PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TIDAK LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

  

PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TIDAK LANGSUNG

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh:

Octaviana Manuhutu

NIM : 048114001

FAKULTAS FARMASI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TIDAK LANGSUNG

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh:

Octaviana Manuhutu

NIM : 048114001

FAKULTAS FARMASI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  Skripsi PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TIDAK LANGSUNG

  Yang diajukan oleh: Octaviana Manuhutu

  NIM : 048114001 telah disetujui oleh : Pembimbing, Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt.

  Tanggal 23 Mei 2009

  Skripsi PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TIDAK LANGSUNG

  Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Octaviana Manuhutu NIM : 048114001

  Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 7 April 2009 dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji : Nama Lengkap Tanda Tangan Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. .....................

  Christine Patramurti, M.Si., Apt. ..................... Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. ......................

  Yogyakarta, 25 Mei 2009 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan, (Rita Suhadi, M.Si.,Apt.)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  My Lord Christ Jesus All My Lovely Family All My Friends My Almamater My Truly Love

HALAMAN MOTTO

  

Love is my live and live is my love

“Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya,

hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.

  

Aku mau menyanyi untuk Tuhan

karena Ia telah berbuat baik kepadaku”

Be the best of the best

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Octaviana Manuhutu Nomor Mahasiswa : 048114001 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

Penetapan Kadar Lidokain HCl Dalam Sediaan Injeksi Secara

Spektrofotometri Serapan Atom Tidak Langsung

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 25 Mei 2009 Yang menyatakan,

  (Octaviana Manuhutu)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan bahwa sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Mei 2009 Penulis

  Octaviana Manuhutu

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat serta karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN

  INJEKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TIDAK LANGSUNG ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai pemenuhan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Proses penyusunan skripsi ini juga tidak mungkin terlaksana tanpa bimbingan, dukungan, petunjuk, kritik, saran serta kerjasama dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis secara khusus menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk bantuan moril dan materiil kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bantuan dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang berarti bagi penulis.

  4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang berarti bagi penulis.

  5. Ibu Astuti selaku teknisi instrumentasi SSA di LPPT UGM yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

  6. Seluruh Laboran-laboran (Mas Bimo, Pak Parlan, dan Pak Kunto) di Laboratorium Lantai 4 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

  7. Teman-teman seperjuangan skripsi; Pipit, Adit, Rike yang selalu memberikan dukungan yang berarti bagi penulis.

  8. Semua keluarga di Banyuwangi (Oma, Oom Weni, Oom Jerry, Oom Xavier, Tante Yo, Andi dan Erwin), di Jember (Papa, Mama dan Vina), di Nederland (Tante Dina dan Oom Hans) dan di Pontianak (Oom Djonis, Tante Kristin, Eko dan Ita) yang selalu memberi semangat dan doa.

  9. Benidiktus Bens. Terima kasih untuk semangat, doa dan suka duka dalam hidupku dan hari-hari yang sangat berarti.

  10. Teman-teman kost “Green House” Dini, Fani, Lesty, Luci, Mega, Evi, Linda, Mbak Lini, Mbak Pritty, Prapti, Eni, Nita, Kristin, Agata, Cat, Sisil dan Ita.

  Kristin dan Candra buat dukungannya.

  11. Teman-Teman Angkatan 2004 FST (Wiwid, Retry, Sapi, Yoyo, Rian, Tika, Novi, Robby dan teman-teman lainnya) dan angkatan 2004 FKK (Atin, Made, Rina, Novi, Reni dan Manda).

  12. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis mohon maaf dan terima kasih sebesar-besarnya.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 25 Mei 2009 Hormat Penulis

  Octaviana Manuhutu

INTI SARI

  Lidokain HCl merupakan obat golongan anestetik yang banyak digunakan sebagai sediaan injeksi. Beberapa metode penetapan kadar (langsung) lidokain HCl antara lain: spektrofotometri, kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, disamping metode konvensional secara titrimetri. Pada penelitian ini, dilakukan penetapkan kadar Lidokain HCl dalam sediaan injeksi secara spektrofotometri serapan atom (SSA) tidak langsung.

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif. Pada penelitian ini, lidokain HCl yang bereaksi dengan tetrathiocyanatocobaltate (CoTC) berlebih tertentu dan menghasilkan endapan lidokain-CoTC yang merupakan ion-associates. Kelebihan ion logam kobalt ditetapkan secara SSA.

  Sisa ion logam kobalt yang bervariasi didapat dari seri kadar lidokain HCl yang bereaksi dengan CoTC berlebih tertentu. Hasil pengukuran sisa ion logam kobalt secara SSA akan menunjukkan korelasi negatif dengan kadar lidokain HCl.

  Dari hasil penelitian ini diperoleh persamaan kurva baku 1 , 2989 x , 6138 dengan koefisien korelasi r = − , 992 dan pada aplikasi

  • y = − metode tersebut diatas pada penetapan lidokain HCl dalam sediaan injeksi diperoleh kadar rata-rata 21,59 mg/mL dengan CV sebesar 3,57% dan persen perolehan kembali yaitu 95-99%. Kata kunci : Lidokain HCl, sediaan injeksi, CoTC, logam berlebih, spektrofotometri serapan atom.

  

ABSTRACT

  Lidocaine HCl is one of anesthetic category medicine that is commonly used as injection pharmaceutical. Some kind of determination methods for Lidocaine HCl are spectrophotometry, gas chromatography, high performance liquid chromatography beside titrimetry as conventional method. In this research, concentration of Lidocaine HCl was determined in injection pharmaceutical using indirect Atomic Absorption Spetrofotometry (AAS).

  This type of research is a non experiment descriptive research. Lidocaine HCl reacted with an excess tetrathiocyanatocobaltate (CoTC) and the result was lidocaine-CoTC known as ion-associates. The excess of cobalt metal ion will determined by AAS. Residue of variated metal cobalt ion can be got by creating series of Lidocaine HCl that reacted with an excess COTC. The Result of AAS measurement from metal cobalt ion will show negative corelation with Lidocaine HCl.

  1 . 2989 x . 6138 + From this research result, the regression line was y = − with corelation coefisien r = . 992 and on application method mentioned

  −

  above, the average concentration of Lidocaine HCl in injection pharmaceutical is 21.59 mg/mL with coefficient variation is 3.57 % and percent of recovery between 95-99%.

  Keyword : Lidocaine HCl, injection pharmaceutical, CoTC, excess metal, atomic absorption spectrophotometry

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR TABEL

  

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lidokain Hidroklorida ..................................................................... 5Gambar 2.2. Prinsip Kerja Spektrofotometri Serapan Atom ............................... 14Gambar 2.3. Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom .................................... 14Gambar 2.4. Hollow Cathode Lamp ................................................................... 15Gambar 2.5. Atomisasi ....................................................................................... 17Gambar 2.6. Tungku Masmann .......................................................................... 17Gambar 4.1. Persamaan kurva baku replikasi III ................................................ 38

  

DAFTAR LAMPIRAN

  

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Anestetik lokal merupakan obat penghambat hantaran saraf bila

  dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Zat anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan (Ganiswara, 2002). Anestetik lokal biasanya dalam bentuk basa lemah dan diformulasikan sebagai garam hidroklorida agar dapat larut dalam air (Anonim, 2007).

  Anestetik lokal yang tergolong dalam senyawaan amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain (Ganiswara, 2002). Lidokain yang banyak dikenal yaitu lidokain HCl dalam berbagai macam bentuk sediaan dan yang paling sering digunakan dalam bidang kesehatan pada umumnya adalah bentuk sediaan larutan injeksi yang mengandung tidak lebih dari 2% lidokain HCl. Menurut Ansel (1989) lidokain HCl 2% untuk injeksi diberikan secara intravena sebagai antiarrhythmia.

  Telah dikenal berbagai macam cara untuk menganalisis lidokain HCl yaitu dengan menggunakan metode konvensional secara titrimetri dengan asam sulfat dan larutan baku NaOH (Anonim, 1979). Metode penetapan kadar yang lain yaitu metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak asam asetat glasial dan air (Anonim, 1995) dan aplikasi metode ini pada sediaan farmasetika dengan sistem kromatografi kolom silika C18 dan fase gerak SDS dan 1-propanol memiliki kelebihan yaitu cepat, dapat dipercaya dan bebas dari gangguan namun menghasilkan resolusi yang kurang baik (Gilabert dkk., 2006). Metode kromatografi gas merupakan salah satu metode yang lain untuk penetapan kadar lidokain HCl. Aplikasi dari metode ini adalah analisis lidokain HCl pada cairan tubuh yaitu dengan Solid Phase Extraction yang diikuti dengan Capillary Gas

  

Chromatographic (Baniceru dkk., 2004 ). Metode ini memberikan nilai akurasi

  yang cukup baik namun memberikan nilai presisi yang kurang baik. Metode spektrofotometri juga digunakan untuk menganalisis lidokain HCl terutama dalam bentuk basanya yaitu spektrofotometri UV (Gilabert dkk., 2006), kelebihan dari metode ini adalah memiliki akurasi yang baik dan mudah untuk dilakukan namun kurang selektif untuk menganalisis sediaan multikomponen (zat aktif maupun impurities ).

  Pada penelitian ini dikembangkan suatu metode untuk menganalisis kadar lidokain HCl yaitu dengan metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung, sebagai metode alternatif. Pada penelitian ini digunakan suatu agen pengkelat yaitu tetrathiocyanatocobaltate [hasil pengkompleksan antara kobalt (II) klorida dan amonium tiosianat] yang akan bereaksi dengan lidokain HCl dan membentuk ion-associates sehingga pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran dengan spektrofotometri serapan atom tidak langsung terhadap sisa ion logam kobalt berlebih yang tidak bereaksi dimana hasil pengukuran dari serapan sisa ion logam kobalt yang tidak bereaksi sebagai reprensentasi kadar lidokain HCl. Kelebihan metode spektrofotometri serapan atom adalah dapat menganalisis logam dalam konsentrasi rendah, metode serapan sangat spesifik, dalam hal ini setiap logam yang diukur mempunyai panjang gelombang tertentu, sehingga serapan yang dihasilkan berasal dari serapan logam tersebut tanpa ada serapan dari logam lain (Khopkar, 1990).

  Penelitian ini mengadopsi penelitian cinchocaine HCl dengan metode spektrofotometri dan spektrofotometri serapan atom (Gani dkk., 2005) dan belum pernah dikembangkan suatu metode penetapan kadar lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung. Oleh karena itu, diperlukan validasi metode penetapan kadar lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung dengan melihat akurasi, presisi dan linearitas sehingga metode ini diharapkan dapat digunakan pada penetapan kadar lidokain HCl pada sediaan injeksi.

B. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan berikut:

  1. Apakah metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang didahului dengan kompleksometri ini menghasilkan akurasi, presisi dan linearitas yang baik pada penetapan kadar lidokain HCl ?

  2. Berapakah kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi pada penetapan lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung ini? C.

   Keaslian Penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka dan jurnal yang dilakukan penulis belum pernah dilakukan penelitian tentang validasi metode penetapan kadar lidokain HCl pengkelat tetrathiocyanatocobaltate sebagai tahap awal dan dilanjutkan dengan pengukuran sisa ion logam kobalt yang tidak bereaksi sebagai reprensentasi kadar lidokain HCl.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat metodologis

  Manfaat metodologis penelitian ini untuk mengetahui validitas metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung dengan agen pengkelat

  

tetrathiocyanatocobaltate dan mengetahui kadar lidokain HCl dalam sediaan

injeksi dengan metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung.

  2. Manfaat praktis

  Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan ilmiah di dunia kefarmasian khususnya dalam bidang industri.

E. Tujuan Penelitian

  1. Melakukan validasi metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang didahului dengan kompleksometri pada penetapan kadar lidokain HCl.

  2. Mengetahui berapakah kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi pada penetapan kadar lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung ini?

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Lidokain HCl CH

3 NHCOCH N(C H )

  2

  2

  5

  2 . HCl

  CH

  3 Gambar 2.1. Lidokain Hidroklorida (Anonim, 1989)

  Lidokain HCl (gambar 2.1) adalah tipe anestesi lokal amida yang biasanya digunakan sebagai antiarrhythmic agent. Obat ini berwarna putih, berbentuk serbuk kristal dan mempunyai rasa sangat pahit, sangat larut dalam air dan alkohol. pKa lidokain HCl adalah 7,86. Natrium hidroksida atau asam hidroklorida digunakan untuk mengatur pH sediaan injeksi hingga 6-7. Dalam perdagangan, cairan yang tersedia adalah lidokain hidroklorida dalam 5% dekstrosa dengan pH 3,5-6. Suhu penyimpanan kurang dari 40 C (15-30

  C) (Anonim, 1989).

  Nama kimianya adalah 2-(Dietilamino)-2’,6-asetoksilidida monohidro- klorida monohidrat. Lidokain HCl mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5% C H N O. HCl, dihitung terhadap zat anhidrat. Lidokain HCl

  11

  22

  2

  sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter (Anonim, 1995).

  Penelitian mengenai analisis lidokain HCl diantaranya menggunakan metode konvensional secara titrimetri dengan asam sulfat dan larutan baku NaOH (Anonim, 1979). Keterbatasannya adalah metode ini kurang spesifik, zat lain (impurities) dapat mengganggu penetapan kadar lidokain HCl tersebut.

  Kelebihannya adalah metode ini murah dibandingkan dengan metode kromatografi dan spektrometri. Metode penetapan kadar yang lain yaitu metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak asam asetat glasial dan air (Anonim, 1995) dan aplikasi metode ini pada sediaan farmasetika dengan sistem kromatografi kolom silika C18 dan fase gerak SDS dan 1-propanol memiliki kelebihan yaitu cepat, dapat dipercaya dan bebas dari gangguan namun menghasilkan resolusi yang kurang baik (Gilabert dkk., 2006). Metode kromatografi gas merupakan salah satu metode yang lain untuk penetapan kadar Lidokain HCl. Aplikasi dari metode ini adalah analisis lidokain HCl pada cairan tubuh yaitu dengan Solid Phase Extraction yang diikuti dengan Capillary Gas

  

Chromatographic (Baniceru dkk., 2004). Metode ini memberikan nilai akurasi

  yang cukup baik namun memberikan nilai presisi yang kurang baik. Metode Spektrofotometri juga digunakan untuk menganalisis lidokain HCl terutama dalam bentuk basanya yaitu spektrofotometri UV (Gilabert dkk., 2006), kelebihan dari metode ini adalah memiliki akurasi yang baik dan mudah untuk dilakukan namun kurang selektif untuk menganalisis sediaan multikomponen (zat aktif maupun impurities).

  B. Injeksi

  Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk tujuan terapetik atau dianogstik. Larutan tersebut dapat bereaksi dalam aliran darah tetapi juga dalam jaringan dan dalam organ. Jika larutan hanya sejumlah relatif kecil dimasukkan (misalnya 1, 2, 5, sampai 20 mL) dalam organisme, dihubungkan dengan injeksi (injectio = membuang ke dalam, injectabilia), sebaliknya jika terjadi sejumlah besar untuk pemakaian (misalnya 1 atau beberapa liter), dikatakan infusi (infusio = penuangan ke dalam, infundibilia). Bentuk ini dinyatakan sebagai pemasukan parenteral suatu obat (par enteron = di luar usus) dalam kebalikannya terhadap penerapan enteral, yang berlangsung melalui lambung-usus (Voight, 1994).

  C. Kobalt

  Kobalt mempunyai titik leleh 1493

  C, bersifat keras, tahan korosi dan berwarna kebiruan. Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion

  2+ 2+

  kobalt (II) Co . Dalam larutan air senyawa-senyawa kobalt (II) terdapat ion Co yang berwarna merah (Vogel, 1979). Kobalt (III) relatif tidak stabil dalam senyawaan sederhana, namun kompleks spin rendah sangat beragam dan stabil, khususnya dimana atom-atom donor (biasanya N) membuat sumbangan energi yang besar kepada medan ligan. Kobalt relatif tidak reaktif, meskipun ia larut lambat dalam asam mineral encer (Cotton, 1989).

  Panjang gelombang Kobalt untuk analisis SSA adalah 240,7 nm dengan tipe nyala UA (udara-asetilen). Kob alt memiliki sensitivitas 0,053 μg/mL, range kerja 3-

  12 μg/mL dan batas deteksi 0,007 μg/mL (Khopkar, 1990).

D. Kompleksometri

  Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masing dapat berdiri sendiri.

  Misalnya, dalam proses penggabungan seperti berikut:

  AB A + B

  (2-1) Senyawa AB dapat dianggap sebagai senyawa kompleks (Rivai, 1995).

  Semua hasil reaksi kimia dapat dianggap sebagai senyawa kompleks, namun yang paling penting untuk analisis kimia adalah senyawa kompleks koordinasi. Dalam menjelaskan proses pembentukan dan susunan koordinasi senyawa-senyawa kompleks, telah dirumuskan tiga dalil (teori koordinasi Werner), yaitu:

  1. Beberapa ion logam mempunyai dua jenis valensi, yaitu valensi utama dan valensi tambahan atau valensi koordinasi. Valensi utama berkaitan dengan keadaan oksidasi ion logam, sedangkan valensi tambahan berkaitan dengan bilangan koordinasi ion logam.

  2. Ion-ion logam itu cenderung jenuh baik valensi utamanya maupun valensi

  3. Valensi koordinasi mengarah ke dalam ruangan mengelilingi ion logam pusat.

  (Rivai, 1995) Beberapa ion logam cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut ligan. Ikatan kovalen antara ion logam pusat dan ligan membedakan senyawa kompleks koordinasi sebagai golongan tersendiri senyawa kimia yang mempunyai susunan dan bangun tertentu. Selain itu, ligan adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas (Rivai, 1995). Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom logam dikenal sebagai atom donor. Ligan bidentat dan

  

polidentat juga disebut agen pengkhelat (chelating agent) karena kemampuannya

  mengikat atom logam seperti sepit (dari Yunani chele, berarti ”sepit” atau ”cakar”) (Chang, 2004). Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Proses pembentukan ikatan pemberi-penerima elektron tersebut dapat dilukiskan dengan persamaan sebagai berikut:

  M + :L M:L

  (2-2) Di sini M adalah ion logam dan L adalah ligan yang mempunyai pasangan elektron. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks. Dengan demikian, persamaan (2-2) dapat ditulis dalam bentuk umum (persamaan 2-3) sebagai berikut:

  M + nL MLn Di sini n adalah bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk. Bilangan koordinasi ini lazimnya 2, 4 dan 6 (Rivai, 1995).

  Logam transisi memiliki keunikan yaitu cenderung membentuk ion kompleks. Ciri logam transisi adalah memiliki subkulit d yang tidak terisi penuh atau mudah menghasilkan ion-ion dengan subkulit d yang tidak terisi penuh. Ciri ini menyebabkan beberapa sifat khas, meliputi warna yang unik, pembentukan senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik dan terutama kecenderungan besar untuk membentuk ion kompleks. Logam transisi yang paling lazim adalah logam transisi baris pertama (Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni dan Cu) (Chang, 2004).

  Metode yang didasarkan pada terbentuknya kompleks melalui reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah metode kompleksometri (Khopkar, 1990). Metode ini juga didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut air (Rivai, 1995).

  E.

   Ion Association Ion association sering dikenal sebagai bentuk pasangan ion. Ion

association adalah interaksi antara ion yang bermuatan negatif dengan ion

  bermuatan positif (kation dengan anion atau anion dengan kation). Dalam larutan biasanya dijumpai dalam bentuk presipitan atau endapan (Anonim, 2009).

   Pasangan ion merupakan penggabungan antara ion-ion yang mempunyai menyebabkan ion-ion tersebut kehilangan muatannya. Contoh kesetimbangan penggabungan kation dan anion (persamaan 2-4):

  K A K + A

  (2-4) Salah satu sifat khas gabungan-ion adalah adanya momen dwikutub yang

  • - +

  besar. Contohnya pada gabungan ion K Br , harga momen dwikutubnya, µ = 9,1D (Rivai, 1995). Contoh lain adalah pada penggabungan antara chincocaine dengan CoTC (persamaan 2-5) dan chincocaine dengan CrTC (persamaan 2-6) (Gani dkk., 2005):

  • + 2- 2- +

  2[C H N O ] [Co(SCN) ] 2 [C H N O ] + [Co(SCN) ]

  20

  30

  3

  2

  4

  20

  30

  3

  2

  4

  (2-5)

  3- +

  • 3-

  3 [C H N O ] + [Cr(SCN) ] 3[C H N O ] [Cr(SCN) ]

  20

  30

  3

  2

  4

  20

  30

  3

  2

  4

  (2-6) F.

   Spektrofotometri Serapan Atom ( SAA )

  Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri serapan atom pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah kelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar tampak atau ultraviolet (Rohman, 2007).

  Metode spektrofotometri serapan atom (SSA) berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Pada metode ini, atom-atom akan menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung sifat unsurnya. Kobalt menyerap pada

  λ 240,7 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk menguraikan tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh energi lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan dinaikkan energinya ke tingkat eksitasi. Dengan peristiwa ini, dapat memilih diantara panjang gelombang unsur yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum.

  Garis inilah yang dikenal dengan garis resonansi (Khopkar, 1990).

  Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Suhu nyala harus sangat tinggi dan dapat diterangkan dari persamaan distribusi Boltzman (persamaan 2-7)

  Nj Pj Ej   = exp  

  • No Po KT

   

  (2-7) Yang mana: K : Tetapan Boltzman (1,38 x 10E-16 erg/K) T : Temperatur absolut (Kelvin) Ej : Perbedaan energi tingkat eksitasi dan tingkat dasar Nj : Jumlah atom pada keadaan tereksitasi No : Jumlah atom pada keadaan dasar Pj : Jumlah keadaan kuantum dengan energi yang sama pada keadaan Po : Jumlah keadaan kuantum dengan energi yang sama pada keadaan dasar (Khopkar, 1990)

  1. Pengukuran serapan pada spektrofotometri serapan atom

  Oleh karena garis-garis spektrum atom sangat sempit dan juga energi- energi transisi atom itu khas (untuk masing-masing unsur) maka metode analisis yang berdasarkan pengukuran serapan (absorbansi) atom juga mempunyai sifat spesifik yang tinggi. Kecilnya lebar garis spektrum serapan atom menimbulkan masalah pada pengukuran serapannya. Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dengan serapan, maka hukum Lambert-Beer dapat digunakan jika sumbernya adalah sinar monokromatis. Pada SSA, panjang gelombang garis absorpsi resonansi identik dengan garis-garis emisinya. Hal ini disebabkan karena serasinya proses transisi. Untuk bekerja pada panjang gelombang ini, diperlukan suatu monokromator celah yang dapat menghasilkan lebar puncak sekitar 0,002- 0,005 nm. Jelaslah bahwa SSA diperlukan suatu sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama dengan panjang gelombang emisinya, yakni menggunakan sumber sinar lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

  2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

  Prinsip kerja dan instrumentasi spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.3 berikut ini:

Gambar 2.2. Prinsip Kerja Spektrofotometri Serapan Atom (Anonim, 2006) Gambar 2..3. Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom (Levinson, 2006)

  a. Sumber sinar Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

  ). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

  cathode lamp

  suatu katoda dan anoda (gambar 2.4). Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Bila antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju ke anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi (Rohman, 2007).

  Akibat dari tabrakan-tabarakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan di atas, pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari pemukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

Gambar 2.4. Hollow Cathode Lamp (Levinson, 2006) b. Tempat Sampel Dalam analisis dengan spektrometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless) (Rohman, 2007).

  1) Nyala Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi (gambar

  2.5). Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira 1800 C; gas alam-udara: 1700 C; asetilen-udara: 2200 C; dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N

  2 O)

  3000

  C. Pemilihan macam bahan pembakar dan gas pengoksidasi serta komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala. Efek emisi nyala dapat dikurangi dengan menggunakan keping pemotong radiasi (chopper). Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Tipe nyala yang diperlukan untuk penetapan unsur kobalt pada panjang gelombang 240,7 nm adalah udara-asetilen dan mempunyai kisaran kerja 3-12 µg/mL serta batas deteksi 0,007 µg/mL (Rohman, 2007). atomization absorption

Gambar 2.5. Atomisasi (Ma, 1997)

  2) Tanpa nyala Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel kurang masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu teknik atomisasi baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann seperti pada gambar 2.6 (Rohman, 2007).

Gambar 2.6. Tungku Masmann (Rohman, 2007) Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Suhu harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi pada suhu yang terlalu tinggi (Khopkar, 1990).

  c. Monokromator Pada spektrofotometer serapan atom, monokromator yang dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan

  chopper (Rohman, 2007).

  d.Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung pengganda foton

  (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).

  Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu disalurkan pada sistem galvanometer dan setiap perubahan yag disebabkan oleh radiasi resonan akan menyebabkan perubahan output. Pada cara kedua, output berasal dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu yang dipisahkan. Dalam hal ini, sistem penguat harus cukup selektif untuk dapat membedakan radiasi. Cara terbaik adalah dengan menggunakan detektor yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi (Rohman, 2007).

  e. Readout

  Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

  sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorpsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva suatu recorder yang menggambarkan serapan atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

3. Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom

  Kelebihan spektrofotometri serapan atom adalah kecepatan analisisnya; dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut (ketelitiannya sampai tingkat runut/trace); dan sebelum pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu katoda berongga yang diperlukan tersedia. Kekurangan spektrofotometri serapan atom adalah kurang sensitif untuk pengukuran sampel bukan logam dan adanya gangguan-gangguan (interference) adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut: 1) Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

  2) Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala akibat disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi atom-atom di dalam nyala. 3) Gangguan oleh serapan yang disebabkan bukan oleh serapan atom yang dianalisis; yakni serapan oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala. 4) Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non-atomic absorption)

  (Khopkar, 1990)

G. Parameter Validitas dan Kategori Metode Analisis

1. Parameter validitas metode analisis

  Validasi metode analisis adalah suatu prosedur yang digunakan untuk membuktikan apakah suatu metode analisis memenuhi persyaratan yang ditentukan atau tidak (Anonim, 2005b). Parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis antara lain: a. Akurasi merupakan kedekatan hasil pengukuran dengan kadar analit yang sebenarnya yang dinyatakan dengan persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Anonim, 2005b). Akurasi yang baik untuk bahan baku adalah 90-110% (Anonim, 2004).

  b. Presisi merupakan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang dari suatu sampel yang homogen dengan menggunakan suatu metode analisis (Anonim, 2005b). Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan coefficient of variation (koefisien variasi) atau

  relative standard deviation (simpangan baku relatif)

  ≤ 5% (Anonim, 2004).

  c. Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang ada dalam matrik sampel (Anonim, 2005b).

  d. Detection limit merupakan konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi (Anonim, 2005b).

  e. Quantitation limit merupakan pengukuran secara kuantitatif untuk konsentrasi terkecil yang diukur dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima di bawah kondisi percobaan yang ditetapkan dengan metode tersebut (Anonim, 2005b).

  f. Linearitas merupakan kemampuan metode analisis memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dengan rentang yang ada (Anonim, 2005b). g. Range (kisaran) merupakan interval antara kadar terendah sampai tertinggi analit yang dapat diukur secara kuantitaif menggunakan metode analisis tertentu dan menghasilkan ketelitian, ketepatan dan linearitas yang mencukupi (Anonim, 2005b). Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25, 50, 75, 100, 125, dan 150% dari konsentrasi analit yang diharapkan (Rohman, 2007).

2. Kategori metode analisis menurut USP 28 NF 23 Vol. 2

  a. Kategori I, meliputi metode analisis untuk kuantifikasi komponen mayor substansi baku obat atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam sediaan obat jadi.

  b. Kategori II, meliputi metode analisis untuk penentuan pengotor dalam substansi bahan baku obat atau senyawa degradasi dalam sediaan obat jadi, termasuk pengukuran kuantitatif dan uji batas (limit test).

  c. Kategori III, meliputi metode analisis untuk penentuan sifat-sifat fisik lain obat seperti uji disolusi dan uji pelepasan.

  d. Kategori IV, meliputi metode analisis untuk uji identifikasi.

  (Anonim, 2005b)

H. Landasan Teori

  Anestetik lokal yang sering digunakan dalam bidang kesehatan adalah lidokain HCl 2% dalam bentuk sediaan injeksi (Ganiswara, 2002). Berbagai cara untuk menganalisis lidokain HCl baik dalam sediaan farmasetika maupun dalam cairan tubuh diantaranya dengan menggunakan metode kromatografi kinerja tinggi (Gilabert dkk., 2006) dan kromatografi gas (Baniceru dkk., 2004 ), metode titrimetri (Anonim, 1979) dan metode spektrofotometri UV (Gilabert dkk., 2006).

  Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap lidokain HCl dalam sediaan injeksi dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang sebelumnya dilakukan kompleksometri yaitu pengkompleksan antara kobalt (II) klorida dan amonium tiosianat yang bertujuan untuk pembentukan ion negatif (tetrathiocyanatocobaltate) yang akan berinteraksi dengan ion positif yaitu lidokain yang telah terprotonasi dalam suasana asam.

  Hasil interaksi kedua ion yang berbeda muatan ini adalah pembentukan suatu ion-

  

associates yang ditunjukkan dengan endapan berwarna biru. Pengukuran secara

  spektrofotometri serapan atom tidak langsung terhadap sisa ion logam kobalt berlebih yang tidak bereaksi dimana hasil pengukuran dari serapan sisa ion logam kobalt yang tidak bereaksi sebagai reprensentasi kadar lidokain HCl. Metode tidak langsung ini merupakan metode alternatif dalam analisis lidokain HCl selain metode penetapan kadar lidokain HCl secara langsung. Penelitian ini mengadopsi kepada penelitian analisis cinchocaine HCl dengan metode spektrofotometri dan merupakan senyawa yang tidak mengandung logam. Adanya kesamaan gugus amina pada cinchocaine dan lidokain yang bermuatan positif karena mengalami protonasi pada suasana asam dapat membentuk suatu ion-associates dengan agen pengkelat tetrathiocyanatocobaltate yang bermuatan negatif. Metode penetapan kadar lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung merupakan suatu metode pengembangan, maka dari itu pada penelitian ini perlu dilakukan validasi metode dengan melihat akurasi, presisi dan linearitas.

I. Hipotesis

  Berdasarkan landasan teori, diduga bahwa metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang didahului dengan kompleksometri untuk penetapan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi memiliki validitas yang baik dan dapat diaplikasikan untuk menetapkan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi merk “X”.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian penetapan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi secara

  spektrofotometri serapan atom tidak langsung merupakan jenis penelitian non eksperimental deskriptif.

B. Definisi Operasional

  1. Metode analisis penelitian ini termasuk dalam kategori I, yaitu suatu metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif komponen mayor zat aktif dalam suatu sediaan (Anonim, 2005b).

  2. Validasi metode analisis merupakan serangkaian prosedur untuk menentukan apakah metode analisis dengan spektrofotometri serapan atom ini yang digunakan memenuhi parameter akurasi, presisi dan linearitas (Harmita, 2004).

  3. Sampel lidokain HCl yang digunakan adalah sediaan injeksi merk “X” yang mengandung lidokain HCl dengan konsentrasi 20 mg/mL.

  4. Kadar obat dalam lidokain HCl dinyatakan dalam satuan mg/mL.

C. Alat-alat Penelitian

  Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Spectrofotometer Z100) dengan hallow cathode lamp untuk kobalt, slit width 0,2 nm, current lamp 10,0 mA; tipe nyala udara-asetilen; pH meter (pH Tester 30); neraca analitik Scalttorus dan Scaltec; kertas Whatman no 42; pipet mikro (Boithic); dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.

D. Bahan-bahan Penelitian

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sediaan injeksi lidokain HCl dengan konsentrasi 20 mg/mL (buatan pabrik tertentu, dengan merk X); Standar lidokain HCl (kualitas farmasetis Brataco Chemical); Aquabides (Laboratorium Kimia Instrumen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma); kobalt klorida, amonium thiosianat, Asam nitrat kualitas p.a. (E. Merck)

E. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan larutan stok

  a. Larutan baku Lidokain HCl 0,08 M Sejumlah 2,34790 g baku lidokain HCl ditimbang seksama kemudian larutkan dengan aquabides dalam labu 100 mL.

  b. Larutan agen pengkelat tetrathiocyanatocobaltate 0,1 M Sejumlah 2,37930 g kobalt klorida (CoCl

  2 .6H

  2 O) ditimbang seksama dan

  sejumlah 3,04483 g amonium tiosianat ditimbang seksama. Kedua bahan tersebut dicampur dan larutkan dengan aquabides dalam labu 100 mL. Larutan tetrathiocyanatocobaltate harus selalu dibuat baru.

  2. Optimasi kondisi percobaan

  Optimasi waktu penggojogan Pemilihan waktu yang optimum untuk pembentukan ion associates dilakukan dengan pengukuran dari menit 1-4. Ambil 6,0 mL larutan Lidokain HCl 0,08 M ke dalam 8 flakon yang berbeda kemudian tambahkan 10 mL larutan tetrathiocyanatocobaltate 0,1 M. Larutan tersebut digojog hingga terbentuk endapan pada menit 1-4 dan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No.42. Tambahkan 1,0 mL asam nitrat encer pada filtrat, encerkan dengan aquabides hingga tanda. Larutan blanko juga dilakukan dengan cara yang sama. Ukur serapan sisa ion logam kobalt yang tidak bereaksi dengan spektrofotometri serapan atom dan dicari waktu penggojogan optimum yang menunjukkan serapan yang konstan dari logam kobalt yang tidak bereaksi. Lakukan 2 kali replikasi.

  3. Kondisi instrumentasi spektrofotometer serapan atom

  Optimasi instrumentasi spektrofotometer serapan atom dilakukan oleh pihak LPPT UGM dan didapatkan data instrumentasi spektrofotometer serapan atom untuk pengukuran logam kobalt disajikan pada tabel III.1 sebagai berikut:

  

Tabel III.1. Kondisi instrumental kobalt

  (2.5 l/min) Burner Height 10.0 mm 4.