Anggur Merah AM 5 Belu

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
Dari Tapal Batas

Dari Redaksi
Membangun Optimisme Dari Tapal Batas

ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan

(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)


Rai Belu, dulunya dikenal dengan kolam susu, judul tembang lawas
karya grup musik legendaris Indonesia, Koes Plus. Semenjak jajak
pendapat dan lahirnya negara baru Timor Leste pada tahun 1999, Belu
semakin menggema sebagai daerah perbatasan yang strategis. Pintu
masuk Motain setiap harinya super sibuk melayani lalu lintas manusia
dan barang dari dan ke Timor Leste. Sebagai beranda terluar, Belu
merupakan representasi wajah Indonesia. Tentunya wajahnya harus
rupawan untuk menciptakan kesan positif bagi warga negara tetangga
sebelah.
Masyarakat Belu sendiri tentunya juga akan selalu menatap geliat
perkembangan di Negara Timor Leste. Kecenderungan untuk
membandingkan dapat menggerus semangat nasionalisme. Selain itu
godaan untuk menyeberang ke negeri seberang juga menggeliat.
Cahaya terang benderang dari wilayah seberang bertolak belakang
dengan semakin meredupnya sinar di wilayah sendiri, menggetarkan
sekaligus menumbuhkan rasa minder.
Fenomena ini tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Penataan pintu
batas Motain yang kian megah harus dibarengi dengan upaya untuk
membangun rasa kepercayaan diri (juga nasionalisme) masyarakat
melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dana Desa

Mandiri Anggur Merah dengan ruang keterlibatan dan tanggung jawab
masyarakat yang besar menjadi salah satu pelecut daya juang demi
mengais hari depan.
Dana itu memang dirasakan masih kurang, belum dinikmati oleh
seluruh masyarakat seiring dengan beberapa hal yang menyebabkan
mandegnya pengembalian dana, namun secara umum masyarakat
sangat senang dan bangga dengan bantuan tersebut.
Bantuan tersebut telah memangkas rantai rentenir dan koperasi
harian yang mencekik leher masyarakat dengan bunga tinggi. Petani
makin bergiat mengolah hasil kebun, peternak pun tambah
bersemangat merasakan keuntungan yang diraih dari hasil penjualan
ternak Anggur Merah.
Geliat pelaku usaha di perbatasan terutama para penukar dollar dan
porter semakin berkibar dengan berbagai kemudahan cicilan dan
bunga rendah yang ditawarkan oleh Dana Anggur Merah. Ibu-ibu
rumah tangga pun tak lupa mengurai senyum bahagia saat bantuan
tersebut membantu perekonomia keluarganya. Rangkaian keceriaan
dan kebahagian karena bantuan tersebut meringankan beban
kebutuhan hidup yang semakin berat, menyiratkan raut optimisme
masyarakat perbatasan.

Apapun tantangannya dana tersebut harus tetap bergulir kepada
masyarakat lainnya agar semakin banyak masyarakat perbatasan
tertular virus optimisme. Dengan bantuan tersebut, masyarakat
diharapkan tak lagi punya waktu banyak untuk menoleh ke seberang,
melainkan terus bergelut untuk menggali potensi ekonomi lokal. Tidak
ada lagi rasa minder, yang ada cuma rasa bangga sejalan dengan
membaiknya perekonomian masyarakat. Belu pada akhirnya tetap
menjadi tanah bersama atau alinmaun yang menjanjikan.

Mengapa

Anggur Merah...?
4
9

Dukung Anggur Merah,
Arahkan APBD Ke Desa
Jules Constantin Ando, SE, MM

11

14
17

“Mereka Tidak Tahu

Manfaatnya Buat Rakyat”

Kami Usul Dua Tahun

Strategi Door To Door

32

Ala Kades Dualaus

Jangan Pernah

22

Dusun Kelis


Dari Kita,
Untuk Kita

34

Ibu-ibu Haburas
Yang Berhasil

Pembentukan Koperasi

Sistem Tendang

24 Membentuk Kelompok

Dari Dalam Rumah

26 Beban Menjadi Ringan
28


Untuk Paronisasi

Ragukan Kami

Desa Silawan

20

30

Suara Dewan

Ibu Halima Atamili

Sangat Membantu Kami

36

Program Ini
Luar Biasa


37

Tapi Manfaatnya
Masih Biasa-biasa Saja

Suara PKM
ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

3

Program Anggur Merah

Mengapa

Anggur Merah...?

Program Desa

Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.

S

udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial

masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang

4

EDISI 5 / Mei 2015

setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR

ANGGUR MERAH

(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.

Program Anggur Merah

Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”

Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya

Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),

Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

5

Program Anggur Merah

Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :

6

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

8.

Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Program Anggur Merah

Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

7

Program Anggur Merah

Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.

Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

8

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

Dukung Anggur Merah,
Arahkan APBD Ke Desa

Kami memang tidak memiliki replika program Anggur Merah, namun kami
mendukung keberhasilan program tersebut dengan mengalokasikan dana
sebesar 10% dari APBD Kabupaten Belu untuk membangun desa.

H

al ini ditegaskan oleh
Jules Constantin
Ando, SE, MM saat
ditemui tim redaksi Anggur
Merah di Kantor Bappeda
Kabupaten Belu. Kepala
Bidang Desa Tertinggal ini
menyatakan kalau tidak ada
halangan rencananya pada
tahun 2016, Pemerintah
Kabupaten Belu baru akan
mencanangkan program
replika.

Sebagai daerah dengan
jumlah Keluarga Miskin
besar di daratan Timor,
Pemerintah Daerah Belu
menaruh perhatian besar
terhadap pembangunan
daerah pedesaan.
“Sebelum Undang-Undang
mengamanatkan agar 10 %
dari APBD diarahkan ke
desa, pemerintah kabupaten
Belu merupakan satu-satunya

kabupaten di NTT yang
sudah melaksanakan hal
tersebut. Sekitar Rp. 47 miliar
lebih anggaran sudah
diarahkan untuk
meningkatkan taraf hidup
masyarakat di desa yang
berada di Kabupatn Belu”
urai pria berdarah
Manggarai Belu ini.
Dana sebanyak itu tersebar
dalam berbagai kegiatan

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

9

Fokus
dan program yang
dijalankan SKPD Teknis.
Sekitar 70% dari program
SKPD Teknis seperti
pertanian, peternakan,
Pekerjaan Umum diarahakan
untuk membangkitkan geliat
ekonomi semua desa di Belu.
“Desa-desa yang belum
menerima Anggur Merah
diberikan bantuan lain.
Sementara desa-desa yang
menerima bantuan Anggur
Merah semisal hewan ternak,
kita bantu dalam hal
pengadaan pakan ternak
dan pengobatan. Dengan
adanya pembukaan jalan
desa oleh Dinas Pekerjaan
Umum diharapkan dapat
meningkatkan mobilisasi
ekonomis masyarakat
penerima bantuan,” jelasnya
sambil sesekali
mempromosikan potensi
alam Kabupaten Belu yang
eksotis.
Terkait dengan Koperasi
Anggur Merah, alumni
Universitas Widya Mandira
Kupang ini memandang
wadah ini dengan sangat
positif.

10

EDISI 5 / Mei 2015

“Kehadiran Koperasi
Anggur Merah sangat
membantu masyarakat kecil.
Sistem ijon semakin
berkurang. Masyarakat tidak
perlu lagi menggadai padi
yang sedang menguning dan
hasil pertaniaan yang
sedang bertunas kepada
para pemilik modal di desa.
Untuk menyewa traktor dan
membeli pupuk, mereka
dapat meminjam uang
dengan bunga kecil di
koperasi,” urainya dengan
penuh semangat kepada tim
buletin Anggur Merah.
Dalam pemahamannya,
Bappeda Kabupaten
merupakan tim pengendali
program pada level
kabupaten.
“Setiap tanggal 5 dalam
bulan diadakan rapat
koordinasi dengan seluruh
PKM. Setiap pendamping
diwajibkan untuk
mempresentasikan
perkembangan program.
Berbagai permasalahan dan
solusi yang telah ditempuh
disampaikan secara terbuka
di hadapan tim Bappeda

ANGGUR MERAH

Kabupaten,” jelas Konstan.
Ditambahkannya untuk
meningkatkan kapabilitas
dan kapasitas pendamping,
mereka membuat pelatihan
dengan menampilkan
narasumber dari Yayasan
Mitra Tani Mandiri Kefa.
Materi tentang koperasi
diharapkan dapat
mempertajam kemampuan
pendamping dalam
mengolah koperasi Anggur
Merah.
Pada akhir pembicaraan,
beliau juga mengakui
adanya kepala desa dan
PKM yang telah
menyalahgunakan bantuan
tersebut. Namun Bappeda
Kabupaten Belu telah
mengambil langkah-langkah
strategis untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
“Prinsipnya dana tersebut
harus tetap bergulir karena
sangat membantu
perekonomian masyarakat
kecil” pungkasnya di akhir
pembicaraan.
(Ar/hms)

Cerita Sukses

“Mereka Tidak Tahu

Manfaatnya Buat Rakyat”

Begitulah jawaban Helia
Lopes (40), Ketua
Kelompok Melati
Atambua, menanggapi
pandangan sejumlah
pihak yang menganggap
Program Desa Mandiri
Anggur Merah gagal

D

itemui di kediamannya,
siang itu, istri bapak
Mambuti atau yang biasa
dipanggil Leopaldu, mengaku
sangat senang bisa mendapat
perhatian dari Pemerintah
Provinsi NTT.
Istri pensiunan tentara Tahun
2004 itu adalah salah satu
penerima manfaat bantuan
Desa Mandiri Anggur Merah,
dengan usaha pengolahan jahe
menjadi anggur jahe.
Dia menuturkan dengan
polosnya, bahwa tidak semua
keuntungan yang diperolehnya
dari usaha pembuatan anggur
jahe langsung digunakan
kembali sebagai modal usaha
berikutnya.
Sebagai warga baru (eks
Timor-Timur) di Desa Haekasa
(2003), dirinya memanfaatkan
keuntungan yang diperolehnya
untuk menafkahi keluarganya
juga.

Ibu Helia Lopes

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

11

Cerita Sukses

Ibu Helia Lopes menjelaskan cara membuat anggur jahe sampai pada
proses pengemasan menggunakan alat tutup botol bantuan BPMD Belu.

Kebutuhan sekolah tiga orang
anaknya terasa lebih ringan.
Dua orang anaknya sudah SMP
dan satu anak lagi masih di
bangku SD.
Usaha pembuatan anggur
jahe miliknya itu dimulai sejak
Tahun 2007. Ketika itu, mereka
berkesempatan mengikuti
pelatihan yang dibuat oleh LIPI
Subang, bekerjasama dengan
BPMD Kabupaten Belu.

pisang atau jambu mete.
Sekarang saya sudah punya
label sendiri. BPMD juga sudah
membantu kami dengan mesin
press botol” jelasnya sambil
Menunjukan label minuman
bersama press botolnya.

Berbekal ilmu yang
didapatnya tersebut, dia
memulai usahanya. Masyarakat
sekitar rumahnya adalah
pelanggan pertamanya.
Produk minuman berkemasan
botol itu laris terjual dengan
harga Rp.25.000,- per botolnya.
Dengan isi 625 mili liter setiap
botol, disebutkannya kalau dia
mengunakan jahe sebagai
bahan utamanya. Gula, air dan
asam sitrat adalah bahan
tambahan.
“Komposisi yang sama juga
bisa digunakan untuk membuat
minuman sejenis dari nanas,

12

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Untuk satu jerigen berukuran
25 liter, Ibu Helia bisa
menghasilkan 30 botol. Jika
modalnya cukup, dia bisa
meramu hingga lima Jerigen
sekali proses.
Untuk hasil yang maksimal,
dibutuhkan waktu fermentasi
selama 40 hari. Artinya dalam
waktu lebih dari sebulan bisa
diperoleh hasil penjualan
hingga Rp.3.750.000,- “Hasil itu
lebih dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup…”
ujarnya sambil tersenyum.
Untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, wanita yang
nampak bersemangat itu
menyisihkan keuntungan usaha
untuk bercocok tanam.

Contoh Anggur Jahe
kemasan botol 625 ml.
Ibu Helia Lopes
(081 237 539 631)

”Saya sewa tenaga pemudapemuda di sini untuk balik
tanah. Lalu, saya manfaatkan
pekarangan kosong itu untuk
menanam sayuran mayur. Ada
sayur sawi, toge, lombok,
terong, jagung dan beberapa
semaian kemangi” demikian
katanya sambil mengajak
redaksi melihat hasilnya.

Cerita Sukses

Ibu Helia Lopes (tengah) bersama PKM Desa Naekesa
Lani Seran,SIP (kanan) di depan penyemaian miliknya.

Walau nampak bersemangat,
wanita beranak tiga itu terlihat
sedih ketika redaksi
menanyakan anggota
kelompoknya.
Sejak awal memulai usaha
itu, kelompok mereka memiliki
16 orang anggota. Dalam
perjalanan usaha mereka,
beberapa orang menarik diri.
Bahkan ada anggota yang
sudah mencari peruntungan
lain di tanah borneo
(Kalimantan).
Dirinya selalu mengajak
anggota Kelompok Melati untuk
melunasi pinjaman. Tetapi,
mereka mengatakan kalau sisa
uang pinjaman yang digunakan
sebagai modal itu adalah
“uang lelah” mereka.

“Mendengar itu, saya hanya
bisa mengelus dada, sambil
terus sabar menjelaskan
maksud program yang saya
pahami. Tetapi saya bersyukur
karena mereka mau terbuka,
walau berpendapat seperti itu.
Ibu Lani (PKM Desa Naekesa)
juga berulangkali menjelaskan
hal yang sama.” ceritanya
dengan raut yang tidak lagi
ceria.
Tenaga Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) menurutnya
sangat aktif berkomunikasi.
“Berkat komukasi yang baik
dengan ibu Lani, saya jadi

bertambah semangat. Kadangkadang ibu datang ke rumah
dengan orang yang berniat
membeli anggur jahe kami”
terangnya tentang pendamping
pengganti Yohanes Safran, 2014
lalu itu.
“Berkat bantuan program
seperti ini, saya bisa lebih
berani mencoba usaha lain.
Maklum, gaji pensiunan seperti
bapak kecil. Untuk dipakai
pinjaman di bank juga tidak
seberapa” pungkasnya, sambil
berharap program ini terus
dilanjutkan. (Lwl/hms)

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

13

Cerita Sukses

Door To Door

Strategi Ala Kades Dualaus
“Strategi pendekatan merupakan salah satu kunci keberhasilan perguliran Dana
Program Desa Mandiri Anggur Merah”

G

erakan pemberdayaan yang diusung oleh Program Desa
Mandiri Anggur Merah rupanya masih asing. Persepsi
masyarakat terhadap bantuan dari pemerintah masih
terpaku pada pola lama yakni sebagai penerima pasif. Artinya
masyarakat memergunakan bantuan untuk peningkatan
ekonominya sendiri tanpa menuntut tanggung jawab (sosial) dari
bantuan tersebut.
Pada sisi lain, dana Program Desa Mandiri Anggur Merah
sangat mengandalkan partisipasi aktif dari masyarakat penerima,
dimana sesudah taraf ekonominya membaik, bantuan tersebut
harus dikembalikan agar dapat dialirkan kepada anggota
masyarakat lainnya.

Untuk membongkar pola pikir
lama tersebut, dibutuhkan
usaha dan kerja keras.
Pendamping dan aparat desa
merupakan ujung tombak
dalam strategi dan pendekatan
baru terhadap masyarakat
penerima bantuan DeMAM.
Hal inilah yang tergambar
dalam percakapan ringan
dengan Okto Bijalis Napen,
Kepala Desa Dualaus,
Kecamatan Kalkuluk Mesak.

Kepala Desa Dualaus, Okto Bijalis Napen (kiri) bersama PKM Desa Dualaus, Dominggus Serao Lopes da Silva

14

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses
Di teras kantor desa dan
ditemani cahaya lampu yang
meredup, kepala desa mulai
mengisahkan dana anggur
merah dengan penuh semangat.
“Anggur Merah datang
bersamaan dengan
pengangkatan dan pelantikan
saya sebagai Kepala Desa
pada pertengahan tahun 2013.
Tahun tersebut juga adalah
tahun politik berkaitan dengan
pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur”.
“Gonjang-ganjing berkaitan
dengan Dana Anggur Merah
juga simpang siur. Ada tim
sukses yang mengatakan
bahwa dana tersebut tidak perlu
dikembalikan, ada juga yang
mengatakan jika kandidat yang
diusungnya menang maka dana
tersebut akan dilipatgandakan,”
jelas Okto di tengah kegelapan
yang mulai menyelimuti.
Ia menambahkan bahwa isuisu yang berkembang saat ini,
sangat berpengaruh pada
pengembalian dana Anggur
Merah.

pihak lain, ketua kelompok juga
kurang proaktif dalam
mendatangi anggota kelompok”
jelas Okto kepada tim peliput.
Sampai dengan tahun 2015,
jumlah pengembalian dana
Anggur Merah dari kelompok
masyarakat penerima yang ada
di kas desa sekitar Rp.11 jutaan.
“Saya sudah dua kali
mengirimkan surat kepada
ketua kelompok dengan
tembusan ke seluruh anggota
kelompok. Dalam surat tersebut,
saya melampirkan peringatan
bahwa kalau mereka tidak
membayar, maka mereka akan
berhadapan dengan pihak
kepolisian dan kejaksaan.
Namun surat tersebut sama
sekali tak berpengaruh bagi
mereka,” jelas Kades kepada
tim Buletin Anggur Merah.
Rupanya masyarakat sudah
terlanjur mengingat isu yang
dihembuskan oleh tim sukses
dalam kampanye politik tahun
sebelumnya bahwa dana
tersebut adalah dana hibah
yang tidak perlu dikembalikan.

Setelah upaya tertulis
tersebut tidak mempan,
bersama PKM ia coba
mendatangi rumah anggota
kelompok satu persatu.
“Butuh waktu sekitar dua
minggu untuk menjangkau
seluruh rumah anggota
kelompok. Dalam kunjungan
tersebut, saya berkomunikasi
secara pribadi dengan mereka.
Saya menghimbau kepada
mereka agar masingi-masing
orang mencicil pengembalian
dana tersebut sebesar Rp.
50.000,- setiap bulannya
sehingga bebannya tidak
besar,” jelas Kades Okto.
Masyarakat menyambut baik
tawaran tersebut. Beberapa
bulan terakhir setelah upaya
tersebut, warga kelompok
perlahan-lahan mulai rajin
menyetor cicilan tersebut
kepada PKM yang mendatangi
mereka dari rumah ke rumah
setiap bulannya.

Dana Anggur Merah untuk
Desa Dualaus sendiri digulirkan
kepada 18 kelompok yang ratarata bergerak dalam usaha jual
beli ikan dan peternakan.
Usaha-usaha ini sudah
dikembangkan oleh masyarakat
desa Dualaus. Namun
pengembalian dana tersebut
mengalami hambatan.
“Selain itu pola
pengembalian dana lewat
kelompok juga mempersulit
pengembalian dana tersebut.
Masyarakat memilih sikap
saling menunggu dalam
mengembalikan pinjaman.
Mereka tunggu ketua kelompok
bayar atau datang tagih di
mereka, baru mereka bayar. Di

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

15

Cerita Sukses
Kades Okto menambahkan
bahwa sesungguhnya potensi
Desa Dualaus sangatlah besar
terutama di bidang perikanan
kelautan.
“Sebagai contoh, isteri saya
bersama beberapa ibu lainnya
dengan modal Rp. 250.000
mengelola usaha abon ikan.
Dalam sebulan mereka bisa
mendapatkan penghasilan
sampai Rp. 6 juta,” urainya
sedikit berpromosi.
Dijelaskannya lebih lanjut
bahwa sebenarnya Anggur
Merah yang sudah
dikembalikan seluruhnya
sebesar Rp. 27.000.000;- namun
uang Rp. 16 juta masih tertahan
di rekening salah satu anggota
kelompok yang sudah melunasi
cicilannya.
Dana tersebut tak dapat
dicairkan dan dimasukan ke
kas desa karena PKM belum
mendapat SK Penetapan
sebagai PKM.
“PKM kita yang sekarang ini
mulai bertugas pada Januari
2015, namun ia belum

16

EDISI 5 / Mei 2015

mendapatkan SK Penetapan.
Sementara ia terus menerus
memberikan laporan
pekerjaannya selama lima
bulan secara lancar. Hal ini
sudah dilaporkan kepada
Bappeda Belu dan tim dari
Propinsi. Bank tidak dapat
mencairkan dana
pengembalian kelompok karena
spesimen yang masih dipakai
Bank atas nama PKM yang
lama,” kata Kades yang
didampingi oleh PKM Desa
Dualaus.
Menurut Kades Okto, uang
Rp. 27 juta bisa berkembang
menjadi 100 juta dalam setahun
melalui pembentukan koperasi
pinjam.
“Bayangkan saja, orang yang
menjuial ikan mentah bisa
mendapat untung sampai 1
juga dari hasil penjualannya.
Namun sayang ia mendapatkan
modal dari koperasi harian
yang bunganya mencekik
leher,” jelasnya dengan sedikit
emosional karena rasa
geramnya terhadap dominasi
koperasi harian. Ia
menguraikan lebih lanjut,

ANGGUR MERAH

kehadiran PKM yang berlatar
belakang seorang Sarjana
Ekonomi semakin meneguhkan
motivasinya untuk memajukan
perekonomian desa
bermodalkan Dana Anggur
Merah.
Ditemui di tempat yang sama,
Dominggus Serao Lopes da
Silva, PKM yang bertugas sejak
Januari 2015 ini membenarkan
pernyataan Bapak Kades.
“Selama ini untuk kelancaran
operasional dan administrasi
tugas saya, Bapak Desa
memakai uang dari kantongya
sendiri. Syukurlah Bapak Kades
sangat memahami saya.
Bayangkan saja, bagaimana
saya bisa bergerak ke sana
kemari serta membuat laporan
tentang dana Anggur Merah
tanpa memperoleh gaji selama
ini,” kata alumni STIM
Handayani Denpasar.
Ia berharap agar pihak-pihak
yang terkait dapat segera
menerbitkan SK agar ia dapat
bergerak dengan leluasa lagi
dalam mengurus dana Anggur
Merah. (Ar/hms)

Cerita Sukses

Jangan Pernah

Ragukan Kami

D

emikianlah goresan hati
Feliks Barto Gama Dos
Santos, salah seorang
penukar dollar di pintu
perbatasan Indonesia-Timor
Leste, tepatnya di Motain, Desa
Silawan Kecamatan Tasifeto
Timur, Kabupaten Belu.
Bukan tanpa alasan Feliks
mewakili teman-temnnya, para
penjajah dollar, menyampaikan
pernyataan yang menggugat
tersebut.
Profesi sebagai penukar
dollar di perbatasan seringkali
dipandang sebelah mata dan
penuh resiko.
Nilai tukar rupiah terhadap
dollar atau sebaliknya yang
berubah-ubah setiap saat dapat
menciptakan kesulitan bagi
para money changer tersebut.
Kehadiran lembaga-lembaga
perbankan di daerah
perbatasan juga turut
mempengaruhi penghasilan
para penukar dollar.
Diakui oleh Feliks bahwa ia
dan teman-temannya terjun ke
pekerjaan sebagai penukar
dollar dengan modal pinjaman.
“Para penukar dollar
umumnya meminjam modal
Dari koperasi harian dengan
bunga yang tinggi. Akibatnya
keuntungan yang kami dapat
tidak seberapa karena harus
membayar bunga yang tinggi
ke pemilik modal,”jelas Feliks.

Bapak Feliks Barto Gama Dos Santos, Ketua Kelompok Melati
dengan motor Anggur Merah kebanggaannya

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

17

Cerita Sukses
Karena itu ketika pada tahun
2012, Desa Silawan mendapat
kucuran dana Desa Mandiri
Anggur Merah sebesar Rp. 250
juta, mereka sangat gembira
mendengar kabar tersebut.
Apalagi tawaran bunga dan
cicilan dana anggur merah
sangat kecil dan mudah
dijangkau oleh kalangan tak
mampu seperti dirinya.
Pada awalnya proposal
pinjaman mereka tidak
ditanggapi oleh pihak
pengelola di Bappeda
Kabupaten Belu karena
kegiatan tersebut dianggap
tidak memiliki jaminan pasti.
Hal ini juga diakui oleh
Pendamping Kelompok Mandiri
(PKM) Desa Silawan Robertus
Roni Ando, SH. Roni, begitu ia
disapa, menjelaskan bahwa ia
berkali-berkali harus bolakbalik ke Kantor Bappeda Belu
untuk meyakinkan para
pengelola Dana Anggur Merah
tentang keberadaan kelompok
penukar dollar.

Menurut pengamatan alumni
Fakultas Hukum Undana ini
usaha tukar dollar di
perbatasan sangat
menjanjikan dan
perguliran
pinjamannya sangat
cepat. Namun
penjelasan tersebut
tak mampu menepis
keraguan para
pengelola Anggur
Merah.
Bappeda tetap
bertahan pada pendirian
bahwa kelompok tersebut
tidak termasuk dalam daftar
penerima bantuan.
Setelah berdiskusi panjang
lebar dengan aparat desa dan
kelompok penukar dollar,
kemudian PKM mengganti
nama kelompok penukar dollar
dengan kelompok simpan
Pinjam. Dana Anggur Merah
Desa Silawan dicairkan pada
tahun 2012 untuk 9 kelompok
yakni 4 kelompok Simpan
Pinjam dan 5 kelompok
paronisasi sapi.
Salah satu kelompok
simpan pinjam adalah
kelompok Melati yang
diketuai oleh Feliks
Barto Gama Do Santos
dengan anggota 7
orang. Kelompok ini
mendapat suntikan
dana anggur merah
sebesar Rp. 20 juta yang
dibagi rata kepada 7
anggota kelompok.

Agustinus Halek,
Koperasi Hali Tulakadi

18

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Dengan modal dana
bantuan Anggur Merah,
Pak Feliks Barto
bersama temantemannya dalam
kelompok Melati
menjalankan usaha
tukar dolar. Usaha
mereka berkembang
dengan pesat.

Keuntungan yang mereka
dapatkan juga semakin tinggi
dibandingkan ketika mereka
menggunakan modaldari
koperasi harian dengan bunga
yang mencekik.
“Dengan mengembangkan
dana Anggur Merah, saya bisa
membeli sebuah motor baru.
Sesuatu yang sama sekali tidak
saya dibayangkan
sebelumnya,” jelasnya dengan
muka sumringah.
Dalam perkembangannya
justru dana kelompok simpan
pinjam yang sebagian besar
anggotanya bergerak dalam
kegiatan tukar dollar bergulir
dengan cepat. Sementara
kelompok paronisasi,
pengembaliannya tersendat
dan bahkan sangat macet.
Sampai dengan tahun 2015,
pengembalian dana dari
kelompok paronisasi baru
sekitar 2,5 jutaan. Alasan yang
dikemukan bermacam-macam.
Ada yang mengaku hewannya
sudah mati terkena penyakit.
Yang lain mengaku hewannya
sudah dijual dan uang hasil
jualannya dipakai untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

Cerita Sukses
Untuk lebih memberdayakan
pemanfaatan dana anggur
merah yang sudah
dikembalikan oleh kelompok
simpan pinjam sebesar Rp.
97.200.000, maka sejak Januari
2015 dibentuklah Koperasi
Simpan Pinjam Hali Tulakadi
Desa Silawan.
“Anggota koperasi pada
mulanya berjumlah 82 orang
anggota kelompok penerima
anggur merah. Mereka wajib
menyerahkan simpanan pokok
sebesar Rp. 100.000 dan
simpanan wajib sebesar Rp.
60.000;-,” jelas Agustinus Halek,
Ketua Koperasi sedikit
berbangga.
Jumlah anggota koperasi
terus bertambah. Sampai
dengan keadaan bulan Juli,
jumlah anggota koperasi
mencapi 120 orang dengan
jumlah dana koperasi sudah
mencapai Rp. 130.000.000;-.
Sesuai dengan arti nama Hali
Tulakadi yang berarti Pohon

beringin besar yang menaungi,
koperasi ini terbuka bagi setiap
warga Silawan.
Menurut Halek, para anggota
koperasi, 75 %nya bergerak
dalam usaha tukar dollar. Para
anggota koperasi tersebut
begitu lancar mengembalikan
dana tersebut, bahkan
beberapa anggota koperasi
yang bergerak dalam kegiatan
pertukaran dollar dan portir
daerah perbatasan dapat
mengembalikan dana pinjaman
dan bungannya hanya dalam
waktu 6 bulan.
Telah disepakati juga oleh
seluruh anggota koperasi dan
kepala desa bahwa anggota
kelompok Anggur Merah yang
belum mengembalikan dana
bantuan tidak diperkenankan
untuk meminjam dana koperasi
sampai ia melunasi
pinjamannya.
Agustinus Halek, ketua
koperasi yang adalah alumnus

salah satu STIE di Yogyakarta
ini bermimpi jika suatu hari
nanti koperasi anggur dapat
memberikan pinjaman kepada
seluruh masyarakat desa
Silawan sebesar Rp. 1.500.000
per orang sebagai modal usaha
dalam bidang apa saja. Karena
ia melihat bahwa potensi desa
Silawan sebagai salah satu
daerah perbatasan sangatlah
besar.
“Hanya saja masyarakat
belum mampu menata
perekonomian rumah
tanggannya dengan baik.
Mentalitas para penukar dolar
di perbatasan yang masih
sering menghabiskan
keuntungan hasil usahanya
untuk membeli minumanminuman Timor Leste yang
harganya selangit masih harus
dirubah. Selain itu kesukaan
masyarakat untuk berjudi juga
menjadi penghambat dalam
meningkatkan taraf
ekonominya,” katanya di akhir
pembicaraan. (Ar/hms)

Dari kiri ke kanan : Bapak Felik Barto, Agustinus Halek dan PKM Desa Silawan Robertus Roni Ando, saat dtemui tim
buletin di kantor desa

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

19

Cerita Sukses

Ibu-ibu Haburas
Yang Berhasil

“Bapa-bapa dong harus bangga dengan kami ibu-ibu Anggur Merah”

D

emikian ungkapan
Ibu Adriana Paulina
Leto, Bendahara
Kelompok Haburas, Desa
Kabunak, Kecamatan Tasifeto
Timur. Haburas sendiri dalam
bahasa setempat berarti
Tunas Muda. Kelompok ini
terdiri dari 10 orang Ibu
Rumah Tangga yang
memiliki keahlian menenun.

20

EDISI 5 / Mei 2015

Ketika disentil tentang
nama kelompok, Ibu Ana
menjelaskan bahwa
meskipun seluruh anggota
kelompoknya adalah kaum
ibu yang sudah berkeluarga,
namun mereka tetap mau
menjadi tunas harapan
keluarga tanpa bergantung
sepenuhnya pada hasil jerih
lelah suami.

ANGGUR MERAH

“Kami menerima dana
bantuan Anggur Merah pada
tahun 2011 sebesar Rp.10
juta. Setiap anggota
mendapat Rp. 1 juta.
Setengahnya kami pakai
untuk membeli alat tenunan,
setengahnya lagi dipakai
untuk membeli babi,” jelas
Ibu Ana kepada Tim Buletin
Anggur Merah

Cerita Sukses

Anggota kelompok lainnya
Ibu Franselin Soares
menjelaskan bahwa mereka
telah melunasi cicilan
Anggur Merah. Mereka
berharap agar dana Anggur
Merah dapat dipinjamkan
lagi.
“Babi Anggur Merah telah
saya jual untuk membeli
sapi. Sapinya sekarang
sudah beranak” katanya
dengan penuh keceriaan. Ia
menjelaskan bahwa hampir
semua anggota kelompok
Haburas sudah memiliki sapi
dari hasil menjual babi dan
tenun.
Bapak Matheus Yosep Bere
Kia, Ketua RT 06/RW 03
Dusun Warahenek yang
ditemui di tempat yang sama
menguraikan, selain
kelompok Haburas, di RT
tersebut juga ada satu lagi
kelompok penerima Anggur
Merah yang bergerak dalam
usaha ternak babi. Namun
pengembalian kelompok
tersebut berbanding terbalik
dengan kelompok Haburas.
“Dana dari kelompok babi
sudah tidak jelas.
Pengembaliannya tersendat
bahkan macet. Padahal dana
Anggur Merah masih sangat
dibutuhkan oleh warga
dusun lainnya,” kata Bapak
Matheus yang menjabat
sebagai Ketua RT sejak tahun
2009.

Suami dari Ibu Adriana
Paulina Leto ini menjelaskan
bahwa mereka masih sangat
ragu untuk membentuk
koperasi.

tim redaksi menjelaskan
bahwa koperasi Anggur
Merah sudah dibentuk tapi
belum berjalan dengan
optimal.

Menurut penuturannya,
pengalaman sebelumnya
pernah mengikutii sebuah
koperasi di dusun. Karena
pengurus tidak tau
mengelola, uang koperasi
pun raib tanpa bekas.

“Dana Anggur Merah yang
sudah masuk ke kas koperasi
sebesar Rp. 9 juta. Tapi yang
tersisa sekarang sebesar
Rp.2 juta, karena dana yang
lain sudah digulirkan lagi
oleh pengurus koperasi tanpa
sepengetahuan saya.
Masyarakat juga masih
belum semuanya mengikuti
koperasi karena mereka
tidak mau menyetor
simpanan wajib dan
simpanan pokok untuk
menjadi anggota koperasi,”
pungkasnya di akhir
percakapan. (Ar/hms)

“Karena itu saya melarang
isteri dan anggota kelompok
Haburas untuk menjadi
anggota koperasi”
pungkasnya di akhir
pembicaraan.
PKM Desa Kabuna,
Marianus Nay Key kepada

Bapak Matheus Yosep Bere Kia

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

21

Cerita Sukses

Sistem Tendang
“Kami akan berupaya untuk melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo. Dengan
begitu, kami berharap bisa menerima bantuan dana segar lagi. Jika dapat
jumlahnya lebih besar.”

D

emikian yang mereka
maksud dengan
“Sistem Tendang.”
Mengembalikan pinjaman
sebelum waktunya, agar
dapat mendapatkan
pinjaman lagi.
Begitu pula niat Joao
Tilman, salah seorang
anggota Kelompok Nusikun di
Desa Naitimu, Kecamatan
Tasifeto Barat, Kabupaten
Belu. Welaka.

Desa ini memiliki 11
kelompok dengan jumlah
anggota sebanyak 108
orang. Empat kelompok
diantaranya memilih jenis
usaha paronisasi. Tujuh
kelompok lainnya memilih
usaha Simpan Pinjam.
Semuanya disatukan
dalam wadah koperasi yang
mereka beri nama Koperasi
Simpan Pinjam

“Sebagai warga eks TimorTimur, kami merasa
mendapat perhatian dari
pemerintah. Bantuan yang
kami peroleh sebesar Rp.5
juta kami manfaatkan untuk
memelihara satu ekor sapi
jantan” ungkap Joao yang
memang sudah memiliki tiga
ekor sapi betina. Baginya
memelihara sapi tidaklah
sulit. Hal itu karena pakan
ternak yang mudah
didapatnya.

Joao Tilman bersama istrinya Yosinta Tilma, anggota Kelompok “Nusikun” di Desa Naitimu

22

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses

Ibu Yosinta Tilma bersama
sapi piaraannya

Suami dari Yosinta Tilma
itu telah memiliki tiga anak
perempuan dari pernikahan
mereka. Satu orang sudah
duduk di bangku SMA, satu
orang di bangku SMP dan
yang bungsu berada di
bangku SD.
Sebagai warga baru, dia
merasa diperhatikan
pemerintah melalui program
Desa/Kelurahan Mandiri
Anggur Merah.
Tetapi jika terus digali,
sosok bapak tiga anak itu
terlihat cukup pasrah. Dari
komentarnya, dia sangat
menggantungkan diri
kepada Tuhan, juga bantuan
pemerintah. “Kalau memang
pemerintah mau hentikan
bantuan ini, kami mau bilang
apa lagi ?” demikian
jawabnya menanggapi isu
penghentian program
Desa/Kelurahan Mandiri
Anggur Merah.

Ketika ditanya tentang
peran aparat desa dan
tenaga Pendamping
Kelompok Masyarakat (PKM)
dia pun menjawab sambil
melucu. “Mau bilang baik,
yah… mereka baik”
jawabnya sambil tersenyum
melirik Maria Natalia Mau
(PKM) yang redaksi ajak
serta.
Bertemu Bapak Joao
membuat kami sedikit
terhibur, lupa belum makan,
saat waktu menunjukan
pukul 15.05 Wita.
Sesuai kesepakatan
anggota, Koperasi ini
menetapkan simpanan pokok

sebesar Rp.100.000,-.
Simpanan wajib sebesar
Rp.60.000,- untuk setiap
anggota. Dengan total
pinjaman sebesar Rp.250 juta
yang dicairkan 14 pebruari
2014 lalu, kini mereka telah
mengembalikan pinjaman
dengan total Rp.95.586.000,-.
Jika sebelumnya mereka
hanya memiliki 11 kelompok,
saat ini mereka telah bisa
menggulirkan dana bantuan
program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah
melalui Koperasi Simpan
Pinjam Welaka untuk enam
kelompok baru. (Lwl/hms)

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

23

Cerita Sukses

Membentuk Kelompok
Dari Dalam Rumah
H

arapan ini disampaikan oleh Marius
Bere, Ketua Kelompok Kabuna
Membangun, Dusun Manubaun, Desa
Kabuna Kecamatan Kalkulu Mesa. Dusun
Manubaun sendiri terkenal sebagai dusun
sayur.
“Sebagian besar sayur-sayuran di pasar
inpres Atambua berasal dari sini. Umumnya
masyarakat dusun kami bekerja sebagai
petani,” urai Martinus kepada tim buletin
Anggur Merah di pelataran rumahnya.
Sambil menunjuk rumah tembok di samping
rumahnya yang belum sepenuhnya rampung,
ia menjelaskan bahwa itu adalah rumah anak
keduanya yang baru kembali dari Malaysia
empat tahun lalu.
“Anak saya bisa membangun rumah tersebut
dari hasil bertani sayur. Ia juga termasuk salah
satu anggota Kelompok Kabuna Membangun”
katanya dengan bangga.
Ia pun mengajak tim untuk melihat-lihat hasil
tanaman pertanian di kebunnya yang tidak
jauh dari rumahnya.
Di bawah terpaan panas terik yang
menyengat, ia bercerita bahwa dana bantuan
Program Desa Mandiri Anggur Merah yang
digulirkan pada tahun 2011, mampu
memotivasi para petani untuk bekerja.
“Para penerima bisa menambah aneka bibit
sayur-sayuran dalam jumlah banyak, membeli
pupuk yang harganya cukup tinggi. Usaha
pertanian warga juga bisa berkembang pesat,”
katanya sambil mempromosikan hamparan
tanaman pertanian masyarakat di dekat
pinggiran jalan.
Bapak Marius Bere,
Ketua Kelompok Kabuna Membangun

24

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Anggota Kelompok Kabuna Membangun
sendiri berjumlah 15 orang. “Dana tersebut
dibagi rata kepada seluruh anggota kelompok

Cerita Sukses
sebesar Rp. 1.840.000,- per
orang. Karena itu
pengembalian dana ke PKM
atau kas desa harus menjadi
tanggung jawab setiap
penerima. Ketua hanya
berperan mengingat
kananggota,” urainya kepada
tim.
Setelah mengembalikan
dana tersebut beserta
bunganya, ia pun menjadi
anggota kelompok perguliran
baru yakni Kelompok Bia Luli. Ia
juga telah melunasi cicilan
perguliran kedua ini.
Bagi Bapak Marius, dana
Anggur Merah cukup
membantunya terutama dalam
menambah modal usaha.
Dengan peningkatan hasil
pertanian, ia bisa membeli
tanah seluas setengah hektar di
pinggiran kali.

“Sebelumnya saya hanya
menyewa tanah milik orang
untuk menanam Sayur. Tapi
sekitar tiga tahun lalu saya bisa
memiliki tanah sendiri” jelasnya
sambil memetik buah peria
yang tumbuh subur di atas
lahannya.
Menurutnya, dana bantuan
Program Desa Mandiri Anggur
Merah harus tetap ada dan
bergulir, karena masih banyak
masyarakat kecil yang
membutuhkan bantuan ini.
“Hanya saja kelompok
peminjamnya biar orang-orang
dalam rumah saja. Misalnya
saya bersama anak-anak saya
membentuk satu kelompok. Biar
tidak repot tagih dan
kembalikannya” pungkas bapa
empat anak ini pada akhir
percakapan di pinggiran kali.
(Ar/hms)

Foto Bersama. Bapak Marius Bere dan tim peliput di kebun peria miliknya

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

25

Cerita Sukses

Beban Menjadi Ringan
Demikian kata Martinus Buru
Bara, Ketua Koperasi DeMAM
Bintang Laut Desa Kenebibi
saat ditemui tim redaksi di
Kantor Desa Kenebibi.
Niatan tim redaksi untuk
bertemu Ibu Kepala Desa tak
kesampaian karena pada
waktu bersamaan ibu Kades
bersama seluruh perangkat
desa terkait sedang
menjemput mahasiswa/I
Undana yang akan
melaksanakan KKN di kantor
Camat.

D a h u l u ,
s e b e l u m
a d a n y a
bantuan dana
Desa Mandiri
A n g g ur Merah, para
pakalele ikan
berjualan dengan
perasaan harap-harap
cemas. Ada perasaan
gusar jika ikan yang
laku hanya sedikit.
Apalagi kalau tidak
l a ku s a m a s e k a l i ,
galaunya minta
ampun. Hal ini
dikarenakan mereka
hanya bon ikan dari
para juragan ikan,
mereka membayar
sesudah ikan-ikan
mereka laku”

26

EDISI 5 / Mei 2015

Ditambahkan oleh
Martinus berdasarkan
penuturan para penjual ikan
keliling bahwasanya harga
ikan dengan sistem bon dan
membeli kontan agak
berbeda.
“Harga ikan untuk mereka
yang jual dulu baru bayar
lebih tinggi daripada mereka
yang bayar dulu baru jual.
Akibatnya tatkala hasil

ANGGUR MERAH

jualannya tidak cukup untuk
membayar modal, mereka
harus meminjam di koperasi
harian walaupun dengan
bunga tinggi,” jelasnya
dengan penuh semangat.
Jerih lelah mereka berkeliling
dari kampung ke kampung
untuk menjajakan ikan
terkadang tidak sebanding
dengan keuntungan yang
diperoleh.
Begitu dana bantuan Desa
Mandri Anggur Merah
datang, beban mereka
menjadi lebih ringan. Bapak
Martinus menjelaskan syarat
penerima bantuan Anggur
Merah yang harus menjadi
anggota Koperasi tidak
menjadi hambatan berarti
bagi mereka.
”Koperasi Demam Bintang
Laut dibentuk pada tanggal
8 Maret tahun 2014 dengan
jumlah anggota 126 orang.
Para anggota kelompok
wajib menyerahkan uang

Cerita Sukses
anggota sebesar Rp. 160.000, dengan
perincian simpanan pokok Rp. 100.000;dan simpanan wajib sebesar Rp 60.000;”
urainya kepada tim buletin Anggur Merah.
Dana Anggur Merah sendiri dicairkan
pada bulan Agustus 2014. Dana tersebut
digulirkan kepada 126 orang anggota
koperasi yang terbagi dalam 24 kelompok
usaha. Ada yang bergerak dalam bidang
usaha kios, meubeler, pertanian, papalele,
dan nelayan.
Menurut Bapak Martinus, para papalele
ikan begitu gembira dengan adanya
bantuan tersebut. Mereka dapat membeli
ikan secara kontan.
“Mereka tidak lagi dikejar serta dibebani
target tertentu dalam menjual ikan.
Keuntungan yang mereka peroleh juga
semakin besar. Setoran cicilan ke Koperasi
juga berjalan lancar. Sekarang ini hanya
karena keadaan cuaca yang tidak
mendukung, pengembalian sedikit
tersendat,” jelasnya sambil membuka
catatan pengembalian dana Anggur
Merah.

Robertus Roni Ando, SH., PKM Desa Kenebibi

Sampai dengan keadaan Juli 2015,
pengembalian dana tersebut sudah
mencapai Rp. 102.955.522;-. Bapak
Martinus memperkirakan pada akhir tahun
ini, target pengembalian dana Anggur
Merah sudah bisa mencapai 90% atau
bahkan 100%. (Ar/hms)

Martinus Buru Bara, Ketua Koperasi Bintang Laut

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

27

Suara PKM

Seluruh PKM

Ada Informasi
Yang Terputus

28

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Ada informasi yang terputus. Kami
merasa terhambat oleh PKM
sebelumnya. Sebagai PKM pengganti,
kami harus berupaya sendiri
mengumpulkan kembali anggota
kelompok. Itulah kendala kami. Untuk
menggerakan masyarakat memang
sulit. Tetapi kami akan terus berupaya.
Pastinya, Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah ini sangat
membantu masyarakat. Sebagai PKM,
kami juga merasakan manfaatnya.
Jika ada yang mengusulkan
penghentian program ini, kami tidak
sependapat.

Suara PKM

Yusta Un Nana,S.KM
Memang benar saya sudah dipanggil anak rumah oleh
Mama dan Bapak Markus Fouk. Berada bersama
anggota kelompok di sini, saya jadi betah. Kerinduan
untuk kembali ke Kupang, bisa terobati dengan
kesibukan saya mendampingi anggota kelompok.

Emelia Seran, S.IP
Saudara-saudara warga baru memiliki pemahaman
yang berbeda. Beberapa orang anggota Koperasi kami
(KSP Haliburas) memang telah menarik diri. Tetapi, ada
juga yang kembali masuk mendaftar karena pernah
merasakan manfaat sebagai anggota koperasi.

ANGGUR MERAH

EDISI 5 / Mei 2015

29

Suara Dewan

Anselmus Talo,SE (Demokrat)
Program Desa Mandiri Anggur
Merah sejauh pantauan saya,
“tataran perencanaan sangat
bagus untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun
pada tataran implementasinya di
lapangan masih kurang bagus.”
Memang harus diakui dengan jujur, terdapat
beberapa pokmas di desa dengan usaha
pertanian dan peternakan cukup bagus dan
dananya sudah digulirkan. Namun
keberhasilan ini belum dicapai semua
pokmas di berbagai desa penerima
Program Desa Mandiri Anggur Merah.
Masih ada pokmas di desa-desa yang tidak
bagus.
Anggota DPRD Provinsi NTT tiga periode ini kemudian menandaskan, implementasi yang
kurang bagus di lapangan disebabkan oleh dua soal yakni:
1) sosialisasi mengenai Program Desa Mandiri Anggur Merah yang masih kurang baik
intensitas kegiatan sosialisasi serta materi sosialisasinya,
2) penentuan pendamping tidak selektif dan kurang dipersiapkan secara baik sebelum terjun
ke lapangan sebagai pendamping.
Lebih lanjut, Ansel Talo menjelaskan, akibatnya terjadi dampak yang seturut pantauan
kami di lapangan berkisar pada dua hal yakni, pertama, terjadinya mis-persepsi soal
mekanisme pengelolaan dana Program Desa Mandiri Anggur Merah.
Bagi masyarakat di desa, dana dari Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakjan
dana hibah bukan dana bergulir. Persepsi ini keliru namun mengakibatkan dana Program
Desa Mandiri Anggur Merah tidak dikembalikan, disalahgunakan dan akhirnya tidak bisa
digulirkan; kedua, pendamping tidak dipersiapkan secara baik. Akibatnya, sarjana sebagai
PKM tidak dibekali dengan berbagai ketrampilan managerial dan teknis, sehingga peran
pendampingan tidak maksimal.
Selain berpendapat soal sosialisasi dan peran PKM, wakil Rakyat dari Partai Demokrat
yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT ini juga menyentil soal
pendirian Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah. Menurutnya, koperasi didirikan atas dasar
kesadaran anggota. Kesadaran ini memupuk militansi anggota dalam hidup berkoperasi.
Proses ini terbalik bila dikaitkan dengan Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah. Ada
intervensi program dalam pendirian koperasi. Harusnya dipisahkan. Jangan digabung.
Setelah koperasinya berjalan, pemerintah memberi pembinaan dan suntikan modal sebagai
rangsangan,” pungkas Ansel Talo mengakhiri wawancaranya. (VM/hms)

30

EDISI 5 / Mei 2015

ANGGUR MERAH

Suara Dewan

Program Desa
Mandiri Anggur
Merah yang digagas
Gubernur dan wakil
Gubernur pada
dasarnya baik sekali,
diapresiasi dan
mendapat respons
masyarakat yang
sangat baik di
kampung-kampung
dan desa.

Alfridus Bria Seran,ST (Golkar)
Saat kami melakukan kunjungan kerja, reses atau kunjungan komisi, ketika ditanya soal
Program Desa Mandiri Anggur Merah, masyarakat dengan antusias mengatakan sangat
senang