IMPLEMENTASI TA’ZIR DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

  IMPLEMENTASI TA’ZIR

  

DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM

AL-FALAH KOTA SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SITI SIRRIL INAYAH

  

NIM: 11113036

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

ا ُّْسِّشَث َّ ا ُّْسِّسَعُر َلا َّ ا ُّْسِّسَٗ َلبَق َنَّلَس َّ ََِْ٘لَع ُالله َّٔلَص ِِّٖجٌَّلا ِيَع ٍسًََا ْيَع ا ُّْسِّفٌَُر َلا َّ

  Dari Anas radhiyaallahu‟anhu dari Nabi shollaallahu „alaihi wa sallam, beliau

bersabdda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit, beri berita gembiralah dan

jangan membuat berita jangan menjadikan orang lari.” (HR. Bukhari)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Bapak dan ibu penulis, Muh. Nurtontowi dan S. Badriyah yang tak pernah lelah membimbing, memberi nasehat, mengingatkan, memberi do‟a, dan cintanya dalam kehidupan penulis.

  2. Ketiga saudara penulis, mbak Riya, dek Aim, dan dek Sabar yang selalu memberikan do‟a dan dukungan terbaiknya.

  3. Bapak dan Ibu dosen yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan keluar besar IAIN Salatiga.

  4. Sahabat-sahabat yang senantiasa membersamai, membantu dan memberi nasehat di setiap waktu.

  5. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Kota Salatiga.

  6. Teman-teman seperjuangan di TPQ Darul Amal Salatiga dan teman-teman KAMMI Salatiga.

  7. Sahabat dan adik-adik seperjuangan di wisma Hanan, Najwa, Safira, Zahra, dan Najma.

  8. Seluruh teman penulis di IAIN Salatiga dan dimanapun berada.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrohim

  Segenap rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

  Implementasi Ta‟zir di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Kota Salatiga Tahun 2017.

  Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan syafa‟atnya di hari akhir. Tidak lupa sholawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan kebaikan.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rendah hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

  4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  5. Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku dosen pemimbing akademik penulis yang dengan kesabarannya membimbing penulis dari waktu ke waktu.

  6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

  7. Bapak dan Ibu tercinta serta kakak dan adik-adik penulis yang selalu memberikan do‟a dan dukkungan terbaiknya kepada penulis.

  8. Keluarga besar PPTI Al-Falah yang telah memberikan kesempatan dan bantuannya kepada penulis.

  9. Keluarga besar TPQ Darul Amal salatiga yang menjadi inspirasi penulis.

  10. Sahabat dan adik-adik seperjuangan di wisma Najwa, Hanan, Safira, Najma, dan Zahra yang telah membersamai dalam setiap waktu.

  11. Sahabat perjuangan di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Salatiga.

  12. Sahabat perjuangan teman-teman PAI angkatan 2013, terimakasih kawan.

  13. Sahabat-sahabat inspiratif dimasa senang maupun sedih yang senantiasa memberikan nasehat, semangat dan bantuannya kepada penulis yang tidak disebut satu per satu oleh penulis 14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima kasih atas dorongan, motivasi, dan inspirasinya.

  

ABSTRAK

Inayah, Siti Sirril. 2018.

  Implementasi Ta‟zir dalam Menanamkan Kedisiplinn Santri di Pondok Pesantren Tarbiyaul Islam Al-Falah Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi, Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh.

  Hafidz, M.Ag.

  Kata Kunci: Implementasi Ta‟zir dan Penanaman Kedisiplinan

  Pada saat ini sering muncul keluhan bahwa generasi muda zaman sekarang sulit diatur. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya penanaman sikap disiplin pada mereka dan tidak adanya konsekuensi terhadap peraturan-peraturan yang telah dilanggar. Oleh karenanya, PPTI Al-Falah memiliki peraturan yang harus ditaati dan menerapkan hukuman

  ta‟zir (punishment) sebagai salah satu bentuk

  konsekuensi bagi santri yang melanggar untuk melatih dan mendidik santrinya menjadi disiplin. Oleh sebab itu, penulis tertarik meneliti penerapan

  ta‟zir dalam

  menanamkan kedisiplinan di PPTI Al-Falah Kota Salatiga. Pertanyaan utama yang akan dijawab peneliti adalah (1) Bagaimana penerapan

  ta‟zir di PPTI Al-

  Falah Salatiga? (2) Bagaimana kedisiplinan santri di PPTI Al-Falah Salatiga? (3) Apa saja kekurangan dan kelebihan dalam penerapan

  ta‟zir di PPTI Al-Falah

  Salatiga? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitti mendapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Penerapan

  ta‟zir di PPTI Al- Falah dilaksanakan sesuai tingkatan pelanggaran yang telah dilakukan.

  Ta‟zir

  yang diterapkan di PPTI Al-Falah ini bentuknya bermacam-macam dan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat. (2) Kedisiplinan santri di PPTI Al-Falah sudah baik, terutama dalam pelaksananaannya. Santri menaati peraturan yang ada dan melaksanakan kegiatan pesantren dengan baik. Namun untuk manajemen waktunya masih kurang. Beberapa masih sering terlambat saat kegiatan pesantren. (3) Terdapat beberapa kekurangan dalam penerapan

  ta‟zir di PPTI Al-Falah, yang sangat menonjol

  adalah kurang samaratanya pemberian

  ta‟zir antara santri senior dengan santri

  junior. Disamping itu Kelebihannya adalah melatih kedisiplinan santri dan membantu santri menjadi pribadi yang lebih baik, jujur, dan bertanggung jawab.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................... iii DEKLARASI ............................................................................................................ iv MOTTO .................................................................................................................... v PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................. 1 B. Fokus Penelitian .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5 E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6 F. Metode Penelitian ............................................................................ 14 G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ta‟zir (Hukuman) .............................................................................. 25 1. Pengertian Ta‟zir (Hukuman) ...................................................... 25 2. Dasar Hukum Disyari‟atkannya Ta‟zir ...................................... 27 3. Tujuan Ta‟zir atau Hukuman ...................................................... 29 4. Syarat-syarat Ta‟zir atau Hukuman ............................................. 32 5. Macam-macam Hukuman Ta‟zir ................................................. 39

  B.

  Kedisiplinan ...................................................................................... 43 1.

  Pengertian Kedisiplinan .............................................................. 43 2. Unsur-unsur Perilaku Disiplin ..................................................... 44 3. Kegunaan Disiplin Diri ............................................................... 48 C. Kekurangan dan Kelebihan Ta‟zir .................................................... 50

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Umum PPTI Al-Falah Salatiga ........................................... 52 1. Sejarah Berdirinya PPTI Al-Falah .............................................. 52 2. Letak Geografis PPTI Al-Falah .................................................. 53 3. Visi Misi ...................................................................................... 53 4. Dasar dan Tujuan ......................................................................... 53 5. Kelembagaan ............................................................................... 55 6. Sarana Prasarana .......................................................................... 56 7. Struktur Organisasi Kepengurusan .............................................. 57 8. Jadwal Kegiatan .......................................................................... 60 9. Tata Tertib ................................................................................... 61 B. Temuan Data Penelitian ................................................................... 67 1. Implementasi Ta‟zir di PPTI Al-Falah ........................................ 67 2. Kedisiplinan Santri di PPTI Al-Falah ......................................... 74 3. Kekurangan dan Kelebihan dalam Penerapan Ta‟zir di PPTI Al-Falah ....................................................................................... 79 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN A. Penerapan Ta‟zir di PPTI Al-Falah ................................................. 84 B. Kedisiplinan Santri di PPTI Al-Falah .............................................. 88 C. Kekurangan dan Kelebihan dalam Penerapan Ta‟zir di PPTI Al-Falah............................................................................................ 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 98 B. Saran ................................................................................................ 99 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan.......................................................... 22Tabel 1.2 Tahap Pekerjaan Lapangan............................................... 23Tabel 1.3 Tahap Analisis Data.......................................................... 23Tabel 1.4 Kegiatan Harian................................................................ 60Tabel 1.5 Kegiatan Mingguan........................................................... 61Tabel 1.7 Kegiatan Bulanan.............................................................. 61Tabel 1.8 Kegiatan Tahunan............................................................. 61

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kode Penelitian Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Hasil Wawancara Lampiran 4 Dokumentasi Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6 Tata Tertib PPTI Al-Falah Kota Salatiga Lampiran 7 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 8 Surat Kredit Kegiatan (SKK) Lampiran 9 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 10 Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi peserta didik agar

  mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan menimbulkan perubahan dalam dirinya supaya bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan dalam Islam tidak hanya sekedar mentransfer ilmu, namun juga sebagai wahana pembentuk karakter bagi peserta didik (Sadulloh, 2014:5).

  Pada saat ini sering muncul keluhan bahwa generasi muda zaman sekarang tidak belajar dengan sungguh-sungguh dan sulit diatur. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pertanyaan ini sebenarnya sulit diberikan jawaban, namun bisa diduga alasannya, seperti tersedianya berbagai fasilitas yang memadai, pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Kaum muda dianggap dimanjakan oleh segala kemudahan yag ada, mereka semakin bebas dan kurang taat terhadap berbagai peraturan yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu diantaranya karena kurangnya penanaman sikap disiplin dalam diri mereka dan tidak adanya konsekuensi terhadap peraturan-peraturan yang telah dilanggar.

  Sebenarnya banyak bentuk ketegasan yang dapat diberikan kepada peserta didik sebagai konsekuensi atas apa yang telah dilakukannya, seperti hadiah dan hukuman. Pemberian hadiah (reward) diberikan kepada anak sebagai bentuk penghargaan terhadap perilaku baik yang telah dilakukan, sedangkan hukuman (punishment) diberikan sebagai konsekuensi serta

  

control terhadap perilaku yag tidak baik. Dalam studi psikologi, pemberian

  hadiah hanya dapat dilakukan pada anak usia 3 sampai 10 tahun, sedangkan hukuman sebaiknya diterapkan pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun, termasuk remaja. Hukuman dalam pendidikan memiliki pengertian yang luas, mulai dari hukuman yang ringan sampai pada hukuman yang berat, dari gerakan isyarat hingga pukulan yang agak menyakitkan dalam batasan-batas pembimbingnya ke arah perilaku yang diharapkan (Izzan, 2012:80).

  Sebagian padangan barat sangat anti dengan metode ini dan menolak mentah-mentah penjatuhan hukuman sebagai metode pendidikan. Sebagian masyarakat pun masih berpandangan bahwa metode penjatuhan hukuman dalam pendidikan merupakan hal yang tabu, karena bagi mereka hukuman itu identik dengan kekerasan. Padahal banyak alternatif lain selain kekerasan yang dapat diterapkan sebagai hukuman (punishment). Dan bisa jadi pemberian hukuman dalam pendidikan menjadi obat yang manjur untuk meluruskan kekeliruan dan melatih kedisplinan anak bila dilakukan dengan cara dan dosis yang tepat.

  Metode pemberian sanksi ini dapat juga diterapkan di pendidikan non formal seperti pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren muncul bersamaan dengan proses Islamisasi yang terjadi di bumi Nusantara pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi, dan terus berkembang sampai saat ini. Ketahanan yang ditampakkan sepanjang sejarahnya dalam menyikapi perkembangan zaman menunjukkan pesantren sebagai suatu sistem pendidikan yang mampu berdialog dengan zamannya. Pesantren dapat menjadi lembaga pendidikan alternatif pada saat ini dan masa depan sekaligus sebagai motor penggerak dan pengawal arus perubahan sosial. Muhammad Arifin (1995:240) mendefinisikan pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari kepemimpinan seseorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharimastik serta independen dalam segala hal. Pesantren memiliki tujuan untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi masyarakat (Muin, 2007:16) .

  Hingga kini pondok pesantren masih berperan penting dalam tiga hal, yaitu: Pertama, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan pengkaderan ulama (center of excellence); Kedua, sebagai lembaga pencetak sumber daya manusia handal (human resources); dan ketiga, sebagai lembaga yang memiliki kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (community

  

empowerment) (Muin, dkk, 2007:2). Dengan demikian, dapat dipahami

  bahwa pondok pesantren merupakan bagian dari proses perubahan sosial degan tidak hanya menekankan pada salah satu aspek saja, namun pesantren telah memasuki berbagai lini dalam proses transformasi sosial.

  Mengingat peran pesantren yang begitu penting serta besarnya kontribusi pesantren dalam membangun ilmu pengetahuan agama, karakter dan kepribadian santri-santrinya sebagai generasi bangsa, maka pesantren memiliki peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh santri dan seluruh penghuni pesantren demi terwujudnya tujuan pesantren itu sendiri. Pendidikan dan peraturan yang diterapkan dalam pondok pesantren sebagai upaya untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan dalam diri santri yang tentunya juga diiringi dengan keteladan dari kyai dan para pengurus.

  PPTI Al-Falah Salatiga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berbasis Islam yang berada di Kota Salatiga. Di pondok pesantren ini tokoh pemimpinnya disebut dengan kyai, pembantu Kyai di pondok pesantren disebut dewan pengurus yang terdiri dari asatidz dan pengurus harian yang terdiri dari santri-santri senior, dan peserta didiknya disebut dengan santri . Sebagaimana lembaga pendidikan lainnya, pondok pesantren ini memiliki peraturan yang harus ditaati, untuk melatih dan mendidik santri-santrinya dalam keteraturan hidup kesehariannya dan memunculkan watak disiplin. Dan tidak bisa disangkal bahwasannya setiap ada peraturan, pasti ada saja santri yang melanggar. Oleh karena itu, pondok pesantren ini menerapkan hukuman

  ta‟zir (punishment) sebagai salah satu bentuk konsekuensinya.

  Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai bahan menyusun skripsi dengan judul “Implementasi Ta’zir dalam Menanamkan

  Kedisiplinan Santri di PPTI Al-Falah Kota Salatiga Tahun 2017” B. Fokus Penelitian

  Kaitannya dengan judul penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:

  1. Bagaimana penerapan ta‟zir di PPTI Al-Falah Salatiga tahun 2017? 2.

  Bagaimana kedisiplinan santri di PPTI Al-Falah Salatiga tahun 2017? 3. Apa saja kekurangan dan kelebihan penerapan ta‟zir di di PPTI Al-Falah

  Salatiga tahun 2017? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui penerapan ta‟zir di PPTI Al-Falah Salatiga tahun 2017.

  2. Mengetahui kedisiplinan santri di di PPTI Al-Falah Salatiga tahun 2017.

  3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan penerapan ta‟zir di di PPTI Al- Falah Salatiga tahun 2017.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Manfaat teoritik Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait penerapan

  ta‟zir dalam menanamkan kedisiplinan santri di kalangan pendidikan, khususnya pondok pesantren.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di lembaga terkait.

  b.

  Bagi para pengembang mutu pendidikan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan selanjutnya untuk meningkatkan prestasi anak bangsa.

  c.

  Bagi para pendidik bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk terus berkarya dalam meningkatkan prestasi peserta didik.

  d.

  Bagi siswa/santri sebagai pengalaman yang baru dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.

  e.

  Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan menemukan solusinya.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu: A.

  Implementasi Kata Implementasi berasal dari bahasa inggris

  “implementation” yang

  berarti pelaksanaan, penggunaan atau pemkaian sebagai alat (Shadily, 1976:207). Kemudian kata ini diserap dalam bahasa Indonesia menjadi implementasi yang berarti penerapan atau pelaksanaan (KBBI, 2007:427).

  Menurut Echols (1992:313), implementasi berasal dari kata “implementation” yang berarti suatu pelaksanaan atau penyelengaraan.

  Jadi menurut bahasa, kata implementasi mengandung arti penerapan suatu alat atau metode untuk mencapai tujuan tertentu.

  Implementasi merupakan suatu proses side, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap (Mulyas, 2001:93).

  Hamalik (2013:237) mengatakan bahwa implementasi merupakan suatu proses penerapn ide, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dn sikap.

  Sedangkan menurut Abdul Majid (2014:70), implementasi adalah usaha untuk mengubah pengetahuan, tindakan, dan sikap individu serta interaksi proses antara mereka yang menciptakan program dan mereka yang melaksanakannya.

  Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Implementasi tidak hanya mengandung arti aktivitas, namun suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi implemetasi dalam skripsi ini adalah pelaksanaan hukuman

  ta‟zir dalam menanamkan kedisiplinan santri PPTI Al-Falah Salatiga. B.

  Ta‟zir Kata

  ta‟zir berasal dari bahasa arab “‟azzara” yang berarti menegur atau seseorang yang berarti mengajar (Al-Habsyi, 1991:252).

  Menurut bahasa, kata

  ta‟zir adalah bentuk mashdar dari “„azzara”,

  yang berarti menolak (

  raddu atau man‟u), ar Ramli menambahkan,

  menurut ilmu bahasa (lughat),

  ta‟zir adalah kata nama yang bersifat

  kebesaran (asmaul adhdad), karena kata tersebut secara mutlak menunjukkan kebesaran atau keagungan dan menunjukkan kepada pengertian pengajaran (takdib), dan pada pukulan yang sangat keras dan kepada pukulan selain pukulan yang had (Haliman, 1971:458).

  Lafaz yang memiliki sinonim

  ta‟zir berasal dari kata َز َّصَع (mencegah dan menolak) dan (mendidik).

  Ta‟zir ُتِْٗدْأَّزلا د َّسلا

  ُعٌَْوْلا َّ

  diartikan mencegah dan menolak karena ia dapat mencegah pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya.

  Ta‟zir diartikan mendidik, karena ta‟zir

  dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari perbuatan buruknya kemudian meninggalkan dan menghentikannya (Muslich, 2005:248).

  Dalam ranah pesantren, hukuman biasa disebut dengan ta‟zir. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, hukuman diartikan sebagai “siksa dan sebagainnya” atau “keputusan yang dijatuhkan oleh hakim” . (Muslich, 2006:136) mengatakan bahwa, sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya .

  Jadi, menurut bahasa pengertian

  ta‟zir adalah suatu tindakan atau

  balasan terhadap perbuatan menyimpang yang telah dilakukan oleh si pelaku, untuk mendidik pelaku agar ia menyadari perbuatan buruknya dan mencegah pelaku agar tidak mengulangi dan menghentikannya.

  Menurut pegertian hukum syari‟at, ta‟zir berarti pengajaran (takdib) terhadap kesalahan yang tidak mempunyai ketentuan hukum had.

  Ta‟zir

  dalam hukum syari‟at tidaklah dikhususkan dengan hukuman pemukulan, tetapi dapat dilakukan dengan penamparan atau dengan menjentik telinga atau degan perkataan yang keras, tergantung kepada pandangan hakim mengenai hal ini (Haliman, 1971:458).

  Pengertian

  ta‟zir atau hukuman adalah penderitaan yang diberikan

  atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan lain sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.

  Dengan demikian hukuman itu pantas, bilamana nestapa yang ditimbulkan itu mempunyai nilai positif atau mempunyai nilai pedagogis (Izzan, 2012:80).

  Menurut istilah

  ta‟zir adalah hukuman yang belum ditentukan oleh

  syara‟ dan untuk penetapan serta pelaksanaannya diserahkan kepada ulil amri (penguasa) sesuai dengan bidangnya. Menurut hukum Islam hukuman

  ta‟zir adalah hukuman yang ketentuannya tidak tercantumkan

  dalam nash atau dalam Al- Qur‟an dan as Sunnah, dengan ketentuan yang pasti dan terperinci. Hukuman

  ta‟zir dimaksudkan untuk mencegah kerusakan dan menolak timbulnya bahaya (Muslich, 2006:10). Pengertian

  ta‟zir sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al

  Mawardi sebagai berikut:

  ُد ُّْدُحْلا بَِِْ٘ف ْع َسْشُر ْنَل ِة ًُُْْذ َٔلَع ٌتِْٗدْأَر ُسْٗ ِصْعَّزلا َّ “Ta‟zir itu adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara” (Muslich, 2005:249).

  Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa istilah

  ta‟zir merupakan

  hukuman yang belum ditetapkan oleh syara‟, melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Yang mana dalam pondok pesantren ketentuan hukuman dan pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus sebagai pembantu Kyai. Pengurus hanya menentukan hukuman secara global saja, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya.

  C.

  Kedisiplinan Kata disiplin berasal dari bahasa Inggris yang berarti ketertiban (Shadily, 1976:185). Yaitu menertibkan murid yang melanggar peraturan.

  Kemudian kata ini diserap dalam bahasa Indonesia yang berarti kepatuhan pada peraturan (KBBI, 2007).

  Menurut bahasa, kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin, kata disiplin berasal dari bahasa Latin discipulus yang berarti siswa atau murid.

  Makna lain dari kata yang sama adalah “seseorang yang mengikuti pemimpinnya”. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti, antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi seorang murid (Unaradjan, 2003:8).

  Jadi, kedisiplinan adalah ketaatan murid terhadap guru atau pemimpin dan peraturan yang ada.

  Menurut istilah disiplin mengandung arti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Disiplin juga berarti latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada (Unaradjan, 2003:9).

  Marilyn E. Gootman, Ed. D., seoranng ahli pendidikan dari University of Georgia di Athens, Amerika, berpendapat bahwa disiplin ialah membantu anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya (Nizar, 2009:22).

  Untuk mencapai kematangan pribadi, seseorang harus berhasil melalui beberapa tahapan, salah satunya yaitu disiplin diri. Karena disiplin merupakan proses melatih watak dan batin untuk berbuat sesuai peraturan dengan menyadari perbuatan yang kurang benar kemudian mengoreksi dan mengendalikannya agar tidak tidak terjadi untuk kedua kalinya.

  D.

  Santri Istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji

  (Dhofier, 1986:18). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, atau orang shaleh (KBBI, 2007:997).

  Jadi, kata santri memiliki arti seseorang yang bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama, agar bermanfaat bagi masyarakat dan selmat dunia akhirat.

  Menurut istilah, santri adalah peserta didik yang tinggal menetap di pesantren (DEPAG, 2003:1). Dhofier mendefinisikan santri sebagai berikut,”Santri adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren” (Dhofier:51).

  Kata santri mempunyai arti orang-orang yang tahu buku-buku suci, buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Dhofier, 1986:18).

  Dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Tentang Pendidikan Islam”, Muhammad Tolhah Hasan menyebutkan bahwa santri merupakan salah satu komponen yang ada dalam pesantren yang memiliki arti pencari ilmu agama dan pendamba bimbingan kyai (Hasan, 2006).

  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata santri mengandung arti seseorang yang tinggal/menetap di pondok pesantren untuk mempelajari ilmu agama.

  E.

  PPTI Al-Falah Salatiga Kata Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal santri (Muin, 2007:17). Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Lingkungan pesantren disebut dengan istilah pondok. Dari sinilah timbul istilah pondok pesantren (DEPAG, 2003:1).

  Pondok pesantren merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seseorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai” (Dhofier:44).

  Pengertin pondok pesantren adalah suatu komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama sejmlah orang yang dengan komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan mengikat diri dengan kyai, tuan guru, buya, abu, atau nama lainnya, untukhidup bersama dengan standard moral tertentu, membentuk kultur atau budaya tersendiri (DEPAG, 2003:7).

  Pada dasarnya pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), kyai (encik, ajengan atau tuan guru sebagai tokoh utama), dan masjid atau mushola sebagai pusat lembaganya (Haryanto, 2012:39).

  Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren merupakan tempat tinggal santri, yaitu tempat para santri belajar dan mengaji. Atau suatu tempat pendidikan yang menekankan pada pelajaran agama Islam serta didukung dengan asrama, sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.

  PPTI Al-Falah Salatiga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berbasis Islam yang berada di Kota Salatiga. Pondok Pesantren yang diasuh oleh KH. Zoemri RWS dan istri beliau Hj. Nyai Latifah ini diresmikan pada tahun 1986 Departemen Agama daerah Salatiga.

  Menimbang objek penelitian yang akan diteliti oleh penulis, maka penulis akan melakukan penelitian di PPTI Al-Falah. Karena santri yang tinggal di Pondok tersebut berkisar sekitar 400 sampai 450 orang dan terdiri dari anak usia SD sampai usia remaja. Yang mana di usia tersebut anak-anak mengalami masa pubertas, pencarian jati diri, keingintahuan yang luar biasa, dan tak jarang melanggar peraturan yang ada. Sehingga diterapkannya ta‟zir (hukuman) bagi santri yang tidak menaati peraturan. Hal ini bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan pengendalian diri pada diri santri.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011:66).

  Sebagaimana yang terjadi dalam PPTI Al-Falah, pondok pesantren ini memiliki lebih dari 400 santri dengan karakter yang bermacam-macam.

  Jadi tidak dielakkan, apabila tidak semua santri dapat menaati peraturan sesuai yang telah disepakati. Sehingga, pondok pesantren ini menerapkan

  ta‟zir untuk meminimalisir santri-santri yang kurang disiplin.

  Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

  Penelitian kualitatif mengunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu layar yang berkonteks khusus (Moleong, 2008:5). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang fenomena

  ta‟zir yang terjadi di PPTI Al-Falah, peneliti terjun langsung untuk mendiskripsikan apa yang terjadi dilapangan.

  2. Kehadiran Peneliti

  Jadi pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Moleong (2008:168) mengemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan, melaksanakan penelitian dengan terjun langsung ke dalam PPTI Al-Falah untuk mengamati, melakukan pendekatan naturalistik, dan mengumpulkan beberapa data yang diperlukan kemudian menganalisisnya sebagai bahan laporan.

  3. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan pada santri PPTI Al-Falah Salatiga. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu Oktober 2017-Februari 2018.

  4. Sumber Data

  Sumber data dalam penelitian ini meliputi: a. Data utama atau data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong,

  2011:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Data utama dalam penelitian ini didapatkan peneliti dari pengasuh, asatidz, pengurus, wali santri dan santri PPTI Al-Falah Salatiga.

  b.

  Data ke dua atau data sekunder yakni data tambahan yang berasal dari sumber tertulis, buletin pondok pesantren dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan PPTI Al-Falah Salatiga. Data ke dua ini digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang didapat dari data utama.

  5. Metode Pengumpulan Data

  Salah satu tahapan yang penting dalam penelitian adalah alat pengumpulan data (instrumen penelitian). Karenanya diperlukan istrumen pengumpulan data yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.

  Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186).

  Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur yakni peneliti melakukan wawancara dengan membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan terperinci sesuai dengan informasi yang ingin didapatkan.

  Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan wawancara kepada pengasuh Pondok Pesantren, asatidz (dewan keamanan pusat dan dewan penasehat), pengurus bagian keamanan dan diklat, wali santri dan beberapa santri untuk mendapatkan informasi terkait fenomena

  ta‟zir dan kedisiplinan yang ada di PPTI Al-Falah.

  b.

  Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik terhadap gejala sosial maupun psikologik melalui penglihatan dan pencatatan secara langsung (Sabari, 2010:380).

  Untuk mengetahui pengembangan sikap disiplin santri PPTI Al- Falah, peneliti menggunakan observasi nonpartisipan karena peneliti tidak ikut dalam kegiatan pondok pesantren atau kelompok komunitas sasaran penelitian. Namun, peneliti terjun langsung ke pondok pesantren untuk mengamati beberapa fenomena yang berkaitan dengan

  ta‟zir dan kedisiplinan. c.

  Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dilaksanakan untuk memperoleh data tambahan, seperti profil pondok pesantren, brosur pondok pesantren, visi misi, gambar, dan lain sebagainya.

6. Analisis data

  Menurut Bogdan dan Briklen (dalam Moleong, 2011:248) analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

  Adapun tujuan utama analisis data dalam penelitian kualitatif ialah mencari makna di balik data melalui pengakuan subyek pelakunya (Kasiram, 2010:355).

  Ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2011:129), yaitu: a.

  Reduksi Data Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

  Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan

  ta‟zir dan kedisiplinan yang diperoleh selama

  penilitian di PPTI Al-Falah, menyusunnya secara ringkas, kemudian memilih dan mengambil data yang akan digunakan, menambahkan beberapa deskripsi agar lebih jelas hingga laporan penelitian selesai.

  b.

  Penyajian Data Penyajian data adalah kegiatan menyusun sekumpulan data dan informasi, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

  Peneliti harus menyusun data secara teliti, agar tepat dalam memberikan kesimpulan dan mengambil langkah selanjutnya.

  c.

  Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama proses penelitian. Sehingga verifikasi kesimpulan yang pada mulanya belum jelas meningkat menjadi lebih jelas.

  Peneliti akan memberikan kesimpulan secara bertahap, sesuai dengan data sementara yang didapat. Sehingga, peneliti dapat memberikan kesimpulan yang jelas dan tepat mengenai fenomena

  ta‟zir

  dan kedisiplinan di PPTI Al-Falah seiring terkumpulnya seluruh data penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan data

  Pengecekan keabsahan data (Moleong, 2011:324) merupakan upaya agar hasil penelitian yang disajikan valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

  (dependability), dan kepastian (comfirmability). Dalam penelitian ini

  penulis menggunakan teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi.

  a.

  Ketekunan Pengamatan Peneliti Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan. Melalui teknik ini, peneliti berusaha setekun mungkin untuk mengamati setiap unsur yang relevan dengan penelitian untuk dapat ditelaah secara rinci dan berkesinambungan. Misalnya peneliti sering ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

  b.

  Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data-data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber data, yakni membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dicapai dengan: 1)

  Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil wawancara informan lain. Misalnya membandingkan hasil wawancara kepala sekolah dengan kaur kesiswaan.

2) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan.

  Misal membandingkan hasil wawancara guru kesiswaan dengan pengamatan yang dilakukan peneliti.

  3) Membandingkan data wawancara dengan dokumen. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang didapat.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI SIKAP SOSIAL DAN SPIRITUAL PADA JAMAAH MAJELIS DOA MAWAR ALLAH DI IAIN SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 168

Konsep Pendidik dan Peserta Didik Menurut Pemikiran Abuddin Nata dan Relevansinya terhadap Praktek Pendidikan Islam SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 103

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 170

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNA LARAS DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 158

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 6 141

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

0 0 147

NILAI-NILAI PERILAKU SOSIAL PADA AKTIVITAS JAMA’AH TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI PONDOK PESANTREN NURUL ALI SEMPU, SECANG, MAGELANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 3 145

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 185

IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 248