PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN HINDU-BUDHA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang).

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PENINGGALAN

SEJARAH KERAJAAN HINDU-BUDHA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

RIKA NURJAMILAH NIM 1010316

S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PENINGGALAN

SEJARAH KERAJAAN HINDU-BUDHA

Oleh

RIKA NURJAMILAH NIM 1010316

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Diah Gusrayani, M.Pd. NIP 197808222005012003

Pembimbing II,

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd. NIP 195606021981111001

Mengetahui:

Ketua Program Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang,

Riana Irawati, M.Si NIP 198011252005012002


(3)

ii

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pemecahan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Batasan Istilah ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian IPS ... 13

B. Pengertian Model Belajar Kooperatif ... 17

C. Karakteristik Model Belajar Kooperatif ... 17

D. Unsur-Unsur Model Belajar Kooperatif ... 18

E. Pengelolaan Kelas dalam Model Belajar Kooperatif ... 19

F. Teknik-Teknik Pembelajaran Model Belajar Kooperatif 19 G. Pendekatan perubahan perilaku dengan menggunakan sistem hadiah ... 23

H. Pembelajaran IPS tentang Peninggalan Sejarah Masa Hindu-Budha ... 24

I. Pengertian Pemahaman Siswa ... 26

J. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

K. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

B. Subjek Penelitian ... 29


(4)

iii

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 39

G. Validasi Data ... 45

H. Jadwal Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 47

B. Paparan Data dan Tindakan ... 49

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 68

D. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86


(5)

iv

Halaman

Tabel 1.1 Data Awal Tes Hasil Belajar ... 5

Tabel 3.1 Daftar siswa kelas V SDN Neglasari ... 30

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi ... 40

Tabel 3.3 Cara Menghitung KKM ... 41

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 46

Tabel 4.1 Data Awal Tes Hasil Belajar Siswa ... 48

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 51

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 55

Tabel 4.4 Hasil Tes Tertulis Siklus I ... 56

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Siklus I ... 58

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 61

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 64

Tabel 4.8 Hasil Tes Tertulis Siklus II ... 65

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus II ... 67

Tabel 4.10 Presentase Peningkatan Aktivitas Siswa ... 76

Tabel 4.11 Presentase Peningkatan Kinerja Guru ... 77

Tabel 4.12 Presentase Peningkatan Hasil Belajar ... 78


(6)

v

Halaman Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Taggart ... 33 Gambar 4.1 Diagram Presentase Peningkatan Aktivitas Siswa ... 76 Gambar 4.2 Grafik Presentase Peningkatan Pencapaian Target Kinerja

Guru Pada Tindakan Siklus I dan Sikus II ... 77 Gambar 4.3 Grafik Presentase Peningkatan Hasil Belajar dan


(7)

vi

Halaman Lampiran A Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 Lembar Observasi Kinerja Guru ... 86

Lampiran A.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 87

Lampiran A.3 Panduan Wawancara Guru ... 88

Lampiran A.4 Panduan Wawancara untuk Siswa ... 90

Lampiran A.5 Catatan Lapangan ... 91

Lampiran A.6 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 92

Lampiran A.7 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 93

Lampiran B Data Siklus I Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus ... 94

Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 98

Lampiran B.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 102

Lampiran B.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 103

Lampiran B.5 Hasil Tes Tertulis Siklus I ... 104

Lampiran B.6 Catatan Lapangan ... 107

Lampiran C Data Siklus II Lampiran C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 110

Lampiran C.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 114

Lampiran C.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 115

Lampiran C.4 Hasil Tes Tertulis Siklus II ... 116

Lampiran C.5 Catatan Lapangan ... 119

Lampiran C.6 Hasil Wawancara Guru ... 121

Lampiran C.7 Hasil Wawancara Siswa ... 123

Lampiran C.8 Grafik Presentase Peningkatan Aktivitas Siswa ... 125

Lampiran C.9 Grafik Presentase Peningkatan Pencapaian Target Kinerja Guru Pada Tindakan Siklus I dan Sikus II ... 126

Lampiran C.10 Grafik Presentase Peningkatan Hasil Belajar dan Ketuntasan Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 127


(8)

vii

Lampiran D.1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... 128

Lampiran D.2 Surat Permohonan Ijin Melaksanakan Penelitian ... 129

Lampiran D.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 130

Lampiran D.4 Lembar Monitoring Kegiatan Bimbingan Skripsi ... 131


(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang pokok. Belajar menentukan implikasi berhasil tidaknya suatu proses pendidikan, khususnya dalam pencapaian tujuan pendididkan. Hal ini sangat bergantung pada berhasil tidaknya proses belajar yang diakukan oleh peserta didik. Berhasil tidaknya proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik tidak terlepas dari diri individu maupun yang berasal dari luar diri individu.

Belajar didefinisikan sebagai semua perubahan pada kapabilitas dan perilaku organisme, baik secara mental maupun fisik, yang diakibatkan oleh pengalaman. Kemampuan belajar merupakan alat andalan dalam mempertahankan kehidupan.

Menurut Potter (Balqis, 2002), ada dua kategori umum tentang bagaimana kita belajar,

yaitu pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan kedua cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Dengan demikian, cara belajar merupakan kombinasi dari bagaimana menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi.

Dari tinjauan Psikologis, belajar merupakan aktivitas pemrosesan informasi, yang dapat diartikan sebagai proses pembentukan pengetahuan (proses kognitif). Menurut Peaget (Yusuf, Samsu : I992) “setiap anak memiliki skema (scheme) yang merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi”.

Fakta yang harus disadari, bahwa dunia pembelajaran bagi anak saat ini dibanjiri dengan informasi yang up to date setiap saat. Ketidakmampuan memproses informasi secara optimal di tengah arus informasi menyebabkan banyak individu yang mengalami hambatan dalam belajar ataupun bekerja. Menurut Yovan (Mawasid :2008 http//mahmuddin.worldpress), “hambatan


(10)

pemrosesan informasi terletak pada dua hal utama, yaitu proses pencatatan dan proses penyajian kembali. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain”.

Salah satu permasalahan pendidikan saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan itu sendiri. Hal ini kita rasakan khususnya pada jenjang mutu pendidikan dasar. Hal ini tentunya mengundang keprihatinan kita semua selaku praktisi pendidikan. Salah satu indikator bahwa pendidikan itu rendah, yaitu masih kurangnya minat pada mata pelajaranPIPS, pembelajaran yang kurang menarik dan keterbatasan siswa dalam mengingat materi pembelajaran sangat rendahsehingga hasil belajar pun menjadi rendah.

Dalam praktek mengajar khususnya pada mata pelajaran PIPS guru

cenderung lebih banyak menggunakan pembelajaran

konvensional.Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang memusatkan kegiatan belajar pada guru. Siswa hanya duduk, mendengarkan dan menerima informasi. Cara penerimaan informasi akan kurang efektif karena tidak adanya proses penguatan daya ingat, siswa dituntut mengingat materi hanya dari mendengarkan ceramah guru.

Munculnyabeberapa model

pembelajaransaatiniadalahupayauntukmeningkatkanpembelajaranPIPS salahsatunyaadalah model pembelajarankooperatif.

Menurut Hilda Karli dan Margaretha Sriyuliariantiningsih (dalam Anita Lie, 2002:17) model pembelajaran kooperatif adalah :

Suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku yang sama dengan bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Belajar kooperatif juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga diperoleh dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.


(11)

Jadi dari pengertian di atas dapat kita simpulkan, bahwa keberhasilan dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif ini juga menjelaskan bahwa keberhasilan proses pembelajaran bukan hanya didapatkan dari guru saja melainkan dari pihak lain yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah berupa penataran guru, perbaikan sarana dan prasarana, bahkan bantuan dana. Namun kenyataan mutu pendidikan belum meningkat juga.Mencermati kondisi tersebut, sebenarnya salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan tersebut, adalah faktor intern dari guru itu sendiri. Karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena tugas guru adalah merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP dan menyediakan media pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan terakhir mengevaluasi kegiatan pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari tujuan pembelajaran itu tercapai. Jadi kinerja guru akan memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Kondisi tersebut menuntut guru untuk meningkatkan kreatifitas, profesionalisme, dan daya inovasi dalam melaksanakan tugas.

Guru sebagai pengembang kurikulum harus pandai cermat dan tepat dalam menyajikan bahan ajar.Bahan ajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses belajar. Bahan ajar harus disajikan semenarik mungkin melalui model, strategi dan metode yang tepat, bervariasi dan menyenangkan serta sesuai dengan karakteristik siswa.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) adalah salah satu mata pelajaran yang harus di tempuh oleh siswa SD mulai dari kelas I sampai kelas VI dengan beban belajar yang berbeda adapun ruang lingkupnya berdasarkan kurikulum 2006 meliputi : (1)sistem sosial dan budaya ; (2)manusia ,tempat dan lingkungan ; (3) prilaku ekonomi dan kesejahteraan ; (4) waktu keberlanjutan dan perubahan. Ditunjang oleh disiplin ilmu yaitu :


(12)

Sejarah,ekonomi, geografi, social, budaya, antropologi, dan sosiologi. Cakupan materi PIPS memang sangat luas, sehingga meskipun prinsip pembelajaran PIPS menggunakan pendekatan spiral yaitu dimulai dari yang dekat hingga yang global. Hal ini belum dapat menjamin keberhasilan belajar, kenyataan dilapangan siswa merasa jenuh, motivasi rendah, suasana belajar pasif, Pemahaman dan imajinasi tumpul, begitu juga dalam menghadapi pelajaran tidak antusias, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Berdasarkan hasil observasi penelitian tanggal 16 Mei 2012 di kelas V SDN NeglasariKecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, dalam materi pembelajaran PIPS tentang “Peninggalan sejarah Hindu-Budha” mengalami hambatan dan siswa merasa kesulitan dalam proses pembelajaran. Kesulitan tersebut terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru yang masih menggunakan model ceramah sehingga siswa sulit memahami pelajaran.Siswa dituntut untuk menghapal materi pelajaran dengan tanpa melakukan kegiatan yang bisa membantu mereka untuk mengingatnya. Guru hanya menerangkan materi dan meminta siswa untuk mencatat materi tersebut, kegiatan guru pada proses pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif.

Pada penelitian awal yang dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Neglasari yang berjumlah 20 orang, tentang pemahaman siswa terhadap konsep peninggalan sejarah Hindu-Budhaternyata hanya mencapai 35 % siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran PIPS. Sedangkan sisanya sekitar 65 % tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Dimana kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan guru adalah 66. Kesimpulan di atas didasari oleh tabel hasil belajar siswa di bawah ini :


(13)

Tabel 1.1

Data AwalTesHasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Neglasari PadaMateriPeninggalan sejarah Hindu-Bunda

No Nama Siswa

Nomor Soal

Jml Skor

Nilai Akhir

Ketuntasan

1 2 3 4 5 Tuntas Belum

Tuntas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Adhi firmansyah 2 2 2 2 8 80 √ -

2 Andhika Pratama 1 2 2 2 7 70 √ -

3 Dewi Siti Hartini 1 1 1 3 30 - √

4 Dina Fitriyani 1 1 2 4 40 - √

5 Dini Fitriyani 2 1 10 2 6 60 - √

6 Fikri Eka Novandi 2 1 2 5 50 - √

7 Hilma Addawiyah 1 1 2 20 - √

8 Mitha Maulidia 1 2 20 2 1 8 80 √ -

9 M. Hadiansyah 1 1 1 3 30 - √

10 Nenden Rahayu 2 1 10 2 1 7 70 √ -

11 Neng Shintia 1 1 2 20 - √

12 Nida Shopia Bilqis 2 1 1 1 4 40 - √

13 Rehan Gunawan 1 10 1 2 5 50 - √

14 Ryan Riswara 2 1 10 2 1 7 70 √ -

15 Rizal Rivaldi 2 1 1 1 5 50 - √

16 Rinrin Fitriyani 2 2 1 2 6 70 √ -

17 Saefudin 1 2 20 1 2 8 80 √ -

18 Saefulloh 2 2 1 5 50 - √

19 Shelly 2 1 2 5 50 - √

20 Yusi fauziah 2 1 1 4 40 - √

Prosentase 35% 65%

Keterangan : Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 66 (enam puluh enam)

Dari tabel hasil belajar tersebut nampak bahwa rata-rata kelas dari materiPeninggalan sejarah Hindhu-Budhaadalah nilai rata-rata 52,5. Diperoleh dari yang mendapatkan nilai 80sebanyak tigaorang, nilai 70 sebanyak empat orang, nilai 60 sebanyak satu orang, nilai 50sebanyak


(14)

limaorang, nilai 40 sebanyak tigaorang, nilai 30sebanyak dua orang, nilai 20sebanyak duaorang. Kemudian nilai-nilai akhir dari setiap siswa dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan, dimana kriteria ketuntasan minimal itu adalah 66. Jika nilai siswa dibawah 66 maka dinyatakan tidak tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari 66, maka dinyatakan tuntas. Sehingga berdasarkan tabel diatas siswa yang tuntas tujuh orang dan yang tidak tuntas sebanyak tigabelasorang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam memahami konsep Sejarah Hindu-Budha masih rendah Hal ini diperkirakan diantaranya akibat kurangnya pemahaman siswa.

Hal ini dapat menyulitkan guru untuk menstruktur materi secara cermat berdasarkan isi dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran, karena luasnya cakupan materi pembelajaran PIPS yang harus dihapal oleh anak, ini dapat mengakibatkan pikiran anak melayang-layang ketika guru sedang menerangkan, padahal materi PIPS banyak yang bersipat abstrak dan hapalan sehingga menyulitkan anak untuk menghapalnya. Kondisi ini memaksa siswa untuk mengikuti pola pikir orang dewasa jelas hal ini tidak sesuai dengan ruh kurikulum 2006 yang menggunakan prinsip pembelarajan yang menyenangkan (Quantum Learning).Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran Peninggalan sejarah Hindu-Budha.

Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan perbaikan mengenai pembelajaran PIPS tentang konsepPeninggalan sejarah Hindu-Budha pada siswa kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.Penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini di dasari oleh pertimbangan bahwa kooperatif merupakansuatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok kelompok,setiap siswa dalam kelompok mempunyai kemampuan yang berbeda beda.Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan


(15)

pembelajaran.Sedangkan tipe snowball throwingsebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang afektif,kreatif,efektif dan menyenangkan.Jadi yang di maksud dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam pembelajaran PIPS adalah upaya guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran PIPS sacara holistik,baik aspek kognitif,afektif,dan psikomotor,pada siswa kelas V SDN Neglasari, Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.

Dengan memperhatikan asumsi tersebut maka dengan ini penulis mengambil judul “Penggunaan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwingUntuk Meningkatkan PemahamanSiswa Dalam Mata Pelajaran PIPSPada Materi Peninggalan sejarah Hindu-BudhaKelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, permasalahan yang muncul adalahditemukannya kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep pada materiPeninggalan sejarah Hindu-Budha.Kemampuan siswa kelas V SDN NeglasariKecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang dalam memahami konsep maupun dilihat dari hasil pembelajaran yang masih rendah, hal ini diketahui melalui tes setelah pembelajaran. Oleh karena itu penulis merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaranmenggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe snowball throwingdapat meningkatkan pemahamansiswa pada materi Peninggalan sejarah Hindu-Budha di SDN Neglasari kelas V semester I?”

b. Bagaimana pelaksanaan penerapan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan pemahamansiswa pada materi Peninggalan sejarah Hindu-Budha di SDN Neglasari kelas V semester I terkait dengan kinerja guru dan aktivitas siswa?”


(16)

c. Bagaimana hasil peningkatanpemahamansiswadenganmenggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing di SDN Neglasari Kelas V?”

C. Pemecahan Masalah

Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi peninggalan sejarah Hindu-Budha, maka harus dibutuhkan suatu desain atau rancangan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut. Alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan peneliti adalah pembelajaran kooperatif dengan metode snowball throwing.

Pembelajaran dengan metode Snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.

Pembelajaran dengan metode snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan keterampilan yang


(17)

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

Adapun langkah-langkah metode pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan;

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi;

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya;

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok;

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit;

6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian;

7) Guru memberikan kesimpulan, 8) Evaluasi,

9) Penutup.

Adapun target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Target Proses a. Kinerja guru


(18)

Guru mampu melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS materi Peninggalan sejarah Kerajaan Hindu-Budha mulai dari perencanaan (I00%), pelaksanaan (90%), dan evaluasi (I00%) dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

b. Aktifitas siswa

Siswa dapat mengikuti proses belajar pada mata pelajaran IPS materi Peninggalan sejarah Hindu-Budha menggunakan model pembelajaaran kooperatif dengan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa dapat menemukan sendiri konsep pembelajaran yang ingin di sampaikan. Selain itu diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Melalui kegiatan belajar ini diharapkan 85% aktifitas siwsa kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang dapat dikategorikan baik dengan rentang nilai yang telah ditentukan. 2. Target hasil

Selain target proses, kinerja guru ataupun aktifitas siswa yang baik, dalam penelitian ini ditargetkan pula keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPS pada materi Peninggalan sejarah Kerajaan Hindu-Budha menggunakan model pembelejaran kooperatif tipe snowball throwing yaitu 85% siswa kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang mendapat nilai diatas atau sama dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 66.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui perencanaan pembelajarandengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe snowball throwingdapat meningkatkan


(19)

Pemahaman siswa pada materi Peninggalan sejarah Hindu-Budha di kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. b. Mengetahui pelaksanaanPembelajaran Kooperatif tipe snowball throwing

dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Peninggalan sejarah Hindu-Budha di kelas V SDN NeglasariKecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang terkait dengan kinerja guru dan aktivitas siswa.

c. Mengetahuipeningkatanpemahamansiswapada materi peninggalan sejarahHindu-Budha menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingdi kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang.

E. ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a) Meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep Peninggalan sejarah Hindu-Budha.

b) Pembelajaran PIPS dengan menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingmenjadi lebih menarik, karena pembelajaran dilakukan tidak seperti biasanya.

2. Bagi Guru

a) Menjadi alternatif yang mampu meningkatkan kemampuan dan menambah wawasan dalam melaksanakan pembelajaran.

b) Mengembangkan kreatifitas guru menggunakan model pembelajaran dalam mata pelajaran PIPS.

3. Bagi Sekolah

a) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut khususnya pada kelas yang diteliti.

b) Dapat memotviasi guru-guru agar dalam pembelajaran lebih kreatif.


(20)

a) Menambah wawasan tentang teori, strategi dan model pembelajaran. b) Menambah wawasan dalam kenyataan dunia pendidikan di lapangan.

F. Batasan Istilah

1. Pembelajaran kooperatif adalah Suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku yang sama dengan bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. ( Anita Lie, 2002:17)

3. Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, dalam Mukhtari, 2010: 6).

4. Pemahaman berasal dari kata“Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. (W.J.S Poerwodarminto).

5. Peninggalan sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah. Menurut Moh. Ali yang dimaksud peninggalan sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejak zaman purba sampai sekarang. Sementara Muh. Yamin mengarakan bahwa peninggalan sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.


(21)

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di SDN Neglasari KecamatanSukasari Kabupaten Sumedang. Adapun pemilihan lokasi penelitian inididasarkan pada pertimbangan bahwa :

a. Penulis merupakan tenaga pengajar di SDN Neglasari tersebut, sehingga sedikitnya penulis lebih memahami karakteristik siswa, keadaan sekolah dan sekitarnya, serta mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan jalur birokrasi yang tidak begitu sulit, dan juga memudahkan peneliti untuk memantau, merevisi data-data yang diperlukan.

b. Guru-guru di SDN Neglasari selalu menginginkan atau terbuka adanya inovasi dalam pembelajaran Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha. c. Adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh praktisi di sekolah tersebut dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, salah satunya dalam materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha

2. Waktu Penelitian

Waktu lamanya penelitian yang dilakukan kurang lebih selama enam bulan sampai target yang ingin dicapai peneliti tercapai terhitung dari mulai bulan Agustus 20I2 sampai denganJanuari2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN Neglasari tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang terdiri dari 11 orang perempuan dan 9 orang laki-laki.


(22)

Tabel 3.1

Daftar siswa kelas V SDN Neglasari tahun pelajaran 2012/2013

No Nama Jenis Kelamin

L P

1. Adhi Firmansyah √

2. Andhika Pratama √

3. Dewi Sandra √

4. Dina Fitriyana √

5. Dini Fitriyani √

6. Fikri Eka novandi √

7. Hilma Addawiyah √

8. Mitha Maulidia √

9. M. Hadiansyah √

10. Nenden Rahayu √

11. Neng Sinthia √

12. Nida Sofia B. √

13. Rehan Gunawan √

14. Ryan Riswara √

15. Rizal Ripaldi √

16. Rinrin Fitryani √

17. Saefuddin √

18. Saefulloh √

19. Shelly √

20. Yusi Fauziah √

Jumlah 9 11

Adapun alasan pemilihan siswa kelas V SDN Neglasari KecamatanSukasari Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan siswa kelas V SDN Neglasari dalam pembelajaran Peninggalan Sejarah Hindhu-Budha masih rendah, sehingga nilai tes hasil belajar yang dilaksanakan tidak dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, yaitu memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh guru kelas V.

2. Peneliti adalah salah seorang guru SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, sehingga adanya kemudahan dalam perijinan untuk melaksanakan penelitian.


(23)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau dikenal dengan classroom action research dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingdalam pembelajarannya, sebagai upaya untuk membantu mengatasi pemahaman siswa dalam pelajaran IPS materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam arti luas”. (Supardi, 1999).

Tujuan PTK secara umum adalah untuk memperbaiki pelaksanaan KBM.Tujuan penelitian tindakan kelas adalah memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dalam kelas. Sependapat dengan Suhardjono (2008:61) secara lebih rinci tujuan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar.

2. Membantu guru dan tenaga kependidkan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

3. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).

Pelaksanaan PTK dilakukan beberapa siklus.Jumlah siklus ditentukan berdasarkan apakah siklus tersebut telah dapat mengatasi permasalahan atau perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.Satu siklus terdiri atas tiga komponen, yaitu perencanaan, tindakan atau observasi, dan refleksi.

Dari paparan pengertian dan tujuan penelitian tindakan kelas di atas, dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk kegiatan yang dilakukan di kelas


(24)

untuk memperbaiki, meningkatkan mutu pembelajaran dan dapat meningkatkan profesionalisme bagi guru itu sendiri.

2. Desain Penelitian

Model Penelitian Tindakan Kelas sebagai visualisasi tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu model spiral dari Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja,1998:66), secara rinci Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian yang terdiri dari empat komponen yaitu, perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflecting).

Tahap ke-1 dalam penelitian ini yaitu perencanaan (plan).Dalam tahap ini penelitian menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif antara pihak yang melakukan tindakan (observer) dan yang mengamati proses (peneliti) jalannya tindakan.

Tahap ke-2 dalam tahap penelitian ini yaitu pelaksanaan tindakan (action) yang menerapakan implemantasi isi rancangan. Dalam tahap ini guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan tetapi harus berlaku wajar tidak dibuat-buat

Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh peneliti.Pengamatan ini dilakukan pada waktu tindakan sedang dilaksanakan.Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya,

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, yaitu kegiatan refleksi (reflecting). Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.


(25)

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut merupakan kegiatan untuk melakukan sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula.Jadi satu siklus adalah tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi untuk melakukan evaluasi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja 1998:66)

D. Prosedur Penelitian

Proseduryang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk siklus, banyaknya siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini tergantung pada pencapaian target di awal, jika dalam penelitian target sudah tercapai maka siklus pun berakhir. Dimana setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Dalam penelitian ini, akandilaksanakan empat langkah prosedur penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, obervasi, refleksi.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V yakni membicarakanpermasalahan siswa tentang kesulitannya dalam pembelajaran Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha.


(26)

b. Peneliti memperkenalkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada guru dan rekan-rekan pengajar.

c. Peneliti menjelaskan cara mengisi format lembar observasi kinerja guru danaktivitas siswa selama proses pembelajaranmenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowbaal throwing.

d. Setelah memperoleh kesepakatan antara peneliti dan praktisi, selanjutnyapeneliti menyusun rencana pembelajaran mengenai materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas V.

e. Peneliti mempersiapkan instrumen pengumpul data, diantaranya adalah lembar observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan lembar tes hasil belajar.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan kegiatan dilakukan secara kolaboratif antarapeneliti dengan guru kelas V yang melaksanakan pembelajaran. Apabilasiklus pertama belum menunjukan peningkatan yang diinginkan, maka akandiperbaiki dengan siklus kedua dan selanjutnya sampai mencapai hasil yang ingin dicapaioleh peneliti.

Adapun pelaksanaan penelitian tersebut terangkum dalam langkah-langkahpembelajaran berikut di bawah ini:

1. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Awal ( 15 menit )

1) Guru dan siswa membaca do’a. 2) Guru mengecek kehadiran siswa.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4) Guru memberikan pertanyaan tentang materi untuk menggali kemampuan awal siswa

b. Kegiaran Inti ( 40 menit )


(27)

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi;

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya;

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok;

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit;

6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian;

7) Guru memberikan kesimpulan, 8) Evaluasi,

c. Kegiatan Akhir ( 20 menit )

1) Guru menyimpulkan materi pembelajaran.

2) Memberikan informasi kepada siswa mengenai bahan ajar yang akan dibahas selanjutnya

3) Guru menutup pembelajaran. 2. Tahap Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran mengenai materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas V dengan menggunakan alat pengumpul data yang sudah ditetapkan, yaitu lembar observasi. Dalam kegiatan ini sasaran yang ingin diobservasi adalah meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk mengukur keberhasilan tindakan.

` Kegiatan observasi ini menjadi sangat berarti bagi kelangsungan tindakan yang dilaksanakan. Dengan kegiatan observasi dapat diketahui hal-hal yang harus dilakukan agar tidak menggangu kegiatan pelaksanaan tindakan serta tidak keluar


(28)

dari fokus penelitian, sehingga hasil belajar siswa pada materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas Vakan meningkat.

3. Tahap Analisis dan Refleksi

Refleksi yaitu mengingat dan menuangkan kembali suatu tindakan. Dalam tahap ini peneliti menganalisis semua informasi yang terekam selama proses pembelajaran, melalui format observasi dan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Kemudian memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan menyusun tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya secara berkelanjutan.

Pada penelitian ini, tahap refleksi sangat penting sekali untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas V dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan terkoordinasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan guru, sehingga semua yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup berharga dan mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya berkaitan dengan tugas keseharian di kelas, terutama kemampuannya dalam menyampaikan materi.

Adapun langkah-langkah kegiatan refleksi ini adalah sebagai berikut: a. Analisis, sintesis, dan interpretasi terhadap semua informasi yang

diperolehdari pelaksanaan tindakan.

b. Melakukan evaiuasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. c. Memperbaiki proses yang telah dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara

berkelanjutan

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang objektif dalam pengumpulan data diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terekam dengan baik. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:


(29)

1. Pedoman Observasi

Observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung.Merekam di sini dalam artiobservasi berperan dalam melihat, mendengar, dan melihat segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.Lembar observasi ini digunakan untuk memperoieh gambaran lengkap tentang aktivitas perilaku siswa dan kondisi yang terjadi saat pembelajaran pada materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas Vberlangsung.

“Observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sitematis” (Suharsini 2002:30). Lembar observasi yaitu pedoman pengamatan yang dipersiapkan dan disusun oleh peneliti yang betujuan untuk memperoleh data prilaku yang dapat teramati selama proses belajar mengajar.

Instrumen yang digunakan pada teknik ini adalah pedoman observasi. Pedoman observasi digunakan untuk merekam data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwinguntuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Neglasari.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan suatu alat penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dan fakta dari subjek penelitian. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2005 : 30) yang mengemukakan bahwa “Wawancara adalah suatu metode atau cara yang dipergunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak”. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data tentang kesulitan dan kesan-kesan yang diperoleh siswa dan guru dalam pembelajaran Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas V dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

Wawancara ini dilakukan berupa wawancara bebas dimana responden mempunyai kebebasan untuk megutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat subjek evaluasi. Wawancara yang dilakukan


(30)

sifatnya fleksibel tidak mengikuti dan tidak terfokus pada suatu konsep wawancara yang sudah tertulis. Wawancara ini dilakukan ketika proses belajar mengajar selesai dilakukan oleh anak.

Teknik wawancara ini dilakukan sebagai upaya untuk mencari data atau informasi tentang pendapat anak mengenai proses belajar mengajar yang dialami oleh anak sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, pada materiPeninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas Vpada pelajaran IPS.

3. Catalan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan semua peristiwa yang terjadi dalam suatu kegiatan, maka dalam catatan lapangan tersebut termuat berbagai kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat (Wiriaatmadja, 2005 : 125) yang mengemukakan bahwa "Catatan lapangan memuat deskriptif berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial, dan nuansa-nuansa lainnya". Catatan lapangan dibuat oleh peneliti untuk menganalisis semua kegiatan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingsehingga nantinya bisa nampak dalam catatan lapangan ketercapaian target penelitian yang ditentukan oleh peneliti, melalui Catatan lapangan ini pula peneliti dapat merepleksi tindakan yang telah dilakukan, apabila tidak mencapai target maka dilakukan tindakan berikutnya.

4. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan suatu alat evaluasi untuk mengetahui keadaan seseorang lisan maupun tulisan. Dalam hal ini Kusuma (Arikunto, 2005: 32) berpendapat bahwa tes adalah “suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”. Alat yang digunakan berupa soal isian, dalam hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengukur pemahaman siswa akan materi yang diajarkan guru, sehingga nantinya dari hasil tes tersebut peneliti dapat menentukan tindakan berikutnya.


(31)

5. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan oleh siswa sebagai pedoman dalam kegiatan pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas V.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan oleh peneliti, sesuai dengan instrumen yang telah ditetapkan, yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes.Semua instrumen itu sebagai data untuk diinterpretasikan oleh peneliti.Data tersebut diperoleh dari siswa kelas V SDN Neglasari kepala sekolah dan guru kelas V SDN Neglasari sebagai mitra peneliti dalam penelitian tindakan kelas.

Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data pelaksanaan tindakan dan data basil belajar siswa. Data pelaksanaan yang dimaksud adalah deskripsi dari proses penerapan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada materi Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Budha di kelas V. Data pelaksanaan diperoleh dari pedoman wawancara, pedoman observasi, dan catatan lapangan, sedangkan data hasil belajar siswa yang akan diolah dalam penelitian ini yaitu berupa hasil tes tertulis siswa. Instrumen yang digunakan yaitu tes esai dan format penilaian.

Teknik pengolahan data dalam pelaksanaan tindakan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang nantinya menghasilkan data deskriptif. Caranya dengan menganalisis data hasil wawancara dan catatan lapangan yang kemudian dideskripsikan, sedangkan untuk hasil obsevasi kinerja guru dan aktivitas siswa digunakan rentang daya capai terhadap pencapaian indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebagai berikut: a. Teknik pengolahan data untuk kinerja guru dalam penelitian

menggunakanpendekatan kuantitatif, melalui interpretasi dari jumlah skor dan persentaseindikator yang dicapai dengan target keberhasilan


(32)

yang diharapkan yaituuntuk perencanaan 100 %, pelaksanaan 80 %, dan penilaian 80 %.

b. Teknik pengolahan data untuk aktivitas siswa dalam penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan kriteria pencapaianindikator sebagai berikut:

Baik = 68 % - 100 % Cukup = 34% - 67% Kurang = 0% -33%

Persentase pencapaian indikator tersebut kemudian diinterpretasikan dengan target keberhasilan yang diharapkan yaitu jika mencapai > 76% (hampir seluruhnya).Untuk mempermudah dalam melakukan interpretasi untuk setiap pencapaian indikator, digunakan kategori persentase berdasarkan Kutjaraningrat (Maulana, 2006) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi

Besar Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

l%-25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% -75% Sebagian besar

76% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Data pelaksanaan ini dikatakan telah mencapai hasil yang diharapkan apabila yang dilaksanakan mencapai kategori hampir seluruhnya, yaitu antara 76% - 99%.

c. Teknik pengolahan data hasil belajar siswa secara individu yaitu sebagai berikut:

Teknik pengolahan data hasil belajar siswa yaitu dengan menentukan terlebih dahulu KKM dengan tujuan untuk mencari batas nilai siswa yang tuntas dan belum tuntas. Adapun cara penghitungan KKM adalah sebagai berikut:


(33)

Tabel 3.3

Cara Menghitung KKM

Standar Kompetansi dan Kompetensi Dasar

KKM

Skor Nilai Kompleksitas Daya

Dukung Intake

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

1.1 Mengenal makna peninggalan – peninggalan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia

- Menyusun daftar peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha

- Menceritakan peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha yang ada di Indonesia

- Melestarikan peninggalan

sejarah yang bercorak Hindu-Budha yang ada di Indonesia.

√ √ √ √ √ √ √ √ √ 6 6 6 66 Deskriptor Kompleksitas

a. Guru memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik.

b. Guru kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi. c. Guru menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan. Daya Dukung

a. Sarana pendidikan sesuai dengan tuntutan kompetensi b. Prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan kompetensi


(34)

Intake

a. Peserta didik mempunyai kemampuan penalaran tinggi. b. Peserta didik yang cakap/ terampil menerapkan konsep.

c. Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas / pekerjaan.

Kriteria Penilaian untuk Daya Dukung dan Intake 3 (Baik) = Jika ketiga indikator dilaksanakan 2 (Cukup) = Jika hanya dua indikator dilaksankan

1 (Kurang) = Jika hanya satu indikator yang dilaksanakan Kriteria Penilaian untuk Kompleksitas

3 (Kurang) = Jika hanya satu indikator yang dilaksanakan 2 (Cukup) = Jika hanya dua indikator dilaksankan

1 (Baik) = Jika ketiga indikator dilaksanakan

Nilai KKM = 9

2 2 2

x 100 = 66

Keterangan :

Jika siswa mendapat nilai ≥ 66 dikatakan tuntas

Jika siswa mendapat nilai < 66 dikatakan belum tuntas

Setelah nilai ketuntasan diketahui maka selanjutnya menentukan nilai keberhasilan siswa yang diukur oleh soal essai yang terdiri dari lima butir soal,yaitu :

Soal no 1 menyebutkan 5 peninggalan sejarah Hindu di Indonesia Soal no 2 menyebutkan peninggalan sejarah kerajaan Tarumanegara Soal no 3 menyebutkan peninggalan sejarah kerajaan Budha di Indonesia Soal no 4 menyebutkan bukti yang menunjukan bahwa Sriwijaya dikenal

sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha

Soal no 5 menyebutkan cara melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah tersebut

Dengan kriteria penskoran sebagai berikut : Soal no 1 skor 5


(35)

Soal no 3 skor 5 Soal no 4 skor 5 Soal no 5 skor 5 Jumlah skor 25

Nilai = x 100

Dari hasil kegiatan ini kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui aspek-aspek mana yang masih belum dicapai oleh setiapsiswa, agar peneliti dapat menentukan tindakan untuk pertemuan selanjutnya dengan menitik beratkan pada aspek yang belum tercapai.

d. Teknik pengolahan data hasil wawancara

Pengolahan data hasil wawancara dilakukan dengan cara menganalisis terhadap jawaban dari responden yaitu guru dan siswa, dengan menggunakan pedoman wawancara. Proses analisis tersebut dilakukan dengan cara mengaitkan hasil wawancara dengan tujuan penelitian dan karakteristik terhadap jawaban yang diharapkan. Kemudian jawaban-jawaban tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian jawaban-jawaban dari guru dan siswa berdasarkan pertanyaan yang diajukan, lalu dimaknai dan disimpulkan terkait pelaksanaan penelitian pada pembelajararl IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

2. Analisis Data

Analisis data dalam penulisan kualitatif ini peneliti melakukannya sejak sebelum memasuki kelas, selama pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung.Dalam hal ini menurut Nasution (Sugiyono, 2005:89) bahwa “Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.

Menurut Sugiyono (2007) bahwa mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hai-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu.Setelah itu data direduksi, maka langkah


(36)

selanjutnya adalahmenyajikan data dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif, juga dapat berupa tabel, bagan, ataupun grafik.Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.

Sedangkan analisis data menurut Moleong (2002:103),

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan.. dokumen pribadi, dokuinen resmi, gambar, foto, dan sebagainya, Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding.Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

Data yang telah dikumpulkan melalui instrumen penelitian belum merupakan data yang sudah benar. Namun masih memerlukan pengolahan lebih lanjut supaya dapat digunakan dalam proses analisis.

Proses analisis data harus berlangsung dari awal sampai akhir pelaksanaan program tindakan yang kemudian data tersebut selanjutnya dianalisis sesuai dengan pola-pola dari mulai tahapan orientasi sampai tahap akhir sesuai karakteristik tertentu. Fokus permasalahan dan tujuan penelitian diolah menggunakan teknik analisis kualitatif untuk menunjukan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan konseptual dan konstektual, yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan oleh penyusun adalah: 1) Pengumpulan, 2) Validitas dan 3) Interpretasi data.


(37)

G. ValidasiData

Bentuk-bentuk validasi data dalam penelitian tindakan kelas menurut pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-171) terdiri dari “member check, triangulasi, saturasi, eksplanasi saingan (kasus negatif), audit trail, expert opinion, dan key resepondents review”. Berdasarkan pada bentuk-bentuk validasi dasi di atas, maka teknik validasi data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Member check, yakni dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh peneliti dengan cara mengkonfirmasikan kepada guru dan siswa melalui diskusi balikan pada setiap akhir tindakan. 2. Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan

cara membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain, yakni guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Kegiatan triangulasi ini dilakukan reflektif kolaboratif antara guru dan peneliti. Disamping itu juga dilakukan kegiatan wawancara dengan siswayang bertujuan untuk mendapat gambaran tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam catatan lapangan.

3. Expert Opinion, yakni mengecek kesahihan hasil temuan peneliti dengan pakar di bidangnya. Pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan. Dalam hal ini peneliti mengkonfirmasikannya dengan dosen pembimbing, kepala sekolah dan guru kelas V SDN Neglasari sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan validasi data hasil temuan penelitian.


(38)

H. Jadwal Penelitian

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

No Uraian Kegiatan

Tahun 2012 / Bulan-

September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pembuatan Proposal X X

2 Seminar Proposal X

3 Perencanaan X X X

4 Pelaksanaan X

Siklus I X

Siklus II X

Siklus III X


(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pada pembelajaran peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pada tahap perencanaan dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan didalam tahap ini sepenuhnya dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan itu, membuat LKS, mempersiapkan media, materi dan atat evaluasi. Pada tahap ini, yang penting adalah pembuatan LKS dengan memberi petunjuk kegiatan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga bisa membantu siswa dalam pembelajaran. Perubahan LKS pada perencanaan penelitian ini sebanyak dua kali, artinya setiap siklus, redaksi LKS berbeda-beda. Sehingga jika dipersentasekan ketercapaian indikator kinerja guru pada perencanaan ini dari setiap siklus, adalah tindakan siklus I sebesar 91,6 % dan tindakan siklus II sebesar 100%.

Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru, Kinerja guru pada tahapan ini meliputi kegiatan guru dalam melakukan orientasi pembelajaran dan membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Dalam setiap langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini peranan guru sebagai motivator dan fasilitator yang baik bagi siswa. Berdasarkan data yang diperoleh. Persentase ketercapaian target kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I perencanaan 91,6%, pelaksanaan 69% dan penilaian 100%. Pada tindakan siklus II perencanaan, pelaksanaan dan penilaian 100%. Kemudian pada aktivitas siswa yang diarahkan pada model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing


(40)

mengalami peningkatan dari siklus I untuk keaktifan 35%, kerjasama 10% dan sikap demokratis 15%. Pada siklus II mengalami peningkatan untuk keaktifan 80%, kerjasama 85% dan sikap demokrasi 80%.

Pada tahap evaluasi, yang meliputi kegiatan guru dan aktivitas siswa. Untuk kinerja guru pada saat penilaian telah mencapai target yaitu 100%. Kemudian pada tahap ini, untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Adapun persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 65%, tindakan siklus II sebesar 80%. Nilai hasil belajar dari masing-masing siswa tersebut dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 66. Sehingga peningkatan hasil belajar siswa dalam materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah 60 %, tindakan siklus II adalah 90 %,

Berdasarkan gambaran yang dipaparkan di atas, telah membuktikan bahwa “jika pembelajaran IPS pada materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

B. Saran

Dari hasil pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar di kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:


(41)

1. Untuk Guru

Berdasarkan pada keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar pada materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha mata pelajaran IPS, maka diharapkan agar metode pembelajaran ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada materi dan mata pelajaran yang lain. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif dan mencapai tujuan secara optimal, guru hendaknya berusaha untuk melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, serta guru harus memfasilitasi pengalaman siswa dan mendampingi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

2. Untuk Siswa

Dalam penelitian ini terbukti dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing siswa dapat belajar sambil melakukan permainan dan menemukan sendiri gagasan atau materi yang ingin disampaikan, dengan begitu siswa akan lebih mudah mengingat materi tersebut. Siswa diharapkan mampu bersikap aktif dan kreatif serta mampu berpikir logis dalam mengikuti pembelajaran. Kemampauan siswa tersebut diharapkan tidak hanya nampak pada pembelajaran ini, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Untuk Lembaga

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lembaga untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia, lembaga diharapkan mampu memberikan dukungan yang maksimal untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran dengan melengkapi pengadaan fasilitas pembelajaran, meningkatan profesionalisme guru dan membuka diri terhadap


(42)

berbagai inovasi pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang telah terbukti keberhasilannya dalam penelitian ini. Metode pembelajaran ini hendaknya dikembangkan pada materi dan mata pelajaran lainnya.

4. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian lain yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Namun bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas hendaknya menggunakan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga temuan-temuan dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini lebih lengkap.


(43)

85

Abdulssalam-Amal, A. (2005). Mengembangkan Pemahaman Anak. Jakarta : Pustaka Al-Kausar

Almuchtar.S. (2002). Anaslisi Pembaharuan Kurikulum Pendidikan IPS. Disampaikan pada seminar Nasional dan Musyawarah Daerah HISPIPSI dalam rangka Dies Natalis UPI ke-48, 30 Oktober 2003

Arikunto, Suharsimi.(2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung : PT. Bumi Aksara

Baharudin, H. dan Wahyuni, Nur, Esa. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media Group.

Dahar,Willis, Ratna.(1996). Teori Belajar. Bandung : PT. Gelora Angkasa Pratama

Depdiknas.(2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti Jakarta

Gunawan W.(2005). Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hisnu P. dan Winardi.(2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta :Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Sanjaya, Wina. (2006). Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Soejipto R.(1980). Metodologi pengetahuan Sosial.Jakarta : DPGT

Somantri, Muhammad Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan

IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-snowball-throwing.html


(1)

46

H. Jadwal Penelitian

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

No Uraian Kegiatan

Tahun 2012 / Bulan-

September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pembuatan Proposal X X

2 Seminar Proposal X

3 Perencanaan X X X

4 Pelaksanaan X

Siklus I X

Siklus II X

Siklus III X


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pada pembelajaran peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pada tahap perencanaan dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan didalam tahap ini sepenuhnya dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan itu, membuat LKS, mempersiapkan media, materi dan atat evaluasi. Pada tahap ini, yang penting adalah pembuatan LKS dengan memberi petunjuk kegiatan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga bisa membantu siswa dalam pembelajaran. Perubahan LKS pada perencanaan penelitian ini sebanyak dua kali, artinya setiap siklus, redaksi LKS berbeda-beda. Sehingga jika dipersentasekan ketercapaian indikator kinerja guru pada perencanaan ini dari setiap siklus, adalah tindakan siklus I sebesar 91,6 % dan tindakan siklus II sebesar 100%.

Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru, Kinerja guru pada tahapan ini meliputi kegiatan guru dalam melakukan orientasi pembelajaran dan membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Dalam setiap langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini peranan guru sebagai motivator dan fasilitator yang baik bagi siswa. Berdasarkan data yang diperoleh. Persentase ketercapaian target kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I perencanaan 91,6%, pelaksanaan 69% dan penilaian 100%. Pada tindakan siklus II perencanaan, pelaksanaan dan penilaian 100%. Kemudian pada aktivitas siswa yang diarahkan pada model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing


(3)

82

mengalami peningkatan dari siklus I untuk keaktifan 35%, kerjasama 10% dan sikap demokratis 15%. Pada siklus II mengalami peningkatan untuk keaktifan 80%, kerjasama 85% dan sikap demokrasi 80%.

Pada tahap evaluasi, yang meliputi kegiatan guru dan aktivitas siswa. Untuk kinerja guru pada saat penilaian telah mencapai target yaitu 100%. Kemudian pada tahap ini, untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Adapun persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 65%, tindakan siklus II sebesar 80%. Nilai hasil belajar dari masing-masing siswa tersebut dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 66. Sehingga peningkatan hasil belajar siswa dalam materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah 60 %, tindakan siklus II adalah 90 %,

Berdasarkan gambaran yang dipaparkan di atas, telah membuktikan bahwa “jika pembelajaran IPS pada materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

B. Saran

Dari hasil pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar di kelas V SDN Neglasari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:


(4)

1. Untuk Guru

Berdasarkan pada keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar pada materi peninggalan sejarah kerajaan Hindu-Budha mata pelajaran IPS, maka diharapkan agar metode pembelajaran ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada materi dan mata pelajaran yang lain. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif dan mencapai tujuan secara optimal, guru hendaknya berusaha untuk melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, serta guru harus memfasilitasi pengalaman siswa dan mendampingi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

2. Untuk Siswa

Dalam penelitian ini terbukti dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing siswa dapat belajar sambil melakukan permainan dan menemukan sendiri gagasan atau materi yang ingin disampaikan, dengan begitu siswa akan lebih mudah mengingat materi tersebut. Siswa diharapkan mampu bersikap aktif dan kreatif serta mampu berpikir logis dalam mengikuti pembelajaran. Kemampauan siswa tersebut diharapkan tidak hanya nampak pada pembelajaran ini, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Untuk Lembaga

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lembaga untuk meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia, lembaga diharapkan mampu memberikan dukungan yang maksimal untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran dengan melengkapi pengadaan fasilitas pembelajaran, meningkatan profesionalisme guru dan membuka diri terhadap


(5)

84

berbagai inovasi pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang telah terbukti keberhasilannya dalam penelitian ini. Metode pembelajaran ini hendaknya dikembangkan pada materi dan mata pelajaran lainnya.

4. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian lain yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Namun bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas hendaknya menggunakan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga temuan-temuan dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini lebih lengkap.


(6)

85

Abdulssalam-Amal, A. (2005). Mengembangkan Pemahaman Anak. Jakarta : Pustaka Al-Kausar

Almuchtar.S. (2002). Anaslisi Pembaharuan Kurikulum Pendidikan IPS. Disampaikan pada seminar Nasional dan Musyawarah Daerah HISPIPSI dalam rangka Dies Natalis UPI ke-48, 30 Oktober 2003

Arikunto, Suharsimi.(2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung : PT. Bumi Aksara

Baharudin, H. dan Wahyuni, Nur, Esa. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media Group.

Dahar,Willis, Ratna.(1996). Teori Belajar. Bandung : PT. Gelora Angkasa Pratama

Depdiknas.(2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti Jakarta

Gunawan W.(2005). Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hisnu P. dan Winardi.(2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta :Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Sanjaya, Wina. (2006). Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

Soejipto R.(1980). Metodologi pengetahuan Sosial.Jakarta : DPGT

Somantri, Muhammad Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan

IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-snowball-throwing.html http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html


Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG PENINGGALAN SEJARAH HINDU-BUDHA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri 3 Bojongmengger Keacamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis).

0 2 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN SISWA.

1 6 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PERMASALAHAN SOSIAL KELAS IV SDN KEBONHUI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG.

0 4 37

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS TENTANG KOPERASI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sarangtengah Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang).

0 1 41

PENERAPAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas Materi Kerajaan Hindu, Budha, Islam dan Peninggalanya di Indonesia Pada Kelas V di SDN Bojongsari 02 Kecamatan Kedungwaringi

0 1 25

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF DENGAN PERMAINAN HARTA KARUN NEGERIKU (HAKAKU) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGENAL MAKNA PENINGGALAN SEJARAH ISLAM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Maja Selatan VII Kecamatan Maja Kabupaten Majal

0 2 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI PUZZLE BERKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN DI KELAS IV SDN RANCAPURUT KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 53

MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PENINGGALAN SEJARAH HINDU BUDHA DI INDONESIA PADA SISWA KELAS V SDN 2 DURENAN KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 20132014

0 3 11