LEMBAGA SOSIAL ISLAM (LSI); LEGALITAS DAN KONTRIBUSINYA DALAM PENGELOLAAN ZAKAT DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

  

LEMBAGA SOSIAL ISLAM (LSI); LEGALITAS DAN

KONTRIBUSINYA DALAM PENGELOLAAN ZAKAT

DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

  Oleh: MUDATSIR NIM 22108002

  

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

2013

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO …   

     …

   

  “…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang- orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (QS. al-Mujadillah/8: 11)

  PERSEMBAHAN

  Ku persembahkan skripsi ini kepada: 1. Istriku tercinta yang dengan sabar memberikan dorongan.

  2. Anak ku tercinta Ulayatul Kustiati dan Annisa Nur Maghfiroh.

  3. Para dosen ku, saudara-saudara ku dan sahabat seperjuangan ku yang selalu setia “menemaniku”.

KATA PENGANTAR

  Alhamduluillah, puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT tanpa kuasa-Nya mustahil penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia.

  Dengan telah selesainnya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril, materiil, maupun spiritual. Dengan demikian, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku pimpinan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag, selaku ketua jurusan syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  3. Bapak Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal al- Syakhshiyyah 4. Bapak Moh. Khusen, M.Ag, M.A selaku pembimbing, yang ditengah kesibukannya menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran dengan penuh keikhlasan.

  5. Keluarga besar dirumah, istri dan kedua anakku, motifasi kalian bagai sumber air di padang gesang.

  6. Teman-teman angkatan tahun 2008 non regular, terima kasih kalian sudah menemaniku saat aku butuh teman untuk berbagi.

  Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kepada para pembaca untuk berkenan menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

  Terakhir, penyusun berharap semoga skripsi yang sederhanan ini dapat bermanfaat. Amin ya robbal alamin.

  Salatiga, Maret 2013 Robiul akhir 1434

  Penyusun Mudatsir

  

ABSTRAK

  Mudatsir. 2008. Lembaga Sosial Islam (LSI) Legalitas dan Kontribusinya dalam

  Pengelolaan Zakat di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang . Skripsi jurusan Syariah. Program Studi Ahwal al-Syakhshiyyah.

  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Moh. Khusen M.Ag. M.A.

  Kata kunci: Lembaga Sosial Islam dan Manajemen Pengelolaan Zakat Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui potensi zakat di Desa Susukan. Petanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini ialah (1) Bagaimanakah legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat dalam tinjauan Undang- Undang nomor 38 1999 tentang pengelolaan zakat? (2) Bagaimanakah manajemen pendistribusian zakat di Lembaga Sosial Islam?(3) Bagaimanakah kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan yang ada di dalam praktek untuk selanjutnya dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap penelitian. Dengan menggunakan data primer yaitu sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan yang didapat dari hasil wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder yaitu keterangan pendukung dari data primer, data yang diperoleh peneliti dari sumber sekunder seperti buku-buku referensi dan dokumentasi kegiatan LSI Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam aspek legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga pengelolaan zakat belum sesuai dengan Undang- Undang No 38 Tahun 1999 karena belum berbadan hukum. Pengurus Lembaga Sosial Islam merasa belum memerlukan untuk memperoleh status badan hukum tersebut karena selama dalam pengelolaan zakat ini dirasa sudah cukup.(2) Manajemen pendistribusian zakat yang dikelola oleh Lembaga Sosial Islam dapat dikelompokan menjadi model pendistribusian zakat secara konsumtif dan investatif. Model konsumtif dilakukan dengan cara mendistribusikan zakat dalam bentuk uang dan beras secara langsung dalam rangka memenuhi kebutukan konsumsi harian masyarakat Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sedangkan model investatif diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha dan penyediaan simpan pinjam kepada yang membutuhkan. (3) Kontribusi Lembaga Sosial Islam di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang dalam pengelolaan zakat terbukti sangat besar dan dirasakan oleh masyarakat dalam pengentasan kemiskinan guna mencapai kesejahteraa di bidang kesehatan dan ekonomi.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 4 E. Penegasan Istilah .............................................................................. 5

  F.

  Motode Penelitian ............................................................................. 6 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 6 2. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 6 3. Lokasi ........................................................................................... 6 4. Sumber Data................................................................................. 6 5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 7 6. Analisis Data ................................................................................ 8 7. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 9 G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 9

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Zakat ............................................................................... 11 B. Macam-Macam Zakat ....................................................................... 15 C. Pendistribusian Zakat ....................................................................... 19 D. Lembaga Pengelola Zakat ................................................................ 24 BAB III HASIL PENELITIAN A. Monografi Desa Susukan .................................................................. 28 B. Gambaran tentang Lembaga Sosial Islam ........................................ 31 C. Manajemen Pendistribusian Zakat .................................................... 39

  BAB IV ANALISIS A. Legalitas Lembaga Sosial Islam dalam tinjauan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 .......................................... 46 B. Manajemen Pendistribusian Zakat .................................................... 49 C. Kontribusi Lembaga Sosial Islam .................................................... 51 BAB V PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................... 54 B. Saran ................................................................................................ 55 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Susukan dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ............................................................................ 29Tabel 3.2 Data pemeluk agama Desa Susukan ................................................ 29Tabel 3.3 Penduduk Desa Susukan menurut pekerjaannya ............................. 30Tabel 3.4 Lembaga Pendidikan Islam yang ada di Desa Susukan ................... 31Tabel 3.5 Susuna pengurus LSI tahun 2011

  • – 2015 ........................................ 34

Tabel 3.6 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2012 ................. 39Tabel 3.7 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2011 ................. 40Tabel 3.8 Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh LSI tahun 2010 ................. 41Tabel 3.9 Pendistribusian Zakat LSI Tahun 2012 ........................................... 42Tabel 3.10 Perincian Pembagian Zakat untuk Fakir Miskin ........................... 43Tabel 3.11 Modal yang dipinjamkan kepada masyarakat Tahun 2012 ............ 45

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Sosial Islam (LSI)

  Desa Susukan ............................................................................... 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan ibadah

  maliyah ijtima’iyah yang memiliki posisi yang

  sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun pembangunan kesejahteraan umat (Hafidhuddin,2002: 1). Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang harus dilaksanakan, khususnya bagi orang yang mampu. Zakat tidak wajib bagi orang yang tidak mampu melaksanakannya, bahkan ia berhak untuk mendapatkan zakat. Zakat merupakan bentuk social justice dalam Islam, yang apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka kesejahteraan dan keadilan akan dapat dirasakan.

  Secara bahasa zakat artinya tumbuh, berkembang, subur, atau bertambah (QS. al-Baqarah: 276); zakat dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. at- Taubah: 103). Secara istilah zakat itu nama bagi pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Amar, 204: 4).

  Betapa pentingnya kedudukan zakat dalam Islam, sehingga Allah mensejajarkan perintah sholat dengan zakat. Manurut Yusuf Qardhawi (1988: 39), terdapat 27 ayat dalam al-Quran yang menyejajarkan antara sholat dan zakat. Beberapa kata dalam al-Quran yang memerintahkan kewajiban berzakat bisa dalam bentuk

  fi’l madi (kata kerja yang menunjukkan masa lalu), fi’l mudar’i (kata kerja yang menunjukkan kata kerja sekarang danmasa yang akan datang),

  fi’l amr (perintah), bahkan dalam bentuk jamak.

  Perintah menunaikan zakat atas harta dan penghasilan dapat mendidik umat Islam agar menjauhi sifat mementingkan diri sendiri, dan mewujudkan semangat berbagi dengan orang lain. Kesadaran ini dipandang sebagai indikator utama ketundukan seseorang pada ajaran Islam. Perintah mendirikan sholat dalam al-Quran tidak pernah terpisahkan dengan perintah membayar zakat, sebagaimana Allah menyejajarkan iman dengan ukhuwah di dalam kitab suci-Nya.

  Zakat merupakan sarana komunikasi utama antar manusia dengan manusia lain dalam suatu tatanan kehidupan sosial. Obyek zakat sekarang sudah begitu banyak jenisnya seiring berkembangnya usaha manusia di sektor moderen. Karena itu, wajar jika pengelolaan zakat berkembang seiring dengan berkembangnya sektor

  Salah satu penyebab belum optimalnya penghimpunan zakat dalam masyarakat adalah kurangnya pengetahuan tentang zakat secara komprehensif dan lemahnya sosialisasi organisasi pengelola zakat yang amanah dan professional (Depag, 202: 4). Hal ini dapat dilihat misalnya, pada era sebelum 90-an dimana pengelola zakat masih asal-asalah, musiman, dan cenderung bersifat karitatif dalam distribusinya.

  Masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi kehidupan dalam masyarakat, pada umumnya problem sosial satu dengan lainnya ekonomi, banyak sekali pertaliannya dengan masalah kesehatan, masalah pendidikan, pelanggaran norma sosial dan sebagainya. Hal-hal semacam itu biasannya disebabkan kekacauan dan suasana masyarakat karena tidak adanya koordinasi satu sama lainnya. Untuk menanggulangi masalah-masalah di atas maka masyarakat Desa Susukan Kecamatn Susukan Kabupaten Semarang membentuk suatu lembaga yang khusus untuk menangani masalah yang berhubungan dengan masalah sosial yakni yang diberi nama Lembaga Sosial Islam (LSI).

  Dengan adanya Lembaga Sosial Islam (LSI), guna memberantas kemiskinan, mereka yang menderita, anak yatim piatu merupakan suatu tugas dan kewajiban masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya. Keberadaan lembaga ini juga sesuai dengan anjuran agama untuk memikirkan kesejahteraan para fakir miskin dan yatim piatu sebagimana tercantum dalam al-Quran surat al- Ma’un. 1-5.

  LSI di Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang sebagai sebuah lembaga pengelola zakat yang berakar dari masyarakat.

B. Fokus Penelitian 1.

  Bagaimanakah legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat dalam tinjauan Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

2. Bagaimanakah manajemen pendistribusian zakat di Lembaga Sosial Islam Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

  3. Bagaimana kah kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat bagi masyarakat Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus masalah penelitian, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai :

  1. Untuk mengetahui legalitas Lembaga Sosial Islam sebagai lembaga amil zakat dalam tinjauan Undang-Undang No 38 tahun 1999 tenntang Pengelolaan zakat.

2. Untuk mengetahui bagaimana menejemen pendistribusian zakat di

  Lembaga Sosial Islam Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

  Untuk mengetahui kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam pengelolaan zakat bagi masyarakat Desa Susukan .

D. Kegunaan penelitian 1.

  Untuk menambah ilmu guna mengana;isa berbagai peraturan perundang- undangan dibidang zakat.

  2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain untuk mengetahui seberapa jauh kesadaran masyarakat Desa Susukan dalam berzakat.

  3. Memberikan sumbangan yang berarti kepada masyarakat dalam pemahaman masalah zakat.

E. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah pengertian maka peneliti perlu mengadakan penjelasan istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, agar tidak terjadi kesimpang siuran dan kesalah pahaman pembaca dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Adapun istilah yang perlu peneliti jelaskan disini antara lain : 1.

  Lembaga Disini penulis maksudkan adalah badan atau organisasi yang bertujuan melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau suatu usaha, (Hasan, 2002; 655).

  2. Sosial Yaitu sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, (Hasan, 2002; 1085).

  Islam Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-

  Qur’an yang diturunkan ke dunia melaui wahyu Allah SWT, (Hasan, 2002; 444).

  4. Legalitas Adalah perihal (keadaan) sah; keabsahan, (Hasan, 2002; 651).

  5. Kontribusi Uang iuran atau sumbangan, (Hasan, 2002; 592).

  6. Pengelolaan Adalah proses atau cara melakukan kegiatan tertentu, (Hasan, 2002; 534).

  7. Zakat Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama islam diberikan kepada golongan yang berhak menerima menurut ketentuan yang ditetapkan oleh syarak, (Hasan, 2002; 1279).

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek untuk selanjutnya dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang legalitasnya sebagai lembaga pengelola zakat, menejemen pengelolaan zakat dan kontribusinya bagi masyarakat.

2. Kehadiran Peneliti

  Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul data yang mana peneliti langsung datang dan mewawancarai masyarakat dan informan kunci yang telah ditentukan.

  3. Lokasi Lokasi penelitian ini terletak di Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

  4. Sumber Data Jenis data yang penulis gunakan : a.

  Data primer Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara penelitian dengan informan.

  b.

  Data sekunder Merupakan keterangan pendukung dari data primer, data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber sekunder

  5. Prosedur Pengumpulan Data a.

  Metode interview/ wawancara Wawancara adalah berhadapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

  (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004; 186).

  Wawancara dilakuakan kepada informan, metode ini dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan, metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui aspek legalitas LSI, menejemen pengelolaan zakatnya, dan kontribusinya dalam masyarakat.

  b.

  Observasi Adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian, metode ini peneliti gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi objektif mengenai objek penelitian (Arikunto, 1997; 234)

  Teknik observasi ini merupakan upaya untuk memperoleh data pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui.

  c.

  Metode Dokumentasi Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, kerena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moloeng, 2004; 917).

  Dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut adalah yang yang akan dibahas. Dokumen dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu objek.

  6. Analisis Data Pada kegiatan analisa data, data yang terkumpul selanjutnya dilakukan perbaikan dari hasil survei di lapangan. Pada prinsipnya, proses perbaikan data bertujuan agar data yang nanti akan di analisis telah akurat.

  7. Pengecekan Keabsahan Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih ada kesalahan, atau kekeliruan yang terlewati oleh peneliti, dengan cara menulis kembali hasil wawancaraulang dari salah satu objek penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.

   Sistematika Pembahasan

  Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sitematika pembahasan.

  Bab kedua berisi kajian pustaka, terdiri dari pengertian zakat, macam- macam zakat, pendistribusian zakat dan lembaga pengelola zakat dalam tinjauan Undang-Undang Nomor 38/1999.

  Bab ketiga berisi hasil penelitian yang terdiri dari monografi Desa Bab keempat berisi analisis terdiri dari legalitas Lembaga Sosial Islam, manajemen pendistribusian zakat, dan kontribusi Lembaga Sosial Islam dalam mengelola zakat.

  Bab kelima adalah penutup,berisi simpulan, dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Zakat Secara etimologi kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari kata

  zaka yang berarti berkah, tumbuh bersih dan baik. Menurut Lisan al Arab arti dasar kata zakat adalah suci, tumbuh berkah dan terpuji, semuanya digunakan dalam Al Qur’an dan Al Hadist (Qardhawi, 1999;34). Oleh karena itu zakat berarti tumbuh dan berkembang. Jika pengertian itu dihubungkan dengan harta benda, maka menurut ajaran Islam harta yang dizakati itu akan tumbuh, bertambah, dan berkembang. Di mana akan membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan orang yang memeiliki harta tersebut, selain itu jiwa orang yang mengeluarkan zakat akan memiliki sifat-sifat suci, toleran, sosial dan bersih.

  Secara terminologis, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Selain itu zakat juga berarti mengeluarkan jumlah tertentu. Zakat adalah bagaian dari harta yang diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang- orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula, yakni syarat nisab, haul, dan kadarnya (Ali, 1988:39).

  Allah menjanjikan berbagai keuntungan yang akan dinikmati oleh orang yang menunaikan zakat, di antaranya akan diberi pahala yang berlipat ganda, diampuni dosa-dosanya, dimasukkan ke dalam surga, dibersihkan dirinya dari berbagai cela, dijauhkan dari rasa takut dan sedih, diberinya kehidupan yang baik dan tentram (Darojat, 1993;18).

  Al Qur’an dan As Sunnah selalu menggandengkan perontah sholat dan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eratnya hubungan antara keduanya.

  Sholat merupakan hukum islam yang kedua, sedangkan zakat merupakan rukun islam yang keempat. Sedangkan sholat sendiri menurut Hadist Rasulullah, merupakan tiang agama, barang siapa yang menegakkannya berarti menegakkan agamanya dan barang siapa yang meruntuhkannya berarti meruntuhkan agamanya. Sementara itu zakat merupakan jembatan menuju islam, barang siapa yang melewatinya akan selamat sampai tujuan dan barang siapa yang memilih jalan lain akan tersesat (Qordowi, 1995; 92).

  Dalam buku Pedoman Zakat disebutkan bahwa zakat adalah sesuatu antara lain fakir miskin menurut ketentuan agama Islam (Departemen Agama RI, 1991; 107). Adapun menurut Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat 2, diterangkan bahwa zakat adalah “harta yang wajib disisihkan seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya

  ” Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa zakat mencakup dua hal prinsip. Pertama, zakat adalah jumlah kadar harta orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu yang menurut ketentuan Allah dan Rasulnya. Kedua, zakat adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memberikan sebagaian harta bendanya kepada orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu, menurut ketentuan Allah dan Rasulnya.

  Zakat mempunyai kesamaan dengan infaq dan sodaqoh yaitu ibadah atau perbuatan yang berkaitan dengan harta. Namun terdapat perbedaan antara

  zakat dengan infaq dan sodaqoh, perbedaan tersebut adalah : a.

  Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi ketentuan, sedangkan infaq dan sodaqoh hukumnya sunnah.

  b.

  Zakat mempunyai fungsi yang jelas, untuk mensucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat dilakukan dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu c.

  Infaq dan sodaqoh bukan merupakan suatu kewajiban, sifatnya suka rela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya, baik mengenai jumlah, waktu, dan kadarnya.

  Zakat adalah ibadah maliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok zakat termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimanan diungkapkan dalam berbagai hadist nabi, sehinggga keberadaannya dianggap sebagai suatu yang sudah umum diketahui umat dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang (Hafiduddin, 2007:68).

  Al Qur’an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang sebagai indikator ketundukan seseorang terhadap tuhannya melalui ajaran Isalm, ciri utama mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup, mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah SWT. Kesediaan berzakat dipandang pula sebagai orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dan jiwanya dari berbagai sifat buruk manusia seperti bahil, egois, rakus, dan tamak, sekaligus berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan, dan mengembangkan harta yang dimilikinnya.

  Sebaliknya ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman yang keras terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat. Di akhirat kelak harta menjadi azab bagi pemiliknya. Sementara dalam kehidupan dunia sekarang orang yang enggan berzakat menurut beberapa buah hadist nabi, harta bendanya akan hancur dan jika keengganan ini memasal (banyak yang enggan untuk berzakat) Allah akan menurunkan berbagai azab, seperti musim kemarau yang panjang atau terjadi kebakaran. Abdullah bin Mas’ud menyatakan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menegakkan sholat dan megeluarkan zakat. Siapa yang tidak berzakat tidak ada sholat baginya, Rasulullah pernah menghukum T sa’labah yang enggan seorang sahabatpun yang mau berhubungan dengannya, meski hanya bertegur sapa. Khalifah Abu Bakar As Sidiq bertekad akan memerangi orang-orang yang mau sholat tetapi enggan berzakat. Ketegasan sikap itu menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan bila hal ini dibiarkan maka akan memunculkan berbagai kedurhakaan dan kemaksiatan yang lain.

  Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas dan mutlak. Karena di dalam ajaran Islam hal yang demikian ini terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahiq, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.

B. Macam-macam Zakat

  barang yang berharga yang dapat dipergunakan untuk menutupi kebutuhan hidup manusia, akan tetapi perinciannya berkembang sesuai dengan keadaan tempat dan tingkat kehidupan.

  Berdasarkan macamnya, ada dua macam zakat yaitu Zakat Mal, (zakat

  harta) dan Zakat Fitrah. Yang dimaksud dengan zakat mal atau zakat harta

  adalah bagian dari harta seorang atau badan hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki dalam jangka waktu tertentu dan jumlah minimal tertentu, sedang Zakat Fitrah adalah pengeluaran kebutuhan keluarga yang wajar pada malam hari dan hari raya sampai batas sebelum sholat Idul Fitri.

  Mengenai harta kekayaan yang wajib dikenai zakatnya ada dua macam; yang pertama adalah kekayaan terbuka (Amwal Zhahiriah) yakni tidak dapat ditutup-tutupi misalnya hasil pertanian seperi segala macam tanaman dan buah-buahan serta berbagai jenis ternak. Sedangkan yang kedua adalah kekayaan yang tertutup (Amwal Bathiniah) yakni tidak mudah diketahui dengan begitu saja dan kemungkinan besar dimanipulasi. Contohnya emas, perak, mata uang, usaha perdagangan, maupun industri (Yafie, 1994; 236).

  Mengenai ketentuan jenis barang yang wajib dizakatkan Prof. Dr. Zakiyah Darojat dalam bukunya Ilmu Fiqh menjelaskn bermacam-macam 1.

  Jenis harta yang disepakati wajib dizakatkan antara lain : a.

  Barang logam seperti emas dan perak b.

  Barang hasil tanaman c. Hasil perternakan

  Para ulama sepakat menetapkan bahwa emas, perak, hasil pertanian, peternakan, adalah jenis harta yang wajib dizakatkan karena ditunjuk secara jelas oleh nash yang qot’i.

2. Jenis harta yang diperselisihkan ulama wajib zakatnya yaitu :

  b.

  Emas dan perak yang menjadi pakaian c. Harta perniagaan d.

  Binatang ternak yang bukan untuk diternakkan e. Kuda f. Madu g.

  Hasil tanaman selain gandum, jewawut, dan kurma h. Anggur kering i. Benda-benda yang dikeluarkan dari laut 3. Jenis harta yang disepakati ulama tidak dizakatkan ialah semua harta benda untuk keprluan rumah tangga dan untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk diperdagangkan dan bukan untuk diperkembangbiakan seperti : rumah untuk ditempati, dan perabot rumah tangga yang ada di dan lain sebagainnya.

  Dalam bukunnya Hukum Zakat Yusuf Qardhawi menjelaskan secara rinci mengenai kekayaan yang wajib dizakati, yaitu:

1. Zakat binatang ternak 2.

  Emas dan perak 3. Kekayaan dagang 4. Pertanian 5. Madu dan produksi hewan

7. Infestasi pabrik seperti gedung, tanah dan lain-lain 8.

  Pencarian dan profesi 9. Saham dan obligasi

  Dari uraian di atas dapat disampaikan bahwa pada dasarnya setiap macam harta kekayaan yang produktif dan bernilai ekonomis apabila sudah sampai ukuran nisabnya wajib dizakatkan. Penegasan ini berdasarkan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 267

                            

      

  Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Surat Al Baqarah 267)

  Secara umum ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban mengeluarkan zakat dari setiap zakat yang dikeluarkan dari usaha dan apa yang dikeluarkan dari bumi Allah dengan demikian dapat dipahami bahwa kewajiban mengeluarkan zakat itu dikenakan kepada setiap macam harta kekayaan yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal pula, atau di dapat dengan jalan apapun yang dibolehkan oleh syariat Islam, baik dari hasil usaha atau jasa, maupun berupa buah-buahan, binatang ternak, kekayaan produksi, pertanian dan sebagainnya.

C. Pendistribusian Zakat

  Pada awal sejarahnya zakat ditangani sendiri oleh Rasulullah SAW dengan mengirim para utusannya untuk menarik zakat dan mereka yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dirawat, dan akhirnya dibagikan kepada para penerima zakat (Al asnaf Al tsamaniyah).

  Setelah Rasulullah wafat dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar tetapi beliau terpaksa mengambil tindakan keras karena adanya pembangkangan, pembangkangan yang menolak menyerahkan zakat kepada petugas.

  Adapun dasar kewajiban membayar zakat, memungut zakat, dan siapa- sebagaimana dalam Al Qur’anul Karim, Surat Al Baqarah ayat 110

                   

    Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

  Yang mengandung hukum wajib untuk memungut sebagian harta bagai orang yang berzakat sebagai sarana untuk membersihkan mereka dari hal yang kurang berkenan dalam pemilikan harta seseorang seperti adanya kemungkinan hak orang lain.

  Agar harta yang dikeluarkan oleh orang kaya benar-benar merupakan harta yang direlakan untuk a.

  Membersihkan jiwa dari sifat kikir b.

  Membersihkan harta dari tercampurnya harta yang kurang halal c. Untuk kesejahteraan d.

  Memenuhi kepentingan umum e. Mencegah berputarnya harta hanya ada di orang kaya demi pemerataan

  Kewajiban memungut zakat sebagaimana surat At Taubah ayat 103                  

   Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

  Kewajiban membayar zakat dikenakan kepada orang-orang yang beriman sebagaimana surat Al Baqarah 267            

                

       Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

  Siapa-siapa yang berhak menerima zakat (mustahiq) sebagimana surat At Taubah ayat 60

  

  

 

  

   

    

      

  

  Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

  Dari ayat tersebut dapat dijelaskan mengenai delapan ashnaf (kelompok) : 1.

  Orang Fakir

  Al-fuq ara’ adalah bentuk jamak dari al-faqir. Sebenarnya tidak ada

  perbedaan antara fakir dengan miskin dari segi hajat dan keperluan dan berhak menerima zakat. Kebanyakan fuqaha berpendapat, bahwa fakir itu satu golongan yang berdiri sendiri, dan miskin itu satu golongan yang berdiri sendiri. Fakir ialah orang yang tidak berharta, tidak dapat memenuhi kebutukan sehari-hari, dan tidak sanggup berusaha, tidak mempunyai pekerjaan (Ash Shiddieqy, 2006:166)

  2. Orang Miskin

  Al Masakin

  merupakan bentuk jama’ dari kata al-miskin adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa atau orang yang sangat memerlukan pertolongan. Dan dapat dikatakan miskin, orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya (Darodjad, 1995:240)

  3. Pengurus Zakat / Panitia Zakat (Amil) Dalam Al Quran disebut al-

  ‘Amilin disebut juga dengan amalah, yaitu

  mengurus zakat dalam hal ini dapat dibagi empat bagian yaitu, pertama, dinamakan Jubah atau

  Su’uh juga dinamakan hasyarah yaitu orang yang

  pekerjaannya mengumpul atau memungut zakat dan fitrah dari orang yang wajib mengeluarkan zakat. Kedua, dinamakan Katabah dan hasabah yaitu orang yang pekerjaannya membukukan zakat yang diterima dan menghitung zakat. Ketiga, dinamakan Qasamah, yaitu orang yang pekerjaannya menyampaikan / membagi zakat kepada yang berhak menerima. Keempat, dinamakan Khazanah dan disebut juga hafadhah, yaitu orang yang pekerjaannya memelihara atau menjaga harta zakat atau fitrah (Ash Shiddieqy, 2006:175)

  4. Muallaf Atau orang yang dijinakkan hatinya, mereka yang perlu ditarik simpatinya kepada Islam agar keislamannya semakin kokoh, atau mereka yang ingin dimantapkan hatinya di dalam Islam. Mereka yang dikhawatirkan berbuat jahat terhadap orang Islam dan mereka yang diharap akan membela Islam.

  5. Riqab Mereka yang masih dalam perbudakan, dinamai riqab pada masa sekarang memang perbudakan dalam bentuk klasik sudah jarang ditemui bahkan sudah tidak ada lagi, akan tetapi perbudakan dengan bentuk yang bentuk yang baru misalnya jual beli anak. “Segala mereka yang hendak melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau perbudakan” (At Tauba :60) 6. Gharim

  Yaitu orang yang terlilit hutang yang tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah (Muharom, 2010:40).

  Termasuk kedalamnya, mereka yang berhutang untuk kemaslahatan sendiri, mereka yang berhutang karena kemaslahatan umum, dan kemaslahatan bersama. Seperti mendamaikan persengketaan, menjamu

  7. Fisabilillah

  Sabilillah ialah jalan

  • – baik berupa kepercayaan, maupun berupa amal, yang menyampaikan kita kepada keridlaan Allah. Di antara sebagain ulama atau ahli ilmu ada yang menentukan bahwa sabilillah diartikan dengan

  ghazwah (perang), yakni mereka menentukan hak zakat untuk orang yang

  berperang saja, baik mereka itu bala tentara penyerang ataupun bala tentara yang mempertahankan negeri. (Ash Shiddieqy, 2006:187)

  8. Ibnu Sabil Para ulama membagai ibnu sabil kedalam dua golongan, yaitu golongan (1) orang yang mengadakan perjalanan di tanah airnya sendiri, ulama sepakat bahwa musafir yang kehabisan bekal di perjalanan boleh diberikan sebagian zakat sekedar umtuk mencukupi keperluannya selama dalam perjalanannya kembali. (Ash Siddiqiey, 2006:229) D.

   Lembaga Pengelola Zakat di Tinjau dari Undang-Undang 38/1999

  Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu, sehingga dibentuklah Undang-undang yang mengelola tentang zakat oleh pemerintah.

  Dalam bab 1 tentang ketentuan umum pasal 1 ayat 2 zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerima.

  Dalam bab 4 tentang pengumpulan zakat pasal 11 ayat (1) zakat terdiri atas zakat maal dan zakat fitrah dalam pasal 13 badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, sodaqoh, hibah, wasiat, waris, dan kafarat.

  Dalam bab 4 tentang pengumpulan zakat pasal 11 ayat 2 huruf f zakat adalah satu-satunya rukun Islam yang berkaitan langsung dengan persoalan materi, dengan membayar zakat merupakan salah satu langkah untuk pengentasan kemiskinan baik dalam Undang-undang yang ditetapkan pemerintah maupun dalam memahami dalil-dalil agama dalam zakat. pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk pemerintah. Ayat (4) pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.

  Sebagai langkah awal membenahi managerial amil, telah dibuat peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ). Selain itu keberadaan undang-undang juga diharapkan bisa menuntun organisasi pengelola zakat untuk bisa bekerja lebih baik lagi, sehingga kepercayaan masyarakat (muzakki) kepada organisasi pengelola zakat dapat meningkat.

  Namun demikian, walaupun telah dibuat perangkat hukum, yakni undang-undang nomer 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, hingga kini belum memberikan hasil yang optimal. Pengumpulan maupun pemberdayaan dana zakat masih belum mampu memberikan pengaruh bagi terwujudnya kesejahteraan umat Islam. Salah satu penyebabnya rendahnya rasa kepercayaan umat kepada lembaga-lembaga pengelola (amil) zakat. Sebagian besar umat Islam lebih percaya menyalurkan zakat infak, dan sedekah langsung kepada yang membutuhkan. Sebab, mereka belum merasa nyaman menyalurkan dana zakat ke lembaga yang diakui pemerintah.

  Di sini dibutuhkan gerakan perubahan dalam urusan zakat. Pertama sekedar membersihkan harta untuk kepentingan menghapus dosa individual, melainkan zakat merupakan alat pemberdayaan untuk umat Islam dari jerat kesulitan ekonomi. Kedua melakukan reformasi lembaga pengelola zakat agar menjadi lembaga yang bisa dan layak dipercaya. Kepercayaan akan tumbuh bila transparansi dan akuntabilitas dilambaga itu berkembang.

  Secara umum persyaratan organisasi pengelola zakat yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI no 373 tahun 2003 tentang petunjuk pelaksanaan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat bahwa Lembaga pengelola zakat harus memiliki persyaratan teknis yaitu :

  1. Berbadan hukum 2.

  Memiliki data muzakki dan mustahiq 3. Memiliki program kerja yang jelas 4. Memiliki pembukuan yang baik 5. Melaporkan surat pernyataan bersedia untuk diaudit 6. Bersedia berkoordinasi dengan lembaga pengelola zakat lainnya

  Untuk mengelola zakat yang baik harus memiliki petugas yang ditunjuk khusus yang secara teknis langsung menangani pengelolaan zakat sesuai dengan kompetensi yang diperlukan. Oleh sebab itu, seorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan :

  Beragama Islam, zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan tanggung jawab muslimin itu diurus oleh sesame muslim.

  2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus ummat.

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 98

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 117

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI DUSUN KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 150

FENOMENA MITOS LARANGAN PERNIKAHAN DI DESA JETIS DAN DESA ROGOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 2 100

PERAN KEGIATAN DZIKIR DAN TAHLIL DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DAN SPIRITUAL UMAT ISLAM DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 182

ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (STUDI DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 104

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 108