Efektivitas Terapi Pijat Terhadap konsentrasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri No. 060894 Medan

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANAK

1.1. Pengertian Anak

Anak menurut WHO berada pada rentang usia 0 – 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut American of Pediatric tahun 1998 batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun.

Periode usia perkembangan anak adalah periode pranatal (konsepsi hingga kelahiran), masa bayi (lahir sampai 1 tahun), masa kanak-kanak awal (1 sampai 6 tahun), masa kanak-kanak pertengahan (6 sampai 11 atau 12 tahun) dan periode kanak-kanak akhir (11 sampai 19 tahun) (Wong, 2009).

1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri (Jahja, 2011). Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dan alat tubuh. Pertumbuhan kuantitatif yang dimaksud adalah tidak hanya besar secara fisik saja, akan tetapi organ-organ dalam tubuh anak pun berubah mengikuti pertumbuhannya, misalnya ukuran dan struktur otak yang semakin meningkat sehingga menyebabkan anak mampu untuk belajar, mengingat dan berpikir. Perkembangan berkaitan


(2)

dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Sedangkan teratur dan koheren menandakan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelum dan sesudahnya (Jahja, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, dan kemudian emosional (Hidayat, 2005). Dalam hal ini, lebih di tekankan pada perkembangan anak usia sekolah.

1.2.1. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah

Perkembangan fisik pada anak usia sekolah mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa anak-anak awal (Slavin, 2011). Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, yaitu 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg; tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg (Wong, 2009).

Anak-anak yang memasuki sekolah dasar telah mengembangkan banyak kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk menyeimbangkan badan, berlari melompat dan melempar (Slavin, 2011).


(3)

1.2.2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

Perkembangan kofnitif pada anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret. Operasi konkret berarti tindakan mental dapat dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret yang nyata (Santrock, 2008).

Pada masa sekolah dasar, kemampuan kognisi anak mengalami perubahan yang signifikan. Anak dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan objek dan situasi yang sudah tidak asing lagi. Selain itu anak mampu mengurutkan (seriation), memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan secara logis dan menarik kesimpulan dari hubungan tersebut (transitivitas) dan kemampuan dalam melakukan operasi hitung (Slavin, 2011).

Anak yang melalui tahap perkembangan dengan baik akan mempertahankan karakteristik tahap sebelumnya sementara perilaku kognisi tahap yang lebih tinggi berkembang. Selain memasuki tahap operasi konkret, anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta kognisi, yaitu kemampuan memikirkan pemikiran sendiri dan memelajari cara belajar (Slavin, 2011). Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun prasekolah digantikan dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (Wong, 2009).


(4)

1.2.3. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah

Anak-anak yang memasuki usia sekolah dasar telah mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan, dan pengaruh sosial yang lebih rumit. Masa sekolah dasar awal biasanya akan dihabiskan untuk melewati tahap keempat Erikson (1963), kemegahan versus inferioritas. Anak yang diperkirakan telah mengembangkan kepercayaan selama masa bayi, otonomi selama tahun-tahun pertama, dan inisiatif selama masa prasekolah, pengalaman anak itu di sekolah dasar dapat memberi andil bagi rasa kemegahan dan pencapaiannya. Anak pada tahap ini menganggap dan membuktikan bahwa mereka “tumbuh dewasa”, hal ini yang kemudian digambarkan sebagai tahap saya-dapat-melakukannya-sendiri (Slavin, 2011).

Anak-anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas-tugas yang mereka pilih dan mereka sering merasa senang menyelesaikan proyek apabila ketika kekuatan konsentrasi mereka tumbuh. Menurut Mc Hale, et al. (2003) dalam Slavin (2011), tahap ini juga meliputi pertumbuhan tindakan mandiri, kerja sama dengan kelompok, dan tampil dengan cara yang dapat diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan yang adil.

Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka (Wong, 2009).


(5)

1.2.4. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah

Kohlberg menyatakan bahwa pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral (Wong, 2009).

Anak usia sekolah lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan nilai dibandingkan akibat yang dihasilkan. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat otoriter dan mutlak, namun lebih banyak diisi dengan kebutuhan dan keinginan orang lain. Oleh karena itu anak pada usia ini mampu memahami dan menerima konsep sebagaimana ingin diperlakukan demikian juga seharusnya memperlakukan orang lain (Wong, 2009).

2. BELAJAR

2.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat (Siregar, 2010).

Menurut Dimyati (2006), belajar dialami sebagai suatu proses dimana siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dari buku-buku pelajaran.


(6)

2.2. Masalah - Masalah Dalam Belajar

Masalah–masalah dalam belajar terdiri dari masalah belajar internal dan masalah belajar eksternal. Masalah belajar internal yaitu masalah yang dialami siswa berasal dari diri sendiri dan berpengaruh terhadap proses belajar. Masalah belajar internal terdiri dari : sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi dan unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Sedangkan masalah eksternal dalam belajar merupakan masalah yang berasal dari lingkungan siswa yang terdiri dari : guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah (Dimyati, 2006).

3. KONSENTRASI BELAJAR

3.1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan salah satu masalah internal yang dialami oleh siswa dalam proses belajar. Konsentrasi belajar berarti kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya (Dimyati, 2006).

Konsentrasi belajar menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010), merupakan perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan


(7)

dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.

Konsentrasi belajar dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang penting dimiliki dalam kegiatan belajar, dimana individu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap setiap pelaksanaan pembelajaran dengan baik sehingga mampu mengerti setiap materi yang diberikan.

3.2. Indikator Konsentrasi Belajar

Kemampuan setiap siswa dalam memusatkan perhatian terhadap materi yang diberikan tidaklah sama, sehingga untuk melihat apakah siswa konsentrasi atau tidak diperlukan adanya alat ukur. Indikator konsentrasi belajar merupakan alat untuk mengukur perilaku sebagai respon dari proses pembelajaran, serta kemudian digunakan untuk membimbing penerapan berbagai perbaikan dan perubahan yang diperlukan.

Menurut Super dan Crites yang dikutip oleh Kartono (1986) dalam Rachman (2010), bahwa cara untuk mengukur konsentrasi belajar adalah memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan guru; dapat merespon dan memahami materi pelajaran yang diberikan; selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan guru; menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan guru serta kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran.


(8)

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Menurut Olivia (2010), pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan dan informasi yaitu memasukkan, menyimpan dan memanggil kembali informasi. Proses tersebut tidak dapat berjalan dengan baik jika seorang anak tidak dapat berkonsentrasi. Konsentrasi biasanya terganggu jika pikiran bercabang. Misalnya ketika anak mengerjakan tugas dirumah dan kemudian tergoda untuk menonton televisi. Hal ini bisa menyebabkan pikiran bercabang karena dua atau lebih hal yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang bisa berkonsentrasi dengan optimal jika dapat menekan semua keinginan yang tidak berhubungan atau bertentangan dengan belajar. Faktor-faktor penyebab gangguan konsentrasi terdiri dari dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri sediri, misalnya minat belajar rendah (mata pelajaran dianggap tidak menarik), perencanaan jadwal belajar yang buruk dan kesehatan yang sedang menurun. Faktor eksternal berupa suasana belajar, perlengkapan, penerangan ruangan, suara dan adanya gambar-gambar yang mengganggu perhatian (Olivia, 2010).

4. TERAPI PIJAT

4.1. Pengertian Terapi Pijat

Pijat adalah salah satu teknik tertua yang dipakai manusia untuk meningkatkan kesehatan. Terdapat bukti-bukti tertulis tentang pijat dari berbagai kebudayaan kuno termasuk Mesir, Yunani, Romawi, India, dan Jepang. Pada awal tahun 1800-an seorang Swedia bernama Per Hendrik Ling


(9)

(1776-1839) mengembangkan teori pijat yang menggabungkan teknik-teknik dari Cina, Mesir, Yunani, dan Romawi. Ia membuka sekolah pijat pertama di Stockholm, itulah sebabnya pijat sering dihubungkan dengan pijat Swedia (Aslani, 2003).

Menurut Kozier (2010), pijat merupakan tindakan kenyamanan yang dapat membantu relaksasi, menurunkan ketegangan otot, dan dapat meringankan ansietas karena kontak fisik yang menyampaikan perhatian. Menurut Sinha (2001) pijat adalah manipulasi ilmiah pada gerakan jaringan lunak tubuh dengan menggunakan tangan dan atau jari-jari. Pijat dapat diartikan juga sebagai tindakan manual secara sistemik pada jaringan lunak tubuh dengan pergerakan seperti menggosok, meremas, menekan, memutar, menampar dan menepuk untuk tujuan terapeutik seperti melancarkan sirkulasi darah dan limfe, relaksasi otot, mengurangi nyeri, perbaikan keseimbangan metabolisme, dan kegunaan lainnya baik fisik dan mental (Beck, 2010).

4.2. Manfaat Terapi Pijat

4.2.1. Manfaat pijat secara umum

Terapi pijat memiliki beberapa manfaat. Menurut Andy (2011), manfaat terapi pijat yaitu memiliki efek biokimia yang positif seperti menurunkan kadar hormon stress (catecholamine), meningkatkan kadar serotonin, memberikan efek klinis seperti meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami), mengubah gel otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah darah dan pernafasan,


(10)

merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, mengurangi depresi dan ketegangan, membuat tidur lelap, meningkatkan kesiagaan, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, mencerahkan kulit, meredakan rasa nyeri, mengatasi migrain, mempercepat pemulihan setelah sakit, memperbaiki fungsi saraf, meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mengendurkan otot kaku, meredakan stress, serta memberikan efek relaksasi.

Terapi pijat tidak hanya bermanfaat secara fisik, namun pijat juga memiliki manfaat psikologis. Pijat menyampaikan perhatian, penerimaan, dukungan dan empati. Pijat menciptakan citra diri yang positif karena membantu menghubungkan kembali dengan bagian diri yang paling dalam. Terapi pijat dan sentuhan akan mendorong energi vital atau kekuatan hidup kita untuk mengalir secara bebas dan mengembalikan keseimbangan tubuh (Aslani, 2003).

4.2.2. Manfaat pijat pada anak

Pijat pada anak memiliki manfaat terhadap tumbuhkembang serta kesehatannya. Beberapa manfaat pijat anak adalah membantu meningkatkan sistem imunitas; merilekskan tubuh anak sehingga dapat membuatnya tetap tenang meski dalam kondisi stres; mengatasi kesulitan tidur; meningkatkan proses tumbuh kembang anak; menumbuhkan


(11)

perasaan positif pada anak; mencegah timbulnya gangguan pencernaan; melancarkan buang air besar; meningkatkan kesigapan anak dan koordinasi otot; meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan manejemen stres dan pengelolaan mental pada anak dengan teknik pemijatan; mengajarkan pada anak mengenai perbedaan sentuhan baik dan buruk; menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan sifat lembut dalam diri anak; memacu pertumbuhan otot dan fisik anak; meningkatkan kerja sistem pernafasan, pencernaan dan peredaran darah; mempengaruhi kerja sistem saraf; menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah; mempercepat aliran getah bening sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh; membersihkan saluran keringat, kelenjar sebasea, meningkatkan fungsi sekresi serta ekskresi dan respirasi kulit; meningkatkan konsentrasi serta menurunkan kecenderungan berkelahi pada anak (Suranto, 2011).

4.2.3. Manfaat pijat terhadap konsentrasi belajar

Gelombang otak disebut juga dengan gelombang listrik atau brain wave. Gelombang otak menandakan aktivitas pikiran seseorang dan dapat diukur dengan menggunakan EEG (Elektroensefalogram) (Solihudin, 2010). Empat pola gelombang otak yang jelas adalah : (1) alpha (8-13,9 Hz) menggambarkan keadaan kondisi fokus, tenang, santai dan relaks; (2) beta (14-30 Hz) menggambarkan kondisi terjaga atau pikiran sangat aktif; (3) teta (4-7,9 Hz) yang terjadi pada saat seseorang


(12)

Hz) merupakan gelombang otak yang paling lambat yang terjadi ketika seseorang masuk ke dalam tidur yang sangat lelap (Wong, 2009).

Pemijatan selama 15 menit menunjukkan penurunan gelombang alpha dan beta pada otak. Penurunan gelombang alpha mempengaruhi kewaspadaan sedangkan penurunan gelombang beta berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan perhitungan matematika (Field et al., 1996). Sedangkan menurut Wong (2010), pijatan pada anak akan memberikan dampak positif bagi anak karena dapat meningkatkan daya konsentrasi dan merasa lebih siap dalam menerima stimulus sehingga dapat belajar dengan lebih cepat dan berdampak positif bagi perkembangan otaknya. Selain itu terapi pijat dapat meningkatkan kecerdasan otak dan meningkatkan daya ingat serta memberikan dampak rileks pada otak maupun tubuh dengan melancarkan peredaran darah.

4.3. Teknik Memijat

4.3.1. Teknik Pijat secara Umum

Menurut Aslani, 2003 teknik memijat secara umum terdiri dari empat gerakan yaitu :

a. Effleurage

Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijatan. Effleurage terutama dilakukan dengan telapak tangan dan jemari rapat yang bertujuan


(13)

meratakan minyak dan menghangatkan otot agar lebih rileks. Gerakan-gerakan effleurage harus mengalir tanpa terputus dan menyambuingkan berbagai tahap pemijatan. Biasanya gerakan ini dilakukan dengan tekanan yang lebih kuat saat mengarah ke jantung. Ini dimaksudkan untuk membantu peredaran darah dan getah bening. Saat kembali,ngerakan harus dilakukan dengan usapan yang lebih ringan dan menenangkan.

b. Tekanan sedang dan kuat

Setiap pemijatan harus diawali dengan gerakan mengusap ringan yang kemudian diikuti oleh tekanan sedang dan kuat dengan menggunakan ibu jari, jemari lainnya, atau tumit tangan. Berat tubuh dapat digunakan untuk menambah tekanan. Gerakan-gerakan seperti ibu jari melingkar atau berputar kadang disebut sebagai gerakan petrissage yaitu gerakan menekan otot pada tulang yang ada dibawahnya.

Gerakan untuk petrissage dan meremas dapat merangsang dan mnyegarkan serta sangat efektif memperbaiki sirkulasi darah, membersihkan racun, meningkatkan laju metabolisme, dan melemaskan ketegangan otot. Ketika menekan, harus diingat bahwa setiap orang memiliki tingkat ketahanan yang berbeda. Hindari menekan kuat pada tubuh yang memar atau pembuluh darah yang membengkak.

c. Saluran getah bening

Sistem getah bening membantu menjaga keseimbangan cairan dalam darah dan berbagai jaringan tubuh. Getah bening adalah cairan tubuh yang vital diantara sel-sel dalam jaringan tubuh. Sebagian besar


(14)

cairan ini akan kembali ke dalam aliran darah melalui pembuluh darah kapiler. Sisanya akan dibuang ke dalam pembuluh getah bening dan bercampur dengan sisa metabolisme dan mikroorganisme seperti bakteri. Ketika cairan tubuh melewati pembuluh ini, kelenjar getah bening akan menyaring dan menghancurkan berbagai organisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, sistem kelenjar getah bening sangat penting untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam sistem peredaran darah. Karena pembuluh getah bening tidak bisa memompa, getah bening hanya bisa mengalir jika otot-otot di sekitarnya berkontrasi dan menekan pembuluhnya. Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat pergelangan tangan dengan siku tetap di sisi samping tubuh membentuk sudut 900, kemudian rangkum tangan pada pergelangan tangan dan dorong hingga bagian siku. Gerakan ini juga dilakukan pada lengan bawah dan kaki bawah.

d. Gerakan memukul

Gerakan memukul-mukul yang lincah dan bersemangat dapat menyegarkan tubuh. Gerakan ini juga dapat menstimulasi aliran darah ke kulit sehingga memperlancar sirkulasi dan membersihkan sisa metabolisme. Selain itu, gerakan ini juga membantu menghancurkan jaringan lemak dan mengendurkan ketegangan otot. Tepukan punggung tangan pada punggung bagian atas dapat membantu melegakan paru-paru. Gerakannya harus ringan dan rileks, serta tidak keras seperti menumbuk. Gerakan ini jangan sampai menyebabkan rasa tidak nyaman. Semua teknik


(15)

ini harus dilakukan secara cepat dengan tangan bergantian untuk menciptakan gerakan berirama. Lakukan gerakan pada bagian tubuh yang empuk seperti paha, pantat, dan lengan atas.

4.3.2. Teknik Pijat pada Anak

Menurut Suranto (2011), teknik pijat pada anak terdiri dari :

a. Teknik tekan

Teknik tekan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tekan lepas dan tekan totok. Teknik tekan lepas dilakukan dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk untuk menekan titik yang berhubungan dengan saraf tertentu. Menurut Ferry (2010), teknik penekanan dapat dilakukan dengan jari jempol, jari telunjuk, dan jari tengah yang disatukan maupun dengan kepalan tangan.

b. Teknik urut

Teknik urut dapat menggunakan ibu jari atau semua jari (kanan atau kiri). Caranya ialah ibu jari diletakkan pada bagian tubuh yang akan diurut, kemudian tekan dan dorong dengan arah yang teratur dan berulang-ulang pada bagian tersebut.

c. Teknik putar

Teknik ini biasanya dilakukan pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki yang ditujukan untuk meregangkan otot-otot yang mengalami ketegangan.


(16)

d. Teknik tarik

Teknik ini dilakukan untuk menarik jari-jari tangan dan jari-jari kaki menggunakan jari telunjuk atau ibu jari dengan cara diurut terlebih dahulu agar agar lebih lemas dan tidak terlalu sakit ketika ditarik. e. Teknik tepuk

Teknik ini dilakukan dengan cara menepuk-nepuk bagian tubuh tertentu untuk memberikan efek panas yang bermanfaat melancarkan aliran darah. Tepukan dilakukan dengan menggunakan telapak tangan. Tepukan yang dilakukan tidak boleh terlalu keras karena dapat menyakiti anak.

f. Teknik pegang

Teknik pegang adalh teknik memijat yang memberikan sentuhan yang lembut serta memberikan efek hangat pada anak . Teknik ini dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan untuk memberikan kontak yang lebih optimal.

g. Teknik belai

Teknik pijat ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan dan jari diatas kepala anak. Teknik ini dilakukan secara perlahan dan lembut dengan tekanan ringan pada telapak tangan dan jari tangan.

h. Teknik gosokan atau usapan

Teknik ini memberikan efek rileks, hangat dan segar pada anak. Usapan ini dimulai dari lengan, bahu, dan punggung. Gerakan ini


(17)

dilakukan dengan lembut menggunakan telapak tangan dan kepalan tangan.

i. Teknik ketukan

Teknik ketukan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) beating atau memberi pukulan ringan dengan menggunakan kepalan tangan. Pada teknik ini anak dipijat menggunakan punggung tangan yang dikepal kemudian ditekan pada bagian tubuh tertentu seperti bahu; (2) patting atau menepuk adalah teknik yang dilakukan dengan menepuk-nepuk telapak tangan yang sedikit ditelungkupkan secara simultan dari gerakan yang lambat hingga cepat; (3) tabla atau pijatan ringan yang menggunakan ujung jari tangan dan biasanya digunakan untuk memijat bagian kepala da wajah anak. Tabla dilakukan dengan ritme yang lembut dan cepat.

j. Teknik remas

Teknik pijat remas dilakukan dengan cara meremas tubuh anak secara lembut menggunakan satu atau dua tangan. Teknik ini sangat berguna pada otot-otot yang tegang dan lelah.

3.4. Kontraindikasi Dalam Pemijatan

Kontraindikasi berarti terdapat sebuah kondisi dimana pijatan tidak bermanfaat pada sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh. Menurut Beck (2010), kontaindikasi dapat bersifat menyeluruh, lokal atau tergantung dengan kondisi.


(18)

1. Kontraindikasi yang bersifat menyeluruh ketika pijat benar-benar tidak dapat dilakukan, seperti kasus-kasus yang buruk, hipertensi yang tidak terkontrol, demam tinggi yang abnormal, shock, pneumonia akut atau toksemia selama kehamilan.

2. Kontraindikasi lokal (regional) melarang pemberian pijat hanya pada bagian tertentu dari tubuh, seperti kondisi menular pada daerah tertentu, luka terbuka, atau radang akut pada saraf atau artritis, tetapi pijat pada daerah lainnya dapat dilakukan.

3. Kontraindikasi yang bersifat kondisional mengharuskan praktisi untuk menyesuaikan kapan kesehatan perlu diperhatikan untuk teknik pijat yang menimbulkan ketidaknyamanan atau efeknya merugikan, walaupun terapi yang lainnya sangat menguntungkan.

Aslani (2003) mengatakan bahwa tidak boleh dilakukan pemijatan dalam kondisi seperti suhu tubuh sangat tinggi, menderita penyakit kulit menular, menderita penyakit atau infeksi menular, dan gangguan jantung seperti trombosis atau radang pembuluh darah, Selain itu jangan memijat parises, luka baru, luka memar, tumor dan tulang sendi yang meradang atau bergeser.


(1)

meratakan minyak dan menghangatkan otot agar lebih rileks. Gerakan-gerakan effleurage harus mengalir tanpa terputus dan menyambuingkan berbagai tahap pemijatan. Biasanya gerakan ini dilakukan dengan tekanan yang lebih kuat saat mengarah ke jantung. Ini dimaksudkan untuk membantu peredaran darah dan getah bening. Saat kembali,ngerakan harus dilakukan dengan usapan yang lebih ringan dan menenangkan.

b. Tekanan sedang dan kuat

Setiap pemijatan harus diawali dengan gerakan mengusap ringan yang kemudian diikuti oleh tekanan sedang dan kuat dengan menggunakan ibu jari, jemari lainnya, atau tumit tangan. Berat tubuh dapat digunakan untuk menambah tekanan. Gerakan-gerakan seperti ibu jari melingkar atau berputar kadang disebut sebagai gerakan petrissage yaitu gerakan menekan otot pada tulang yang ada dibawahnya.

Gerakan untuk petrissage dan meremas dapat merangsang dan mnyegarkan serta sangat efektif memperbaiki sirkulasi darah, membersihkan racun, meningkatkan laju metabolisme, dan melemaskan ketegangan otot. Ketika menekan, harus diingat bahwa setiap orang memiliki tingkat ketahanan yang berbeda. Hindari menekan kuat pada tubuh yang memar atau pembuluh darah yang membengkak.

c. Saluran getah bening

Sistem getah bening membantu menjaga keseimbangan cairan dalam darah dan berbagai jaringan tubuh. Getah bening adalah cairan tubuh yang vital diantara sel-sel dalam jaringan tubuh. Sebagian besar


(2)

cairan ini akan kembali ke dalam aliran darah melalui pembuluh darah kapiler. Sisanya akan dibuang ke dalam pembuluh getah bening dan bercampur dengan sisa metabolisme dan mikroorganisme seperti bakteri. Ketika cairan tubuh melewati pembuluh ini, kelenjar getah bening akan menyaring dan menghancurkan berbagai organisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, sistem kelenjar getah bening sangat penting untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam sistem peredaran darah. Karena pembuluh getah bening tidak bisa memompa, getah bening hanya bisa mengalir jika otot-otot di sekitarnya berkontrasi dan menekan pembuluhnya. Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat pergelangan tangan dengan siku tetap di sisi samping tubuh membentuk sudut 900, kemudian rangkum tangan pada pergelangan tangan dan dorong hingga bagian siku. Gerakan ini juga dilakukan pada lengan bawah dan kaki bawah.

d. Gerakan memukul

Gerakan memukul-mukul yang lincah dan bersemangat dapat menyegarkan tubuh. Gerakan ini juga dapat menstimulasi aliran darah ke kulit sehingga memperlancar sirkulasi dan membersihkan sisa metabolisme. Selain itu, gerakan ini juga membantu menghancurkan jaringan lemak dan mengendurkan ketegangan otot. Tepukan punggung tangan pada punggung bagian atas dapat membantu melegakan paru-paru. Gerakannya harus ringan dan rileks, serta tidak keras seperti menumbuk.


(3)

ini harus dilakukan secara cepat dengan tangan bergantian untuk menciptakan gerakan berirama. Lakukan gerakan pada bagian tubuh yang empuk seperti paha, pantat, dan lengan atas.

4.3.2. Teknik Pijat pada Anak

Menurut Suranto (2011), teknik pijat pada anak terdiri dari :

a. Teknik tekan

Teknik tekan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tekan lepas dan tekan totok. Teknik tekan lepas dilakukan dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk untuk menekan titik yang berhubungan dengan saraf tertentu. Menurut Ferry (2010), teknik penekanan dapat dilakukan dengan jari jempol, jari telunjuk, dan jari tengah yang disatukan maupun dengan kepalan tangan.

b. Teknik urut

Teknik urut dapat menggunakan ibu jari atau semua jari (kanan atau kiri). Caranya ialah ibu jari diletakkan pada bagian tubuh yang akan diurut, kemudian tekan dan dorong dengan arah yang teratur dan berulang-ulang pada bagian tersebut.

c. Teknik putar

Teknik ini biasanya dilakukan pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki yang ditujukan untuk meregangkan otot-otot yang mengalami ketegangan.


(4)

d. Teknik tarik

Teknik ini dilakukan untuk menarik jari-jari tangan dan jari-jari kaki menggunakan jari telunjuk atau ibu jari dengan cara diurut terlebih dahulu agar agar lebih lemas dan tidak terlalu sakit ketika ditarik. e. Teknik tepuk

Teknik ini dilakukan dengan cara menepuk-nepuk bagian tubuh tertentu untuk memberikan efek panas yang bermanfaat melancarkan aliran darah. Tepukan dilakukan dengan menggunakan telapak tangan. Tepukan yang dilakukan tidak boleh terlalu keras karena dapat menyakiti anak.

f. Teknik pegang

Teknik pegang adalh teknik memijat yang memberikan sentuhan yang lembut serta memberikan efek hangat pada anak . Teknik ini dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan untuk memberikan kontak yang lebih optimal.

g. Teknik belai

Teknik pijat ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan dan jari diatas kepala anak. Teknik ini dilakukan secara perlahan dan lembut dengan tekanan ringan pada telapak tangan dan jari tangan.

h. Teknik gosokan atau usapan

Teknik ini memberikan efek rileks, hangat dan segar pada anak. Usapan ini dimulai dari lengan, bahu, dan punggung. Gerakan ini


(5)

dilakukan dengan lembut menggunakan telapak tangan dan kepalan tangan.

i. Teknik ketukan

Teknik ketukan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) beating atau memberi pukulan ringan dengan menggunakan kepalan tangan. Pada teknik ini anak dipijat menggunakan punggung tangan yang dikepal kemudian ditekan pada bagian tubuh tertentu seperti bahu; (2) patting atau menepuk adalah teknik yang dilakukan dengan menepuk-nepuk telapak tangan yang sedikit ditelungkupkan secara simultan dari gerakan yang lambat hingga cepat; (3) tabla atau pijatan ringan yang menggunakan ujung jari tangan dan biasanya digunakan untuk memijat bagian kepala da wajah anak. Tabla dilakukan dengan ritme yang lembut dan cepat.

j. Teknik remas

Teknik pijat remas dilakukan dengan cara meremas tubuh anak secara lembut menggunakan satu atau dua tangan. Teknik ini sangat berguna pada otot-otot yang tegang dan lelah.

3.4. Kontraindikasi Dalam Pemijatan

Kontraindikasi berarti terdapat sebuah kondisi dimana pijatan tidak bermanfaat pada sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh. Menurut Beck (2010), kontaindikasi dapat bersifat menyeluruh, lokal atau tergantung dengan kondisi.


(6)

1. Kontraindikasi yang bersifat menyeluruh ketika pijat benar-benar tidak dapat dilakukan, seperti kasus-kasus yang buruk, hipertensi yang tidak terkontrol, demam tinggi yang abnormal, shock, pneumonia akut atau toksemia selama kehamilan.

2. Kontraindikasi lokal (regional) melarang pemberian pijat hanya pada bagian tertentu dari tubuh, seperti kondisi menular pada daerah tertentu, luka terbuka, atau radang akut pada saraf atau artritis, tetapi pijat pada daerah lainnya dapat dilakukan.

3. Kontraindikasi yang bersifat kondisional mengharuskan praktisi untuk menyesuaikan kapan kesehatan perlu diperhatikan untuk teknik pijat yang menimbulkan ketidaknyamanan atau efeknya merugikan, walaupun terapi yang lainnya sangat menguntungkan.

Aslani (2003) mengatakan bahwa tidak boleh dilakukan pemijatan dalam kondisi seperti suhu tubuh sangat tinggi, menderita penyakit kulit menular, menderita penyakit atau infeksi menular, dan gangguan jantung seperti trombosis atau radang pembuluh darah, Selain itu jangan memijat parises, luka baru, luka memar, tumor dan tulang sendi yang meradang atau bergeser.