PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

(1)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL CORE

(CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

(Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X

SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Wenie Arsita

NIM 1000408

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


(2)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BANDUNG

2014


(3)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) adalah sepenuhnya karya saya sendiri, tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan serta pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN PENERAPAN MODEL CORE

(CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

(Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Wenie Arsita 1000408

disetujui oleh: Pembimbing I,

Drs. H. Khaerudin Kurniawan, M.Pd. NIP 196601081990021001

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

Mengetahui,


(5)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(6)

[Type text]

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL CORE

(CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta didik Kelas X SMA Negeri 11

Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Oleh

Wenie Arsita 1000408 Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penerapan kurikulum 2013 yang memunculkan perbedaan konsep teks eksposisi dengan konsep paragraf eksposisi dalam KTSP. Selain itu, peserta didik merasa kesulitan menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk tulisan teks eksposisi. Penelitian ini bermaksud mengujicobakan penerapan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam pembelajaran menulis eksposisi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) bagaimana kemampuan peserta didik kelas eksperimen di SMAN 11 Bandung dalam menulis teks eksposisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model CORE; 2) bagaimana kemampuan peserta didik kelas kontrol di SMAN 11 Bandung dalam menulis teks eksposisi; 3) adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan model CORE dengan kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik kelas kontrol tanpa menggunakan model CORE di SMAN 11 Bandung. Metode dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMAN 11 Bandung Tahun ajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X IIS 4 sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas X IIS 1 sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 25 orang. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 3,139 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) = 2,021. Hal ini berarti bahwa thitung ttabel, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi antara peserta didik yang menggunakan model CORE dengan peserta didik tanpa menggunakan model CORE.

Kata-kata kunci: model CORE, menulis teks eksposisi, penelitian eksperimen Abstract


(7)

[Type text]

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

The reseach was triggered by the application that gave rise to a difference of curriculum 2013 concept of exposition text with the concept of the paragraphs of exposition in KTSP. In addition, students found difficulty pouring idea or concept into from of writing the exposition text. This research intended testing of the application model of CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) in learning writing exposition. Formulation of problem in this research were as follow: 1) how was the students ability in the experiment group in SMAN 11 Bandung pre and post in learning writing exposition using the model CORE, 2) how was the students ability in the control group in SMAN 11 Bandung in learning writing exposition, 3) was there a significant difference between strudents ability in the experiment group to write exposition using model CORE and students ability in control group in learning writing exposition using model of CORE in SMAN 11 Bandung. The research employes quasy experimental with pretes-posttest control group design. The population of this reserch was all of the students in tenth grader SMAN 11 Bandung on school year 2013/2014. The sample of this research was all of students in X IIS 4 class as experiment group and all of students in X IIS 1 as group control each numbered 25 strudents. Based on the result of analysis sata, it is obstained tvalue = (3,139) and ttable (on standard of signification 5%) =2,021. This meant tvalue ttable, so it can be interpreted that there was a significant difference between students who use model of CORE and students who did not use model of CORE in learning write exposition.


(8)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II MODEL CORE DALAM PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI A. Model Pemberalajan CORE ... 9

1. Pengertian Model CORE ... 9

2. Tahapan-tahapan dalam Model CORE ... 11

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pemberalajan CORE ... 13

4. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Model CORE ... 14


(9)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hakikat Menulis ... 14

2. Pengertian Teks Eksposisi ... 18

3. Kaidah dan Struktur Teks Eksposisi ... 19

4. Langkah-langkah Menulis Teks Eksposisi ... 21

C. Model CORE dalam Pembelajaran Teks Eksposisi ... 22

D. Anggapan Dasar ... 24

E. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode dan Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 28

1. Tes ... 28

2. Lembar Observasi ... 36

3. Angket ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 41

F. Teknik Pengolahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian ... 50

B.Deskripsi Data Penelitian ... 53

1. Data Nilai Sikap Peserta Didik ... 53

2. Data Nilai Tes Keterampilan Hasil Penelitian ... 64

C.Analisis Data ... 73

1. Analisisi Data Teks Eksposisi Prates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

2. Analisisi Data Teks Eksposisi Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 94


(10)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Deskripsi Pengolahan Data ... 113

1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen ... 113

2. Deskripsi Data Kelas Kontrol ... 115

E. Uji Realibilitas Antarpenimbang ... 117

1. Uji Realibilitas Antarpenimbang Data Prates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 117

2. Uji Realibilitas Antarpenimbang Data Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 124

F. Uji Normalitas ... 131

1. Uji Normalitas Data Nilai Prates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 132

2. Uji Normalitas Data Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 139

G.Uji Homogenitas ... 146

1. Uji Homogenitas Data Prates-Pascates Kelas Eksperimen .... 147

2. Homogenitas Data Prates-Pascates Kelas Kontrol ... 147

H.Uji Hipotesis ... 148

I. Pembahasan Data Hasil Observasi dan Angket ... 152

1. Pembahasan Data Hasil Observasi ... 152

2. Pembahasan Data Hasil Angket ... 158

J. Pembahasan Hasil Penelitian ... 161

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 166

A.Simpulan ... 166

B.Saran ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 169


(11)

[Type text]

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 disajikan berbasis teks. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang di dalamnya lengkap memiliki situasi dan konteks. Belajar bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi belajar. Namun, perlu juga dipelajari bagaimana memilih kata yang tepat sehingga makna dapat disampaikan secara jelas. Teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap sehingga melalui teks peran bahasa Indonesia sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu lain dapat dicapai. Teks dapat berwujud tulisan maupun lisan (Kemdikbud, 2013: v).

Lingkup teks tertulis di SMA kelas X yang termuat dalam Kurikulum 2013 meliputi beberapa jenis teks yang terdiri atas teks eksposisi, anekdot, negosiasi, observasi langsung, dan prosedur kompleks. Makin banyak jenis teks yang disukai dan dikuasai peserta didik, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Pembelajaran teks membawa peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan mentalnya dan menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis.

Ada sejumah perbedaan konsep teks dalam KTSP dan Kurikulum 2013. Salah satunya adalah teks eksposisi. Teks eksposisi yang dipelajari siswa pada Kurikulum 2013 mengarah pada isi teks argumentasi yang menyajikan masalah dengan kontradiktif yang terikat oleh struktur dan kaidah, sedangkan pada KTSP, eksposisi adalah teks yang berisi penjelasan sesuatu hal secara rinci (Sitorus, 2013).

Dalam menulis teks eksposisi, peserta didik mengalami hambatan pada saat menuangkan gagasan/ide. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang


(12)

dilakukan oleh Syariatu (2010) dalam bentuk skripsi yang berjudul penerapan model pembelajaran quantum dengan gaya belajar VAK (visual, auditorial, kinestetik) untuk meningkatkan kecakapan peserta didik kelas X dalam menulis karangan eksposisi yang menyebutkan bahwa keterampilan menulis karangan eksposisi di sekolah kurang maksimal karena para peserta didik merasa kesulitan dalam menentukan ide.

Pembelajaran menulis teks eksposisi dalam kurikulum 2013 di kelas X SMA memiliki kompetensi dasar, yaitu memproduksi teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks. Pembelajaran menulis teks eksposisi memberi pengaruh terhadap pembelajaran bahasa secara umum karena kemampuan menulis teks eksposisi merupakan salah satu persyaratan tercapainya target kurikulum, yakni peserta didik mampu menulis teks eksposisi.

Namun, temuan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik mengalami hambatan dalam memproduksi tulisan yang koheren, lancar, dan luas. Menurut Nunan (Syamsyi, 2012:3), keterampilan memproduksi tulisan yang koheren, lancar, dan luas merupakan keterampilan yang paling sulit dipelajari di antara keterampilan berbahasa.

Walaupun demikian, kemampuan menulis bisa dikembangkan dengan latihan (Alwasilah dan Alwasilah, 2007: 43). Dengan latihan yang intensif, peserta didik dapat mempunyai kemampuan menulis tanpa mereka sadari. Selain itu, peserta didik harus diberi motivasi dan stimulus dalam menulis teks eksposisi. Motivasi peserta didik itulah yang akan menjadi kunci utama dalam membangun kemampuan peserta didik dalam menulis. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Supriyono (2008: 83), motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Salah satu yang dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk membantu peserta didik dalam menulis teks eksposisi. Model pembelajaran tersebut dapat mengarahkan guru dalam merancang pelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Trianto, 2007: 5).


(13)

Namun, kondisi di lapangan menunjukkan hal yang berbeda sebagaimana dilaporkan Maryani (2008: 2-3) sebagai berikut:

Pada saat ini kemampuan menulis masih jarang dimiliki para peserta didik. Pembelajaran menulis di sekolah selama ini belum optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Model pembelajaran yang digunakan tidak menarik dan guru pun belum pernah menggunakan model pembelajaran menulis secara variatif. Selain itu, para guru belum memberikan porsi waktu berlatih menulis kepada peserta didik secara maksimal. Orientasi pada materi masih saja membuat guru lebih mengarah pada pengajaran bentuk-bentuk tertulis tidak diikuti bagaimana menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Hal ini akan memberikan dampak yang tidak baik sehingga pembelajaran bahasa Indonesia dirasakan kurang bermanfaat dan membosankan bagi peserta didik. Padahal, Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya serta mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berpikir logis, runut, dan sistematis dengan menggunakan kapasistas berpikir tingkat tinggi (Abdullah, 2013).

Bertolak dari apa yang sudah dipaparkan di atas, pemilihan model pembelajaran yang tepat dan variatif akan membuat pembelajaran lebih efektif. Selain itu, pembelajaran pun akan lebih bermakna apabila guru melibatkan dan menghadapkan siswa pada hal-hal yang konkret selama proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan (Putri, dkk., 2013).

Konsep pembelajaran di atas sejalan dengan model CORE. Model CORE adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada konstruktivisme, yaitu peserta didik harus dapat mengonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi diri dengan lingkungannya (Tran Vui dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 108). Model CORE merupakan salah satu model pembelajaran dengan metode diskusi (Calfee et al dalam Jacob, 2005: 13). Dengan berdiskusi, sekelompok peserta didik tidak hanya mendapatkan satu alternatif informasi, tetapi juga akan


(14)

memperoleh beberapa informasi. Dari proses tersebut peserta didik didorong untuk berpikir secara mendalam mengenai informasi-informasi yang paling tepat dan bermanfaat dalam menyelesaikan tugasnya. Selain itu, dengan bekerja dalam kelompok, peserta didik terdorong untuk mengenali lebih dalam mengenai materi yang tengah dibahas dengan mengintegrasikan pengetahuan yang telah diperoleh maupun belum diperoleh.

Model CORE terdiri atas empat tahapan, yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending. Dengan connecting, peserta didik diajak untuk menghubungkan pengetahuan baru yang akan dipelajarinya dengan pengetahuannya terdahulu. Organizing membawa peserta didik untuk dapat mengorganisasikan ide mereka sehingga mereka mendapat bayangan atau gambaran untuk menulis. Kemudian dengan reflecting, peserta didik diminta memikirkan kembali dan mendiskusikan ide yang akan mereka tulis dengan teman-temannya. Terakhir, melalui extending peserta didik mulai menulis.

Melihat tahap-tahap yang terdapat dalam model CORE, model pembelajaran ini mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan menulisnya. Melalui proses diskusi, peserta didik akan menyadari, memilih, dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mengembangkan tulisannya. Dengan demikian, pengonstruksian pengetahuan dilakukan oleh peserta didik secara mandiri.

Ada beberapa penelitian sebelumnya mengenai menulis eksposisi. Beberapa penelitian tersebut menggunakan metode, teknik, atau model pembelajaran yang berbeda. Sementara itu, ada juga penelitian mengenai penggunaan model CORE dalam pembelajaran menulis. Penelitian tersebut di antaranya dilakukan Nurhayati (2009) yang meneliti pembelajaran menulis paragraf eksposisi dengan menggunakan metode kolaborasi. Adapun Khajar (2012) meneliti pembelajaran menulis paragraf eksposisi dengan menggunakan teknik peta pikiran (MIND MAPPING). Selain itu, Syariatu (2010) meneliti pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan model pembelajaran quantum dengan gaya belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik). Hasil ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan teknik, metode,


(15)

atau model dalam pembelajaran menulis paragraf atau karangan eksposisi memberikan pengaruh yang positif. Pada bagian rekomendasi, para peneliti menyarankan perlu adanya tindak lanjut penelitian yang serupa dengan menggunakan metode, teknik, atau model yang berbeda sebagai alternatif untuk mengatasi masalah dan kesulitan menulis teks eksposisi.

Sementara itu, penelitian sebelumnya mengenai model CORE dalam bentuk tesis dilakukan oleh Tamalene (2010) yang meneliti pembelajaran matematika dengan model CORE melalui pendekatan keterampilan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis peserta didik sekolah menengah pertama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penalaran matematis peserta didik yang memperoleh pembelajaran model CORE melalui pendekatan keterampilan metakognitif daripada peserta didik yang memperoleh pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan model CORE melalui pendekatan keterampilan metakognitif cocok diterapkan dalam pembelajaran metematika, karena dengan adanya model pembelajaran CORE peserta didik berkembang lebih aktif pada saat berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Adapun penelitian model CORE bentuk skripsi dilakukan oleh Hidayati (2012) yang meneliti pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan model CORE. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang positif dengan menggunakan model CORE dalam menulis teks berita.

Selanjutnya, penelitian relevan mengenai model CORE dalam bentuk jurnal dilakukan oleh Putri, dkk. (2013) yang meneliti pengaruh model pembelajaran CORE berbantuan lingkungan terhadap keterampilan berpikir kritis IPA peserta didik kelas IV SD Gugus I Kecamatan Negara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada keterampilan berpikir kritis antara kelompok peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran CORE berbantuan lingkungan dengan kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Kajian tentang eksposisi dalam penelitian sebelumnya masih berada


(16)

dalam lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sementara itu, penelitian ini sudah berdasarkan kurikulum yang sekarang digunakan, yaitu Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum berbasis teks. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Callins (Hipana, 2005: 4) bahwa pembelajaran terpadu yang dipilih harus disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam menulis teks eksposisi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah yang akan menjadi bahan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Konsep teks eksposisi yang dipelajari siswa pada kurikulum 2013 berbeda dengan konsep paragraf eksposisi pada KTSP.

2) Peserta didik kurang mampu mengembangkan ide/gagasan ke dalam bentuk tertulis teks eksposisi.

3) Peserta didik mengalami hambatan dalam memproduksi tulisan yang koheren, lancar, dan luas.

4) Model pembelajaran menulis teks eksposisi yang digunakan selama ini kurang variatif.

C.Batasan Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan model CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi di kelas X SMAN 11 Bandung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1) Bagaimana kemampuan peserta didik kelas eksperimen di SMAN 11 Bandung dalam menulis teks eksposisi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model CORE?


(17)

2) Bagaimana kemampuan peserta didik kelas kontrol di SMAN 11 Bandung dalam menulis teks eksposisi?

3) Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan model CORE dengan kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik kelas kontrol tanpa menggunakan model CORE di SMAN 11 Bandung?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis teks eksposisi sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengunakan model CORE di SMAN 11 Bandung;

2) mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis teks eksposisi peserta didik kelas kontrol di SMAN 11 Bandung;

3) membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan model CORE dengan kemampuan peserta didik kelas kontrol dalam menulis teks eksposisi tanpa menggunakan model CORE di SMAN 11 Bandung.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk mencari model alternatif yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Penelitian ini pun akan menguatkan berbagai teori yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang tepat sangat efektif digunakan dalam pembelajaran menulis.


(18)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi 1) peneliti, 2) guru, 3) peserta didik, dan 4) pembaca. Adapun paparan setiap uraiannya sebagai berikut.

1) Bagi peneliti, sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan gambaran pengalaman ketika nanti mengajar dan dapat menerapkannya dalam pembalajaran menulis teks eksposisi.

2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk menambah ragam model yang dapat digunakan dalam menulis teks eksposisi. Selain itu, para guru dapat memperoleh gambaran mengenai pembelajaran menulis teks ekposisi dengan disertai data akurat yang diterapkan dengan menggunakan model CORE.

3) Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman yang baru dan menarik dalam menulis teks eksposisi. Peserta didik dapat merasakan pembelajaran menulis yang menyenangkan.

4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat yang membaca mengenai model CORE.


(19)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment Reseach). Metode penelitian ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk membuktikan hipotesis peneliti mengenai adanya pengaruh penerapan model CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Melalui metode penelitian eksperimen semu ini akan dikentahui adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel. Peneliti menentukan variabel terikat, yaitu pembelajaran menulis teks eksposisi dan variabel bebasnya adalah model CORE.

Desain eksperimen yang akan digunakan adalah pratest-posttest control group design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

E X

K

(Sugiyono, 2013: 112) Keterangan:

E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol

: Tes Awal Kelas Eksperimen : Tes Akhir Kelas Eksperimen


(20)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X : Perlakuan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE.

: Tes Awal Kelas Kontrol : Tes Akhir Kelas Kontrol

Desain ini menunjukkan bahwa penulis melakukan tes sebanyak dua kali di setiap kelas, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Tes awal dilakukan terhadap para peserta didik di kedua kelas tersebut untuk mengetahui kemampuan awal menulis teks ekposisi (O1, O3). Kemudian, kelas eksperimen (E) diberi perlakuan khusus yaitu penerapan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam pembelajaran menulis teks eksposisi (X). Sementara itu, kelas kontrol (K) tidak diberi perlakuan khusus tetapi pembelajaran tetap dilakukan secara optimal sebagaimana pembelajaran biasa tanpa menggunakan model CORE. Setelah itu, kedua kelompok diberi tes yang sama sebagai tes akhir (O2, O4). Hasil dari keduanya kemudian dibandingkan atau diuji pembedaannya. Perbedaan yang signifikan antara kedua hasil tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

B.Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Populasi

Berdasarkan pertimbangan materi yang akan diteliti, populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 12 kelas, meliputi kelas X BB 1, X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, X MIA 4, X MIA 5, X MIA 6, X IIS 1, X IIS 2, X IIS 3, X IIS 4, dan X IIS 5.


(21)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sample adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Pemilihan sampel dalam penelitian dimaksudkan untuk memperkecil objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sampling atau sampel acak karena semua subjek yang terdapat dalam populasi dianggap sama, maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Selain itu, kriteria sampel yang dipilih harus representatif dengan populasi penelitian karena hasil dari penelitian yang dilakukan akan digeneralisasikan pada populasi penelitian.

Cara sampel acak yang digunakan dalam penelitian adalah dengan undian. Setiap kelas diberi nomor lalu dipilih dua kelas yang akan dijadikan sampel dengan cara dikocok. Melalui sampel acak, maka didapatkan dua kelas untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas X IIS 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IIS 1 sebagai kelas kontrol.

C.Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi yang berkaitan dengan konsep kunci dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap judul penelitian ini. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 1) Pembelajaran menulis teks eksposisi adalah proses seseorang dalam menulis teks yang berisi usulan pendapat pribadi terhadap suatu permasalahan yang peninjauannya tertuju berdasarkan satu unsur; berupa persetujuan atau penolakan. Struktur teks eksposisi mencakup tiga aspek yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan penegasan ulang. Tesis menunjukkan posisi penulis mengenai hal yang dipaparkan. Argumentasi berisi tentang pendapat yang dapat mendukung tesis dengan disertai bukti atau gambaran berdasarkan fakta-fakta. Penegasan ulang berisi satu kesimpulan atau penegasan kembali dari tesis yang telah diungkapkan di awal.


(22)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Model CORE merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengembangkan daya nalar dan komunikasi dengan cara memanfaatkan empat tahapan, yaitu connecting, organizing, reflecting, dan estending. Dalam connecting, peserta didik diajak untuk dapat menghubungkan pengetahuan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuannya terdahulu. Dalam organizing, peserta didik dibawa untuk dapat mengorganisasikan ide mereka, sehingga mereka mendapat bayangan atau gambaran untuk menulis. Kemudian dengan reflecting, peserta didik diminta memikirkan kembali, mendiskusikan dengan teman-temannya tentang yang akan mereka tulis berdasarkan yang telah didapatkan dari pengetahuan terdahulu dan pengetahuan yang baru. Terakhir, pada proses extending, peserta didik mulai menulis.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas pembantu dalam menyusun data-data yang dikumpulkan agar pengolahan data lebih cermat, lengkap dan mudah. Instrumen yang dipilih oleh peneliti dalam membantu dalam mengolah data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut.

1. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu prates (tes awal) dan pascates (tes akhir). Prates dilakukan pada awal proses belajar mengajar tanpa manggunakan model CORE. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis teks eksposisi para peserta didik sebelum diberi perlakuan. Pascates dilakukan setelah para peserta didik diberikan perlakuan dengan model CORE di kelas eksperimen dan tanpa model CORE di kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis teks eksposisi setelah diberi perlakukan. Adapun


(23)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penilaiannya, penelitian ini menggunakan penilaian sikap dan keterampilan dalam menulis teks eksposisi.

a. Penilaian Sikap

Penilaian sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual. Untuk dapat mengetahui sikap setiap peserta didik, guru dapat melakukan observasi langsung terhadap peserta didik. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.

LEMBAR OBSERVASI

SIKAP PESERTA DIDIK DALAM MENULIS TEKS EKSPOSISI Nama peserta didik :

Mata pelajaran : Kelas/semester : Sekolah

Kompetensi inti :

2. Menghayati dan mengamalkan perlaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.


(24)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kompetensi dasar :

2.5 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat eksposisi tentang konflik sosial, politik, ekonomi, dan kebijakan politik.

Kompentensi sosial

yang diobservasi : Sikap sosial dalam kegiatan menulis teks eksposisi Tema diskusi :

Tabel 3.2

Lembar Observasi Sikap Peserta didik

No Aspek yang diamati Kategori Keterangan

B C K

1 Mengamati contoh teks eksposisi. B = Baik

(skor 3) C = Cukup (skor 2) K = 2 Keaktifan peserta didik dalam berdiskusi

untuk menemukan struktur isi teks eksposisi. 3 Keaktifan peserta didik dalam berdiskusi


(25)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menulis teks eksposisi. Kurang

(skor 1) 4 Kerjasama peserta didik untuk menemukan

struktur isi teks eksposisi.

5 Kesantunan ketika bertanya kepada guru atau temannya jika ada hal yang tidak dimengerti.

6 Kesiapan peserta didik untuk mulai menulis teks eksposisi.

7 Mengikuti kegiatan menulis teks eksposisi dengan semangat.

8 Tangggung jawab terhadap tulisan yang akan dibuat.

9 Kejujuruan ketika menulis teks eksposisi berdasarkan hasil pencarian melalui diskusi yang telah dilakukan.

10 Kejujuran untuk tidak menyontek kepada peserta didik lain ketika menulis teks eksposisi.

Nilai akhir = x 100% Kategori :

Baik = 80-100 Cukup = 60 -79

Kurang = kurang dari 60 Rubrik pengamatan:

1. Baik: jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati.


(26)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Cukup : jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

3. Kurang : jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

b. Penilaian Keterampilan

Pendidik menilai keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1) Kisi-kisi Tes Keterampilan

No. Kompetensi

Dasar

Indikator Materi soal No.

Soal

Jenjang soal

Jmlh Soal 1. Memproduksi

teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Mampu menulis teks eksposisi. Penulisan teks dengan memperhati-kan

kesesuaian isi dengan topik, struktur teks, penggunaan kosakata, penggunaan kalimat, ketepatan ejaan dan tanda baca.

1

K3-Aplikasi 1


(27)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Lembar Soal Tes Keterampilan

LEMBAR SOAL

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : X

Sekolah : SMA Negeri 11 Bandung Waktu Pengerjaan : 45 menit

Petunjuk Mengerjakan:

a. Tulislah identitas pada lembar jawaban yang disediakan! b. Bacalah soal dengan teliti sebelum kamu mulai mengerjakan! c. Tulislah jawaban pada lembar jawaban yang disediakan! d. Gunakan waktu dengan efektif dan efisien!

e. Tulisan rapih dan jelas!

f. Periksalah pekerjaanmu sebelum diserahkan kepada guru!

Petunjuk Penilaian:

Adapun aspek yang dinilai dari teks yang dikerjakan siswa meliputi: a. Kesesuaian isi dengan judul

b. Struktur teks (pernyataan pendapat, argumentasi, penegasan ulang pendapat) c. Penggunaan kosakata

d. Penggunaan kalimat

e. Ketepatan ejaan dan tanda baca

Soal

1. Tulislah sebuah teks eksposisi dengan topik “Pramuka Menjadi Ekstrakulikuler Wajib di Sekolah!"


(28)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Penilaian Tes Keterampilan

Setelah pelaksanaan tes, hasil tes tersebut akan dinilai dengan memperhatikan instrumen atau paduan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan, kemudian ditabulasikan. Penilaian tes awal dan tes akhir dalam menulis teks eksposisi dinilai oleh 3 orang penilai.

Tabel 3.3

Kriteria Aspek Penilaian Menulis Teks Eksposisi No Aspek penilaian SB B C K Keterangan

1 Kesesuaian isi dengan topik

SB : padat informasi, substansi, pengembangan ide bagus, sangat relevan dengan topik. (skor 4)

B : informasi cukup,

substansi cukup,

pengembangan ide cukup bagus, relevan dengan topik. (skor 3)

C : informasi terbatas,

substansi kurang,

pengembangan ide kurang, cukup relevan dengan topik. (skor 2)

D: kurang bervariasi, tidak ada substansi, pengembangan ide kurang, tidak relevan dengan topik. (skor 1)

2 Kelengkapan struktur teks (tesis,

SB : struktur teks lengkap dan implemantasi sifat setiap


(29)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

argumentasi, penegasan ulang pendapat)

komponen tepat. (skor 4) B :struktur teks lengkap tetapi implementasi sifat setiap komponen kurang tepat. (skor 3)

C : struktur teks kurang lengkap dan sifat setiap

komponen tidak

terimplementasikan. (skor 2) K : struktur teks tidak lengkap. (skor 1)

3 Penggunaan Kosakata

SB : Sangat luas; penggunaan kata sangat efektif, sangat menguasai pembentukan kata, pilihan kata sangat tepat. (skor 4)

B : Luas; penggunan kata efektif, menguasai pembentukan kata, pilihan kata tepat. (skor 3)

C : Terbatas; kurang efektif,

kurang menguasai

pembentukan kata, pilihan kata kurang tepat. (skor 2) K : Seperti terjemahan, tidak menguasai pembentukan kata, tidak menguasai kata-kata. (skor 1)


(30)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan Kalimat

SB: Sangat menguasai tata bahasa, sangat sedikit kesalahan penggunaan kata dan penyusunan kalimat, efektif, makna jelas. (skor 4) B: Kalimat sederhana, efektif, ada kesalahan tetapi tidak mengaburkan makna. (skor 3) C: Ada kesalahan, makna membingungkan. (skor 2) K: Banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai. (skor 1)

5 Ketepatan Ejaan dan Tanda Baca

SB: menguasai aturan penulisan; tidak ada kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf. (skor 4)

B: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna. (skor 3)

C: sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,


(31)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur. (skor 2)

K: tidak menguasai aturan penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai. (skor 1)

Keterangan :

SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup; K = Kurang

Nilai = X 100

Setelah teks eksposisi dihitung perolehan skornya, kemudian skor tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori nilai. Peneliti menggunakan kategori penilaian berdasarkan skala nilai berikut ini.

Tabel 3.4

Kategori Penilaian Teks Eksposisi Berdasarkan Skala Nilai

Skala nilai Kategori

91-100 Sangat baik ( A)

81-90 Baik (B)

71-80 Cukup (C)


(32)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Kunandar, 2013:303-305)

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Pengisian lembar observasi ini berdasarkan kondisi yang nyata dan faktual terjadi pada saat proses belajar mengajar.

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aktivitas Guru Hari / tanggal :

Nama observer : Pertemuan ke :

Petunjuk pengisian lembar observasi:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu kolom, 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik) untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan pendapat anda.

No. Aktivitas yang Diamati Skor Penilaian

1 2 3 4

1. Connecting

- Guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan materi sebelumnya. - Guru memberikan motivasi kepada

peserta didik terhadap pembelajaran yang akan dipelajari.


(33)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didik untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik tentang teks eksposisi.

2. Organizing

- Guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi.

- Guru memotivasi peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya.

- Guru membantu peserta didik mengaitkan pengetahuan yang baru didapatkan oleh peserta didik dengan pengetahuan sebelumnya.

- Guru membantu peserta didik mengorganisasikan pengetahuannya dalam diskusi.

3. Reflecting

- Guru mengintruksikan kepada peserta didik untuk memeriksa kembali pengetahuan yang diperoleh.

4. Extending

- Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menulis teks eksposisi. - Guru bersama peserta didik

menyimpulkan materi pembelajaran. Jumlah Nilai Aspek

Nilai Penampilan


(34)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik Hari/ tanggal :

Pertemuan ke :

Petunjuk pengisian lembar observasi:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu kolom, 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik) untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan pendapat anda.

No. Aktivitas yang Diamati Skor Penilaian

1 2 3 4

1. Peserta didik memberi respon yang baik ketika apersepsi.

2. Peserta didik termotivasi untuk belajar. 3. Peserta didik menjawab pertanyaan guru

tentang teks eksposisi untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik.

4. Peserta didik aktif dalam berdiskusi.

5. Peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.

6. Peserta didik mengaitakan pengetahuan yang baru didapat dengan pengetahuan lama.

7. Peserta didik mengorganisasikan pengetahuannya dalam proses diskusi. 8. Peserta didik memperluas pengetahuan

dengan bertukar pendapat.

9. Peserta didik mengerjakan tugas menulis teks eksposisi.


(35)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi yang baru dipelajari. Jumlah Nilai Aspek

Nilai Penampilan

3. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket respon tertutup karena jawaban pertanyaan dalam angket telah disertakan atau disediakan. Angket diberikan sesudah perlakuan penerapan Model CORE dalam menulis teks eksposisi dilaksanakan. Tujuannya untuk mengetahui respon peserta didik terhadap penerapan model CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi.

LEMBAR ANGKET

Nama : Kelas :

Jawablah pertanyaan pada angket di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X)!

1. Apakah sekarang Anda lebih menyukai kegiatan menulis teks eksposisi dibandingkan sebelumnya?


(36)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tidak

2. Apakah pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE membuat Anda termotivasi untuk menulis?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model CORE dapat membantu mengorganisasikan ide yang Anda miliki untuk menulis teks eksposisi? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah dengan model CORE dapat membantu mengeksplorasi pengetahuan yang Anda miliki untuk menulis teks eksposisi?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah dengan model CORE pembelajaran menulis teks eksposisi menjadi lebih mudah?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah pembelajaran dengan menggunak\an model CORE membantu Anda mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah untuk memahami materi?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model CORE membantu Anda menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan materi sebelumnya? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah Anda memperoleh pengetahuan yang lebih luas dengan berdiskusi? a. Ya


(37)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tidak

9. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model CORE membuat Anda menjadi aktif dalam belajar?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah Anda menjadi lebih menyukai pelajaran Bahasa Indonesia? a. Ya

b. Tidak

E.Prosedur Penelitian

Penelitian eksperimen semu ini dilaksanakan berdasarkan prosedur yang diungkapkan oleh Syamsudin dan Damayanti (2009: 154) berikut ini.

1) Melaksanakan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Peneliti akan memperhatikan keadaan saat ini mengenai kemampuan menulis teks eksposisi.

2) Mengindentifikasi masalah dan mendefinisikan masalah..

3) Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan tentang model CORE dan pembelajaran menulis teks eksposisi, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional.

4) Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup kegiatan:

a) Peneliti menentukan populasi penelitian yaitu kelas X di SMA Negeri 11 Bandung dan memilih sampel kelas X IIS 4 sebagai kelas eksperimen dan X IIS 1 sebagai kelas kontrol untuk dijadikan subjek penelitian;

b) Peneliti membuat instrumen penelitian, memvalidasi instrumen penelitian, dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan; dan

c) Peneliti mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.


(38)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Melakukan pratest di kelas eksperimen dan kontrol untuk mendapatkan data awal sebelum diberi perlakuan.

6) Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen dan kelas kontrol.

7) Melaksanakan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE. 8) Melakukan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan model

CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi.

9) Melakukan pascatest di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

10) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan varibel yang telah ditentukan.

11) Menganalisis data dan melakukan tes signifikasi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap siginifikasi.

12) Menginterpretasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengelolaan data dilakukan setelah semua data terkumpul. Data yang dimaksud adalah data yang terkumpul dari hasil menulis teks eksposisi. Langkah selanjutnya adalah mengadakan pengelolahan data dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan rumus statistik. Kemudian, data yang diperolah dari hasil tes akan diolah dengan cara membandingkan data tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola data penelitian adalah sebagai berikut.

1. Menilai dan menganalisis data tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan, kemudian dianalisis dan ditabulasikan. Tujuannya untuk mengetahui rata-rata nilai tes awal dan tes akhir yang diperolah peserta didik. Penilaian hasil tes


(39)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

awal dan tes akhir menulis teks eksposisi peserta didik dinilai oleh tiga orang penilai. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis hasil tulisan siswa.

b. Menentukan skor prates dan pascates, setelah itu mengubah skor menjadi nilai dengan rumus.

Nilai = X 100

c. Hasil tes awal dan tes akhir tersebut akan dirata-ratakan dari tiga penilai. Nilai akhir =

2. Uji Reliabilitas Antarpenimbang

Penilaian tes menulis teks eksposisi dinilai oleh lebih dari satu orang maka peneliti melakukan uji reliabilitas antarpenimbang untuk skor tes awal dan tes akhir di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi unsur subjektivitas. Perhitungan realibilitas instrumen ini terdiri atas beberapa langkah, yaitu:

a. Menghitung jumlah kuadrat peserta didik

∑ = –

b. Menghitung kuadrat penguji SSp ∑ d2p = –

c. Menghitung jumlah kuadrat total SStot ∑ x2t = ∑x2 –

d. Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan = SStot ∑ x2 - ∑


(40)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah data dihitung, data dimasukkan ke dalam tabel ANAVA (Analisys Of Varians).

Tabel 3.7 Tabel ANAVA

Sumber Variasi

(SV)

Jumlah Kuadrat (SS)

Derajat Kebebasan (db)

Varians

Peserta didik ∑ N-1 . (Vt)

Penguji SSp ∑ d2p K-1

Kekeliruan ∑ (N-1) (K-1) (Vkk)

Reliabilitas antarpenimbang dilakukan dengan menggunakan rumus Hyot: =

Keterangan

= reliabilitas yang dicari Vt = Variansi dari peserta didik Vkk = Variasi dari kekeliruan

Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas antarpenimbang, peneliti menggunakan tebel Guilford sebagai berikut.

Tabel 3.8

Tabel Guilford untuk Reliabilitas Antarpenimbang

Rentang Kriteria

0,80-1,00 Korelasi reliabilitas sangat tinggi

0,60-0,80 Korelasi reliabilitas tinggi


(41)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,20-0,40 Korelasi reliabilitas rendah

0,00-0,20 Korelasi reliabilitas sangat rendah

(Arikunto, 2010: 245)

3. Menguji normalitas data dengan menggunakan rumus chi kuadrat

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data dari skor prates dan pascates berdistribusi normal atau tidak. Adapun caranya adalah menggunakan Chi Kuadrat (X2) dengan rumus sebagai berikut.

a. Menentukan nilai rerata (mean) dengan rumus

Keterangan

= rata-rata nilai ∑fx = jumlah seluruh nilai f = jumlah peserta didik

(Subana, dkk., 2005: 66) b. Menghitung simpangan baku atau standar deviasi

Sd =

c. Menentukan daftar frekuensi observasi dan ekspektasi

1) Rentang skor (R) = skor terbesar - skor terkecil 2) Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n

3) Panjang kelas (P) =

4) Z untuk batas kelas = batas kelas – nilai rata-rata standar deviasi 5) Ei (frekuensi yang diharapkan) = n x Luas Z tabel 6) Oi (frekuensi pengamatan)


(42)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x2= ∑ Keterangan:

Oi = frekuensi observasi atau pengamatan Ei = frekuensi ekspentasi (yang diharapkan)

(Subana, dkk., 2005:170) 7) Menentukan derajat kebebasan (dk)

Derajat kebebasan = k – 3 Keterangan

K = Banyak kelas Interval

(Subana, dkk., 2005:124) 8) Menentukan nilai X2 hitung dengan X2tabel dengan bantuan tabel X2 dengan

tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).

9) Menentukan kriteria uji normalitas menggunakan ketentuan sebagai berikut. Jika X2 hitung < X2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.

Jika X2 hitung X2 tabel maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

4. Melakukan uji homogenitas varians rata-rata tes awal dan tes akhir dengan menggunakan rumus:

= Keterangan

Fhitung = Nilai yang dicari Vb = varians terbesar Vk = varians terkeci

Data yang dinyatakan homogen jika Fhitung < Ftabel maka H1 ditolak atau H0 diterima, dan begitu pula sebaliknya apabila Fhitung Ftabel maka H1 diterima atau H0 ditolak.


(43)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Uji Hipotesis

Melakukan pengujian hipoteis dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel dengan kriteria thitung < ttabel, maka hipotesis nol diterima (H0) atau hipotesis kerja ditolak (H1). Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi pada kelas eksperimen yang menerapkan model CORE dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model CORE. Jika thitung ttabel , maka hipotesis nol ditolak (H0) dan hipotesis kerja diterima (H1). Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi pada kelas eksperimen yang menerapkan model CORE dengan kelas kontrol yang tidak menerapkan model CORE. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

a. Mencari Mx Mx =

b. Mencari ∑x²

∑x² = ∑x2 c. Mencari My

My =

d. Mencari ∑y²

∑y2= ∑x2 Keterangan:

M = nilai hasil rata-rata perkelas N = banyaknya subjek

x = deviasi setiap nilai x2 dan x1 y = deviasi setiap nilai y2 dan y1 e. Menghitung thitung


(44)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

t = Mx – My

f. Mencari derajat kebebasan (dk) dengan cara db = Nx + Ny - 2

g. Menentukan dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan derajat kebebasan yang telah dicari sebelumnya.

ttabel = t (1-a) (db) Kriteria pengujian:

H0 ditolak dan H1 diterima jika thitung ᦫ ttabel H0 diterima dan H1 ditolak jika thitung ᦪ ttabel

(Subana, dkk., 2005:163)

6. Analisis Hasil Pengamatan Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai aktivitas yang dilakukan oleh guru dan peserta didik selama proses pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menngunakan model CORE. Rumus yang digunakan untuk menganalisis hasil observasi adalah sebagai berikut.

S = Keterangan:

S : Skor yang didapatkan

O : jumlah skor dari semua aspek dalam observasi JA : jumlah aspek yang dinilai

Setelah mendapatkan skor dari setiap observer kemudian menghitung skor total dari seluruh observer.

St = Keterangan:


(45)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

St = skor total

S1 = skor dari pengamat 1 S2 = skor dari pengamat 2 S3 = skor dari pengamat 3

Selanjutnya nilai tersebit diinterpretasikan dengan interval penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.9

Klasifikasi Aktivitas Guru dan Peserta didik

Nilai Kategori Penilaian

3,50 – 4,00 Sangat Baik

3,00 – 3,49 Baik

2,00 – 2,99 Cukup Baik

1,50 – 1,59 Kurang Baik

0,00 – 1,49 Sangat kurang Baik

7. Pengelolaan Angket

Pengelolaan data angket, meggunakan rumus berikut ini.

P X 100%

Keterangan:

P = persentase hasil angket

Fo = keseluruhan jawaban yang dipilih responden tiap satu pertanyaan N = jumlah responden keseluruhan

Adapun kriteria yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 75% - 100 % = Sangat Baik


(46)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25% - 49% = Cukup 0% - 24% = Kurang


(47)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1) Kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik di kelas X IIS 4 SMA Negeri 11 Bandung yang digunakan sebagai kelas eksperimen sebelum mendapatkan perlakuan menggunakan model CORE memiliki rata-rata sebesar 60,6. Pada data prates diperoleh nilai tertinggi sebesar 78,3 dan nilai terendah sebesar 41,7. Adapun kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik setelah mendapatkan perlakuan menggunakan model CORE memiliki rata-rata sebesar 75,4. Pada data pascates diperoleh nilai tertinggi sebesar 86,7 dan nilai terendah sebesar 58,3. Hal tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penilaian teks eksposisi peserta didik. Hasil ini menunjukkan peningkatan yang tinggi dari rata-rata sebelumnya.

2) Kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik di kelas X IIS 1 SMA Negeri 11 Bandung yang digunakan sebagai kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 62,5. Pada data prates diperoleh nilai tertinggi sebesar 76,7 dan nilai terendah sebesar 43,3. Hal tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penilaian teks eksposisi peserta didik. Adapun kemampuan kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik setelah pascates memiliki rata-rata sebesar 69,2. Pada data pascates diperoleh nilai tertinggi sebesar 83,3 dan nilai terendah sebesar 51,7. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan tetapi tidak terlalu tinggi dari rata-rata sebelumnya.

3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik di kelas eksperimen dan kemampuan menulis teks eksposisi


(48)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik di kelas kontrol. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan berdasarkan data nilai prates dan pascates kelas eksperimen diperoleh nilai thitung sebesar 3,319 dan ttabel 2,021 sebesar dengan db = 48 dan taraf kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa (3,139 2,021) atau thitung lebih besar daripada ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut didukung oleh hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE yang termasuk dalam kategori baik. Dalam setiap tindakan, guru membantu peserta didik dalam menghubungkan, mengorganisasikan, merefleksi, dan memperluas pengetahuan yang dimiliki. Adapun hasil observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE dari keseluruhan tindakan yang dilakukan pun berada dalam kategori baik. Peserta didik merasa senang dan termotivasi ketika belajar dengan model CORE. Dengan model CORE peserta didik belajar untuk menyadari, memilih, dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki sehingga pengonstruksian pengetahuan dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri. Selain itu, hasil angket menyatakan bahwa lebih dari 50% responden peserta didik merasa terbantu dengan serangkaian tahap-tahap yang terdapat dalam dalam model CORE. Persentase tersebut menunjukkan bahwa penerapan model CORE mendapatkan respon positif dari peserta didik.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

1) Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat memanfaatkan model CORE sebagai salah satu alternatif model yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Berdasarkan pada penelitian ini, model CORE dapat memberikan


(1)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model CORE dalam pembelajaran menulis teks eksposisi, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1) Kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik di kelas X IIS 4 SMA Negeri 11 Bandung yang digunakan sebagai kelas eksperimen sebelum mendapatkan perlakuan menggunakan model CORE memiliki rata-rata sebesar 60,6. Pada data prates diperoleh nilai tertinggi sebesar 78,3 dan nilai terendah sebesar 41,7. Adapun kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik setelah mendapatkan perlakuan menggunakan model CORE memiliki rata-rata sebesar 75,4. Pada data pascates diperoleh nilai tertinggi sebesar 86,7 dan nilai terendah sebesar 58,3. Hal tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penilaian teks eksposisi peserta didik. Hasil ini menunjukkan peningkatan yang tinggi dari rata-rata sebelumnya.

2) Kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik di kelas X IIS 1 SMA Negeri 11 Bandung yang digunakan sebagai kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 62,5. Pada data prates diperoleh nilai tertinggi sebesar 76,7 dan nilai terendah sebesar 43,3. Hal tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penilaian teks eksposisi peserta didik. Adapun kemampuan kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik setelah pascates memiliki rata-rata sebesar 69,2. Pada data pascates diperoleh nilai tertinggi sebesar 83,3 dan nilai terendah sebesar 51,7. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan tetapi tidak terlalu tinggi dari rata-rata sebelumnya.

3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks eksposisi peserta didik di kelas eksperimen dan kemampuan menulis teks eksposisi


(2)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik di kelas kontrol. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan berdasarkan data nilai prates dan pascates kelas eksperimen diperoleh nilai thitung sebesar 3,319 dan ttabel 2,021 sebesar dengan db = 48 dan

taraf kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa (3,139 2,021) atau thitung lebih

besar daripada ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut didukung

oleh hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE yang termasuk dalam kategori baik. Dalam setiap tindakan, guru membantu peserta didik dalam menghubungkan, mengorganisasikan, merefleksi, dan memperluas pengetahuan yang dimiliki. Adapun hasil observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menulis teks eksposisi dengan menggunakan model CORE dari keseluruhan tindakan yang dilakukan pun berada dalam kategori baik. Peserta didik merasa senang dan termotivasi ketika belajar dengan model CORE. Dengan model CORE peserta didik belajar untuk menyadari, memilih, dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki sehingga pengonstruksian pengetahuan dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri. Selain itu, hasil angket menyatakan bahwa lebih dari 50% responden peserta didik merasa terbantu dengan serangkaian tahap-tahap yang terdapat dalam dalam model CORE. Persentase tersebut menunjukkan bahwa penerapan model CORE mendapatkan respon positif dari peserta didik.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

1) Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat memanfaatkan model CORE sebagai salah satu alternatif model yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Berdasarkan pada penelitian ini, model CORE dapat memberikan


(3)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peningkatan yang signifikan dalam proses pembelajaran menulis teks eksposisi.

2) Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat memilih, menentukan, atau menggunakan model yang tepat dan bervariasi terutama dalam pembelajaran menulis teks eksposisi sehingga pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Hal itu akan berdampak pada motivasi belajar. Guru dituntut untuk lebih cerdas dalam membaca dan memahami situasi dan kondisi kelas sehingga guru dapat menentukan dan memilih model, metode, teknik, media yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas yang akan diajarkan. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih hidup dengan penuh interaktif antara peserta didik dan guru terutama dalam pembelajaran menulis eksposisi.

3) Pada penelitian ini, model CORE hanya diterapkan pada pembelajaran menulis. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai penerapan model CORE dalam pembelajaran lainnya untuk membuktikan keefektifan model CORE.


(4)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Lukmanul Hakim. (2013). “Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013: Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 2013”. [Online]. Tersedia di http://www.academia.edu/5253890/Sistem_Penilaian_dalam_Kurikulum_20 13_Kajian_Dokumen. [30 Maret 2013].

Ahmadi, Abu dan Supriyono Widodo. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Akhadiah, Sabarti dkk. (1994). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna A. (2007). Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Peneliian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Emilia, Emi. (2011). Pendekatan Genre-Based dalam Pengajaran Bahasa Inggris: Petunjuk untuk Guru. Bandung: Rizki Press.

Hidayati, Nurul. (2012). Penerapan Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam Menulis Teks Berita: Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Sarjana pada FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Hipana, Wiwin. (2005). Penggunaan Model Jaring Laba-laba dalam Pembelajaran Menulis Karanagan Eksposisi (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas II SMP Daya Warga Bakti Bojongsoang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2004/2005). Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Jacob, C. (2005). Pengembangan Model CORE dalam Pembelajaran Logika dengan Pendekatan Reciprocal bagi Peserta didik SMA Negeri 9 Bandung dan SMA Negeri 1 Lembang. Laporan Piloting FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud.

Kerap, Gorys. (1981). Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah.

Khajar, Santi. (2012). Penerapan Teknik Peta Pikiran (MIND MAPPING) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi: Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta didik Kelas X MAN 3 Cirebon Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Sarjana pada FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung:


(5)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak diterbitkan.

Kosasih, Engkos. (2013). Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X (Jilid 1). Bandung: Erlangga.

Kumalasari, Ellisia. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Model CORE:

Volume 1, Tahun 2011. [Online].

http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/11/Ellisia-Kumalasari.pdf Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maryani, Ani. (2008). Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Wawancara Sebagai Upaya untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMAN 14 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhati, Yuli. (2009). Penerapan Metode Kolaborasi dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi dengan Fokus Penggunaan Kalimat Efektif (Studi Eksperimen pada Kelas X SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi FPBS UPI: tidak diterbitkan.

Putri, dkk. (2013). “Pengaruh Model Pembelajaran CORE Berbantuan

Lingkungan terhadap Keterampilan Berpikir Kritis IPA Siswa Kelas Iv Sd

Gugus I Kecamatan Negara”. [Online]. Tersedia:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=105420&val=1342. [03 November 2013].

Priatna, N. (2009). “Perbandingan Kompetensi Strategis Siswa SMP yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Model CORE dengan

Metode Ekspositoris: Jurnal Kependidikan No.2 vol.XXVIII, Tahun 2009”.

Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Robert C. Calfee, dkk. “Increasing Teachers‟ Metacognition Develops Students‟ Higher Learning during Content Area Literacy Instruction: Findings from the Write Cycle Project: Volume 19. Numer 2. Fall 2010”. [Online]. Tersedia: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ902679.pdf. [10 Desember 2013].

Semi, Atar. (2007). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung: Mugantra. Sitorus, Jonter Pandapotan. (2013). Meneroka Kesiapan Guru Bahasa Indonesia.

[Online]. Tersedia:

http://m.kompasiana.com/post/read/610412/3/meneroka-kesiapan-guru-bahasa-indonesia.html. [10 Februaru 2014].


(6)

Wenie Arsita, 2014

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING)

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Penelitian Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subana, dkk. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Syamsudin dan Damaianti. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syamsi, Kastam. (2012). Model Perangkat Pembelajaran Menulis Berdasarkan Pendekatan Proses Genre. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/211791658/Model-Perangkat-Pembelajaran-Menulis-Berdasarkan-Pendekatan-Proses-Genre-Oleh-Kastam-Syamsi. [10 Februari 2014].

Syariatu, Praviana. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Quantum dengan Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik) untuk Meningkatkan Kecakapan Siswa Kelas X-3 dalam Menulis Karangan Eksposisi. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tamalene, Hasita. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Model CORE melalui Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

The Liang Gie. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. (2012). Belajar dan Pembelajaran: Pengembang Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ruzz Media.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Zainurrahman. (2011). Menulis dari Teori hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme). Bandung: Alfabeta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 18 51

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/

0 6 70

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENERAPAN PEMBELAJARAN SOCRATES DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PROSES BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 17 Bandar Lampung Semester Genap Tahun P

0 16 42

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN UNTUK PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI SMA

11 136 87

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNTIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA (Studi Eksperimen Semu pada materi Ekosistem Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2014/2015)

11 36 64

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DI KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 14 60

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Profesional Guru terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Peserta Didik Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Ceper Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 14

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP BERORIENTASI PADA KECERDASAN LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI SMPMTs

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEDIA SITUS PERADABAN DUNIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

1 1 14