PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT FISIK BUKAN BAWAAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT FISIK BUKAN BAWAAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Petra Merieska Dian Arsanti NIM : 079114085 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

MOTTO

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan

kekekalan dalam hati mereka

  

  (Pengkhotbah 3:11)

  

“Sebab Aku ini mngetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku

mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan

bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang

penuh harapan

   (Yeremia 29:11)

  

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku

ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memengang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan

  (Yesaya 41:10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PERSEMBAHAN

  Semua hasil kerja keras ini saya persembahan untuk ;

  Tuhan Yesus Kristus Papa dan mama yang tercinta

  Keluarga besar yang selalu mendukung Sahabat-sahabat saya

  Dan semua orang yang saya sayangi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT FISIK BUKAN

BAWAAN

Petra Merieska Dian Arsanti

  

ABSTRAK

Mengalami suatu perubahan dalam hidup kemungkinan tidak mudah untuk dihadapi oleh

seseorang. Perubahan yang dialami salah satunya ialah mengalami kecacatan fisik bukan bawaan.

Kecacatan ini membuat seseorang harus menerima diri dengan kondisi fisik yang baru sementara

hal ini bukan suatu proses yang mudah untuk dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

1) pengalaman penyandang cacat fisik bukan bawaan dalam mengalami kecacatan, 2) proses

penerimaan diri penyandang cacat fisik bukan bawaan dan 3)faktor-faktor yang mendukung

penerimaan diri pada penyandang cacat fisik bukan bawaan. Pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian ini ialah bagaimana penyandang cacat fisik bukan bawaan mencoba menerima diri.

Subyek dalam penelitian ini adalah para penyandang cacat fisik bukan bawaan yang berada di

pusat rehabilitasi YAKKUM yang berjumlah 3 orang. Metode pada penelitian ini ialah penelitian

kualitatif dengan analisis fenomenologi deskriptif. Pengambilan data menggunakan proses

wawancara semi-terstruktur. Validitas yang digunakan yaitu member-checking, paper-trail, dan

refleksivitas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah pengalaman yang dimiliki oleh

penyandang cacat fisik bukan bawaan menggambarkan betapa sulitnya mereka dalam menghadapi

kondisi fisik yang baru. Para penyandang cacat fisik ini mengalami krisis identitas diri dan muncul

perasaan-perasaan negatif yang menimbulkan keterpurukan. Kondisi fisik yang baru juga

memunculkan keterbatasan sehingga kesulitan untuk melakukan kegiatan yang biasa mereka

lakukan serta tergantung pada alat bantu maupun orang lain. Para penyandang cacat fisik ini terus

berupaya untuk melatih diri agar bisa mandiri dengan mengikuti pelatihan di rehabilitasi ataupun

terapi. Penerimaan diri membutuhkan waktu serta proses yang cukup lama hingga akhirnya

penyandang cacat ini dapat menerima kondisi fisik yang baru serta bangkit menjalani hidup

dengan mewujudkan cita-cita demi masa depan agar tidak perlu bergantung dengan orang lain.

Keberhasilan dalam penerimaan diri ini dibantu dengan dukungan sosial yang diberikan olah orang

terdekat yakni keluarga khususnya peran ibu. Kata kunci : penerimaan diri, penyandang cacat fisik bukan bawaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT FISIK BUKAN

BAWAAN

Petra Merieska Dian Arsanti

  

ABSTRAK

Mengalami suatu perubahan dalam hidup kemungkinan tidak mudah untuk dihadapi oleh

seseorang. Perubahan yang dialami salah satunya ialah mengalami kecacatan fisik bukan bawaan.

Kecacatan ini membuat seseorang harus menerima diri dengan kondisi fisik yang baru sementara

hal ini bukan suatu proses yang mudah untuk dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

1) pengalaman penyandang cacat fisik bukan bawaan dalam mengalami kecacatan, 2) proses

penerimaan diri penyandang cacat fisik bukan bawaan dan 3)faktor-faktor yang mendukung

penerimaan diri pada penyandang cacat fisik bukan bawaan. Pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian ini ialah bagaimana penyandang cacat fisik bukan bawaan mencoba menerima diri.

Subyek dalam penelitian ini adalah para penyandang cacat fisik bukan bawaan yang berada di

pusat rehabilitasi YAKKUM yang berjumlah 3 orang. Metode pada penelitian ini ialah penelitian

kualitatif dengan analisis fenomenologi deskriptif. Pengambilan data menggunakan proses

wawancara semi-terstruktur. Validitas yang digunakan yaitu member-checking, paper-trail, dan

refleksivitas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah pengalaman yang dimiliki oleh

penyandang cacat fisik bukan bawaan menggambarkan betapa sulitnya mereka dalam menghadapi

kondisi fisik yang baru. Para penyandang cacat fisik ini mengalami krisis identitas diri dan muncul

perasaan-perasaan negatif yang menimbulkan keterpurukan. Kondisi fisik yang baru juga

memunculkan keterbatasan sehingga kesulitan untuk melakukan kegiatan yang biasa mereka

lakukan serta tergantung pada alat bantu maupun orang lain. Para penyandang cacat fisik ini terus

berupaya untuk melatih diri agar bisa mandiri dengan mengikuti pelatihan di rehabilitasi ataupun

terapi. Penerimaan diri membutuhkan waktu serta proses yang cukup lama hingga akhirnya

penyandang cacat ini dapat menerima kondisi fisik yang baru serta bangkit menjalani hidup

dengan mewujudkan cita-cita demi masa depan agar tidak perlu bergantung dengan orang lain.

Keberhasilan dalam penerimaan diri ini dibantu dengan dukungan sosial yang diberikan olah orang

terdekat yakni keluarga khususnya peran ibu. Kata kunci : penerimaan diri, penyandang cacat fisik bukan bawaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

SELF ACCEPTANCE AT A PERSON WITH NOT EXTRINSIC PHYSICAL

DISABILITY

Petra Merieska Dian Arsanti

  

ABSTRACT

Life changing is not easy for a person. One of life changing which can happen to a

person is to be disable and it is not extrinsic causes. Disability pushes somenone to face reality

about their new physical condition and this is not easy to face. This research aims to investigate 1)

not extrinsic physical disability person experience living their live, 2) self acceptance of not

extrinsic physical disability person and 3) self acceptance of not extrinsic physical disability

person supporting factors. A questions that been asked in this research is how not extrinsic

physical disability person try to accept their life with their new physical condotion. Subjects in this

research were three person with not extrinsic physical disability who live in YAKKUM

rehabilitation center. This research used Qualitative research method with descriptive

(phenomenology) analyze. Collecting data process was using improperly fixed structure interview

and validity process that been used are member-checking, paper trail and reflexivity. The result

showed that life changing from normal person to disable person is not easy. Physical disable

person was in identity crisis and feels negative emotions. There were any borders for disability

person to live their daily life like a normal person. They joined therapy and exercise in

rehabilitation center to help them through their new physical condition. Took a long time for not

extrinsic physical disable person to accept their new condition,live their life in normal, set their

own goal and not depende on others. Social support from family, especially mother helped disable

person to accept their new condition. key word : self acceptance, a person with not extrinsic physical disabillity

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30 Agustus 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji dan syukur atas Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan pernyataanNya selama ini sehingga penulis an skripsi yang berjudul “Penerimaan

  Diri Pada Penyandang Cacat Fisik Bukan Bawaan” ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

  Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan masukan, nasihat dan mengarahkan penulis untuk lebih baik lagi dalam mengerjakan penelitian ini.

  4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M S.Psi., M.Si dan Ibu Monica Eviandara W.

  M.Ap. Psych selaku dosen penguji atas kritik, saran dan bimbingannya yang mendorong penulis agar melakukan yang terbaik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie, Mas Muji, Mas Doni). Terimakasih atas bantuannya sehingga proses studi dapat berjalan lancar.

  7. Kedua orang tua saya Papa Drs. YG.. Rudijanto dan Mama Emerita Monawati atas dukungan, doa yang tak pernah usai dan nasihatnya.

  8. Orang tua kedua saya M.G. Sri Suharmi terimakasih atas kasih sayang, perhatian, dukungan dan doanya.

  9. Keluarga besar R. Maliki Djojowikarto dan Amien Soenyitno atas dukungan dan doanya.

  10. Sahabat-sahabat saya di Fakultas Psikologi (Helen, Dena, Mega, Cangang, Putu, Wini, Ratih, Nadya, Sheela, Yani, Cicil, Nana, Nenis) dan semua teman angkatan 2007 maupun 2008 atas dukungan, kebersamaan, suka dan duka, bantuan, kasih sayang serta perhatian dari kalian semua.

  11. Teman-teman dan para staff Pusat Rehabilitasi YAKKUM atas bantuan dan partisipasinya dalam penelitian ini.

  12. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas doa dan dukungannya selama ini.

  Yogyakarta, 30 Agustus 2012 Penulis

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

  6 BAB II LANDASAN TEORI .........................................................................

  7 A. Penyandang Cacat Fisik ......................................................................

  7 1. Definisi ............................................................................................

  7

  2. Dampak Psikososial ........................................................................ 10

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B. Dukungan Sosial terhadap Penyandang Cacat Fisik ........................... 11

  1. Definisi ............................................................................................ 11

  2.Struktur dan Fungsi Dukungan Sosial .............................................. 12 C.Penerimaan Diri .................................................................................... 15

  1.Definisi ............................................................................................. 15

  2.Tahap-tahap Penerimaan Diri ........................................................... 19 D.Kerangka Penelitian ............................................................................. 21 E.Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 24

  BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 25 A. Jenis Penelitian ...................................................................................

  25 B. Strategi Penelitian ................................................................................ 25

  C. Fokus Penelitian .................................................................................. 26

  D. Subjek Penelitian ................................................................................. 26

  E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 27

  F. Prosedur Analisis Data ........................................................................ 30

  G.. Kredibilitas Penelitian ........................................................................ 31

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 35 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 35 B. Latar Belakang Subjek ........................................................................ 36 C. Hasil Penelitian ................................................................................... 42 1. Subjek 1 ............................................................................................

  42 2. Subjek 2 ............................................................................................

  47 3. Subjek 3 ............................................................................................

  52

  4. Struktur Dasar Keseluruhan ............................................................ 59

  D. Pembahasan ......................................................................................... 61 1. Gambaran Diri di Masa Lalu ...................................................

  61 2. Perasaan Keterpurukan ............................................................

  62 3. Keterbatasan dalam Beraktifitas ..............................................

  62 4. Tahap-tahap Penerimaan ..........................................................

  63 5. Religiusitas/Kedekatan dengan Tuhan .....................................

  66 6. Harapan dan Cita-cita di Masa Depan .....................................

  67

  7. Peran Dukungan Sosial dalam Penerimaan Diri ...................... 69

  BAB V PENUTUP .......................................................................................... 72 A. Kesimpulan ......................................................................................... 72 B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 73 C. Saran .................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75 LAMPIRAN .................................................................................................... 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Skema 1. Kerangka Penelitian ........................................................................ 23 Skema 2. Pembahasan ..................................................................................... 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mengalami suatu musibah atau kecelakaan dapat membawa

  perubahan dalam kehidupan seseorang. Salah satu perubahan akibat dari suatu kecelakaan yang dialami ialah menjadi cacat. Perubahan tersebut membuat seseorang harus melakukan hal-hal yang berbeda dari sebelumnya dan kemungkinan tidak mudah untuk dijalani. Mereka harus bergantung dengan alat bantu maupun orang lain.

  Perubahan yang dialami tidak hanya secara fisik, tetapi juga berpengaruh secara emosional dalam diri seseorang yang cacat. Seseorang mengalami berbagai perasaan negatif yakni perasaan kaget, shock, marah, kecewa ataupun rasa malu yang mempengaruhi diri mereka dalam menerima kenyataan. Perasaan-perasaan ini membuat mereka merasa takut untuk berbuat sesuatu apabila mengalami kegagalan dan merasa tidak berguna dalam hidup (Widjopranoto dan Sumarno, 2004).

  Proses menerima kenyataan ini semakin dipersulit dengan munculnya sikap yang kurang mendukung dari keluarga ataupun masyarakat sekitar.

  Penolakan dan rasa kasihan dapat membuat para penyandang cacat fisik merasa malu kemudian menimbulkan jarak dalam hubungan antar anggota keluarga.

  Penyandang cacat juga memilih untuk menarik dirinya dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 lingkungan karena merasa tidak percaya diri.

  Keterbatasan membuat para penyandang cacat memiliki kecenderungan untuk tergantung kepada orang lain baik secara ekonomi maupun sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widjopranoto dan Sumarno (2004) menunjukkan bahwa dari segi ekonomi sebanyak 56,25% penyandang cacat fisik dari 32 responden yang termasuk usia produktif masih tinggal bersama orang tua. penyandang cacat fisik lainnya sebanyak 15,62 % menumpang, yang mengontrak 3,13% sedangkan yang sudah memiliki rumah sendiri sebanyak 25%. Di samping itu, diketahui bahwa faktor kecacatan (76,96%) dianggap sebagai salah satu faktor yang menghambat bagi penyandang cacat fisik dalam usaha mencari pekerjaan. Kecacatan yang dialami membuat penyandang cacat fisik merasa pesimis sehingga tidak memunculkan adanya keinginan ataupun berusaha untuk mencari pekerjaan (Widjopranoto dan Sumarno, 2004).

  Kecacatan yang dialami memunculkan batasan-batasan bagi para penyandang cacat fisik bukan bawaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Menurut penelitian Widjopranoto dan Sumarno (2004) ditemukan bahwa ada responden penelitian yang merasa malu terhadap kecacatannya.

  Rasa malu ini ikut mempengaruhi kemampuan penyandang cacat fisik dalam bersosialisasi dan cenderung menutup diri. Tampak bahwa mereka cenderung tidak ingin bermasyarakat ataupun bergaul dengan lingkungan sekitar.

  Penyandang cacat fisik juga mengalami permasalahan dalam hidup bermasyarakat dimana sebanyak 12,50% responden bersikap pasrah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3 menghindar. Sikap-sikap ini mengesankan bahwa masih ada keraguan, rasa kurang percaya diri atas potensi yang ada dan kurang dapat menerima kenyataan yang ada (Widjopranoto & Sumarno, 2004).

  Pencapaian penerimaan diri merupakan proses sepanjang hayat yang memerlukan evaluasi berkesinambungan dan jujur mengenai kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mengenai cita-cita dan harapan, keterlibatan dalam aktivitas yang menimbulkan kepuasan, kesenangan, dan kegembiraan, serta mengenai apa yang dijalani dalam kehidupan telah sesuai dengan nilai-nilai dasar kita. Proses pemeliharaan penerimaan diri dipenuhi oleh tantangan- tantangan yang menghabiskan waktu dan energi seseorang. Zulfa (2009) melakukan penelitian terhadap dua remaja penyandang tuna netra karena mengalami kecelakaan. Kedua remaja ini tidak hanya menolak kondisinya

yang baru tetapi muncul kemarahan, depresi dan akhirnya dapat menerima diri.

  

Penerimaan diri ini bersifat fluktuatif dan tidak stabil. Hal tersebut berarti

proses penerimaan diri dapat terjadi secara berulang ketika subyek kembali

mengalami konflik yang tidak dapat diselesaikan disertai dengan munculnya

pikiran negatif terhadap keadaan.

  Penelitian terhadap penyandang cacat fisik bawaan menunjukkan hasil

yang sebaliknya yaitu lebih mampu untuk menerima kecacatannya. Para

penyandang cacat fisik bawaan ini memiliki keinginan untuk hidup mandiri,

mau berpartisipasi dengan masyarakat dan sudah mengenyam dunia kerja

sehingga dapat memberikan penghasilan bagi keluarganya (Widjopranoto dan

Sumarno, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4 Penyandang cacat fisik yang mampu menerima diri dengan baik kemungkinan tidak akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya. Selain itu, kecatatan fisik tersebut juga tidak akan membuat si penyandang cacat merasa terbatasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan tidak akan bergantung terhadap orang lain disekitarnya. Penyandang cacat bahkan dapat merealisasikan cita-citanya apabila ia juga mau berjuang dan bekerja keras tanpa harus merasa malu menampilkan diri dihadapan banyak orang. Widjopranoto dan Sumarno (2004) membuktikan hal ini dengan menemukan adanya responden yang dapat hidup mandiri dengan ingin memenuhi kebutuhannya sehari-hari layaknya seperti orang lain serta tidak ingin bergantung dengan orang lain. Persentase responden memiliki keinginan untuk maju sebesar 51,12%, 28,12% mencapai cita-cita dan 12,50% berusaha untuk mencapai tahap kehidupan yang lebih baik.

  Penelitian terhadap subyek cacat fisik bukan bawaan itu perlu dilakukan karena peneliti berasumsi bahwa perubahan fisik akibat kecelakaan cenderung tidak mudah untuk dihadapi. Para penyandang cacat bukan bawaan ini memerlukan proses agar dapat mencapai penerimaan diri. Pentingnya

  

penelitian ini didukung pula oleh p opulasi penyandang cacat di Indonesia yang

  besar yakni tercatat sekitar 5,5 juta jiwa, sebanyak 1.487.500 jiwa adalah penyandang cacat fisik (Syech, 1993; dalam Wijayanti, 2004). Penyandang cacat yang tercatat di kantor wilayah Departemen Sosial Propinsi Yogyakarta berjumlah 5.777.000 orang atau 3,11% dari jumlah penduduk Indonesia (Effrans; dalam Wijayanti, 2004). Berdasarkan data inilah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5 peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian karena banyaknya populasi penyandang cacat dan dapat mengetahui gambaran proses penerimaan diri dan mencoba mengungkap hal-hal apa saja yang mempengaruhi ketika penyandang cacat fisik bukan bawaan berproses dalam pencapaian penerimaan dirinya.

  Peneliti merasa dapat memberikan sumbangan informasi baru mengenai penerimaan diri kepada para penyandang cacat fisik bukan bawaan melalui penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan penelitian yang mengungkap penerimaan diri lebih banyak dilakukan pada para lansia, kaum transgender dan menghadapi kematian dibandingkan terhadap para penyandang cacat. Peneliti menggunakan metode analisis fenomenologi deskriptif untuk mengungkap rumusan masalah dalam penelitian ini.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Mengacu dari latar belakang diatas, rumusan masalah ialah : Bagaimana penyandang cacat fisik non bawaan mencoba menerima diri?

  C. TUJUAN PENELITIAN 1.

  Untuk mengetahui pengalaman penyandang cacat fisik bukan bawaan dalam mengalami kondisinya yang cacat

2. Untuk mengetahui proses penerimaan dirinya 3.

  Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung penerimaan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6

D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Subjek penelitian yaitu para penyandang cacat non bawaan Bagi subjek penelitian diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi seseorang yang mengalami cacat non bawaan untuk dapat menerima dirinya , realistis dalam menghadapi kenyataan, dan tidak merasa malu karena perubahan-perubahan pada fisiknya.

  2. Ilmu psikologi Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang psikologi sosial yaitu meskipun lebih terfokus dengan penerimaan diri pada masing-masing individu yang cacat secara fisik tetapi berpengaruh kuat terhadap kemampuan dalam bersosialisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Penyandang Cacat Fisik

  1. Definisi Definisi penyandang cacat seperti tercantum dalam UU No.4 tahun 1997 (Rachmanto dan Sumarno, 2004) adalah seseorang yang mengalami kelainan secara fisik atau mental yang dapat membuat dirinya terhambat untuk melakukan kegiatan dengan semestinya. Definisi penyandang cacat yang menekankan pada bagian fisik diungkapkan oleh Mangunsong dkk (dalam Wijayanti W.S., 2004) yakni bahwa seseorang yang mengalami kehilangan pada bagian fisik sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat berfungsi layaknya orang normal juga termasuk penyandang cacat fisik. WHO semakin memperjelas definisi kecacatan tidak hanya di bagian fisik namun pada tidak berfungsinya para penyandang cacat fisik layaknya orang normal. Penyandang cacat fisik mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan pribadi, keluarga dan bermasyarakat maupun di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi maupun psikologis dikarenakan adanya ketidaknormalan secara psikis atau fisik (Departemen Sosial RI, 1995; dalam Oktriana, A.L.,2004).

  Menurut Hammerman dan Maikowski (Oktriana, A.L., 2004), terdapat tiga konsep dasar yang lebih mendalam terhadap pengertian cacat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8 fisik yaitu impairment,disability dan handicap. Impairment ialah suatu keadaan yang menyebabkan hilangnya atau terjadinya abnormalitas pada struktur atau fungsi psikologis, fisiologis atau anatomis yang dapat terjadi sementara maupun menetap.

  Pada disability ini terdapat berbagai keterbatasan atau berkurangnya suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas tertentu dengan selayaknya. Seseorang dapat mengalami keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh kekurangan baik secara fisik, intelektual, pengindraan, kondisi-kondisi medis atau penyakit mental tertentu. Keterbatasan kemampuan serta kondisi-kondisi atau penyakit yang dialami dapat bersifat permanen ataupun sementara. Disability ini muncul sebagai akibat langsung dari impairment.

  Salah satu karakteristik kondisi fisik seorang penyandang cacat fisik dapat diukur dari derajat kecacatan anggota gerak atas, bawah, dan tulang belakang yang dikaitkan dengan kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Menurut UU No 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat mengemukakan tentang derajat kecacatan adalah tingkat berat ringannya kecacatan yang dapat disandang seseorang (Rachmanto dan Sumarno, 2004). Berat atau ringannya kecacatan fisik dapat dilihat dari kemampuan penyandang cacat fisik tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dapat diistilahkan sebagai ADL (activity of daily living). Siswoyo menyatakan bahwa semakin berat suatu kecacatan fisik yang dialami maka akan semakin sedikit ADL (activity of daily living) yang dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  9 dilakukan oleh individu yang bersangkutan ( Oktriana, A.L.,2004). Tingkat gangguan pada cacat fisik: a.

  Ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi b.

  Sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik c.

  Berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik

  Handicap sendiri ialah suatu keadaan yang dapat merugikan

  seseorang karena mengalami suatu impairment maupun suatu disability sehingga menghambat pemenuhan suatu peran sesuai dengan usia, jenis kelamin, serta faktor sosio kultural. Handicap juga merupakan suatu kondisi kehilangan atau keterbatasan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat seperti orang lain pada umumnya. Istilah handicap dapat menggambarkan pengalaman pahit seseorang dengan kecacatan dan lingkungannya. Istilah ini digunakan untuk menonjolkan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada lingkungan serta kegiatan-kegiatan yang terorganisasi di dalam masyarakat, yakni dalam hal informasi, komunikasi dan pendidikan yang dapat mengakibatkan para penyandang cacat fisik tidak dapat berpartisipasi atas dasar persamaan.

  Ketiga konsep dasar ini saling berkaitan satu sama lain. Konsep- konsep tersebut menjelaskan secara rinci bahwa pengertian penyandang cacat dapat dimulai dari seseorang mengalami suatu kedaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10 menyebabkan kondisi abnormal yang sementara atau menetap yang disebut dengan istilah impairment. Seseorang nantinya juga akan mengalami

  disability yang merupakan akibat langsung dari impairment. Disability ialah

  suatu tahap dimana seseorang merasakan adanya keterbatasan atau kekurangan dalam melakukan aktifitas yang selayaknya. Keterbatasan yang dimiliki tergantung dari berat atau ringannya tingkat kecacatan yang dialami oleh seseorang. Impairment dan disability membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk dapat berpartisipasi secara langsung di dalam kegiatan- kegiatan masyarakat sehingga dapat menghambat pemenuhan peran dalam diri dan kondisi ini disebut dengan handicap.

2. Dampak Psikososial

  Kecacatan yang dialami membuat para penyandang cacat fisik memiliki keterbatasan dalam menjalani kehidupannya. Keterbatasan ini berpengaruh pada psikososial yang dimiliki para penyandang cacat fisik. Smet (1994) menjelaskan bahwa psikososial itu ialah adanya hubungan dinamis antara keadaan psikologis dengan pengaruh sosial dimana keduanya saling mempengaruhi dan penting untuk proses perkembangan individu. Memiliki keterbatasan yang diakibatkan oleh kecacatan pada fisik kemungkinan dapat menimbulkan keadaan psikologis yang tidak stabil yaitu terdapat perasaan negatif seperti kaget, shock, marah, kecewa dan malu (Widjopranoto dan Sumarno, 2004).

  Widjopanoto dan Sumarno (2004) juga menjelaskan bahwa kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11 psikologis tersebut mempengaruhi kemampuan penyandang cacat fisik untuk bersosialisasi, cenderung menutup diri, menunjukkan sikap pasrah dan menghindar. Hal ini mengesankan bahwa masih ada keraguan, kurang dapat menerima kenyataan yang ada dan rasa kurang percaya diri atas potensi diri yang dimiliki. Pengaruh dari lingkup sosial sendiri menunjukkan adanya penolakan dan rasa kasihan sehingga membuat penyandang cacat merasa menjadi beban bagi orang lain ataupun malu terhadap kondisi fisiknya yang cacat. Widjopranoto dan Sumarno (2004) menemukan terdapat penyandang cacat fisik yang berusia produktif masih bergantung kepada orang tua yang disebabkan oleh rasa kurang percaya diri pada potensi diri, merasa pesimis sehingga tidak berniat atau berusaha untuk mencari pekerjaan.

B. DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENYANDANG CACAT FISIK 1.

  Definisi Keterbatasan dalam beraktifitas membuat penyandang cacat merasa kurang berminat untuk berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat.

  Kurangnya minat ini bisa jadi disebabkan karena derajat kecacatan yang berat sehingga membuat penyandang cacat fisik merasa kesulitan untuk bergerak apalagi untuk beraktifitas.

  Penyandang cacat fisik yang mengalami kesulitan sebaiknya memang diberikan bantuan dari orang terdekat seperti keluarga. Bantuan tersebut dapat berbentuk dukungan sosial. Dukungan sosial menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12 Gottlieb (2003; dalam Smet, 1994) ialah dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat baik secara verbal dan/atau non verbal, adanya bantuan secara nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau yang diperoleh karena kehadiran mereka yang memiliki manfaat secara emosional atau efek perilaku bagi yang menerima. Sarafino (1990; dalam Smet, 1994) juga menjelaskan bahwa dukungan sosial itu mengacu pada kebahagian yang dirasakan, adanya penghargaan terhadap kepedulian, memberikan ataupun menerima bantuan dari orang-orang atau kelompok- kelompok lain.

2. Struktur dan Fungsi Dukungan Sosial

  Dukungan sosial dibedakan menjadi 2 yakni struktur dukungan sosial dan fungsi dukungan sosial (dalam Lyons & Chamberlains, 2006).

  Struktur dukungan sosial merupakan eksistensi dan kuantitas dari hubungan sosial yang dimiliki oleh seorang individu dengan orang lain disekitarnya.

  Setiap struktur dukungan relatif bersifat objektif dan termasuk beberapa keadaan apakah individu tersebut memiliki status pernikahan atau tidak, banyaknya teman dekat yang dimiliki, jumlah perkumpulan/organisasi yang diikuti, apakah seseorang mengunjungi tempat ibadah secara rutin atau tidak dan sebagainya. Struktur dukungan sosial mengutamakan pada penyusun sebuah dukungan sosial misalnya bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan sekitar,keluarga. Struktur dukungan ini juga menjelaskan aspek kuantitas dari sebuah ekosistem lingkungan yang menyediakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13 dukungan sosial bagi individu.

  Fungsi dukungan sosial merupakan kualitas dari suatu hubungan sosial dan bagaimana fungsi dukungan ini dapat bermanfaat bagi individu yang bersangkutan. Fungsi dukungan sosial biasanya diukur dengan menanyakan setiap individu untuk menilai persepsi apakah mereka memiliki orang-orang yang mampu memberikan berbagai bentuk dukungan yang berbeda pada saat yang dibutuhkan serta apakah mereka benar-benar menerima bentuk-bentuk dukungan secara khusus.

  Fungsi dukungan sosial memiliki beberapa tipe yakni seperti yang dijelaskan menurut Stroebe (2000; dalam Lyons & Chamberlains, 2006): a.

  Dukungan emosional berarti seseorang memperoleh empati, perawatan dan perhatian. Sikap-sikap tersebut dapat meningkatkan rasa nyaman, ketentraman, rasa memiliki dan dicintai.

  b.

  Dukungan penghargaan berarti seseorang mendapatkan penerimaan yang positif termasuk dorongan, menyetujui perasaan-perasaan. Dukungan ini membangun perasaan

  • –perasaan harga diri, kemampuan dan merasa dihargai.

  c.

  Dukungan instrumental yaitu berupa bantuan yang diberikan secara langsung seperti meminjamkan uang, memberi bantuan pekerjaan atau mengasuh anak.

  d.

  Dukungan informasi berarti seseorang menerima nasihat, saran-saran, pengarahan dan respon balik.

  e.

  Dukungan penilaian yaitu menerima informasi yang dapat membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14 seseorang mengevaluasi diri dan menilai suatu peristiwa atau situasi. Dukungan ini juga dapat membantu seseorang mempelajari sumber- sumber apakah yang dapat digunakan untuk mengatasi situasi tersebut atau menghadapi sebuah situasi.

  Dukungan sosial yang diberikan oleh orang terdekat maupun masyarakat dapat membantu kondisi psikososial dari penyandang cacat fisik itu sendiri. Seperti yang dialami oleh Toni Christiansen yang cacat karena kecelakaan kemudian harus menghabiskan waktu lebih dari tujuh bulan untuk keluar masuk rumah sakit. Keluarga, teman dan sanak saudara sangat mendukung proses pemulihan diri Toni. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat membuat Toni mampu mengikuti berbagai pelatihan dengan baik guna pemulihan bagi dirinya serta mahir dalam berbagai jenis olahraga (Chan, 2007).

  Pengalaman Toni ini merupakan salah satu contoh penyandang cacat fisik bukan bawaan yang dapat mengembangkan dirinya, merasa percaya diri untuk unjuk diri di hadapan masyarakat luas tanpa merasa malu, berbeda dari penyandang cacat fisik lain yang merasa terasing karena kecacatannya. Penyandang cacat fisik pun memiliki harga diri serta optimis terhadap kecacatannya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Basri (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara harga diri, optimisme, dan dukungan sosial dengan kesehatan mental penyandang cacat tubuh (R = 0,730, sig < 0,010) dengan sumbangan efektif (R2=53,3%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15

C. PENERIMAAN DIRI 1.

  Definisi Penerimaan diri menurut Wiley ( dalam Josephine dan Srisuini,

  1998) berhubungan dengan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi serta memberi sumbangan pada kesehatan mental seseorang serta hubungan antar pribadi. Penerimaan diri memiliki pengertian adanya persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan keterbatasannya yang dapat digunakan secara efektif. Penerimaan diri juga meningkatkan toleransi terhadap orang lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Mereka melihat manusia, dunia dan dirinya apa adanya. Seseorang yang memiliki penerimaan diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri serta berusaha untuk memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri lalu dapat mengkritik dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri serta tidak menyalahkan ataupun mencela orang lain karena dirinya.

  Jersild (dalam Josephine dan Srisuini, 1998) mendefinisikan penerimaan diri sebagai tingkat kemampuan seseorang untuk memahami karakteristik dirinya, mampu menerima kondisi yang ada, menyadari potensi-potensi yang dimiliki sehingga mereka mampu melakukan sesuatu dan menjadi sesuatu yang diharapkannya. Menurut Cooper (dalam Apriliana. D, 2009) penerimaan diri adalah suatu tingkatan kesadaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  16 seseorang mengenai karakteristik pribadinya dan mau hidup dengan keadaan tersebut. Hal ini berarti seseorang tersebut memiliki pengetahuan tentang dirinya sehingga menerima kelebihan dan kelemahannya.

  Sama halnya dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Brooks & Golstein (dalam Apriliana. D, 2009) bahwa penerimaan diri dihubungkan dengan penghargaan diri dan rasa percaya diri. Pencapaian penerimaan diri merupakan proses sepanjang hidup yang memerlukan evaluasi terus- menerus, jujur mengakui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, memiliki cita-cita dan harapan, keterlibatan dalam aktivitas yang menimbulkan kepuasan, kesenangan, dan kegembiraan, serta mengenai apa yang dijalani dalam kehidupan telah sesuai dengan nilai-nilai dasar kita. Proses pemeliharaan penerimaan diri dipenuhi banyak tantangan yang memakan waktu dan tenaga seseorang.

  Penerimaan diri juga merupakan salah satu bagian dari tujuh aspek kesejahteraan psikologis milik Ryff. Ryff (dalam Baumgardner & Crothers, 2009) mengungkapkan bahwa kondisi kesejahteraan yaitu lebih dari sekedar kondisi merasakan bahagia baik secara fisik atau hedonis, tetapi kebahagiaan yang bersifat eudaimonic. Kebahagian eudaimonic merupakan perasaan pribadi yang memberikan kesempatan untuk dapat bertumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Kesejahteraan seharusnya dapat menjadi sumber pemulihan dalam menghadapi kesulitan serta mampu mencerminkan keberfungsian secara positif, kekuatan pribadi dan kesehatan mental dalam hidup sehari- hari (Baumgardner & Crothers, 2009).