Anggur Merah AM 9 Nagekeo
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Kami Butuh…
Dari Redaksi
KAMI BUTUH…
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)
Pembaca yang budiman,
Kebutuhan jelas beda dengan keinginan. Maslow dan beberapa ahli lainnya
cukup rigit mengulas tingkatan kebutuhan manusia itu. Beberapa ahli
sesudahnya bahkan telah membangun kritik dan pembenahan, untuk
pandangan tokoh-tokoh sebelumnya. Bagiamana konteks kebutuhan itu dalam
tinjaun praksis ?
Liputan redaksi kali ini kembali mengunjungi Kabupaten Nagekeo.
Sebuah Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Ngada, di Tahun 2007 lalu.
Delapan Tahun sudah, usianya kini.
Kabupaten ini memiliki program replikasi. De Master nama Program itu. Desa
Mandiri Sejahter kepanjangannya. Dana tersebut diarahkan untuk memberikan
penguatan modal kepada masyarakat, untuk memberdayakan mereka. Ini
bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Nagekeo. Pemerintah Daerah
Kabupaten melihat perlunya dukungan program pemberdayaan, seperti
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Lalu, bagaimana dengan
masyarakatnya?
Secara gamblang, masyarakat telah mengakui besarnya manfaat program
pemberdayaan itu, untuk penguatan ekonomi mereka. Banyak cerita sukses
kami temui. Aset koperasi yang terus bertambah, lebih dari Rp.250 juta. Ajakan
kepada Gubernur menjadi anggota koperasi. Undangan kepada Gubernur juga
ibu, untuk mengikuti RAT Koperasi mereka. Ada koperasi yang menyiapkan misa
syukur untuk kelompoknya. Kami pun di undang saat itu.
Ternyata ada juga kelompok masyarakat pembelajar. Banyak juga pejuang di
tengah mereka. Obsesi pun mereka miliki. Bio urin adalah cerita inovasi lainnya.
Beberapa orang terus mencoba (belajar). Mereka berinisiatif memperbaiki
penghasilan usaha, dengan aneka daya. Ada yang mempelajarinya dari
perpustakaan daerah, buku bahkan browshing di internet. Ada juga masyarakat
yang tidak bisa mengakses modal usaha di tempat lain. Dia diragukan, mungkin
karena cacat fisiknya.
Desa yang tidak pernah dikunjungi oleh pemerintah daerah setempat pun,
kami datangi. Beberapa anggota masyarakat senang dengan kunjungan kami.
Tawaran makan siang dan malam, saat mereka tahu wajah lapar kami.
Masyarakat lainnya bahkan menyediakan tumpangan, saat malam menjemput
penugasan kami. Ada masyarakat yang bahkan dengan tegas mengatakan
baru merasa merdeka dengan program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah
ini.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo mengapresiasi program ini.
Masyarakat Desa juga menyampaikan ucapan terima kasih mereka. Jika
demikian, cukupkah kita mengambil kesimpulan dari angka-angka saja? Tidak
perlukah masyarakat menuntut kepercayaan kepada mereka ? Ataukah
program Pemberdayaan Pemerintah Provinsi NTT yang ada hanyalah wujud
dari sebuah keinginan? Apakah program ini bukan menjadi sebuah kebutuhan ?
Pembaca yang arif…
Untuk Sajian kali ini, tim redaksi mencoba benar-benar menggali manfaat
juga mudaratnya program “Anggur Merah” pada 7 Kecamatan dengan
perwakilan dari 97 Desa/Kelurahan penerima. Kurun waktunya antara Tahun
2011 hingga 2014. Tidak semua desa dan kelompok bisa kami kunjungi. Inilah
sajian sekilas tentang cerita, asa dan impian mereka.
Tidak saja aparat Pemerintah Daerah, aparat Desa kami temui juga.
Pengurus dan Anggota kelompok, tenaga Pendamping Kelompok Masyakat
hingga tokoh masyarakat kami datangi. Banyak cara kami mengupas kisah
mereka. Tipu-tipu pasti ketahuan. Banyak cerita sukses kami dapati, dengan
pesan Kami Butuh Program ini...
Mengapa
Anggur Merah...?
4
9
12
De Master, Nagekeo
Drs.Julius Lawotan,
Sekretaris Daearah Kabupaten Nagekeo
Ine, Kami Butuh
Desa Utetoto
Vivi Wungu Belen :
Saya Minta,
Mereka Berpikir Dulu
30
Desa Bela :
14 “Bapak Gubernur,
Kunjunglah Kami Saat RAT Nanti”
sekarang Rp.283 juta
16 Aset
Koperasi Simpan Pinjam Suka Ria
18
Bio Urin,
Kencing Sapi
David Rita, Ketua KSP Renanita
21
Sangat
Membantu…
Fransiskus Xaverius Owa
24 Harus Lanjutkan
Frans Mega, Usaha “Kios Gratia”
27
Ini Pinjaman,
Bukan Sumbangan!
KSP Bina Usaha di Desa Sawu
Umar Ahmad :
32
34
Curi Start
Dengan
Anggur Merah
Oralit,
Kok Muntaber
Hildegunda Kue, Ketua Kelompok Generasi Baru
37
Berawal Dari
Emilianus Gere Ea
Master of Ceremony
38
Suara PKM
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
3
Program Anggur Merah
Mengapa
Anggur Merah...?
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.
S
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang
4
EDISI 9 / September 2015
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
tepat.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR
ANGGUR MERAH
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.
Program Anggur Merah
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.
Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
5
Program Anggur Merah
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
6
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Program Anggur Merah
Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
7
Program Anggur Merah
Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)
8
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
De Master, Nagekeo
“De Master adalah akronim dari Program Desa Mandiri Sejahtera.
Program pemberdayaan ini merupakan replikasi dari
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah.
Setiap Desa akan dialokasikan dana sejumlah Rp.100 juta.”
D
emikian komentar
Drs.Julius Lawotan,
Sekretaris Daerah
Kabupaten Nagekeo, dengan
antusias. “Dana tersebut
merupakan penguatan modal
kepada masyarakat untuk
komoditi unggulan seperti
jagung, garam dan ternak.
Usulan ini telah masuk dalam
Kebijakan Umum Anggaran dan
Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (KUA-PPAS)
Pemerintah Kabupaten
Nagekeo, untuk Tahun 2016”
tambah Julius optimis, sambil
tersenyum.
Sebelumnya, telah ada
Program To’o Jogho Waga Sama
(gotong royong), program
replikasi pada Tahun 2011
hingga Tahun 2013. Itulah
bentuk komitmen Pemerintah
Kabupaten Nagekeo. Saat itu,
dianggarkan juga dana sebesar
Rp.250 juta kepada tujuh desa
setiap tahun anggarannya.
lemah tetapi berpotensi
ekonomi, sesuai kerakter desa
misalnya usaha tenun, ternak
papa lele dan lain-lain.
Artinya telah tersentuh
sejumlah 21 Desa penerima
dalam tiga tahun itu. Dana
pemberdayaan itu juga
dalam bentuk hibah
kepada pemerintah desa.
Dana tersebut juga
diarahkan bagi
kelompok-kelompok
yang terindikasi
Drs.Julius Lawotan,
Sekretaris Daearah Kabupaten Nagekeo
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
9
Fokus
Ketika ditanyakan
tanggapannya tentang
kehadiran Program
Desa/Kelurahan Mandiri Anggur
Merah, ia semakin tegas
menjawab.
“Bagus ! Semua program
pemberdayaan, apa pun itu,
pasti baik. Pengawasan dan
peran pendamping menjadi
penting. Para tenaga
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) yang dipilih,
haruslah dari orang-orang
muda yang energik” jawabnya
menilai program pemberdayaan
ala Pemerintah Provinsi NTT itu.
“Program ini mendidik, tidak
saja dari aspek ekonomi. Ada
juga keuntungan di aspek
sosial, seperti solidaritas
masyarakat yang mulai hidup
kembali. Kelembagaan koperasi
dengan pengetahuan
manajemen keuangannya,
menjadi keuntungan baru di
tingkat lokal” tanggapnya
menjawab pertanyaan kami.
Siang itu, Rabu (11/11), putra
kelahiran Adonara 58 tahun
silam itu, sengaja meluangkan
waktu menemui tim peliput di
Kantor Bappedas Nagekeo.
Sesekali beliau melucu,
menggoda kami untuk
tersenyum, bahkan tertawa
lepas.
Tatap muka bersama Bertolomeus G. Owa (kiri), Kepala Bidang
Perencanaan Bappedas Nagekeo
Tahun 1991 itu juga sempat
mengurai postur APBD
Kabupatennya.
diterangkan, pria asal Desa
Sawu yang akrab dipanggil
Meus itu.
“Pendapatan keseluruhan
kami sebesar Rp.763 Milyar.
Dana Alokasi Umum senilai
Rp.433 Milyar. Dana Alokasi
Khusus Rp.177 Milyar.
Pendapatan Asli Daerah, ada di
kisaran angka Rp.39 Milyar”
demikian terangnya.
“Peningkatan kapasitas
Sumberdaya PKM menjadi hal
penting. Solusinya, kami
adakan rapat koordinasi (rakor)
pada tanggal 6 setiap
bulannya. Dalam rakor itu, kami
adakan pelatihan-pelatihan
terkait manajemen koperasi,
seperti laporan keuangan,
pertanggungjawaban pengurus
dan lain-lain” jelasnya
menunjukan dukungan teknis di
tingkat pemerintah daerah.
Turut hadir siang itu
Bertolomeus G. Owa (42),
Kepala Bidang Perencanaan
Bappedas Nagekeo. Beliau
membenarkan semua
pernyataan Sekretaris
Daerahnya. Untuk kelemahan
yang dijumpai selanjutnya
“Manfaat program ini selain
untuk masyarakat, juga harus
dilihat sebagai asset bagi desa.
Dalam tanggapan umumnya,
selaku pemerintah daerah,
beliau sangat bersyukur telah
dibantu. Pria yang sangat
mencintai Lusia Kia Boto'or,
istrinya itu, menilai program
pemberdayaan yang hadir,
sangat membantu ekonomi
masyarakat.
Ayah empat anak yang sempat
meniti karir awal sebagai
Kepala Kantor Departemen
Perdagangan Atambua di
10
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Drs.Julius Lawotan bersama istri
Fokus
Karena itu, tanggungjawab
program ini mestinya tidak
diserahkan kepada tenaga PKM
saja. Pemerintah desa melalui
perangkatnya, juga harus
mengambil bagian, aktif di
dalamnya” demikian
pendapatnya, ketika ditanya
soal kelemahan program ini.
Ada juga pendapat masyarakat
yang masih melihat program ini
sebagai bentuk perhatian
pemerintah, secara cuma-cuma.
”Dana ini dianggap seperti
dana Inpres Desa Tertinggal
(IDT). Boleh dikembalikan,
boleh juga tidak. Begitu menurut
mereka” tambahnya.
Setelah mendapatkan wejangan
yang cukup dari Bapa Julius dan
pak Meus, kami menemui para
tenaga PKM. Dalam Ruang
Rapat Bappedas itu, kami
menyampaikan maksud
kedatangan tim peliput. Setelah
membagi diri ke dalam tiga tim,
kami langsung turun lapangan.
Waktunya beraksi.
Perwakilan 97 Desa/Kelurahan
yang ada di tujuh Kecamatan,
kami agendakan bersama para
PKM. Tim satu betugas menyisir
Desa/Kelurahan yang masuk ke
dalam tiga kecamatan. Dua
srikandi kami utus, Ibu Dina dan
Ibu Tety. Mereka bertugas ke
wilayah Kecamatan Aesesa,
Aesesa Selatan dan Wolowae.
Tim dua bertugas menyusuri
Desa/Kelurahan yang ada
dalam Wilayah Kecamatan
Boawae dan Mauponggo. Ada
Lucky dan Wily di situ. Untuk
Desa/Kelurahan dalam Wilayah
Kecamatan Keo Tengah dan
Nangaroro, bertugas Aven dan
El Puay.
Tim peliputan tiba di Nagekeo,
setelah sebelumnya mendarat
sempurna di Bandara
Breafing Tim Anggur Merah bersama PKM Nagekeo, sebelum turun lokasi
Aroeboesman, Ende. Trans Nusa
dengan Kode Penerbangan MB8
517 landing sedikit terlambat.
Waktu tiba yang tertera di tiket
adalah 14.10 Wita. Siang itu,
Selasa (10/11), kami ke Maby
dengan kendaraan Travel.
Hanya anggota tim yang
bernyali dan tangguh saja,
akan menikmati penugasan
seperti ini. Apa saja kisah hasil
liputan tim kami? Mari ikuti
cerita-cerita kami selanjutnya.
Bravo Tim…!! (Lwl/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
11
Fokus
Ine, Kami Butuh
H
al ini ditegaskan oleh Evi
Fania Ermelinda Klau, PKM
Desa Utetoto saat ditemui
tim buletin Anggur Merah di Kantor
Bappedas (Badan Perencanaan
Daerah dan Statistik) Kabupaten
Nagekeo. Wanita berdarah Malaka
ini mengisahkan bahwa Desa
Uetoto merupakan penerima
bantuan Anggur Merah Tahun
2011.
“Tak ada akses sama sekali ke
desa tersebut. Masuk dari jalan
umum sekitar 10 km. Jalanan tanah,
melewati hutan, bukit dengan
tanjakan dan tikungan yang sangat
terjal. Pada saat musim hujan,
untuk sampai ke sana hanya bisa
ditempuh dengan jalan kaki,” jelas
ibu beranak 3 tersebut.
Keputusannya sudah bulat
setelah berembug dengan sang
suami yang bekeja di Kantor Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kabupaten Nagekeo. Karena itu,
dua hari setelah menerima SK, ia
pun beranjak bersama suami
menuju Desa Uetoto untuk melapor
diri sekaligus mengungkapkan
keinginannya kepada Kepala
Desa.
Setelah menempuh perjalanan
yang melelahkan, dirinya disambut
oleh Kepala Desa dan bebarapa
tokoh masyarakat.
“Setelah menyampaikan
keinginan hati saya untuk manarik
diri, Bapak Kades hanya bilang
Desa Uetoto adalah desa terpencil
yang tidak pernah dikunjungi oleh
Petinggi Kabupaten, apalagi
Provinsi NTT” jelasnya kepada tim
buletin. Bapak Desa juga
menambahkan bahwa pada musim
hujan anak-anak dari desa tersebut
tidak dapat bersekolah.
Informasi dari Bapak Desa ini
menggetarkan hati alumnus
Fakultas Peternakan Undana ini.
Tak lama sesudahnya, seorang
tokoh masyarakat dari Dusun D
yang berjarak 3 km dari Kantor
Desa dengan suara berat sambil
menahan tangis berujar.
“Mesu Ine (kasihan mama),
badan kecil harus ke desa. Ine,
Kami butuh sekali bantuan itu”,
jelas Ibu Fania dengan mata
berbinar,mengingat kembali
peristiwa haru di kantor desa
beberapa tahun silam.
“Saat awal mendengar
ditempatkan sebagai
pendamping di Desa
Utetoto, saya ingin
mengundurkan diri.”
desa dan sang suami, ia pun
membatalkan keinginannya untuk
menarik diri dari PKM.
Sambil meminta maaf karena
tidak bisa mendampingi tim buletin
turun ke desa-desa penerima
program berhubung ia sedang
mengikuti pelatihan selama 3 hari
di ibu kota Kabupaten Nagekeo,
wanita yang pernah bekrja sebagai
tenaga honorer di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi ini
menjelaskan langkah awal yang
dibuatnya.
“Selama dua hari saya
melakukan sosialisasi dengan
semua warga masyarakat yang
berjumlah 150 kk. Saya juga
meminta dukungan dari
pemerintahan desa untuk
membentuk tim dan melakukan
verifikasi masyarakat penerima
bantuan anggur merah,” jelas
wanita yang bersuamikan orang
Nagekeo ini.
Ungkapan laki-laki tua yang
kemudian dikenalnya bernama
Wenslaus Denga ini, membuat
hatinya berubah. Di depan kepala
Evi Fania Ermelinda Klau
12
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
Ditambahkannya setelah
melakukan survey, diputuskan
bersama untuk melakukan
pengembangbiakan sapi bali. Ada
6 kelompok penerima bantuan
dengan jumlah anggota 50 orang.
Dalam pertemuan bersama
dengan anggota kelompok,
disepakati pula bahwa penerima
bantuan harus membeli sapi yang
siap kawin maksimal pada bulan
kedua sesudah bantuan tersebut
diterima.
“Kami menyepakati masa
kontrak pinjaman adalah 3 tahun
dengan bunga 0,5 persen. Anak
pertama sapi adalah aset
pengembalian cicilan pokok,” jelas
Ibu Evi dengan penuh semangat.
Setelah kunjungan Bapak
Gubernur, akses ke Desa Uetoto
perlahan-lahan berubah. Dengan
menggandeng program PNPM
dilakukan kerja gotong royong
untuk membangun rabat
sepanjang 9 km. Pada tahun 2012
juga lampu sehen mulai menerangi
desa. Diikuti dengan masuknya
PLTS pada tahun 2013.
“Ada kebanggaan secara pribadi
saat masyarakat mengumpulkan
sapi di kandang umum. Saya
merasakan mereka punya masa
depan yang cerah dengan aset
yang mereka miliki,”jelas Ibu Evi.
Rasa harunya semakin menjadijadi setelah pada tahun 2014 , ada
reuni anak-anak dari masyarakat
desa yang bersekolah di Jawa.
“Saya punya mimpi untuk
mengembangkan biogas di desa
Uetoto. Karena sampai sekarang
jumlah sapi sudah mencapai 205
ekor. Kami hanya menjual sapi
jantan, sementara sapi betina
dikembangbiakan,” pungkas ibu
Evi di akhir percakapan. (Ar/hms)
Syukurlah sampai dengan tahun
2014 saat kontrak berakhir, dana
telah mencapai Rp. 270 juta
dengan jumlah sapi sudah
berkembang sampai 150 ekor.
Untuk menggerakan ekonomi
masyarakat yang dari segi potensi
alamnya sangat menjanjikan, Ibu
Evi menginisiasi pembentukan
Koperasi Serba Usaha Waemode
pada tahun 2012 untuk anggota
kelompok Anggur Merah.
Iuran pangkalnya adalah
sebesar Rp. 100.000/orang, iuran
wajib Rp. 5.000/orang dan iuran
sukarela Rp. 5.000/orang.
Pada bulan Nopember 2012,
Bapak Gubernur Nusa Tenggara
Timur sendiri yang datang untuk
meresmikan Koperasi tersebut
setelah dikelurkan surat izin untuk
berbadan hukum. Saat itu, semua
sapi anggur merah yang telah
berjumlah 75 ekor dikumpulkan di
lapangan terbuka.
“Salah seorang anggota
kelompok memeluk Bapak
Gubernur sambil menangis dan
berujar bahwa ia baru merasakan
Indonesia Merdeka dengan
kunjungan Bapak Gubernur.
Sebelumnya tak pernah ada
pejabat pemerintah yang
mengunjungi desa Uetoto,”
jelasnya dengan suara berat.
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
13
Fokus
“Bapak Gubernur,
Kunjunglah Kami Saat RAT Nanti”
Demikian pesan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Mandiri di Desa Bela,
Kecamatan Mauponggo, Nagekeo. Pesan itu terlontar spontan
pada Sabtu (12/06) pagi, saat kunjungan Ibu Lusia Adinda Lebu Raya
ke desa mereka.
R
apat Anggota Tahunan
(RAT) itu tepatnya
direncanakan akan
berlangsung pada minggu ke
dua, Maret 2016 nanti.
Pesan itu diingatkan kembali
kepada tim peliput, saat
bertandang ke Bela, (12/11) lalu.
“Walau banyak Cengkeh dan
Kakao yang dimiliki masyarakat
Desa Bela, dana Bantuan
Anggur Merah sebagai Program
Bapak Gubernur,Frans Lebu
Raya sangat membantu
masyarakat di desa kami” kata
Michael Ngege, Kepala Desa
Bela yang ditemui sore itu, di
kantor desanya.
14
EDISI 9 / September 2015
Menurut Kepala Desa Bela itu,
hasil alam di desa mereka
cukup melimpah. Sejak Bulan
Mei hingga Bulan Juli,
masyarakat memanen kakao.
Sedangkan, pada Bulan
Agustus sampai Desember,
masyarakat memanen cengkeh.
Itulah beberapa komoditas
unggulan, salah-satu desa
dalam wilayah Selatan
Nagekeo itu.
“Sebelum memanen
komoditas unggulan milik
masyarakat ini, mereka
(masyarakat) membutuhkan
dana untuk panen. Kebanyakan
dari mereka mengunakan
ANGGUR MERAH
uang tengkulak. Sebagai
contoh, jika menggunakan uang
Rp.5 juta maka setelah panen
mereka harus menganti uang
tengkulak sebanyak Rp.7 juta.
Rentang waktu pinjaman itu pun
hanya selama satu sampai
dengan dua bulan saja. Artinya,
bunga pinjaman tersebut
berkisar antara 20 sampai 40%”
terang Michael.
“Ada juga masyarakat yang
telah melakukan ijon,
mengambil sejumlah uang
dengan jaminan hasil komoditi.
Contohnya, uang Rp. 1 juta
akan menerima cengkeh 15 Kg.
Sementara itu, hasil cengkeh
Fokus
normal berkisar antara Rp.
120.000,- hingga Rp.165.000,-.
Kehadiran Koperasi Mandiri
milik Desa Bela, telah banyak
membantu masyarakat keluar
dari masalah tengkulak”
tambah pria 54 tahun itu.
Hal ini juga sudah mereka
sampaikan kepada Ibu
Gubernur, waktu berkunjung ke
desa mereka (12/6) lalu. Ketika
itu, ibu hadir untuk memotifasi
masyarakat agar giat berusaha
dalam bidang ekonomi
produktif.
Menurut Kepala Desa Bela,
Ibu Lusia Lebu Raya
menyampaikan kalau desanya
termasuk makmur. Bukanlah
desa yang miskin, seperti
daerah-daerah lain di NTT.
Buktinya, desa ini memiliki
banyak sekali Kakao, Cengkeh
serta banyak sumber air yang
melimpah ruah. Alam Desa
Bela sangat baik untuk
dikembangkan berbagai usaha
ekonomi produktif.
Masyarakat dapat mengakses
dana melalui koperasi milik
desa yang disarankan
Gubernur. Jika berhasil, Ibu dan
Bapak Gubernur akan kembali
mengunjungi desa itu, tahun
depan.
“Sekarang, koperasi kami
dananya telah mencapai lebih
dari Rp. 300 juta. Untuk itu kami
minta ibu Gubernur harus
penuhi janjinya, untuk datang
ke desa kami bersama
Gubernur“ harap ayah tiga
anak itu. Hal senada di katakan
juga oleh ketua Koperasi
Mandiri.
“Tantangan ibu gubernur
telah kami jawab. Dengan dana
yang ada, asset koperasi ini
telah mampu melewati angka
Rp.300 juta. Berbagai jenis
usaha ekonomi produktif kami
maksimalkan. Ada paron sapi,
babi, pembiakan babi,
kambing, usaha kios, ojek dan
jual beli hasil. Untuk itu, kami
minta ibu Lusia bisa ajak
Gubernur mengikuti RAT di KSP
Mandiri yang akan
dilaksanakan pada minggu ke
dua Bulan Maret 2016 “
demikian harap Blasius Jea.
Menurut beliau, dalam RAT
nantinya akan disampaikan
harapan lain dari pengurus
koperasi. Pengurus ingin
membahas strategi untuk
memutus mata rantai tengkulak
dan sistim ijon.
Caranya, KSP Mandiri
menyediakan sejumlah dana
untuk langsung membeli hasil
komoditi dari masyarakat. “Jika
Gubernur bisa hadir dan
menjadi anggota KSP kami,
maka apa yang kami impikan
ini akan terjawab” kata Jea.
Nampak turut hadir sore itu
seoranga ibu di ruang Kantor
Desa Bela. Dia terlihat sedang
sibuk melakukan pembenahan
administrasi pembukuan
koperasi Mandiri Desa Bela.
Biasanya, dialah orang yang
selalu dicari anggota koperasi
yang ingin membayar maupun
mengajukan permohonan
pinjaman.
Dialah bendahara Koperasi,
Maria Hermina Bhiki yang
selalu melakukan perubahan,
untuk koperasi Mandiri binaan
program Anggur Merah itu. Ibu
Bendahara Koperasi yang
biasa disapa ibu Hermin itu,
tampak tidak canggung ketika
kami ajak bicara.
Dia bertutur bahwa Koperasi
Mandiri Desa Bela telah
dibentuk pada tanggal 18 Maret
2014 lalu. Anggota koperasi itu
semula hanya berjumlah 55
orang. Saat kunjungan kami
hari itu, anggota koperasi terus
bertambah.
Telah tercatat 85 orang
sebagai anggota koperasi.
Sedangkan dana penyertaan
yang diberikan terus
berkembang. Dari modal awal
Rp.250 juta, kini telah
berkembang menjadi
Rp.385.834.000. (Lorens Tokan)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
15
Cerita Sukses
Aset sekarang Rp.283 juta
“Awalnya, di Bulan Maret 2015, saya pinjam Rp.5 juta, untuk beli babi.
Langsung tutup tanggal 30 Juni 2015, karena punya sapi pribadi yang laku terjual
dengan harga Rp.5,3 juta. Sekarang, saya pinjam Rp.10 juta lagi,
untuk pengembangbiakan babi.
B
egitu kisah Baltasar Laga
(47), anggota sekaligus
Tim Verifikasi Koperasi
Simpan Pinjam Suka Ria, Desa
Raja, Kecamatan Raja. “Saat
ini, saya sudah masuk putaran
ke dua. Pada Bulan September,
saya buat pengajuan baru.
Sekarang masuk bulan ke
empat pengembalian” kata
Baltasar.
Dia juga menyebutkan
beberapa anggota kelompok
mereka yang sukses, sehingga
asset koperasi mereka terus
bertambah.
Pria beranak enam itu yakin
bisa melunasi pinjaman ke
duanya lagi. Ia mengaku telah
menyepakati beberapa
persyaratan sebagai anggota
koperasi. Bunganya telah
ditetapkan sebesar 1% setiap
bulan.
Maksimal waktu
pengembalian pinjaman adalah
selama 30 bulan. Simpanan
Pokok dan Simpanan Wajib
telah disetujui oleh para
anggota kelompok masingmasing senilai Rp.5.000,- per
bulannya.
Ayah dari sulung yang telah
menamatkan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) di
Universitas setempat itu
mengisahkan manfaat program
Anggur Merah untuk
keluarganya.
Salah satu putrinya juga bisa
mendaftar sebagai Polisi
Wanita, lewat hasilnya
memelihara ternak babi dan
sapi. Urusan ekonomi keluarga,
juga bisa dipenuhinya dari
keuntungan perputaran usaha
ternak yang ditekuninya sejak
awal.
Baltasar Laga Tim Verifikasi Koperasi Simpan Pinjam Suka Ria
16
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Dengan enteng, Baltasar
menceritakan kisahnya yang
sudah dua kali mengakses
pinjaman. Ia juga memiliki
bebrapa ekor sapi yang
diikatnya dekat kali.
Sayangnya, kami tidak sempat
mengambil gambar sapi
Baltasar, yang juga pengurus
kelompok petani pemakai air
(P3A) itu.
Cerita Sukses
Baltasar mengajak kami melihat beberapa ekor babi milikinya
di belakang rumahnya
Saat ditanya tentang peran
tenaga PKM yang ada di
desanya, dia mengaku pernah
menyampaikan beberapa
usulan. “PKM, tolong bantu
kami dengan juknis yang jelas.
Supaya, kalau diperiksa, kami
tidak raba-raba lagi” pintanya.
“Satu usulan, agar setiap
penyetoran, dimasukan ke
dalam rekening dulu. Setelah
itu, baru digulirkan lagi. Kami
minta pertimbangan bersama,
karena masih melakukan
pembukuan secara manual.
Biasanya, kalau ada anggota
kelompok yang mengajukan
pinjaman, kami langsung
realisasi saja…” tambah
Baltasar.
“Kalau bisa tambah dana
hingga Rp.500 juta bagi setiap
desa. Supaya semua
masyarakat bisa terlayani
bantuan program ini” demikian
usulan akhirnya. Untuk
diketahui, sebelumnya anggota
Anggota UBSP kala itu
sebanyak 65 orang.
kelompok ternak ini telah
terbiasa mengelola uang
bersama.
Pengalaman itu mereka
dapatkan karena sudah pernah
memilki Usaha Bersama
Simpan Pinjam (UBSP) yang
berjalan sejak Tahun 1996.
Ketika itu, mereka
mengelolanya lewat Program
Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Karenanya, Pemerintah Desa
Raja langsung mempercayakan
mereka mendapatkan juga
bantuan Program
Desa/Kelurahan Mandiri Anggur
Merah, di Tahun 2014. Saat ini,
kelompok mereka masih
memiliki 53 orang anggota
koperasi. (Lwl/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
17
Cerita Sukses
Bio Urin, Kencing Sapi
“Lewat bantuan yang saya dapat, saya bisa membeli sapi. Dari sapi ini,
saya bisa memproduksi Bio Urin untuk kebutuhan pemberantasan
hama wereng sawah. Hasilnya juga bisa dijual.
Satu tong dihargai Rp.35.000,-“
David Rita, Ketua Koperasi Simpan Pinjam Renanita
D
emikian keterangan
David Rita (55), Ketua
Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Renanita, di Kelurahan
Rega, Kecamatan Boawae. Ada
yang menarik dari usaha ternak
sapi bapak tiga anak itu. Dia
membuat Bio Urin dengan
pupuk, pestisida juga bokasi
dari kombinasi kotoran
ternaknya.
Kami pun diajak bapak David
untuk melihat bagaimana
proses bio urin yang
diceritakannya itu.
18
EDISI 9 / September 2015
“Untuk menghemat, saya
membuat bio urin dari air
kencing sapi. Kotorannya saya
buat pupuk kandang. Ada 13
jenis tumbuhan yang harus
diramu. Prosesnya memakan
waktu selama lima hari.
Catatan saya ini menggunakan
istilah daerah. Pasti pak tidak
mengerti” tutur mantan Petugas
Penyuluh Lapangan itu, sambil
membuka buku catatannya.
Daun Pandan, Nimba,
Mahoni, Sere Merah, Nanas
Muda, Brotowali, Lombok dan
ANGGUR MERAH
Kencur. Bahan-bahan itu masih
pernah kami dengar ketika
disebutnya. Jenis lainnya, belum
pernah kami dengar. Itulah
beberapa bahan untuk pupuk
dan pestisida.
Untuk bokasi setidaknya butuh
dedak kasar, batang pisang,
garam dan gula. “Ini adalah
hasil campurannya…” ujar
David sambil membuka gentong
berwarna biru. Untuk jelasnya
proses pembuatan bio urin itu,
saran kami anda
menghubunginya saja.
Cerita Sukses
Untuk diketahui, KSP ini berdiri
pada tanggal 29 April 2014.
Pencairan pertama, dilakukan
pada tanggal 13 Oktober 2014
hingga 27 Pebruari 2014. Karena
kesepakatan anggota, cicilan
dimulai pada bulan ke dua
setelah pencairan.
Tepatnya sejak Bulan Desember
cicilan itu dimulai. Pada waktu
itu, anggota koperasi perdana
berjumlah 50 orang.
Pada tanggal 4 Mei 2015,
dilakukan pencairan untuk
tahap yang ke dua. Terjadi
penambahan 15 orang baru,
dengan usaha paronisasi babi.
Sekarang, total jumlah anggota
koperasi itu adalah sebanyak 65
orang. Tanggungjawabnya,
langsung diarahkan kepada
orang per orang. Tidak melalui
kelompok-kelompok lagi.
Yohanes Nestor Naireu,S.Sos, PKM Desa Rega (kanan)
bersama David Rita di depan kandang sapi miliknya
“Program 'Anggur Merah' sangat
membantu masyarakat.
Masyarakat penerima
mengalami perubahan ekonomi
keluarga” demikian kata David
menilai. Jangka waktu
2
pengembalian pinjaman
berfariasi.
Rentang waktu sesuai jenis
usaha masing-masing. Paling
cepat jangka waktunya 18
bulan. Paling lambat 24 bulan
alias dua tahun. Besaran
pinjaman diberlakukan sama
untuk seluruh anggota, yaitu
sebesar Rp.5 juta.
Sore itu, selepas bincangbincang bersama Ester Elu (28)
di Kantor Lurah Rega, kami
beranjak menyusuri tikungan
kanan kembali ke arah Mbay.
Sekitar lima menit kemudian
kami tiba.
Ditemani Yohanes Nestor
Naireu,S.Sos, PKM Desa Rega
kami mengendarai Yamaha
Vixion miliknya. Turut serta
bersama kami sejak hari
pertama Andreas Tuba
Ghela,SH, PKM Kelurahan
Nageoga.
Ester Elu
“Jika sebelumnya, saat belum
ada koperasi, masyarakat
terbiasa untuk langsung beli
dan jual. Setelah ada program
ini, masyarakat mulai bisa
mengelola uang mereka.
Mereka sudah mulai bisa
menyimpan uang” demikian
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
19
Cerita Sukses
penjelasan Ester Elu,
Bendahara KSP Renanita, di
Desa Rega itu. Dilaporkan juga
bahwa 94% penduduk
Kelurahan Rega hidup dengan
bertani.
“Hampir seluruh warga
kelurahan kami
menggantungkan hidupnya
pada usaha pertanian, ternak
dan sawah. Karena itu, banyak
masyarakat yang kemudian
melakukan kombinasi usaha
tani sawah dengan ternak.
anggota baru memilih usaha
penggemukan babi jantan. Satu
orang sisanya memilih untuk
membuka usaha kios.
Kelurahan ini memiliki luas
wilayah 562 Ha, dengan batas
utara Kelurahan Ratongangobu.
Sebagian besar anggota
koperasi kami melakukan itu”
tambah Ester yang juga
menjabat sebagai Kepala
Urusan Pembangunan
Kelurahan Rega.
Lulusan Univeritas Warmadewa,
Denpasar 2009 itu tidak setuju
kalau Program Anggur Merah
dihentikan.
“Janganlah… Belum semua
warga desa bisa memperoleh
bantuan. Banyak juga desa
yang belum mendapatkan
manfaat program ini” kata
kepala urusan yang mulai
bertugas pada Tahun 2013 lalu
itu. Sebelumnya, dia adalah
PNS yang bertugas di Dinas
Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga sejak Tahun 2010.
Kelurahan ini memiliki 4
lingkungan, dengan jumlah
penduduk sebanyak 2.667 jiwa
atau 544 Kepala Keluarga. 65
orang anggota KSP Renanita
tersebar dalam wilayah itu
dengan jenis usaha yang
bervariasi.
Akan tetapi, jenis usaha
paronisasi sapi mendominasi
kelompok usaha lainnya.
Setidaknya 50 orang pertama
memiliki kesamaan usaha
penggemukan sapi itu. 14 orang
20
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Selatan berbatasan dengan
Desa Kelimado dan Kelurahan
Wolopogo. Sebelah Timur
berbatasan dengan Desa
Wolowea Barat. Kelurahan
Nageoga, menjadi wilayah yang
berbatasan di sebelah Barat.
(Lwl/hms)
Cerita Sukses
Sangat Membantu…
“Bagi saya, sangat membantu. Saya bisa beli mesin tetas, buat kandang baru
dan tarik listrik dari kampung sebelah. Jaraknya kira-kira 720 meter.
Akhirnya, saya punya meteran sendiri untuk kandang,
dayanya 900 Watt. Ada juga mesin isap air”
I
tulah komentar Fransiskus Xaverius Owa (35),
salah satu anggota Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Kebilobo. Malam itu Rabu (12/11), tugas
peliputan kami hampir usai. Setelah mengisi
'kampung tengah' di jam 18.00 Wita, kami pun
bergegas. Sudah terlambat makan memang.
Karena hari itu adalah hari pasar, semua
warung kehabisan persediaan. Kami terpaksa
mengisi perut dengan menu tersisa, bakso.
Nasinya banyak, sekalian untuk makan malam,
hitung kami. Informasinya, kami telah ditunggu
beberapa anggota koperasi sejak siang.
Mereka adalah salah satu koperasi yang
menerima bantuan modal usaha sebesar Rp.250
juta dari Program Desa/Kelurahan Mandiri
Anggur di Kelurahan Nageoga, Boawae.
Untuk diketahui, jenis usaha yang dilakoni
anggota KSP Kebilobo sangat beragam. Ada jual
beli hewan, khusunya sapi. Pengembangbiakan
ayam kampung, pengembangan kios,
penggemukan babi, pemeliharaan kambing,
meubel, usaha batu merah hingga bakulan atau
yang sering mereka sebut mama lele.
Tersebutlah salah satu peminjam dengan
besaran uang senilai Rp.15 juta. Dia adalah
Fransiskus Xaverius Owa (35), dengan ternak
ayam kampung sebagai jenis usahanya.
Sebelumnya, dia memang sudah menekuni
usaha ini. Dia sudah memilki 15 ekor induk, kala
itu. Jadi bantuan yang diperolehnya,
dimanfaatkan sebagai penambahan modal
usaha.
“Sebelumnya, saya tidak punya kandang.
Setelah dapat bantuan, saya jual induk lama.
Saya ganti dengan induk baru yang lebih baik.
Saya juga beli beberapa ekor ayam pejantan.
Selanjutnya, saya bisa membangun kandang
ayam juga. Saat ini saya telah memiliki 65 ekor
induk” jawabnya sambil tersenyum senang.
Fransiskus Xaverius Owa
“Dengan 65 ekor induk itu, saya menjual
telurnya terlebih dahulu. Saya bawa ke pasar,
mereka langsung ambil dengan harga Rp.5.000,untuk 4 butirnya. Biasanya mereka menjual
kembali dengan harga Rp.10.000,- per 4 butir itu.
Sekali bawa ke pasar biasanya minimal 60 butir
per hari” terangnya yang juga berpindah-pindah
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
21
Cerita Sukses
Kandang tempat pengeraman telur
bagi ayam-ayam peliharaan Fransiskus
Untuk diketahui, Fransiskus memiliki kewajiban
pengembalian sebesar Rp.775 ribu. Uang
sejumlah itu, sudah termasuk besaran pokok dan
bunganya. Jangka waktu pengembalian selama
24 bulan. Tahap pertama telah lunas di Bulan
Agustus 2015. Dia optimis bisa menyelesaiakn
pinjaman tahap ke dua tahun depan.
sesuai hari pasar.Hari Rabu adalah hari untuk
Pasar Boawae. Hari Senin adalah Hari Pasar
Mauponggo. Dia menjualnya di rumah juga.
Lulusan STM Mesin Sanjaya itu pun sering
melakukan beberapa percobaan dengan
usahanya. Biasanya, dia menggunakan informasi
dari internet dan buku-buku peternakan koleksi
perpustakaan sebagai referensi. Sekarang, ia
sedang mencoba beralih ke penjualan bibit anak
ayam. Kalau dibandingkan dengan menjual telur,
tentu memelihara bibit lebih repot.
Tepatnya, Bulan Agustus 2015 lalu Fransiskus
mencoba beralih dari menjual telur kepada
usaha menjual anak ayam.
“Saya beli mesin tetas dengan harga
Rp.550.000,- Dari 16 ekor induk saja, bisa
ditetaskan lebih dari 110 ekor anak ayam. Anak
ayam itu sudah bisa dijual kembali saat usia dua
hingga tiga minggu. Tetapi, saya kemudian
berhenti produksi karena penyakit ngorok”
ceritanya, dengan raut terlihat sedikit kecewa.
Menurut mereka, Bulan Juli hingga April
merupakan waktu yang rentan dengan penyakit
ayam.
22
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Untuk mengatasi penyakit ayam, dia mencoba
membuat jamu sendiri. Harganya lebih murah
karena bahan-bahannya bisa didapat di kebun.
Ada bawang putih, halia, kunyit, daun sirih, kayu
manis, temulawak dan satu lagi jenis kulit pohon
hutan. Kalau tidak salah, mereka menyebutnya
'kupe.’
Untuk mengatasi penyakit ayam, dia mencoba
membuat jamu sendiri. Harganya lebih murah
karena bahan-bahannya bisa didapat di kebun.
Ada bawang putih, halia, kunyit, daun sirih, kayu
manis, temulawak dan satu lagi jenis kulit pohon
hutan. Mereka menyebutnya 'kupe.’
Cairan jamu hasil olahan sendiri.
Digunakan untuk mengobati penyakit ayam
Cerita Sukses
“Sekarang, kami punya 33 ekor induk ayam. 18
ekor induk sudah menetas, 15 ekor lainnya belum.
Ayam jantan, cukup 4 ekor saja” terang Gregorius
dan Alosius adiknya, bergantian menjelaskan
kepada tim.
Hadir juga bersama kami malam itu, Gregorius
Bu'u Wea (64). Dialah Ketua KSP Kebilobo. “Kebi
artinya dinding atau bersandar. Lobo diambil
dari nama Gunung Ebulobo. Jadi, Kebilobo dapat
diartikan bersandar pada Gunung Ebulobo”
begitu penjelasan awal Gregorius,
mendefenisikan makna dari nama koperasi
mereka itu.
“Masyarakat ekonomi lemah bisa terbantu
lewat sentuhan program 'Anggur Merah'. Program
ini memberikan pendidikan kepada masyarakat,
untuk mengembangkan usaha mereka sendiri.
Sebelumnya, masyarakat terbiasa hidup
konsumtif” begitu tanggapan Gregorius tentang
kehadiran Program Desa/Kelurahan Mandiri
Anggur Merah di tempatnya. Mereka mengaku
senang melihat kami, karena tetap mengunjungi
rumah mereka meski senja telah beranjak.
“Saya ditunjuk anggota koperasi ini untuk
menjadi ketua. Kata mereka, saya tangani dulu di
awal. Nanti, akan dilakukan pergantian. Saya
sebenarnya sudah pas (cukup mengabdi)…” kata
pensiunan PNS Kelurahan Nageoga itu
mengisahkan.
Ia juga sempat menjadi anggota LPMK di
kelurahan itu. Berbekal kepercayaan anggota,
dia memimpin koperasi itu. Anggota koperasi
melihatnya sebagai tokoh dengan pengalaman
administrasi yang lebih baik.
Gregorius Bu'u Wea,
Ketua Koperasi Simpan Pinjam Kebilobo
Alosius Meo, adik dari Fransiskus
Dilaporkan ayah satu anak itu, bahwa KSP
mereka memilki anggota sebanyak 45 orang.
Realisasi awal dilakukan pada tanggal 30
Oktober 2014 dengan jumlah anggotanya kala itu
baru sebanyak 26 orang saja. Pencairan tahap
pertama itu adalah sebesar Rp.214 juta. Dengan
demikian tersisa Rp.36 juta sebagai saldo.
“Besar pinjaman berbeda-beda setiap orang.
Ada yang pinjam Rp.2 juta. Ada juga yang pinjam
sampai Rp.15 juta” katanya dengan dialek yang
tidak sekental dialek orang bajawa. Lebih jauh,
pria yang sudah memiliki 1 orang cucu itu
menjelaskan besaran simpanan yang disepakati
bersama anggota dan pengurus KSP Kebilobo.
“Sesuai kesepakatan, simpanan awal sebesar
Rp.50 ribu tiap anggota. Jangka waktu
pengembalian 24 bulan. Bunga ditetapkan
sebesar 1%. Peruntukan bunga adalah 0,5% bagi
penambahan modal dan 0,5% untuk operasional
koperasi” urainya dengan kalimat yang cukup
terstruktur.
“Kami juga menyepakati bersama kebijakan
tanggung renteng saat realisasi pinjaman.
Besarnya adalah 5% dari pinjaman. Uang itu
tersimpan kembali atas nama anggota yang
bersangkutan. Hanya untuk jaga-jaga saja, untuk
bisa menutupi cicilan kalau terjadi kemacetan.
Tetapi kalau lancar hingga lunas, akan
dikembalikan lagi kepada anggota tersebut”
tambah Gregorius.
Ketika ditanya tentang persoalan yang
dihadapi kelompoknya, ia menjawab dengan
malu-malu. “Persoalan kami terletak pada
pemahaman anggota koperasi yang berbedabeda. Latar belakang pendidikan kami memang
berbeda-beda. Karena itu, kami selalu perlu
pendampingan” begitu jawabnya sambil melihat
ke arah Andy, si PKM. (Lwl/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
23
Cerita Sukses
Harus Lanjutkan
“Jangan sampai program ini habis di masa jabatan Bapa Tua (Frans Lebu Raya).
Harus dilanjutkan, supaya banyak masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
Kalau dihentikan, kami merasa kehilangan, karena kami sudah pernah
merasakan manfaat.”
B
egitulah harapan Frans
Mega (38), salah satu
anggota kelompok usaha
Kios di Desa Raja, Kecamatan
Boawae. Siang itu, kamis
(12/11), tim menemui Marselina
Wonga (35), istri Frans di Kios
Gratia, tempat usaha mereka.
Mereka adalah anggota
Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Suka Maju Ria. Ibu dari Maria
Elisabet Maru itu sempat
mengira kalau kami hanyalah
salah-satu pembeli yang
mampir. “Ada Aqua mama?
Tolong empat botol, Agua
sedang… Berapa mama?”
Kami coba memulai
pembicaraan.
“Semua Rp.16 ribu, sisanya
gula-gula ka?” jawabnya
mengambil kresek, sambil
menatap. Kami pun mengiyakan
pertanyaan istri Frans Mega itu.
Karena kepanasan dan dahaga,
seteguk kemudian kami
bertanya lagi.
24
EDISI 9 / September 2015
“Bapa ada ka?” Sesaat
kemudian, Marselina tersenyum
melihat Imakulata Bei,S.Kel (35),
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) Desa Raja. Ia
kemudian tahu kalau kami
adalah tim dari Pemerintah
Provinsi NTT yang ditugaskan
untuk meliput.
Terdengar percakapan
singkat mereka dengan bahasa
daerah. Sesaat kemudian ia
Mulai menjawab. “Bapak ada
di atas, sedikit lagi datang…”
Jawabnya sambil menunjuk ke
arah timur. Rupanya informasi
kedatangan kami sudah sempat
diinformasikan Ima (sapaan
Imakulata), sesaat sebelumnya.
Setelah mendengarkan
penjelasan dari maksud
kedatangan kami, ia pun
terlihat lebih santai. Kami
diajaknya duduk.
Marselina Wonga, istri Frans di kios miliknya
ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
Sambil melayani pembeli
yang terus datang, kami pun
terus mengobrol, bercerita.
Seteguk dua teguk, saya minum
lagi. Tiba-tiba muncul sesosok
pria berbahu kekar masuk. Pria
berbaju merah itu berjalan
merangkak.
sebelum menikahi istrinya.
Mereka menikah di tanggal 31
Agustus 2011. Kira-kira dua
tahun sebelumnya, artinya di
Tahun 2009, usaha kios itu
dimulainya. Saat itu, ia memulai
berjualan denga modal
seadanya.
Maaf, ia tampak berbeda,
terlihat lebih pendek dibanding
kebanyakan orang. Rupanya, ia
berjalan dengan bantuan
tangan. Cacat itu didapatnya
kira-kira sejak usia tiga tahun.
“Sebelum pinjam,
penghasilan perhari kira-kira
Rp.500.000,- saja. Setelah
pinjam 'Anggur Merah'
penghasilan saya bisa
mencapai Rp.1,5 juta” kata
Frans. Frans meminjam Rp.50
juta untuk tambahan modal
usaha.
Kami bersalaman, istrinya
pun langsung berdiri, memberi
kursinya untuk sang suami.
Obrolan kami pun berlanjut
lagi. Penerima bantuan Anggur
Merah Tahun 2014 itu pun
menjawab satu persatu
pertanyaan kami.
Ketegangan di raut wajahnya,
terlihat terus berkurang. Ia
semakin lancar menjawab, tidak
enggan melanjutkan
jawabannya dengan kisah
hidupnya.
Diceritakan jika ia telah
memulai usaha kios itu,
Dengan masa waktu
pengembalian 30 bulan, ia
harus menyicil pokok sebanyak
Rp.1,7 juta setiap bulannya. Jika
ditambahkan dengan bunga
sebesar Rp.500 ribu perbulan,
berarti setiap bulannya ia harus
menyicil sejumlah Rp.2,2 juta.
Jumlah yang cukup besar, pikir
kami.
Kami pun mencoba
mencocokan informasi itu
dengan pembukuan, juga
laporan bulanan yang selalu
disampaikan ke Bappeda
Provinsi NTT. Tercatat pada
Bulan Oktober 2015, telah
disetor Simpanan Pokok dengan
total Rp.18.670.000,-. Total
bunga yang tercatat sejumlah
Rp.5,5 juta.
Dengan demikian total
pengembalian Frans adalah
sejumlah Rp.24.170.000,- Sisa
pinjamannya ada di angka
Rp.30 jutaan, termasuk bunga.
Tim sedang mewawancarai Frans Mega (Kaos Mrah)
bersama dengan Imakulata Bei,S.Kel PKM Desa Raja (kiri) dan Ibu Marselina (kanan)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
25
Cerita Sukses
Frans Mega bersama istrinya Marselina Wonga
Bermodalkan pinjaman Rp.50
juta itu, ia bisa membeli barang
yang lebih banyak lagi. Rak
belanjaan kayunya kini sudah
diganti etalase kaca. Saat
mendapatkan bantuan itu, dia
bisa menambah empat etalase
kaca lagi.
Ia terlihat optimis, bisa
menyelesaiakan pinjamannya
sesuai jadwal jatuh tempo, yaitu
pada 30 Juli 2016 nanti.
“Saya bisa bergerak agak
bebas. Bisa belanja dengan
jumlah agak besar.
Sebelumnya, hanya bisa
belanja satu bal per minggu.
Saya jual eceran saja.
Sekarang, bisa
ANGGUR MERAH
Kami Butuh…
Dari Redaksi
KAMI BUTUH…
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)
Pembaca yang budiman,
Kebutuhan jelas beda dengan keinginan. Maslow dan beberapa ahli lainnya
cukup rigit mengulas tingkatan kebutuhan manusia itu. Beberapa ahli
sesudahnya bahkan telah membangun kritik dan pembenahan, untuk
pandangan tokoh-tokoh sebelumnya. Bagiamana konteks kebutuhan itu dalam
tinjaun praksis ?
Liputan redaksi kali ini kembali mengunjungi Kabupaten Nagekeo.
Sebuah Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Ngada, di Tahun 2007 lalu.
Delapan Tahun sudah, usianya kini.
Kabupaten ini memiliki program replikasi. De Master nama Program itu. Desa
Mandiri Sejahter kepanjangannya. Dana tersebut diarahkan untuk memberikan
penguatan modal kepada masyarakat, untuk memberdayakan mereka. Ini
bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Nagekeo. Pemerintah Daerah
Kabupaten melihat perlunya dukungan program pemberdayaan, seperti
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Lalu, bagaimana dengan
masyarakatnya?
Secara gamblang, masyarakat telah mengakui besarnya manfaat program
pemberdayaan itu, untuk penguatan ekonomi mereka. Banyak cerita sukses
kami temui. Aset koperasi yang terus bertambah, lebih dari Rp.250 juta. Ajakan
kepada Gubernur menjadi anggota koperasi. Undangan kepada Gubernur juga
ibu, untuk mengikuti RAT Koperasi mereka. Ada koperasi yang menyiapkan misa
syukur untuk kelompoknya. Kami pun di undang saat itu.
Ternyata ada juga kelompok masyarakat pembelajar. Banyak juga pejuang di
tengah mereka. Obsesi pun mereka miliki. Bio urin adalah cerita inovasi lainnya.
Beberapa orang terus mencoba (belajar). Mereka berinisiatif memperbaiki
penghasilan usaha, dengan aneka daya. Ada yang mempelajarinya dari
perpustakaan daerah, buku bahkan browshing di internet. Ada juga masyarakat
yang tidak bisa mengakses modal usaha di tempat lain. Dia diragukan, mungkin
karena cacat fisiknya.
Desa yang tidak pernah dikunjungi oleh pemerintah daerah setempat pun,
kami datangi. Beberapa anggota masyarakat senang dengan kunjungan kami.
Tawaran makan siang dan malam, saat mereka tahu wajah lapar kami.
Masyarakat lainnya bahkan menyediakan tumpangan, saat malam menjemput
penugasan kami. Ada masyarakat yang bahkan dengan tegas mengatakan
baru merasa merdeka dengan program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah
ini.
Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo mengapresiasi program ini.
Masyarakat Desa juga menyampaikan ucapan terima kasih mereka. Jika
demikian, cukupkah kita mengambil kesimpulan dari angka-angka saja? Tidak
perlukah masyarakat menuntut kepercayaan kepada mereka ? Ataukah
program Pemberdayaan Pemerintah Provinsi NTT yang ada hanyalah wujud
dari sebuah keinginan? Apakah program ini bukan menjadi sebuah kebutuhan ?
Pembaca yang arif…
Untuk Sajian kali ini, tim redaksi mencoba benar-benar menggali manfaat
juga mudaratnya program “Anggur Merah” pada 7 Kecamatan dengan
perwakilan dari 97 Desa/Kelurahan penerima. Kurun waktunya antara Tahun
2011 hingga 2014. Tidak semua desa dan kelompok bisa kami kunjungi. Inilah
sajian sekilas tentang cerita, asa dan impian mereka.
Tidak saja aparat Pemerintah Daerah, aparat Desa kami temui juga.
Pengurus dan Anggota kelompok, tenaga Pendamping Kelompok Masyakat
hingga tokoh masyarakat kami datangi. Banyak cara kami mengupas kisah
mereka. Tipu-tipu pasti ketahuan. Banyak cerita sukses kami dapati, dengan
pesan Kami Butuh Program ini...
Mengapa
Anggur Merah...?
4
9
12
De Master, Nagekeo
Drs.Julius Lawotan,
Sekretaris Daearah Kabupaten Nagekeo
Ine, Kami Butuh
Desa Utetoto
Vivi Wungu Belen :
Saya Minta,
Mereka Berpikir Dulu
30
Desa Bela :
14 “Bapak Gubernur,
Kunjunglah Kami Saat RAT Nanti”
sekarang Rp.283 juta
16 Aset
Koperasi Simpan Pinjam Suka Ria
18
Bio Urin,
Kencing Sapi
David Rita, Ketua KSP Renanita
21
Sangat
Membantu…
Fransiskus Xaverius Owa
24 Harus Lanjutkan
Frans Mega, Usaha “Kios Gratia”
27
Ini Pinjaman,
Bukan Sumbangan!
KSP Bina Usaha di Desa Sawu
Umar Ahmad :
32
34
Curi Start
Dengan
Anggur Merah
Oralit,
Kok Muntaber
Hildegunda Kue, Ketua Kelompok Generasi Baru
37
Berawal Dari
Emilianus Gere Ea
Master of Ceremony
38
Suara PKM
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
3
Program Anggur Merah
Mengapa
Anggur Merah...?
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.
S
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang
4
EDISI 9 / September 2015
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
tepat.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR
ANGGUR MERAH
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.
Program Anggur Merah
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.
Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
5
Program Anggur Merah
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
6
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Program Anggur Merah
Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
7
Program Anggur Merah
Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)
8
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
De Master, Nagekeo
“De Master adalah akronim dari Program Desa Mandiri Sejahtera.
Program pemberdayaan ini merupakan replikasi dari
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah.
Setiap Desa akan dialokasikan dana sejumlah Rp.100 juta.”
D
emikian komentar
Drs.Julius Lawotan,
Sekretaris Daerah
Kabupaten Nagekeo, dengan
antusias. “Dana tersebut
merupakan penguatan modal
kepada masyarakat untuk
komoditi unggulan seperti
jagung, garam dan ternak.
Usulan ini telah masuk dalam
Kebijakan Umum Anggaran dan
Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (KUA-PPAS)
Pemerintah Kabupaten
Nagekeo, untuk Tahun 2016”
tambah Julius optimis, sambil
tersenyum.
Sebelumnya, telah ada
Program To’o Jogho Waga Sama
(gotong royong), program
replikasi pada Tahun 2011
hingga Tahun 2013. Itulah
bentuk komitmen Pemerintah
Kabupaten Nagekeo. Saat itu,
dianggarkan juga dana sebesar
Rp.250 juta kepada tujuh desa
setiap tahun anggarannya.
lemah tetapi berpotensi
ekonomi, sesuai kerakter desa
misalnya usaha tenun, ternak
papa lele dan lain-lain.
Artinya telah tersentuh
sejumlah 21 Desa penerima
dalam tiga tahun itu. Dana
pemberdayaan itu juga
dalam bentuk hibah
kepada pemerintah desa.
Dana tersebut juga
diarahkan bagi
kelompok-kelompok
yang terindikasi
Drs.Julius Lawotan,
Sekretaris Daearah Kabupaten Nagekeo
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
9
Fokus
Ketika ditanyakan
tanggapannya tentang
kehadiran Program
Desa/Kelurahan Mandiri Anggur
Merah, ia semakin tegas
menjawab.
“Bagus ! Semua program
pemberdayaan, apa pun itu,
pasti baik. Pengawasan dan
peran pendamping menjadi
penting. Para tenaga
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) yang dipilih,
haruslah dari orang-orang
muda yang energik” jawabnya
menilai program pemberdayaan
ala Pemerintah Provinsi NTT itu.
“Program ini mendidik, tidak
saja dari aspek ekonomi. Ada
juga keuntungan di aspek
sosial, seperti solidaritas
masyarakat yang mulai hidup
kembali. Kelembagaan koperasi
dengan pengetahuan
manajemen keuangannya,
menjadi keuntungan baru di
tingkat lokal” tanggapnya
menjawab pertanyaan kami.
Siang itu, Rabu (11/11), putra
kelahiran Adonara 58 tahun
silam itu, sengaja meluangkan
waktu menemui tim peliput di
Kantor Bappedas Nagekeo.
Sesekali beliau melucu,
menggoda kami untuk
tersenyum, bahkan tertawa
lepas.
Tatap muka bersama Bertolomeus G. Owa (kiri), Kepala Bidang
Perencanaan Bappedas Nagekeo
Tahun 1991 itu juga sempat
mengurai postur APBD
Kabupatennya.
diterangkan, pria asal Desa
Sawu yang akrab dipanggil
Meus itu.
“Pendapatan keseluruhan
kami sebesar Rp.763 Milyar.
Dana Alokasi Umum senilai
Rp.433 Milyar. Dana Alokasi
Khusus Rp.177 Milyar.
Pendapatan Asli Daerah, ada di
kisaran angka Rp.39 Milyar”
demikian terangnya.
“Peningkatan kapasitas
Sumberdaya PKM menjadi hal
penting. Solusinya, kami
adakan rapat koordinasi (rakor)
pada tanggal 6 setiap
bulannya. Dalam rakor itu, kami
adakan pelatihan-pelatihan
terkait manajemen koperasi,
seperti laporan keuangan,
pertanggungjawaban pengurus
dan lain-lain” jelasnya
menunjukan dukungan teknis di
tingkat pemerintah daerah.
Turut hadir siang itu
Bertolomeus G. Owa (42),
Kepala Bidang Perencanaan
Bappedas Nagekeo. Beliau
membenarkan semua
pernyataan Sekretaris
Daerahnya. Untuk kelemahan
yang dijumpai selanjutnya
“Manfaat program ini selain
untuk masyarakat, juga harus
dilihat sebagai asset bagi desa.
Dalam tanggapan umumnya,
selaku pemerintah daerah,
beliau sangat bersyukur telah
dibantu. Pria yang sangat
mencintai Lusia Kia Boto'or,
istrinya itu, menilai program
pemberdayaan yang hadir,
sangat membantu ekonomi
masyarakat.
Ayah empat anak yang sempat
meniti karir awal sebagai
Kepala Kantor Departemen
Perdagangan Atambua di
10
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Drs.Julius Lawotan bersama istri
Fokus
Karena itu, tanggungjawab
program ini mestinya tidak
diserahkan kepada tenaga PKM
saja. Pemerintah desa melalui
perangkatnya, juga harus
mengambil bagian, aktif di
dalamnya” demikian
pendapatnya, ketika ditanya
soal kelemahan program ini.
Ada juga pendapat masyarakat
yang masih melihat program ini
sebagai bentuk perhatian
pemerintah, secara cuma-cuma.
”Dana ini dianggap seperti
dana Inpres Desa Tertinggal
(IDT). Boleh dikembalikan,
boleh juga tidak. Begitu menurut
mereka” tambahnya.
Setelah mendapatkan wejangan
yang cukup dari Bapa Julius dan
pak Meus, kami menemui para
tenaga PKM. Dalam Ruang
Rapat Bappedas itu, kami
menyampaikan maksud
kedatangan tim peliput. Setelah
membagi diri ke dalam tiga tim,
kami langsung turun lapangan.
Waktunya beraksi.
Perwakilan 97 Desa/Kelurahan
yang ada di tujuh Kecamatan,
kami agendakan bersama para
PKM. Tim satu betugas menyisir
Desa/Kelurahan yang masuk ke
dalam tiga kecamatan. Dua
srikandi kami utus, Ibu Dina dan
Ibu Tety. Mereka bertugas ke
wilayah Kecamatan Aesesa,
Aesesa Selatan dan Wolowae.
Tim dua bertugas menyusuri
Desa/Kelurahan yang ada
dalam Wilayah Kecamatan
Boawae dan Mauponggo. Ada
Lucky dan Wily di situ. Untuk
Desa/Kelurahan dalam Wilayah
Kecamatan Keo Tengah dan
Nangaroro, bertugas Aven dan
El Puay.
Tim peliputan tiba di Nagekeo,
setelah sebelumnya mendarat
sempurna di Bandara
Breafing Tim Anggur Merah bersama PKM Nagekeo, sebelum turun lokasi
Aroeboesman, Ende. Trans Nusa
dengan Kode Penerbangan MB8
517 landing sedikit terlambat.
Waktu tiba yang tertera di tiket
adalah 14.10 Wita. Siang itu,
Selasa (10/11), kami ke Maby
dengan kendaraan Travel.
Hanya anggota tim yang
bernyali dan tangguh saja,
akan menikmati penugasan
seperti ini. Apa saja kisah hasil
liputan tim kami? Mari ikuti
cerita-cerita kami selanjutnya.
Bravo Tim…!! (Lwl/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
11
Fokus
Ine, Kami Butuh
H
al ini ditegaskan oleh Evi
Fania Ermelinda Klau, PKM
Desa Utetoto saat ditemui
tim buletin Anggur Merah di Kantor
Bappedas (Badan Perencanaan
Daerah dan Statistik) Kabupaten
Nagekeo. Wanita berdarah Malaka
ini mengisahkan bahwa Desa
Uetoto merupakan penerima
bantuan Anggur Merah Tahun
2011.
“Tak ada akses sama sekali ke
desa tersebut. Masuk dari jalan
umum sekitar 10 km. Jalanan tanah,
melewati hutan, bukit dengan
tanjakan dan tikungan yang sangat
terjal. Pada saat musim hujan,
untuk sampai ke sana hanya bisa
ditempuh dengan jalan kaki,” jelas
ibu beranak 3 tersebut.
Keputusannya sudah bulat
setelah berembug dengan sang
suami yang bekeja di Kantor Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kabupaten Nagekeo. Karena itu,
dua hari setelah menerima SK, ia
pun beranjak bersama suami
menuju Desa Uetoto untuk melapor
diri sekaligus mengungkapkan
keinginannya kepada Kepala
Desa.
Setelah menempuh perjalanan
yang melelahkan, dirinya disambut
oleh Kepala Desa dan bebarapa
tokoh masyarakat.
“Setelah menyampaikan
keinginan hati saya untuk manarik
diri, Bapak Kades hanya bilang
Desa Uetoto adalah desa terpencil
yang tidak pernah dikunjungi oleh
Petinggi Kabupaten, apalagi
Provinsi NTT” jelasnya kepada tim
buletin. Bapak Desa juga
menambahkan bahwa pada musim
hujan anak-anak dari desa tersebut
tidak dapat bersekolah.
Informasi dari Bapak Desa ini
menggetarkan hati alumnus
Fakultas Peternakan Undana ini.
Tak lama sesudahnya, seorang
tokoh masyarakat dari Dusun D
yang berjarak 3 km dari Kantor
Desa dengan suara berat sambil
menahan tangis berujar.
“Mesu Ine (kasihan mama),
badan kecil harus ke desa. Ine,
Kami butuh sekali bantuan itu”,
jelas Ibu Fania dengan mata
berbinar,mengingat kembali
peristiwa haru di kantor desa
beberapa tahun silam.
“Saat awal mendengar
ditempatkan sebagai
pendamping di Desa
Utetoto, saya ingin
mengundurkan diri.”
desa dan sang suami, ia pun
membatalkan keinginannya untuk
menarik diri dari PKM.
Sambil meminta maaf karena
tidak bisa mendampingi tim buletin
turun ke desa-desa penerima
program berhubung ia sedang
mengikuti pelatihan selama 3 hari
di ibu kota Kabupaten Nagekeo,
wanita yang pernah bekrja sebagai
tenaga honorer di Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi ini
menjelaskan langkah awal yang
dibuatnya.
“Selama dua hari saya
melakukan sosialisasi dengan
semua warga masyarakat yang
berjumlah 150 kk. Saya juga
meminta dukungan dari
pemerintahan desa untuk
membentuk tim dan melakukan
verifikasi masyarakat penerima
bantuan anggur merah,” jelas
wanita yang bersuamikan orang
Nagekeo ini.
Ungkapan laki-laki tua yang
kemudian dikenalnya bernama
Wenslaus Denga ini, membuat
hatinya berubah. Di depan kepala
Evi Fania Ermelinda Klau
12
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
Ditambahkannya setelah
melakukan survey, diputuskan
bersama untuk melakukan
pengembangbiakan sapi bali. Ada
6 kelompok penerima bantuan
dengan jumlah anggota 50 orang.
Dalam pertemuan bersama
dengan anggota kelompok,
disepakati pula bahwa penerima
bantuan harus membeli sapi yang
siap kawin maksimal pada bulan
kedua sesudah bantuan tersebut
diterima.
“Kami menyepakati masa
kontrak pinjaman adalah 3 tahun
dengan bunga 0,5 persen. Anak
pertama sapi adalah aset
pengembalian cicilan pokok,” jelas
Ibu Evi dengan penuh semangat.
Setelah kunjungan Bapak
Gubernur, akses ke Desa Uetoto
perlahan-lahan berubah. Dengan
menggandeng program PNPM
dilakukan kerja gotong royong
untuk membangun rabat
sepanjang 9 km. Pada tahun 2012
juga lampu sehen mulai menerangi
desa. Diikuti dengan masuknya
PLTS pada tahun 2013.
“Ada kebanggaan secara pribadi
saat masyarakat mengumpulkan
sapi di kandang umum. Saya
merasakan mereka punya masa
depan yang cerah dengan aset
yang mereka miliki,”jelas Ibu Evi.
Rasa harunya semakin menjadijadi setelah pada tahun 2014 , ada
reuni anak-anak dari masyarakat
desa yang bersekolah di Jawa.
“Saya punya mimpi untuk
mengembangkan biogas di desa
Uetoto. Karena sampai sekarang
jumlah sapi sudah mencapai 205
ekor. Kami hanya menjual sapi
jantan, sementara sapi betina
dikembangbiakan,” pungkas ibu
Evi di akhir percakapan. (Ar/hms)
Syukurlah sampai dengan tahun
2014 saat kontrak berakhir, dana
telah mencapai Rp. 270 juta
dengan jumlah sapi sudah
berkembang sampai 150 ekor.
Untuk menggerakan ekonomi
masyarakat yang dari segi potensi
alamnya sangat menjanjikan, Ibu
Evi menginisiasi pembentukan
Koperasi Serba Usaha Waemode
pada tahun 2012 untuk anggota
kelompok Anggur Merah.
Iuran pangkalnya adalah
sebesar Rp. 100.000/orang, iuran
wajib Rp. 5.000/orang dan iuran
sukarela Rp. 5.000/orang.
Pada bulan Nopember 2012,
Bapak Gubernur Nusa Tenggara
Timur sendiri yang datang untuk
meresmikan Koperasi tersebut
setelah dikelurkan surat izin untuk
berbadan hukum. Saat itu, semua
sapi anggur merah yang telah
berjumlah 75 ekor dikumpulkan di
lapangan terbuka.
“Salah seorang anggota
kelompok memeluk Bapak
Gubernur sambil menangis dan
berujar bahwa ia baru merasakan
Indonesia Merdeka dengan
kunjungan Bapak Gubernur.
Sebelumnya tak pernah ada
pejabat pemerintah yang
mengunjungi desa Uetoto,”
jelasnya dengan suara berat.
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
13
Fokus
“Bapak Gubernur,
Kunjunglah Kami Saat RAT Nanti”
Demikian pesan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Mandiri di Desa Bela,
Kecamatan Mauponggo, Nagekeo. Pesan itu terlontar spontan
pada Sabtu (12/06) pagi, saat kunjungan Ibu Lusia Adinda Lebu Raya
ke desa mereka.
R
apat Anggota Tahunan
(RAT) itu tepatnya
direncanakan akan
berlangsung pada minggu ke
dua, Maret 2016 nanti.
Pesan itu diingatkan kembali
kepada tim peliput, saat
bertandang ke Bela, (12/11) lalu.
“Walau banyak Cengkeh dan
Kakao yang dimiliki masyarakat
Desa Bela, dana Bantuan
Anggur Merah sebagai Program
Bapak Gubernur,Frans Lebu
Raya sangat membantu
masyarakat di desa kami” kata
Michael Ngege, Kepala Desa
Bela yang ditemui sore itu, di
kantor desanya.
14
EDISI 9 / September 2015
Menurut Kepala Desa Bela itu,
hasil alam di desa mereka
cukup melimpah. Sejak Bulan
Mei hingga Bulan Juli,
masyarakat memanen kakao.
Sedangkan, pada Bulan
Agustus sampai Desember,
masyarakat memanen cengkeh.
Itulah beberapa komoditas
unggulan, salah-satu desa
dalam wilayah Selatan
Nagekeo itu.
“Sebelum memanen
komoditas unggulan milik
masyarakat ini, mereka
(masyarakat) membutuhkan
dana untuk panen. Kebanyakan
dari mereka mengunakan
ANGGUR MERAH
uang tengkulak. Sebagai
contoh, jika menggunakan uang
Rp.5 juta maka setelah panen
mereka harus menganti uang
tengkulak sebanyak Rp.7 juta.
Rentang waktu pinjaman itu pun
hanya selama satu sampai
dengan dua bulan saja. Artinya,
bunga pinjaman tersebut
berkisar antara 20 sampai 40%”
terang Michael.
“Ada juga masyarakat yang
telah melakukan ijon,
mengambil sejumlah uang
dengan jaminan hasil komoditi.
Contohnya, uang Rp. 1 juta
akan menerima cengkeh 15 Kg.
Sementara itu, hasil cengkeh
Fokus
normal berkisar antara Rp.
120.000,- hingga Rp.165.000,-.
Kehadiran Koperasi Mandiri
milik Desa Bela, telah banyak
membantu masyarakat keluar
dari masalah tengkulak”
tambah pria 54 tahun itu.
Hal ini juga sudah mereka
sampaikan kepada Ibu
Gubernur, waktu berkunjung ke
desa mereka (12/6) lalu. Ketika
itu, ibu hadir untuk memotifasi
masyarakat agar giat berusaha
dalam bidang ekonomi
produktif.
Menurut Kepala Desa Bela,
Ibu Lusia Lebu Raya
menyampaikan kalau desanya
termasuk makmur. Bukanlah
desa yang miskin, seperti
daerah-daerah lain di NTT.
Buktinya, desa ini memiliki
banyak sekali Kakao, Cengkeh
serta banyak sumber air yang
melimpah ruah. Alam Desa
Bela sangat baik untuk
dikembangkan berbagai usaha
ekonomi produktif.
Masyarakat dapat mengakses
dana melalui koperasi milik
desa yang disarankan
Gubernur. Jika berhasil, Ibu dan
Bapak Gubernur akan kembali
mengunjungi desa itu, tahun
depan.
“Sekarang, koperasi kami
dananya telah mencapai lebih
dari Rp. 300 juta. Untuk itu kami
minta ibu Gubernur harus
penuhi janjinya, untuk datang
ke desa kami bersama
Gubernur“ harap ayah tiga
anak itu. Hal senada di katakan
juga oleh ketua Koperasi
Mandiri.
“Tantangan ibu gubernur
telah kami jawab. Dengan dana
yang ada, asset koperasi ini
telah mampu melewati angka
Rp.300 juta. Berbagai jenis
usaha ekonomi produktif kami
maksimalkan. Ada paron sapi,
babi, pembiakan babi,
kambing, usaha kios, ojek dan
jual beli hasil. Untuk itu, kami
minta ibu Lusia bisa ajak
Gubernur mengikuti RAT di KSP
Mandiri yang akan
dilaksanakan pada minggu ke
dua Bulan Maret 2016 “
demikian harap Blasius Jea.
Menurut beliau, dalam RAT
nantinya akan disampaikan
harapan lain dari pengurus
koperasi. Pengurus ingin
membahas strategi untuk
memutus mata rantai tengkulak
dan sistim ijon.
Caranya, KSP Mandiri
menyediakan sejumlah dana
untuk langsung membeli hasil
komoditi dari masyarakat. “Jika
Gubernur bisa hadir dan
menjadi anggota KSP kami,
maka apa yang kami impikan
ini akan terjawab” kata Jea.
Nampak turut hadir sore itu
seoranga ibu di ruang Kantor
Desa Bela. Dia terlihat sedang
sibuk melakukan pembenahan
administrasi pembukuan
koperasi Mandiri Desa Bela.
Biasanya, dialah orang yang
selalu dicari anggota koperasi
yang ingin membayar maupun
mengajukan permohonan
pinjaman.
Dialah bendahara Koperasi,
Maria Hermina Bhiki yang
selalu melakukan perubahan,
untuk koperasi Mandiri binaan
program Anggur Merah itu. Ibu
Bendahara Koperasi yang
biasa disapa ibu Hermin itu,
tampak tidak canggung ketika
kami ajak bicara.
Dia bertutur bahwa Koperasi
Mandiri Desa Bela telah
dibentuk pada tanggal 18 Maret
2014 lalu. Anggota koperasi itu
semula hanya berjumlah 55
orang. Saat kunjungan kami
hari itu, anggota koperasi terus
bertambah.
Telah tercatat 85 orang
sebagai anggota koperasi.
Sedangkan dana penyertaan
yang diberikan terus
berkembang. Dari modal awal
Rp.250 juta, kini telah
berkembang menjadi
Rp.385.834.000. (Lorens Tokan)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
15
Cerita Sukses
Aset sekarang Rp.283 juta
“Awalnya, di Bulan Maret 2015, saya pinjam Rp.5 juta, untuk beli babi.
Langsung tutup tanggal 30 Juni 2015, karena punya sapi pribadi yang laku terjual
dengan harga Rp.5,3 juta. Sekarang, saya pinjam Rp.10 juta lagi,
untuk pengembangbiakan babi.
B
egitu kisah Baltasar Laga
(47), anggota sekaligus
Tim Verifikasi Koperasi
Simpan Pinjam Suka Ria, Desa
Raja, Kecamatan Raja. “Saat
ini, saya sudah masuk putaran
ke dua. Pada Bulan September,
saya buat pengajuan baru.
Sekarang masuk bulan ke
empat pengembalian” kata
Baltasar.
Dia juga menyebutkan
beberapa anggota kelompok
mereka yang sukses, sehingga
asset koperasi mereka terus
bertambah.
Pria beranak enam itu yakin
bisa melunasi pinjaman ke
duanya lagi. Ia mengaku telah
menyepakati beberapa
persyaratan sebagai anggota
koperasi. Bunganya telah
ditetapkan sebesar 1% setiap
bulan.
Maksimal waktu
pengembalian pinjaman adalah
selama 30 bulan. Simpanan
Pokok dan Simpanan Wajib
telah disetujui oleh para
anggota kelompok masingmasing senilai Rp.5.000,- per
bulannya.
Ayah dari sulung yang telah
menamatkan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) di
Universitas setempat itu
mengisahkan manfaat program
Anggur Merah untuk
keluarganya.
Salah satu putrinya juga bisa
mendaftar sebagai Polisi
Wanita, lewat hasilnya
memelihara ternak babi dan
sapi. Urusan ekonomi keluarga,
juga bisa dipenuhinya dari
keuntungan perputaran usaha
ternak yang ditekuninya sejak
awal.
Baltasar Laga Tim Verifikasi Koperasi Simpan Pinjam Suka Ria
16
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Dengan enteng, Baltasar
menceritakan kisahnya yang
sudah dua kali mengakses
pinjaman. Ia juga memiliki
bebrapa ekor sapi yang
diikatnya dekat kali.
Sayangnya, kami tidak sempat
mengambil gambar sapi
Baltasar, yang juga pengurus
kelompok petani pemakai air
(P3A) itu.
Cerita Sukses
Baltasar mengajak kami melihat beberapa ekor babi milikinya
di belakang rumahnya
Saat ditanya tentang peran
tenaga PKM yang ada di
desanya, dia mengaku pernah
menyampaikan beberapa
usulan. “PKM, tolong bantu
kami dengan juknis yang jelas.
Supaya, kalau diperiksa, kami
tidak raba-raba lagi” pintanya.
“Satu usulan, agar setiap
penyetoran, dimasukan ke
dalam rekening dulu. Setelah
itu, baru digulirkan lagi. Kami
minta pertimbangan bersama,
karena masih melakukan
pembukuan secara manual.
Biasanya, kalau ada anggota
kelompok yang mengajukan
pinjaman, kami langsung
realisasi saja…” tambah
Baltasar.
“Kalau bisa tambah dana
hingga Rp.500 juta bagi setiap
desa. Supaya semua
masyarakat bisa terlayani
bantuan program ini” demikian
usulan akhirnya. Untuk
diketahui, sebelumnya anggota
Anggota UBSP kala itu
sebanyak 65 orang.
kelompok ternak ini telah
terbiasa mengelola uang
bersama.
Pengalaman itu mereka
dapatkan karena sudah pernah
memilki Usaha Bersama
Simpan Pinjam (UBSP) yang
berjalan sejak Tahun 1996.
Ketika itu, mereka
mengelolanya lewat Program
Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Karenanya, Pemerintah Desa
Raja langsung mempercayakan
mereka mendapatkan juga
bantuan Program
Desa/Kelurahan Mandiri Anggur
Merah, di Tahun 2014. Saat ini,
kelompok mereka masih
memiliki 53 orang anggota
koperasi. (Lwl/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
17
Cerita Sukses
Bio Urin, Kencing Sapi
“Lewat bantuan yang saya dapat, saya bisa membeli sapi. Dari sapi ini,
saya bisa memproduksi Bio Urin untuk kebutuhan pemberantasan
hama wereng sawah. Hasilnya juga bisa dijual.
Satu tong dihargai Rp.35.000,-“
David Rita, Ketua Koperasi Simpan Pinjam Renanita
D
emikian keterangan
David Rita (55), Ketua
Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Renanita, di Kelurahan
Rega, Kecamatan Boawae. Ada
yang menarik dari usaha ternak
sapi bapak tiga anak itu. Dia
membuat Bio Urin dengan
pupuk, pestisida juga bokasi
dari kombinasi kotoran
ternaknya.
Kami pun diajak bapak David
untuk melihat bagaimana
proses bio urin yang
diceritakannya itu.
18
EDISI 9 / September 2015
“Untuk menghemat, saya
membuat bio urin dari air
kencing sapi. Kotorannya saya
buat pupuk kandang. Ada 13
jenis tumbuhan yang harus
diramu. Prosesnya memakan
waktu selama lima hari.
Catatan saya ini menggunakan
istilah daerah. Pasti pak tidak
mengerti” tutur mantan Petugas
Penyuluh Lapangan itu, sambil
membuka buku catatannya.
Daun Pandan, Nimba,
Mahoni, Sere Merah, Nanas
Muda, Brotowali, Lombok dan
ANGGUR MERAH
Kencur. Bahan-bahan itu masih
pernah kami dengar ketika
disebutnya. Jenis lainnya, belum
pernah kami dengar. Itulah
beberapa bahan untuk pupuk
dan pestisida.
Untuk bokasi setidaknya butuh
dedak kasar, batang pisang,
garam dan gula. “Ini adalah
hasil campurannya…” ujar
David sambil membuka gentong
berwarna biru. Untuk jelasnya
proses pembuatan bio urin itu,
saran kami anda
menghubunginya saja.
Cerita Sukses
Untuk diketahui, KSP ini berdiri
pada tanggal 29 April 2014.
Pencairan pertama, dilakukan
pada tanggal 13 Oktober 2014
hingga 27 Pebruari 2014. Karena
kesepakatan anggota, cicilan
dimulai pada bulan ke dua
setelah pencairan.
Tepatnya sejak Bulan Desember
cicilan itu dimulai. Pada waktu
itu, anggota koperasi perdana
berjumlah 50 orang.
Pada tanggal 4 Mei 2015,
dilakukan pencairan untuk
tahap yang ke dua. Terjadi
penambahan 15 orang baru,
dengan usaha paronisasi babi.
Sekarang, total jumlah anggota
koperasi itu adalah sebanyak 65
orang. Tanggungjawabnya,
langsung diarahkan kepada
orang per orang. Tidak melalui
kelompok-kelompok lagi.
Yohanes Nestor Naireu,S.Sos, PKM Desa Rega (kanan)
bersama David Rita di depan kandang sapi miliknya
“Program 'Anggur Merah' sangat
membantu masyarakat.
Masyarakat penerima
mengalami perubahan ekonomi
keluarga” demikian kata David
menilai. Jangka waktu
2
pengembalian pinjaman
berfariasi.
Rentang waktu sesuai jenis
usaha masing-masing. Paling
cepat jangka waktunya 18
bulan. Paling lambat 24 bulan
alias dua tahun. Besaran
pinjaman diberlakukan sama
untuk seluruh anggota, yaitu
sebesar Rp.5 juta.
Sore itu, selepas bincangbincang bersama Ester Elu (28)
di Kantor Lurah Rega, kami
beranjak menyusuri tikungan
kanan kembali ke arah Mbay.
Sekitar lima menit kemudian
kami tiba.
Ditemani Yohanes Nestor
Naireu,S.Sos, PKM Desa Rega
kami mengendarai Yamaha
Vixion miliknya. Turut serta
bersama kami sejak hari
pertama Andreas Tuba
Ghela,SH, PKM Kelurahan
Nageoga.
Ester Elu
“Jika sebelumnya, saat belum
ada koperasi, masyarakat
terbiasa untuk langsung beli
dan jual. Setelah ada program
ini, masyarakat mulai bisa
mengelola uang mereka.
Mereka sudah mulai bisa
menyimpan uang” demikian
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
19
Cerita Sukses
penjelasan Ester Elu,
Bendahara KSP Renanita, di
Desa Rega itu. Dilaporkan juga
bahwa 94% penduduk
Kelurahan Rega hidup dengan
bertani.
“Hampir seluruh warga
kelurahan kami
menggantungkan hidupnya
pada usaha pertanian, ternak
dan sawah. Karena itu, banyak
masyarakat yang kemudian
melakukan kombinasi usaha
tani sawah dengan ternak.
anggota baru memilih usaha
penggemukan babi jantan. Satu
orang sisanya memilih untuk
membuka usaha kios.
Kelurahan ini memiliki luas
wilayah 562 Ha, dengan batas
utara Kelurahan Ratongangobu.
Sebagian besar anggota
koperasi kami melakukan itu”
tambah Ester yang juga
menjabat sebagai Kepala
Urusan Pembangunan
Kelurahan Rega.
Lulusan Univeritas Warmadewa,
Denpasar 2009 itu tidak setuju
kalau Program Anggur Merah
dihentikan.
“Janganlah… Belum semua
warga desa bisa memperoleh
bantuan. Banyak juga desa
yang belum mendapatkan
manfaat program ini” kata
kepala urusan yang mulai
bertugas pada Tahun 2013 lalu
itu. Sebelumnya, dia adalah
PNS yang bertugas di Dinas
Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga sejak Tahun 2010.
Kelurahan ini memiliki 4
lingkungan, dengan jumlah
penduduk sebanyak 2.667 jiwa
atau 544 Kepala Keluarga. 65
orang anggota KSP Renanita
tersebar dalam wilayah itu
dengan jenis usaha yang
bervariasi.
Akan tetapi, jenis usaha
paronisasi sapi mendominasi
kelompok usaha lainnya.
Setidaknya 50 orang pertama
memiliki kesamaan usaha
penggemukan sapi itu. 14 orang
20
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Selatan berbatasan dengan
Desa Kelimado dan Kelurahan
Wolopogo. Sebelah Timur
berbatasan dengan Desa
Wolowea Barat. Kelurahan
Nageoga, menjadi wilayah yang
berbatasan di sebelah Barat.
(Lwl/hms)
Cerita Sukses
Sangat Membantu…
“Bagi saya, sangat membantu. Saya bisa beli mesin tetas, buat kandang baru
dan tarik listrik dari kampung sebelah. Jaraknya kira-kira 720 meter.
Akhirnya, saya punya meteran sendiri untuk kandang,
dayanya 900 Watt. Ada juga mesin isap air”
I
tulah komentar Fransiskus Xaverius Owa (35),
salah satu anggota Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Kebilobo. Malam itu Rabu (12/11), tugas
peliputan kami hampir usai. Setelah mengisi
'kampung tengah' di jam 18.00 Wita, kami pun
bergegas. Sudah terlambat makan memang.
Karena hari itu adalah hari pasar, semua
warung kehabisan persediaan. Kami terpaksa
mengisi perut dengan menu tersisa, bakso.
Nasinya banyak, sekalian untuk makan malam,
hitung kami. Informasinya, kami telah ditunggu
beberapa anggota koperasi sejak siang.
Mereka adalah salah satu koperasi yang
menerima bantuan modal usaha sebesar Rp.250
juta dari Program Desa/Kelurahan Mandiri
Anggur di Kelurahan Nageoga, Boawae.
Untuk diketahui, jenis usaha yang dilakoni
anggota KSP Kebilobo sangat beragam. Ada jual
beli hewan, khusunya sapi. Pengembangbiakan
ayam kampung, pengembangan kios,
penggemukan babi, pemeliharaan kambing,
meubel, usaha batu merah hingga bakulan atau
yang sering mereka sebut mama lele.
Tersebutlah salah satu peminjam dengan
besaran uang senilai Rp.15 juta. Dia adalah
Fransiskus Xaverius Owa (35), dengan ternak
ayam kampung sebagai jenis usahanya.
Sebelumnya, dia memang sudah menekuni
usaha ini. Dia sudah memilki 15 ekor induk, kala
itu. Jadi bantuan yang diperolehnya,
dimanfaatkan sebagai penambahan modal
usaha.
“Sebelumnya, saya tidak punya kandang.
Setelah dapat bantuan, saya jual induk lama.
Saya ganti dengan induk baru yang lebih baik.
Saya juga beli beberapa ekor ayam pejantan.
Selanjutnya, saya bisa membangun kandang
ayam juga. Saat ini saya telah memiliki 65 ekor
induk” jawabnya sambil tersenyum senang.
Fransiskus Xaverius Owa
“Dengan 65 ekor induk itu, saya menjual
telurnya terlebih dahulu. Saya bawa ke pasar,
mereka langsung ambil dengan harga Rp.5.000,untuk 4 butirnya. Biasanya mereka menjual
kembali dengan harga Rp.10.000,- per 4 butir itu.
Sekali bawa ke pasar biasanya minimal 60 butir
per hari” terangnya yang juga berpindah-pindah
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
21
Cerita Sukses
Kandang tempat pengeraman telur
bagi ayam-ayam peliharaan Fransiskus
Untuk diketahui, Fransiskus memiliki kewajiban
pengembalian sebesar Rp.775 ribu. Uang
sejumlah itu, sudah termasuk besaran pokok dan
bunganya. Jangka waktu pengembalian selama
24 bulan. Tahap pertama telah lunas di Bulan
Agustus 2015. Dia optimis bisa menyelesaiakn
pinjaman tahap ke dua tahun depan.
sesuai hari pasar.Hari Rabu adalah hari untuk
Pasar Boawae. Hari Senin adalah Hari Pasar
Mauponggo. Dia menjualnya di rumah juga.
Lulusan STM Mesin Sanjaya itu pun sering
melakukan beberapa percobaan dengan
usahanya. Biasanya, dia menggunakan informasi
dari internet dan buku-buku peternakan koleksi
perpustakaan sebagai referensi. Sekarang, ia
sedang mencoba beralih ke penjualan bibit anak
ayam. Kalau dibandingkan dengan menjual telur,
tentu memelihara bibit lebih repot.
Tepatnya, Bulan Agustus 2015 lalu Fransiskus
mencoba beralih dari menjual telur kepada
usaha menjual anak ayam.
“Saya beli mesin tetas dengan harga
Rp.550.000,- Dari 16 ekor induk saja, bisa
ditetaskan lebih dari 110 ekor anak ayam. Anak
ayam itu sudah bisa dijual kembali saat usia dua
hingga tiga minggu. Tetapi, saya kemudian
berhenti produksi karena penyakit ngorok”
ceritanya, dengan raut terlihat sedikit kecewa.
Menurut mereka, Bulan Juli hingga April
merupakan waktu yang rentan dengan penyakit
ayam.
22
EDISI 9 / September 2015
ANGGUR MERAH
Untuk mengatasi penyakit ayam, dia mencoba
membuat jamu sendiri. Harganya lebih murah
karena bahan-bahannya bisa didapat di kebun.
Ada bawang putih, halia, kunyit, daun sirih, kayu
manis, temulawak dan satu lagi jenis kulit pohon
hutan. Kalau tidak salah, mereka menyebutnya
'kupe.’
Untuk mengatasi penyakit ayam, dia mencoba
membuat jamu sendiri. Harganya lebih murah
karena bahan-bahannya bisa didapat di kebun.
Ada bawang putih, halia, kunyit, daun sirih, kayu
manis, temulawak dan satu lagi jenis kulit pohon
hutan. Mereka menyebutnya 'kupe.’
Cairan jamu hasil olahan sendiri.
Digunakan untuk mengobati penyakit ayam
Cerita Sukses
“Sekarang, kami punya 33 ekor induk ayam. 18
ekor induk sudah menetas, 15 ekor lainnya belum.
Ayam jantan, cukup 4 ekor saja” terang Gregorius
dan Alosius adiknya, bergantian menjelaskan
kepada tim.
Hadir juga bersama kami malam itu, Gregorius
Bu'u Wea (64). Dialah Ketua KSP Kebilobo. “Kebi
artinya dinding atau bersandar. Lobo diambil
dari nama Gunung Ebulobo. Jadi, Kebilobo dapat
diartikan bersandar pada Gunung Ebulobo”
begitu penjelasan awal Gregorius,
mendefenisikan makna dari nama koperasi
mereka itu.
“Masyarakat ekonomi lemah bisa terbantu
lewat sentuhan program 'Anggur Merah'. Program
ini memberikan pendidikan kepada masyarakat,
untuk mengembangkan usaha mereka sendiri.
Sebelumnya, masyarakat terbiasa hidup
konsumtif” begitu tanggapan Gregorius tentang
kehadiran Program Desa/Kelurahan Mandiri
Anggur Merah di tempatnya. Mereka mengaku
senang melihat kami, karena tetap mengunjungi
rumah mereka meski senja telah beranjak.
“Saya ditunjuk anggota koperasi ini untuk
menjadi ketua. Kata mereka, saya tangani dulu di
awal. Nanti, akan dilakukan pergantian. Saya
sebenarnya sudah pas (cukup mengabdi)…” kata
pensiunan PNS Kelurahan Nageoga itu
mengisahkan.
Ia juga sempat menjadi anggota LPMK di
kelurahan itu. Berbekal kepercayaan anggota,
dia memimpin koperasi itu. Anggota koperasi
melihatnya sebagai tokoh dengan pengalaman
administrasi yang lebih baik.
Gregorius Bu'u Wea,
Ketua Koperasi Simpan Pinjam Kebilobo
Alosius Meo, adik dari Fransiskus
Dilaporkan ayah satu anak itu, bahwa KSP
mereka memilki anggota sebanyak 45 orang.
Realisasi awal dilakukan pada tanggal 30
Oktober 2014 dengan jumlah anggotanya kala itu
baru sebanyak 26 orang saja. Pencairan tahap
pertama itu adalah sebesar Rp.214 juta. Dengan
demikian tersisa Rp.36 juta sebagai saldo.
“Besar pinjaman berbeda-beda setiap orang.
Ada yang pinjam Rp.2 juta. Ada juga yang pinjam
sampai Rp.15 juta” katanya dengan dialek yang
tidak sekental dialek orang bajawa. Lebih jauh,
pria yang sudah memiliki 1 orang cucu itu
menjelaskan besaran simpanan yang disepakati
bersama anggota dan pengurus KSP Kebilobo.
“Sesuai kesepakatan, simpanan awal sebesar
Rp.50 ribu tiap anggota. Jangka waktu
pengembalian 24 bulan. Bunga ditetapkan
sebesar 1%. Peruntukan bunga adalah 0,5% bagi
penambahan modal dan 0,5% untuk operasional
koperasi” urainya dengan kalimat yang cukup
terstruktur.
“Kami juga menyepakati bersama kebijakan
tanggung renteng saat realisasi pinjaman.
Besarnya adalah 5% dari pinjaman. Uang itu
tersimpan kembali atas nama anggota yang
bersangkutan. Hanya untuk jaga-jaga saja, untuk
bisa menutupi cicilan kalau terjadi kemacetan.
Tetapi kalau lancar hingga lunas, akan
dikembalikan lagi kepada anggota tersebut”
tambah Gregorius.
Ketika ditanya tentang persoalan yang
dihadapi kelompoknya, ia menjawab dengan
malu-malu. “Persoalan kami terletak pada
pemahaman anggota koperasi yang berbedabeda. Latar belakang pendidikan kami memang
berbeda-beda. Karena itu, kami selalu perlu
pendampingan” begitu jawabnya sambil melihat
ke arah Andy, si PKM. (Lwl/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
23
Cerita Sukses
Harus Lanjutkan
“Jangan sampai program ini habis di masa jabatan Bapa Tua (Frans Lebu Raya).
Harus dilanjutkan, supaya banyak masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
Kalau dihentikan, kami merasa kehilangan, karena kami sudah pernah
merasakan manfaat.”
B
egitulah harapan Frans
Mega (38), salah satu
anggota kelompok usaha
Kios di Desa Raja, Kecamatan
Boawae. Siang itu, kamis
(12/11), tim menemui Marselina
Wonga (35), istri Frans di Kios
Gratia, tempat usaha mereka.
Mereka adalah anggota
Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Suka Maju Ria. Ibu dari Maria
Elisabet Maru itu sempat
mengira kalau kami hanyalah
salah-satu pembeli yang
mampir. “Ada Aqua mama?
Tolong empat botol, Agua
sedang… Berapa mama?”
Kami coba memulai
pembicaraan.
“Semua Rp.16 ribu, sisanya
gula-gula ka?” jawabnya
mengambil kresek, sambil
menatap. Kami pun mengiyakan
pertanyaan istri Frans Mega itu.
Karena kepanasan dan dahaga,
seteguk kemudian kami
bertanya lagi.
24
EDISI 9 / September 2015
“Bapa ada ka?” Sesaat
kemudian, Marselina tersenyum
melihat Imakulata Bei,S.Kel (35),
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) Desa Raja. Ia
kemudian tahu kalau kami
adalah tim dari Pemerintah
Provinsi NTT yang ditugaskan
untuk meliput.
Terdengar percakapan
singkat mereka dengan bahasa
daerah. Sesaat kemudian ia
Mulai menjawab. “Bapak ada
di atas, sedikit lagi datang…”
Jawabnya sambil menunjuk ke
arah timur. Rupanya informasi
kedatangan kami sudah sempat
diinformasikan Ima (sapaan
Imakulata), sesaat sebelumnya.
Setelah mendengarkan
penjelasan dari maksud
kedatangan kami, ia pun
terlihat lebih santai. Kami
diajaknya duduk.
Marselina Wonga, istri Frans di kios miliknya
ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
Sambil melayani pembeli
yang terus datang, kami pun
terus mengobrol, bercerita.
Seteguk dua teguk, saya minum
lagi. Tiba-tiba muncul sesosok
pria berbahu kekar masuk. Pria
berbaju merah itu berjalan
merangkak.
sebelum menikahi istrinya.
Mereka menikah di tanggal 31
Agustus 2011. Kira-kira dua
tahun sebelumnya, artinya di
Tahun 2009, usaha kios itu
dimulainya. Saat itu, ia memulai
berjualan denga modal
seadanya.
Maaf, ia tampak berbeda,
terlihat lebih pendek dibanding
kebanyakan orang. Rupanya, ia
berjalan dengan bantuan
tangan. Cacat itu didapatnya
kira-kira sejak usia tiga tahun.
“Sebelum pinjam,
penghasilan perhari kira-kira
Rp.500.000,- saja. Setelah
pinjam 'Anggur Merah'
penghasilan saya bisa
mencapai Rp.1,5 juta” kata
Frans. Frans meminjam Rp.50
juta untuk tambahan modal
usaha.
Kami bersalaman, istrinya
pun langsung berdiri, memberi
kursinya untuk sang suami.
Obrolan kami pun berlanjut
lagi. Penerima bantuan Anggur
Merah Tahun 2014 itu pun
menjawab satu persatu
pertanyaan kami.
Ketegangan di raut wajahnya,
terlihat terus berkurang. Ia
semakin lancar menjawab, tidak
enggan melanjutkan
jawabannya dengan kisah
hidupnya.
Diceritakan jika ia telah
memulai usaha kios itu,
Dengan masa waktu
pengembalian 30 bulan, ia
harus menyicil pokok sebanyak
Rp.1,7 juta setiap bulannya. Jika
ditambahkan dengan bunga
sebesar Rp.500 ribu perbulan,
berarti setiap bulannya ia harus
menyicil sejumlah Rp.2,2 juta.
Jumlah yang cukup besar, pikir
kami.
Kami pun mencoba
mencocokan informasi itu
dengan pembukuan, juga
laporan bulanan yang selalu
disampaikan ke Bappeda
Provinsi NTT. Tercatat pada
Bulan Oktober 2015, telah
disetor Simpanan Pokok dengan
total Rp.18.670.000,-. Total
bunga yang tercatat sejumlah
Rp.5,5 juta.
Dengan demikian total
pengembalian Frans adalah
sejumlah Rp.24.170.000,- Sisa
pinjamannya ada di angka
Rp.30 jutaan, termasuk bunga.
Tim sedang mewawancarai Frans Mega (Kaos Mrah)
bersama dengan Imakulata Bei,S.Kel PKM Desa Raja (kiri) dan Ibu Marselina (kanan)
ANGGUR MERAH
EDISI 9 / September 2015
25
Cerita Sukses
Frans Mega bersama istrinya Marselina Wonga
Bermodalkan pinjaman Rp.50
juta itu, ia bisa membeli barang
yang lebih banyak lagi. Rak
belanjaan kayunya kini sudah
diganti etalase kaca. Saat
mendapatkan bantuan itu, dia
bisa menambah empat etalase
kaca lagi.
Ia terlihat optimis, bisa
menyelesaiakan pinjamannya
sesuai jadwal jatuh tempo, yaitu
pada 30 Juli 2016 nanti.
“Saya bisa bergerak agak
bebas. Bisa belanja dengan
jumlah agak besar.
Sebelumnya, hanya bisa
belanja satu bal per minggu.
Saya jual eceran saja.
Sekarang, bisa