sehingga hal ini dapat mendorong pertumbuhan atau peningkatan Indek produksi.

Selain kebijakan yang berpusat pada proses perijinan dan fasilitas Indek produksi, pemerintah juga perlu menggiatkan kembali Indek produksi melalui jaminan stabilitas keamanan dan politik. Dalam beberapa hal, kondisi keamanan dan politik sangat mempengaruhi Indek produksi, karena kondisi keamanan dan politik yang tidak stabil dianggap sebagai salah satu indikator tidak kondusifnya suatu daerah untuk Indek produksi.

2. Upaya meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan

melalui peningkatan dana pihak ketiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan berpengaruh positif terhadap penawaran kredit perbankan. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mneingkatkan dana pihak ketiga sehingga jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan juga mengalami peningkatan.


(4)

commit to user

Beberapa pihak yang dapat mewujudkan peningkatan dana pihak ketiga melalui kebijakan yang dibuat antara lain adalah pihak pemerintah yaitu Bank Indonesia, maupun pihak perbankan sendiri. Pemerintah melalui bank Indonesia maupun lembaga perbankan perlu mengeluarkan berbagai kebijakanyang dapat mendorong terjadinya peningkatan dana pihak ketiga, misalnya seperti yang telah dilakukan oleh BI dengan kebijakan untuk memberikan jaminan atas tabungan senilai di bawah 100 juta dan penerapan good corporate governance.

Selain adanya jaminan dari BI tersebut, kekhawatiran nasabah akan kehilangan uang yang ditabung karena adanya likuidasi bank pada masa krisis ekonomi dan ketidakpercayaan pada lembaga perbankan akan berkuang jika lembaga perbankan memberikan jaminan sepenuhnya kepada nasabah bahwa pelanggaran-pelanggaran yang pernah terjadi dan dapat mengakkibatkan kerugian pada nasabah tidak akan terulang kembali. Hal ini dapat terwujud apabila perbankan menerapkan good corporate governance dan mentaati berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh BI.

Selain kebijakan penjaminan tabungan di bawah 100 juta tersebut, perbankan perlu menegaskan keberpijakannya untuk pembangungan ekonomi, dengan memperkecil dana bank yang dialokasikan pada SBI atau PUAB yang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan menempatkan dana bank untuk pangsa kredit. Apabila penempatan dana bank di SBI atau PUAB berlangsung terus menerus, maka fungsi bank sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang surplus dengan pihak


(5)

commit to user

yang defisit tidak akan berjalan. Peningkatan dana pihak ketiga juga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan. Dengan kata lain, peningkatan dana pihak ketiga tidak akan berimbas positif pada pergerakan ekonomi apabila bank tidak menjalankan fungsi intermediasinya.

3. Upaya menghindari terjadinya kembali krisis ekonomi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi

mempengaruhi secara negatif dan signifikan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan. Hal ini memberikan implikasi penting yakni upaya untuk menghindari terjadinya kembali krisis ekonomi di masa mendatang.

Kejadian krisis ekonomi kedua bisa terjadi apabila fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan lancar atau apabila perbankan kembali melanggar aturan-aturan operasional perbankan misalnya melakukan moral hazard yang menyebabkan pelanggaran BMPK atau pelanggaran-pelanggaran lainnya. Hal ini didasari pada kejadian krisis ekonomi tahun 1997 yang pada awalnya juga disebabkan oleh salah satunya berasal dari faktor perbankan. Masyarakat pernah kehilangan kepercayaan kepada perbankan, oleh karena itu perbankan selayaknya berusaha untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan masyarakat dengan menerapkan good governance dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

Salah satu kebijakan yang perlu diterapkan oleh pemerintah untuk menghindari terjadinya kembali krisis ekonomi adalah dengan memberlakukan sejumlah aturan penilaian kesehatan perbankan dengan


(6)

commit to user

ketat, sehingga operasional perbankan tetap berjalan sesuai dengan peraturan tersebut. Pihak perbankan sendiri juga perlu menerapkan pengawasan terhadap operasional bank yang bersangkutan, sehingga tidak terjadi gejala atau keadaan yang dapat memicu hilangnya kepercayaan nasabah terhadap bank.