PERAN PENGELOLAAN DANA ZIS DALAM STABILI

PERAN PENGELOLAAN DANA ZIS DALAM STABILITAS SISTEM KEUANGAN NASIONAL (Studi pada pengelolaan dana ZIS di Rumah Zakat)

Priyanka Permata Putri, S.Pd

Abstrak

Rumah Zakat (RZ) mempunyai peran dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional dalam sektor sosial melalui penyaluran dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) yang dihimpun dari donatur dalam maupun luar negeri yang sasarannya yaitu golongan berpendapatan rendah sebagai pemberian dukungan kepada pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pengelolaan dana ZIS melalui RZ dalam stabilitas sistem keuangan nasional. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder.

Hasil dari penelitian ini yaitu RZ sebagai lembaga filantropi mempunyai peran dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional melalui dana ZIS yang dihimpun dari para donatur yang disalurkan dalam bentuk program pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan dana ZIS yang efektif dan efisien serta sesuai syari’ah menambah jumlah dana ZIS dan penerima layanan manfaat melalui berbagai program. Realisasi dana ZIS ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat yang membutuhkan dengan menciptakan SDM berkualitas dan religius melalui program bidang pendidikan, menekan pengeluaran dana penyembuhan penyakit melalui program layanan kesehatan gratis RZ bagi keluarga miskin, membangun masyarakat mandiri dan sejahtera melalui program kewirausahaan RZ, serta menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih melalui program kelestarian lingkungan. Berbagai upaya tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi sehingga stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga.

Kata Kunci : pengelolaan zakat, ZIS, sistem keuangan, stabilitas sistem keuangan, Rumah Zakat, ekonomi.

I. PENDAHULUAN

A. Stabilitas Sistem Keuangan Nasional

Sistem menurut Mulyadi (2010 : 2) yaitu sekelompok unsur yang erat hubungan satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem terdiri dari unsur-unsur terpadu dan terintegrasi. Unsur-unsur terpadu dan terintegrasi ini merupakan bagian dari pengertian prosedur.

Sedangkan Sistem keuangan merupakan serangkaian prosedur yang memfasilitasi pembayaran dan penyaluran kredit. Sistem keuangan memungkinkan pertukaran ekonomi dan pengalokasian sumber daya yang ada menjadi efektif dan efisien. Adapun komponen yang termasuk ke dalam sistem keuangan adalah sebagai berikut :

1. Pasar keuangan ( financial market ), sebagai tempat pertukaran kontrak kegiatan pertukaran ekonomi antara pembeli dan penjual.

2. Lembaga keuangan ( financial institutions ), sebagai lembaga atau badan yang menyediakan jasa keuangan dan menjadi penengah pelaku ekonomi yang terlibat.

3. Sistem pembayaran ( payment system ), sebagai serangkaian prosedur yang mengatur transaksi keuangan yang terjadi antarpelaku ekonomi. Jika salah satu komponen dari sistem keuangan mengalami penurunan nilai atau tidak

berfungsi dengan baik, sistem keuangan dapat menjadi tidak stabil dan tidak beroperasi optimal dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien. Beberapa jenis risiko dalam sistem keuangan bisa berupa risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Kurangnya identifikasi risiko dapat menimbulkan potensi ancaman terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK).

Secara umum, sistem keuangan yang tidak stabil dapat mengakibatkan timbulnya beberapa kondisi yang tidak menguntungkan, seperti :

1. Transmisi kebijakan moneter tidak berfungsi secara normal sehingga kebijakan moneter menjadi tidak efektif.

2. Fungsi intermediasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya akibat alokasi dana yang tidak tepat sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

3. Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya akan diikuti dengan perilaku panik para investor untuk menarik dananya, sehingga mendorong terjadinya kesulitan likuiditas.

4. Tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik. Sedangkan stabilitas sistem keuangan Menurut Schinasi (2004) dapat dianggap sebagai

kemampuan sistem keuangan untuk : (a) memfasilitasi, tidak hanya dalam hal efisiensi alokasi seluruh sumber daya melainkan juga dalam hal efektivitas proses ekonomi lainnya (seperti akumulasi kekayaan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial), (b) mengkaji, mengidentifikasi, dan mengelola semua risiko keuangan, serta (c) mempertahankan kinerja baiknya dalam melakukan fungsi-fungsi kunci walaupun pada saat terpengaruh oleh guncangan eksternal.

B. Pengelolaan Dana ZIS

1. Persamaan dan Perbedaan antara Zakat, Infaq dan Shodaqoh

Zakat, Infaq, dan Shodaqoh memiliki sebuah persamaan dan perbedaan antara ketiganya. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :

1. Persamaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

1) Persamaan zakat, infaq, dan shodaqoh adalah merupakan sejumlah harta yang khusus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu, dan dibagikan dengan syarat-syarat tertentu pula.

2) Ketiganya merupakan pemberian seseorang kepada orang yang membutuhkan, dengan tujuan untuk meringankan beban kehidupan mereka.

2. Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

1) Harta yang dibayarkan untuk zakat memiliki syarat dan ketentuan yang harus terpenuhi dengan batasan tahun ( haul ) dan ukuran ( nishab ), sedangkan harta yang digunakan untuk infaq dan shadaqah tidak.

2) Bagi zakat dan infaq, harta yang dapat ditasharrufkan adalah harta benda material, sedangkan pada shodaqoh tidak hanya berwujud material, namun juga dapat dalam bentuk non material.

3) Dalam zakat dan infaq terdapat ketentuan tentang kelompok yang berhak menerima, sedangkan dalam shodaqoh tidak ada ketentuan mengenai pihak-pihak yang berhak menerimanya.

4) Zakat hukumnya wajib, sedangkan infaq dan shodaqoh tidak wajib.

5) Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, sedangkan infaq dan shodaqoh bukan termasuk rukun Islam.

2. Sistem Pembayaran ZIS Berdasarkan pemaparan mengenai sistem keuangan di atas, sistem pembayaran merupakan salah satu komponen dari sistem keuangan yang menjadi salah satu unsur terpenting dalam suatu Lembaga Amil Zakat, termasuk RZ. Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi (UU tentang Bank Indonesia pasal 1, angka 6). Jadi dapat disimpulkan bahwa, sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain.

Beberapa fungsi sistem pembayaran secara umum, yaitu pertama sebagai channel atau saluran penting dalam mengendalikan ekonomi yang efektif dengan lancarnya sistem pembayaran. Sedangkan fungsi kedua adalah sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi. Keterlambatan dan ketidaklancaran pembayaran akan mengganggu perencanaan keuangan usaha dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktifitas perekonomian. Sebagaimana dikemukakan oleh Sheppard (1996), peran penting sistem pembayaran dalam suatu sistem Beberapa fungsi sistem pembayaran secara umum, yaitu pertama sebagai channel atau saluran penting dalam mengendalikan ekonomi yang efektif dengan lancarnya sistem pembayaran. Sedangkan fungsi kedua adalah sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi. Keterlambatan dan ketidaklancaran pembayaran akan mengganggu perencanaan keuangan usaha dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan produktifitas perekonomian. Sebagaimana dikemukakan oleh Sheppard (1996), peran penting sistem pembayaran dalam suatu sistem

Di Indonesia Institusi Pengelola Zakat terbagi kedalam dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Sistem pembayaran dan struktur organisasi BAZ dan LAZ biasanya disusun berdasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing. Dalam hal ini penulis akan meneliti mengenai pengelolaan dana ZIS dalam lingkup sistem pembayaran dan penyalurannya berupa program pemberdayaan masyarakat serta perannya dalam stabilitas keuangan nasional di salah satu LAZ, yaitu RZ.

Sebuah sistem pembayaran sangat penting dalam aliran dana perekonomian, termasuk dalam pengelolaan dana ZIS di LAZ, salah satunya di RZ. Sistem pembayaran ZIS melalui RZ saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan teknologi menjadi modal awal untuk memasuki tahap evolusi sistem pembayaran. Teknologi Informasi menjadi komponen pendukung kegiatan ekonomi agar seluruh kegiatan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Dampaknya, sirkulasi keluar masuknya dana ZIS dapat dikelola dengan efisien dan lebih cepat. Kini telah terjadi kecenderungan perubahan arah sistem pembayaran dari tunai menuju non-tunai elektronik. Sistem pembayaran yang berfungsi dengan baik diupayakan tercipta melalui penyelenggaraan jasa sistem pembayaran yang tersedia secara luas, biaya transaksi yang murah, dan waktu settlement yang tidak terlalu lama.

Komponen-komponen yang membentuk sistem pembayaran menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan bagi RZ yang mengumpulkan dana ZIS. Komponen-komponen tersebut yaitu:

1. Alat pembayaran ( Payment Instruments ) : alat pembayaran tunai dan alat pembayaran non-tunai.

2. Sistem pembayaran yang memproses berbagai instrumen pembayaran ( Interbank Fund Transfer System ) : faktor penting yang mempengaruhi adalah penggunaan teknologi informasi.

3. Lembaga yang memproses sistem pembayaran ( Pa yment Systems Operators )

4. Saluran pembayaran ( Delivery Channel ): Electronic Data Capturing (EDC), Teller Input atau petugas teller di bank, mesin ATM ( Automatic Teller Machine ), internet, mobile banking dan phone banking .

3. Penyaluran Dana ZIS

LAZ dituntut untuk menyalurkan dana ZIS kepada yang berhak secara transparan, professional, dan terorganisir dengan baik. Golongan yang berhak menerima zakat (Q.S. At- Taubah ayat 60), yaitu :

1. Fakir, adalah orang yang sangat kekurangan, kondisinya sangat miskin. Tidak ada penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu fakir juga dapat diartikan sebagai orang yang tidak cukup harta untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya, seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal.

2. Miskin, adalah orang yang tidak mempunyai harta benda, serba kekurangan. Kalaupun punya penghasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Amil Zakat, adalah orang yang bekerja dalam pengumpulan zakat dan pendistribusiannya. Amil Zakat berhak memperoleh bagian sesuai dengan standar yang didasarkan pada kompetisi pekerjaannya, namun diharapkan paling tinggi sama dengan bagian golongan mustahik lain.

4. Muallaf , adalah orang yang mempunyai keyakinan atas Islam masih lemah, sehingga bela terhadap Islam pun masih kurang bahkan tidak ada atau membantu musuh untuk memerangi Islam. Tujuan pendistribusian zakat kepada kelompok ini agar mereka kuat keislamannya, membela agama yang dianutnya dan menolong kaum muslimin dari serangan musuh.

5. Riqab , adalah zakat yang didistribusikan kepada budak belian, namun diberikan kepada tuannya sehingga budak belian tersebut menjadi bebas dan merdeka. Termasuk dalam kegiatan ini adalah membebaskan tawanan muslim.

6. Gharim , adalah orang yang mempunyai utang dan tidak memiliki bagian lebih dari utangnya, baik atas utang untuk kemaslahatan dirinya maupun kemaslahatan masyarakat.

7. Fii Sabilillah , adalah orang-orang yang berperang di jalan Allah secara sukarela. Mereka diberi bagian zakat yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan perang, seperti membeli senjata, kendaraaan, memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

8. Ibnu Sabil , adalah orang atau musafir yang bepergian jauh dalam rangka mencari bekal demi kemaslahatan umum yang manfaatnya kembali pada agama Islam atau mensyaratkan Islam, seperti orang yang bepergian sebagai utusan yang bersifat keilmuan atau kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat Islam. Sedangkan kelompok-kelompok yang dapat menerima infaq dan shadaqah (Q.S. Al

Baqarah ayat 177), yaitu :

1. Karib kerabat, yaitu anggota keluarga. Dengan demikian anggota keluarga yang mampu harus mengutamakan memberikan nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.

2. Anak Yatim, karena pada umumnya anak yatim tidak mampu mencukupi kebutuhannya disebabkan ditinggal orang tua yang menjadi penyangga hidupnya. Kata yatim adalah seseorang yang belum dewasa dan telah ditinggal mati oleh ayahnya. Karena ia bagaikan sendirian, tidak ada yang mengurusnya atau mengulurkan tangan (bantuan) kepadanya.

3. Musafir, yaitu orang-orang yang membutuhkan bantuan selama perjalanan, sehingga dengan bantuan itu mereka terhindar dari kesulitan.

4. Orang-orang yang terpaksa meminta-minta karena tidak ada alternatif lain baginya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Memberikan harta untuk memerdekakan hamba sahaya sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaannya.

6. Sabilillah .

7. Amil, yaitu pengelola shodaqoh maliyah . Dalam menyalurkan dana ZIS dibutuhkan sistem manajemen yang baik. Adapun

beberapa pilar utama dalam sistem manajemen penyaluran dana ZIS, yaitu :

1. Amanah. Sifat amanah merupakan kunci jaminan mutu dari kepercayaan masyarakat. Tanpa adanya sifat ini, kehancuran perekonomian akan segera nampak. Sikap tidak amanah menunjukkan adanya kerendahan moral. Apalagi pengelolaan dana umat sangat membutuhkan sikap kepercayaan penuh.

2. Profesional. Efisiensi dan efektifitas manajemen memerlukan sikap profesional dari semua pengurus badan amil zakat.

3. Transparan. Sistem kontrol yang baik akan terjadi jika jiwa transparansi dalam pengelolaan dana umat dapat dilaksanakan. Sebab, kemudahan akses para muzakki untuk mengetahui bagaimana dananya diolah akan menambah rasa percaya pada lembaga. Agar dapat menjadi dana yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat,

terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial; zakat, infaq, dan shadaqah harus dilakukan dan dikelola secara professional dan bertanggung jawab. Bahwa pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahik dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat ( people centered development ). Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Oleh karena itu, segala upaya pembangunan harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memberi kesempatan yang lebih luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik yang mereka miliki.

Pemberdayaan masyarakat juga sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional. Pemberdayaan di bidang ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri. Di bidang sosial budaya, berarti menyangkut upaya peningkatan kehidupan sosial budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang telah melingkupi kehidupan mereka selama ini. Di bidang politik, berarti menyangkut upaya peningkatan kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan.

Pelaksanaan pemberdayaan ini tak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan atau fasilitator yang menjadi pendamping masyarakat sebagai bentuk strategi pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku pemberdayaan Pelaksanaan pemberdayaan ini tak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan atau fasilitator yang menjadi pendamping masyarakat sebagai bentuk strategi pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku pemberdayaan

Fasilitator pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian masyarakat yang mereka dampingi. Seorang pendamping masyarakat harus mampu menerjemahkan keputusan-keputusan masyarakat ke dalam aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menumbuhkan motivasi yang cukup kuat pada masyarakat untuk terlibat aktif di dalamnya.

C. Pengelolaan Dana ZIS dalam Stabilitas Sistem Keuangan Nasional

Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, pemerintah mempunyai visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, yaitu “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur” (Republik Indonesia, 2011). Visi menjadi Negara maju dan sejahtera dengan indikator PDB sekitar USD 4,3 Triliun dan menjadi Negara dengan PDB terbesar ke-9 di dunia. Untuk mewujudkan visi tersebut maka pada tanggal 20 Mei 2011 telah diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). (Ali Taher, 2016)

Penghimpunan dana ZIS ini merupakan upaya untuk mendukung pemerintah dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat yang sejalan dengan MP3EI tersebut agar stabilitas keuangan nasional tetap terjaga. Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim yang mampu dan memiliki harta cukup. Penghimpunan dana ZIS bisa dilakukan melalui BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dan/atau LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang terus melakukan revolusi cara berpikir dan penyadaran kepada umat secara umum bahwa setiap harta yang kita miliki itu pastinya ada hak dari para fakir miskin.

Potensi zakat menurut Wakil Ketua Umum BAZNAS, Zainulbahar Noor, menyatakan potensi zakat Indonesia mencapai Rp 217 Triliun. Artinya, potensi zakat nilainya hampir 10% dari APBN. Namun, zakat yang terhimpun baru 1,2% atau Rp 3 triliun. Potensi zakat akan terus bertambah seiring banyaknya pegawai di perusahaan BUMN, swasta, dan pegawai negeri sipil. Jumlah BUMN sebanyak 144 unit, PNS mencapai 4 juta jiwa dan jutaan karyawan di perusahaan swasta. Manfaat/peran zakat jika nilai sebesar itu dapat disalurkan untuk zakat produktif, kemandirian ekonomi bisa dibangkitkan. Zakat dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan. Hal ini sejalan dengan tujuan pengelolaan zakat dan sinergi dalam mewujudkan Masterplane Arsitektur Syariah Indonesia yaitu mendukung keuangan syariah memiliki peran untuk mewujudkan agenda SDGs ( Sustainable Development Goals ). Upaya yang dilakukan akan menjadi warisan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan agar tercipta kesejahteraan dalam ekonomi. Dalam rangka pemanfaatan instrumen Potensi zakat menurut Wakil Ketua Umum BAZNAS, Zainulbahar Noor, menyatakan potensi zakat Indonesia mencapai Rp 217 Triliun. Artinya, potensi zakat nilainya hampir 10% dari APBN. Namun, zakat yang terhimpun baru 1,2% atau Rp 3 triliun. Potensi zakat akan terus bertambah seiring banyaknya pegawai di perusahaan BUMN, swasta, dan pegawai negeri sipil. Jumlah BUMN sebanyak 144 unit, PNS mencapai 4 juta jiwa dan jutaan karyawan di perusahaan swasta. Manfaat/peran zakat jika nilai sebesar itu dapat disalurkan untuk zakat produktif, kemandirian ekonomi bisa dibangkitkan. Zakat dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan. Hal ini sejalan dengan tujuan pengelolaan zakat dan sinergi dalam mewujudkan Masterplane Arsitektur Syariah Indonesia yaitu mendukung keuangan syariah memiliki peran untuk mewujudkan agenda SDGs ( Sustainable Development Goals ). Upaya yang dilakukan akan menjadi warisan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan agar tercipta kesejahteraan dalam ekonomi. Dalam rangka pemanfaatan instrumen

Persentase pengumpulan dana ZIS masih kecil menjadi tantangan, bukan hambatan, sehingga dapat lebih proaktif dalam membangun kesadaran masyarakat untuk berzakat. Selain itu, upaya untuk meningkatkan pemahaman, sosialisasi bagi masyarakat, membangun kepercayaan, keterbukaan dan faktor program lainnya harus terus ditingkatkan. Optimalisasi dana ZIS dapat dilakukan antara lain pengembangan produk dan pasar keuangan syariah, pengembangan sumber daya manusia, memperkuat kerangka kerja, pembiayaan untuk sektor riil dan UMKM serta memperluas pemanfaat zakat untuk struktur industri yang lebih efisien dan partisipasi dalam keuangan syariah global. Dengan demikian zakat dapat dikelola dengan prinsip keuangan syariah seperti masyarakat inklusif, kesetaraan, kerja sama dan persamaan bagi semua, sehingga masalah mendasar dalam pembangunan bisa teratasi dengan keuangan syariah.

Sistem keuangan syariah yang merupakan sistem keuangan yang memenuhi prinsip syar’i, yaitu :

1. Kebebasan bertransaksi (sukarela dan tidak ada yang terdzalimi dan tidak pada hal yang terlarang).

2. Bebas MAGHRIB (Maysir, Gharar, Riba).

3. Bebas rekayasa dan monopoli.

4. Setiap pihak berhak mendapatkan informasi yang berimbang.

5. Mempertimbangkan pihak ke-3 yang mungkin dirugikan.

6. Atas dasar kerjasama dan saling menguntungkan.

7. Ditujukan untuk kemaslahatan.

8. Mengimplementasikan zakat. Adapun posisi lembaga zakat di Indonesia dalam struktur lembaga keuangan syariah di

Indonesia (Achmad Zaky, 2014), yaitu :

Bagan 1.1 Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia

Dari Bagan 1.1 di atas terlihat bahwa lembaga zakat merupakan bagian dari lembaga keuangan mikro. Hal tersebut menandakan bahwa lembaga zakat mempunyai peran dalam stabilitas keuangan di Indonesia yang memiliki potensi untuk berkontribusi dalam perkembangan ekonomi. Lembaga Keuangan Syariah ini salah satu sistem yang akan menjadi pemicu meningkatnya stabilitas keuangan nasional bagi kesejahteraan masyarakat.

II. METODE PENELITIAN

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode penelitian agar memperoleh data-data yang akurat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan. Penulis mengumpulkan data melalui wawancara dengan manajer maupun karyawan RZ yang bersangkutan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang mendukung data primer dan dapat diperoleh dari luar objek penelitian.

Dengan tujuan untuk mengetahui mekanisme sistem pembayaran dan penyaluran dana ZIS melalui RZ, penulis dalam proses pengumpulan datanya merasa perlu menelusuri melalui beberapa pihak yang berkaitan dengan objek penelitian. Oleh karena itu, metode pengumpulan data yang penulis terapkan antara lain :

1. Metode Wawancara Wawancara adalah proses interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, di mana kedua pihak yang terlibat (pewawancara/ interviewer dan terwawancara/ interviewe ) memiliki hak yang sama dalam bertanya dan menjawab.

Metode ini berguna bagi penulis dalam menggali informasi secara langsung kepada informan (pemberi informasi) baik kepada senior manajer divisi, karyawan maupun bagian pengelola dan penyaluran RZ guna memperoleh data yang diharapkan.

2. Metode Observasi Observasi adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada dibalik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut. Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah dengan mengamati secara langsung prosedur penghimpunan dan penyaluran dana ZIS.

3. Metode Dokumen Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dokumen- dokumen penting yang berkaitan dengan objek penelitian, baik mengenai profil, macam- macam produk, mekanisme dan lain sebagainya. Jadi penulis melakukan pengumpulan data mengenai hal-hal tersebut melalui arsip-arsip, catatan-catatan dan berbagai dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGELOLAAN DANA ZIS

1. Sistem Pembayaran Dana ZIS RZ

Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi (UU tentang Bank Indonesia pasal 1, angka 6). Jadi dapat disimpulkan bahwa, sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Dalam pengelolaan dana ZIS di RZ, sistem pembayaran mempunyai peran sebagai arus transaksi donatur kepada lembaga dengan berbagai pilihan payment channel .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 tenta ng “Riset Perilaku Donatur RZ”, RZ dianggap memiliki nilai yang kuat dalam memberikan kemudahan bagi donatur dalam

berdonasi, akuntabilitas (amanah dan transparan), serta core program yang implementatif. Dalam menentukan sistem pembayaran di RZ, maka perlu diketahui perilaku donaturnya terlebih dahulu. Berikut gambaran hasil riset mengenai cara donatur mengakses informasi :

Grafik 3.1 Cara Donatur RZ Mengakses Informasi

Saat ini, dunia menghadapi generasi baru yang secara demografis disebut sebagai generasi M ( Millennium generation ). Sedangkan secara psikografis disebut generasi C ( Connected generation ). Mereka adalah generasi yang dibesarkan dalam teknologi dengan ciri mobile and connected . Sejalan dengan kondisi tersebut, hasil riset ini memperlihatkan bahwa 71,6% donatur RZ menggunakan perangkat mobile (ponsel, tab, smartphone ) untuk mencari informasi mengenai RZ atau ZIS secara umum. Sedangkan 58% menggunakan komputer atau laptop, 14% lebih menyukai secara interpersonal, dan 4,2% menggunakan cara yang lainnya.

Oleh karena itu, RZ memiliki fasilitas layanan cashless bagi donatur agar lebih mudah dan cepat. Hasil riset mengenai hal tersebut, dapat dilihat pada Grafik 3.2 di bawah ini :

Grafik 3.2 Hasil Riset Layanan Ca shless RZ

78,6 % donatur menyatakan bahwa layanan donasi melalui fasilitas layanan cashless (misalnya, e-banking , autodebit , recurring , H2H, Virtual Account , Paypall , Ipay88) lebih efektif dan memudahkan dibandingkan datang ke kantor RZ. RZ memiliki Payment Channel sebagai bentuk layanan kemudahan pembayaran. Kemudahan adalah bagian dari komitmen layanan dari RZ sebagai sarana untuk donatur/mitra yang ingin berdonasi. Berikut beberapa jenis payment channel di RZ :

1. Bank

a. ATM

b. Electronic Banking (SMS, Mobile Banking )

c. Teller

d. Electronic Commerce

e. Auto Debt

f. EDC

g. Recurring

h. Internet Banking

2. Non Bank

a. Mobile Application ( Z-Mobile )

b. Pembayaran via loket (PPOB, Fast Pay , Bebas Bayar, Pos Pay & Kantor Pos)

c. Shoping Charity

d. Web Charity (KitaBisa)

3. Layanan Virtual Account Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang disediakan oleh bank untuk setiap donatur RZ tanpa harus membuka rekening di bank tersebut. Bank yang bekerjasama dengan RZ terkait virtual account ini adalah Bank Permata Syariah dan BCA.

Donatur tidak perlu lagi menghafal nomer rekening RZ di beberapa bank karena dengan virtual account setiap donatur akan memiliki nomor “rekening donasi pribadi” yang digunakan sebagai rekening tujuan pada saat melakukan transfer donasi. Pada saat transfer donasi melalui rekening virtual account , akan muncul nama donatur sebagai pemilik rekening dan bukan memunculkan nama Yayasan Rumah Zakat Indonesia seperti cara transfer biasa. Dengan virtual a ccount , setiap donatur akan memiliki nomor rekening pribadi yang digunakan sebagai rekening tujuan pada saat melakukan transfer donasi.

4. Layanan Autozakat Autozakat adalah layanan yang memudahkan donatur untuk berdonasi dengan menggunakan fasilitas kartu kredit. Autozakat ini berbasis proses Recurring Payment System (RPS), dalam hal ini pengguna kartu Visa/Master hanya mengisi form kesediaan penarikan donasi sejumlah program yang diinginkan. Donatur dapat mengatur apakah ingin berdonasi rutin (autodebit bulanan) maupun insidental (sekali bayar).

5. Kantor Cabang Apabila donatur ingin berdonasi melalui donasi cash , bisa mengunjungi ke Kantor Pelayanan RZ. Sampai saat ini, total kantor pelayanan RZ ada 36 kantor pelayanan yang tersebar dari Aceh sampai dengan Jayapura. Di kantor pelayanan RZ, donatur akan dilayani oleh Front Office yang ramah dan mengutamakan service excellent . Di kantor pelayanan RZ ini juga difasilitasi mesin EDC bagi donasi non cash . RZ juga memiliki fasilitas jemput donasi oleh petugas RZ. Apabila donatur ingin meminta jemput donasinya, bisa menghubungi ke kantor pelayanan RZ terdekat atau menghubungi call center / SMS Center RZ.

2. Penyaluran Dana ZIS RZ

RZ mengupayakan untuk menyalurkan dana ZIS kepada yang berhak secara transparan, professional, dan terorganisir dengan baik. Dana ZIS yang terkumpul melalui sistem pembayaran RZ yang dilakukan oleh muzakki tersebut telah disalurkan di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu tersebar di wilayah Integrated Community Development (ICD) atau lebih dikenal dengan desa binaan sebanyak 754 ICD (per Juni 2016). Upaya ini sebagai bentuk dukungan program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dalam sektor sosial masyarakat. Berikut data penerima layanan manfaat sebagai bentuk penyaluran dana ZIS bagi masyarakat yaitu dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Grafik 3.3 di bawah ini :

Tabel 3.1 Pertumbuhan Penerima Layanan Manfaat RZ

Tahun

TOTAL

Growth

Grafik 3.3 Pertumbuhan Penerima Layanan Manfaat RZ

Penerima Layanan Manfaat (PLM) RZ mengalami pertumbuhan yang signifikan. Selama

18 tahun melayani masyarakat dalam menyalurkan dan memanfaatkan dana ZIS ini, RZ telah memberikan pelayanan kepada 13.394.181 penerima layanan manfaat. Pada tahun 2015 sebanyak 4.487.524 PLM telah terlayani. Besarnya meningkat 70% dibandingkan tahun 2014. Peningkatan ini tidak lepas karena dukungan dari para donatur dan juga masyarakat melalui donasi yang dititipkan, diantaranya bersumber dari dana ZIS.

Pertumbuhan PLM ini menjadi indikator dalam efektifitas penyaluran dana ZIS bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Makin banyak jumlah PLM yang terlayani maka makin meluas nilai manfaat program RZ dalam mengatasi permasalahan masyarakat dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.

Donasi yang didapatkan untuk mengadakan program bagi PLM ini, salah satunya didapat dari dana ZIS. Capaian dana ZIS ini juga mengalami perkembangan bagi penyaluran langsung ke masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 3.2 dan Grafik 3.4 di bawah ini :

Tabel 3.2 Capaian ZIS RZ (Rupiah)

2015 Zakat

Jenis Donasi

97.666.410.793 Infaq/Shodaqoh 86.863.758.254

Grafik 3.4 Capaian ZIS RZ (Rupiah)

Capaian Dana ZIS RZ

2.5E+11 a

n 2E+11 a

D 1.5E+11 Jenis Donasi

la 1E+11 Zakat

Ju 5E+10 Infaq/Shodaqoh

Pada tahun 2012 capaian ZIS RZ sebesar Rp 169.416.834.545,00 yang mengalami kenaikan 4% pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp 176.205.442.602,00. Kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan 11% menjadi Rp 196.354.015.674,00. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami kenaikan 13% menjadi Rp 221.675.151.778,00.

Mengacu pada Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang disusun oleh pemerintah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan zakat, RZ mengupayakan penyaluran dana ZIS secara tepat sasaran sesuai dengan syariah. Penyaluran dana ZIS melalui RZ bagi pemberdayaan masyarakat mempunyai pilar utama dalam sistem manajemen penyaluran dana ZIS, yaitu amanah, profesional, dan transparan.

Amanah adalah memelihara hak-hak Allah dan hak-hak manusia yang dengan itu lahirlah tanggung jawab baik dalam terhadap tugas-tugas ibadah maupun muamalah (Mubarok, 2009). Amanah di dalam pengelolaan dana ZIS harus memiliki proses pembuktian, menyalurkan dana ZIS, melaporkan kepada muzakki, dan mengumumkan kepada khalayak umum maupun masyarakat. Komitmen untuk tetap amanah ini sangat penting untuk dimiliki setiap lembaga amil zakat karena berkaitan dengan kepercayaan umat.

RZ berupaya agar para muzakki dengan rela menyerahkan zakatnya melalui RZ sebagai lembaga pengelola dana ZIS, jika lembaga tersebut patut dan layak untuk dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketetapan penyalurannya sejalan dengan ketentuan-ketentuan syariah islamiyah. Semua bentuk aktivitas yang dilakukan baik berupa RZ berupaya agar para muzakki dengan rela menyerahkan zakatnya melalui RZ sebagai lembaga pengelola dana ZIS, jika lembaga tersebut patut dan layak untuk dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketetapan penyalurannya sejalan dengan ketentuan-ketentuan syariah islamiyah. Semua bentuk aktivitas yang dilakukan baik berupa

Profesionalisme amil RZ juga terus dikembangkan, misalnya melalui kegiatan training , pembinaan rohani, pengembangan skill , dan sebagainya. Para amil yang diamanahi untuk membelanjakan dana maupun mendistribusikan dana ZIS, harus benar-benar memegang amanah dan hati-hati agar jangan sampai terjadi pengeluaran belanja yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Apabila dana ZIS dikelola dengan baik, professional, transparan, dan amanah oleh amil zakat, maka akan mampu meminimalisir persoalan kemiskinan sekaligus meningkatkan kesejahteraan. Zakat juga mampu mensilahturahmikan antar kelompok-kelompok miskin, sekaligus menghilangkan kesenjangan dan kecemburuan sosial.

Penyaluran dana ZIS RZ kepada mustahik bersifat hibah atau bantuan dengan memperhatikan skala kebutuhan mustahik, dan penyalurannya memprioritaskan kebutuhan mustahik di setiap wilayah ICD ( Integrated Community Development ) atau desa binaan RZ masing-masing dan bersifat bermacam-macam sesuai ketentuan maupun kriteria yang ada dalam kebutuhan atas mustahik.

Faktor utama penyebab donatur tak lagi berdonasi terhadap lembaga sosial, diantaranya :

1. Lembaga tidak transparan

2. Pelayanan tidak memuaskan

3. Implementasi program buruk

4. Program tidak menarik

5. Alasan ekonomi

6. Lainnya. Faktor disakuntabilitas (lembaga tidak transparan) dalam mengelola donasi menjadi

faktor utama penyebab donatur tak lagi berdonasi, di samping menimbulkan ketidakpercayaan ( distrust ) donatur terhadap lembaga sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun

2015 tentang “Riset Perilaku Donatur RZ”, 84,5% donatur retain menyatakan bahwa RZ sudah cukup transparan dalam hal pelaporan, informasi, dan layanan. Hal ini mengisyaratkan bahwa transparansi bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab donatur rutin berdonasi atau bahkan menjadi loyal. Dari segi pelaporan, 89% donatur loyal RZ menyatakan sudah pernah memperoleh e-report. Pelaporan dalam bentuk e-report ini sangat efektif dan cukup informatif memberikan kegiatan program sebagai bukti transparansi lembaga dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban dana yang dikelola RZ sehingga dapat memacu donatur untuk menambah donasi dan senang berbagi.

B. Intergrated Community Development (ICD)

Desa merupakan salah satu komponen terkecil dari negara Indonesia yang apabila pemberdayaan desa ini dioptimalkan dan menyebar di seluruh Indonesia, maka akan tercipta masyarakat sejahtera secara menyeluruh. Namun, melihat fakta kemiskinan di Indonesia masih banyak yang harus diperbaiki. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan Desa merupakan salah satu komponen terkecil dari negara Indonesia yang apabila pemberdayaan desa ini dioptimalkan dan menyebar di seluruh Indonesia, maka akan tercipta masyarakat sejahtera secara menyeluruh. Namun, melihat fakta kemiskinan di Indonesia masih banyak yang harus diperbaiki. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Sebagai upaya dalam pembangunan desa, RZ memiliki ICD sebagai proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh fasilitator RZ di wilayah dan waktu tertentu, dengan maksud membantu percepatan perbaikan atas permasalahan yang ada di wilayah tersebut. Pola pengelolaan ICD memiliki beberapa tahapan, yaitu : intervensi program tahun ke-1, intervensi program tahun ke-2 intervensi program tahun ke-3, terminasi, dan pendampingan.

ICD yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam pembangunan dan pemberdayaan di wilayah ICD. Tujuan diadakannya ICD ini sebagai implementasi dari misi RZ. Setiap ICD memiliki SDM fasilitator khusus di setiap wilayahnya. Para fasilitator di wilayah ICD ini bertugas untuk melakukan a ssesment kebutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi lokal yang ada.

Selain itu, fungsi utama fasilitator adalah untuk memverifikasi para penerima manfaat program agar tepat sasaran serta sesuai dengan ketentuan syariah. Hasil pemetaan kebutuhan dan potensi di wilayah ICD ini menjadi landasan RZ untuk merealisasikan berbagai unit layanan maupun program pemberdayaan agar dapat memajukan kondisi sosial masyarakat.

Saat ini RZ memiliki 754 ICD (per Juni 2016) dari 115 Kota/Kabupaten dan 17 Provinsi di Indonesia. Berikut Peta Sebaran ICD RZ secara Nasional :

Gambar 3.1 Peta Sebaran ICD RZ

ICD mempunyai basic principle yaitu : (1) Berbasis masyarakat, seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan menyertakan partisipasi aktif masyarakat tidak terkecuali kaum perempuan. (2) Berorientasi masyarakat, implementasi layanan program disesuaikan dengan ICD mempunyai basic principle yaitu : (1) Berbasis masyarakat, seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan menyertakan partisipasi aktif masyarakat tidak terkecuali kaum perempuan. (2) Berorientasi masyarakat, implementasi layanan program disesuaikan dengan

Program yang direalisasikan oleh RZ harus melalui tahapan tertentu dan memiliki output program yang jelas. Contoh program ICD beserta tahapan dan output -nya yaitu Sekolah Lapang Petani di ICD Mekarwangi Lembang Bandung yang termasuk ke dalam program ekonomi RZ. Berikut tahapan dan output program Sekolah Lapang Petani.

Bagan 3.1 Tahapan dan Output Program Sekolah Lapang Petani

(Training of

kapasitas PM

Rain Water

sarana

Harvest

komposisi padat dan cair

Penyediaan sarana pengairan

1. Assessment

a. Data-data melalui FGD, Interview dll.

b. Pemetaan sektor pertanian lebih mendalam (Analisis masalah, analisis tujuan, dll).

c. Kalender Muslim

2. Persiapan dan sosialisasi program

a. Sosialisasi kepada semua stake holder .

b. Pemilihan kriteria peserta.

c. Action plan bersama dan berbagi peran.

3. Sekolah Lapang Petani

a. PM terlibat aktif mengikuti pelatihan secara intensif.

b. PM terlatih dalam memahami fenomena iklim (kekeringan).

c. PM mampu menyusun strategi tanam di musim kemarau.

d. PM paham komoditas varietas di musim kemarau.

e. Meningkatnya produksi pada musim kemarau.

4. Penyediaan sarana komposisi padat dan cair

a. PM mampu memproduksi kompos padat dan cair.

b. PM mengaplikasikan kompos padat dan cair sebagai upaya mengurangi penggunaan air pada musim kemarau.

5. Penyediaan sarana pengairan

a. Pengadaan mesin skala kecil untuk darurat.

b. Teknologi Hydram, Mesin tanpa BBM, dan gravitasi air.

c. Penyediaan bak-bak penampungan.

d. Teknologi penyiraman yang lebih efektif, efisien dan berdaya guna tinggi (sytim Cor, Inpus, Naungan, Mulsa organik, Kincir, dll)

6. Teknologi Rain Water Harvest

a. PM memahami berbagai upaya panen air musim hujan sebagai deposito pada musim kemarau.

7. Peningkatan Kapasitas PM

a. Kelompok PM target dan staf yang terlibat langsung memahami persoalan, potensi, peluang dan ancaman dalam melaksanakan program.

b. Kelompok PM target dan staf yang terlibat mampu melakukan kampanye kepada stake holder lain untuk meningkatkan dukungan.

c. Kelompok PM target menjadi lebih kuat, lebih sehat dalam berkelompok dan mampu mengelola aset.

8. ToT (Training of Trainers)

a. Peserta ToT menguasai materi, menerapkan teknologi baru.

b. Kelompok target mampu menyebarluaskan teknologi yang diterapkan kepada masyarakat lain yang lebih luas.

c. Mampu melakukan kampanye, promosi dan mensosialisasikan program kepada para pengambil kebijakan.

Di wilayah ICD Mekarwangi ini mayoritas penduduknya sebagai petani yang dikenal sebagai penghasil komoditi unggulan berupa cabe, tomat, dan sayur mayur. Potensi ini sangat layak untuk dikembangkan, salah satunya melalui Sekolah Lapang Petani ini yang diharapkan dapat meningkatkan skill para petani agar produksi tani semakin banyak dan berkualitas.

C. DANA ZIS BAGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Keilmuan dalam dunia pengelolaan dana ZIS sesungguhnya bukanlah semata-mata keilmuan masalah hukum dan fikih, akan tetapi juga persoalan kemanusiaan secara luas dan menyeluruh. Pendayagunaan bagi pemberdayaan masyarakat merupakan suatu bentuk alokasi dana ZIS yang disalurkan kepada mustahik untuk dapat menyusun program atau proyek pendayagunaan zakat yang lebih bermanfaat tidak dapat ditebak begitu saja di atas meja atau diperkirakan tanpa adanya data pendukung. Data yang dapat digali untuk mendukung terwujudnya proyek itu dapat dilaksanakan dengan bertahap.

Tujuan pendayagunaan zakat melalui pemberdayaan masyarakat adalah memperbaiki taraf hidup masyarakat karena masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan akibat dari itu juga, maka masalah kebodohan dan kesempatan memperolah pendidikan dan pelayanan kesehatan masih merupakan masalah serius yang harus dipecahkan.

RZ yang merupakan lembaga filantropi pengelola zakat, infak, sedekah, serta dana sosial lainnya, melalui program-program pemberdayaan masyarakat. RZ memiliki misi untuk berperan aktif dalam membangun jaringan filantropi internasional, memfasilitasi kemandirian masyarakat, dan mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan insani. Misi ini sejalan dengan pengentasan kemiskinan dan segala permasalahan sosial di masyarakat.

Donasi yang terkumpul melalui berbagai macam sistem pembayaran RZ bagi pemberdayaan masyarakat ini akan lebih bermakna dengan penyaluran yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut :

1. Donasi dikelola dan disalurkan sesuai tata cara syariah.

2. Kejelasan tujuan dan sasaran program.

3. Donasi diperuntukkan sesuai akad awal.

4. Akuntabilitas laporan pemanfaatan dana.

5. Program fokus pemberdayaan yang membawa manfaat untuk jangka waktu yang panjang, tidak hanya hitungan hari atau minggu.

6. Perbaikan taraf hidup atau prestasi penerima donasi. Misalnya, donatur program beasiswa juara mendapatkan laporan bahwa siswa juara penerima beasiswa tersebut berprestasi (akademik ataupun non akademik). Berbagai program RZ yang dilakukan dalam pendayagunaan dana ZIS melalui

pemberdayaan masyarakat dari bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi ini telah berkontribusi dalam perbaikan kesejahteraan golongan berpendapatan rendah atau kaum dhuafa. Berikut jenis program pembinaan masyarakat yang dilakukan oleh RZ terdapat pada Tabel 3.3 di bawah ini :

Tabel 3.3 Program Pemberdayaan Masyarakat RZ

Lainnya Kesehatan

Layanan Bersalin

Bantuan

Superqurban Gratis :

Beasiswa Ceria

Water Well

Ekonomi

Kampung Berseri

Senyum Klinik Umum

Bantuan

Beasiswa Juara

(Bersih, Sehat, dan

Wirausaha

Ramadhan

Asri) Pembinaan

Khitanan Massal

Sekolah Juara

Urban Farming

Siaga Bencana

Masyarakat

Pembangunan Operasi Katarak

Gizi Sang

M-Net (Masjid

Toska, Biogas & fasilitas umum

Bantuan Bebas

Bantuan Kesehatan

Masjidku Merdu

Renovasi Mesjid

Ambulans Program Promotif

Program

Kesehatan dan

Pelestarian

Kuratif ICD

Lainnya

1. Bidang Pendidikan

Pada bidang pendidikan, RZ berupaya untuk mengurangi angka putus sekolah bagi anak usia sekolah dengan jenjang SD, SMP, SMU, dan Mahasiswa; menjamin keberlangsungan pendidikan anak; memberikan akses dan fasilitas pendidikan gratis dan berkualitas; serta mengurangi angka putus pendidikan formal. Program pendidikan RZ diantaranya yaitu Beasiswa Ceria, Beasiswa Juara, Sekolah Juara, Gizi Sang Juara, dan program pendidikan lainnya, RZ telah memberikan pelayanannya bagi masyarakat yang membutuhkan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah Penerima Manfaat di bidang pendidikan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 di bawah ini :

Tabel 3.4 Penerima Manfaat (PM) Bidang Pendidikan RZ (Januari s.d Juli 2016)

Jumlah PM

Bulan TOTAL

Laki-laki

Perempuan

Januari 2016

16.193 Februari 2016

19.879 Maret 2016

20.110 April 2016

Tabel 3.5 Penerima Manfaat Bidang Pendidikan RZ (Tahun 2013, 2014, & 2015)

Tahun

Program

2015 Beasiswa Ceria

Beasiswa Juara

Sekolah Juara

Gizi Sang Juara

Program Pendidikan

Lainnya TOTAL

Grafik 3.5 PM Program Pendidikan RZ

M P h 15,000

Pada Tabel 3.4, dilihat bahwa sepanjang tahun 2016 ini sesuai data yang telah di- update pada bulan Juli 2016 terhitung jumlah Penerima Manfaat (PM) program bidang pendidikan RZ sebanyak 137.365 orang dengan kualifikasi jumlah laki-laki sebanyak 65.891 dan perempuan sebanyak 71.474 orang. Sedangkan pada Tabel 3.5 dan Grafik 3.6 terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah PM semakin meningkat. Pada tahun 2013 jumlah PM sebanyak 15.242 orang. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 24% yaitu menjadi 18.975 orang. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 23% yaitu menjadi 23.413 orang.

Saat ini RZ memiliki 14 sekolah dasar (SD Juara), 2 sekolah menengah pertama (SMP Juara), 1 sekolah menengah kejuruan (SMK Juara Peternakan), 1 PAUD, dan 2 Day Care .