IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INDUKTIF PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA SMP.

(1)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN………. i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ……….. 6

E. Definisi Operasional ... 6

F. Batasan Masalah ... 7

BAB II PEMBELAJARAN INDUKTIF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL ... 9 A. Pembelajaran Induktif ……… 9

B. Konsep dan Pemahaman Konsep ... 14

C. Keterampilan Berpikir Rasional ………. 19

D. Keterkaitan Sintaks Pembelajaran Induktif, Pemahaman Konsep, dan Keterampilan Berpikir Rasional ... 25

E. Materi Subyek Kalor dan Pembelajarannya ……….. 26

BAB III METODE PENELITIAN ………. 39

A. Metode dan Desain Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Instrumen Penelitian ……… 40

D. Prosedur Penelitian ... 43

E. Alur Penelitian……… 46

F. Teknik Analisis Data ………. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 61

A. Hasil Penelitian ... 61

B. Temuan dan Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 96

A. Kesimpulan ... 96


(2)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 101

A. Perangkat Pembelajaran ………. 102

B. Alat Pengumpul Data ……… 143

C. Analisis UjicobaInstrumen ……….. 173


(3)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Fisika memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi yang dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik agar dapat mengikuti perkembangan sains dan teknologi di masyarakat.

Meskipun peran Fisika yang merupakan salah satu cabang sainsdalam aspek teknologi ada di mana-mana dan dapat membuat kehidupan lebih mudah, namun sampai saat ini Fisika belum diajarkan dengan tepat. Sejalan dengan hal tersebut, Gok dan Silay (2008) menemukan bahwa hasil belajar sains lebih rendah dari bidang lain, hal ini karena sains dianggap sebagai mata pelajaran yang sukar dipahami oleh sebagian besar siswa sehingga siswa kurang berminat belajar sains. Liliasari (2009) mengatakan bahwa “banyak siswa kurang menyukai belajar IPA karena dianggap sukar dan tidak menarik”.

Berdasarkan hasil observasi (studi awal) di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Lubuk Besar Bangka, ditemukan bahwa 72,5% siswa kurang berminat belajar Fisika karena dianggap sulit. Sejalan dengan pernyataan Setiawan (2009: 1) bahwa: “telah menjadi fenomena umum bahwa sains, terutama


(4)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fisika, dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai.”Sebagai akibatnya kemampuan sains siswa SMP sangat rendah.

Menurut Programme for International Student Assesment (PISA) 2009, literasi sains anak Indonesia berada pada rangking 60 dari 65 negara yang mengikuti dengan skor rata-rata 383 (Balitbang Kemendiknas, 2011). Kenyataan ini secara umum dapat merepresentasikan pencapaian mutu pendidikan nasional yang masih jauh dari standar mutu yang diharapkan. Kenyataan lain adalah guru kurang mampu mengelola pembelajaran yang menarik bagi siswa untuk menggali kompetensinya.

Menurut Trianto (2007: 1) bahwa “proses pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.” Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat berbagai konsep, rumus tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya ketika siswa lulus sekolah pemahaman konsepnya lemah dan mereka miskin aplikasi.

Sesuai dengan ungkapan Dahar (1999), bahwa salah satu kekurangan yang kita dengar dalam dunia pendidikan, khususnya biologi, kimia, dan fisika (IPA) adalah siswa hanya menghapal tanpa memahami isi pelajaran, sehingga siswa sulit untuk memahami konsep IPA, terutama fisika. Sebagai akibat dari keadaan tersebut keterampilan berpikir rasional siswa kurang berkembang. Menurut Suparno (2001), siswa pada tahap pemikiran formal, berkembanglah reasoning dan logika dalam


(5)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi serta ada pembebasan pemikiran yang berdasarkan proporsi dan hipotesis. Secara rasional siswa dapat menganalisis apa-apa yang diamati dan diselesaikan secara benar. Berpikir rasional diperlukan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan benar.

Melihat betapa pentingnya pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional yang harus dimiliki oleh siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari maka guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan hendaknya mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional. Salah satu alternatifnya dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran konstruktivisme.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Garnida (2001), menyebutkan bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan proses, dan keterampilan berpikir rasional siswa. Model pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu model dimana guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sendirilah yang aktif secara mental membangun pengetahuan yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya. Model Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan struktur kognitif ini adalah model pembelajaran Induktif karya Hilda Taba yang dikembangkan oleh pakar psikologi Gestalt.

Menurut Joyce dan Weil dalam bukunya models of teaching, (2000) model pembelajaran induktif merupakan salah satu model mengajar yang dikembangkan


(6)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdasarkan cara berpikir induktif, yaitu menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala, mencoba suatu proses, baru mengambil kesimpulan sebagai penerapan hasil belajar melalui tahapan-tahapan pembentukan konsep, interpretasi data, dan aplikasi prinsip dimana fase-fase ini tercakup juga dalam aspek-aspek kognitif pada keterampilan berpikir rasional yang dapat berkembang sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional dan dapat juga meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa.

Salah satu materi fisika yang menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran berpikir induktif adalah materi kalor. Pada materi kalor tahapan-tahapan berpikir induktif yang mencakup pembentukan konsep, Interpretasi data dan aplikasi prinsip dapat diterapkan mulai dari siswa mengolah informasi sampai siswa menarik kesimpulan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi yang berfokus pada pengembangan model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa SMP. Dalam hubungan ini, penulis mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran induktif yang dilaksanakan di SMP dan diberi judul: “Implementasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan berpikir Rasional Siswa


(7)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah “Apakah implementasi pembelajaran induktif pada materi kalor dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa SMP?”.

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa yang mendapatkan penerapan pembelajaran induktif?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir rasional siswa yang mendapatkan penerapan pembelajaran induktif?

3. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran induktif?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan pembelajaran Induktif pada materi kalor serta pengaruhnya terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional pada siswa kelas VII SMP.


(8)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti tentang potensi pembelajaran induktif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa, Selanjutnya hasil-hasil penelitian ini dapat juga digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran induktif adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang membimbing siswa untuk menemukan suatu kesimpulan sebagai penerapan hasil belajar melalui tahapan-tahapan : pembentukan konsep (concept formation), interpretasi data (data interpretation) dan penerapan prinsip (application of principles). Untuk melihat pelaksanaan pembelajaran induktif sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut, maka dilakukan melalui observasi terhadap keterlaksanaan model dalam pembelajaran fisika.

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep setelah pembelajaran selesai dilakukan. Dalam aspek kognitif, pemahaman konsep berada setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Pemahaman konsep terdiri dari tiga aspek, yaitu : aspek trasnlasi/ menterjemahkan, aspek interpretasi/ menafsirkan dan aspek ekstrapolasi/ meramalkan. Pemahaman konsep ini diukur dengan menggunakan instrument tes pemahaman konsep fisika berbentuk pilihan ganda pada saat tes awal dan tes akhir.


(9)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Keterampilan berpikir rasional yang dimaksud dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah melalui fakta-fakta yang logis

antara lain mengingat (recalling), mengelompokkan (classifying),

menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), dan menganalisis (analizing). Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir rasional digunakan tes kemampuan berpikir rasional yang berbentuk essay pada saat tes awal dan tes akhir.

F. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen ditentukan dari nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> tes pemahaman konsep yang meliputi aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi .

2. Peningkatan keterampilan berpikir rasional siswa pada kelas eksperimen ditentukan dari nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> tes keterampilan berpikir rasional yang meliputi keterampilan mengingat (recalling), mengelompokkan (classifying), menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), dan menganalisis (analizing).

3. Keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa merupakan kegiatan atau aktivitas guru dan siswa yang terjadi selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran induktif. Keterlaksanaan aktivitas


(10)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran guru dan siswa ini diukur melalui lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa pada model pembelajaran induktif.

4. Tanggapan siswa merupakan pendapat siswa mengenai proses pelaksanaan tahapan-tahapan pembelajaran induktif, kesesuaian materi kalor dan pengaruhnya dalam memahami konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa pada penerapan pembelajaran induktif, sedangkan tanggapan guru merupakan pendapat guru mengenai ketertarikan, keaktifan siswa pada pelaksanaan tahapan pembelajaran induktif, kesiapan guru, pengaruh pembelajaran induktif terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa, dan bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran induktif terhadap suatu konsep pembelajaran.


(11)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre

experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

pengaruh penerapan pembelajaran induktif terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa. Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan pembelajaran induktif.

Penelitian dilaksanakan hanya pada kelas eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau kelas kontrol. Metode ini digunakan karena penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa setelah diterapkan pembelajaran induktif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design (Fraenkel & Wallen, 2007 : 265) yang diilustrasikan oleh Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design

Pretest Perlakuan Posttest

O X O

Keterangan:

X = Pembelajaran Induktif pada Dua Kelas O = Pretest dan Posttest

Dalam penelitian ini, sampel penelitian diberikan perlakuan (treatment) yaitu berupa penerapan pembelajaran induktif sebanyak tiga kali pertemuan.


(12)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pelaksanaan tes awal (pretest) dilakukan sebelum penerapan pembelajaran induktif dan tes akhir (posttest) dilakukan setelah penerapan pembelajaran induktif.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMP kelas VII di salah satu sekolah Negeri di Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Koba, Provinsi Bangka Belitung. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa, yaitu siswa kelas VII D dan siswa kelas VII E. Penentuan sampel dilakukan secara purposive

sampling dengan pertimbangan yaitu sampel diberikan atas saran guru dan nilai

siswa kelas VII D dan siswa kelas VII E lebih rendah dibanding dengan kelas lainnya, dimana nilai siswa-siswa di kelas VII E mendapat kategori lebih rendah dibanding nilai siswa-siswa di kelas VII D. Hal itu mengindikasikan pemahaman konsep siswa masih rendah. Sehingga diharapkan setelah diberikan perlakuan, keterampilan berpikir rasional siswa meningkat dan berdampak lebih baik pula pada pemahaman konsep siswa.

C. Instrumen Penelitian

1. Tes Pemahaman Konsep (TPK)

Bentuk TPK yang digunakan pada penelitian ini adalah pilihan ganda dengan empat pilihan sebanyak duapuluh soal sesuai dengan indikator pembelajaran yang hendak dicapai. Soal TPK yang digunakan pada pretest dan


(13)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

posttest adalah sama dengan anggapan bahwa peningkatan pemahaman konsep

akan benar-benar dilihat dan diukur dengan soal yang sama.

Perancangan butir soal tes pemahaman konsep berpedoman pada hasil taksonomi Bloom yang meliputi aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Konsultasi dengan pembimbing dan beberapa dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator pemahaman konsep dengan butir soal, aspek bahasa, dan aspek materi.

2. Tes Keterampilan Berpikir Rasional (TKBR)

Bentuk TKBR yang digunakan pada penelitian ini adalah essay sebanyak enam soal, dengan enam indikator keterampilan berpikir rasional yang diteliti. Soal TKBR yang digunakan pada pretest dan posttest adalah sama dengan anggapan bahwa peningkatan keterampilan Berpikir Rasional akan benar-benar dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Konsultasi dengan pembimbing dan beberapa dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator keterampilan berpikir rasional dengan butir soal, aspek bahasa, dan materi.

3. Lembar Observasi Pembelajaran

Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu untuk mengamati sejauh mana tahapan pembelajaran induktif yang telah direncanakan terlaksana dalam pembelajaran. Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini terbagi dua yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru


(14)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

selama pembelajaran. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembar daftar cek. Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pembimbing.

4. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap pembelajaran induktif yang diterapkan dalam penelitian ini. Skala sikap siswa bertujuan untuk mengungkap beberapa hal meliputi: a) tahapan–tahapan dalam pembelajaran induktif menjadikan siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih menyenangkan; b) pembelajaran induktif melatih siswa dalam mengkomunikasikan materi pelajaran; c) pembelajaran induktif dapat memudahkan siswa memahami konsep; dan d) pembelajaran induktif dapat melatih keterampilan berpikir rasional siswa.

Skala sikap tanggapan guru diberikan kepada guru yang kelasnya dipakai sebagai kelas penelitian. Skala sikap guru bertujuan untuk mengetahui: a) tahapan dalam pembelajaran induktif dapat meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran; b) perlunya persiapan guru dalam penerapan pembelajaran induktif; c) tahapan pembelajaran induktif memfasilitasi lebih baik dalam pemahaman konsep; d) tahapan pembelajaran induktif memfasilitasi siswa dalam melatih keterampilan berpikir rasional; dan e) pembelajaran induktif menjadikan suatu konsep lebih bermakna.


(15)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Guru dan setiap siswa diminta untuk menjawab pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju (STS). Pengkonversian dengan menggunakan skala Likert dengan anggapan bahwa skala tersebut dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai variabel penelitian (Sugiyono, 2012: 136). Kemudian jawabannya akan dikonversi menggunakan 4 titik skala Likert. Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4 (Sugiyono, 2012: 137).

Skor dari setiap pernyataan akan dijumlahkan, kemudian dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase pencapaian terhadap skor maksimum. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui persentase tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran dengan pembelajaran induktif pada materi kalor. Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pembimbing.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru dalam buku nilai, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa di sekolah. Studi pendahuluan ini dilaksanakan


(16)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan cara mengamati pembelajaran, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan menganalisis hasil belajar siswa.

b. Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran induktif, pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir rasional. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selain itu, mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk kemudian dipergunakan dalam penyusunan indikator-indikator pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c. Penyusunan RPP serta penyusunan instrumen TPK dan TKBR. Pembuatan

RPP ini mengacu pada SK, KD dan indikator yang ingin diteliti.

d. Pertimbangan (judgment) dosen pembimbing dan beberapa dosen ahli terhadap instrumen TPK dan TKBR.

e. Ujicoba instrumen TPK dan TKBR yang dilakukan pada subyek yang pernah mempelajari materi kalor kelas VII. Hasil ujicoba tes dianalisis untuk melihat kualitas instrumen tes yang meliputi reliabilitas tes, tingkat kemudahan, dan daya pembeda butir soal dalam tes.

f. Penentuan instrumen dan perbaikan instrumen yang akan digunakan sebagai instrument tes penelitian berdasarkan hasil ujicoba.

2. Tahap penelitian

a. Pada awal pertemuan dilakukan penjaringan data pretest kepada dua kelas sebelum subjek penelitian diberikan perlakuan pembelajaran induktif. Instrumen tes yang diberikan meliputi Tes Pemahaman Konsep dan Tes Keterampilan Berpikir Rasional materi kalor.


(17)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Pertemuan berikutnya pemberian perlakuan pembelajaran induktif pada dua kelas sebanyak tiga kali pertemuan selama 80 menit (2 jam pelajaran) setiap kelasnya. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran, ditinjau oleh dua orang observer melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

c. Pertemuan terakhir memberikan posttest pada kedua kelas untuk mengetahui pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa setelah mendapat perlakuan pembelajaran induktif, dan menyebar skala sikap tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran induktif.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini dilakukan pengolahan dan analisa data. Analisis data ini dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa, baik sebelum diberikan perlakuan ataupun sesudah diberikan perlakuan. Setelah hasil analisis diperoleh kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan. Kemudian dilakukan penyusunan laporan berdasarkan hasil temuan, analisis, pembahasan, dan kesimpulan. Penyusunan laporan ini dibuat dalam bentuk tesis.


(18)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Alur Penelitian

Untuk memudahkan langkah-langkah penelitian, maka dibuat alur penelitian. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat alur penelitian pada Gambar 3.1 berikut ini:

Tes Akhir (Posttest) 1.Tes keterampilan berpikir

rasional

2.Tes pemahaman konsep

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Tes Awal keterampilan berpikir rasional dan tes awal pemahaman konsep siswa (pretest)

Validasi, Uji Coba, Revisi 1. Penyusunan Instrumen

2. Tes pemahaman konsep

3. Tes keterampilan berpikir rasional 4. Skala sikap Siswa dan Guru 5. Pedoman Observasi

Studi Literatur: Model pembelajaran induktif, pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa

Penyusunan Rencana Pembelajaran Model pembelajaran induktif materi kalor Perumusan Masalah

Pembelajaran induktif pada kelas eksperimen

Skala sikap Tanggapan Siswa dan Guru

Observasi Keterlaksanaan Model


(19)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu F.Teknik Analisis Data

1. Teknik Uji Coba Instrumen a) Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 168). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anderson dalam Arikunto, 2011: 65; Ruseffendi, 2006: 125). Validitas instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara di judgment kelompok ahli yang berjumlah dua orang untuk mengetahui kesesuaian antara soal dengan indikator pembelajaran, indikator soal, indikator pemahaman konsep dan indikator keterampilan berpikir rasional serta kunci jawaban tes (Sugiyono, 2012:177).

Hasilnya dari kedua tenaga ahli yang diminta pertimbangan

(judgment),diperoleh kesimpulan bahwa instrumen tes keterampilan berpikir

rasional dan tes pemahaman konsep materi kalor yang telah disusun penulis sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki terkait dengan konten, konteks dan redaksi soal. Selain itu, ada beberapa catatan dari tenaga ahli sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan instrumen, catatan ini selengkapnya dapat dilihat pada lembar judgment tes pemahaman konsep dan keterampilan Berpikir Rasional yang telah diisi oleh para ahli pada Lampiran B.1.1 dan Lampiran B.1.2


(20)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b). Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2011: 86).

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, untuk mengetahui tingkat reliabilitas soal TPK dan TKBR Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Pengujian reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian reliabilitas dengan test-retest (stability). Pengujian reliabilitas dengan test-retest (stability) dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2012 : 178).

Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2011 : 93).

=

� −


(21)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor tes uji coba 1

Y = skor tes uji coba 2 N = jumlah sampel

Interpretasi koefisien korelasi reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.2 (Arikunto, 2011 : 75).

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 < rXY≤ 1,00 sangat tinggi

0,600 < rXY≤ 0,800 tinggi

0,400 < rXY≤ 0,600 cukup

0,200 < rXY≤ 0,400 rendah

0,00 ≤ rXY≤ 0,200 sangat rendah

c).Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat (indeks) kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto, 2011 : 207). Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan persamaan: (Arikunto, 2011: 208).

=

� ………. (3.2)

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes


(22)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indek kesukaran untuk soal bentuk uraian dapat ditentukan dengan persamaan (Arikunto, 2011) :

=

� ………. (3.3)

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal JS : jumlah skor ideal/maksimum pada butir soal tersebut

Indeks tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.3 (Arikunto, 2011 : 210). Tabel 3.3 Indeks Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat

Kesukaran Interpretasi

0,00 ≤ P ≤ 0,30 sukar 0,30 < P≤ 0,70 sedang

0,70 < P≤ 1,00 mudah

d).Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011 : 211). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan ganda digunakan persamaan (Arikunto, 2011 : 213-214):

=

=

� − �

………….. (3.4)

Keterangan :

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar


(23)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

� = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

� = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar D = daya pembeda

Untuk menentukan indeks deskriminasi (D) soal bentuk essai digunakan persamaan (Karno To, 1996):

=

……… (3.5)

Keterangan:

D = indeks deskriminasi

SA = jumlah skor siswa kelompok atas SB = jumlah skor siswa kelompok bawah JA = jumlah skor ideal salah satu kelompok

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4 (Arikunto, 2011 : 218) berikut ini.

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi 0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek 0,20 < D ≤ 0,40 cukup 0,40 < D ≤ 0,70 baik 0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

D < 0 (negatif) tidak baik

Setelah instrumen tes dinilai oleh Ahli kemudian pengujian kesahihan tes meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda menggunakan Microsoft Excel.


(24)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Teknik Pengolahan Data

1). Pemberian Skor

Penskoran hasil tes pemahaman konsep siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.

Penskoran hasil tes keterampilan berpikir rasional siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes uraian yaitu menggunakan rubrik penskoran. Rubrik penskoran instrumen uji coba dan pretest-posttes keterampilan berpikir kreatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1. dan Lampiran D.1.

2). Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran induktif merupakan data yang diambil dari observasi. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.3.1

Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran induktif. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format keterlaksanaan model pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

observer menjawab ya atau tidak

% Keterlaksanaan Model = 100%

observer seluruhnya 


(25)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran induktif yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Kriteria Keterlaksanaan Model

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

3). Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Oleh Siswa Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran induktif oleh siswa merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis dengan menghitung persentase dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk menganalisis data hasil keterlaksanaan model pembelajaran pada guru. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.3.2.

4). Perhitungan Gain yang dinormalisasi

Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

            pre maks pre post S S S S

g .... (3.7)

Keterangan :

<Spost > = rata-rata skor tes akhir <Spre> = rata-rata skor tes awal <Smaks> = rata-rata skor maksimum


(26)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rata-rata gain yang dinormalisasi diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional dengan kriteria seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Kategori Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Rasional

Batasan Kategori

<�> > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ <�> ≤0,7 Sedang <�> < 0,3 Rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007.

5). Menghitung Persentase Pencapaian Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Rasional

Untuk mengetahui persentase pencapaian skor rerata pretest, posttest dan

N-gain pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa dianalisis

dengan menggunakan perhitungan persentase terhadap skor maksimum yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase rata-rata = 100%

jumlah siswa maksimum

r sko Jumlah

siswa diperoleh yang

skor Jumlah

...

(3.8) 6). Pengolahan Skala Sikap Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Penerapan

Model Pembelajaran Induktif

Data mengenai penerapan model pembelajaran induktif merupakan data yang diambil dari observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran induktif.


(27)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang observer isi pada format skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran. 2. Melakukan perhitungan persentase skala sikap tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

% �� = � � ( / ) ( / )

100%

….(3.9)

Untuk mengetahui kategori skala sikap model pembelajaran induktif oleh guru dan siswa, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Kriteria Skala Sikap Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Pembelajaran Tanggapan Siswa &

Guru (%) Kriteria

TS = 0 Tak satu respondenpun

0 < TS ≤ 25 Sebagian kecil responden 25 < TS < 50 Hampir setengah responden

TS = 50 Setengah responden

50 < T S≤ 75 Sebagian besar responden 75 < T S< 100 Hampir seluruh responden

TS = 100 Seluruh responden

3. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba tes instrumen dilakukan pada siswa SMP kelas VII di salah satu sekolah di Bandung. Soal tes pemahaman konsep yang diujicobakan berjumlah 24 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes keterampilan berpikir rasional berjumlah 14 butir soal dalam bentuk uraian. Analisis instrumen dilakukan


(28)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan menggunakan program Microsoft Excel untuk menguji reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Hasil uji coba pertama tes pemahaman konsep materi kalor dapat dilihat pada Tabel 3.8. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep dan tes keterampilan berpikir rasional secara terperinci tertera pada Lampiran C.

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Pertama Tes Pemahaman Konsep No

Soal Validitas

Daya Pembeda (Kriteria) Tingkat Kesukaran (Kriteria) Keterangan

1 Valid Baik Mudah Dipakai

2 Valid Cukup Mudah Dipakai

3 Valid Jelek Sukar Dibuang

4 Valid Baik Mudah Dipakai

5 Valid Cukup Mudah Dipakai

6 Valid Cukup Sedang Dipakai

7 Valid Cukup Sedang Dipakai

8 Valid Cukup Sedang Dipakai

9 Valid Cukup Sedang Dipakai

10 Valid Cukup Mudah Dipakai

11 Valid Baik Sedang Dipakai

12 Valid Jelek Sukar Dibuang

13 Valid Jelek Sukar Dibuang

14 Valid Jelek Sukar Dibuang

15 Valid Baik Sedang Dipakai

16 Valid Cukup Sedang Dipakai

17 Valid Cukup Sedang Dipakai

18 Valid Cukup Mudah Dipakai

19 Valid Cukup Mudah Dipakai

20 Valid Cukup Mudah Dipakai

21 Valid Cukup Sedang Dipakai

22 Valid Cukup Sedang Dipakai

23 Valid Cukup Sedang Dipakai

24 Valid Cukup Mudah Dipakai

Uji coba pertama tes pemahaman konsep materi kalor terdiri dari 24 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan perhitungan hasil uji coba, terdapat 4 soal yang memiliki daya pembeda dalam kategori jelek sehingga tidak digunakan


(29)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yakni soal No. 3, 12, 13, dan 14. Jumlah soal tes pemahaman konsep yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 20 soal yang meliputi aspek translasi sebanyak 6 soal, aspek interpretasi sebanyak 9 soal, dan aspek ekstrapolasi sebanyak 5 soal.

Uji coba kedua tes pemahaman konsep materi kalor terdiri dari 24 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan perhitungan hasil uji coba, terdapat 4 soal yang memiliki daya pembeda dalam kategori jelek sehingga tidak digunakan yakni soal No. 3, 12, 13 dan 14. Jumlah soal tes pemahaman konsep yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 20 soal yang meliputi aspek translasi sebanyak 6 soal, aspek interpretasi sebanyak 9 soal, dan aspek ekstrapolasi sebanyak 5 soal.Sementara itu, hasil uji coba kedua tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut

Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Kedua Tes Pemahaman Konsep

No

Soal Validitas

Daya Pembeda (Kriteria)

Tingkat Kesukaran

(Kriteria) Keterangan

1 Valid Cukup Mudah Dipakai

2 Valid Baik Sedang Dipakai

3 Valid Jelek Sukar Dibuang

4 Valid Cukup Sedang Dipakai

5 Valid Cukup Mudah Dipakai

6 Valid Cukup Sedang Dipakai

7 Valid Baik Sedang Dipakai

8 Valid Baik Sedang Dipakai

9 Valid Cukup Mudah Dipakai

10 Valid Cukup Mudah Dipakai

11 Valid Baik Sedang Dipakai

12 Valid Jelek Sukar Dibuang

13 Valid Jelek Sukar Dibuang

14 Valid Jelek Sukar Dibuang

15 Valid Baik Sedang Dipakai

16 Valid Cukup Sedang Dipakai

17 Valid Cukup Sedang Dipakai

18 Valid Cukup Mudah Dipakai

19 Valid Cukup Mudah Dipakai


(30)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

21 Valid Cukup Sedang Dipakai

22 Valid Cukup Sedang Dipakai

23 Valid Cukup Sedang Dipakai

24 Valid Cukup Mudah Dipakai

Reliabilitas instrumen tes pemahaman konsep diperoleh dari menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua yang menghasilkan harga RXY sebesar 0,70 termasuk pada kriteria tinggi. Berdasarkan koefisien korelasi positif maka instrumen tes pemahaman konsep dinyatakan reliabel. Hasil uji coba pertama tes keterampilan berpikir rasional materi kalor dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut

Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Pertama Tes Keterampilan Berpikir Rasional No

Soal Validitas

Daya Pembeda (Kriteria)

Tingkat Kesukaran

(Kriteria)

Keterangan

1 Valid Baik Sedang Dipakai

2 Valid Baik Sedang Dipakai

3 Valid Baik Sedang Dipakai

4 Valid Jelek Sukar Dibuang

5 Valid Jelek Mudah Dibuang

6 Valid Jelek Mudah Dibuang

7 Valid Jelek Sukar Dibuang

8 Valid Baik Sedang Dipakai

9 Valid Jelek Mudah Dibuang

10 Valid Jelek Sukar Dibuang

11 Valid Jelek Sukar Dibuang

12 Valid Cukup Sedang Dipakai

13 Valid Cukup Sedang Dipakai

14 Valid Jelek Sukar Dibuang

Uji coba pertama tes keterampilan berpikir rasional siswa terdiri dari 14 soal berbentuk uraian. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, terdapat 8 soal dengan daya pembeda berkategori jelek dan soal tersebut tidak dipakai dengan pertimbangan bahwa soal tes uraian yang akan digunakan diharapkan benar-benar dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Jumlah soal tes


(31)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keterampilan berpikir rasional yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 6 soal yang meliputi aspek mengingat 1 soal, aspek mengklasifikasi 1 soal, aspek membandingkan 1 soal, aspek mengevaluasi 1 soal, aspek menggeneralisasi 1 soal, dan aspek menganalisis 1 soal. Sementara itu, untuk hasil uji coba kedua tes keterampilan berpikir rasional dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut

Tabel 3.11. Hasil Uji Coba Kedua Tes Keterampilan Berpikir Rasional No

Soal Validitas

Daya Pembeda (Kriteria)

Tingkat Kesukaran

(Kriteria)

Keterangan

1 Valid Baik Sedang Dipakai

2 Valid Baik Sedang Dipakai

3 Valid Cukup Sedang Dipakai

4 Valid Jelek Sukar Dibuang

5 Valid Jelek Mudah Dibuang

6 Valid Jelek Mudah Dibuang

7 Valid Jelek Sukar Dibuang

8 Valid Baik Sedang Dipakai

9 Valid Jelek Mudah Dibuang

10 Valid Jelek Sukar Dibuang

11 Valid Jelek Sukar Dibuang

12 Valid Cukup Sedang Dipakai

13 Valid Cukup Sedang Dipakai

14 Valid Jelek Sukar Dibuang

Uji coba kedua tes keterampilan berpikir rasional siswa terdiri dari 14 soal berbentuk uraian. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba, terdapat 8 soal dengan daya pembeda berkategori jelek dan soal tersebut tidak dipakai dengan pertimbangan bahwa soal tes uraian yang akan digunakan diharapkan benar-benar dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Jumlah soal tes keterampilan berpikir rasional yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 6 soal yang meliputi aspek mengingat sebanyak 1 soal, aspek mengklasifikasi sebanyak 1 soal, aspek membandingkan sebanyak 1 soal, aspek


(32)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengevaluasi sebanyak 1 soal, aspek menggeneralisasi sebanyak 1 soal, dan aspek menganalisis sebanyak 1 soal.

Reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir rasional diperoleh dari menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua yang menghasilkan harga RXY sebesar 0,97 termasuk pada kriteria sangat tinggi. Berdasarkan koefisien korelasi positif maka instrumen tes keterampilan berpikir rasional dinyatakan reliabel.


(33)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran Induktif dengan skor rerata N-Gain pada kelas VII D sebesar 0,67 dan skor rerata N-Gain pada kelas VII E sebesar 0,65 dengan kategori sedang untuk kedua kelas. Peningkatan keterampilan berpikir rasional juga diperoleh siswa dengan skor rerata N-Gain pada kelas VII D sebesar 0,70 dan pada kelas VII E sebesar 0,68 dengan kategori sedang untuk kedua kelas. Terhadap penerapan pembelajaran Induktif, guru memberikan tanggapan yang sangat baik dan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan yang baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Hambatan dalam penelitian ini adalah persiapan sarana dan prasarana untuk percobaan materi kalor yang masih sangat terbatas, sehingga data-data yang diperoleh dari hasil percobaan belum maksimal didapatkan. Untuk lebih mengembangkan pembelajaran Induktif, sebelum melakukan pembelajaran dipersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan secara matang. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi kekurangan ini.


(34)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Aspek ekstrapolasi pada pemahaman konsep siswa masih rendah dibanding aspek lain. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran Induktif perlu diperkuat dengan penugasan yang menghadapkan siswa pada situasi baru, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran.

3. Sebelum pembelajaran Induktif diterapkan, sebaiknya siswa terlebih dahulu dibiasakan dengan kegiatan demonstrasi dan praktikum. Selain itu, penerapan pembelajaran tidak cukup dengan tiga kali pertemuan pembelajaran. Sehingga diharapkan akan berdampak lebih baik pada peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa.


(35)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and

Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. New

York: Longman.

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education).Bandung. Alfabeta.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B.S (2001). Taxonomy Of Educational Objectives, The Clasisification Of

Educational Goals. Handbook I. Cognitive Domain. New York : David

Mckay company, Inc.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, [Online]. Tersedia:

http://www.bsnp-indonesia.org/-7k-[14Agustus2012].

Costa, A. L. (1985). Developing of Minds: A Resource Book for Teaching

Thinking.Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R.W. (1999). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in

Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co.

Garnida, D. (2001). Pembelajaran Konsep Panas Melalui Pendekatan

Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses, dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis Magister PPS UPI.

Bandung : Tidak diterbitkan.

Giancoli, D.C. (2001). Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

GOK ,T dan Silay, I (2008). “Effcts of Problem-Solving Strategies Teaching on The Problem Solving Attitudes of Cooperative Learning Groups in Physics Education”. Journal of Theory and Practice in Education. 4 (2): 253-266. Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. [12 Oktober 2012].

Ismienar, S, Andriati H dan Vidia S. (2009). Thinking. [Online]. Tersedia: http://psikologi.or.id [20 Juli 2012]


(36)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Joyce, B. & Weil, M. with Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon.

---. (1980). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes. Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.

Liliasari, Rustaman N dan Sriyati S. (1997). Pengembangan Model Pembelajaran

Materi Subyek untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian,. Bandung:

FMIPA IKIP Bandung.

Liliasari. (2005). “Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui

Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar tetap IPA. UPI, Bandung.

---. (2009). “Tantangan Pembelajaran Sains di Abad ke-21 dan Kiat-Kiat Penanggulangannya”. Seminar Nasional Pendidikan IPA Asosiasi Guru Sains

Indonesia (AGSI) ke-V, Bandung.

Marzoeki, D. (1997). Pengertian Berpikir Rasional. [Online].Tersedia:

http://www.djohansjahmarzoekirationalthinking.com/index.php?option=com _content&task=view&id=18&Itemid=40

Meltzer, D. E. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physiscs: A Possible „Hidden Variable‟ in Diagnostic Pretest Scores”. American Jounal of Physics,. 70, (12),

1259-1268.

Novak, J.D. (1979). Meaningful Receptional Learning as A Basis for Rational

Thinking. In Lawson, A.(ed).1980 AETS yearbook,The Psychology of teaching for Thinking and Creativity. Ohio : Clearing House for Science,

Mathematics and Environmental Education.

Odja, A. H. 2010. Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Numbered Head Together

Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Tesis PPS UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Purwanto, MP. N. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Puspendik. (2011). Survei Internasional PISA. Tersedia [Online]:


(37)

Suaibatul Aslamiah, 2013

Implemetasi Pembelajaran Induktif Pada Materi Kalor Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Ketermpilan Berpikir Rasional Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Bandung: Tarsito.

Rachlin, H. (2003). “Rational Thought and Rational Behavior: A Review Of

Bounded Rationality: The Adaptive Toolbox.”. Journal of the experimental analysis of behavior. 79, (3), 409-412.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi

Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia : tidak diterbitkan

---. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Prenada Media.

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Setiawan, A. (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

dalam Pembelajaran Sains. Materi Workshop dalam Kegiatan Pengabdian

Masyarakat SPs UPI, Rabu 29 Juli 2009.

Sirait, B. (1989). Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar

Siswa Buku ke I. Jakarta: depdikbud

Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Suparno,P. (2001).Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Penerbit Kanisius Taba, H. (1967). Questioning strategies for induction from Hilda Taba.[Online].

Tersedia:http//personal.cuaa.edu/~kalmesm/422s02/files/tabaqs.rtf.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Warimun,E.S. (1997). Efektivitas Model Pembelajaran Induktif dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar, Motivasi Berprestasi,dan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Fisika. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak


(1)

mengevaluasi sebanyak 1 soal, aspek menggeneralisasi sebanyak 1 soal, dan aspek menganalisis sebanyak 1 soal.

Reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir rasional diperoleh dari menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua yang menghasilkan harga RXY sebesar 0,97 termasuk pada kriteria sangat tinggi.

Berdasarkan koefisien korelasi positif maka instrumen tes keterampilan berpikir rasional dinyatakan reliabel.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran Induktif dengan skor rerata N-Gain pada kelas VII D sebesar 0,67 dan skor rerata N-Gain pada kelas VII E sebesar 0,65 dengan kategori sedang untuk kedua kelas. Peningkatan keterampilan berpikir rasional juga diperoleh siswa dengan skor rerata N-Gain pada kelas VII D sebesar 0,70 dan pada kelas VII E sebesar 0,68 dengan kategori sedang untuk kedua kelas. Terhadap penerapan pembelajaran Induktif, guru memberikan tanggapan yang sangat baik dan hampir seluruh siswa memberikan tanggapan yang baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Hambatan dalam penelitian ini adalah persiapan sarana dan prasarana untuk percobaan materi kalor yang masih sangat terbatas, sehingga data-data yang diperoleh dari hasil percobaan belum maksimal didapatkan. Untuk lebih mengembangkan pembelajaran Induktif, sebelum melakukan pembelajaran dipersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan secara matang. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi kekurangan ini.


(3)

2. Aspek ekstrapolasi pada pemahaman konsep siswa masih rendah dibanding aspek lain. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran Induktif perlu diperkuat dengan penugasan yang menghadapkan siswa pada situasi baru, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran.

3. Sebelum pembelajaran Induktif diterapkan, sebaiknya siswa terlebih dahulu dibiasakan dengan kegiatan demonstrasi dan praktikum. Selain itu, penerapan pembelajaran tidak cukup dengan tiga kali pertemuan pembelajaran. Sehingga diharapkan akan berdampak lebih baik pada peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir rasional siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and

Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. New York: Longman.

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education).Bandung. Alfabeta.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B.S (2001). Taxonomy Of Educational Objectives, The Clasisification Of Educational Goals. Handbook I. Cognitive Domain. New York : David Mckay company, Inc.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, [Online]. Tersedia:

http://www.bsnp-indonesia.org/-7k-[14Agustus2012].

Costa, A. L. (1985). Developing of Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R.W. (1999). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co.

Garnida, D. (2001). Pembelajaran Konsep Panas Melalui Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses, dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis Magister PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Giancoli, D.C. (2001). Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

GOK ,T dan Silay, I (2008). “Effcts of Problem-Solving Strategies Teaching on The Problem Solving Attitudes of Cooperative Learning Groups in Physics Education”. Journal of Theory and Practice in Education. 4 (2): 253-266. Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. [12 Oktober 2012].

Ismienar, S, Andriati H dan Vidia S. (2009). Thinking. [Online]. Tersedia: http://psikologi.or.id [20 Juli 2012]


(5)

Joesmani. 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran. Jakarta.

Joyce, B. & Weil, M. with Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon.

---. (1980). Models of Teaching. 6th edition. Boston: Allyn and Bacon.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes. Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.

Liliasari, Rustaman N dan Sriyati S. (1997). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA, Laporan Penelitian,. Bandung: FMIPA IKIP Bandung.

Liliasari. (2005). “Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui

Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar tetap IPA. UPI, Bandung.

---. (2009). “Tantangan Pembelajaran Sains di Abad ke-21 dan Kiat-Kiat Penanggulangannya”. Seminar Nasional Pendidikan IPA Asosiasi Guru Sains Indonesia (AGSI) ke-V, Bandung.

Marzoeki, D. (1997). Pengertian Berpikir Rasional. [Online].Tersedia: http://www.djohansjahmarzoekirationalthinking.com/index.php?option=com _content&task=view&id=18&Itemid=40

Meltzer, D. E. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physiscs: A Possible „Hidden Variable‟ in Diagnostic Pretest Scores”. American Jounal of Physics,. 70, (12), 1259-1268.

Novak, J.D. (1979). Meaningful Receptional Learning as A Basis for Rational Thinking. In Lawson, A.(ed).1980 AETS yearbook,The Psychology of teaching for Thinking and Creativity. Ohio : Clearing House for Science, Mathematics and Environmental Education.

Odja, A. H. 2010. Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Purwanto, MP. N. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Puspendik. (2011). Survei Internasional PISA. Tersedia [Online]:


(6)

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Rachlin, H. (2003). “Rational Thought and Rational Behavior: A Review Of Bounded Rationality: The Adaptive Toolbox.”. Journal of the experimental analysis of behavior. 79, (3), 409-412.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan

---. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Prenada Media.

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Setiawan, A. (2009). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sains. Materi Workshop dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat SPs UPI, Rabu 29 Juli 2009.

Sirait, B. (1989). Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa Buku ke I. Jakarta: depdikbud

Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Suparno,P. (2001).Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.Penerbit Kanisius Taba, H. (1967). Questioning strategies for induction from Hilda Taba.[Online].

Tersedia:http//personal.cuaa.edu/~kalmesm/422s02/files/tabaqs.rtf.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Warimun,E.S. (1997). Efektivitas Model Pembelajaran Induktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Motivasi Berprestasi,dan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Fisika. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN EXELEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

1 2 52

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOCIOSCIENTIFIC ISSUES UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI PERPINDAHAN KALOR.

4 16 19

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL.

3 9 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR SISWA SMP.

0 2 41

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN GENERATIF BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK).

0 0 49

PEMBELAJARAN INKUIRI REFLEKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TERMOKIMIA DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

0 6 52

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

0 1 20

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA.

0 0 38

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

4 12 41

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA.

0 1 21