Anggur Merah AM 10 eNDe

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH
Ada Jalan Keluar

Buat Kami
9

Koperasi atau BUMdes ?

14

“Merpati” Yang Cuek

26

Saya Mau Ketemu Langsung

Bapak Frans Lebu Raya

Dari Redaksi

Jalan Keluar

ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi

Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)

PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)

Pembaca yang bijak,
Bukan rahasia lagi, jika angka kemiskinan penduduk NTT telah
menunjukkan trend penurunan. Untuk kurun waktu tahun 2010 hingga tahun
2014 saja, penurunan angka penduduk miskin itu tercatat sebesar 3,43%.
Untuk Tahun 2010, angkanya tercatat sebesar 23.03%, menjadi 19,60% pada
tahun 2014. Penurunan jumlah penduduk miskin terbesar, terjadi di desa

dengan angka 21,78 %. Penduduk perkotaan mengalami sedikit pergeseran
angka, sebesar 10,68% saja. Angka positif itu, diikuti lagi dengan
Pertumbuhan Ekonomi NTT pada Tahun 2014 sebesar 5,04%, melampui
Pertumbuhan Ekonomi Nasional yaitu 5,02 %.
Bagaimana kita memaknai semua angka di atas itu? Debatable, bisa saja
iya. Itu bukan wilayah kami untuk menilainya. Pastinya, rilis angka-angka itu
menjadi rujukan semua kita. Informasi kuantitatif yang terbatas itu, perlu
untuk ditelusuri lebih jauh.
Pembaca yang arif,
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah sudah memberi warna
untuk pekerjan rumah kita itu. Peningkatan produktvitas, geliat sektor
pertanian, berpacunya aneka usaha ekonomi produktif, bisa dilihat pada
desa/kelurahan penerima manfaat. Inilah bentuk nyata revolusi mental
pemerintah. Kebijakan anggaran yang cukup besar diperuntukan
mendukung usaha ekonomi rakyat.
Pemberdayaan adalah jalan keluar itu. Hasil liputan edisi Oktober kali ini,
akan kita jumpai juga cerita miris pengelolaan program. Tetapi, masyarakat
sudah harus memulainya. Masyarakat desa berhak untuk salah. Mereka
juga berhak untuk keliru. Tentu bukanlah pembenaran untuk mekanisme
pengelolaan keuangan kita yang sangat teknokratis, prosedural itu.

Pembaca yang setia,
Pemberdayaan adalah pendekatan yang tepat untuk masyarakat kita.
Telah lama, mereka didikte. Telah panjang pula waktu mereka mengamini
semua buah pikir yang kita drop atas nama pembangunan masarakat desa.
Saatnya kini, mereka kita libatkan. Biarkan mereka merencanakan,
melaksanakan, mengorganisir diri hingga mengevaluasinya. Jangan
lingkari diri kita dengan kecemasan akan ketidakmampuan mereka. Beri
mereka ruang untuk merasakan nikmatnya kreasi mandiri membangun diri.
Bukankah tidak ada upaya yang namanya gagal, bila aktifitas itu
memberikan mereka pengalaman eksotis menatap masa depan?
Kita boleh cemas melihat masyarakat desa bergelut dengan dana ini. Kita
harus terus melangkah, karena kita telah melangkah. Semua temuan
Kelemahan program, menjadi pekerjaan lanjutan kita. Janganlah serta
merta kita mengambil langkah ekstrem, seperti menghentikan program
yang mungkin menggerus rasa percaya diri warga di desa.
Batasi peran kita. Sinergi bersama, hanya akan mungkin jika semuanya
kuat. Pemerintah yang kuat, privat yang kuat, juga society yang berdaya.
Mari benahi bersama, demi NTT yang berdaya saing…

Pemimpin Redaksi


Viktor Manek, S.Sos, M.Si

Mengapa

Anggur Merah...?
4
9

Koperasi atau
BUMdes ?
Kepala Desa Tenda

11 Jangan

Waliwoe
Kepala Desa Turunalu

Pjs. Desa Ndito


14 “Merpati” Yang Cuek
17

Tingginya
Rasa Malu
Rosadalima Kainiu, Desa Tenda

20

Herman Y. Sawa

Saya Mau Ketemu Langsung

Bapak Frans Lebu Raya

26

Tidak
Sawe Dolokaina
30


Niaro, Ngero
33

Desa watu sipi

Parade Foto

22 Menenun Harapan

Desa Nualise

35

Di Bheramari

Kepala Desa Nualise

Sinergi
Dengan Koperasi

Fransiskus Sio

Rambu Adriana

Koperasi Anggur Merah Sinar Detu Tema

24 Berjodoh Dengan

Anggur Merah

38

Suara PKM
ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

3

Program Anggur Merah


Mengapa

Anggur Merah...?

Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.

setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan

birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.

S

udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang

4

EDISI 10 / Oktober 2015

El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR

ANGGUR MERAH

(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.

Program Anggur Merah

Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”

Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya

Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),

Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

5

Program Anggur Merah

Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :

6

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

8.

Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH

Program Anggur Merah

Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

7

Program Anggur Merah

Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.

Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

8

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

Koperasi atau BUMdes ?
“Masyarakat kami dibingungkan dengan kehadiran Badan Usaha Milik Desa
(BUMdes). Sesuai amanat Undang-undang Desa, lembaga ini harus dibentuk.
Tetapi kami, bersama masyarakat melihatnya tidak perlu lagi,
karena sudah ada koperasi.”

D

emikian pendapat
Romualdus Woge (49),
Kepala Desa Tenda
saat kami temui malam itu,
Selasa (17/11) di Hotel Dwi
Putra. Redaksi berkesempatan
menjumpainya, di sela-sela
kegiatan Bimbingan Teknis
Pengembangan Kapasitas
Aparatur Desa bagi
perangkat desa dan
kecamatan. Badan
Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintah
Desa (BPMPD) Provinsi NTT
disebut sebagai penyelenggara
kegiatan ini.

“Kalau boleh saran, berikan
pilihan. Bagi desa yang sudah
memiliki koperasi jalan dulu.
Terutama, bagi desa penerima
Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah, yang
sudah memilki koperasi. Bagi
desa yang belum memiliki
koperasi yah, tidak apa-apa...
Jadi, sebaiknya BUMdes bagi
desa yang belum memilki
koperasi saja.” Demikian
tambah kepala desa yang
sudah menjabat sejak Tahun
2010 itu.
Pendapat lelaki yang selalu
tersenyum ramah itu, mendapat
dukungan dari Dominggus
Longga (50) dan Muhamad
Zainudi (49). Mereka adalah
Sekretaris Desa Tenda yang
mulai menjabat pada Tahun
1998 dan Kepala Seksi
PMD Kecamatan Wolojita,
yang mulai menduduki
jabatannya di Tahun
2011.
Ketiganya menjadi
informan awal kami,
sebelum memasuki
desa mereka, di hari ke
tiga peliputan.
Menurut mereka,
kehadiran beberapa
program telah
mengarah kepada
pembentukan koperasi
di desa.

Romualdus Woge,
Kepala Desa Tenda.

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

9

Fokus
Wawancara malam itu,
menyadarkan kami akan
pentingnya sosialisasi yang
lebih luas. Ketentuan teknis
tentang desa dan
pelaksanaannya mesti menjadi
perhatian yang serius. Tekad
Pemerintah Provinsi NTT untuk
menjadi Provinsi Koperasi, tentu
harus juga didukung.
Kami menyarankan, agar
topik tersebut diangkat dalam
forum Bimbingan Teknis yang
direncanakan berlangsung dari
Hari Senin (16/11) hingga Jum'at
(20/11) itu. Informasinya, hadir
lebih dari 100 orang pada
gelombang pertama kegiatan
itu.
Dominggus Longga,
Sekretaris Desa Tenda

Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah bahkan
secara tegas telah
mempersyaratkannya.

. Pesertanya berasal dari
perwakilan aparat Desa dan
Kecamatan Ende, Kecamatan
Nangapanda dan Kecamatan
Wolojita. 18 Kecamatan lainnya,
diatur pada gelombang berikut.
(Lwl/hms)

Mereka juga mengakui telah
merasakan manfaat nyata dari
koperasi itu. Karenanya, mereka
menilai sudah tepat, kalau
koperasi hadir di desa sebagai
lembaga keuangan atau badan
usaha yang dimiliki
masyarakat. Bukan milik
perangkat desa saja.
“Memang kami akui, kami
belum mempelajari BUMdes ini
secara lengkap. Tetapi kami
melihat ada penjelasan yang
berbeda dari SKPD teknis.
Orang koperasi bilang, koperasi
harus jalan terus. Orang BPMPD
menyebut semua unit usaha di
desa, harus masuk dalam
wadah BUMdes. Tidak bentuk
koperasi juga tidak apa-apa”
kurang lebih seperti itu jelas
Dominggus dan Muhamad
melanjutkan.

10

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH

Muhamad Zainudi,
Kepala Seksi PMD Kecamatan Wolojita

Fokus

Jangan Waliwoe
“Saya tegaskan, babi, kambing boleh Mati. Anggur Merah tidak boleh mati!
Karena itu, Ketua Koperasi jangan Waliwoe (gunakan sembarang).
Mari kita saling jaga. Saya jaga kamu, kamu jaga saya.
Supaya desa kita maju”

P

enegasan di atas
disampaikan oleh
Ambros Naja, Kepala
Desa Turunalu, siang itu Rabu
(18/11). Hadir bersama mereka,
Shinta tenaga PKM, empat
kepala dusun, Sekretaris Desa
Turunalu, pengurus kelompok
dan beberapa anggota
penerima manfaat. Mereka
serius mendengarkan
penegasan kepala desanya itu.

bersama atasi persoalan
kemacetan pengembalian yang
ada. Kasihan tenaga PKM,
harus jalan sendiri untuk tagih
dari rumah ke rumah” tambah
Ambros.

Pagi hari itu, Tim 3 memulai
tugas peliputan dengan
menyusuri jalan trans yang
menghubungkan Kabupaten
Ende dan Maumere, untuk
sampai ke Desa Turunalu.

Desa ini memilki 4 dusun, 4
RW dan 8 RT. Masing-masing
kepala dusun bertindak selaku
Ketua Kelompok. Ada Dusun
Wolonenu, Nuanaga, Ratekako
dan Raga.
“Lewat perjuanganperjuangan bersama, desa kita
bisa dapat program ini. Saya
sendiri, harus sampai ke
Kupang, untuk ketemu Bapak
Gubernur. Akhirnya, uang
Rp.250 juta itu bisa datang juga
ke desa kita. Pengurus harus
jujur dan tetap jaga
kepercayaan. Mari, kita

Ambros Naja, Kepala Desa Turunalu

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

11

Fokus
Bernadus dan Emilia dengan
pesan-pesan menguatkan.

Bernadus Pemba bersama usaha perkiosannya

Kami harus bergegas, karena
sedang dilakukan pengerjaan
jalan. Informasinya, akan ada
buka tutup jalan yang kami
lintasi pada jam-jam tertentu.
Sebelum jam 07.30 kami sudah
melewati dua titik proyek
pekerjaan jalan raya itu.
Kami sempat melewati
tikungan jalan menuju desa
tujuan kami itu. Persisnya ada
jalan rabat, sebelah Kantor
Desa Roa. Kami harus memutar
balik arah, setelah bertanya
pada warga sekitar. Maklum,
belum pernah ke sana.
Setelah Desa Roa, kami
melewati beberapa ruas rabat
dan kali dalam Wilayah Desa
Rateroru. Akhirnya, sampai juga
di Kantor Desa Turunalu.
Shinta, tenaga PKM desa itu
sudah stand bye. “Kepala Desa
belum datang pak, lagi mandi.
Tapi, saya sudah kontak mereka
semua. Mereka pasti datang.
Sedikit lagi pak” begitu kata
Shinta.
Supaya tidak membuang
waktu, kami datangi saja
beberapa rumah anggota
penerima program. Bernadus
Pemba (48) dan Emiliana Rima
berhasil kami temui. Bernadus
adalah salah-satu anggota
Kelompok Matahari. Ia memilih
usaha perkiosan. Besar

12

EDISI 10 / Oktober 2015

pinjamannya adalah Rp.12 juta.
Sedangkan Emiliana Rima
memilih usaha budidaya jahe.
Ia meminjam Rp.2 juta, dengan
lahan seluas kurang lebih 0,5
hektar. Mereka berdua belum
pernah mencicil.
“Sebenarnya kelalaian dari
diri saya sendiri. Kalau dari
awal saya cicil, pasti sekarag
sudah beres. Waktu itu, uang
yang saya pinjam saya pakai
untuk menambah barangbarang kios. Tetapi jujur saja
pak. Lebih banyak saya pakai
buat rumah” demikian ungkap
Bernadus yang mulai meminjam
di Bulan Oktober 2013 lalu.
“Panas begini, jahe kami
tidak hidup pak. Kami akan
tetap usaha supaya lunasi
pinjaman itu. Tetapi untung
pak mereka datang begini,
sebaiknya pak mereka
sampaikan juga dari rumah
ke rumah. Kalau kami yang
omong, nanti tidak baik lagi.
Dari yang tadinya baik, bisa
jadi tidak baik lagi” tambah
Emiliana sambil
menggendong anaknya.
Beberapa saat kemudian,
PKM menginformasikan
bahwa Kepala Desa
bersama beberapa orang
telah ada di Kantor Desa.
Kami segera meninggalkan

ANGGUR MERAH

Rupanya benar telah
menunggu Ambros Naja sang
Kepala Desa, Valentinus Sundu
Sekretaris Desa, Fransiskus Turu
Kaur Pemerintahan, Donatus
Male anggota Kelompok
Matahari, Nikolau Nama Kepala
Dusun Roga, Laurensius Lawa
Kelomok Saate juga beberapa
anggota masyarakat lainnya.
Hari itu mereka memang
mengagendakan pertemuan
rutin desa. Karena informasi
kedatangan kami sudah mereka
ketahui juga, kami
dipersilahkan memulainya
terlebih dahulu. Mereka tahu
kami harus mengunjungi
beberap desal lainnya. Hari itu,
kami tergetkan setidaknya tiga
desa lagi harus bisa dikunjungi.
“Jumlah pengembalian saat
ini adalah sebesar Rp.88 juta.
Kami memang mengalami
kendala pada bulan-bulan
tertentu. Misalnya saja
kelompok jahe. Dari 12 orang
peminjam, baru 1 kali mencicil.
Kesepakatannya, cicilan mulai
pada bulan ke enam. Dua tahun
panen sekali. Tetapi kami

Donatus Male,
Anggota Kelompok Matahari.

Fokus
tetap dorong pengembalian,
tidak menunggu hasil panen
saja. Jadi sebenarnya tidak
dapat dibilang macet juga”
begitu keterangan awal
Valentinus Sundu, Sekretaris
Desa Turunalu.
“Setiap bulan kami adakan
pertemuan rutin seperti ini
dengan pengurus. Waktunya
tidak tentu. Biasanya, kami
lakukan rapat itu menjelang
Rapat Koordinasi di Kecamatan.
Saat itu kami juga membahas
perkembangan program ini”
demikian tambah PNS yang
sudah diangkat menjadi PNS
pada Tahun 2009. Sebelumnya,
Valentinus telah bekerja di desa
itu sejak Tahun 2004.
Desa dengan jarak +26 Km
dari Ende ini memiliki sembilan
kelompok, dengan jenis usaha
bervariasi. Ada usaha papalele,
Ayam kapung, ayam pedaging,
Ternak kambing, babi dan
penjualan tanaman komoditi.
Komoditi terbanyak desa itu
berturut-turut kopi, kakau,
cengkeh, jahe dan mete.
Keterangan lain juga
disampaikan mereka yang
hadir. “Kami sepakat seperti
yang dikatakan Bapa Desa.
Babi boleh mati, uang Anggur
Merah tidak boleh mati. Tetap
jalankan...” demikian tambah
Fransiskus Turu (34). Dia juga
menjadi salah-satu dari sepuluh
anggota kelompok Sama
Wonga.
Memilih usaha babi, mereka
mendapatkan bantuan sebesar
Rp.30 juta. Masing-masing
anggota mendapatkan dana
sebesar Rp.3 Juta. Saat ini
mereka telah melakukan
pengembalian dengan total
Rp.11 juta. Setiap bulannya
harus dicicil besaran pokok dan
bungan senilai Rp.380.000,untuk setiap orang anggota.

Ambros Naja,
Kepala Desa Turunalu

Laurensius Lawa

Dari Kelompok Matahari,
Donatus Male ditunjuk mewakili
kelompoknya bercerita. Meraka
adalah kelompok yang memilih
usaha perkiosan.
“Kendala kami karena
pemasukan tidak tentu. Desa ini
sudah memilki banyak kios. Ada
lima kios sast ini” jelas Donatus.
Meskipun demikian, disebut
juga Nikolaus Nama yang
hampir selesai mengembalikan
pinjaman. Ia meminjam Rp.2
juta, sisa pengembalian kurang
dari Rp.300 ribu. Donatus
sendiri meminjam Rp.5 juta.
Telah dilakukan pengembalian

Rp.2,5 juta. Kelompok Saate
yang mengusahakan ternak
kambing, memiliki anggota
sebanyak sembilan orang yang
masing-masing anggota
kelompok mendapatkan modal
Rp.3 juta.
Meskipun kambing mereka
belum dijual, mereka menutupi
cicilan dari hasil keuntungan
menjual komoditi. Hal itu diakui
Laurensius Lawa (65) . Pria
beranak tiga itu memilki
sepuluh pohon kemiri. Saat ini
kemiri bisa dijual dengan harga
mencapai Rp.160 ribu per
kilogram. (LWL/hms)

(Dari kiri ke kanan) Valentinus Sundu Sekretaris Desa Turunalu,
Fransiskus Turu Kaur Pemerintahan, Shinta tenaga PKM.

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

13

Fokus

“Merpati” Yang Cuek
“Tidak ada istimewanya Desa Ndito ini. Koperasi di sini saya istilahkan
Koperasi Merpati. Kalau kasi makan mereka turun, setelah itu mereka
naik pohon lagi. Panggil-panggil juga mereka tidak turun lagi.
Masyarakat desa ini juga begitu, waktu pijam mereka datang semua”
Tim Pengendali dari
Kecamatan saja tidak mau
turun ke desa. Makanya
saya juga malas ikut rapat di
kecamatan” begitu keluhan
Dominikus Wawo,SH, si PKM di
hadapan Martinus Too, Pejabat
Sementara (Pjs) Kepala Desa
Ndito, Kecamatan Detusoko.
“Dalam minggu ini saya akan
keluarkan surat pelunasan
pinjaman, kepada seluruh
anggota koperasi. Kami akan
ambil tindakan tegas, bila perlu
sampai penyitaan aset,
walaupun tidak ada perjanjian
sita barang. Bersama Aparat
Desa, Babinsa dan Polsek, saya
akan minta turun sama-sama.
Pengembalian masih sangat
rendah belum mencapai 50%.
Padahal sudah lebih dari
setahun sejak pencairan dana”
lanjutnya sedikit kecewa.

Mencoba ingin mengetahui
lebih jauh persoalan yang ada
di desa yang terletak di atas
bukit itu, kami berbincangbincang juga dengan sang Pjs.
Kepala Desa itu.

Setelah melakukan
penggalian yang lebih dalam,
akhirnya kami mengerti juga.
Lewat wawancara mendalam
bersama mereka, barulah kami
sadari penyebabnya.

“Kami berterima kasih
dengan adanya program
Anggur Merah ini. Masyarakat
di sini mengusahakan Sri Tani
Usaha yaitu pertanian, ternak
dan kios” komentar Penjabat
yang bukan PNS itu dengan
santai, sambil menghisap
rokoknya. Ia tidak terlihat
terganggu dengan komentar
pendamping di atas.

Ternyata sang Pejabat
Sementara itu ikut juga
meminjam. Pengembaliannya
belum ada sama sekali. Ia
meminjam Rp.3,3 juta untuk
usaha ternak babi. Jatuh tempo
pengembalian harusnya pada
Bulan April 2015 lalu.

Pjs. Kepala Desa itu memberi
kesan kurang ramah sejak awal.
Pengurus koperasi yang hadir
pun, demikian.
Ada apa gerangan?

“Nanti saya bersama PKM,
turun langsung dari ke rumah
warga untuk tagih” kata Bapak
Pjs. yang mengenakan seragam
dinas kaki itu. Seperti membuka
aib sendiri. Penjabat Kades itu
mengeluarkan pernyataan yang
bertentangan dengan kondisi
yang terjadi.

Tim Peliput (kiri) sedang berbincang dengan Bapak Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Ndito dan PKM (kanan)

14

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH

Fokus
Mulai dari tanaman kakao,
cengkeh hingga aneka tanaman
holtikultura lainnya seperti
pisang dan sayur-sayuran.
Informasi yang kami dapat,
biasanya cengkeh dipanen
pada Bulan Agustus.
Untuk diketahui, desa ini
memiliki sebuah koperasi.
Koperasi itu diberi nama
Koperasi Lele Tola. Dalam
terjemahan bahasa setempat,
artinya kurang lebih adalah
beringin menolak sial. Koperasi
ini beranggotakan 76 orang.
Setiap anggota diberikan
pinjaman dengan besaran
yang berbeda, mulai dari Rp.3,3
juta hingga Rp.4,5 juta per
orangnya.
Martinus Too, Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Ndito

Harusnya, dia sendiri menjadi
contoh yang baik.
Menyelesaikan pinjamannya,
agar bisa diguguh anggota
koperasi lainnya. Faktanya, ia
malah mengacuhkan tujuan dan
manfaat dari program ini.
Berbagai alasan
dikemukakan ketika ditanya
tentang hasil usahanya. Terlihat
berputar-putar, dia menjawab
soal keuntungan dan alasan
belum dikembalikannya cicilan.

Mulai dari ternak yang mati,
musim yang tidak mendukung,
sampai harga jual komoditi
yang rendah. Beberapa
pengurus koperasi yang hadir
juga pasif, ternyata mereka juga
adalah penerima dana
pemberdayaan itu. Padahal,
jika kami lihat lebih dekat,
banyak sekali komoditi yang
cukup menjanjikan.
Hampir semua warga desa itu
memilki jenis tanaman komoditi.

Desa ini memilki 4 dusun yaitu
Dusun Ndito, Dusun Ndito II,
Dusun Puuboro dan Dusun
Weru. Pencairan awal dilakukan
pada Bulan Juni 2014. Hingga
saat kunjungan kami, koperasi
mereka belum melakukan Rapat
Akhir Tahun (RAT). Posisi kas
dilaporkan senilai Rp.71 juta.
Total pengembalian anggota
koperasi adalah sebesar Rp.59
juta.
Sesuai kesepakatan awal
pembentukannya, koperasi ini
mengenakan Simpanan Pokok
sebesar Rp.50 ribu. Simpanan

Pengurus dan Anggota Koperasi Lele Tola yang hadir

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

15

Fokus
Wajib sebesar Rp.20 ribu tiap
bulannya. Bunga Pinjaman
ditetapkan sebesar 1%. Besaran
Simpanan Sukarela adalah
sebesar 15% sebagai jaminan.
PKM yang biasa disapa Doni
itu adalah tenaga pendamping
yang bertugas mendampingi
tiga desa. Tiga desa tersebut
adalah Desa Ndua Ria di
Kecamatan Kelimutu, Desa
Tanjung di Kecamatan Ende
Selatan dan Desa Ndito sendiri
di Kecamatan Detusoko itu.
Berbagai keluhan dan
persoalan dikeluhkan
pendamping, yang
menyelesaikan kuliahnya di
Universitas Balikpapan pada
Tahun 2009 itu. Saat kami
mengonfirmasikan soal Rapat
Akhir Tahun (RAT) yang belum
terlaksana, bapak dua anak itu
menjelaskan kesulitannya.

karena ada yang menggunakan
Undang-Undang lama, ada
yang menggunakan ketentuan
Undang-Undang terbaru.
Berbekal Neraca sederhana
dan beberapa Buku Kas, dia
berusaha memberikan informasi
yang kami butuhkan.
“Untung saya sempat ikut
pelatihan di Kupang. Kami
sempat magang di salah satu
Puskud. Kami diberikan
penjelasan dan beberapa
contoh pembukuan serta neraca
keuangan. Contoh itu yang saya
pakai, karena saya cukup
mengerti” kata pria beranak
dua itu menambahkan.
Dari penjelasan dan informasi
yang diberikan, memang sudah
ada pelatihan oleh Dinas
Koperasi Kabupaten Ende.

Siang itu kami berkumpul di
Kantor Desa Ndito bersama
PKM, Pjs. Kepala Desa dan
beberapa anggota serta
pengurus Koperasi Lele Tola.
Terlihat sekilas, ada rasa tidak
nyaman ketika menyambut kami
siang itu.
Benar-benar seperti kata PKM
itu. Bagai burung merpati,
mereka berkumpul dan makan
ketika makanan dihamburkan.
Mereka terbang kembali entah
kemana setelah kenyang.
Ada juga wora (guyonan)
dalam behasa ende tentang
Merpati. Merpati diplesetkan
menjadi Mara-Mara - Pati.
Kurang lebih artinya adalah
duduk-duduk, Kasi (Uang).
Defenisi ini kami dapatkan di
desa lain, saat bersendagurau
dengan masyarakat. (LWL/hms)

“Kesulitan terbesar yang
dihadapi adalah membuat
laporan keuangan hingga
neraca. Hal yang berhubungan
dengan administrasi keuangan
merupakan hal yang awam
bagi saya” kata Sarjana Hukum
itu.
“Jujur saja, hampir seluruh
PKM di Kabupaten Ende belum
membuat laporan keuangan
karena tidak mengetahui
caranya. Memang kami sudah
diberikan beberapa pelatihan,
tetapi belum menjawab
kebutuhan kami dalam
pendampingan program ini.
Mohon Pemerintah Provinsi
dapat memberikan solusinya.
Kalau bisa kasi kami Juknis
yang sama, supaya seragam”
katanya berharap.
Doni kemudian menceritakan
setidaknya tiga kali telah
mengikuti pelatihan koperasi,
tetapi penyampaiannya
berbeda-beda. Membingungkan

16

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH

Dominikus Wawo,SH, PKM Desa Ndito

Cerita Sukses

Tingginya Rasa Malu
“Masyarakat di sini memiliki rasa malu yang tinggi.
Mereka akan sangat malu kalau dikunjungi dan belum menyelesaikan
kewajiban mereka. Karena itu, pengembalian anggota koperasi
di desa kami bagus. Setiap bulan lancar.”

D

emikian keterangan
Rosadalima Kainiu (45),
Kepala Urusan
Pemerintahan Desa Tenda,
Kecamatan Wolojita.
Menurutnya, keberhasilan
koperasi di Desa Tenda
tergantung kepada keaktifan
pengurus koperasi.
“Anggota koperasi kami
memiliki kesibukan yang cukup
tinggi. Umumnya mereka sibuk
kerja. Untung, pegurus koperasi
aktif sekali. Hal lainnya adalah
keseriusan tim verifikasi. Tim ini
betul-betul turun, melihat jenis
usaha dan membandingkannya
dengan besaran usulan. Tiap
tiga bulan juga dilakukan rapat
evaluasi bersama pengurus.
Jadi, pengembalian tidak
mandek” begitu kata ibu
beranak tiga itu, membuka
rahasia sukses Koperasi Serba
Usaha (KSU) Tenda Karya.
Wanita yang bertugas sejak
Tahun 2000 itu pun memberikan
penilaian positif tentang
Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah.
“Program ini bagus sekali...
Bunganya ringan” demikian
penilainnya. Lebih lanjut
ditambahakan Kristo Hironimus
Poa Aga (38), Kepala Urusan
Pembangunan Desa Tenda.
“Kami berterima-kasih
mendapatkan batuan
perumahan P2LDT, dari
Pemerintah Provinsi NTT.

Rosadalima Kainiu, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Tenda

Masyarkat juga bersyukur
karena tidak kena potongan
pajak. Dari bantuan lima buah
rumah, Dusun A mendapatkan
dua buah rumah. Dusun B,
Dusun C dan Dusun D masingmasing satu buah rumah”
demikian tambah pria yang
memiliki dua orang anak itu.
Desa ini adalah salah-satu
desa penerima bantuan
program di tahun 2013. Saat itu,
mereka masih berbentuk
kelompok kerja (pokja). Pada

Tahun 2015, tepatnya di Bulan
Februari dibentuklah koperasi.
Upaya ini tidak lepas dari kerja
keras Petra (34), sang tenaga
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM).
Ia mulai bertugas di Bulan
Januari 2015. Sebelumnya,
perguliran dana ini sempat
macet di tangan Paul Lino,
tenaga PKM sebelumnya.
Diinformasikan kalau Paul
sempat bertugas selama tiga
bulan saja di situ.

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

17

Cerita Sukses
Saat ini, KSU Tenda Karya
memilki asset senilai
Rp.399.672.000,- Posisi kas
koperasi di tanggal 16 Oktober
2015 adalah sebesar
Rp.36.979.992,- Informasi ini
bisa dilihat pada Buku Kas
Umum, Buku Setoran dan Buku
Pinjaman.
Sisa kas saldo itu dapat kami
konfirmasi dari buku rekening
koperasi di Bank NTT Cabang
Ende, dengan nomor rekening
004 02.07.006166-8. Jumlah
uang setoran yang sedang
dipegang bendahara ketika itu
berjumlah Rp.5.440.000,Koperasi ini mengenakan
bunga 1 % bagi anggotanya.
Simpanan pokok diberlakukan
di awal keanggotan dengan
nilai Rp.100.000,- Simpanan
wajib disepakati sebesar
Rp.1.000,- setiap bulannya.
Sedangkan simpanan sukarela
disesuikan dengan keiklasan
anggota.
“Biasanya dari uang-uang
sisa (kelebihan setoran) pak.
Tergantung keiklasan saja”
demikian celetuk Tibertius Soli,
bendahara koperasi.
Untuk mendapatkan
gambaran lebih teknis kami pun
mencoba menggali informasi
dari pengurus koperasi. Hadir
bersama kami siang itu Primus
Sukarela (63) selaku ketua,

Flafianus Hardi (40) wakil ketua
dan Tibertius Soli, bendahara.
Beberapa saat kemudian, turut
bergabung bersama kami di
ruang rapat itu Moses Langga
(62), tokoh masyarakat.
Bergiliran, kami meminta
mereka berbicara.
Kesempatan pertama untuk
berbicara jatuh pada Primus
Sukarela, selaku Ketua
Koperasi. Menyusul berikutnya,
wakil ketua, bendahara dan
tokoh masyarakat.
“Kami banyak belajar dari
kegagalan program-program
terdahulu. Karena itu, Anggur
Merah tidak boleh gagal” kata
ayah tujuh anak itu memulai.
Dilaporkannya, bahwa
pengembalian biasa dilakukan
pada tanggal empat hingga
sepuluh setiap bulan. Dia
melihat, kehadiran program ini
bisa membantu masyarakat
terhindar dari tengkulak yang
mengenakan bunga pinjaman
antara 10% hingga 15%.
“Kami minim pengetahun
koperasi. Tolong buat pelatihan
bagi pengurus. Saya sendiri
pernah sekolah di SMEA, kirakira Tahun 70-an. Mungkin
sudah ada penyesuaian ilmu
pembukuan. Kalau boleh usul,
kami minta 'Pinjam Tendes'
walaupun dari segi keuangan
kurang bagus” pintanya
bersemangat.

Suasana bincang-bincang siang itu

18

EDISI 10 / Oktober 2015

ANGGUR MERAH

Primus Sukarela,
Ketua Koperasi Serba Usaha
Tenda Karya

Flafianus Hardi,
Wakil Ketua Koperasi Serba Usaha
Tenda Karya

Karena sedikit bingung, kami
menanyakan maksud dari kata
“Pinjam Tendes” itu.
Menurutnya, Pinjam Tendes
adalah boleh pinjam lagi,
meskipun cicilan belum lunas.
Pinjaman kedua itu, untuk
mentupi pinjaman pertama dan
Melanjutkan usaha lagi. Kurang
lebih, seperti itu penjelasannya.
“Kami berterima kasih
dengan bantuan yang ada ini.
Masyarakat kami jadi terbantu.
Tetapi, mereka memilki cita-cita
yang tinggi. Sementara bantuan
dibatasi jumlahnya. Maksimal
pinjam lima juta. Kalau bisa, ke
depan ditambahkan besar
pinjamannya” demikian kata
Wakil Ketua KSU Tenda Karya.

Cerita Sukses

Tibertius Soli,
Bendahara Koperasi Serba Usaha
Tenda Karya

Kristo Hironimus Poa Aga,
Kepala Urusan Pembangunan
Desa Tenda

Sementara itu, Tibertus Soli
kembali menyinggung tingginya
kesadaranmasyarakat Desa
Tenda. Bendahara koperasi itu
bahkan tidak segan-segan
memuji Primus Sukarela sang
Ketua Koperasi. Akan tetapi dia
juga megusulkan agar insentif
pengurus koperasi diperbesar.

kesadaran masyarakat cukup
tinggi. Kalau ada keterlambatan
tanggal, biasanya mereka kirim
sms. Pak ketua sendiri sangat
aktif. Pak ketua biasanya
langsung jemput uang di
anggota yang belum mencicil“
tambah bedahara murah
senyum itu.Lalu, bagaimanakah
tanggapan tokoh masyarakat
yang diwakili oleh bapak Moses
Langga ? berikut petikan
komentarnya.
“Menurut saya, program ini
cukup bagus. Masyarakat bisa
urus anak sekolah, ekonomi
masyarakat juga semakin
meningkat. Karena bunga
pinjaman kecil, masyarakat
tidak ambil ke bank atau
koperasi lain. Bunga pinjaman
di tempat lain sangat tinggi,
bisa sampai 15%” kata pria
yang mengaku sudah memilki
satu orang cucu itu.
“Saya ini petani asli. Usul
saya, tambah dananya. Supaya
lebih banyak masyarakat bisa
mendapatkan manfaatnya.
Kalau masyarakat sangat butuh
modal untuk usaha” demikian
usul pria yang menyukai
makanan bersambal biji itu.
Setiap kita pasti pernah
mendengar kisah romans

Tentang desa. Banyak cerita
baik tentang kehidupan
masyarakat desa yang
sederhana, jujur, suka
menolong, iklas dan masih
banyak lagi. Kesan itu redaksi
rasakan saat meliput di Desa
Tenda ini.
Bagi kebanyakan masyarakat
Ende, Desa Tenda setidaknya
telah dikenal karena tarian gawi
dan motif khas kain tenunnya.
Semangat kekeluargaan yang
ramah kami rasakan sejak
pertama menjumpai kepala
desa mereka. Kesan itu makin
kuat saat kami mengunjungi
masyarakat desa di sana. Letih
lelah perjalanan hari itu
terobati.
Sebagai aparatur provinsi,
kami sangat terhibur
mendapatkan pengalaman
berjumpa dengan kelompok
masyarakat seperti ini. Kami
tidak menyesal kalau harus
berbagi dengan mereka.
Semangat merubah hidup,
nampak dalam aksi nyata
mereka. Bapak-bapak dengan
usaha tanaman pertanian,
ternak juga kebun. Pemudanya
dengan usaha ojek, kios dan
bengkel. Sementara ibu-ibu
menonjol dengan kelompok
tenun mereka. (LWL/hms)

“Kalau dibagi-bagi, per hari
itu honornya pengurus
Rp.2.000,- saja. Sementara,
pengurus koperasi dituntut
harus selalu aktif melayani”
katanya.
“Kami tidak puji masyarakat,
tetapi mereka memang baik.
Kami tidak terlalu khawatir
dengan pengembalian karena

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

19

Parade Foto

Nama : Lovita Wadhi
Alamat : Dusun Nua Wari
Kelompok : Melati
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Yosep Denge
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Simon Sare
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Fransiska Lima
Alamat : Dusun Watusipi
Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Hendrikus Sara
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Mae
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Imelda Rendo
Alamat : Dusun Nuakesa
Kelompok : Merah Delima
Besar Pinjaman : Rp. 5.000.000,-

Nama : Damianus Juma
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Sa Ate
Besar Pinjaman : Rp. 10.000.000,-

Nama : Fransiska Mbuka (Petrus Pedo)
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Mae
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Elisabeth Peni
(Adrianus Banggo)
Alamat : Worhoja
Kelompok : Merah Delima
Besar Pinjaman : Rp. 15.000.000

Nama : Agustina Nija
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Klemens Dula
Alamat : Dusun Nua Wari
Kelompok : Merah Delima
Besar Pinjaman : Rp. 5.000.000,-

20

EDISI 10 / Oktober 2015

Nama : Matias Doa
Alamat : Dusun Nua Wari
Kelompok : Tau Sare
Besar Pinjaman : Rp. 3.000.000,-

ANGGUR MERAH

Nama : Lembertus Resi
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Yakobus Wake
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Mae
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Afra Bie
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Tau Sare
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Parade Foto

Nama : Falentinus Wagho
Alamat : Dusun Nua Kesa
Kelompok : Tau Muri
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Yohanes Padhi
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Sa Ate
Besar Pinjaman : Rp. 10.000.000,-

Nama : Yasinta Goba
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Melati
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Yosefina Ewo
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Rosalia Siti
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Tau Sare
Besar Pinjaman : Rp. 4.000.000,-

Nama : Rolius Gusi Godo
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Sa Ate
Besar Pinjaman : Rp. 10.000.000,-

Nama : Fitaliana Nalu
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Elisabet Gedhe
Alamat : Dusun Nua Kesa
Kelompok : Tau Muri
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

Nama : Marta Dida
Alamat : Dusun Nua Wari
Kelompok : Merah Delima
Besar Pinjaman : Rp. 6.000.000,-

Nama : Lusia Diri
(Leonemensius Ruka)
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 6.000.000,-

Nama : Herman Menga
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 4.000.000,-

Nama : Geradus Petu
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 4.000.000,-

Nama : Sri Ayu
(Hironimus Biku)
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Merah Delima
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-

Nama : Hendrikus Anababa
Alamat : Dusun Lowo Kora
Kelompok : Merah Delima
Besar Pinjaman : Rp. 5.000.000,-

Nama : Yasinta Mima
Alamat : Dusun Worhoja
Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

21

Cerita Sukses

Menenun Harapan Di Bheramari

Rambu Adriana dan suaminya Maksimus Ma

Saya bertemu dan
berkenalan dengan Pak
Maksimus Ma tahun
2011 di Kodi. Kami
kemudian menikah dan sepakat
memulai hidup baru di
kampung halaman suami saya
di Desa Bheramari Kecamatan
Nangapanda Kabupaten Ende.
Kami ke Nangapanda tanpa
memiliki modal apa-apa selain
rumah peninggalan orang tua
dan sebidang tanah di Desa
Bheramari”. “Tahun 2013 kami
mendapat bantuan dana dari
Program Desa Mandiri Anggur
Merah sebesar Rp. 5.000.000,-.
Itulah modal kami menenun
harapan hidup baru di
Bheramari”, kata Rambu
Adriana Panda saat disambangi
Tim Peliput Buletin Desa Mandiri
Anggur Merah di belakang
rumahnya (17/11).

22

EDISI 10 / Oktober 2015

Sambil matanya menatap
bukit gundul kekuningan di
kejauhan, Rambu Ana Panda
menuturkan, kami benar-benar
mulai dari nol. Dengan dana
bantua Rp. 5 juta serta bekal
pengalaman memelihara ternak
di Kodi Sumba Barat Daya,
kami suami istri memilih usaha
beternak babi.
Langkah awal yang kami
buat yaitu membeli sepasang
babi. Kami memelihara dan
merawatnya bergantian. Kalau
tidak saya, maka suami saya
yang memberi perhatian.
Lebih lanjut Rambu Panda
yang kini didampingi suaminya
Maksimus Ma menuturkan,
setelah setahun dipelihara, babi
mulai bunting dan kemudian
beranak. Pengalaman

ANGGUR MERAH

memelihara babi kampung
yang kami miliki, ternyata tidak
bisa diterapkan saat
memelihara babi pedaging jenis
makao (babi pedaging red).
Dari beberapa anak babi
yang lahir, karena tidak
ditunggui saat beranak, yang
hidup hanya 3 (tiga) ekor.
Lainnya mati tertindis induknya.
Dari tiga ekor ini, 1 kami jual
seharga Rp. 700.000,- untuk
memenuhi kewajiban setoran,
sedangkan dua ekor lainnya
kami pelihara.
Tiga minggu kemarin, induk
babi yang kami miliki kembali
beranak. Dengan pengalaman
yang sudah ada serta petunjuk
dari penyuluh, kami sudah
paham bagaimana tanda-tanda
babi menjelang beranak.

Cerita Sukses
Untuk proses beranak yang
kedua, kami tunggu dan kami
terlibat sejak dari beranak,
membersihkan anak babi yang
baru lahir, sampai kelahiran
anak babi yang terakhir. Satu
malam antero (semalam penuh
red) kami berada di kandang
babi dan membantu induknya
beranak.
Setiap anaknya yang lahir,
kami bantu bersihkan, jauhkan
dari induknya dan beri minum
susu sambil menunggu proses
beranak selesai.
Hasilnya, kami memiliki 7
(tujuh) ekor anak babi dalam
proses beranak yang kedua.
Tidak ada lagi yang mati.
Semua sehat-sehat dan gemuk,
kata Rambu sambil menunjuk
anak-anak babi yang tengah
menyusu di induknya.
Sambil berteduh di bawah
rerimbunan pohon Kakao di
belakang rumahnya, Rambu
Panda mengungkapkan rasa
gembiranya. “program ini kami
senang, bunga kecil sesuai
kesepakatan kami sendiri.
Karena itu, sejak anak babi
kamiberanak, saya sejak rutin
mengembalikan pinjaman yang
kami peroleh. Saat ini saya
dengan suami sudah
kembalikan cicilan sebanyak 6
kali”.

Saat ditanya apa mimpi besar
Rambu dan eja Maksi Ma
dengan usaha ini, Rambu
Panda dengan mata berbinar
menuturkan penuh semangat,
kami berdua sudah tahu
bagaimana hidup susah, tidak
punya apa-apa.
Sekarang program ini kasih
kami kesempatan dan harapan
untuk hidup baik. Kesempatan
ini tidak datang dua kali.
Karena itu, kami suami istri
sudah bertekad untuk serius
pelihara babi yang kami miliki
dari program ini.
Kami akan belajar dan
berusaha agar jumlah babi
yang kami miliki, semakin
bertambah banyak. Kalau
sudah banyak, beberapa ekor
akan jual untuk hidup, lainnya
untuk sekolah anak dan tabung.
Sedikit demi sedikit, kami akan
punya modal untuk usaha, dan
ubah hidup kami jadi baik.
Siapa tau saya bisa kirim
babi dari Nangapanda ke
Sumba. Kalau itu bisa terjadi,
kami dua pasti akan hidup
baik,”yakin Rambu yang
diamini suaminya Eja Maksi.
Sambil berjalan ke depan
rumah Eja Maksi, saya

Rambu Adriana

bergumam dalam hati. Program
ini luar biasa. Beri orang kecil
harapan, ubah mindset dan
bangun rasa percaya diri
mereka untuk berusaha. Bila
sudah punya obsesi dan
percaya diri, pasti ada jalan
untuk keluar dari realita ini.
Desa Bheramari di lembah
perbukitan Nangapanda,
wargamu menenun harapan
membumbung melewati deretan
bukit kerontang meranggas
panas kemarau. Di awal
desember, gerimis hujan
menenun harapan,
menumbuhkan tunas hidup
menatang masa depan.
(VM/hms)

”Masih 6 kali lagi karena
kesepakatan kemarin, cicil
selama 1 (satu) tahun. Saya
sadar, apabila dana ini
saya kembalikan, dapat
dikumpulkan untuk
digulirkan kembali kepada
teman-teman kami di Desa
Bheramari yang belum
mendapat bantuan dana
desa Mandiri Anggur
Merah” lanjut ibu Rambu
menjelaskan kepada tim
peliput.

ANGGUR MERAH

EDISI 10 / Oktober 2015

23

Cerita Sukses

Berjodoh Dengan Anggur Merah
“Karena punya pengalaman sebagai anggota di Koperasi Simpan Pinjam
Tukesani yang telah berjalan 30 tahun, saya dipilih secara aklamasi
oleh masyarakat untuk menjadi Ketua Koperasi Anggur Merah.
Saya terima kepercayaan ini sambil mempersiapkan generasi berikut
yang bisa mengembangkan koperasi ini selanjutnya”

P

ernyataan ini
disampaikan oleh
Sabinus Nusa, Ketua
Koperasi Anggur Merah Sinar
Detu Tema Desa Aebara
Kecamatan Ndori Kabupaten
Ende. Koperasi ini dibentuk
pada Maret 2014 dengan Iuran
Pangkal sebesar Rp. 50.000,-.
Sementara pencairan
dilaksanakan pada bulan
Agustus. Jumlah anggota pada
awalnya berjumlah 72 orang,
kemudian menyusul 10 orang
anggota.
Ayah dua orang anak ini
menjelaskan bahwa sebagai
pengurus Koperasi, dirinya
berkomitmen untuk
mengembangkan Koperasi
Anggur Merah.
“Kami telah menunggu Bapak
sejak pagi setelah ada
pemberitahuan dari PKM
tentang kedatangan tim peliput
desa Anggur Merah. Kepala
Desa Aebara berselisih jalan
dengan bapak sekitar 30 menit
lalu ke ibukota kabupaten untuk
menghadiri kegiatan pelatihan
kepala desa,” jelasnya
membuat rasa kantuk tim
buletin sirna seketika.
Sambil melihat waktu yang
sudah menunjukkan pukul 14.30
menit, anggota tim meminta
maaf atas ketidakyamanan ini.
Setelah santap siang sejenak
di Wolowaru, anggota tim

24

EDISI 10 / Oktober 2015

bersama tiga srikandi
PKM, Regina Wonga,
Novi Letor dan Donata
M. Embu Rae yang
setia menjadi penunjuk
jalan sejak dari Desa
Nualise bergerak
menuju Desa Aebara.
Pepohonan rindang
dengan semilir anginsepoi membuat
menemani perjalanan
kami.
Untuk mengurangi
rasa kantuk yang
mulai menyerang,
kami terpaksa
Sabinus Nusa, Ketua Koperasi Sinar Detu Tema
beberapa kali berhenti
di pinggiran jalan
Sekadar memberikan
negara Ende-Maumere sekadar
informasi kepada tim buletin,
menarik badan,
Aebara merupakan pemekaran
merenggangkan otot-otot yang
dari Desa Wonda.
mulai kelelahan. Di kantor desa
Aebara pun, beberapa kali
Selanjutnya mantan Guru
harus menguap lebar tanpa
SMP Vianney dan SMEA Kristen
rasa malu.
Soe dari tahun 1987 sampai
dengan 1992 ini mengatakan
Bapak Sabinus melanjutkan
bahwa ia pernah dibisiki oleh
bahwa pengurus koperasi
manager Koperasi Tukesani
Anggur Merah dituntut untuk
memiliki kesabaran lebih. “Saya yang merasa terancam dengan
kehadiran Koperasi Anggur
sudah dipilih jadi ketua
Merah.
pengurus Koperasi Tukesani.
Tetapi karena ada keributan
Koperasi Tukesani yang
kecil setelah pemilihan, saya
sebagian besar anggotanya
memutuskan mengundurkan
adalah warga Desa Wonda,
diri. Rupanya saya lebih
Desa Aebara dan beberapa
berjodoh dengan Anggur
desa tetangga lainnya merasa
Merah,” jelas mantan Kepala
sepertinya takut kehilangan
Desa Wonda periode 2002
anggota dengan berbagai
sampai dengan 2007 ini.

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses
kemudahan yang ditawarkan
oleh KSP Sinar Detutama itu.
“Namun setelah saya
memberikan penjelasan dan
pengertian kepada mereka dan
mengajak mereka bekerjasama
untuk sama-sama membangun
perekonomian masyarakat
desa, mereka akhirnya mengerti
akan misi pembentukan
Koperasi Anggur Merah,” jelas
Bapak Sabinus yang
dipercayakan juga sebagai
Ketua Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) Aebara.
Ia pun menjelaskan bahwa
Koperasi Tukesani telah menjadi
semacam tempat belajar bagi
pengurus Koperasi Anggur
Merah yang masih minim
pengetahuannya administrasi.
Menyambung hal itu, PKM
Desa Aebara Y. Berchmans Balu
menambahkan pentingnya
upaya pelatihan terhadap
pengurus Koperasi Anggur
Merah.

Kristen Duta Wacana
Yogyakarta, terkait pentingnya
upaya pembukuan yang baku.
Terkait dengan perguliran
dana, pria lajang ini
mengeluhkan juga rumitnya
prosedur yang ditetapkan oleh
Bappeda Kabupaten Ende.
“Dana yang sudah
dikembalikan baru bisa
digulirkan lagi setelah ada
rekomendasi dari Bappeda.
Untuk mendapatkan
rekomendasi, kami harus
mengjukan proposal dengan
calon peminjam tahap
berikutnya harus lebih dari lima
orang. Setelah diteliti lebih
lanjut dan dirasa pas oleh tim
Bappeda Kabupaten, dana baru
bisa dic