Efektivitas Terapi Pijat Terhadap konsentrasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri No. 060894 Medan

(1)

EFEKTIVITAS TERAPI PIJAT TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS 5 SD NEGERI NO. 060894 MEDAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Riska Liani Hutagalung NIM : 091101034

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Efektivitas Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas

5 SD Negeri No. 060894 Medan Peneliti : Riska Liani Hutagalung

NIM : 091101034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2013

Tanggal Lulus : 23 Juli 2013

Pembimbing Penguji I

Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Farida Linda Sari Siregar, M.Kep

NIP. 19740505 200212 2 001 NIP. 19780320 200501 2 003

Penguji II

Rika Endah.N, S.Kp, M.Pd NIP. 19760120 200012 2 001 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Juli 2013 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Judul : Efektifitas Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri 060894 Medan

Nama : Riska Lani Hutagalung NIM : 091101034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Abstrak

Konsentrasi belajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar, dimana individu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap setiap pembelajaran sehingga mampu memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan. Anak usia sekolah sering mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran matematika karena ketidakmampuan mempertahankan konsentrasi secara maksimal. Pijat dikenal sebagai salah satu bentuk terapi bagi dunia kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Terapi pijat memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah memiliki dampak yang positif terhadap konsentrasi belajar. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No. 060894 Medan dan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperiment jenis pre-test dan post-test dengan menggunakan satu kelompok. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling

sehingga diperoleh 23 responden. Mayoritas responden adalah perempuan dengan jumlah 14 orang, anak kedua dan ketiga dengan jumlah masing-masing 7 orang, memiliki 2 saudara kandung dengan jumlah 10 orang dan orang tua bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 11 orang. Konsentrasi belajar diukur dengan menggunakan panduan observasi terstruktur dan kuesioner soal matematika. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji Nonparametric yaitu Uji Wilcoxon. Jenis pijat yang digunakan adalah pijat anak yang dilakukan 2 kali dalam seminggu sebanyak 9 kali pemijatan. Panduan observasi diukur dengan memberikan tanda ceklist pada lembar observasi. Hasil analisa dengan menggunakan panduan observasi menunjukkan peningkatan konsentrasi belajar siswa saat mengikuti pelajaran matematika. Hasil uji statistik nilai matematika siswa menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan intervensi dengan nilai P = 0,025 (P < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terapi pijat memiliki pengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Dari hasil penelitian disarankan kepada institusi pendidikan, agar menggunakan terapi pijat sebagai salah satu intervensi yang efektif untuk meningkatkan konsentrasi belajar.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Terapi Pijat Terhadap konsentrasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri No. 060894 Medan”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawtan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Wardiah Daulay S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen Penasehat Akademik saya dan Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I dan Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Kepala Sekolah SD Negeri No. 060894 Medan yang telah memberikan izin penelitian.

6. Kepada Ibu Florida Ginting selaku guru matematika di SD Negeri No. 060894 Medan yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis setiap pelajaran matematika serta memberikan informasi, dukungan dan harapan.


(5)

7. Para responden yaitu siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan selalu memberikan keceriaan dan semangat bagi penulis (peluk untuk semua adik-adik ku ^-^ ). 8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang luar biasa, Bapak H.T

Hutagalung yang selalu menjadi panutan bagi penulis, berusaha tidak mengeluh dan memberikan yang terbaik, Bapak ku tersayang dengan kepolosan dan kata-kata yang sederhana namun selalu berhasil membangkitkan semangat. Dan Ibu saya E. Sinaga yang telah mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang, selalu mendoakan, memberikan kata-kata indah yang membangkitkan semangat serta cara-cara manis untuk menghibur penulis dan kesabaran yang luar biasa. Semoga Tuhan selalu menambahkan hikmat dan sukacita buat Mama dan Bapak (Cinta Tuhan selalu terpancar dari Mama dan Bapak. Selalu bangga menjadi anak kalian :*)

9. Keluarga besar “Hutagalung”, kakak, abang dan abang ipar penulis Nelly Lasmaida Hutagalung dan Willy Sitompul, Novel Yanti Hutagalung, Tiomsi Hernawati Hutagalung, Nanci Farida Hutagalung and my special brother Idrus Herianto Hutagalung. Terima kasih karena menjadi Saudara terhebat yang selalu mendoakan dan memberi semangat kakak dan abangku ^-^.

10.Keponakanku tersayang Riski Levianly Sitompul, dengan kebijakan yang luar biasa dan kepolosannya selalu berhasil membuat penulis tertawa sekaligus kagum (Iki harus bisa jadi abang yang baik yah mang :*). Dua bidadari kecil ku Gita Carissa Sitompul dan Gina Chalysta Sitompul, melihat dan mendengar kalian selalu memberikan kebahagiaan baru bagi penulis. Semoga kasih Tuhan selalu menyertai perkembangan dan pertumbuhan kalian sayangku (cepat besar dan jadi anak yang bijak ya boru :*)

11.Sahabat-sahabat yang luar biasa Atiqa Khaneef Harahap, Yeni Riska Putri, Parna Zunisah dan Enjelina Hutahaean yang selalu berbagi suka dan duka bersama. Selalu semangat dalam perkuliahan dan pekerjaan dimasa yang akan datang yang sayangku.

12.Seseorang yang spesial Arfan Juwanda Silitonga. Terimakasih untuk cinta, kesabaran dan kesetiaan. Teman berbagi dalam suka dan suka, teman belajar


(6)

dan selalu memberi tawa bahkan dalam kekesalan. Tetap semangat dalam kuliahnya yah dear, kejar target dan tetap andalkan Tuhan. God in you ^-^ 13.Kakak-kakak ku di Parang I, Hot Ain Ulina Sibuea, Devy Sirait dan Poppy

yang berbagi dalam cerita-cerita indah, memberi tawa dan pelajaran yang berharga bagi penulis.

14.Teman-teman seperjuangan yang luar biasa, Dian Nancy Septalya Pandiangan, Melva Yustriana Panjaitan, Maruli Sirait, Junita Laura Simangunsong, Aggrey Swanny Fransiska Sitorus, Novia Naibaho, Imelda Lestari Hutagalung, Siska Rianti Tarigan, Friska, Erica Ari Uli Purba, Mariana Simangunsong. Terimakasih telah berbagi doa dan menawarkan persahabatan yang indah. Semoga kasih Tuhan tetap menyatukan kita dimasa yang akan datang. Dan seluruh teman-teman Stambuk 2009 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tetap semangat dalam menggapai mimpi yang kawan-kawan. Chayooo.

15.Pemimpin Kelompok Kecilku, Kak Murni, Kak Mei dan Kak Corry sebagai tangan kanan Tuhan yang membimbing dengan penuh doa dan kesabaran. 16.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 20 Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………... iii

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR SKEMA ……….………. vi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ……….…... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Anak 1.1. Pengertian Anak ... 8

1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 8

1.2.1. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah ... 9

1.2.2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah ... 10

1.2.3. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah ... 11

1.2.4. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah ... 12

2. Belajar 2.1. Pengertian Belajar ... 12

2.2. Masalah-Masalah Dalam Belajar ... 13

3. Konsentrasi Belajar 3.1. Pengertian Konsentrasi Belajar ... 13

3.2. Indikator Konsentrasi Belajar ... 14


(8)

4. Terapi Pijat

4.1. Pengertian Terapi Pijat ... 15

4.2. Manfaat Terapi Pijat ... 16

4.2.1. Manfaat Pijat Secara Umum ... 16

4.2.2. Manfaat Pijat pada Anak ... 17

4.2.3. Manfaat Pijat terhadap Konsentrasi Belajar ... 18

4.3. Teknik Memijat 4.3.1. Teknik Memijat Secara Umum ... 19

4.3.2. Teknik Memijat pada Anak ... 22

4.4. Kontraindikasi dalam Pemijatan ... 24

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 26

2. Defenisi Operasional ... 27

3. Hipotesa Penelitian ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi ………..….… 31

2.2. Sampel ………... 31

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbangan Etik ………..….… 32

5. Instrumen Penelitian ………..….. 33

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ……….….. 34

7. Pengumpulan Data ……….……. 34

8. Uji Normalitas ……….….... 36


(9)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ………..…. 39 1.1. Analisa Univariat

1.1.1. Karakteristik Responden ……….….... 39 1.1.2. Konsentrasi Belajar siswa kelas 5 SD N No. 060894

Medan Berdasarkan Hasil Observasi ……….…. 41 1.1.3. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD N No. 060894

Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Pijat ………. 44 1.2. Analisa Bivariat

1.2.1. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematik.………...………. 45 2. Pembahasan

2.1. Karakteristik Responden ……….…..…. 47 2.2. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD N No. 060894

Medan Berdasarkan Hasil Observasi …….………..….. 50 2.3. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD N No. 060894

Medan Berdasarkan Hasil Belajar Matematika ….……... 56 2.4. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa

Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai

Matematika ………... 57

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ……….……… 60 2. Saran ………...… 61 DAFTAR PUSTAKA ... 63


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ………..…… 27 Tabel 4.1. Rancangan Penelitian ………... 30 Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Matematika Siswa Kelas 5 SD

Negeri No. 060894 Medan ……….………..….. 37 Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden …....… 40 Tabel 5.2. Hasil Observasi Pada Penelitian Hari Pertama ……….….…. 42

Tabel 5.3. Hasil Observasi Pada Penelitian Hari Kesembilan ………. 43

Tabel 5.4. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah

Dilakukan Terapi Pijat ………..… 44 Tabel 5.5. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5

SD N No. 060894 Medan Pada Hari Pertama Penelitian…………... 45 Tabel 5.5. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Data Demografi

3. Panduan Observasi

4. Kuesioner Soal Matematika

5. Hasil Observasi Pada Penelitian Hari Pertama sampai Kesembilan 6. Hasil Analisa Data Nilai Matematika Menggunakan Uji Wilcoxon 7. Hasil Uji Normalitas Data

8. Grafik Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Pijat 9. Lembar Persetujuan Uji Validitas

10. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di SD Negeri No. 060894 Medan

11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SD Negeri No. 060894 Medan

12. Lembar Persetujuan Sidang Skripsi oleh Dosen Pembimbing 13. Jadwal Penelitian

14. Taksasi Dana

15. Lembar Konsultasi

16. Format Audiens Mengikuti Sidang Proposal 17. Riwayat Hidup


(13)

Judul : Efektifitas Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri 060894 Medan

Nama : Riska Lani Hutagalung NIM : 091101034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Abstrak

Konsentrasi belajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar, dimana individu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap setiap pembelajaran sehingga mampu memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan. Anak usia sekolah sering mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran matematika karena ketidakmampuan mempertahankan konsentrasi secara maksimal. Pijat dikenal sebagai salah satu bentuk terapi bagi dunia kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Terapi pijat memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah memiliki dampak yang positif terhadap konsentrasi belajar. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No. 060894 Medan dan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperiment jenis pre-test dan post-test dengan menggunakan satu kelompok. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling

sehingga diperoleh 23 responden. Mayoritas responden adalah perempuan dengan jumlah 14 orang, anak kedua dan ketiga dengan jumlah masing-masing 7 orang, memiliki 2 saudara kandung dengan jumlah 10 orang dan orang tua bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 11 orang. Konsentrasi belajar diukur dengan menggunakan panduan observasi terstruktur dan kuesioner soal matematika. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji Nonparametric yaitu Uji Wilcoxon. Jenis pijat yang digunakan adalah pijat anak yang dilakukan 2 kali dalam seminggu sebanyak 9 kali pemijatan. Panduan observasi diukur dengan memberikan tanda ceklist pada lembar observasi. Hasil analisa dengan menggunakan panduan observasi menunjukkan peningkatan konsentrasi belajar siswa saat mengikuti pelajaran matematika. Hasil uji statistik nilai matematika siswa menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan intervensi dengan nilai P = 0,025 (P < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terapi pijat memiliki pengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Dari hasil penelitian disarankan kepada institusi pendidikan, agar menggunakan terapi pijat sebagai salah satu intervensi yang efektif untuk meningkatkan konsentrasi belajar.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual dan kemudian emosional (Hidayat, 2005). Anak-anak yang memasuki kelas satu berada dalam periode transisi dari pertumbuhan pesat masa anak-anak awal ke tahap perkembangan yang lebih bertahap. Bagi sebagian besar anak, memasuki tahap usia sekolah berarti mengalami masa peralihan dari anak rumah menjadi anak sekolah, dan merupakan suatu situasi yang membawa kepada peran dan kewajiban yang baru (Slavin, 2011).

Anak usia sekolah mengalami pengembangan daya ingat dan kognisi sehingga kemampuan akademis yang didapatkan dari kegiatan belajar sangat berkaitan dengan pengembangan kognitifnya (Slavin, 2011). Salah satu faktor internal yang mempengaruhi belajar disebut dengan kecerdasan intelektual. Secara sederhana kecerdasan intelektual dapat diartikan sebagai jenis kecerdasan yang diperlukan seseorang untuk mengerjakan suatu hal, bertindak dengan tujuan jelas dan berpikir dalam rangka mengatasi atau memecahkan masalah secara rasional sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkan anak dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan persoalan-persoalan baru secara cepat, tepat dan berhasil. Jika anak


(15)

cerdas maka kemungkinan anak dapat menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri (Siregar, 2010). Akan tetapi tidak semua anak yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tidak memiliki kesulitan dalam belajar. Pada umumnya anak sering mengalami kesulitan dalam bidang akademis. Kesulitan ini menyebabkan prestasi yang dihasilkan tidak cukup baik. Para siswa, guru, dan orang tua siswa sering bertanya-tanya mengapa siswa tidak menghasilkan prestasi yang baik ditinjau dari hasil tugas, ulangan harian, maupun nilai rapor. Padahal pada kondisi normal, siswa tersebut memiliki kecerdasan pada taraf rata-rata dan bahkan ada yang memiliki kecerdasan pada tingkat superior. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Salah satunya adalah konsentrasi. Siswa sering mengeluhkan bahwa ketika belajar mereka tidak dapat berkonsentrasi sehingga tidak menyimak materi dengan baik, hasilnya mereka akan semakin tidak tertarik dan memilih untuk mencari kesibukan lain (Susanto, 2006).

Konsentrasi menggambarkan perilaku yang fokus dalam memperhatikan pelajaran serta dapat memahami setiap materi yang diberikan (Sumartno, 2004 dalam Rachman, 2010). Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi adalah matematika, karena matematika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu pengetahuan lainnya. Di Indonesia, pentingnya matematika dapat diamati dari pelaksanaannya dalam setiap jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Dengan adanya pelajaran matematika pada semua jenjang pendidikan, diharapkan siswa dapat berfikir logis, kritis, rasional dan percaya diri (Parminingsih, 2010). Oleh karena itu kurangnya


(16)

konsentrasi siswa dalam belajar matematika akan memiliki pengaruh yang penting pada jenjang pendidikan berikutnya.

Terapi pijat merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak. Pijat dikenal sebagai salah satu bentuk terapi bagi dunia kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Terapi pijat memiliki banyak manfaat. Axelsons Gymnastiska Institute melihat dampak pentingnya pijat pada anak dan kemudian berkonsultasi dengan Touch Research Institute sehingga pijat pada anak prasekolah dan anak sekolah dilaksanakan. Lebih dari 8000 guru yang seluruhnya berasal dari Swedia dilatih selama lebih dari 5 tahun. Hasil observasi menunjukkan bahwa anak menjadi lebih tenang, lebih mudah berkonsentrasi, mengembangkan kepedulian anak, dan mendemonstrasikan kemampuan untuk berkata tidak terhadap kontak fisik yang tidak dikehendaki (Elmstrom, 2003 dalam Elston, 2010).

Penelitian oleh Field, Lasko, et al., (1997), menunjukkan bahwa terapi pijat pada anak autis selama 10 hari menunjukkan keterikatan sosial dengan guru meningkat dan perilaku autisnya menurun. Terapi pijat juga dilakukan pada penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) selama 10 hari berturut-turut, menunjukkan perilaku hiperaktif anak berkurang sehingga dapat bertahan di kelas lebih lama (Field, Quintino, & Hernandez-Reif, 1998).

Penelitian di Touch Research Institute Amerika yang dilakukan pada sekelompok anak dengan memberikan soal matematika untuk diselesaikan. Setelah itu dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut selama 2x15 menit setiap


(17)

minggunya. Selanjutnya, pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat (Roesli, 2008).

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, didapatkan informasi bahwa siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 memiliki kesulitan dalam pelajaran matematika. Hal ini disebabkan kelemahan siswa dalam berkonsentrasi saat guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru tersebut mengatakan bahwa saat belajar terdapat beberapa anak yang tidak tenang sehingga mengganggu teman yang lain. Siswa tersebut memiliki karakter dan gaya belajar yang berbeda serta kemampuan yang berbeda pula. Ketika mendapat giliran untuk menjawab soal di depan kelas, sebagian besar siswa dapat menyelesaikan dengan benar. Namun ketika diberi tugas tulis di kelas sering mereka menyelesaikan dengan terburu-buru sehingga hasilnya kurang memuaskan. Guru mengatakan bahwa hal ini dikarenakan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi kurang baik, mereka mudah teralihkan oleh faktor-faktor lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti “Efektivitas terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka pertanyaan yang dapat dirumuskan adalah apakah terapi pijat dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.


(18)

3. Tujuan Penelitian

3.1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi efektifitas terapi pijat dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri 067246 Medan.

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Mengidentifikasi karakteristik siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan

3.2.2. Mengidentifikasi konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan setelah dilakukan terapi pijat berdasarkan hasil observasi belajar matematika.

3.2.3. Mengidentifikasi konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan sebelum dan setelah dilakukan terapi pijat berdasarkan nilai matematika.

3.2.4. Mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan berdasarkan nilai matematika.


(19)

4. Manfaat Penelitian

a. Anak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dan membantu siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan dalam meningkatkan konsentrasi belajar dengan cara yang efektif.

b. Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan atau informasi bagi orang tua dalam mengatasi masalah konsentrasi belajar pada anak.

c. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan keperawatan khususnya keperawatan anak dalam hal memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang terapi pijat sebagai salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam mengatasi kesulitan berkonsentrasi saat belajar.

d. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya masalah belajar pada anak.


(20)

e. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan penelitian keperawatan khususnya keperawatan anak dengan menjadi sumber data atau informasi dan juga sumber inspirasi untuk melakukan penelitian yang sejenis dan berhubungan dengan terapi pijat pada anak.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANAK

1.1. Pengertian Anak

Anak menurut WHO berada pada rentang usia 0 – 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut American of Pediatric tahun 1998 batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun.

Periode usia perkembangan anak adalah periode pranatal (konsepsi hingga kelahiran), masa bayi (lahir sampai 1 tahun), masa kanak-kanak awal (1 sampai 6 tahun), masa kanak-kanak pertengahan (6 sampai 11 atau 12 tahun) dan periode kanak-kanak akhir (11 sampai 19 tahun) (Wong, 2009).

1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri (Jahja, 2011). Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dan alat tubuh. Pertumbuhan kuantitatif yang dimaksud adalah tidak hanya besar secara fisik saja, akan tetapi organ-organ dalam tubuh anak pun berubah mengikuti pertumbuhannya, misalnya ukuran dan struktur otak yang semakin meningkat sehingga menyebabkan anak mampu untuk belajar, mengingat dan berpikir. Perkembangan berkaitan


(22)

dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Sedangkan teratur dan koheren menandakan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelum dan sesudahnya (Jahja, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, dan kemudian emosional (Hidayat, 2005). Dalam hal ini, lebih di tekankan pada perkembangan anak usia sekolah.

1.2.1. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah

Perkembangan fisik pada anak usia sekolah mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa anak-anak awal (Slavin, 2011). Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, yaitu 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg; tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg (Wong, 2009).

Anak-anak yang memasuki sekolah dasar telah mengembangkan banyak kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk menyeimbangkan badan, berlari melompat dan melempar (Slavin, 2011).


(23)

1.2.2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

Perkembangan kofnitif pada anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret. Operasi konkret berarti tindakan mental dapat dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret yang nyata (Santrock, 2008).

Pada masa sekolah dasar, kemampuan kognisi anak mengalami perubahan yang signifikan. Anak dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan objek dan situasi yang sudah tidak asing lagi. Selain itu anak mampu mengurutkan (seriation), memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan secara logis dan menarik kesimpulan dari hubungan tersebut (transitivitas) dan kemampuan dalam melakukan operasi hitung (Slavin, 2011).

Anak yang melalui tahap perkembangan dengan baik akan mempertahankan karakteristik tahap sebelumnya sementara perilaku kognisi tahap yang lebih tinggi berkembang. Selain memasuki tahap operasi konkret, anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta kognisi, yaitu kemampuan memikirkan pemikiran sendiri dan memelajari cara belajar (Slavin, 2011). Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun prasekolah digantikan dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (Wong, 2009).


(24)

1.2.3. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah

Anak-anak yang memasuki usia sekolah dasar telah mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan, dan pengaruh sosial yang lebih rumit. Masa sekolah dasar awal biasanya akan dihabiskan untuk melewati tahap keempat Erikson (1963), kemegahan versus inferioritas. Anak yang diperkirakan telah mengembangkan kepercayaan selama masa bayi, otonomi selama tahun-tahun pertama, dan inisiatif selama masa prasekolah, pengalaman anak itu di sekolah dasar dapat memberi andil bagi rasa kemegahan dan pencapaiannya. Anak pada tahap ini menganggap dan membuktikan bahwa mereka “tumbuh dewasa”, hal ini yang kemudian digambarkan sebagai tahap saya-dapat-melakukannya-sendiri (Slavin, 2011).

Anak-anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas-tugas yang mereka pilih dan mereka sering merasa senang menyelesaikan proyek apabila ketika kekuatan konsentrasi mereka tumbuh. Menurut Mc Hale, et al. (2003) dalam Slavin (2011), tahap ini juga meliputi pertumbuhan tindakan mandiri, kerja sama dengan kelompok, dan tampil dengan cara yang dapat diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan yang adil.

Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka (Wong, 2009).


(25)

1.2.4. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah

Kohlberg menyatakan bahwa pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral (Wong, 2009).

Anak usia sekolah lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan nilai dibandingkan akibat yang dihasilkan. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat otoriter dan mutlak, namun lebih banyak diisi dengan kebutuhan dan keinginan orang lain. Oleh karena itu anak pada usia ini mampu memahami dan menerima konsep sebagaimana ingin diperlakukan demikian juga seharusnya memperlakukan orang lain (Wong, 2009).

2. BELAJAR

2.1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat (Siregar, 2010).

Menurut Dimyati (2006), belajar dialami sebagai suatu proses dimana siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dari buku-buku pelajaran.


(26)

2.2. Masalah - Masalah Dalam Belajar

Masalah–masalah dalam belajar terdiri dari masalah belajar internal dan masalah belajar eksternal. Masalah belajar internal yaitu masalah yang dialami siswa berasal dari diri sendiri dan berpengaruh terhadap proses belajar. Masalah belajar internal terdiri dari : sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi dan unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Sedangkan masalah eksternal dalam belajar merupakan masalah yang berasal dari lingkungan siswa yang terdiri dari : guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah (Dimyati, 2006).

3. KONSENTRASI BELAJAR

3.1. Pengertian Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan salah satu masalah internal yang dialami oleh siswa dalam proses belajar. Konsentrasi belajar berarti kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya (Dimyati, 2006).

Konsentrasi belajar menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010), merupakan perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan


(27)

dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.

Konsentrasi belajar dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang penting dimiliki dalam kegiatan belajar, dimana individu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap setiap pelaksanaan pembelajaran dengan baik sehingga mampu mengerti setiap materi yang diberikan.

3.2. Indikator Konsentrasi Belajar

Kemampuan setiap siswa dalam memusatkan perhatian terhadap materi yang diberikan tidaklah sama, sehingga untuk melihat apakah siswa konsentrasi atau tidak diperlukan adanya alat ukur. Indikator konsentrasi belajar merupakan alat untuk mengukur perilaku sebagai respon dari proses pembelajaran, serta kemudian digunakan untuk membimbing penerapan berbagai perbaikan dan perubahan yang diperlukan.

Menurut Super dan Crites yang dikutip oleh Kartono (1986) dalam Rachman (2010), bahwa cara untuk mengukur konsentrasi belajar adalah memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan guru; dapat merespon dan memahami materi pelajaran yang diberikan; selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan guru; menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan guru serta kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran.


(28)

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Menurut Olivia (2010), pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan dan informasi yaitu memasukkan, menyimpan dan memanggil kembali informasi. Proses tersebut tidak dapat berjalan dengan baik jika seorang anak tidak dapat berkonsentrasi. Konsentrasi biasanya terganggu jika pikiran bercabang. Misalnya ketika anak mengerjakan tugas dirumah dan kemudian tergoda untuk menonton televisi. Hal ini bisa menyebabkan pikiran bercabang karena dua atau lebih hal yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang bisa berkonsentrasi dengan optimal jika dapat menekan semua keinginan yang tidak berhubungan atau bertentangan dengan belajar. Faktor-faktor penyebab gangguan konsentrasi terdiri dari dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri sediri, misalnya minat belajar rendah (mata pelajaran dianggap tidak menarik), perencanaan jadwal belajar yang buruk dan kesehatan yang sedang menurun. Faktor eksternal berupa suasana belajar, perlengkapan, penerangan ruangan, suara dan adanya gambar-gambar yang mengganggu perhatian (Olivia, 2010).

4. TERAPI PIJAT

4.1. Pengertian Terapi Pijat

Pijat adalah salah satu teknik tertua yang dipakai manusia untuk meningkatkan kesehatan. Terdapat bukti-bukti tertulis tentang pijat dari berbagai kebudayaan kuno termasuk Mesir, Yunani, Romawi, India, dan Jepang. Pada awal tahun 1800-an seorang Swedia bernama Per Hendrik Ling


(29)

(1776-1839) mengembangkan teori pijat yang menggabungkan teknik-teknik dari Cina, Mesir, Yunani, dan Romawi. Ia membuka sekolah pijat pertama di Stockholm, itulah sebabnya pijat sering dihubungkan dengan pijat Swedia (Aslani, 2003).

Menurut Kozier (2010), pijat merupakan tindakan kenyamanan yang dapat membantu relaksasi, menurunkan ketegangan otot, dan dapat meringankan ansietas karena kontak fisik yang menyampaikan perhatian. Menurut Sinha (2001) pijat adalah manipulasi ilmiah pada gerakan jaringan lunak tubuh dengan menggunakan tangan dan atau jari-jari. Pijat dapat diartikan juga sebagai tindakan manual secara sistemik pada jaringan lunak tubuh dengan pergerakan seperti menggosok, meremas, menekan, memutar, menampar dan menepuk untuk tujuan terapeutik seperti melancarkan sirkulasi darah dan limfe, relaksasi otot, mengurangi nyeri, perbaikan keseimbangan metabolisme, dan kegunaan lainnya baik fisik dan mental (Beck, 2010). 4.2. Manfaat Terapi Pijat

4.2.1. Manfaat pijat secara umum

Terapi pijat memiliki beberapa manfaat. Menurut Andy (2011), manfaat terapi pijat yaitu memiliki efek biokimia yang positif seperti menurunkan kadar hormon stress (catecholamine), meningkatkan kadar serotonin, memberikan efek klinis seperti meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami), mengubah gel otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah darah dan pernafasan,


(30)

merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, mengurangi depresi dan ketegangan, membuat tidur lelap, meningkatkan kesiagaan, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, mencerahkan kulit, meredakan rasa nyeri, mengatasi migrain, mempercepat pemulihan setelah sakit, memperbaiki fungsi saraf, meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mengendurkan otot kaku, meredakan stress, serta memberikan efek relaksasi.

Terapi pijat tidak hanya bermanfaat secara fisik, namun pijat juga memiliki manfaat psikologis. Pijat menyampaikan perhatian, penerimaan, dukungan dan empati. Pijat menciptakan citra diri yang positif karena membantu menghubungkan kembali dengan bagian diri yang paling dalam. Terapi pijat dan sentuhan akan mendorong energi vital atau kekuatan hidup kita untuk mengalir secara bebas dan mengembalikan keseimbangan tubuh (Aslani, 2003).

4.2.2. Manfaat pijat pada anak

Pijat pada anak memiliki manfaat terhadap tumbuhkembang serta kesehatannya. Beberapa manfaat pijat anak adalah membantu meningkatkan sistem imunitas; merilekskan tubuh anak sehingga dapat membuatnya tetap tenang meski dalam kondisi stres; mengatasi kesulitan tidur; meningkatkan proses tumbuh kembang anak; menumbuhkan


(31)

perasaan positif pada anak; mencegah timbulnya gangguan pencernaan; melancarkan buang air besar; meningkatkan kesigapan anak dan koordinasi otot; meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan manejemen stres dan pengelolaan mental pada anak dengan teknik pemijatan; mengajarkan pada anak mengenai perbedaan sentuhan baik dan buruk; menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan sifat lembut dalam diri anak; memacu pertumbuhan otot dan fisik anak; meningkatkan kerja sistem pernafasan, pencernaan dan peredaran darah; mempengaruhi kerja sistem saraf; menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah; mempercepat aliran getah bening sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh; membersihkan saluran keringat, kelenjar sebasea, meningkatkan fungsi sekresi serta ekskresi dan respirasi kulit; meningkatkan konsentrasi serta menurunkan kecenderungan berkelahi pada anak (Suranto, 2011).

4.2.3. Manfaat pijat terhadap konsentrasi belajar

Gelombang otak disebut juga dengan gelombang listrik atau brain wave. Gelombang otak menandakan aktivitas pikiran seseorang dan dapat diukur dengan menggunakan EEG (Elektroensefalogram) (Solihudin, 2010). Empat pola gelombang otak yang jelas adalah : (1) alpha (8-13,9 Hz) menggambarkan keadaan kondisi fokus, tenang, santai dan relaks; (2) beta (14-30 Hz) menggambarkan kondisi terjaga atau pikiran sangat aktif; (3) teta (4-7,9 Hz) yang terjadi pada saat seseorang


(32)

Hz) merupakan gelombang otak yang paling lambat yang terjadi ketika seseorang masuk ke dalam tidur yang sangat lelap (Wong, 2009).

Pemijatan selama 15 menit menunjukkan penurunan gelombang alpha dan beta pada otak. Penurunan gelombang alpha mempengaruhi kewaspadaan sedangkan penurunan gelombang beta berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan perhitungan matematika (Field et al., 1996). Sedangkan menurut Wong (2010), pijatan pada anak akan memberikan dampak positif bagi anak karena dapat meningkatkan daya konsentrasi dan merasa lebih siap dalam menerima stimulus sehingga dapat belajar dengan lebih cepat dan berdampak positif bagi perkembangan otaknya. Selain itu terapi pijat dapat meningkatkan kecerdasan otak dan meningkatkan daya ingat serta memberikan dampak rileks pada otak maupun tubuh dengan melancarkan peredaran darah. 4.3. Teknik Memijat

4.3.1. Teknik Pijat secara Umum

Menurut Aslani, 2003 teknik memijat secara umum terdiri dari empat gerakan yaitu :

a. Effleurage

Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijatan. Effleurage terutama dilakukan dengan telapak tangan dan jemari rapat yang bertujuan


(33)

meratakan minyak dan menghangatkan otot agar lebih rileks. Gerakan-gerakan effleurage harus mengalir tanpa terputus dan menyambuingkan berbagai tahap pemijatan. Biasanya gerakan ini dilakukan dengan tekanan yang lebih kuat saat mengarah ke jantung. Ini dimaksudkan untuk membantu peredaran darah dan getah bening. Saat kembali,ngerakan harus dilakukan dengan usapan yang lebih ringan dan menenangkan.

b. Tekanan sedang dan kuat

Setiap pemijatan harus diawali dengan gerakan mengusap ringan yang kemudian diikuti oleh tekanan sedang dan kuat dengan menggunakan ibu jari, jemari lainnya, atau tumit tangan. Berat tubuh dapat digunakan untuk menambah tekanan. Gerakan-gerakan seperti ibu jari melingkar atau berputar kadang disebut sebagai gerakan petrissage yaitu gerakan menekan otot pada tulang yang ada dibawahnya.

Gerakan untuk petrissage dan meremas dapat merangsang dan mnyegarkan serta sangat efektif memperbaiki sirkulasi darah, membersihkan racun, meningkatkan laju metabolisme, dan melemaskan ketegangan otot. Ketika menekan, harus diingat bahwa setiap orang memiliki tingkat ketahanan yang berbeda. Hindari menekan kuat pada tubuh yang memar atau pembuluh darah yang membengkak.

c. Saluran getah bening

Sistem getah bening membantu menjaga keseimbangan cairan dalam darah dan berbagai jaringan tubuh. Getah bening adalah cairan tubuh yang vital diantara sel-sel dalam jaringan tubuh. Sebagian besar


(34)

cairan ini akan kembali ke dalam aliran darah melalui pembuluh darah kapiler. Sisanya akan dibuang ke dalam pembuluh getah bening dan bercampur dengan sisa metabolisme dan mikroorganisme seperti bakteri. Ketika cairan tubuh melewati pembuluh ini, kelenjar getah bening akan menyaring dan menghancurkan berbagai organisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, sistem kelenjar getah bening sangat penting untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam sistem peredaran darah. Karena pembuluh getah bening tidak bisa memompa, getah bening hanya bisa mengalir jika otot-otot di sekitarnya berkontrasi dan menekan pembuluhnya. Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat pergelangan tangan dengan siku tetap di sisi samping tubuh membentuk sudut 900, kemudian rangkum tangan pada pergelangan tangan dan dorong hingga bagian siku. Gerakan ini juga dilakukan pada lengan bawah dan kaki bawah.

d. Gerakan memukul

Gerakan memukul-mukul yang lincah dan bersemangat dapat menyegarkan tubuh. Gerakan ini juga dapat menstimulasi aliran darah ke kulit sehingga memperlancar sirkulasi dan membersihkan sisa metabolisme. Selain itu, gerakan ini juga membantu menghancurkan jaringan lemak dan mengendurkan ketegangan otot. Tepukan punggung tangan pada punggung bagian atas dapat membantu melegakan paru-paru. Gerakannya harus ringan dan rileks, serta tidak keras seperti menumbuk. Gerakan ini jangan sampai menyebabkan rasa tidak nyaman. Semua teknik


(35)

ini harus dilakukan secara cepat dengan tangan bergantian untuk menciptakan gerakan berirama. Lakukan gerakan pada bagian tubuh yang empuk seperti paha, pantat, dan lengan atas.

4.3.2. Teknik Pijat pada Anak

Menurut Suranto (2011), teknik pijat pada anak terdiri dari : a. Teknik tekan

Teknik tekan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tekan lepas dan tekan totok. Teknik tekan lepas dilakukan dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk untuk menekan titik yang berhubungan dengan saraf tertentu. Menurut Ferry (2010), teknik penekanan dapat dilakukan dengan jari jempol, jari telunjuk, dan jari tengah yang disatukan maupun dengan kepalan tangan.

b. Teknik urut

Teknik urut dapat menggunakan ibu jari atau semua jari (kanan atau kiri). Caranya ialah ibu jari diletakkan pada bagian tubuh yang akan diurut, kemudian tekan dan dorong dengan arah yang teratur dan berulang-ulang pada bagian tersebut.

c. Teknik putar

Teknik ini biasanya dilakukan pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki yang ditujukan untuk meregangkan otot-otot yang mengalami ketegangan.


(36)

d. Teknik tarik

Teknik ini dilakukan untuk menarik jari-jari tangan dan jari-jari kaki menggunakan jari telunjuk atau ibu jari dengan cara diurut terlebih dahulu agar agar lebih lemas dan tidak terlalu sakit ketika ditarik. e. Teknik tepuk

Teknik ini dilakukan dengan cara menepuk-nepuk bagian tubuh tertentu untuk memberikan efek panas yang bermanfaat melancarkan aliran darah. Tepukan dilakukan dengan menggunakan telapak tangan. Tepukan yang dilakukan tidak boleh terlalu keras karena dapat menyakiti anak.

f. Teknik pegang

Teknik pegang adalh teknik memijat yang memberikan sentuhan yang lembut serta memberikan efek hangat pada anak . Teknik ini dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan untuk memberikan kontak yang lebih optimal.

g. Teknik belai

Teknik pijat ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan dan jari diatas kepala anak. Teknik ini dilakukan secara perlahan dan lembut dengan tekanan ringan pada telapak tangan dan jari tangan.

h. Teknik gosokan atau usapan

Teknik ini memberikan efek rileks, hangat dan segar pada anak. Usapan ini dimulai dari lengan, bahu, dan punggung. Gerakan ini


(37)

dilakukan dengan lembut menggunakan telapak tangan dan kepalan tangan.

i. Teknik ketukan

Teknik ketukan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) beating atau memberi pukulan ringan dengan menggunakan kepalan tangan. Pada teknik ini anak dipijat menggunakan punggung tangan yang dikepal kemudian ditekan pada bagian tubuh tertentu seperti bahu; (2) patting atau menepuk adalah teknik yang dilakukan dengan menepuk-nepuk telapak tangan yang sedikit ditelungkupkan secara simultan dari gerakan yang lambat hingga cepat; (3) tabla atau pijatan ringan yang menggunakan ujung jari tangan dan biasanya digunakan untuk memijat bagian kepala da wajah anak. Tabla dilakukan dengan ritme yang lembut dan cepat.

j. Teknik remas

Teknik pijat remas dilakukan dengan cara meremas tubuh anak secara lembut menggunakan satu atau dua tangan. Teknik ini sangat berguna pada otot-otot yang tegang dan lelah.

3.4. Kontraindikasi Dalam Pemijatan

Kontraindikasi berarti terdapat sebuah kondisi dimana pijatan tidak bermanfaat pada sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh. Menurut Beck (2010), kontaindikasi dapat bersifat menyeluruh, lokal atau tergantung dengan kondisi.


(38)

1. Kontraindikasi yang bersifat menyeluruh ketika pijat benar-benar tidak dapat dilakukan, seperti kasus-kasus yang buruk, hipertensi yang tidak terkontrol, demam tinggi yang abnormal, shock, pneumonia akut atau toksemia selama kehamilan.

2. Kontraindikasi lokal (regional) melarang pemberian pijat hanya pada bagian tertentu dari tubuh, seperti kondisi menular pada daerah tertentu, luka terbuka, atau radang akut pada saraf atau artritis, tetapi pijat pada daerah lainnya dapat dilakukan.

3. Kontraindikasi yang bersifat kondisional mengharuskan praktisi untuk menyesuaikan kapan kesehatan perlu diperhatikan untuk teknik pijat yang menimbulkan ketidaknyamanan atau efeknya merugikan, walaupun terapi yang lainnya sangat menguntungkan.

Aslani (2003) mengatakan bahwa tidak boleh dilakukan pemijatan dalam kondisi seperti suhu tubuh sangat tinggi, menderita penyakit kulit menular, menderita penyakit atau infeksi menular, dan gangguan jantung seperti trombosis atau radang pembuluh darah, Selain itu jangan memijat parises, luka baru, luka memar, tumor dan tulang sendi yang meradang atau bergeser.


(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa variabel dependen (terikat) dipengaruhi oleh variabel independen (bebas), dimana terapi pijat (variabel independen) mempengaruhi terhadap konsentrasi belajar (variabel dependen) siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Konsentrasi

Faktor yang mempengaruhi : 1. Faktor internal

2. Faktor eksternal Pre-test diukur

berdasarkan hasil soal matematika yang diberikan sebelum

Post-test diukur berdasarkan hasil soal

matematika dan hasil observasi setelah

Terapi Pijat

Siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri No.


(40)

Keterangan :

: Diteliti : Diabaikan : Hubungan 2. Defenisi Operasional

NO Variabel Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Variabel Independen: Terapi Pijat Terapi pijat adalah tindakan memijat pada permukaan tubuh yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan dengan

menggunakan telapak dan jari tangan yang dilakukan dua

kali dalam seminggu sebanyak sembilan kali yang mana selama pemijatan menghabiskan waktu sebanyak 20 menit dengan menggunakan teknik pijat pada anak.


(41)

2. Variabel Dependen : Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar adalah kemampuan

siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan untuk memusatkan pikiran dan perhatiannya terhadap proses belajar matematika sehingga mampu memahami materi yang diberikan. Konsentrasi belajar diukur dengan menggunak an kuesioner soal matematika dan lembar observasi yang terdiri dari fokus pandangan, bahasa tubuh dan dikap di kelas.

Hasil ukur

berdasarkan:

1. Nilai matematika 2. Hasil pengamatan

berdasarkan panduan observasi yang terdiri dari: - Fokus pandang,

meliputi pandangan tertuju pada guru, pandangan tertuju pada papan tulis/alat peraga/buku panduan dan pandangan tertuju ke arah lain. - Bahasa tubuh,

meliputi sikap duduk tegak, sikap duduk bersandar, mengantuk saat belajar dan bermain dengan alat tulis.

- Sikap siswa saat mengikuti

pelajaran meliputi sikap tenang dan bising/gaduh/men gobrol.

1. Rasio 2. Nominal


(42)

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang dibuktikan dari penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) bahwa ada pengaruh terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan pre post test design untuk mengidentifikasi efektifitas terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Penelitian ini menggunakan satu kelompok subjek atau tidak ada kelompok pembanding (kontrol) dimana kelompok tersebut diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Penelitian ini dilakukan sebanyak sembilan kali dengan waktu yang ditetapkan yaitu dua kali dalam seminggu. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

01 : Pengukuran sebelum perlakuan X : Pemberian terapi pijat

02 : Pengukuran setelah perlakuan

Pretest Perlakuan Post test


(44)

2. Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan yang berjumlah 29 orang.

2.2. Sampel

Sampel merupakan objek yang akan diteliti dan yang merupakan bagian dari populasi (Notoadmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006), jika jumlah subjek kurang dari 100 maka lebih baik digunakan seluruhnya (total sampling). Sehingga jumlah dari sampel adalah 29 orang sesuai dengan jumlah populasi. Namun karena terdapat 6 siswa yang tidak memenuhi kriteria penelitian maka jumlah sampel yang digunakan adalah 23 orang.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas 5 SD yang bersekolah di SD Negeri No. 060894 Medan 2. Siswa mampu berbahasa Indonesia dengan baik

3. Siswa bersedia menjadi responden 4. Siswa sehat fisik dan tidak sakit


(45)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 di ruangan kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Peneliti memilih lokasi ini karena lingkungan sekolahnya yang cenderung ramai disebabkan bangunan sekolahnya yang dihimpit dengan dua sekolah negeri lainnya. Kondisi ini menyebabkan peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana konsentrasi siswa yang belajar disekolah tersebut serta memberi perlakuan berupa terapi pijat untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan surat ijin dari Fakultas Keperawatan USU. Setelah itu peneliti memberikan surat ijin kepada kepala sekolah di SD Negeri No. 060894 Medan. Setelah pihak sekolah mengijinkan, peneliti menjelaskan kepada responden yaitu anak kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian. Peneliti kemudian memberikan lembar persetujuan (informed consent)kepada responden. Responden yang bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian harus mengisi lembar persetujuan dan responden yang tidak bersedia sebagai sampel dalam penelitian tidak dipaksa oleh peneliti dan tetap dihormati hak-hak tanpa ada kekerasan fisik maupun psikologis. Peneliti tidak mencantumkan nama lengkap hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar pengumpulan data untuk menjaga kerahasiaan responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin keamanannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.


(46)

5. Instrumen Penelitian

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner tes konsentrasi dan lembar observasi untuk melihat kemampuan konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan. Kuesioner data demografi berisi karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga, jumlah saudara kandung dan pekerjaan orang tua. Data demografi digunakan untuk menggambarkan karakteristik reponden.

Lembar observasi terdiri dari panduan observasi konsentrasi belajar yang disusun berdasarkan indikator konsentrasi belajar. Lembar observasi tersebut terdiri dari fokus pandang siswa, bahasa tubuh dan sikap saat belajar. Pernyataan pada panduan observasi terdiri dari 9 pernyataan yakni pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif terdiri dari 4 pernyataan yaitu pernyataan pertama dan kedua pada indikator fokus pandang, pernyataan pertama pada indikator bahasa tubuh, dan pernyataan pertama pada indikator sikap. Sedangkan pernyataan negatif terdiri dari 5 pernyataan yaitu pernyataan ketiga pada indikator fokus pandang, pernyataan kedua, ketiga dan keempat pada indikator bahasa tubuh, dan pernyataan kedua pada indikator sikap. Pengukuran teknik observasi pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan tanda (ceklist) pada lembar observasi. Metode observasi yang digunakan adalah metode time sampling yang merupakan seleksi dari waktu yang ditentukan pada saat observasi berlangsung. Penyusunan waktu yang digunakan adalah systematically selected dengan interval waktu yang ditentukan oleh peneliti. Dari 20 menit observasi yang dilakukan,


(47)

peneliti membagi waktu observasi menjadi 1 menit setiap observasi dan 1 menit berikutnya observasi dihentikan, demikian secara bergantian. Total observasi yang diperoleh adalah 10 observasi dalam rentang waktu 1 menit.

Soal matematika yang digunakan untuk mengukur konsentrasi belajar terdiri dari 54 soal yang disusun berdasarkan kerja sama peneliti dengan guru matematika kelas 5 SD Negeri No. 067246 Medan.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji reliabilitas tidak dilakukan dalam penelitian ini karena soal matematika yang digunakan merupakan soal yang diadopsi dari buku panduan sekolah dan sebelum diberikan sudah disetujui terlebih dahulu oleh guru matematika. Uji validitas dalam penelitian ini adalah uji validitas isi yang digunakan untuk menguji panduan observasi. Uji validitas dilakukan oleh salah satu dosen Psikologi di Universitas Negeri Medan.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di SD Negeri No. 060894 Medan selama bulan April-Mei 2013. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Sesudah itu peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Sekolah. Setelah mendapatkan ijin dari Kepala sekolah, peneliti mendata jumlah siswa kelas 5 SD di sekolah tersebut untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Sebelum dilakukan intervensi peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan kepada responden. Sesudah anak bersedia dilakukan pemijatan maka peneliti memberikan informed consent untuk ditandatangani.


(48)

Kemudian peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk mengetahui karakteristik responden. Peneliti memberikan waktu ± 5 menit untuk mengisi kuesioner. Kuesioner demografi yang diberikan terdiri dari jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga, jumlah saudara kandung dan pekerjaan orang tua. Kuesioner yang telah selesai diisi kemudian diperiksa kelengkapan dan jumlahnya oleh peneliti.

Peneliti kemudian memberikan pertanyaan (pre-test) sebanyak 3 soal matematika kepada siswa untuk mendapatkan data nilai matematika. Soal ini didapatkan dari buku matematika yang digunakan sebagai pedoman disekolah tersebut. Soal yang disusun merupakan hasil kerja sama peneliti dengan guru kelas 5 di sekolah tersebut. Waktu yang disediakan untuk menjawab soal tersebut adalah 10 menit. Soal yang telah selesai dikerjakan kemudian dikumpulkan untuk kemudian diperiksa nilainya. Setelah lembar jawaban dikumpulkan, setiap anak memijat pasangannya masing-masing. Sebelumnya setiap anak telah dilatih oleh peneliti sebanyak 2 kali sehingga dapat mempraktikkan sesuai dengan teknik pijat yang digunakan. Peneliti menggunakan video pijat pada anak yang dibuat sendiri oleh peneliti sebagai media yang membantu pelaksaaan penelitian.

Teknik pijat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik pijat pada anak yang terdiri dari teknik urut, teknik tepuk, teknik pegang, teknik belai, teknik gosokan atau usapan, teknik ketukan dan teknik remas. Daerah yang dipijat meliputi daerah kepala dan wajah, tangan, dan punggung. Minyak yang dipakai dalam penelitian ini adalah baby oil karena lembut dikulit sehingga tidak menimbulkan rasa sakit ketika dipijat. Setelah anak dipersiapkan untuk dipijat,


(49)

setiap anak memulai pemijatan bersama-sama secara bergantian selama 20 menit. Peneliti memposisikan dirinya didepan dan memberikan arahan kepada anak dalam melakukan pemijatan sehingga setiap anak mendapatkan pijatan yang sama dan sesuai.

Terapi pijat ini dilakukan dua kali dalam seminggu sebanyak 9 kali dengan jumlah waktu yang dibutuhkan setiap kali pemijatan sebanyak 20 menit. Setelah dilakukan pemijatan, guru mulai mengarahkan siswa pada materi yang sudah dan akan dipelajari. Pada saat proses belajar dimulai, peneliti merekam proses belajar tersebut selama 20 menit. Waktu yang ditentukan untuk merekam proses belajar tersebut sudah disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Hasil rekaman tersebut disimpan untuk dinilai sesuai dengan panduan observasi yang digunakan. Setelah proses belajar selesai, peneliti kemudian memberikan kembali 3 soal matematika kepada siswa. Karakteristik soal yang diberikan sama dengan soal yang diberikan pada pre-test. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan soal sebanyak 10 menit. Pada hari penelitian berikutnya dilakukan prosedur yang sama seperti hari pertama.

8. Uji Distribusi Normal (Normalitas)

Uji distribusi normal adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Uji ini merupakan uji kesesuaian antara distribusi sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal). Cara yang dipakai untuk uji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji


(50)

jika nilai p (signifikansi) ≤ 0,05 maka distribusi tidak normal. Hasil uji normalitas nilai matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

pre .184 23 .041

post .278 23 .000

Tabel diatas menunjukkan nilai hasil uji normalitas pada nilai pre-test dan

post-test. Nilai p (signifikansi) yang dihasilkan < 0,05 yang berarti bahwa data nilai matematika siswa tidak terdistribusi normal. Sehingga Uji Parametrik

diganti menjadi Uji Nonparametric yaitu Uji Wilcoxon. 9. Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: (1) tahap editing

yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan kuesioner yang diisi oleh responden; (2) tahap coding dengan mengoreksi ketepatan dan kelengkapan data responden kemudian diberi kode oleh peneliti secra manual sebelum diolah dengan menggunakan komputer; (3) tahap klasifikasi yang dilakukan berdasarkan atribut responden; (4) tabulasi data dilakukan untuk meminimalkan penjelasan dan pernyataan deskriptif dan dilakukan dengan menggunakan komputer. Analisa data terdiri dari analisa univariat dan analisa bivariat.

Analisa univariat yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif untuk menyajikan karakteristik responden dan hasil observasi di kelas. Karakteristik


(51)

responden terdiri dari jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga, jumlah saudara kandung dan pekerjaan orang tua. Panduan observasi terdiri dari tiga indikator yaitu fokus pandangan, bahasa tubuh dan sikap di kelas. Karakteristik responden dan hasil observasi tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan Uji Nonparametrik yaitu Uji Wilcoxon dengan menggunakan program komputer. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan konsentrasi belajar pada kelompok sebelum dan sesudah diberikan terapi pijat. Kesimpulan yang dihasilkan adalah bila nilai p ≤ 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum dan setelah dilakukan pemijatan. Namun bila nilai p > 0,05, maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai yang dihasilkan sebelum dan setelah dilakukan pemijatan.


(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dari bulan April-Mei 2013 di SD N No. 060894 Medan. Responden dalam penelitian ini merupakan siswa kelas 5 SD yang berjumlah 23 orang. Penyajian data meliputi karakteristik responden, kemampuan siswa dalam menjawab soal matematika sebelum dilakukan pijat (pre test) dan sesudah dilakukan pijat (post test), dan lembar observasi yang berisi beberapa indikator yaitu fukus pandangan, bahasa tubuh dan sikap siswa di kelas. Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan.

1.1. Analisa Univariat

1.1.1. Karakteristik Responden

Dari 23 orang responden diperoleh karakteristik dan data demografi sebagai berikut: Berdasarkan jenis kelamin, mayorits responden dengan jenis kelamin perempuan yakni 60,87%. Berdasarkan urutan kelahiran anak dalam keluarga, mayoritas responden merupakan anak kedua dan anak ketiga masing-masing sebesar 35,43%. Berdasarkan jumlah saudara kandung, mayoritas responden memiliki 2 saudara kandung (3 bersaudara) yaitu 43,48%. Berdasarkan pekerjaan orang tua, mayoritas 47,83% responden memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta.


(53)

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan (n=23)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Urutan Anak Berdasarkan Kelahiran Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Jumlah Bersaudara Anak tunggal Dua bersaudara Tiga bersaudara Empat bersaudara Dst Pekerjaan Orangtua PNS/POLRI/TNI Wiraswasta Petani/berkebun Pegawai swasta Dll 14 9 4 7 7 4 1 1 4 10 1 7 3 11 1 1 7 60,87 39,13 17,39 30,43 30,43 17,39 4,35 4,35 17,39 43,48 4,35 31,25 13,04 47,83 4,35 4,35 30,43


(54)

1.1.2. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Observasi

Berdasarkan observasi pertama hingga observasi kesembilan diperoleh hasil yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat disimpulkan dari perbandingan observasi pertama dan observasi kesembilan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.


(55)

Tabel 5.2. Hasil Observasi Siswa Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Pada Penelitian Hari Pertama (n=23)

Urutan Observasi (dalam menit)

Fokus Pandangan (%) Tertuju pada guru Tertuju pada papan

tulis/alat peraga/ buku panduan

Tertuju ke arah lain (kiri dan kanan)

f % f % f %

Pertama 20 87 - - 3 13

Ke-3 - 23 100 - -

Ke-5 - - 21 91,3 2 8,7

Ke-7 - - 20 87 3 13

Ke-9 - - 18 78,3 5 21,7

Ke-11 - - 15 65,2 8 34,8

Ke-13 - - 14 60,9 9 39,1

Ke-15 13 56,5 - - 10 43,5

Ke-17 10 43,5 - - 13 56,5

Kes-19 10 43,5 - - 13 56,5

Bahasa Tubuh (%) Sikap di Kelas (%)

Posisi duduk tegak

Posisi duduk bersandar

Mengantuk Bermain dengan alat

tulis

Tenang Bising/mengobr ol

f % f % f % f % f % f %

19 82,6 4 17,4 - - - - 21 91,3 2 8,7

21 91,3 2 8,7 - - - - 23 100 - -

21 91,3 2 8,7 - - - - 23 100 - -

19 82,6 4 17,4 - - - - 23 100 - -

17 73,9 4 17,4 - - 2 8,7 23 100 - -

14 60,9 6 26,1 - - 3 13 20 87 3 13

13 56,5 8 34,8 - - 2 8,7 21 91,3 2 8,7

9 39,1 9 39,1 - - 4 17,4 19 82,6 4 17,4

10 43,5 10 43,5 - - 2 8,7 17 73,9 6 26,1


(56)

Tabel 5.3. Hasil Observasi Siswa Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Pada Penelitian Hari Kesembilan (n=23)

Urutan Observasi (dalam menit)

Fokus Pandangan (%) Tertuju pada guru Tertuju pada papan

tulis/alat peraga/ buku panduan

Tertuju ke arah lain (kiri dan kanan)

f % f % f %

Pertama 13 56,5 3 13 7 30,5

Ke-3 18 78,2 - - 5 21,8

Ke-5 - - 21 91,3 2 8,7

Ke-7 - - 23 100 - -

Ke-9 - - 23 100 - -

Ke-11 - - 23 100 - -

Ke-13 - - 20 87 3 13

Ke-15 - - 19 82,6 4 17,4

Ke-17 - - 20 87 3 13

Ke-19 - - 21 91,3 2 8,7

Bahasa Tubuh (%) Sikap di Kelas (%)

Posisi duduk tegak

Posisi duduk bersandar

Mengantuk Bermain dengan alat

tulis

Tenang Bising/mengobr ol

f % f % f % f % f % f %

18 78,3 3 13 - - 2 8,7 18 78,3 2 8,7

20 87 2 8,7 - - 1 4,3 23 100 - -

22 95,7 1 4,3 - - - - 23 100 - -

23 100 - - - 23 100 - -

21 91,3 2 8,7 - - - - 23 100 - -

23 100 - - - 23 100 - -

19 82,6 4 17,4 - - - - 23 100 - -

17 73,9 6 26,1 - - - - 23 100 - -

19 82,6 2 8,7 - - 2 8,7 23 100 - -


(57)

1.1.3. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Pijat

Hasil nilai matematika sebelum dilakukan terapi pijat menunjukkan rata-rata nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil nilai setelah dilakukan terapi pijat. Namun terdapat satu hasil dimana rata-rata nilai pada pre-test dan post-test tidak menunjukkan perbedaan. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Pijat

Grafik 1. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Pijat Pada Hari Pertama sampai Hari Kesembilan

0 1 2 3 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pre-test Post-test

Hasil Nilai Matematika

Pre-test Post-test Mean SD Mean SD Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam Ketujuh Kedelapan Kesembilan 1,6957 2,4348 2,5217 2,1739 2,2174 2,8696 2,3043 2,6087 2,6957 0,87567 0,66237 0,73048 0,38755 0,90235 0,34435 0,70290 0,65638 0,47047 2,3043 2,9130 2,8696 2,7391 2,9565 2,8696 2,8696 2,9130 2,9130 0,55880 0,28810 0,34435 0,75181 0,20851 0,34435 0,34435 0,28810 0,28810


(58)

1.2. ANALISA BIVARIAT

1.1.2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika

Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, proses pengambilan data dalam penelitian dilakukan sebanyak 9 kali dengan data pre-test dan post-test.

Dari sembilan hasil penelitian tersebut diperoleh rata-rata hasil yang berbeda. Peningkatan nilai ditunjukkan dari penelitian pertama hingga kesembilan. Selain itu hasil analisa menunjukkan terdapat perbedaan nilai yang signifikan pada pre-test dan post-test. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.5. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Pada Hari Pertama Penelitian (n=23)

Ket : a = posttest < pretest b = posttest > pretest c = posttest = pretest

Nilai negative ranks pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai post-test

lebih kecil dari pada nilai pre-test. Hal ini berarti bahwa terdapat 2 siswa yang mengalami penurunan nilai belajar matematika berdasarkan pretest-posttest yang dilakukan dengan rata-rata ranking 7,83 dan jumlah ranking 11,00. Nilai positive

Variabel

Konsentrasi belajar siswa sebelum dan setelah diberi terapi pijat

N Mean Rank

Sum of Ranks

Nilai p

Posttest – pretest Negative ranks Positive ranks Ties Total 2a 12b 9c 23 7,83 5,50 11,00 94,00 0,006


(59)

ranks menunjukkan sebaliknya, post-test lebih besar dibandingkan dengan pres-test yang berarti bahwa terjadi peningkatan nilai matematika pada 12 siswa dengan rata-rata ranking 5,50 dan jumlah ranking 11,00. Nilai ties pada tabel diatas menunjukkan terdapat 9 siswa yang memiliki kesamaan nilai pada pre-test

dan post-test. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai p = 0,006 (p < 0,05) yang berarti terdapat pengaruh terapi pijat terhadap nilai matematika siswa SD Negeri 060894 Medan.

Tabel 5.6. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Pada Hari Kesembilan Penelitian (n=23)

Ket : a = posttest < pretest b = posttest > pretest c = posttest = pretest

Dari hasil penelitian pada hari kesembilan, tidak ditemukan siswa yang mengalami penurunan nilai matematika. Nilai positive ranks menunjukkan terdapat 5 siswa yang mengalami peningkatan nilai matematika dengan rata-rata ranking 3,00 dan jumlah ranking 15,00. Nilai ties pada tabel diatas menunjukkan terdapat 18 siswa yang memiliki kesamaan nilai pada pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai p = 0,025 (p < 0,05) yang berarti terdapat Variabel

Konsentrasi belajar siswa sebelum dan setelah diberi terapi pijat

N Mean Rank

Sum of Ranks

Nilai p

Posttest – pretest Negative ranks Positive ranks Ties Total 0a 5b 18c 23 0,00 3,00 0,00 15,00 0,025


(60)

pengaruh terapi pijat terhadap nilai matematika siswa SD Negeri No. 060894 Medan.

2. Pembahasan

2.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh perempuan sebanyak 14 orang dan laki-laki sebanyak 9 orang. Berdasarkan hasil observasi, siswa perempuan lebih tenang saat belajar dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan pendapat Saminah dalam Purnanta et. al (2008) yang mengatakan perbedaan jenis kelamin anak seringkali menunjukkan perbedaan karakteristik belajar anak. Anak perempuan lebih cepat memasuki tahap keremajaan dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan lebih cepat mengenal hidup yang teratur sehingga kesan umum anak perempuan lebih mudah diatur dan lebih mudah mandiri (Saminah dalam Purnanta et. al 2008). Meskipun demikian, siswa perempuan lebih mudah teralihkan perhatiannya dibandingkan dengan siswa laki-laki.

Hal ini sesuai dengan penelitian Nideffer & Bond dalam Supriyanto (2005) yang mengemukakan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi antara laki-laki dengan perempuan. Laki-laki-laki memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Pada stimulus eksternal, sekitar 11,7% perempuan mudah teralihkan perhatiannya, sedangkan pada stimulus internal sekitar 7,7% perempuan cenderung mudah teralihkan perhatiannya dibandingkan laki-laki.


(61)

Perhatian sangat penting dalam mengikuti kegiatan belajar. Perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru di dalam kelas akan mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa tersebut (Arsyak dalam Puspita, 2012). Sehingga jika dilihat dari hasil belajar matematika, siswa laki-laki cenderung memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan siswa perempuan.

Berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga, sebagian besar responden merupakan anak kedua dan anak ketiga dalam keluarga, yaitu masing-masing sebanyak 7 orang (anak tengah). Sedangkan yang lainnya merupakan anak tunggal, anak pertama, keempat dan kelima dengan jumlah masing-masing anak tunggal sebanyak 1 orang, anak pertama sebanyak 3 orang, anak keempat sebanyak 4 orang dan anak kelima sebanyak 1 orang.

Hurlock (1980) mengatakan bahwa anak dalam suatu keluarga memiliki kedudukan atau status sesuai dengan urutan kelahirannya (Putri, 2012) Anak tengah merupakan anak yang menempati posisi diantara anak sulung dan anak bungsu. Mereka merasa lahir terlambat untuk mendapatkan hak-hak istimewa yang diperoleh anak sulung, tetapi terlalu awal untuk mendapatkan kelonggaran disiplin dari orang tua (Hadibroto, 2002). Anak tengah cenderung mempunyai karakteristik berorientasi pada kelompok teman sebaya (peer group) yang membantunya menjadi popular dan memiliki banyak teman. Hal ini menyebabkan anak tengah lebih independen, dimana sifat tersebut juga terbentuk dari perilaku orang tua yang sudah memiliki pengalaman melindungi anak (Very & Zannini, dalam Mednick et al., dalam Putri 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012), mengungkapkan bahwa anak tengah memiliki keinginan untuk mencapai


(62)

prestasi yang memuaskan, antisipasi tujuan, hambatan serta perasaan yang dialami dalam mencapai tujuan lebih tinggi dari pada anak sulung dana anak bungsu.

Berdasarkan jumlah anggota dalam keluarga, sebanyak 10 orang responden memiliki 2 saudara (tiga bersaudara). Sedangkan yang lainnya merupakan anak tunggal (sebanyak 1 orang), dua bersaudara (4 orang), 4 bersaudara (1 orang), dan lain-lain (sebanyak 7 orang). Dalam lingkungan keluarga, jumlah anggota keluarga memberikan kontribusi terhadap kemampuan belajar siswa. Wijaya (2007) mengatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga besar cenderung memiliki intelegensi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang datang dari keluarga kecil. Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (2012), jumlah keluarga mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa sehingga jumlah keluarga yang relatif besar cenderung menyebabkan siswa tidak berkonsentrasi saat belajar, demikian sebaliknya.

Berdasarkan pekerjaan orang tua, sebagian besar siswa memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 11 orang, sedangkan yang lainnya merupakan PNS/POLRI/TNI sebanyak 3 orang, petani/berkebun sebanyak 1 orang, pegawai swasta sebanyak 1 orang dan lain-lain sebanyak 7 orang. Jenis pekerjaan orang tua sangat berpengaruh bagi kualitas belajar siswa. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan berkaitan dengan pendapatan. Orang tua yang bekerja sebagai buruh, pekerja kasar, kuli bangunan umumnya tingkat pendidikannya rendah sehingga selain pendapatannya yang rendah mereka juga sulit membantu anak dalam mengatasi kesulitan belajar. Orang tua yang memiliki pekerjaan yang berpendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan anaknya


(63)

dalam belajar. Dan orang tua yang bekerja sebagai karyawan disuatu instansi pemerintahan atau swasta, usaha penjualan dan usaha jasa walaupun pendapatannya tidak begitu besar namun waktu bekerja tidak begitu padat sehingga masih mempunyai waktu untuk memperhatikan pendidikan anaknya (Darmadi, 2006). Oleh karena itu jenis pekerjaan juga berpengaruh terhadap perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak.

Slameto (2003) mengatakan bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi antara orang tua dan anak. Selain itu, relasi antara anak dengan saudaranya atau dengan keluarga lain juga turut mempengaruhi proses belajar anak. Moeloek (2007), mengatakan bahwa peran keluarga dan orang tua memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar anak di sekolah. Prestasi yang baik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi yang baik pula saat belajar. Dalam penelitian Lestari (2011), konsentrasi belajar memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Namun demikian jenis pekerjaan tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2006).

2.2. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Observasi

Konsentrasi belajar merupakan suatu perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang diberikan (Sumartno, 2004). Rentang perhatian dan lama konsentrasi memiliki batas rata-rata dalam setiap tahap usia.


(64)

Anak usia 1-2 tahun memiliki rentang perhatian sekitar 5 menit, usia 3-4 tahun 10 menit dan diatas 5 tahun sekitar 20 menit (Olivia, 2011).

Berdasarkan 9 data observasi yang dianalisa, pada menit pertama sebagian besar anak memiliki fokus pandang yang positif yakni tertuju pada guru dan tertuju pada papan tulis/ alat peraga/ buku panduan. Rata-rata anak yang fokus pada guru sebesar 72,9%, sedangkan tertuju pada papan tulis/ alat peraga/ buku panduan hanya ditemukan pada penelitian hari pertama, ketujuh dan kesembilan masing-masing sebesar 26,1%, 17,4% dan 13%. Dan rata-rata 20,7% anak memiliki fokus pandang negatif (fokus pandang ke arah lain). Terbaginya fokus pandang pada menit pertama ini disebabkan karena sebagian besar siswa belum siap dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan sebelumnya yaitu olahraga. Dari kegiatan yang dilakukan saat olahraga, siswa menjadi berkeringat, kelelahan dan bermalas-malasan saat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2001) yang mengatakan bahwa kegiatan yang terlalu banyak menyita waktu dan tenaga dapat mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Aisyah (2008) bahwa kelelahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar pada siswa, dimana keadaan tersebut dapat mengakibatkan siswa kurang waspada dan kurang siaga dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan menyerap pelajaran yang diberikan.

Sebagian besar siswa memiliki fokus pandang yang positif pada menit pertama dan kedua. Pada menit pertama masih memperhatikan guru, namun pada


(65)

menit kedua fokus tersebut teralihkan menjadi tertuju pada papan tulis/alat peraga/buku panduan. Hal ini disebabkan karena biasanya pada menit pertama guru masih mengarahkan siswa untuk memulai pelajaran dengan fokus sambil mengajak mereka untuk mengingat kembali pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya. Setelah materi pelajaran dibuka, guru tersebut akan mulai menerangkan sehingga fokus perhatian siswa teralihkan ke arah papan tulis atau alat peraga yang digunakan.

Pada observasi pertama, lebih dari 80% siswa hanya dapat mempertahankan fokus pandangnya selama 8 menit, semakin lama fokus pandang positif mulai menurun secara perlahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar meliputi faktor fisiologi dan psikologi (Hakim, 2001). Faktor fisiologi berkaitan dengan intelegensi seseorang. Sedangkan faktor psikologi terdiri dari pikiran yang terfokus pada hal-hal yang baru saja dialamai, pikiran yang terfokus pada hal-hal yang ingin dilakukan setelah belajar, lamunan atau khayalan yang tidak terkendali, pikiran yang terfokus pada angan-angan dan cita-cita, terlalu banyak menyita waktu, kegiatan dan tenaga, lemahnya kondisi mental dan gangguan-gangguan lingkungan seperti suara manusia, atau bunyi kendaraan (Hakim, 2001). Hal ini berkaitan dengan pendapat Soedarsono (2009) yang mengatakan bahwa konsentrasi dapat dipengaruhi oleh kelelahan fisik dan mental, bosan atau ada hal lain yang sedang dipikirkan serta hal-hal yang mengalihkan perhatian seperti musik yang keras, TV yang menyala, orang lalu lalang, dsb (Agoes et. al, 2010).


(66)

Dari berbagai faktor yang disebutkan diatas, diperoleh bahwa kondisi eksternal sangat dominan mempengaruhi siswa ketika belajar di kelas. Hal ini dapat dilihat dari lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan dan diapit oleh 2 sekolah negeri yang berbeda. Kondisi yang demikian menimbulkan kebisingan yang mengganggu proses belajar. Bising yang masuk di ruangan kelas mengakibatkan siswa sulit mendengar dan berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru (Dockrell, et. al, dalam Purnanta et. al 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2011) membuktikan bahwa kebisingan mempengaruhi konsentrasi belajar siswa sehingga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.

Pada hari kesembilan, diperoleh peningkatan perhatian yang signifikan. Lebih dari 80% siswa dapat mempertahankan fokus pandangnya selama 16 menit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khilnani, et. al (2003) bahwa terapi pjat yang dilakukan secara teratur selama 20 menit pada anak dengan ADHD dapat meningkatkan rentang perhatian yang signifikan. Penelitian yang sama pada anak autis juga dibuktikan oleh Field, Lasko, Mundy, Henteleff, Talpins, & Dowling (1997) di Touch Institutes (Miami).

Hal penting lainnya yang sangat mempengaruhi adalah kemampuan guru untuk mengarahkan siswa di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Surya dalam Nisa (2008) bahwa ketidakmampuan anak dalam membangun jalan pikiran (konsentrasi) untuk merespon dan menginterpretasikan pelajaran sangat terkait dengan cara atau metode mengajar yang digunakan guru di kelas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain: pengajaran berdasarkan system


(1)

c. Kepalkan (kepalan renggang) tangan, kemudian pukul-pukulkan secara lembut pada punggung atas anak. Lakukan pukulan lembut ini di sekitar bahu dan punggung atas dan hindari pukulan pada tulang anak.

d. Letakkan tangan pada posisi horizontal di bahu anak, lalu tepuk-tepuk secara perlahan dari atas kebawah. Gerakan tepukan tangan sebaiknya dilakukan pada punggung sebelah kanan terlebih dahulu. Lakukan gerakan tepukan ini secara bergantian dari tangan kanan ke tangan kiri sehingga seperti gerakan ombak yang berpindah-pindah.


(2)

e. Genggam pundak kanan dan kiri anak secara bersamaan. Lakukan genggaman secara lembut dan tekanan yang diberikan sesuai dengan kekuatan anak. Setelah memijat pundak, geser tangan ke arah lengan hingga berujung ke pergelangan tangan. Lakukan gerakan tersebut secara berulang hingga 3 kali.

2. Gerakan Pijat Pada Kepala

a. Letakkan tangan Anda tepat di bagian kepala anak. Gerakkan senua jari tangan untuk memijit kepala anak dengan arah melingkar ke luar seperti gerakan keramas. Pastikan tekanan yang diberikan sesuai dengan toleransi anak.


(3)

b. Tangan masih tetap di atas kepala anak, lakukan gerakan tabla yang mirip dengan tabuhan gendering menggunakan jari-jari tangan dengan lembut. Mainkan satiap jari dengan tekanan masing-masing dari tepi rambut bagian atas hingga berakhir di leher. Lakukan tekanan pada setiap jari dengan cepat dan rapat.

c. Lakukan gerakan mengusap ke atas dan ke bawah dengan disertai tekanan yang lembut. Lakukan gerakan ini secara perlahan sehingga dapat memberikan efek yang menyegarkan pikiran.


(4)

3. Gerakan Pijat Pada Wajah

a. Letakkan kedua jempol di dahi anak, kemudian usapkan kedua jempol kea rah luar dahi secara bersamaan. Dengan membentuk garis lurus, lakukan gerakan ini beberapa kali.

b. Letakkan kedua jempol di bagian tengah alis anak, kemudian luncurkan kedua jempol secara bersamaan hingga sampai di pelipis kanan dan kiri anak. Setelah sampai di pelipis, lakukan gerakan kecil melingkar atau memutar.


(5)

c. Letakkan kedua jempol disisi kiri dan kanan hidung anak, kemudian lakukan gerakan pemijatan ke arah bawah-luar secara simultan hingga menyusuri tulang pipi anak.

d. Letakkan kedua ibu jari di pertengahan antara bibir atas dengan lubang hidung anak. Lakukan gerakan melingkar ke arah luar hingga sepanjang garis rahang bagian atas sampai ke luar ke arah telinga anak.

e. Letakkan kedua jempol di bawah bibir anak, tepatnya di sebelah kanan dan kiri bagian tengah bibir. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan yang lembut, kemudian luncurkan kedua jempol ke arah luar. Ulangi gerakan ini beberapa kali di sepanjang garis rahang bagian bawah hingga ke telinga.


(6)

f. Pencet bagian tengah dagu anak dengan ibu jari dan jari telunjuk yang diletakkan di bawah dagu. Lakukan penekanan dengan lembut dan ulangi sepanjang garis rahang bawah hingga ke telinga. Lakukan gerakan yang sama pada bagian sisi dagu yang lainnya.

g. Ulangi gerakan usapan kepala ke atas dan ke bawah dengan disertai tekanan yang lembut untuk mengakhiri pijatan wajah anak sekaligus memberikan rileksasi pikiran.