Penerapan prinsip 5 c dalam pemberian kredit pada nasabah di pt. Bpr Nguter Surakarta uswatun

(1)

commit to user

PENERAPAN PRINSIP 5 C DALAM PEMBERIAN KREDIT

PADA NASABAH DI PT. BPR NGUTER

SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat Gelar Ahli Madya Program Studi DIII Keuangan Perbankan

Oleh :

USWATUN UMUL MUFIDA F 3609068

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012


(2)

(3)

(4)

commit to user

MOTTO

Jadilah lilin ketika semua lampu padam

agar orang-orang disekitarmu tetap mampu melihat

keindahan dalam kegelapan.

Tetap perjuangkan apapun yang menjadi

tujuan hidupmu

agar kelak kau punya tongkatmu sendiri untuk


(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibu dan Alm. Ayahku yang tercinta

terimakasih atas do’a dan dukungan kalian selama ini.

Suamiku tercinta

terimakasih karena selalu memberi motivasi untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Kakak dan Adikku yang kusayangi

terimakasih atas do’a dan motivasinya.

Teman dan sahabatku

di Jurusan Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Angkatan 2009

terima kasih atas bantuannya selama ini


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul : “PENERAPAN PRINSIP 5C DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPADA NASABAH DI PT. BPR NGUTER SURAKARTA” dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data yang diambil sebagai hasil magang kerja di perusahaan yang bersangkutan, setelah melalui pengamatan secara langsung yang telah dilaksanakan selama satu bulan. Adapun Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan kurikulum dalam rangka mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Wisnu Untoro M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si Selaku Ketua Program

Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Nunung Sri Mulyani yang telah memberikan bimbingan,


(7)

commit to user

4. Bapak Yusak Adi Nugroho, SE Selaku Direktur Utama PT. BPR

Nguter surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan magang kerja.

5. Seluruh karyawan PT. BPR Nguter Surakarta atas keramahannya dan

bantuannya menjadi pembimbing dalam magang kerja.

6. Ibu dan Alm. Ayahku, Suamiku serta Kakak dan Adikku tercinta

terima kasih atas motivasi dan doa-nya.

7. Teman-teman D3 KP FE UNS, kelas KP.A dan KP.B khususnya

yang telah banyak memberikan bantuan, rasa kebersamaan dan kesetiakawanan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam magang kerja dan penyusunan Laporan magang ini.

Disadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena keterbatasan pengetahuan, waktu dan pengalaman sehingga banyak terdapat kekurangan. Penulis berharap penulisan tugas akhir ini dapat berguna bagi pihak lain yang membacanya. Penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kesalahan yang disengaja maupun tidak.

Surakarta,


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Metode Penelitian... 4


(9)

commit to user

2. Objek Penelitian... 4

3. Jenis dan Sumber Data... 5

4. Teknik Pengumpulan Data... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Bank... 7

1. Definisi Bank... 7

2. Fungsi Bank... 8

3. Jenis-jenis Bank... 9

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 10

1. Pengertian BPR... 10

2. Bentuk Hukum BPR... 11

3. Kegiatan Usaha BPR... 12

C. Kredit... 13

1. Pengertian Kredit... 13

2. Tujuan Kredit... 14

3. Jenis-jenis Kredit... 15

4. Prinsip-prinsip Perkreditan... 19

5. Risiko Perbankan... 22

BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan... 26

1. Sejarah Perusahaan... 26


(10)

commit to user

3. Permodalan... 28

4. Perubahan Susunan Pengurus... 29

5. Produk Perusahaan... 31

6. Struktur Organisasi Perusahaan... 32

7. Job Discription... 34

B. Laporan Magang Kerja... 40

C. Pembahasan Masalah... 43

1. Penerapan Prinsip 5C di PT. BPR Nguter Surakarta... 43

2. Contoh Studi Kasus... 45

3. Pengaruh Penerapan Prinsip 5C dalam Menekan Risiko Kredit... 56

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA... 63


(11)

commit to user

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Pemegang Saham... 28 3.2 Nama dan Jumlah Pemegang Saham Baru... 31 3.4 Kelancaran Kredit Nasabah... 56


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR


(13)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat keterangan magang 2. Aktifitas harian magang

3. Formulir penilaian PIM magang kerja 4. Aplikasi permohonan kredit

5. Blanko analisis kredit 6. Brosur

7. Surat kesanggupan pembayaran angsuran kredit 8. Tanda setor

9. Tanda terima uang pinjaman 10. Slip penarikan

11. Slip setoran

12. Spesimen tanda tangan nasabah 13. Disposisi pencairan kredit

14. Surat kuasa untuk menjual barang jaminan

15. Pernyataan dan penyerahan kembali barang jaminan 16. Fiducia


(14)

commit to user

ABSTRAK

PENERAPAN PRINSIP 5C DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI PT. BPR NGUTER

SURAKARTA

USWATUN UMUL MUFIDA F3609068

Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kredit menjadi salah satu alasan munculnya lembaga keuangan yang semakin banyak. Permintaan kredit yang tidak sesuai dengan kemampuan pengembalian pinjaman menjadi penyebab munculnya risiko kredit. Upaya yang dilakukan lembaga keungan untuk mencegah hal ini salah satunya adalah dengan menerapkan prinsip 5C (Character,

Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa penerapan prinsip 5C dalam pemberian kredit dan juga untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip 5C terhadap kemungkinan terjadinya risiko kredit di PT. BPR Nguter Surakarta.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu bersumber dari data primer dan sekunder yang diperoleh dengan cara mengamati, wawancara, dan studi pustaka. Ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan prinsip 5C yang diterapkan di PT. BPR Nguter Surakarta.

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa apabila salah satu dari prinsip Capital dan Condition of Economy tidak terpenuhi, namun Character,

Collateral, dan Capacity calon debitur terpenuhi, maka permintaan kredit akan

bisa dicairkan. Nilai NPL selalu meningkat dan melebihi batas yang telah ditetapkan oleh BI, dan karena kurangnya pengawasan dari pihak bank menyebabkan masih banyak debitur yang pengembalian kreditnya kurang lancar dan atau tidak lancar. Maka dari itu sebaiknya pihak bank (Account Officer ) khususnya,agar lebih selektif lagi dalam menentukan calon debitur yang layak diberikan kredit dan juga dipantau pengelolaan uang pinjamannya jika digunakan sebagai tambahan modal usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko kredit.


(15)

commit to user

ABSTRACT

5C IMPLEMENTATION PRINCIPLES IN LENDING ON CUSTOMERS IN PT. BPR NGUTER

SURAKARTA

USWATUN UMUL MUFIDA F3609068

With the increasing credit needs of the community to become one of the reasons for the emergence of a growing number of financial institutions. Demand for credit that does not comply with loan repayment ability of the cause of the credit risk. Noted that financial institutions made efforts to prevent this the wrong way is to apply the principle of 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, and

Conditions of Economy).

The purpose of this study was to determine what kind of 5C principles on lending and also to determine the effect of 5C principles to the possibility of credit risk at PT. RB Nguter Surakarta.

The method used is descriptive qualitative research method, which is derived from primary and secondary data obtained by observing, interviewing, and literature. This was done to obtain information about the application of the principles applied in PT 5C. RB Nguter Surakarta.

From the analysis of the data obtained the conclusion that if one of the principle of Economy Capital and Condition is not met, but Character, Collateral, and Capacity of borrowers are met, then the demand for credit will be disbursed. NPL value always increases and exceeds the limits set by the BI, and because of the lack of supervision of the bank causing many borrowers to refund or credit is less smooth and not smooth. Therefore should the bank (Account Officer) in particular, to be more selective in determining the prospective borrower again that deserves credit and money management loans are also monitored when used as additional working capital to reduce the possibility of credit risk.


(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diera globalisasi seperti saat ini, kredit merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Kebutuhan manusia yang semakin besar dan tidak terbatas adalah yang menjadi salah satu alasan meningkatnya kebutuhan akan kredit. Lintah darat atau sering kita kenal dengan istilah rentenir, pada jaman dahulu menjadi pilihan masyarakat untuk meminjam uang/ kredit, namun pinjaman yang diberikan tidak sebanding dengan bunga yang dibebankan karena terkadang bunga yang dibebankan melebihi jumlah pinjaman yang diberikan. Hal ini justru menjadikan masalah baru bagi masyarakat, karena selain harus mengembalikan pinjaman, mereka juga harus membayar bunga yang jumlahnya tidak wajar.

Pemerintah, untuk mengatasi permasalahan ini kemudian membentuk suatu lembaga keuangan perbankan, namun pada umumnya ruang lingkup perkreditan pada bank hanya dapat dinikmati masyarakat menengah keatas, hal ini juga tidak terlepas dari tujuan perbankan yang dalam memberikan kredit menginginkan keuntungan dengan menetapkan suku bunga yang relatif tinggi yang hanya mampu dipenuhi oleh masyarakat golongan menengah keatas. Peminjaman juga harus melalui sistem birokrasi yang panjang dan rumit, oleh karena itu pemberian kredit terhadap masyarakat golongan


(17)

commit to user

2

menengah kebawah belum dapat dipenuhi. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1998 atau lebih dikenal dengan sebutan PAKTO 88 melalui Keputusan Presiden RI No. 38 yang menjadi awal pendirian BPR.

Kegiatan penyaluran kredit sendiri juga mengandung risiko kredit misalnya, tidak kembalinya dana yang dipinjamkan kepada nasabah. Maka dari itu diperlukan adanya analisa kredit untuk mengetahui keberhasilan aktivitas penyaluran kredit itu dan juga untuk menekan kemungkinan terjadinya risiko kredit. Analisa kredit dilakukan juga untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang akan diberikan, sedangkan tujuan utama dari analisa kredit ini adalah untuk menilai kesedian dan kemampuan calon debitur untuk mengembalikan pinjaman pokok beserta bunganya atau memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi perjanjian kredit.

PT. BPR Nguter Surakarta merupakan lembaga keuangan bank yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito kemudian menyalurkannya kembali pada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit.

Berdasarkan ketentuan BI, penyaluran kredit didasarkan pada prinsip kehati-hatian, yaitu penyaluran kredit dengan menggunakan prinsip 5C, yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy.

Berdasarkan uraian diatas dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “ PENERAPAN PRINSIP 5C DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI BPR NGUTER SURAKARTA “


(18)

commit to user

3

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah setiap kesulitan yang dihadapi manusia dan usaha untuk memecahkannya. Suatu penelitian dibutuhkan sebuah penegasan perumusan masalah yang harus diselidiki sehingga masalah menjadi jelas dan terarah. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana penerapan prinsip 5C dalam pemberian kredit pada nasabah dan pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya risiko kredit di PT. BPR Nguter Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Penulis dalam melakukan penelitian di PT. BPR Nguter Surakarta memiliki tujuan sebagai berikut :

Mengetahui bagaimana penerapan prinsip 5C yang dilakukan PT. BPR Nguter Surakarta dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya risiko kredit di PT. BPR Nguter Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, juga diharapkan laporan ini dapat bermanfaat, baik untuk penulis sendiri, peusahaan, maupun bagi pembaca. Adapun manfaat yang dapat diambil dari laporan ini adalah :

1. Laporan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi PT. BPR Nguter Surakarta dan dari hasil penelitian berupa kesimpulan dan saran yang diberikan penulis, dapat membantu meningkatkan kinerja


(19)

commit to user

4

yang lebih baik dalam pemberian kredit yang disalurkan kepada masyarakat.

2. Laporan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi

pembaca dengan mengetahui prosedur- prosedur seperti apakah yang diterapkan perusahaan dalam pemberian kredit.

3. Laporan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi

peneliti sendiri sebagai pengalaman dimana peneliti dapat melihat langsung bagaimana dan seperti apa dunia kerja yang sesungguhya.

E. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk memahami objek sasaran yang diteliti. Metode dipilih untuk digunakan dalam rangka memperoleh suatu data yang akurat dan relevan, untuk dapat dianalisa serta dapat disusun secara sistemetis sesuai dengan tujuan diadakan penelitian tersebut.

1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan dan melukiskan keadaan obyektif pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya.

2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah nasabah (debitur) di PT. BPR Nguter Surakarta yang beralamat di Jl. Honggowongso No. 69.


(20)

commit to user

5

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diambil oleh peneliti dan biasanya dilakukan dengan cara mengamati dan mewawancarai langsung sumbernya. Sumber data primer ini adalah direksi atau karyawan PT. BPR Nguter Surakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data dari perusahaan dan studi kepustakaan yang dijadikan sebagai sumber data. Pengambilan data secara sekunder ini digunakan untuk mendapatkan data-data pendukung yang diperlukan, misalnya tentang profil perusahaan, struktur organisasi, perkembangan perusahaan dilihat dari penelitian sebelumnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka (Library Research)

Studi pustaka adalah teknik pegumpulan data melalui peninjauan kepustakaan untuk membandingkan kenyataan dilapangan dengan teori sebenarnya. Data ini dikumpulkan dengan cara membaca dan mempelajari literature, diktat perkuliahan dan buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti.


(21)

commit to user

6

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan adalah melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, artinya penelitian berada ditempat terjadinya fenomena yang diamati untuk megumpulkan pengetahuan umum yang cukup, baik mengenai tujuan penelitian, objek yang diteliti maupun pengetahuan tentang faktor lain yang mungkin akan berpengaruh terhadap proses pengamatan.

Penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

1) Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih, bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan.

2) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilaukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala–gejala yang diselidiki


(22)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank

1. Definisi Bank

Kata bank berasal dari bahasa Italia banque atau banca yang berarti bangku. Pada masa Renaissans para bankir Florence melakukan transaksi mereka dengan duduk dibelakang meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan merekan untuk duduk sambil bekerja.

Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. (Prof G.M. Veryn Stuart

Dalam bukunya Bank Politic).

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada msyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan)

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam


(23)

commit to user

8

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

2. Fungsi Bank

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 3 tentang Perbankan bahwa fungsi utama bank sebagai penghimpun dana danpenyalur dana masyarakat.

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan bersedia menitipkan dananya dibank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan, simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

b. Agent of Development

Kegiatan perekonomian masyarakat disektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor ini selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan


(24)

commit to user

9

kegiatan investasi, distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of Services

Selain melakukan kegiatan penghimpun dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ini antara lain dapat berupa pengiriman uang atau transfer, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

3. Jenis-jenis Bank

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan bahwa jenis bank dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kepemilikan Bank Umum dapat dimiliki oleh pemerintah maupun swasta atau perorangan, bisa bersifat tertutup atau terbuka tergantung pada besar kecilnya kepemilikan saham yang dimiliki masing-masing tersebut dan sudah melakukan go public atau belum, baik dari dalam negeri maupun luar negeri (asing).


(25)

commit to user

10

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdassarkan prinsip syariah yang dalam kegiantannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1. Pengertian BPR

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Status BPR diberikan pada Bank Desa, Lumbung Perkreditan Desa, Bank Pegawai, Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan ini diberlakukan karena mengingat lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dilingkungan masyarakat Indonesia serta masih diperlukan oleh masyarakat,maka keberadaan lembaga itu diakui. Oleh karena itu , UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status terhadap lembaga-lembaga itu. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan


(26)

commit to user

11

tatacara pemberian status lembaga-lembaga tersbut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2. Bentuk Hukum BPR

Bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dpat berupa :

a. Perusahaan Daerah

Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara. Tujuan perusahaan daerah adalah mencari keuntungan yang nantinya akan digunakan unut pembangunan daerahnya.

b. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan usaha koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Tujuan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengelolaan badan usaha dilakukna secara efektif dan efisien tanpa mengabaikan prinsip-prisip koperasi.

c. Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah suatu persekutuan untuk menjalankan perusahaan yang mempunyai moda usaha yang terbagi atas bebrapa saham dimana setiap pemegang saham turut mengambil bagian sebanyak satu atau lebih saham. Tujuan PT adalah untuk memperoleh laba maksimal, dimana laba tersebut sebagian dibagi


(27)

commit to user

12

kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, dan sebagian untuk menambah modal serta membentuk cadangan.

3. Kegiatan Usaha BPR

Kegiatan BPR pada dasarnya adalah sama dengan kegiatan Bank Umum, yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak leluasa seperti Bank Umum. Kegiatan yang dilakukan BPR adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

tabungan, deposito berjangka, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan pinjaman dalam bentuk kredit berupa kredit investasi,

kredit modal kerja, kredit perdagangan, dan lain-lain.

c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi

hasil sesuai dengan ketentuan yag ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, BPR memiliki keterbatasan dalam memberikan jasa kepada masyarakat, yaitu :


(28)

commit to user

13

b. Mengikuti kegiatan kliring

c. Melakukan kegiatan valuta asing

d. Melakukan kegiatan perasuransian

C. Kredit

1. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti

“kepercayaan” atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti “kepercayaan atau kebenaran.”

Pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi, kredit ini telah dirumuskan dalam UU Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 yang merumuskan :

“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.”

Menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, merumuskan :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.


(29)

commit to user

14

2. Tujuan Kredit

a. Memperoleh keuntungan dari pendapatan bunga kredit yaitu selisih

antara bunga kredit yang diterimanya dari para debitur dikurangi dengan biaya untuk memperoleh dana dari masyarakat dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya ocerhead dalam mengelola kredit tersebut.

b. Membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain

c. Membantu perekonomian nasabah dengan memberikan kredit modal

kerja untuk memulai usaha, mempertahankan, maupun mengembangkan usahanya.

d. Alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi baik secara umum

maupun untuk pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tertentu

e. Pemberian kredit sebagai alat peningkatan dan pemerataan

pendaptan masyarakat.

f. Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha.

g. Pemberian kredit dapat juga digunakan sebagai langkah untuk

merebut pasar (market share) dalam industri perbankan.

h. Sumber pendapatan negara. Sebagian besar kegiatan perkreditan di

negara kita saat ini dikelola oleh bank-bank milik negara, dari pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi dengan bermacam-macam biaya akan diperoleh laba. Pembagian laba baik dari pembayaran pajak pendapatan (pajak perseroan) dan dari pembagian laba setelah pembayaran pajak tersebut, pemerintah mempunyai hak yang paling besar proporsinya.


(30)

commit to user

15

i. Membantu para supplier bahan-bahan baku/barang jadi untuk para

relasi usahanya akan merasa lebih terjamin pembayarannya karena bank menyediakan “Non Cash Loan” yang berupa “Bank Garansi”,

“Letter of Credit” dan lain-lain.

3. Jenis-jenis Kredit

Kesalahan dalam pemilihan sumber dana dapat mengakibatkan kefatalan bagi bank dan nasabah. Sebagai misal : “seorang calon debitur memerlukan kredit untuk membangun gedung pabriknya tetapi oleh bank diberikan kredit modal kerja yang jangka waktunya relatif pendek yaitu dibawah 1 tahun. Akibatnya pada saat kredit harus dilunasi, dana pelunasan tersebut masih tertanam pada gedung pabriknya tersebut.

Oleh karena itu untuk menghindarkan diri dari akibat-akibat yang dapat membawa kegagalan,pengelola kredit harus mengetahui jenis-jenis kredit yang bagaimana yang diperlukan calon debitur.

a. Menurut Jenis Kredit yang Dibiayai

1) Kredit Modal Kerja

Kredit yang diberikan oleh bank kepada calon debitur untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. (contoh : untuk membeli bahan baku dan membayar gaji karyawan)

2) Kredit Investasi

Kredit jangka panjang yang diberikan untuk pembelian barang-barang modal yang tidak habis dalam satu cycle. (contoh : untuk mendirikan pabrik dan membeli mesin untuk produksi).


(31)

commit to user

16 3) Personal Loan

Kredit yang diberikan kepada perorangan bukan dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan tetapi untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif. (contoh : untuk pembelian alat-alat rumah tangga seperti televisi, kursi, alat-alat dapur, dan lain-lain).

4) Non Cash Loan

Sejenis kredit yang belum efektif dapat ditarik secara tunai ataupun secara pemindahbukuan, tetapi didalamnya telah terkandung adanya suatu kesanggupan untuk melakukan pembayaran dikemudian hari. pembayaran baru akan dilakukan oleh bank apabila apa yang diperjanjikan menjadi efektif. Jenis kredit non cash loan antara lain :

a) Bank Garansi

b) Fasilitas Pembukaan L/C Impor

c) Fasilitas L/C dalam Negeri 5) Kredit Kelayakan

Kredit yang diberikan atas dasar kelayakan dengan keringanan jaminan bagi pembiayaan nasabah yang lebih ditekankan pada pertimbangan kelayakan usaha dan tidak ditekankan pada pertimbangan pada tersedianya jaminan. (contoh : pembiayaan atau penyediaan modal bagi pemborong yang menangani proyek atau usaha-usaha dalam rangka


(32)

commit to user

17

Keputusan Presiden yaitu proyek yang sumber pembiayaannya berasal dari APBN, PBD, dan INPRES.

6) Kredit untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia

a) Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI)

Berupa kredit konsumtif untuk membiayai para mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. (contoh : uang kuliah, biaya penelitian, dan lain-lain)

b) Kredit Profesi

Kredit yang digunakan untuk mengembangkan jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat profesionalisme yang tinggi.

c) Kredit untuk Pengembangan Tenaga Kerja Indonesia

Kredit melalui program pendidikan dan latihan yang memadai, misalnya untuk mekanik, pramuwisma, dan lain-lain.

b. Jenis Kredit Menurut Risiko Pembiayaan

1) Kredit dari Dana Bank yang bersangkutan

2) Kredit dengan Dana Likuiditas Bank Indonesia 3) Kredit Kelolaan

4) Kredit Konsorsium

c. Jenis Kredit Menurut Sektor Ekonomi

1) Kredit untuk Sektor Pertanian, Perkebunan, dan sarana pertanian


(33)

commit to user

18

3) Kredit untuk Perindustrian

4) Kredit untuk Listrik, Gas, dan Air

5) Kredit untuk Perdagangan, Restoran, dan Hotel 6) Kredit untuk Jasa-jasa Sosial, dan lain-lain

d. Jenis Kredit Menurut Sifatnya

1) Kredit Berulang (Revolving Credit)

Kredit yang dapat ditarik sesuai dengan kebutuhan dana dari pihak debitur. Sifat kredit yang berulang ini, dalam pelaksanaannya kepada nasabah yang bersangkutan dibukakan suatu hubungan rekening koran dapat pula diberikan check atau bilyet giro

2) Kredit Sekali Tarik (Einmalig Credit atau Self Liquidating

Credit)

Kredit satu kali penarikan untuk suatu jangka waktu kemudian harus dilunasi sekaligus pada saat transaksi kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut juga selesai. (contoh : kredit untuk pembiayaan kontrak pemborongan).

3) Kredit untuk Plafon Menurun

4) Open Plafon Credit

5) Plafon Kredit Terikat.

4. Prinsip-prinsip Perkreditan

Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5C, yaitu :


(34)

commit to user

19

a. Character

Dasar dari pemberian kredit adalah kepercayaan dan yang menjadi dasar kepercayaan adalah keyakinan pihak bank bahwa calon debitur mempunyai moral, watak, maupun sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupanya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan usahanya. Jadi dengan begitu bank bisa mengetahui apakah calon debitur memiliki kejujuran dan integritas serta tekad baik untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dikemudian hari.

Biasanya bank melakukan beberapa cara untuk dapat mengetahui karakter calon debitur, misalnya :

1) Meneliti daftar riwayat hidup calon debitur

2) Bertanya kepada masyarakat dilingkungan calon debitur tinggal 3) Meminta informasai dari bank lain

4) Mengamati sejauh mana ketekunan kerjanya, dan lain-lain

b. Capacity

Capacity adalah penilaian terhadap calon debitur mengenai kemampuannya melunasi kewajiban-kewajibannya terhadap kredit yang akan diberikan dihubungkan dengan kemampuannya mengelola usaha dan mendapatkan laba.

Pengukuran capacity calon debitur dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu :


(35)

commit to user

20

1) Pendekatan historis

Pendekatan historis dilakukan dengan menilai apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau justru sering menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu.

2) Pendekatan finansiil

Pendekatan finansiil dilakukan dengan melihat laporan perhitungan Rugi/Laba untuk beberapa periode terakhir.

3) Pendekatan Edukasional

Pendekatan edukasional dilakukan dengan menilai latar belakang pendidikan para pengurus perusahaan calon debitur. Biasanya hal ini dilakukan terhadap perusahaan yang menghendaki kemampuan teknologi tinggi atau yang membutuhkan profesionalisme tinggi seperti Rumah Sakit dan biro konsultan.

4) Pendekatan Yuridis

Pendekatan yuridis dilakukan dengan menilai apakah calon debitur mempunyai kapasitas untuk mewaili dirinya ataupun badan usaha untuk mengadakan ikatan perjanian kredit dengan bank.

5) Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis dilakukan dengan menilai sejauh mana kemampuan calon debitur mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, peralatan kerja, market share, dan lain-lain.


(36)

commit to user

21

c. Capital

Capital adalah prinsip untuk mengetahui jumlah dana/modal yang dimiliki calon debitur. Hal ini dilakukan karena biasanya Bank tidak bersedia untuk 100% membiayai sebuah usaha, dengan kata lain, calon debitur juga harus menyediakan dana dari sumber lain atau modal sendiri.

d. Collateral

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan calon debitur kepada Bank sebagai jaminan atas kredit yang diajukannya. Manfaat dari collateral ini adalah sebagai alat untuk menjamin apabila usaha yang dibiayai dari kredit ini gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi hutangnya dalam kurun waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit.

e. Condition of Economy

Penilaian kelayakan pemberian kredit hendaknya juga dinilai dari kondisi ekonomi saat ini dan masa yang akan datang. Kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu yang kurang menjanjikan tidak diberikan terlebih dahulu. Kalaupun diberikan sebaiknya Bank terlebih dulu melihat prospek usaha calon debitur dimasa yang akan datang.

Berdasarkan penjelasan diatas, maksud dari penggunaan prinsip kredit ini adalah untuk meletakkan kepercayaan dan untuk menghindari terjadinya kredit macet maupun hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian


(37)

commit to user

22

hari. Sehingga baik pihak bank maupun nasabah tidak salin merasa dirugikan maupun merugikan.

5. Risiko Perbankan

Sebuah situs mengatakan bahwa J.P Morgan mengartikan risiko sebagai suatu ketidakpastian dari Net Return yang terjadi, atau secara komprehensif risiko merupakan suatu potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap nilai suatu portofolio aset yang dapat diukur dengan probabilitas tertentu dalam rentang waktu yang diketahui. (http://avartara.com/risiko-risiko-perbankan/)

Bank Indonesia melalui PBI 5/8/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, menjelaskan defenisi risiko-risiko yang harus dihadapi Bank dalam aktivitas bisnisnya, walaupun mengadopsi Basel II namun terdapat perbedaan mengenai definisi tersebut. Adapun jenis risiko yang wajib dikelola bank adalah :

a. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran pokok ataupun bunga sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian kredit.

b. Risiko Pasar

Risiko yang muncul yang disebabkan oleh adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar serta termasuk perubahan harga option. Risiko


(38)

commit to user

23

pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana, dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.

c. Risiko Operasional

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia.

d. Risiko Likuiditas

Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:

a.)Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption)


(39)

commit to user

24

b.Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

e. Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

f. Risiko Reputasi

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

g. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan KPMM, KAP, PPAP, BMPK. Risiko Pasar terkait dengan Posisi Devisa Neto (PDN), risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) Bank dan risiko lainnya yang terkai dengan ketentuan tertentu.


(40)

commit to user

25

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nguter Surakarta pertama kali didirikan di desa Nguter, Sukoharjo dengan anggaran dasar awal yang dibuat oleh Notaris Nur Fariah Latih SH, di Karanganyar pada tanggal 2 Maret 1994 dengan akte No. 12, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia sebagaimana terdapat dalam Surat Keputusan No C2-16.782.HT.01.Th.1994 tertanggal 8 November 1994.

Berbagai pertimbangan mengenai sarana yang lebih memadai dan lokasi yang lebih strategis serta mudah dijangkau oleh masyarakat, maka sejak tanggal 15 April 2001 lokasi PT. BPR Nguter dipindahkan ke Jl. Sutami 118 A Surakarta. Kemudian pada tanggal 20 Deember 2005, lokasi PT. BPR Nguter dipindahkan lagi ke Jl. Honggowongso No. 69 Surakarta. Hal ini dimaksudkan agar lokasinya lebih strategis da lebih dekat dengan nasabah potensial.

PT. BPR Nguter berlokasi di pusat kota Solo, namun untuk jangkauan wilayah kerjanya tidak hanya meliputi pusat kota tetapi juga meliputi daerah se-eks Karesidenan Surakarta, yaitu Kabupaten Boyolali,


(41)

commit to user

26

Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri,

Kabupaten Karanganyar, dan juga Kabupaten Sragen.

Untuk mendukung kegiatan operasional pada wilayah tersebut, Bank telah mempersiapkan petugas lapangan baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran kredit dan penagihan kredit (sistem jemput bola). Sehingga dalam penghimpunan dana dan penyaluran kredit dapat merata dan meluas keseluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah se-eks Karesidenan Surakarta.

Perijinan dan legalitas dalam menjalankan usaha adalah sebagai berikut :

a. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas dari Kepala Kantor

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dengan Nomor TDP 11.16.165.00824 tertanggal 13 Juni 2006 diperbaharui dengan Nomor TDP 11.16.1.65.00824 berlaku sampai dengan 13 juni 2011.

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Klaten dengan Nomor NPWP 1.545.687.4-525.000 dan nomor registrasi 007703-5253

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor

Kep.100/KM.17/1996 tentang Pemberian Izin Usaha PT. BPR Nguter Sukoharjo yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1996.

2. Kepemilikan Saham

Pada tanggal 22 Juni 2000 terjadi perubahan kepemilikan (akuisisi) dari pemilik lama kepada pemilik baru, yaitu :


(42)

commit to user

27

a. Djoko Pong Sugoto dengan komposisi saham sebesar 60 %

b. Augustine Esther dengan komposisi saham sebesar 35 %

c. Dwi Esti Nastiti dengan komposisi saham sebesar 5%

3. Permodalan

Untuk memenuhi peraturan pemerintah tentang CAR minimal 8% PT. BPR Nguter telah melakukan perubahan modal dasar sebanyak 2 (dua) kali, dimana perubahan tersebut dilaksanakan sebagai berikut :

a. Tahun 2005 terjadi perubahan modal dasar dari 1,6 Milyar rupiah

menjadi 6,4 Milyar Rupiah. Dan modal yang disetor juga mengalami perubahan dari 6,4 Milyar Rupiah menjadi 2,82 Milyar Rupiah.

b. Bulan Februari 2006 telah dilakukan perubahan modal dasar menjadi

10 Milyar rupiah yang terbagi atas 20.000 lembar saham yang masing-masing saham bernilai sebesar Rp 500.000,00. Modal dasar tersebut ditempatkan dan disetor sejumlah 41% atau sejumlah 8.200 lembar saham dengan nominal seluruhnya sebesar 4,1 Milyar Rupiah.

Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan oleh para pemegang saham, yaitu :

Tabel 3.1 Pemegang Saham

Pemegang Saham

Lembar Saham

Jumlah Prosentase

Tn. Djoko Pong Sugoto 4920 lembar Rp. 2.460.000.000 60%


(43)

commit to user

28

Ny. Dwi Esti Nastiti 410 lembar Rp. 205.000.000 5%

Jumlah 8.200 lembar Rp. 4.100.000.000 100%

Sumber : PT. BPR Nguter Surakarta, Buku Pedoman Standar Operating

4. Perubahan Susunan Pengurus

Setelah terjadi akuisisi, kemudian PT. BPR Nguter juga melakukan perubahan pengurus seluruhnya. Untuk memenuhi Undang- Undang Perseroan Terbatas tentang jumlah direksi harus 2 (dua) orang, maka RUPS memutuskan mengangkat 1 (satu) orang direktur yang telah mengikuti fit and proper test di Bank Indonesia pada bulan Mei 2004, sehingga susunan pengurus yang baru sejak bulan Mei 2004 adalah sebagai berikut :

1. Komisaris Utama : Anta Winata

2. Komisaris : Djoko Pong Sugoto SE, MBA

3. Direktur Utama : Dwi Esti Nastiti SE

4. Direktur : Hendrardi, SE

Pada bulan Maret 2005, Bapak Hendrarti, SE mengundurkan diri atas permintaan sendiri, dengan demikian jabatan Direktur unutk sementara kosong. Namun pada bulan Oktober 2005, setelah melalui fit

and proper test di Bank Indonesia dan telah dinyatakan lulus, maka

dilakukan Rapat Pemegang Saham Luar Biasa untuk mengangkat Lusiawati Oeyeng sebagai Direktur di PT.BPR Nguter Surakarta. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi persyaratan Undang-Undang Perseroan Terbatas.


(44)

commit to user

29

Dengan demikian susunan pengurus PT.BPR Nguter Surakarta yang baru sejak bulan November 2005 adalah sebagai berikut :

1. Komisaris Utama : Anta Winata

2. Komisaris : Djoko Pong Sugoto SE, MBA

3. Direktur Utama : Dwi Esti Nastiti SE

4. Direktur : Dra. Lusiawati Oeyeng

Kemudian pada tanggal 28 Juni 2007 melalui RUPS Luar Biasa, disetujui pengunduran diri Direktur Utama Dwi Esti Nastiti dan Komisaris Djoko Pong Sugoto, sehingga susunan pengurus yang baru adalah sebagai berikut :

1. Komisaris Utama : Tn. Anta Winata

2. Direktur : Ny. Dra Lusiawati Oeyeng

Dengan Akta Notaris Drajad Uripno, SH No. 42 tertanggal 29 juni 2007. Selanjutnya untuk memenuhi Undang-Undang Perseroan Terbatas dan untuk memenuhi ketentua Bank Indonesia, bahwa pengurus BPR harus terdiri dari 2 orang komisaris dan 2 orang direktur, maka RUPS memutuskan mengangkat 1 orang komisaris dan 1 orang direktur yang telah mengikuti fit and proper test di Bank Indonesia pada tanggal 22 September 2008 dan sudah dinyatakan lulus oleh Bank Indonesia, maka susunan pengurus PT. BPR Nguter Surakarta menjadi sebagai berikut :

1. Komisaris Utama : Tn. Drs. Sri Dadi Wibowo, MM

2. Komisaris : Tn. Anta Winata


(45)

commit to user

30

4. Direktur : Ny. Dra. Lusiawati Oeyeng

Dengan Akta Notaris Drajad Uripno, SH No. 03 tanggal 11 November 2008.

Kemudian pada tanggal 24 Maret 2009 melalui RUPS Luar Biasa, susunan pengurus terakhir adalah sebagai berikut :

1. Komisaris Utama : Tn. Bambang Subartono, SE

2. Komisaris : Tn. Drs. Sri Dadi Wibowo, MM

3. Direktur Utama : Ny. Fransisca Permata Dewi, SE. MM

4. Direktur : Tn. Yusak Adi Nugroho, SE

Dengan Akta Notaris Drajad Uuripno, SH. No. 01 tanggal 04 Maret 2009. Daftar pemegang saham baru PT.BPR Nguter Surakarta adalah sebagai berikut

Tabel 3.2 Nama dan Jumlah Pemegang Saham Baru

Pemegang Saham Lembar Saham Jumlah Prosentase

Tn. Djoko Pong Sugoto 4920 lembar Rp. 2.460.000.000 60%

Ny. Augustine Esther 3.280 lembar Rp. 1.640.000.000 40%

Jumlah 8.200 lembar Rp. 4.100.000.000 100%

Sumber : PT. BPR Nguter Surakarta, 2010

5. Produk Perusahaan

Dalam melakukan kegiatannya PT BPR Nguter tidak berbeda dengan kegiatan BPR lainnya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Produk yang


(46)

commit to user

31

dimiliki PT. BPR Nguter Surakarta untuk mendukung kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Tabungan dan Deposito

2) Kredit

Berikut adalah macam kredit yang ditawarkan oleh PT. BPR Nguter Surakarta:

a. Kredit Modal Usaha

Kredit modal usaha adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal usaha nasabah.

b. Kredit Multiguna

Kredit multiguna adalah krdit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan nasabah lainnya, seperti pernikahan, pendidikan, renovasi rumah, dan lain-lain.

c. Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif, misalnya untuk membeli rumah.

d. Pembiayaan Pembelian Sepeda Motor (th. ’96 – keatas) e. Pembiayaan Pembelian Mobil (th. ’90 – keatas)


(47)

commit to user

32

6. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang telah ditetapkan oleh PT. BPR Nguter Surakarta dinyatakan dalam gambar 3.3, sebagai berikut :


(48)

commit to user

33

Gambar 3.3

STRUKTUR ORGANISASI PT.BPR NGUTER SURAKARTA

RUPS

DEWAN KOMISARIS

Admin Kredit

DIREKSI

KABAG KREDIT KABAG

OPERASIONAL

SPI Account

Officer

Collection Filter

Umum Pembukuan

Marketing Tabungan

/deposito Kasir


(49)

commit to user

34

7.

ob Discription

a.

epala Bagian Kredit

a)

engkoordinir dan merencanakan tugas-tugas Admin Kredit,

Account Officer, dan Collection di lapangan.

b)

ertanggung jawab atas pencapaian target kredit yang diberikan pada masyarakat

c)

ertanggung jawab atas kinerja Admin Kredit dan kelancaran pencairan.

d)

ertanggungjawab atas kelengkapan administrasi pengajuan kredit dan pencairan kredit yang disalurkan sudah sesuai dengan SOP perusahaan.

b.

dmin Kredit

a)

enerima pengajuan kredit dari dealer/ umum baik melalui telepon maupun nasabah datang sendiri ke kantor BPR


(50)

commit to user

35

Nguter, serta memberikan informasi mengenai proses kredit calon debitur.

b)

elakukan SID (Sistem Informasi Debitur) atau BI checking. c)

engetik perjanjian kredit (PK) d)

embuat kompensasi lembur hari Sabtu disetiap bulannya. e)

engecekan kelengkapan berkas pengajuan kredit dan report survey yang telah di ACC oleh pimpinan.

f)

embuat MOU dengan pihak atas.

c.

ccount Officer

a)

enerima order untuk disurvey dari Admin Kredit b)

engecekan kebenaran dan kelengkapan data caln debitur c)


(51)

commit to user

36

tempat tinggal, jaminan, pekerjaan/usaha, dan lingkungan sekitar)

d)

enganalisa hasil survey dan dilaporkan kepada komite kredit e)

embuat analisa survey report mengenai calon debitur menyampaikan kepada Admin Kredit apakah pengajuan kredit calon debitur tersebut disetujui atau ditolak.

d.

asie Account Officer (AO)

a)

engkoordinir dan merencanakan tugas-tugas Account Officer dilapangan

b)

elakukan koordinasi dengan kasie collection jika terdapat permasalahan dalam hal penanganan kredir bermasalah dan membutuhkan informasi tambahan dari Account Officer mengenai kondisi nasabah

c)

elaporkan, memberitahukan, dan mengkonsultasikan kepada Direksi yang berkaitan dengan cara kerja dan hasil kerja Account Officer


(52)

commit to user

37

d)

engarahkan dan membimbing Account officer agar hasil survey dan analisa kredit lebih berkualitas

e)

enerima laporan hasil survey dari AO f)

ertanggungjawab atas kinerja AO dan hasil survey g)

emonitoring hasil kerja per Account Officer

e.

agian Collection Filter

a)

elakukan penagihan kepada debitur yang terlambat membayar angsuran (T2 – T4)

b)

embinaan kepada debitur tentang aturan – aturan pembayaran yang telah disepakati bersama untuk meminimalkan keterlambatan pembayaran angsuran

c)

encari informasi debitur yang pindah alamat tanpa sepengatahuan pihak bank


(53)

commit to user

38

d)

engamanan jaminan bila diperlukan dan melacak keberadaan jaminan yang sudah dialihkan kepada pihak lain

e)

elakukan pengambilan angsuran / collect ke dealer yang bekerjasama dengan pihak lain

f)

embuat laporan kronologis.

f.

asie Collection

a)

endistribusikan job atau surat tagihan kepada kolektor b)

ertanggungjawab dalam rangka upaya menurunkan NPL/kredit macet sesuai dengan rencana kerja perusahaan c)

engkoordinir dan merencanakan tugas – tugas kolektor di lapangan

d)

elakukan koordinasi dengan kasie Account Officer terkait permasalahan penanganan kredit bermasalah


(54)

commit to user

39

e)

elaporkan, memberitahukan, dan mengkonsultasikan kepada Direksi tentang permasalahan penanganan kredit bermasalah f)

ertanggungjawab atas kinerja kolektor dan hasil tagihan yang dibawa kolektor, dan lain – lain

g.

arketing Kredit

a)

encapa target pencairan kredit sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan perusahaan

b)

enawarkan berbagai produk BPR khususnya produk kredit, antara lain kredit konsumtif, modal kerja, investasi, dan lain – lain

c)

elakukan follow up terhadap nasabah yang mengajukan kredit d)

engumpulkan file data calon nasabah, baik pengajuan langsung dari nasabah maupun dari dealer atau show room atau rekanan lain PT. BPR Nguter Surakarta


(55)

commit to user

40

e)

elakukan survey awal guna memberikan keterangan pada surveyor tentang kondisi calon nasabah

f)

emberikan informasi kepada nasabah mengenai hasil survey, dalam hal ini di ACC ataukah ditolak

h.

eller atau Kasir

a)

enerima setoran dan pengambilan tunai (angsuran, tabungan, pengambilan tunai dari bank – pick up service)

b)

engeluaran biaya – biaya yang disertai nota maupun kwitansi c)

encatatan semua kuitansi dan nota pemasukan – pengeluaran dibuku kasir kemudian diulang dibuku pemasukan kas dan pengeluaran kas

d)

eng-input ke program MMS e)


(56)

commit to user

41

f)

ada akhir hari membuat laporan mutasi kas (jumlah uang)

i.

agian Staff Tabungan/ Deposito

Bagian Staff Tabungan meliputi : a)

elayani pembukaan dan penutupan rekening tabungan b)

elayani transaksi nasabah baik penyetoran, penarikan, maupun pemindahbukuan

c)

pdate bunga tabungan per nasabah setiap akhir bulan d)

enyimpan file aplikasi rekening, bukti setor, voucher jurnal transaksi

Bagian Staff Deposito meliputi : a)

plikasi penempatan deposito dan pencairan deposito b)

embayaran bunga deposito nasabah c)

elakukan konfirmasi kepada nasabah untuk perpanjangan deposito jatuh tempo


(57)

commit to user

42

d)

nput transaksi deposito e)

embuat laporan bulanan untuk Lembaga Simpanan

j.

taff Pembukuan

a)

elakukan pengecekan hitungan bunga deposito dari bagian deposito

b)

embuat laporan untuk BI (laporan bulanan, laporan pengaduan nasabah, laporan publikasi 3 bulan sekali, laporan mingguan)

c)

engirim laporan keuangan untuk kantor pajak d)

embuat voucher pembukuan e)

embuat laporan keuangan dan input transaksi f)


(58)

commit to user

43

g)

elakukan transaksi yang berhubungan dengan antar bank aktiva, termasuk monitoring deposito serta mutasi rekening

k.

atuan Pengawas Intern (SPI)

a)

emeriksa mutasi kas pada akhir hari secara berkala b)

emeriksa bukti – bukti transaksi harian secara periodik dan membandingkan dengan peraturan – peraturan yang ada c)

embuat dan melapoorkan laporan mingguan kepada Bank Indonesia

d)

elakukan on the spot ke debitur secara berkala e)

elakukan pemeriksaan jaminan setiap bulan Juni dan Desember

f)

elakukan Laporan Tingkat Kesehatan bank setiap akhir bulan

B.


(59)

commit to user

44

Pelaksanaan kegiatan magang kerja di PT. BPR Nguter Surakarta, sesuai dengan surat pengantar magang dari Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah diajukan dan berdasar surat jawaban dari PT. BPR Nguter Surakarta dilaksanakan selama 1 (satu) bulan, yaitu sejak tanggal 06 Februari sampai dengan 06 Maret 2012.

Kegiatan magang kerja ini dilakukan bukan semata – mata hanya sebagai formalitas atau pemenuhan syarat penyusunan Tugas Akhir perkuliahan yang harus dicapai penulis, namun kegiatan magang kerja akan diterapkan sebagai pembekalan sebelum nantinya memasuki dunia kerja yang sebenarnya guna mengasah kemampuan dan etos kerja penulis. Dalam pelaksanaannya penulis mengikuti aturan kerja PT. BPR Nguter Surakarta, yakni disesuaikan dengan jam kerja karyawan dengan ketentuan yang berlaku sebagai berikut :

1. Senin s/d Jumat : 07.30 – 16.30

2. Sabtu – minggu : Libur

3. Ketentuan jam istirahat : 12.00 – 13.00

Penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar di Divisi Administrasi Kredit. Rincian kegiatan magang yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. 06 - 17 Februari 2012

Pada hari pertama penulis diperkenalkan dengan karyawan, kemudian memulai aktifitas magang dibagian Pencairan Kredit dan


(60)

commit to user

45

dibimbing oleh Mbak Sri Handayani. Selama berada dibagian Pencairan Kredit, hal yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

a. Mengisi data debitur/ nasabah pada Surat Perjanjian Kredit dengan menggunakan mesin ketik.

b. Membuat Surat Pemberitahuan atau PO

Disini PT. BPR Nguter Surakarta bekerjasama dengan Sarwo Motor Group. Untuk itu apabila PT. BPR Nguter menerima pengajuan kredit dari dealer-dealer Sarwo Motor, PT. BPR Nguter harus membuat Surat Pemberitahuan tentang barang yang dijaminkan dan jumlah pinjaman debitur/nasabah.

c. Membuat Disposisi Pencairan Kredit

Disini berisi nama debitur, jumlah kredit yang bisa dicairkan, bentuk pinjaman (bunga, pembentukan plafond, biaya administrasi), jangka waktu pembayaran, dan jaminan nasabah.

d. Memisahkan berkas pengajuan kredit sesuai dengan tanggal

pencairan untuk memudahkan bila suatu saat membutuhkan berkas itu lagi.

2. 20 - 06 Maret 2012

Pada Minggu ketiga dan keempat diadakan rolling posisi untuk magang. Disini penulis dipindahkan ke bagian Admin Kredit dan dibimbing oleh Ibu Nita. Selama berada dibagian Admin Kredit, hal yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :


(61)

commit to user

46

a. Menerima pengajuan kredit dari dealer baik melalui telepon

maupun pesan singkat berupa sms.

b. Diajarkan cara melakukan SID (Sistem Informasi Debitur)

c. Melakukan pengecekan kelengkapan berkas pengajuan kredit dan

report survey

d. Melakukan pengecekan dan menyusun berkas-berkas dalam

perjanjian kredit sesuai urutan yang diminta oleh Direktur Utama, agar dalam pengecekan data debitur tidak membingungkan.

e. Menginput data pengajuan kredit yang ditolak maupun telah


(62)

commit to user

47

C. Pembahasan

1. Penerapan prinsip 5C di PT. BPR Nguter Surakarta

Sebelum memberikan kredit kepada nasabah, terlebih dahulu diadakan analisa apakah calon nasabah tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan pinjaman. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menerapkan prinsip 5C.

a. Character

Account Officer dari bank dalam menilai character calon debitur adalah dengan cara sebagai berikut :

1) Melihat daftar riwayat hidup debitur dengan mewawancarai

lengsung calon debitur dan juga bertanya kepada masyarakat dilingkungan tempat tinggal calon debitur.

2) Meneliti reputasi calon debitur dilingkungan tempat kerjanya 3) Mencari informasi apakah calon debitur terlibat dalam suatu

masalah, misalnya perjudian, perampokan, pemabuk, dan lain-lain.

4) Meminta informasi dari bank lain, yang dimaksud disini

adalah dengan mengecek SID calon debitur, apakah masih mempunyai pinjaman dibank lain.

b. Capacity

Pengukuran Capacity disini dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(63)

commit to user

48

1) Pendekatan historis, apakah usaha yang dilakukan calon

debitur mengalami kegagalan ataukah selalu menunjukkan kemajuan.

2) Pendekatan finansiil, dengan melihat laporan Rugi/Laba

usaha calon debitur (untuk debitur yang mempunyai usaha sendiri)

3) Dengan melihat penghasilan bersih calon debitur setiap

bulannya.

Apabila kredit yang dicairkan untuk pembiayaan barang konsumsi, maka penilaian capacity calon debitur didasarkan pada pekerjaan yang sedang dikerjakan saat ini. Dengan begitu pihak bank dapat menilai apakah calon debitur mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank.

c. Capital

Bank melihat dari jumlah dana atau modal yang dimiliki oleh calon debitur. Sebagai contoh apabila calon debitur meminta bank untuk membiayai pembelian sepeda motor, maka pihak bank harus mengetahui berapa besarnya prosentase uang muka yang diberikan oleh calon debitur. Bank akan membiayai pembelian sepeda motor jika prosentase uang muka calon debitur 20% dari harga beli sepeda motor. Sedangkan untuk kredit dengan jaminan BPKB, pihak bank akan mencairkan dana sebesar 50% dari harga taksasi sepeda motor tersebut.


(64)

commit to user

49 d. Collateral

Barang yang dapat dijadikan jaminan disini adalah sesuatu yang memiliki nilai yang lebih dari pinjaman yang diajukan. Penilaian terhadap collateral dapat dipandang dari 2 sudut, yang pertama dari sudut ekonomisnya yaitu nilai ekonomis yang dimiliki barang jaminan tersebut dan yang kedua adalah dari nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan.

e. Condition of Economy

Condition of Economy dilihat dari asset yang dimiliki oleh debitur dan juga kondisi ekonominya.

Berikut adalah contoh studi kasus penerapan prinsip 5C dalam pemberian kredit terhadap nasabah di PT. BPR Nguter Surakarta

1) Contoh Studi Kasus Pemberian Kredit yang Disetujui

Pak Andi bekerja sebagai seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan X dengan gaji Rp 1.700.000; dalam sebulan. Pak Andi berencana ingin membeli sebuah sepeda motor, namun karena uang yang dimiliki Pak Andi tidak cukup maka Pak Andi meminta PT. BPR Nguter Surakarta untuk membiayai pembelian sepeda motor tersebut. Harga sepeda motor tersebut adalah Rp 10.000.000; sedangkan Pak Andi memerikan uang muka sebesar Rp 4.000.000;, sisa


(65)

commit to user

50

hutang Pak Andi adalah Rp 6.000.000 akan diangsur selama 24 bulan. Dilingkungan tempat tinggalnya Pak Andi dikenal sebagai pribadi yang baik, begitu pula dilingkungan kerjanya. Pak Andi memiliki 2 anak yang masih sekolah SD. Istri Pak Andi bekerja sebagai karyawan pabrik dengan gaji Rp 1.000.000;. Pengeluaran keluarga Pak Andi tiap bulannya untuk biaya rumah tangga sebesar Rp 700.000;, listrik , telepon, dan air sebesar Rp 250.000; untuk pendidikan sebesar Rp 350.000; dan lain-lai sebesar Rp 250.000;. info dari bank lain menerangkan bahwa Pak Andi mempunyai pinjaman dan harus mengangsurnya sebesar Rp 500.000; sisa angsuran Pak Andi sekarang tinggal 6 bulan dan menurut info Pak Andi tidak pernah terlambat untuk mengangsur pinjaman itu tiap bulannya.

Analisa Kredit

a) Character

Pak Andi dikenal sebagai pribadi yang baik dilingkungan tempat tinggalnya dan juga dilingkungan kerjanya sebagai orang yang bertanggungjawab.

b) Capacity

Aspek Pendapatan :

Penghasilan suami : Rp 1.700.000


(66)

commit to user

51

Total Pendapatan : Rp 2.700.000

Aspek Pengeluaran :

Biaya Rumah Tangga : Rp 700.000

Telepon/Listrik/Air : Rp 250.000

Biaya Pendidikan : Rp 350.000

Biaya Lain-lain : Rp 300.000 +

Total Pengeluaran : Rp 1.600.000

Sisa Penghasilan : Rp 1.100.000

Angsuran dibank lain : Rp 500.000

Penghasilan Bersih : Rp 600.000

c) Collateral

Jaminan berupa kendaraan bermotor yang akan dibiayai denga taksiran jaminan sebagai berikut :

Harga Pasar = Rp 10.000.000

Taksasi = 70% x Rp 10.000.000

= Rp 7.000.000; Permintaan Kredit = Rp 6.000.000

d) Capital

Pak Andi dan istrinya mempunyai pekerjaan yang tetap dan memiliki penghsilan yang cukup tiap bulannya.


(67)

commit to user

52

e) Condition of Economy

Status tempat tinggal : milik sendiri

Asset yang dimilki : sepeda motor dan perabotan

Kondisi ekonomi : baik

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil survey oleh Account Officer, bukti fisik dan cek lingkugan serta jaminan yang memadai, maka pengajuan kredit calon debitur layak untuk disetujui dan didanai sebagai berikut :

Pemberian kredit : Rp 6.000.000

Jangka waktu : 24 bulan

Suku bunga : 1,75 % (flat)

Angsuran

Pokok : Rp 250.000

Bunga : Rp 105.000 +

Jumlah Angsuran : Rp 355.000

2) Contoh Studi Kasus Pemberian Kredit yang Tidak Disetujui

Pak Robby adalah seorang pengusaha dan sudah menekuni usaha ini selama 5 tahun. Pak Robby ingin mengajukan pinjaman dengan menjaminkan BPKB sepeda motor miliknya. Jumlah pinjaman yang diajukanoleh Pak Robby sebesar Rp 12.000.000; dengan jangka waktu 36 bulan. Diketahui harga pasar sepeda motor Pak Robby


(68)

commit to user

53

sebesar Rp 18.000.000;. Pengahsilan Pak Robby perbulannya sebesar Rp 5.000.000;, istrinya tidak bekerja, mempunyai seorang anak yang masih bersekolah SMP. Pengeluaran Pak Robby tiap bulannya untuk biaya hidup sebesar Rp 800.000; untuk listrik, telepon, dan air sebesar Rp 600.000; untuk biaya pendidikan sebesar Rp 400.000; dan biaya lain-lain sebesar Rp 600.000;. Dilingkungan tempat tinggalnya Pak Robby dikenal sebagai pribadi yang kurang baik, sering menyalahgunakn yang bukan haknya seperti menggunakan uang tabungan RT selain itu menurut tetangganya Pak Robby sering didatangi penagih dari bank. Pak Robby mempunyai pinjaman dibeberapa bank lain dengan total angsuran Rp 1.000.000 tiap bulannya dan juga Pak Robby sering menunggak angsuran atau tidak lancar.

Analisa Kredit

a) Character

Dilingkungan tempat tinggal Pak Robby dikenal sebgai pribadi yang tidak baik karena sering menggunakan uang yang bukan haknya. Selain itu Pak Robby juga sering didatangi penagih dari bank. Informasi dari bank lain meyebutkan bahwa utang piutang Pak Robby selama ini tidak lancar.


(69)

commit to user

54

b) Capacity

Aspek Pendapatan :

Penghasilan suami : Rp 5.000.000

Penghasilan Istri : - +

Total Penghasilan : Rp 5.000.000

Aspek Pengeluaran :

Biaya rumah tangga : Rp 800.000

Telepon/listrik/air : Rp 600.000

Biaya pendidikan : Rp 400.000

Biaya lain-lain : Rp 600.000 +

Total pengeluaran : Rp 2.400.000

Sisa penghasilan : Rp 2.600.000

Angsuran dibank lain : Rp 1.000.000

Penghasilan bersih : Rp 1.600.000

c) Collateral

Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor dengan takiran jaminan sebagai berikut :

Harga pasar = Rp 18.000.000

Taksasi = 70% x Rp 18.000.000

= Rp 12.600.000 Permintaan kredit = Rp 12.000.000


(70)

commit to user

55

d) Capital

Pak Robby sudah menekuni bidang usaha mebel selama 5 tahun dan usaha ini berjalan baik dan modal yang dimilki cukup baik.

e) Condition of Economy

Status tempat tinggal : milik sendiri

Asset yang dimiliki : mobil dan perabot rumah tangga Kondisi eonomi : baik

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil survey, dilihat dari aspek character yang ada permintaan kredit yang diajukan Pak Robby tidak disetujui atau ditolak. Karena character yang dimiliki calon debitur tidak baik dan juga informasi dari tetangga bahwa sering didatangi penagih serta SID yang jelek. Meski aspek lainnya baik namun jika character yang dimiliki tidak baik dikhawatirkan akan bermasalah dikemudian hari.

3) Contoh Studi Kasus Pemberian Kredit yang Dipertimbangkan

Pak Roni memiliki sebuah toko elektronik yang berada di pusat kota Solo. Toko Pak Roni tidak pernah sepi dari pembeli.omset penjualan perbulannya bisa mencapai Rp 50.000.000; dan Pak Roni mendapat keuntungan 20% dari omset penjualan itu sebesar Rp 10.000.000;. Istrinya bekerja sebgai seorang guru dengan penghasilan Rp 2.000.000; tiap


(71)

commit to user

56

bulannya. Kedua anaknya masih bersekolah SMA danpengeluaran keluarga ini perbulannya untuk biaya rumah tangga sebesar Rp 1.200.000; biaya telepon, listrik, dan air sebesar Rp 600.000; biaya pendidikan kedua anaknya Rp 1.000.000; dan biaya lain-lain sebesar Rp 1.000.000;. Salah satu anaknya mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk operasi, maka Pak Roni bermaksud mengajukan pinjaman Rp 40.000.000; dengan jaminan BPKB mobil miliknya dan dalam jangka waktu 24 bulan. Harga pasaran mobil ini adalah Rp 50.000.000;. Dilingkungan tempat tinggalnya Pak Roni dikenal sebagai pribadi yang baik, sering membantu tetangga dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Pak Roni masih memiliki pinjaman di beberapa bank lain, besar angsuran tiap bulannya mencapai Rp 4.000.000; dengan sisa jangka waktu angsuran 12 bulan. Info dari bank lain meyebutkan bahwa SID Pak Roni dan Istrinya bagus dan tidak pernah bermasalah/ lancar.

Analisa Kredit

a) Character

Di lingkungan tempat tinggalnya dikenal sebagai pribadi yang baik, sering membantu tetangga, dan aktif dalam kegiatan kemasyarakata. Selalu bersifat cooperatif dalam mengangsur pinjamannya.


(72)

commit to user

57

b) Capacity

Aspek Pendapatan :

Penghasilan Suami : Rp 10.000.000

Penghasilan Istri : Rp 2.000.000 +

Total Pendapatan :Rp12.000.000

Aspek Pengeluaran :

Biaya rumah tangga : Rp 1.200.000

Telepon/Listrik/Air : Rp 600.000

Biaya pendidikan : Rp 1.000.000

Biaya lain-lain : Rp 1.000.000 +

Total pengeluaran :Rp 3.800.000

Sisa penghasilan :Rp 8.200.000

Angsuran di Bank lain :Rp 4.000.000

Penghasilan Bersih :Rp 4.200.000

c) Collateral

Jaminan berupa BPKB mobil milik pribadi dengan taksiran jaminan sebagai berikut :

Harga Pasar = Rp 50.000.000

Taksasi = 70% x Rp 50.000.000

= Rp 35.000.000


(73)

commit to user

58

d) Capital

Pak Roni sudah menjalankan usahanya ini selama 15 tahun dan berjalan dengan baik serta modal yang dimiliki juga cukup banyak.

e) Condition of Economy

Status tempat tinggal : milik sendiri

Asset yang dimiliki :perabot rumah tangga, motor

Kondisi ekonomi : baik

Kesimpulan :

Dalam kasus ini sebenarnya pihak PT. BPR Nguter Surakarta hanya dapat mencairkan kredit sekitar Rp 30.000.000; karena nilai dari jaminan Pak Roni setelah dihitung harga taksasinya kurang dari jumlah pinjaman yang diajukan. Namun karena kebutuhan Pak Roni sangat mendesak dan hasil survey menyatakan bahwa character, capacity, capital, dan condition of economy yang baik maka pihak Bank mempertimbangkan untuk pencairan kredit sesuai yang diajukan Pak Roni. Namun untuk memperkuat data dan bukti, pihak PT. BPR Nguter Surakarta meminta Pak Roni untuk menyerahkan fotocopy SIUP yang masih berlaku dan juga laporan keuangan dari usaha tersebut untuk melihat cash flow dari usahanya.


(74)

commit to user

59

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka Pak Roni layak untuk diberikan pinjaman sebagai berikut :

Pemberian kredit : Rp 40.000.000

Jangka waktu : 24 bulan

Bunga : 1, 75 %

Angsuran

Pokok : Rp 1.666.700

Bunga : Rp 700.000 +

Jumlah Angsuran : Rp 2.366.700

Jadi dalam hal pemberian kredit dengan menggunakan penerapan prinsip 5C ini, PT. BPR Nguter lebih menekankan pada character calon debiturnya. Dengan prinsip ini pihak Bank dapat mengetahui kesungguhan calon debitur. Untuk mengetahui character calon debitur ini pihak PT. BPR Nguter Surakarta akan mengirimkan petugas survey (Account Officer) untuk mencari tahu seperti apa character calon debitur dimata masyarakat lingkungan tempat tinggalnya, apakah sering bermasalah atau tidak. Kemudian AO akan mendatangi rumah calon debitur untuk melihat kondisi rumah serta mewawancarainya. Namun sebelum AO melakukan hal tersebut, sebelumnya AO melihat SID calon debitur, apakah masih memiliki tanggungan hutang dibank lain dan bagaimana calon debitur dalam memenuhi kewajibannya.

Yang kedua adalah dengan melihat dari jaminan (collateral) yang diberikan calon debitur. Jika nilai dari jaminan itu lebih besar dari nilai


(75)

commit to user

60

uang pinjaman, kemungkinan kredit akan dicairkan.jika yang dijaminkan adalah sertifikat tanah atau bangunan, bank akan mencairkan kredit sebesar 50% dari harga taksasi jaminan tersebut. Untuk pembiayaan kendaraan bermotor dengan menjaminkan BPKB, bank akan mencairkan kredit sebesar 80% dari nilai taksasi kendaraan tersebut.

Berikutnya adalah dengan melihat prinsip capacity calon debitur. Yang dinilai dari prinsip ini adalah jumlah penghasilan setelah dikurangi pengeluarannya setiap bulan, apakah sisa penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi angsuran pokok dan bunga yang nantinya akan dibebankan kepada calon debitur. Hal ini dimaksudkan agar nantinya jika calon debitur memiliki kebutuhan yang tidak terduga, kewajibannya terhadap bank tetap dapat terpenuhi. Sedangkan untuk prinsip capital dan condition of economy hanya digunakan sebagai pendukung laporan untuk menguatkan data calon debitur.

2. Pengaruh penerapan prinsip 5C terhadap kemungkinan terjadinya risiko kredit

Tabel 3.4

Data Kelancaran Kredit Nasabah

Bln Jml

Nsb

Permohonan Kredit

Kredit yang

Diberikan NPL

Kelancaran Kredit

L KL TL

Mar 204 1.796.353.950 15.816.365.025 11,36 105 63 36

Apr 213 1.803.735.500 14.618.106.150 12,34 103 79 31

Mei 236 1.900.986.350 13.856.778.257 13,72 123 97 16

Sumber : PT. BPR Nguter Surakarta 2011

Dilihat dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan prinsip 5C sebagai salah satu upaya untuk mencegah


(76)

commit to user

61

kemungkinan terjadinya risiko kredit belum berpengaruh besar. Karena ternyata masih terdapat beberapa nasabah yang pengembalian kreditnya kurang lancar atau tidak lancar. Hal ini terjadi disebabkan AO yang kurang selektif menganalisa data nasabah dan atau usaha nasabah yang mengalami kemunduran. Non Performing Loan (NPL) juga meningkat tiap bulannya dan selalu melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh BI. Jadi penerapan prinsip 5C ini belum sepenuhnya mampu mengurangi dan atau mencegah kemungkinan terjadinya risiko kredit di PT. BPR Nguter Surakarta.

Selama melakukan magang dan penelitian di PT. BPR Nguter Surakarta, penulis menemukan contoh risiko kredit yang terjadi, yaitu :

a. Pengajuan kredit dengan menggunakan BPKB sebagai jaminannya,

seorang admin kredit (bagian pencairan) harus dengan teliti ketika melakukan pengecekan BPKB. Nomor rangka (noka) dan nomor mesin (nosin) harus sama dengan yang ada didalam faktur. Karena jika noka dan nosin tidak sama dengan fakturnya, kredit tidak dapat dicairkan. Akan tetapi jika terlanjur dicairkan kreditnya tidak masalah selama debitur memenuhi kewajibannya melakukan pengembalian pinjaman pokok dan juga bunganya. Jika kredit terlanjur dicairkan dan dikemudian hari debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya, kendaraan akan disita dan dilelang untuk menutup pinjaman pokok dan bunga, namun jika dilakukan pelelangan dan nilai jual dari kendaraan itu tidak cukup untuk


(77)

commit to user

62

menutup hutang piutang, pelunasannya akan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian kredit.

b. Tidak semua kredit dapat berjalan lancar, ada juga kredit yang

bermasalah, begitu pula yang terjadi di PT. BPR Nguter Surakarta. Langkah yang biasa diambil oleh pihak bank dalam penyelesaian kredit macet :

a) Melakukan pendekatan personal atau meneruskan

hubungan dengan debitur.

Pihak Bank membantu memberikan solusi kepada debitur untuk mengembangkan rencana yang terarah, yang dapat menanggulangi penyebab terjadinya kredit macet. Pihak Bank dalam proses ini harus ada di pihak yang lebih menguntungkan, setelah itu dilakukan monitoring dan kontrol sesuai waktu yang di janjikan. b) Penjadwalan Kembali (rescheduling).

Pihak Bank menyusun kembali jadwal baru angsuran kredit untuk melaksanakannya. Upaya penyelamatan kredit dengan cara ini dilakukan apabila debitur tidak dapat melunasi pembayaran kredit atau anggsuran kredit yang telah jatuh tempo, tetapi dari hasil evaluasi pihak Bank mengetahui bahwa prospek kondisi keuangan debitur di masa depan tidak mengkhawatirkan.


(78)

commit to user

63

c) Persyaratan Kembali (reconditioning).

Tujuan utama dari penataan kembali persyaratan kredit adalah memperkuat lagi posisi tawar menawar Bank dengan debitur dimana isi perjanjian kredit ditinjau kembali, apakah perlu ditambah atau dikurangi.

d) Penataan Kembali (restructuring).

Penataan kembali yaitu perubahan persyaratan kredit yang menyangkut penambahan fasilitas kredit dan konversi seluruh atau sebagian tunggakan angsuran bunga menjadi pokok kredit yang baru disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali. e) Penagihan Secara Intensif / Persuasif

Langkah penagihan pihak Bank dilakukan oleh

Collector setelah menerima surat tagih atau surat tarik

untuk disampaikan kepada debitur secara berkala. Tujuan dari penagihan kepada debitur secara langsung ini adalah agar debitur mengerti keterlambatan pokok angsuran dan pokok bunga yang harus dibayar sesuai keterlambatan angsurannya.

f) Penarikan Jaminan Kredit (Barang Bergerak).

Proses penarikan jaminan milik debitur ini dilakukan apabila dalam proses penyelesaian kredit


(79)

commit to user

64

macet antara pihak Bank dengan debitur tidak menemukan titik temu atau kata sepakat, sehingga barang jaminan terpaksa disita oleh pihak Bank.

g) Penjualan Barang Jaminan (Benda Bergerak).

Upaya ini merupakan lanjutan apabila upaya cara perdamaian tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka diadakan realisasi terhadap barang jaminan. Langkah yang perlu dilakukan dalam proses penjualan barang milik debitur adalah dengan cara sebagai berikut :

(a) Penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan

cara damai yaitu, pihak bank menawarkan kepada debitur bahwa Bank bersedia menjual barang jaminan tersebut dan hasil dari penjualan digunakan untuk pelunasan kreditnya.

(b) Penjualan dilakukan menurut prosedur yang berlaku menurut hukum. Jadi penjualan barang jaminan tersebut menurut keputusan Pengadilan Negri.


(1)

commit to user

61

kemungkinan terjadinya risiko kredit belum berpengaruh besar. Karena ternyata masih terdapat beberapa nasabah yang pengembalian kreditnya kurang lancar atau tidak lancar. Hal ini terjadi disebabkan AO yang kurang selektif menganalisa data nasabah dan atau usaha nasabah yang mengalami kemunduran. Non Performing Loan (NPL) juga meningkat tiap bulannya dan selalu melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh BI. Jadi penerapan prinsip 5C ini belum sepenuhnya mampu mengurangi dan atau mencegah kemungkinan terjadinya risiko kredit di PT. BPR Nguter Surakarta.

Selama melakukan magang dan penelitian di PT. BPR Nguter Surakarta, penulis menemukan contoh risiko kredit yang terjadi, yaitu :

a. Pengajuan kredit dengan menggunakan BPKB sebagai jaminannya, seorang admin kredit (bagian pencairan) harus dengan teliti ketika melakukan pengecekan BPKB. Nomor rangka (noka) dan nomor mesin (nosin) harus sama dengan yang ada didalam faktur. Karena jika noka dan nosin tidak sama dengan fakturnya, kredit tidak dapat dicairkan. Akan tetapi jika terlanjur dicairkan kreditnya tidak masalah selama debitur memenuhi kewajibannya melakukan pengembalian pinjaman pokok dan juga bunganya. Jika kredit terlanjur dicairkan dan dikemudian hari debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya, kendaraan akan disita dan dilelang untuk menutup pinjaman pokok dan bunga, namun jika dilakukan pelelangan dan nilai jual dari kendaraan itu tidak cukup untuk


(2)

commit to user

62

menutup hutang piutang, pelunasannya akan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian kredit.

b. Tidak semua kredit dapat berjalan lancar, ada juga kredit yang bermasalah, begitu pula yang terjadi di PT. BPR Nguter Surakarta. Langkah yang biasa diambil oleh pihak bank dalam penyelesaian kredit macet :

a) Melakukan pendekatan personal atau meneruskan

hubungan dengan debitur.

Pihak Bank membantu memberikan solusi kepada debitur untuk mengembangkan rencana yang terarah, yang dapat menanggulangi penyebab terjadinya kredit macet. Pihak Bank dalam proses ini harus ada di pihak yang lebih menguntungkan, setelah itu dilakukan monitoring dan kontrol sesuai waktu yang di janjikan. b) Penjadwalan Kembali (rescheduling).

Pihak Bank menyusun kembali jadwal baru angsuran kredit untuk melaksanakannya. Upaya penyelamatan kredit dengan cara ini dilakukan apabila debitur tidak dapat melunasi pembayaran kredit atau anggsuran kredit yang telah jatuh tempo, tetapi dari hasil evaluasi pihak Bank mengetahui bahwa prospek kondisi keuangan debitur di masa depan tidak mengkhawatirkan.


(3)

commit to user

63

c) Persyaratan Kembali (reconditioning).

Tujuan utama dari penataan kembali persyaratan kredit adalah memperkuat lagi posisi tawar menawar Bank dengan debitur dimana isi perjanjian kredit ditinjau kembali, apakah perlu ditambah atau dikurangi.

d) Penataan Kembali (restructuring).

Penataan kembali yaitu perubahan persyaratan kredit yang menyangkut penambahan fasilitas kredit dan konversi seluruh atau sebagian tunggakan angsuran bunga menjadi pokok kredit yang baru disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali. e) Penagihan Secara Intensif / Persuasif

Langkah penagihan pihak Bank dilakukan oleh Collector setelah menerima surat tagih atau surat tarik untuk disampaikan kepada debitur secara berkala. Tujuan dari penagihan kepada debitur secara langsung ini adalah agar debitur mengerti keterlambatan pokok angsuran dan pokok bunga yang harus dibayar sesuai keterlambatan angsurannya.

f)Penarikan Jaminan Kredit (Barang Bergerak).

Proses penarikan jaminan milik debitur ini dilakukan apabila dalam proses penyelesaian kredit


(4)

commit to user

64

macet antara pihak Bank dengan debitur tidak menemukan titik temu atau kata sepakat, sehingga barang jaminan terpaksa disita oleh pihak Bank.

g) Penjualan Barang Jaminan (Benda Bergerak).

Upaya ini merupakan lanjutan apabila upaya cara perdamaian tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka diadakan realisasi terhadap barang jaminan. Langkah yang perlu dilakukan dalam proses penjualan barang milik debitur adalah dengan cara sebagai berikut :

(a) Penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan cara damai yaitu, pihak bank menawarkan kepada debitur bahwa Bank bersedia menjual barang jaminan tersebut dan hasil dari penjualan digunakan untuk pelunasan kreditnya.

(b) Penjualan dilakukan menurut prosedur yang berlaku menurut hukum. Jadi penjualan barang jaminan tersebut menurut keputusan Pengadilan Negri.


(5)

commit to user

65

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis di PT. BPR Nguter Surakarta, penulis dapat mengetahui bagaimana dan seperti apa penerapan prinsip 5C dalam pemberian kredit terhadap nasabah di PT. BPR Nguter Surakarta. Berdasarkan penelitian tersebut penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam hal pemberian kredit, PT. BPR Nguter Surakarta lebih menekankan pada prinsip Character kemudian Collateral dan Capacity, sedangkan prinsip Capital dan Condition of Economy digunakan sebagai pendukung untuk menguatkan data calon debitur. Namun yang terpenting adalah prinsip character, karena dengan melihat prinsip ini pihak bank dapat menilai kesungguhan calon debitur. Apabila salah satu dari prinsip Capital dan Condition of economy tidak terpenuhi asalkan character, collateral, dan capacity calon debitur terpenuhi, kredit akan bisa dicairkan. Bahkan apabila Collateral atu harga taksasi jaminan dari calon debitur tidak memenuhi syarat, asalkan Character dan Capacity dapat terpenuhi, pencairan kredit akan dipertimbangkan.

2. Dilihat dari data yang ada, dapat diketahui bahwa nilai NPL meningkat dan selalu melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh


(6)

commit to user

66

BI dan juga masih banyaknya nasabah yang kreditnya kurang lancar dan atau tidak lancar.Jadi penggunaan prinsip 5C dalam pemberian kredit ini belum sepenuhya dapat mengatasi ataupun mencegah terjadinya resiko kredit.

B. SARAN

Setelah melihat dan mengamati secara langsung, penulis ingin membrerikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak PT.BPR Nguter Surakarta khususnya :

1. Sebaiknya dalam hal pemberian kredit dengan menerapkan prinsip 5C ini, pihak bank (Account Officer) khususnya, harus lebih selektif dalam menentukan calon debitur mana yang layak untuk diberikan kredit agar nantinya tidak terjadi resiko kredit seperti kredit macet yang menjadi masalah di PT. BPR Nguter Surakarta khususnya.

2. Terhadap debitur yang telah disetujui pengajuan kreditnya terus dipantau pengelolaan uang pinjamannya jika digunakan sebagai tambahan modal usaha.

3. Setiap bulannya debitur selalu diingatkan untuk mengangsur pinjamannya oleh Account Officer, agar pihak yang menjadi Account Officernya pun tidak ditegur oleh Admin Kreditnya dan bisa mendapatkan bonus.