UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(Penelitian Tindakan Kelas anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi PG PAUD FIP UPI
Disusun oleh:
Ruth Hening Prasasti NIM. 0801502
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK
MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(Penelitian Tindakan Kelas anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013
Oleh:
Ruth Hening Prasasti
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi PG PAUD FIP UPI
© Ruth Hening Prasasti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh di perbanyak seluruhnya atau sebagian,
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(Penelitian Tindakan Kelas anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih Cimahi Tahun ajaran 2012-2013) Oleh :
Ruth Hening Prasasti 0801502
Disetujui Dan Disahkan Oleh : Pembimbing I
Dra.Masitoh, M.Pd 19480626 198011 2 001
Pembimbing II
Rita Maryana,M.Pd 19780308 2001 12 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi PG PAUD
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd 19600707 198601 2 001
(4)
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(Penelitian Tindakan Kelas anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013)
Oleh :
Ruth Hening Prasasti 0801502
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Penguji I Penguji II
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd Yeni Rachmawati, M.Pd
19600707 198601 2 001 19730308 200003 2 001
Penguji III Penguji IV
Leli Kurniawati, M.Mus Ira Rengganis, S.Pd., M.Sn
132252248 19800214 200813 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd 19600707 198601 2 001
(5)
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 – 2013 )
Oleh
Ruth Hening Prasasti 0801502
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang ditemukan di PAUD Tunas Kasih yaitu keterampilan anak yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan sebagian anak masih belum memahami informasi yang diberikan. Permasalahan tersebut dituangkan kedalam rumusan masalah yaitu: 1)Bagaimana kondisi objektif keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih?, 2)Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih?, 3)Apakah terdapat peningkatan keterampilan anak dalam menyimak setelah penerapan metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD pada anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih?. Penelitian ini memliki tujuan yaitu, untuk memperbaiki pembelajaran di PAUD dalam meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah murid PAUD Tunas Kasih kelompok B dengan jumlah murid 21 anak yang bertempat di Jalan Gatot Subroto No.24. Menurut analisis penulis keterampilan menyimak anak mengalami peningkatan setelah dilakukan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Anak–anak mulai menunjukkan adanya peningkatan dalam
kemampuan menyimak terbukti dengan anak mendengarkan cerita, anak tidak melakukan aktivitas yang mengganggu, anak dapat menyimpulkan cerita secara sederhana, anak dapat menirukan kembali perkataan tokoh cerita, anak menilai baik atau buruk dari tokoh cerita, anak dapat menyebutkan pesan cerita Rangkaian uraian diatas penulis berharap penelitian ini dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh guru kelas agar perkembangan bahasa anak khususnya keterampilan menyimak anak dapat berkembang dengan baik.
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……… i
UCAPAN TERIMA KASIH……….. ii
ABSTRAK………... iii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GRAFIK……… viii
DAFTAR LAMPIRAN……… ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian……… 5
C. Tujuan Penelitian……… 5
D. Manfaat Penelitian………. 5
E. Asumsi Penelitian……….. 6
F. Definisi Operasional Variabel………... 7
G. Sistematika Penulisan ……….. 8
BAB II. KAJIAN TEORI A. Pengertian Keterampilan Berbahasa……… 10
B. Keterampilan Menyimak ……… 10
1. Tahapan Dalam Menyimak………... 11
2. Proses Menyimak……….. 13
3. Fungsi Menyimak……… 14
4. Tujuan Menyimak……… 16
5. Jenis–Jenis Menyimak………... 17
C. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif……… 18
(7)
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD……… 21
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD……….. 21
BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Dan Pendekatan………... 24
B. Prosedur Penelitian ……….. 25
C. Pengolahan Dan Analisis Data………. 28
D. Lokasi Dan Subjek Penelitian ………. 30
E. Instrumen Penelitian……….. 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 34
1. Deskripsi umum dan profil PAUD Tunas Kasih ………. 34
2. Kondisi objektif kemampuan menyimak anak kelompok B sebelum diterapkan metode kooperatif tipe STAD di PAUD Tunas Kasih………. 38
3. Langkah–langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran kooperatif……… 41
tipe STAD B. Pembahasan……… 54
1. Kondisi objektif keterampilan menyimak anak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih Tahun ajaran 2012-2013……….. 54
2. Langkah–langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan menyimak anak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 –2013………. 54
3. Peningkatan Keterampilan Menyimak Setelah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B di PAUD Tunas Kasih Tahun Ajaran 2012 – 2013………. 56
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………... 59
(8)
B. Rekomendasi ………. . 60
DAFTAR PUSTAKA……… 62
LAMPIRAN
(9)
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2 ………. 40
Grafik IV.4 ……… 46
Grafik IV.6 ……… 52
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 ……… 30
Tabel IV.1 ……… 38
Tabel IV.3 ……… 42
Tabel IV.5 ……… 48
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Kegiatan Harian
2. Catatan Lapangan
3. Lembar Penilaian Anak
4. Surat Keterangan Penelitian di PAUD Tunas Kasih Cimahi
5. Foto Kegiatan di PAUD Tunas Kasih Cimahi
6. Data Bimbingan Skripsi
7. Surat Keterangan Penelitian
8. Lembar Judgement Instrumen
9. Surat Keputusan Judul Skripsi Dan Dosen Pembimbing I Dan II
10.Daftar Perbaikan Skripsi
(12)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari–hari. Dengan bahasa setidaknya setiap orang akan mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan aktivitas berpikir dan persaannya yang dapat dipahami dam dimaknai bersama oleh oleh orang yang mendengarkannya. (Yusuf, 2000)
Pendidikan bahasa untuk anak merupakan upaya sadar dalam meningkatkan kemampuan bahasa bagi anak, agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya (Somantri, 2000)
Santrock (2002) mengungkapkan bahwa masa anak–anak merupakan masa periode penting untuk belajar bahasa, jika pengenalan bahasa tidak dilakukakan sebelum masa remaja maka seumur hidup anak akan mengalami ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik. Untuk itu pengenalan bahasa pada anak sejak usia dini dapat membantu anak untuk memperoleh keterampilan bahasa yang lebih baik. (Adamson; schegloff dalam santrock, 2002)
Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya
(13)
2
dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Pada masa-masa awal pertumbuhan hingga usia sekolah, kemampuan berbahasa yang dimiliki anak tidak bisa berkembang sendiri. Anak belum mengerti apa yang harus dilakukan apalagi berkreasi sendiri untuk memunculkan potensi dalam dirinya. Kemampuan dasar ini harus mendapat banyak stimulus dari luar, terutama dari orang tua dan sekolah.
Roskos (2000) telah mencoba menarik kesimpulan konstruktif antara kekuatan bahasa yang diperoleh dari kegiatan membaca, menulis dan bermain. Bahasa adalah energi dalam berbicara, yang dapat diperoleh dari kegiatan bermain dan melek huruf, ini adalah proses mental di antara aktivitas yang terkait dengan masing-masing kegiatan keaksaraan lain.
Bahasa mencakup dasar-dasar dalam berinteraksi, menceritakan peristiwa, nama dan benda. Dalam kegiatan membaca, anak-anak menggunakan bahasa untuk mewujudkan potensi dan tujuan dari bahasa itu sendiri. Mereka juga sudah melakukan aktualisasi adalah penting dalam penggunaan bahasa seperti keterampilan komunikasi dasar ekspresi oral (mengatakan), mengatakan (menceritakan), dan menjelaskan. Kemampuan ini dijabarkan ke dalam konteks yang kaya dalam berbicara, dikembangkan secara dinamis dalam menggunakan bahasa dengan cara yang membangun proses dan keterampilan dalam proses keaksaraan.
Kemampuan berbahasa itu penting bagi anak anak usia dini. Anak menerima bahasa dengan baik apabila anak mampu menyimak perkataan orang lain atau guru, mengerti beberapa perintah yang diberikan guru, dan memahami aturan dalam suatu permainan atau kegiatan yang diberikan oleh guru di kelas. Selain itu mereka juga mempunyai perbendaharaan kata yang relative luas untuk anak seusianya Permendiknas 58 (2009)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W. J. S. Poerwadarminta 1982 : 847) Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan apa yang diucapkan orang). Menyimak adalah latihan mendengarkan baik-baik.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Guntur Tarigan,1987:28).
(14)
3
“Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya” (Tarigan, 1991:4).
“Menyimak sebagai proses mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi” (Anderson dalam Tarigan, 1987:28).
Keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan bahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahuai bagaimana penyimak memahami dan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersirat , sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat itu.
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18) Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Tarigan; 1991: 4). “Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. (Tarigan: 1983). Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994:27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.
(15)
4
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. (Sabarti –at all: 1992).
Menurut Subyakto (2005 : 21), proses menyimak dari anak usia dini memerlukan sejumlah kemampuan sebagai berikut :
“ Setiap anak yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Pada saat menyimak menangkap bunyi bahasa, anak harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian, bunyi yang ditangkap perlu di indetifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik, banyak yang sudah di indentifikasi itu, harus di indentifikasi dan di pahami maknanya, dalam hal ini anak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non linguistik, makna yang sudah di indentifikasi dan dipahami harus pula di telaah, di kaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dialami anak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi, melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan menanggapi isi bahan
simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.”
Rangkaian urutan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis dan menyimak adalah sesuai dengan tahap perkembangan bahasa anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya, untuk itu melalui bercerita guru diharapkan memahami gaya belajar anak baik individual maupun secara kelompok dengan mengembangkan pembelajaran terpadu dan tematik yang berpusat pada anak.
Berdasarkan Hasil pengamatan awal di PAUD Tunas Kasih kelas B, ditemukan permasalahan dalam perkembangan bahasa yaitu masih rendahnya kemampuan anak dalam menyimak . Anak tidak memperhatikan dan mendengarkan guru saat kegiatan sehingga proses pembelajaran tidak berjalan optimal. Pada saat guru menjelaskan kegiatan , beberapa anak mengobrol dengan temannya atau tidak memperhatikan guru dengan memainkan tangan atau kakinya. Selain itu kegiatan yang dilakukan guru lebih kepada pemberian tugas seperti menempel, mewarnai, dan sebagainya, sementara latihan untuk menyimak tidak dikembangkan. Setelah melakukan refleksi awal dengan guru kelas, disepakati sebagai solusi
(16)
5
menggunakan metode Kooperatif tipe STAD. Berdasarkan permasalahan di atas yang berkembang, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada UPAYA MENINGKATKAN
KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.
B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian
Secara umum penelitian ini memfokuskan kepada masalah tentang bagaimana meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Secara khusus maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 - 2013 ?
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan
keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 - 2013?
3. Apakah terdapat peningkatan keterampilan anak dalam menyimak setelah penerapan metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD pada anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 - 2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi objektif keterampilan anak dalam menyimak anak usia pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 - 2013.
2. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 - 2013.
3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan anak dalam menyimak setelah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada anak kelompok B di PAUD Tunas Kasih tahun ajaran 2012 – 2013
(17)
6
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk anak
a. Dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki pembendaharaan kata yang cukup banyak.
b. Dapat menceritakan kembali cerita/informasi yang pernah didengar.
c. Mempengaruhi cara berfikir dan perilaku anak karena anak senang mendengarkan.
d. Dapat memberi keuntungan baik pada anak Taman kanak – kanak untuk bekerja sama menyelesaikan tugas.
e. Dapat mengembangkan keterampilan menyimak
2. Untuk Guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran pada guru sebagai fasilitator untuk berupaya
meningkatkan kecerdasan bahasa anak usia taman kanak – kanak dalam penggunaan
metode pembelajaran kooperatif.
b. Dapat memberikan informasi tentang lingkungan yang memang perlu diketahui oleh
anak.
3. Untuk Sekolah
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi lembaga agar dapat meningkatkan dan mengembangkan perkembangan anak khususnya dalam perkembangan bahasa anak.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (dari pendapat ahli atau hasil penelitian)
1. Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahui bagaimana penyimak
memahami dan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersirat , sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat itu.(
Sriyono : 2009 )
2. Bahasa adalah semua bentuk yang dipergunakan dalam proses penyampaian berita, atau
(18)
7
3. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
4. Tim siswa kelompok prestasi atau Student Team Achievement Divisions (STAD) jenis pembelajaran kooperatif ini yang paling sederhana siswa dikelompokkan tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen. Materi dirancang untuk belajar kelompok. Siswa berkerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama–sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya.( Slavin 2009:143)
F. Definisi Operasional Variabel
a. Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Proses menyimak melalui tahapan-tahapan yaitu :
1. Tahap Mendengar
Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraan. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.
2. Tahap Memahami
Setelah kita mendengarkan maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami apa yang disampaikan oleh pemberi pesan. Memahami ( KBBI, 1996 : 714 ) “ mengerti benar akan; mengetahui benar”. Pada tahap ini, ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami apa yang disampaikan oleh pemberi pesan. 3. Tahap Menginterpretasi
penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan
(19)
8
isi, butir–butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu; dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting
4. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami dan dapat menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara. Dimana keunggulan dan kelemahanya, dimana kebaikan dan keburukannya inilah yang dinamakan tahap evaluasi.
5. Tahap Menanggapi
Pada tahap terakhir dari kegiatan menyimak adalah tahap menaggapi. Penyimak menyambut, mencamkan , dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaranya, lalu penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi
b. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pemebelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:
a) Pengajaran
b) Kerja kelompok terdiri dari 4-5 anak c) Tes/kuis
d) Peningkatan skor individu/skor perkembangan
e) Penghargaan kelompok.
G. Sistematika Penulisan
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian
(20)
9
E. Asumsi Penelitian
F. Definisi Operasional Variabel. G. Sistematika Penulisan
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Keterampilan Berbahasa
B. Pengertian Keterampilan Menyimak
C. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
D. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian
B. Lokasi Dan Subjek Penelitian C. Langkah – Langkah Penelitian D. Instrument Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisa Data
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A.Deskripsi hasil penelitian
B.Pembahasan
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan
B.Rekomendasi
(21)
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilakukan dan dilaksanakan oleh guru serta mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan. Oleh karna itu penelitian ini akan menggunakan penelitian tidakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelas bekerja sama dengan peneliti yang menekankan pada proses pembelajaran Arikunto, (2006 : 57)
Atmadinanta (2005 : 52) mengemukakan bahwa tujuan PTK adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran dengan sasaran akhir, yaitu memperbaiki cara belajar anak. Dengan PTK diharapkan keterampilan guru dalam menguasai permasalahan yang di hadapi di dalam kelas akan semakin meningkat.
Menurut Mc Niff (Arikunto 2008 : 106) bahwa dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan, sementara menurut Borg (Arikunto 2008 : 107), tujuan utama penelitiaan tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan proses pembelajaran yang di hadapi guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk mencapai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan. Pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualiatas proses dan hasil pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas yaitu dapat membantu guru dalam memecahkan masalah serta solusi seputar pembelajaran. Sesuai dengan karekteristik penelitian tindakan kelas yaitu, masalah yang diangkat adalah masalah yang dihadapi guru di kelas, dilakukan secara kolaboratif serta adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif. Menurut Syaodih (2005 :60) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang di tujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, social, sikap,
(22)
25
B. Prosedur Penelitian
Kemmis dan Mc Tagagart (Wiriatmaja, 2005 : 66-67) menjelaskan bahwa prosedur penelitian tindakan kelas dipandang sebagai siklus spiral yang tedriri dari komponen perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang selanjutnya akan diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Siklus akan dilaksanakan secara terus menerus sampai peneliti menemukan solusi yang bisa merubah proses pembelajaran ke arah yang lebih baik sehingga permasalahan yang terjadi dapat diatasi dan di selesaikan secara optimal.
Berdasarkan pandangan di atas, alasan peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yaitu dengan maksud melakukan upaya perbaikan dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak dalam bidang perkembangan bahasa melalui metode pembelajaran kooperatif .
Penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengembangan kemampuan menyimak pada anak melalui metode pembelajaran kooperatif, dilakukan empat tahap yaitu : tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Prosedur penelitian tindakan kelas digunakan untuk memperoleh data tentang proses dan hasil yang dicapai pada penelitian ini yang akan dilakukan melalui beberapa tahapan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi . Adapun rencana penelitian tindakan kelas sebagai berikut pada gambar III .1:
(23)
26
Bagan III.1
Rencana Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan : 1. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, menapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti menentukan focus pristiwa yang perlu diamati. Secara terinci tahapan perencanaan meliputi kegiatan :
a) Mengidentifikasi dan menganalisa masalah; tindakan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan PAUD Tunas Kasih Cimahi kegiatan pembelajaran yang
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan Siklus II
Refleksi
Perencanaan Pengamatan
Refleksi Siklus I Pelaksanaan
Jika, siklus kedua peneliti belum merasa puas, dapat melanjutkan ke siklus
(24)
27
b) Membuat rincian tindakan; perencanaan yaitu membuat rencana tindakan penelitian yang akan di lakukan dalam pembelajaran penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan dilakukan secara kolaborasi dengan guru, meliputi kajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran yakni kemampuan yang harus dicapai anak, merumuskan tema dan kegiatan yang akan dijadikan pembelajaran dalam pengembangan keterampilan menyimak anak, merumuskan media dan metode,membuat rencana kegiatan harian ( RKH ) mempersiapkan format observasi dan evaluasi.
2. Pelaksanaan dan Pengamatan.
Tahap ini merupakan kegiatan nyata pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD di PAUD Tunas Kasih Cimahi yang dilakukan berdasarkan rencana yang disepakati sebelumnya antara peneliti dengan mitra peneliti (Guru). Pelaksanaan tindakan ini berlangsung selama dua kali siklus pembelajaran, selain itu
pada tahap ini dilakukan juga kegiatan mengamati, mengenali sambil
mendokumentasikan (mencatat dan merekam/foto) terhadap proses hasil, pengaruh dan masalah yang baru muncul selama penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang akan dilakukan. Pengamatan ini sebetulnya bisa dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tidakan berlangsung.
3. Refleksi.
Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap tindakan yang dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan evaluasi untuk memperbaiki tindakan berikutnya. Sebagaimana di ungkapkan oleh Hopkins (Arikunto, 2008 : 80) bahwa refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Kegiatan di atas menjadi siklus yang akan terus dilakukan sehingga pengembangan dalam keterampilan menyimak dengan menggunakan metode
(25)
28
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Di bawah ini menunjukkan siklus yang akan dilalui selama penelitian.
C. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah melakukan kegiatan penelitian selesai, maka perlu menganalisis data dengan menggunakan anlisis data secara kualitatif yang berupa data hasil obeservasi, dokumen sebgai sumber data dan catatan lapangan.
1. Pengumpulan Data a. Observasi
Ialah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Adapun ketentuan observasi anak untuk mengetahui keberhasilan menyimak pada tiap item, peneliti mengambil teori penilaian dari petunjuk pedoman penilaian taman kanak– kanak.
b. Dokumen sebagai sumber data
Ada macam–macam dokumen yang dapat membantu dalam pengumpulan data
penelitian yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, misalnya:
1. Rekaman foto , slide, tape, radio
Gambar–gambar foto, cuplikan, rekaman tape atau slides, adalah alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa–peristiwa penting/khusus yang terjadi, atau ilustrasi dari episode tertentu, alat–alat elektronik ini dapat digunakan untuk membantu mendeskripsikan yang terjadi selain itu rekaman , foto, slide, tape juga berguna juga dalam wawancara, baik untuk memulai topik pembicaraan, maupun untuk mengingatkan agar tidak menyimpang pada saat wawancara.
2. Catatan harian/lapangan
Guru mempunyai buku harian siswa, catatan mereka dapat juga menjadi sumber informasi tentang apa yang mereka alami dalan peneltian.
(26)
29
Catatan tidak hanya melaporkan kejadian lugas sehari–hari, melainkan juga mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya berpartisipasi di dalam penelitian. Kejadian khusus, percakapan, intropeksi perasaan, sikap, motivasi, pemahaman waktu bereaksi terhadap sesuatu, kondisi, kesemuannya akan membantu merekonstruksikan apa yang terjadi waktu itu.
2. Validasi data
Ketika peneliti akan memulai mengumpulkan data, konsep validitas dan rehabilitas intrumen (maupun data) harus terus diingat. Berikut strategi untuk meningkatkan validasi menurut lather (Arikunto, 2012).
1. Member check, yaitu , peneliti mengecek/menilai kebenaran suatu data temuan
penelitian. Data atau informasi diperoleh melalui diskusi dengan guru setiap akhir pelaksanaan tindakan.
2. Triangulation (triangulasi), proses melakukan pengecekan kebenaran data dengan
mengkorfirmasi data atau informasi yang lainnya melalui sumber–sumber yang lain dengan guru pendamping.
3. Audit trail, yaitu proses mengecek kebenaran hasil penelitian dengan mendiskusikan
dengan teman sejawat.
4. Expert opinion ,melakukan pengecekan data atau hasil temuan penelitian kepada
para ahli yang professional dalam pembelajaran bahasa yaitu dosen pembimbing.
3. Analisis Data
Analisis merupakan usaha untuk memilih, memilah, membuang menggolongkan, serta menyusun data untuk memberikan makna terhadap temuan penelitian yang telah dilakukan melalui pembelajaran di kelas. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru–guru untuk dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Analisis data ini digunakan secara kualitatif dan data yang diperoleh tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk deskriptif.
(27)
30
D. Lokasi dan subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak kelompok B yang berjumlah 22 anak. Dan lokasi penelitiannya adalah di PAUD Tunas Kasih Yayasan Badan Pendidikan Kristen Pasundan yang beralamat Jalan Gatot Subroto No. 24 Cimahi.
E. Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi data hasil observasi, catatan dilapangan, wawancara dan dokumentasi. Dalam mengumpulkan data–data
penulis melakukan perekaman fakta melalui instrument untuk melihat
perkembanganperubahan yang terjadi selama proses pembelajaran. Berikut ini disajikan instrument penelitian yang akan dilakukan dalam tabel berikut :
Tabel Kisi – Kisi Instrument III.1
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN ANAK DALAM MENYIMAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Variabel Aspek Item
Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Komponen pembelajaran
A. Perencanaan Materi
pembelajaran/ memilih cerita yang menarik bagi anak.
B. Pemilihan media/sumber
pembelajaran
menggunakan laptop/ tape/buku cerita. Studi dokumentasi Guru Dokumentasi perencanaan
A. Silabus yang digunakan B. Rencana kegiatan harian.
(28)
31 Metode Pembelajar-an Kooperatif tipe STAD Aktivitas Guru
A. Mengatur formasi duduk
di karpet.
B. Mengkondisikan anak
sebelum mendengarkan cerita.
C. Menanyakan kepada anak
sekilas tentang cerita yang telah didengar.
D. Mengatur posisi duduk
anak menjadi berkelompok
E. Memberikan pertanyaan
kepada masing–masing kelompok tentang cerita yang sudah didengarkan.
F. Memberikan reward dan
penilaian kepada masing– masing kelompok yang dapat menjawab dengan benar.
G. Mengulang pertanyaan
yang sudah diberikan pada saat kegiatan
berkelompok kepada masing-masing anak.
H. Memberikan reward dan
penilaian kepada masing– masing anak.
(29)
32
Aktivitas Anak
A. Anggota Kelompok
dapat secara aktif
menjawab pertanyaan dari guru mengenai cerita yang yang telah diberikan.
B. Anggota kelompok
memahami cerita
C. Anggota kelompok saling
membantu menjawab pertanyaan
Keterampilan Menyimak
Mendengarkan A. Mendengarkan guru
bercerita/media audio visual/kaset pada saat diputar.
B. Anak tidak melakukan
aktivitas yang mengganggu
Observasi Anak
Memahami Anak dapat menyimpulkan
secara sederhana isi cerita.
Menginterpretasi Anak dapat
mengulangi/menyebutkan atau menirukan kembali perkataan/suara tokoh cerita.
(30)
33
atau buruk dari tokoh cerita
Menanggapi Anak dapat menyebutkan
(31)
59
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Upaya meningkatkan keterampilan anak dalam
menyimak pada kelompok B melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD “ yang
dilaksanakan di PAUD Tunas Kasih Jalan Gatot Subroto no.24 Cimahi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi objektif keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih sudah dilakukan, namun dilakukan dengan cara kegiatan rutin seperti pembiasaan, bercakap–cakap, Tanya jawab, dan pesan berantai 4-5 urutan kata, melakukam 3–5 perintah secara berurutan, sehingga keterampilan menyimak anak pada kelas B di PAUD Tunas Kasih masih kurang. Sehingga perlu distimulus dengan kegiatan bercerita. Dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran kemudian menuturkannya kembali denagn tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
2. Langkah–langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak yaitu pada tahap awal pada siklus I dan II, pengembangan kemampuan menyimak dilakukan dengan metode pembelajaran tipe STAD yaitu dengan menyusun perencanaan terlebih dahulu seperti menyusun RKM dan RKH. Masuk dalam kegiatan di kelas setelah berdoa dan
bernyanyi anak–anak duduk dengan membentuk setengah lingkaran. Cerita
dibacakan, setelah cerita selesai dibacakan anak–anak di beri kesempatan untuk mengulas lagi cerita secara sederhana dan menjawab pertanyaan beberapa dari peneliti, pada siklus I dan II ini secara individual anak–anak sebagian besar belum
(32)
60
selesai peneliti memberikan arahan untuk masuk ke kelompok dan mencatat nama kelompok beserta nama–nama anak yang ada di masing–masing kelompok, Peneliti memberikan arahan bahwa kelompok tersebut tidak boleh berubah pada saat ada kegiatan cerita selanjutnya, anak–anak pun paham dan guru mulai memberikan pertanyaan ulangan sama seperti pertanyaan yang sudah diberikan pada saat kegiatan klasikal namun pertanyaan ini di jawab dalam kelompok yang di tunjuk sebagai juru bicara sedangkan anak–anak yang ada di kelompok masing–masing membantu menjawab pertanyaan dan mengulas kembali dari awal sampai akhir.
3. Setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD anak–anak anak mengalami peningkatan dalam keterampilan menyimak terbukti pada siklus 1 dan siklus II, anak–anak mulai menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan menyimak terbukti dengan anak mendengarkan cerita, anak tidak melakukan aktivitas yang mengganggu, anak dapat menyimpulkan cerita secara sederhana, anak dapat menirukan kembali perkataan tokoh cerita, anak menilai baik atau buruk dari tokoh cerita, anak dapat menyebutkan pesan cerita. Pada pelaksanaan siklus I, hasil persentase yang tergolong anak yang belum berkembang (BB/1) tidak ada, anak yang mulai berkembang (MB/2) adalah 13%, anak yang berkembang sesuai harapan (BSH/3) adalah 75%, dan anak yang berkembang sangat baik (BSB/4) adalah 12%, ini membuktikan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD baik digunakan dalam pembelajaran bahasa khususnya menyimak. Pada pelaksanaan siklus II, mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini terlihat dari hasil persentase yang tergolong anak yang belum berkembang (BB/1) tidak ada, anak yang mulai berkembang (MB/2) adalah 2%, anak yang berkembang sesuai harapan (BSH/3) adalah 82%, dan anak yang berkembang sangat baik (BSB/4) adalah 16%.
B. Rekomendasi
Melalui hasil penelitian, ada beberapa rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan oleh pihak sekolah yang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini. Adapun rekomendasi tersebut ditunjukkan kepada :
(33)
61
1. Sekolah
a. Sekolah sebaiknya memberikan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan sekolah berkaitan dengan pendidikan anak usia dini.
b. Pihak sekolah sebaiknya mempunyai kerjasama dengan orang tua untuk
mengembangkan perkembaangan bahasa pada anak usia dini disekolah dan pihak sekolah memantau sebagaimana pekembangannya.
2. Guru
a. Sebaiknya guru menjadi fasilitator yang baik agar kegiatan pembelajaran bagi anak tidak monoton dan tidak membosankan bagi anak .
b. Perlu adanya inovasi yang lebih kreatif untuk metode yang digunakan guna menunjang kegiatan pembelajaran khususnya untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini.
3. Peneliti Selanjutya.
Penelitian yang sudah dilakukan ini membuktikan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ini meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak, dan bermanfaat bagi guru kelas untuk lebih mengembangkan metode– metode pembelajaran, untuk itu bagi peneliti selanjutnya berikan inovasi yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak usia dini, agar anak lebih memahami kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas selain itu dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang ada di kelas.
(34)
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Suhardjono, dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Brata, M. (2012). Keterampilan Menyimak. [Online]. Tersedia: http://mbahbrata-
edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html. [11 mei 2012] BSNP. (2009). Permen Standar PAUD Formal Dan Non Formal. Jakarta: Depdiknas
Cooper, C. Halsey, Laurent, dan Sullivan, K. (2009). Ensiklopedia Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Dhieni, dkk. (2007). Metode pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Hermawan, Herry. (2012). Menyimak Keterampilan Berkomunikasi Yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hurlock, Elizabeth. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan . Jakarta: Erlangga
Hutagulung, Michael. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif [Online]. Tersedia: http:/tutor.com. Karakter STAD.html.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang –
ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Poerwadarminta, W.J.S. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Slavin, Robert. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media Solihatin. (2011). Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pada Anak TK Melalui Metode
Mendongeng. Bandung. Skripsi. UPI.
Subyakto. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Menyimak Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas Suhendar dan Supinah. (1997). Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan
Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya
(35)
63
Tarigan,H Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan,H Guntur. (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Tidak diterbitkan
W. Santrock, J. (2002). Alih Bahasa Juda Darmanik Dan Achmad Chuasairi. Perkembangan
Masa Hidup Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Wiriaatmadja, Rochiati. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya Yusron, Nurlita. (2010). Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media
Yusuf, Samsyu LN. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya
(1)
atau buruk dari tokoh cerita
Menanggapi Anak dapat menyebutkan isi atau pesan dari cerita.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Upaya meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD “ yang dilaksanakan di PAUD Tunas Kasih Jalan Gatot Subroto no.24 Cimahi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi objektif keterampilan anak dalam menyimak pada kelompok B di PAUD Tunas Kasih sudah dilakukan, namun dilakukan dengan cara kegiatan rutin seperti pembiasaan, bercakap–cakap, Tanya jawab, dan pesan berantai 4-5 urutan kata, melakukam 3–5 perintah secara berurutan, sehingga keterampilan menyimak anak pada kelas B di PAUD Tunas Kasih masih kurang. Sehingga perlu distimulus dengan kegiatan bercerita. Dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran kemudian menuturkannya kembali denagn tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
2. Langkah–langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak yaitu pada tahap awal pada siklus I dan II, pengembangan kemampuan menyimak dilakukan dengan metode pembelajaran tipe STAD yaitu dengan menyusun perencanaan terlebih dahulu seperti menyusun RKM dan RKH. Masuk dalam kegiatan di kelas setelah berdoa dan bernyanyi anak–anak duduk dengan membentuk setengah lingkaran. Cerita dibacakan, setelah cerita selesai dibacakan anak–anak di beri kesempatan untuk mengulas lagi cerita secara sederhana dan menjawab pertanyaan beberapa dari peneliti, pada siklus I dan II ini secara individual anak–anak sebagian besar belum memahami isi cerita dan menyimak cerita. Kemudian setelah kegiatan secara klasikal
(3)
selesai peneliti memberikan arahan untuk masuk ke kelompok dan mencatat nama kelompok beserta nama–nama anak yang ada di masing–masing kelompok, Peneliti memberikan arahan bahwa kelompok tersebut tidak boleh berubah pada saat ada kegiatan cerita selanjutnya, anak–anak pun paham dan guru mulai memberikan pertanyaan ulangan sama seperti pertanyaan yang sudah diberikan pada saat kegiatan klasikal namun pertanyaan ini di jawab dalam kelompok yang di tunjuk sebagai juru bicara sedangkan anak–anak yang ada di kelompok masing–masing membantu menjawab pertanyaan dan mengulas kembali dari awal sampai akhir.
3. Setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD anak–anak anak mengalami peningkatan dalam keterampilan menyimak terbukti pada siklus 1 dan siklus II, anak–anak mulai menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan menyimak terbukti dengan anak mendengarkan cerita, anak tidak melakukan aktivitas yang mengganggu, anak dapat menyimpulkan cerita secara sederhana, anak dapat menirukan kembali perkataan tokoh cerita, anak menilai baik atau buruk dari tokoh cerita, anak dapat menyebutkan pesan cerita. Pada pelaksanaan siklus I, hasil persentase yang tergolong anak yang belum berkembang (BB/1) tidak ada, anak yang mulai berkembang (MB/2) adalah 13%, anak yang berkembang sesuai harapan (BSH/3) adalah 75%, dan anak yang berkembang sangat baik (BSB/4) adalah 12%, ini membuktikan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD baik digunakan dalam pembelajaran bahasa khususnya menyimak. Pada pelaksanaan siklus II, mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini terlihat dari hasil persentase yang tergolong anak yang belum berkembang (BB/1) tidak ada, anak yang mulai berkembang (MB/2) adalah 2%, anak yang berkembang sesuai harapan (BSH/3) adalah 82%, dan anak yang berkembang sangat baik (BSB/4) adalah 16%.
B. Rekomendasi
Melalui hasil penelitian, ada beberapa rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan oleh pihak sekolah yang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini. Adapun rekomendasi tersebut ditunjukkan kepada :
(4)
1. Sekolah
a. Sekolah sebaiknya memberikan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan sekolah berkaitan dengan pendidikan anak usia dini.
b. Pihak sekolah sebaiknya mempunyai kerjasama dengan orang tua untuk mengembangkan perkembaangan bahasa pada anak usia dini disekolah dan pihak sekolah memantau sebagaimana pekembangannya.
2. Guru
a. Sebaiknya guru menjadi fasilitator yang baik agar kegiatan pembelajaran bagi anak tidak monoton dan tidak membosankan bagi anak .
b. Perlu adanya inovasi yang lebih kreatif untuk metode yang digunakan guna menunjang kegiatan pembelajaran khususnya untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini.
3. Peneliti Selanjutya.
Penelitian yang sudah dilakukan ini membuktikan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ini meningkatkan keterampilan anak dalam menyimak, dan bermanfaat bagi guru kelas untuk lebih mengembangkan metode– metode pembelajaran, untuk itu bagi peneliti selanjutnya berikan inovasi yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak usia dini, agar anak lebih memahami kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas selain itu dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang ada di kelas.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Suhardjono, dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Brata, M. (2012). Keterampilan Menyimak. [Online]. Tersedia: http://mbahbrata-
edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html. [11 mei 2012] BSNP. (2009). Permen Standar PAUD Formal Dan Non Formal. Jakarta: Depdiknas
Cooper, C. Halsey, Laurent, dan Sullivan, K. (2009). Ensiklopedia Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Dhieni, dkk. (2007). Metode pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Hermawan, Herry. (2012). Menyimak Keterampilan Berkomunikasi Yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hurlock, Elizabeth. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . Jakarta: Erlangga
Hutagulung, Michael. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif [Online]. Tersedia: http:/tutor.com. Karakter STAD.html.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang – ruang Kelas. Jakarta: Grasindo
Poerwadarminta, W.J.S. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Slavin, Robert. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media Solihatin. (2011). Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pada Anak TK Melalui Metode
Mendongeng. Bandung. Skripsi. UPI.
Subyakto. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Menyimak Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas Suhendar dan Supinah. (1997). Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak dan
Keterampilan Berbicara. Bandung: Pionir Jaya
(6)
Tarigan,H Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan,H Guntur. (2008). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Tidak diterbitkan
W. Santrock, J. (2002). Alih Bahasa Juda Darmanik Dan Achmad Chuasairi. Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Wiriaatmadja, Rochiati. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya Yusron, Nurlita. (2010). Colaborative Learning. Bandung: Nusa Media
Yusuf, Samsyu LN. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya