Anggur Merah AM 11 Sikka

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Keberpihakan

?

11
Macet
Apa yang harus dibuat

22 Senang....!!
Piaraan Sapi Kembali

Beri Bukti,

Bukan janji..!
13

Dari Redaksi

Keberpihakan

ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi

Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)

PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)

Pembaca yang bijak,
Liputan kali ini, redaksi berkesempatan menyambangi Sikka, salah satu
kabupaten di daratan Flores. Kabupaten dengan 160 Desa/Kelurahan itu
kami datangi. Sebutan Nusa Nipa, menjadi nama yang tidak asing lagi di
indra dengar kita. Maumere Manise… menjadi sebuah lagu yang sangat
jelas menggambarkan kecintaan massa, pada negerinya itu.

Kabupaten ini juga memiliki program replikasi dari program
pemberdayan besutan Pemerintah Provinsi NTT. Mereka bahkan tengah
mempersiapkan sebuah program pemberdayaan baru.
Gelora Sikka, adalah sebutan untuk program yang akan ditetaskan itu.
Berbagai kelemahan program terus dibenahi secara serius. Akademisi luar
pun diberi ruang, memaknai perdebatan tentang gagalnya aneka program
pemberdayaan yang pernah ada. Ada keberpihakan di situ.
Pembaca yang arif,
Perdebatan angka bisa dijawab dengan fakat empiris. Waktunya, melihat
sendiri, cerita demi cerita yang kurang ini, bisa menjawabnya. Sorotan
berbagai pihak, dengan basis pijak di atas rilis lembaga berkompeten,
ternyata juga bisa dibantah.
Temuan titik lemah terkait aspek perencanaan, tatakelola,
pendampingan hingga pengawasan, memiliki penjelasan lapangan yang
bisa dideskripsikan. Bukan untuk membenarkan, bukan pula untuk kembali
mengulangi kesalahan media. Menyalahkan pihak tertentu, untuk lemahnya
program. Menyudutkan individu, apalagi menyentuh aspek personal. Sekali
lagi tidak. Ada juga keberpihakan di situ.
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah telah merambah sampai
kepada 119 Desa/Kelurahan yang ada. Angka ini bisa direkap dari jejak

program, sejak 2011 hingga terbitan edisi kali ini, September 2015. Desa
Tilang dan Koting menggenapi niat baik pemberdayaan, ala Kabupaten
Nyiur Melambai itu…
Jika semua pihak terlibat aktif, banyak soal jadi mudah. Hoang Tilu Neon,
uang yang tak bertelinga akan senyap dari indra dengar kita. Paham hibah
itu bisa sirna dalam relung hati, juga pikir masyarakat penerima. Kegetolan
sorot minor pelaksanaan program tidak lagi berkutit pada temuan teknis.
Utilitas program menjadi yang utama. Masyarakat harus juga terlibat.
Mari tunjukan keberpihakan kita. Semua kita harus bersikap. Siapa pun
kita, dari mana pun latar kita. Waktunya menunjukan keberpihakan itu. Mari
berpihak…

Pemimpin Redaksi

Viktor Manek, S.Sos, M.Si

Mengapa

Anggur Merah...?
4

9
11

Drs. Paolus Nong Susar, Wakil Bupati Sikka

Saya Yakin,
Ada Dampak
Macet,

Apa Yang Harus Dibuat

Vivi Wungu Belen :

Tanggung Rente
30

Adrianus F. Parera,SE,M.Si

Janji
13 Beri Bukti, Bukan

Desa Lepo Lima

16

Ada DeMAM

20

32

Koperasi Simpan Pinjam Liting Gi'it

Mereka Mujur,
Elisabeth Nona Elvi

Kalau Bisa,

Ada Penambahan
22 Senang...!
Piaraan Sapi Kembali


Desa Aebura

Desa Wairterang

Menjadi Gula,

Bukan Semut
Elias Bata

Minta Banyak
34
Memang
Frumensia Mega

35

Pendapat
Stefanus Jelalut


Martina Emaloen

25 Silahkan Singgah,
Cicipi Bakso Buatan Saya

28

Tingkatkan Kewbawaan

37

Suara PKM

Pemerintah Desa
Kepala Desa Wairterang

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015


3

Program Anggur Merah

Mengapa

Anggur Merah...?

Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.

S


udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang

4

EDISI 11 / Nevember 2015

setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.

(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan

Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.

tepat.

El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR

ANGGUR MERAH

Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.

Program Anggur Merah

Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”

Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya

Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),

Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

5

Program Anggur Merah

Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :

6

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

8.

Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Program Anggur Merah

Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

7

Program Anggur Merah

Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.

Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

8

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

Saya Yakin,
Drs. Paolus Nong Susar, Wakil Bupati Sikka

ada dampak !
“Karena uang langsung terdistribusi kepada masyarakat.
Saya melihat Program Desa Mandiri Anggur Merah ini sebagai bentuk
kelanjutan komitmen Gubernur NTT. Misinya adalah untuk
peningkatan pendapatan masyarakat.
Hal itu sinkron denga misi ke-2 RPJMD Sikka”

D

emikian komentar Drs.
Paolus Nong Susar,
Wakil Bupati Sikka saat
dijumpai di ruang kerjanya.
Siang itu, Selasa (24/11) tim
redaksi berkesempatan
menjumpai orang nomor dua di
Kabupaten Koperasi itu.
Diinformasikan sebelumnya
bahwa Bupati Sikka sedang
berada di Kupang. Beliau
diundang menghadiri acara
Palang Merah Indonesia pada
tanggal 23 hingga 26 November
nanti.

“Program pemberdayaan
tersebut nyambung antara
Pemerintah Provinsi NTT dengan
dengan Pemerintah Kabupaten.
Teman-teman akan bisa melihat
sendiri dampak dari kehadiran
koperasi sebagai Sokoh Guru
Perekonomian. Tentu akan lebih
dinamis melihat manajemen,
peluang dan hambatannya di
masyarakat” lanjut pria
berkumis itu. Secara tegas ia
kemudian mengonfirmasi
pernyataan sebelumnya tentang
manfaat program.

“Sudah jelas ada manfaat.
Sekarang, mungkin saja ada
deviasi antara kebutuhan
produktif dan konsumtif. Saya
yakin, nanti bisa di lihat sendiri
di lapangan” begitu lanjutnya
menambahkan.
Sebagai bentuk Replikasi dari
Program Anggur Merah,
disebutnya juga ada program
pemberdayaan di Kabupaten
Nyiur Melambai itu. Desa Tilang
dan Koting disebutnya sebagai
desa yang menerapakn
program replikasi itu.

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

9

Fokus
Beliau berpendapat bahwa,
tentu mereka melihat ada
manfaatnya. Budaya
berkoperasi yang tinggi,
dilihatnya sebagai modal yang
sangat kuat untuk memulai
pemberdayaan.
“Menjadi catatan kami,
jangan sampai jebol
manajemen saja. Karena bisa
terjadi pendobelan anggota
koperasi. Tidak masalah kalau
masyarakat menjadi anggota
dari beberapa koperasi. Yang
kita khawatirkan, jangan
sampai pinjam di koperasi lain,
untuk menutupi pinjaman di
koperasi sebelumnya.
Masyarakat lebih tahu, koperasi
mana yang menguntungkan. Ini
menjadi titik kritis yang perlu
kita awasi bersama” jawabnya
ketika kami coba menanyakan
tentang banyaknya koperasi di
Sikka.
“Hoang Tilu Neon. Uang yang
Tidak Punya Telinga, kurang
lebih begitu makna harafiahnya
dalam bahasa setempat. Istilah
yang digunakan masyarakat
untuk menyebut pemberian.

kurang lebih, maknanya mirip
dengan kata hibah. Uang
tersebut biasanya akan
dihabiskan masyarakat,
berapapun benyaknya” tambah
Paolus Nong Susar.
“Sebagai pemerintah daerah
kita memang ditantang untuk
mendidik masyarakat
bertanggung jawab. Harus cicil
kalau sudah pinjam. Banyak
cara mengikat masyarakat,
supaya bantuan tidak mubasir.
Apalagi, perbankan juga
memiliki berbagai strategi
Mengikat nasabah. Mereka

door to door memberi fasilitas
pinjaman tanpa jaminan atau
bunga rendah” jawabnya
mengenai hadirnya perbankan
dan beberapa koperasi
terdahulu, dengan omset
hingga milyaran rupiah di
Sikka.
“Terlepas dari semua
dinamika itu, saya pikir program
ini jelas bermanfaat untuk
masyarakat. Temuan di
lapangan nanti pasti lebih
menarik” tegasnya menyudahi
wawancara kami.
(LWL/hms)

Germanus Goleng, Kabag Humas dan Protokol Kabupaten Sikka

Tim pose bersama Wakil Bupati dan Kabag Humas Protokol Sikka

10

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

?

Adrianus F. Parera,SE,M.Si
Sekretaris Bappeda Sikka

Macet

Apa yang harus dibuat

“Rescheduling, Readministrasi dan Penghapusan.
Kita harus menjadwalkan kembali, menghitung ulang besaran pinjaman.
Kita juga perlu mendata kembali keanggotaan koperasi.
Kita tidak mungkin mengejar anggota koperasi
yang sudah pindah ke Kalimantan, misalnya.
Kalau tidak, daftar tunggakan pasti banyak”

B

egitu masukan Adrianus
F. Parera,SE,M.Si selaku
Sekretaris Bappeda
Sikka, ketika kami jumpai
bersama anggota tim lainnya.
Bertempat di ruang kerjanya,
beliau cukup banyak memberi
informasi detail.

“Akan menjadi temuan. Kita
dianggap tidak mampu
mengelola uang yang ada, saat
pemeriksaan nanti. Tetapi
otoritas kami terbatas.
Karenanya, kami hanya bisa
mengusulkan saja” begitu
tambahnya.

Beberapa tenaga
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) nampak
telah menanti. Ketika tim
beranjak lepas meninggalkan
Kantor Bupati, menuju Kantor
Bappeda Sikka itu.

Menurutnya, usulan ini
pernah disampaikan beberapa
kali pada forum bersama
pemerintah provinsi. Belum
direspon juga. Menurutnya, hal
itu tidak sulit. Tidak butuh
penelitian yang mendalam. Bisa

dilakukan secara sederhana,
tidak repot !
Disampaikannya, secara
garis besar kehadiran program
pemberdayaan besutan
Pemerintah Provinsi NTT itu
sangat baik. Tercatat 119 Desa
dari total 160 Desa/kelurahan
yang ada, telah tersentuh
program Anggur Merah. Tersisa
41 desa, belum dibantu.
Total dana yang terserap di
desa adalah sebesar
Rp.11.370.500.000,-. Hitungan itu

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

11

Fokus
didapatnya, jika menjumlahkan
total dana yang diserap sejak
Tahun 2011 hingga Tahun 2015
ini. Jumlah uang yang sangat
besar.
Untuk pengembalian, nilainya
lebih dari Rp.3,805 Milyar.
Artinya, kurang lebih baru
sebesar 25% dana yang
dikembalikan.
“Terlepas dari plus dan
minusnya, kami melihat
program ini sangat baik untuk
membangun jiwa
entrepreneurship di tengah
masyarakat. Hasil evaluasi
kami, ada dampak yang baik
bagi ekonomi keluarga.
Indikatornya, masih ada
pengembalian. Kondisi riil, bisa
dilihat pada nilai perguliran.
Untuk hasil yang lebih ilmiah,
tentu butuh penelitian lanjutan”
begitu komentarnya
menanggapi manfaat program.
Ketika ditanya tentang
kendala yang dihadapi, beliau
cukup sependapat dengan hasil
yang sudah pernah dirilis oleh
BPKP. Beliau menyoroti
setidaknya tiga poin kruisal.
Aspek Kelembagaan, aspek
SdM PKM dan aspek
Ketatalaksanaan.

“Kami rencanakan untuk beri
berbagai pelatihan. Para PKM
selama ini PKM berdaya secara
mandiri. Padahal latar
belakang pendidikan dan
pengetahuan mereka sangat
bervariasi. Instrumen yang
mereka gunakan untuk
melakukan assessment juga
dengan cara sendiri-sendiri”
begitu penjelasannya pada
aspek ketatalaksanaan.
Gelora Sikka, merupakan
salah satu program yang
sedang digagas. Belajar dari
berbagai kelemahan program
pemberdayaan yang telah hadir
sebelumnya, sedang dilakukan
kajian bersama Universitas
Gajah Mada.
Terkait program replikasi,
beliau juga membenarkan
informasi yang sudah kami
dapat sebelumnya. Desa Koting
untuk Tahun 2014. Desa Tilang
untuk Tahun 2015.
Ketika ditanya tentang
banyaknya koperasi yang ada
di sikka, pria beranak satu itu
mengakuinya. Akan tetapi,
beliau juga menyoroti
pentingnya kualitas
berkoperasi.

“Kalau Sikka memang
terkenal dengan jumlah
koperasi yang banyak.
Jumlahnya kalau tidaak salah
encapai 150 koperasi. Untuk
kualitas, masih perlu kita lihat
lagi” demikian katapria yang
menamatkan pendidikan
pascasarjananya pada Tahun
2007 itu.
Beberapa kendala di
lapangan disampaikannya
dengan berkelakar. Secara
eksplisit, beliau juga menitipkan
pesan untuk memberi perhatian
terhadap gaji PKM. Beliau
menyayangkan keterlambatan
gaji yang dialami beberapa
PKM.
Akhirnya, mereka harus
mencari pekerjaan lain, untuk
menghidupi keluarga mereka.
Urusan program, bisa saja
menjadi prioritas ke dua.
Kondisi seperti ini mungkin
bisa menjadi gesekan di tingkat
pelaksana. Secara gantle,
beliau juga memohon maaf, jika
ada kekurangan dalam
pelaksanaan program di
lapangan. Belum semua SKPD
mengambil peran aktif.
(LWL/hms)

Pada aspek kelembagaan,
beliau menyinggung peran
Kecamatan yang dinilainya
belum serius. Menyangkut
kerjasama antar pihak
Kecamatan, Danrem dan
Kapolres juga disorotinya.
Menurutnya, belum berjalan
maksimal. Apalagi dalam
kesepakatn tersebut
berkonsekuensi pembiayaan.
Tentu harus dilakukan lebih
baik lagi.
Pada aspek Sumberdaya
tenaga PKM, menurutnya perlu
diberikan penguatan kapasitas
yang banyak.

12

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Bebrapa tenaga PKM begitu kompak saat bergambar bersama

Cerita Sukses

Beri Bukti,

Bukan janji..!

“Kata diatas adalah ungkapan seorang anggota kelompok “Semangat Baru”
dia menginginkan agar bantuan dana Desa Mandiri Anggur Merah
meninggalkan bukti konkrit dalam meningkatkan
Roda perekonomian mereka”

S

iang itu sekira pukul
13.30 wita terasa sekali
panasnya bumi namun
tak menyurutkan niat kami
untuk melakukan kegiatan
peliputan di desa Lepo Lima
Lepo artinya rumah panggung,
konon katanya dulu di desa
tersebut hanya terdapat 5 buah
rumah panggung.

pertama dana Desa Mandiri
Anggur Merah kepada 11
kelompok usaha, dengan jenis
usaha kios, ternak ayam, tenun
ikat dan jual ikan. Dari
keterangan yang diperoleh
setiap anggota
kelompok
berfariasidari 4 -11
orang.

Desa Lepo Lima merupakan
desa pemekaran dari desa Nelle
Urung yang terjadi pada tahun
2012. Sekarang desa Lepo Lima
memiliki 8 RT dan 3 dusun,
dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.550 jiwa dari jumlah
404 kepala keluarga.

Jumlah pinjaman
setiap kelompok
antara Rp.1-24 juta,
mekanisme
pengembalian yang

berlaku di desa lepo lima agak
berbeda dengan kelompok lain,
dimana cicilan pertama akan
dimulai pada bulan ke enam
setelah proses pencairan,
sehingga jatuh temponya
membutuhkan waktu
selama 23 bulan.
Kelurahan/Desa
Mandiri Anggur
Merah kepada 11
kelompok usaha,
dengan jenis usaha
kios, ternak ayam,

Desa Lepo Lima di nakhodai
oleh seorang Kepala desa
namanya Bapak Fritz J. Lino,
Sekrtarisnya Bapak Benyamin
Kristison dan Bendahara Desa
sekaligus bendahara Anggur
merah Ibu Falentina Ndari.
Desa Lepo Lima merupakan
salah satu desa di kecamatan
Alok Timur, Kabupaten Sikka
yang menerima Program Dana
Kelurahan/desa mandiri Anggur
Merah sebesar 250 juta rupiah
pada tahun 2013.
Pada bulan Juli 2013
dilakukan pencairan tahap

Fritz J. Lino, Kepala Desa Lepo Lima

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

13

Cerita Sukses
tenun ikat dan jual ikan. Dari
keterangan yang diperoleh
setiap anggota kelompok
berfariasi dari 4 -11 orang.
Jumlah pinjaman setiap
kelompok antara Rp.1-24 juta,
mekanisme pengembalian yang
berlaku di desa lepo lima agak
berbeda dengan kelompok lain,
dimana cicilan pertama akan
dimulai pada bulan ke enam
setelah proses pencairan,
sehingga jatuh temponya
membutuhkan waktu selama 23
bulan.
Sesuai penjelasan yang
diperoleh tim, pengembalian
tahap pertama semuanya telah
lunas.
Menurut PKM kondisi kas
keadaan bulan Nopember 2015
sebesar Rp.335.595.240,- dana
tersebut telah digulirkan kepada
5 kelompok baru sebesar
Rp.196.000.000, sehingga sisa
saldo di rekening desa
Rp.139.595.240.
Sehingga jumlah kelompok
pada putaran ke dua telah
bertambah menjadi 16
kelompok dengan jumlah
anggota kelompok sebanyak
104 orang.

anggota kelompok yang
melalaikan kewajibannya
menyetor cicilan pinjaman,
pihak desa tidak akan melayani
administrasi surat menyurat
apapun juga. Maka itu
masyarakat akhirnya takut juga.
Sekalipun kita sudah kerjasama
dengan pihak kepolisian, kami
rasa masih kurang. Tapi cara ini
merupakan pegangan kami
yang lebih pasti” ujar bapak
Kades, pada kami.
“Yah masing-masing desa
mempunyai caranya sendirisendiri untuk meminimalisir
tunggakan. Kami mau seluruh
masyarakat di desa Lepo Lima
harus turut merasakan dana ini,
semua masyarakat harus tahu
dan merasakan program bapak
gubernur karena ini merupakan
bentuk perhatian dari bapak
gubernur untuk masyarakatnya”
tegas Fritz.
Kami diarahkan oleh Yosep
Yan Bemuaja, sebagai PKM
yang bertugas melakukan
pendampingan di desa Lepo
Lima ke rumah mama Maria
Deonsa, beliau adalah sebagai
anggota kelompok Semangat
Muda, yang sehari-harinya
melakukan usaha tenun.

Disaat kami sampai mama
maria sedang menenun, sambil
bincang-bincang dengan kami
nampak jari-jarinya tangannya
tetap mengatur helai-helai
benangnya.
Mama Maria ini usianya
sudah nampak tua,
diperkirakan sudah berumur
60an tahun, tapi tetap kuat
duduk, untuk tenun, dan bisa
menghasilkan selembar kain
tenuan dalam jangka waktu
minimal 4 hari dan maksimal 1
minggu.
Mama Maria akui kepada
kami bahwa dengan dengan
adanya program kelurahan
/desa Anggur merah, dia
mendapatkan pinjaman dana
sebasar 3 juta rupiah yang
gunakannya untuk membeli
bahan baku tenunan, dari hasil
tenuan dia bisa membiayai
anaknya sekolah dan untuk
mencukupi kebutuhan seharihari.
Mama Maria juga sempat
mengeluh sambil bercanda
kepada tim dan tenaga PKM
yang hadir saat itu, “saya telah
melunasi pinjaman dan ingin
melakukan pinjaman lagi,

Diakui oleh bapak Kades
bahwa masih banyak
permohonan peminjaman,
namun untuk sementara di
hentikan karena menurut
rencana akan dibentuk
koperasi, sambil menunggu
semua anggota melakukan
pengembaliannya, dan setelah
itu akan dilakukan evaluasi,
apakah akan dibentuk koperasi
atau tetap menggunakan pola
yang lama, yakni di kelola oleh
aparat desa.
Pada kesempatan pertemuan
tersebut bapak desa juga
menyampaikan bahwa “untuk

14

EDISI 11 / Nevember 2015

Foto bersama. Kades Lepo Lima (kedua kanan), tenaga PKM (kiri) dan Tim
Peliput di depan Kantor Desa

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses
namun belum juga terlaksana
sampai sekarang. Kalau mau
dibilang, kami merupakan
kelompok teladan di desa Lepo
Lima, tapi PKM tipu-tipu kami,
bilangnya mau kasih bantuan
pinjaman lagi, tetapi belum ada
juga” ujar mama Maria sambil
tersenyum dan menatap tenaga
PKM.
Bersama PKM kami juga
mengunjungi salah satu
anggota Kelompok lain,
rumahnya berjarak kurang lebih
100 meter dari rumah mama
Maria. Di situ kami bertemu
dengan mama Bernadetha
Nihan, sama halnya dengan
mama Maria, dia juga
meminjam 3 juta untuk usaha
ternak babi, tapi sayang ketika
kami minta untuk melihat ternak
babinya ternyata sudah laku
terjual.

Maria Deonsa anggota kelompok Semangat Baru

Ketika tim berikan
kesempatan kepada mama
Bernadetha untuk bercerita
tentang apa yang dia harapkan
dengan adanya program Desa
Mandiri Anggur Merah, dengan
berapi-api dia mengatakan
bahwa dana Anggur Merah
sangat bermanfaat dan
membantu mereka. Tetapi
menurutnya dana yang
diperoleh sangat sedikit.
Ibu ini mengharapkan agar
segera direalisasikan pinjaman
tahap kedua dengan jumlah
pinjaman yang lebih besar lagi
karena ada harapan yang
belum tercapai yakni ia ingin
pasang meteran listrik.

Bernadetha Nihan

“ Jujur saja, saya mau
dirumah kami ada bukti dari
dana bantuan Anggur Merah,
saya ingin pasang meteran
listrik, kami sangat butuh dana
ini, PKM tolong realisasi, saya
tidak pernah terlambat untuk
cicil” demikian harapan dan
keluhnya. (DMB/hms)

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

15

Cerita Sukses

Mereka Mujur, ada DeMAM
“Waktu itu, Kelompok Plea Puli sedang mengalami kesulitan dana.
Saat yang sama, panen komoditi berlimpah. Masyarakat menjual hasil
komoditinya kepada mereka, tetapi mereka hanya memiliki sisa modal
sebesar Rp.5 jutaan. Kebetulan, ada Program Desa Mandiri Anggur Merah ini.
Tertolonglah mereka…”

B

egitu cerita Flugensius
Magnus (42), Ketua
Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Liting Gi'it kepada redaksi
siang itu, Rabu (25/11). Secara
resmi, koperasi ini didirikan
pada Bulan April 2014. 27 Juni
2014 adalah tanggal pencairan
dana sebesar Rp. 250 juta itu.

Kelompok saja. Sedangkan
pengurus kelompok
berhubungan langsung dengan
anggota kelompok masingmasing. Pengurus kelompok
lebih tahu karakter anggotanya”
demikian ujar Maria.

Koperasi ini telah dua kali
melakukan perguliran.
Perguliran pertama
diperuntukan bagi 51 orang
anggota awal. Sedangkan
perguliran ke dua, ditujukan
bagi 23 orang anggota baru.

Jumlah anggota koperasi,
awalnya cuman sebanyak 51
orang. Saat ini, mereka telah
memiliki 10 kelompok, dengan
jumlah anggota sebanyak 74
orang.
“Koperasi ini sudah memiliki
ikatan sejak generasi orang tua
kami. Pengalaman saat menjadi
anggota Gabungan Koperasi
Petani juga menjadi modal kami
berkoperasi. Supaya aman,
anggota kelompok memilih
pengurus koperasi, dari orang
yang tidak menjadi pengurus
maupun anggota dalam
kelompok usaha” demikian
tambah pria beranak satu itu.
Sedikit berkomentar
membenarkan pernyataan tadi,
Maria Kresensia sang
Bendahara Koperasi berujar.
“Kami menganggap,
kelompok-kelompok sebagai
unit usaha dari koperasi.
Karenanya, pengurus koperasi
berhubungan dengan pengurus

16

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Flugensius Magnus, Ketua Koperasi Simpan Pinjam Liting Gi'it

Cerita Sukses

Inspirasi Lain : Oskari Yakob Laka

Warisan Nilai-nilai Positif

T

dari Orang Tua

okoh lain yang
cukup menarik
perhatian kami
adalah Oskari Yakob Laka,
sang Manajer KSP itu.

Maria Kresensia, Bendahara
Koperasi Simpan Pinjam Liting Gi'it

Total pengembalian angsuran
pokok dan bunga pada
perguliran pertama dan ke dua
adalah sebesar Rp.222 juta.
Total dana itu dihitung sejak Juli
2014 hingga Oktober 2015.
Sedangkan total pengembalian
dana khusus untuk perguliran
yang kedua, tercatat senilai
Rp.47,2 juta.
Saldo rekening koperasi per
tanggal 30 Oktober 2015,
tercatat sebanyak
Rp.25.183.464,- sedangkan uang
kas yang dipegang bendahara
hari itu, dilaporkan senilai
Rp.6.759.000,-.
“Kesepakatan kami, setiap
hari kamis akhir bulan wajib
berkumpul di sini. Bulan ini,
akan jatuh di Hari Jum'at
tanggal 27 November 2015.
Segala macam kegiatan
transaksi, pembayaran,
dilakukan hari itu juga” begitu
jelas Ketua Koperasi.
Ditemui tim hari itu, tampak
sedang dilakukan pekerjaan
gedung Kantor Desa Bloro.
Bersama Apolonarius Kowe,SE,
tenaga PKM Desa itu, kami
diterima bersahabat. Bersama

Ketua Koperasi, telah hadir juga
ibu Maria Kresensia.
Dia adalah Bendahara
Koperasi itu. Dalam struktur
pemerintah desa, ibu itu juga
menjabat sebagai Kepala Seksi
Kesos dan Perekonomian.
Sesaat kemudian, turut
bergabung bersama kami Oskar
Yakob Laka. Dia adalah
Manajer Koperasi Simpan
Pinjam itu. Kami pun
menyampaikan maksud dan
tujuan kedatangan tim.
Sengaja, informasi resmi tidak
kami sampaikan. Harapannya,
kami bisa melihat langsung
kondisi riil di lapangan, tanpa
rekayasa.
Ketika kami mencoba
menggali informasi tentang
peran tenaga pendamping,
mereka memberikan respon
yang sangat positif.
“Kami masih sangat butuh
tenaga PKM. Kalau ganti PKM
tolong kasih tau o… Dari awal,
kami sudah sama-sama. Kalau
ganti orang baru, kami harus
menyesuaikan lagi. Bawa ide
baru lagi, kadang-kadang bisa
tidak cocok dengan kami”
begitu tanggapan mereka soal
peran PKM yang sering
dipanggil Poli itu. Bagi mereka,
Poli sudah sangat dekat. (*)

Dengan terbukanya, dia pun
berkisah tentang asal mula
berdirinya Kelompok Plea Puli.
Kelompok Pemasaran Bersama
Hasil Komoditi itu,
beranggotakan sepuluh orang.
Mereka adalah Eustachius
Gleko, Oskari Yakob Laka,
Thomas Aquino Liin, Agnes
Marlin, Fransiskus Yaverius
Nurak, Yanuarius Lodan,
Yanuarius Ludju, Nikolaus
Kama, Florida Sengsara Soru,
Robertus Hale.
Manajer koperasi itu sempat
merayakan HUT RI yang ke-70,
bersama Presiden RI di Istana
Negara pada Tahun 2015 ini.
Mewakili kelompoknya, mereka
mendapatkan hadiah uang
sebesar Rp.20 juta.
Penghargaan itu diraih, untuk
kategori kelembagan ekonomi
petani. Seingatnya, ada tujuh
orang mewakili NTT, dengan
kategori lomba yang berbedabeda.
“Makan minum kami
ditanggung panitia. Penginapan
dan pesawat, dibayar. Kami
juga diajak ke Kebun Raya
Bogor. Kalau tidak salah, empat
orang dari Flores. Seingatnya,
untuk kategori Gapoktan
berprestasi dan penyuluh
swadaya diraih oleh Desa
Langir, Kecamatan Kangae”
ceritanya mengenang dengan
raut senyum sumbringah.
“Awal mulanya, 1 Agustus 1990
kami menjadi anggota
Gapoktan. Waktu itu kami cuma
membudidayakan kakao saja.

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

17

Cerita Sukses
Karena adanya kebutuhan
anggota, dibentuklah unit
simpan pinjam pada Tahun
1995. Kalau tidak salah
dibawah bimbingan Yaspen.
Setelah itu, pada Tahun 2012
disepakati pembentukan
Koperasi Simpan Pinjam. Kami
ini adalah generasi kedua, ahli
waris dari orang tua kami”
begitu kisahnya mengurai
sejarah berdirinya koperasi
mereka.
Jadi, saat masuknya program
Anggur Merah, mereka telah
memiliki koperasi yang
diturunkan dari generasi
sebelumnya.
“Kami, anak-anak pengganti
orang tua ini merasa malu.
Karena orang tua kami dengan
SdM yang rendah saja
bisa berkoperasi. Bahkan
pendiri koperasi awal itu,
masih ada yang hidup
saat ini” begitu
keterangan Oskari Yakob
Laka.

mengukur kadar air. Harganya
kami tentukan sesuai harga
yang ditentukan PT.Coomestra.
Dengan jaminan kualitas yag
tinggi itu, kami bisa dipercaya.
Sekarang, telah masuk lagi satu
orang pengusaha, dengan
tawaran harga yang lebih
tinggi”
Koperasi ini pun telah
mendapatkan perhatian dari
berbagai pihak. Ada bantuan
dari Anggota DPRD setempat.
Bantuan dari Dinas Koperasi.
Tahun 2013, merri eka juga
mendapatkan bantuan dari dari
Bappeda,lewat Program P2D4T.
Ada juga bantuan untuk gudang
dan lantai jemur dari dinas
Pertanian untuk Tahun 2015.

Untuk Gudang, dibantu sebuah
bangunan dengan ukuran 10m x
15m. Sedangkan bantuan lantai
jemur, diberikan bukaan lantai
semen dengan ukuran 8m x
12m. Kira-kira bisa menampung
lebih dari satu ton kakao.
Sebelumnya, pada Tahun 2012,
mereka telah mendapatkan
batuan lantai jemur juga untuk
setiap rumah anggota.
“Untuk Tahun 2014 lalu,
perputaran uang khusus unit
pemasaran saja mencapai lebih
dari Rp.1 Milyar. Saat itu, hasil
panen berkisar 35 ton biji
kering. Harganya di pasaran
laku dengan nilai Rp.32 ribu per
kilogramnya. Prinsipnya, semua
sudah sepakat. Jadi, kita buat

Untuk diketahui, koperasi
ini telah memilik kantor
sendiri. Dari hasil
swadaya anggota
kelompok, telah juga
dibentuk enam unit usaha.
Masing-masing unit usaha
memilki pengurus sendirisendiri.
Ada ketua unit usaha,
bendahara dan
sekretarisnya. Saat ini
mereka telah memiliki 40
orang anggota kelompok.
Semua anggota punya
kebun sendiri-sendiri.
“Kami buatkan contoh,
hasil kakao dengan
kualitas bermutu yang
tinggi, kepada anggota
kelompok. Mutu
diutamakan. Kami
gunakan alat, untuk

18

EDISI 11 / Nevember 2015

Oskari Yakob Laka

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses
yang sudah kita sepakati
bersama itu. Kami
bersyukur dapat bantuan
anggur merah ini, saat
pasokan berlebih di
Bulan Juni” begitu cerita
manajer koperasi dengan
entengnya.

Untuk diketahui, Kepal
Desa beranak empat itu
telah menetapkan dua
peraturan Desa. Peraturan
Desa Nomor 4 tentang
Kelembagaan Adat dan
Peraturan Desa Nomor 4
tentang Sanksi Adat.

Saat ditanya tentang
harapan kelompok Plea
Puli, disebutnya mesin
pengolah kakao biji.
“Kami sudah usulkan
proposal ke koperasi
untuk pengadaan mesin
pengolah biji kako
menjadi teping setengah
jadi. Mesin itu kira-kira
harganya Rp.300 juta.
Untuk skala rumah
tangga, maksimal produksi 200
kg per hari. Kami sudah sempat
lihat mesinnya di makasar juga.
Infonya, proposal kami sudah
langsung dibawa Ibu Kadis
Koperasi ke pusat. Mudahmudahan bisa dilayani” begitu
katanya berharap.

Desa Bloro berbatasan
wilayah dengan Desa
Riit/Ladogahar Kecamatan
Nita di Bagian Utara.
Berbatasan dengan Desa
Lusi Tada Kecamatan Nita,
di bagian selatan.

Sementara itu, Soter Sani
Nurak, Kepala Desa Bloro
sempat juga kami wawancarai.
Pria berusia 54 tahun itu
menyampaikan ucapan
syukurnya atas perhatian
Pemerintah Provinsi NTT.
“Terim kasih, Pemerintah
Provinsi sudah bantu kami.
Membantu masyarakat dalam
bidang perekonomian. Bukan
saja bermanfaat untuk orang
per orang, tetapi juga untuk
kelompok-kelompok, termasuk
kelompok perempuan. Untuk
desa kami, kami sangat percaya
dengan kelompok yang ada.
Usia kelompok mereka memang
sudah matang” begitu jawan
Soter.

Soter Sani Nurak, Kepala Desa Bloro

takut kalau melakukan
kesalahan. Termasuk tidak
mengembalikan pinjaman
mereka.
”Repot kalau sudah berurusan
dengan adat. Berlaku sanksi
yang kami sebut Tua Wawi.
Mereka yang dihukum wajib
beri makan orang. Denda babi
50 ekor, beras 50 kilogram,
moke 25 botol. Untuk yang tidak
mengembalikan pinjaman
Anggur Merah tambah satu lagi.
Teriak dari ujung kampung, ke
ujung kampung” begitu terang
soter.

Pada bagian barat
berbatasan dengan Desa
Tilang Kecamatan Nita.
Bagian Timur, berbatasan
dengan Nita/Nita Kloang,
Kecamatan Nita. Luas wilayah
136.448 hektar.
Total jumlah penduduk
sebanyak 1.441 jiwa, yang
mendiami empat Dusun.
Topografi Desa Bloro terdiri dari
kawasan gambut, aliran dan
bantaran sungai.
Dengan curah hujan sedang,
1.470 Mm. Hujan setiap 6 bulan,
dengan suhu rata-rata harian
mencapai 380 C. Ketinggian
tempat dari pemukiman laut
yaitu 300-400 mdl. (LWL/hms)

Sebagi informasi tambahan,
desa ini telah memilki Peraturan
Desa tentang Sanksi Adat.
Karenanya, masyarakat juga

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

19

Cerita Sukses

Kalau Bisa,

Ada Penambahan

“Saya ingin meminjam lebih dari Rp.5 juta. Saat putaran pertama,
saya pinjam Rp.2 juta untuk penggemukan babi. Saya bisa beli babi lima ekor.
Saya beli dengan harga Rp.500 ribu per ekor.
Jantan dua ekor, betina tiga ekor.”

D

emikian kata Elisabeth
Nona Elvi (37).
Diceritakannya bahwa,
empat ekor babi kemudian laku
terjual pada bulan ke tiga.
Masing-masing ekor dihargai
dengan Rp.800 ribu. Sementara
itu, satu ekor babi betina lagi,
tetap dipelihara. Babi itu
kemudian bisa melahirkan 5
ekor babi.

modal lebih besar lagi. Saya
mau bangun kios lebih luas.
Kalau kelola baik-baik pasti
bagus. Kalau salahgunakan,
tidak baik. Tergantung
anggota…” demikian kata
wanita beranak empat itu
berpendapat.

Magdalena telah
mengusahakan kiosnya sejak
Tahun 1997. Ia pun telah dua
kali melakukan pinjaman.
Pinjaman pertama sebesar
Rp.10 juta dan ibu beranak
empat ini telah melunasi
pinjaman pertamanya.

“Satu ekor kasi orang, yang
punya jantan waktu kawin. Satu
ekor lagi jual Rp.730 ribu. Sisa
tiga ekor” begitu kata Ibu Elvi,
langsung mengajak kami
melihat ke rumahnya.
Ibu dua anak itu tidak merasa
kesulitan, mengembalikan
cicilan tiap bulannya. Setiap
bulan, ia mencicil sebesar
Rp.164 ribu, selama 18 bulan.
Baginya, kesulitan
pengembalian bisa ditutup dari
hasil usaha lain. Setidaknya,
hasil penjualan kelapa, bambu
dan kakao cukup untuk itu.
Untuk kopra, bisa diraup
keuntungan hingga Rp.600
ribuan sekali panen. Panennya
dilakukan tiga bulan sekali.
Sementara kakao, setahun
sekali panen.
Pendapat yang sama terlontar
juga dari mulut Magdalena
Rince (52). “Kalau bisa tambah

20

EDISI 11 / Nevember 2015

ANGGUR MERAH

Magdalena Rince bersama Stefaneus Jelalut,S.Fil,M.TH
tenaga PKM di depan usaha kiosnya

Cerita Sukses
Pinjaman ke dua dengan
besaran yang sama, dilakukan
lagi pada Tahun 2015 ini. Untuk
jangka waktu 18 bulan
pinjaman, ia harus mencicil
sebesar Rp.666 ribu per
bulannya.
Baginya cicilan sebesar itu
tidak memberatkannya. Dari
hasil penjualan kiosnya, paling
rendah diperoleh untung
sebesar Rp.300 ribuan.
Rata-rata, keuntungan
harinya adalah sebesar Rp.500
ribu hingga Rp.600 ribu.
Bahkan, keuntungannya bisa
mencapai Rp.1 juta sehari,
kalau ada acara didesanya.
Pagi itu, Rabu (25/11), tim
kami bergegas menuju
beberapa desa yang telah
disepakati bersama. Target
kami, minimal bisa melihat
langsung desa-desa di Wilayah
Kecamatan Koting dan Nita.
Semoga masih cukup waktu,
satu desa lagi di Kecamatan
Lela. Begitu pikir kami.

Setelah menyapa dan
bersalaman, kami langsung
diterima salah satu Kaur di desa
itu. Dia adalah Elisabeth Nona
Elvi. Ibu Elvi juga adalah salah
satu anggota koperasi, yang
telah menyelesaikan
pinjamannya.
Saat ini, dia telah meminjam
lagi sebesar Rp.5 juta. Tepatnya,
di bulan Oktober akses
pinjaman ke duanya.
Rencananya, akan dipakai
untuk membeli babi lagi.
Tak berapa lama, hadir juga
seorang ibu. Namanya adalah
Klemensia Luisa, SE. Rupanya,
dia adalah Bendahara Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Paubekor.
Koperasi itu dibentuk pada
tanggal 2 Oktober 2014.
Sebenarnya, desa ini adalah
penerima bantuan di Tahun
2012. Ketika itu, belum
berbentuk koperasi. Artinya,
keliru juga kalau ada anggapan

Bahwa semua desa penerima
bantuan sebelum dibentuk
koperasi, gagal.
Menurut Klemensia, beberapa
orang anggota baru membayar
simpanan pokok dan wajibnya,
saat meminjam. Pada
September 2015, tercatat total
uang yang masih beredar di
kelompok masyarakat adalah
sebesar Rp.289.150.000,-.
Dana yang tersimpan di
rekening koperasi adalah
Rp.18.325.000,- dan kas koperasi
sebesar Rp.13.026.500,- Dengan
demikian, total asset seluruhnya
adalah senilai Rp.312 juta.
Koperasi ini memiliki sembilan
kelompok. Jumlah anggotanya
telah mencapai 88 orang.
Jumlah perguliran sejak Tahun
2013 hingga 2014, berjumlah
Rp.143 juta. Sedangkan jumlah
perguliran di awal 2015 hingga
sekarang adalah sebesar
Rp.321 juta. (LWL/hms)

Jarak yang tidak terlalu jauh,
jika dibandingkan dengan
beberapa daerah liputan kami
sebelumnya. Kurang dari satu
jam perjalanan konvoi, kami
tiba juga. Pagi itu, telah hadir di
kantor desa itu beberapa orang
ibu. Sepertinya, mereka sedang
ada kegiatan. Benar juga,
informasinya bahwa ada
pembagian benang untuk para
ibu.
Kepala Desa telah selesai
jabatannya pada Bulan Juli 2015
lalu. Untuk sementara, Maria N.
Kesna, Sekretaris Desa adalah
Pelaksana tugas Kepala Desa.
Maria bersama Kepala Urusan
(Kaur) Pemerintahan, dilaporkan
sedang mengikuti pelatihan di
Hotel Gardena.
Klemensia Luisa, SE. Bendahara Koperasi Simpan Pinjam Paubekor

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

21

Cerita Sukses

Senang....!!
Piaraan Sapi Kembali
“Dulu waktu di Baubau, kami dapat bantuan sapi dari Dinas Peternakan.
Sapinya berkembang pesat sampai puluhan ekor. Namun kami menjual semua
sapi tersebut setelah memutuskan untuk pulang kampung pada tahun 2006”
lagi. Saat Anggur Merah datang
dan kami diberi peluang
meminjam uang, saya bersama
suami langsung memutuskan
untuk membeli sapi. Saya
senang bisa piara sapi kembali”
jelas wanita yang hanya
mengenyam pendidikan SD
dengan mata berbinar-binar.

Viktoria dan Yohanes Petrus, anak sulungnya

D

emikian diungkapkan
oleh Ibu Viktoria, isteri
dari Antonius Hile salah
satu anggota kelompok Sinar
Watu Jajing Desa Aebura
Kecamatan Waigete saat
ditemui tim buletin Anggur
Merah di rumahnya.
Meninggalkan Kota Maumere
manise saat waktu menunjukan
pukul 10.00 wita, panas mulai
mendera. Tak salah kami
memutuskan untuk memakai
jasa mobil rental. Selain karena
alasan keamanan karena
tingkat kecelakaan bermotor di
Sikka tergolong tinggi, kami
juga bisa menikmati sejuknya
suhu dari AC mobil.
Dengan ditemani iringan
lagu-lagu lawas, mobil yang
dikendarai oleh Om Yopi melaju

22

EDISI 11 / Nevember 2015

kencang pada jalanan lurus
Maumere-Larantuka. Dengan
kemampuannya, lelaki
berdarah campuran SikkaAmbon mengajak kami sedikit
berterbang sepanjang 20-an km.
Rupanya Alfrianus K. Caesar,
PKM Wulonwalun yang
menemani sekaligus penunjuk
jalan, sudah lupa jalan ke
Aibura. Syukurlah, ada papan
pemandu jalan, sehingga kami
tak tersesat untuk kedua
kalinya. Bermodalkan jawaban
dari masyarakat yang kami
temui di pinggiran jalan, kami
tiba juga di kantor Desa Aibura.
“Kami mulai merintis hidup
dari nol lagi. Selama delapan
tahun, kami hanya memendam
keinginan untuk punya sapi

ANGGUR MERAH

Di rumahnya yang hanya
berjarak sekitar 50 meter dari
kantor desa dengan ditemani
PKM Desa Aibura, Kurniawati
Selci, ibu delapan orang anak
itu menjelaskan bahwa mereka
meminjam sebesar Rp 6 juta
untuk membeli seekor sapi. Sapi
tersebut sedang bunting 2
bulan.
Rupanya keluarga sederhana
tersebut cukup terbuka satu
sama lain. Tatkala sang suami
yang adalah anggota kelompok
tak bisa ditemui karena sedang
bekerja di kebun, isteri dan
anak-anak dapat memberikan
informasi yang memadai.
“Kalau saya ambil uang dan
langsung dihabiskan, baru saya
merasa beban. Tetapi ini, saya
ambil ada imbalannya yakni
seekor sapi. Saya tidak rasa
beban lagi untuk kembalikan
dana Anggur Merah karena
kami punya jaminan,” jelas ibu
Viktoria dengan bahasa
Indonesia yang cukup lancar.

Cerita Sukses
“Saya bekerja bantu
bapak dan mama di
Anggur Merah,” jelas pria
17 tahun yang hanya
tamatan SD ini dengan
penuh semangat. Jawaban
ini membuat tim merasa
tambah bingung.

Ibu Viktoria

Ia menguraikan lebih lanjut
bahwa untuk mencicil
pengembalian, mereka bayar
dengan bekerja sebagai buruh
bersama anak-anak, seperti
memetik cengkeh milik orang
lain dengan biaya Rp 5 ribu per
kilogram.
Saat sang ibu sedikit lupa
tentang besarnya jumlah
cicilan, Yohanes Petrus, anak
sulungnya langsung
menyebutkan angka pasti
sebesar Rp. 394.000/bulan.
Jawaban ini membuat kami
termangu, tak mungkin sang
anak tahu kalau orang tua tidak
menjelaskan secara terbuka.

“Kelompok kami yang
berjumlah 18 orang
memiliki rasa
persaudaraan dan
kekompakan yang tinggi.
Kalau ada anggota
kelompok yang
mengadakan pesta atau
dirundung duka, maka
semua anggota kelompok
berserta anak-anak harus
terlibat aktif di dalamnya,”
lanjut ibu Viktoria setelah
penjelasan anaknya.
“Begitu juga kalau ada orang
lain yang ingin cari pekerja
untuk garap lahan kebunnya,
tinggal hubungi anggota
kelompok dengan tarif Rp. 100
ribu per jam. Anggota yang
berhalangan dapat di gantikan
oleh anak-anaknya. Jika ada
anggota yang tidak terlibat
sama sekali dalam pekerjaan,
akan dikenakan denda Rp. 20
ribu” jelas ibu yang mengaku
pernah merantau dan tinggal di
Baubau sejak kecil.

Ditambahkannya, uang
kelompok tersebut bisa dipakai
kalau ada anggota kelompok
punya kebutuhan. “Bunganya
tidak diteapkan. Kalau pinjam
100.000, bunganya mungkin Rp
10.000,- dengan waktu pinjaman
tidak ditentukan,” jelas ibu
Viktoria.
Ia mengaku kegiatan
kelompok ini sudah berjalan
selama setahun. Dari 18
anggota kelompok tersebut,
hanya 7 yang lolos verifikasi
pinjaman di Koperasi Anggur
Merah Sama Sejahtera.
Ia sendiri belum bisa mencicil
selama dua bulan terakhir
(bulan September sampai
dengan bulan Nopember)
karena mereka sedang
mempersiapkan acara terima
hantaran belis keponakannya,
anak wanita dari adik laki-laki
suaminya.
Tingginya rasa solidaritas
antara anggota kelompok
Anggur Merah juga diakui oleh
Maria Kristina Rima, anggota
kelompok Berdikari. Alumnus D3
Keperawatan ini menjelaskan
bahwa di antara sesama
anggota kelompok berdikari
yang berjumlah 5 orang ini
tumbuh rasa kebersamaan.

Maria Kristina Rima berpose di dalam usaha kiosnya

ANGGUR MERAH

EDISI 11 / Nevember 2015

23

Cerita Sukses
“Ada pertemuan kelompok
setiap tanggal 21 untuk sekadar
berbagi pengalaman di
antarara anggota kelompok
yang semuanya ibu-ibu. Setiap
anggota wajib menyerahkan
uang iuran wajib Rp 10.000 per
anggota untuk mengantisipasi
kebutuhan mendadak seperti
dipinjamkan untuk ongkos anak
sekolah atau untuk kepentingan
kesehatan. Bunganya Rp. 5-10
ribu,” jelas alumnus Universitas
Nusa Nipa Maumere ini.
Wanita beranak dua yang
juga dipercayakan sebagai
bendahara KSP Sama
Sejahtera (Satu Hati
Membangun Aibura Sejahtera)
mengaku meminjam uang
sebesar Rp. 5 juta untuk
penambahan modal usaha kios
yang telah dirintisnya sejak
September 2014.
“Saya tidak punya pinjaman
di tempat lain. Saya berani
pinjma di Anggur Merah karena
cicilan dan bunganya kecil serta
tidak dikenai potongan
administrasi. Sebagai
bendahara koperasi, saya
berusaha untuk bekerja secara
sukarela tanpa beban demi
kebaikan bersama anggota
kelompok,” kata wanita yang
bekerja sebagai Tenaga Kerja
Sukarela di Pustu Aibura sejak
tahun 2014 ini.
Satu yang kadang membuat
dirinya kecewa yaitu sudah
berjalan jauh-jauh ke pelosok
desa, yang diperolehnya bukan
cicilan tapi cacian dan
kemarahan dari warga.
Hal serupa diakui oleh
Kurniawati Selci, PKM Desa
Aibura saat ditemuii di kantor
desa. Wanita berdarah Makasar
ini mengakui bahwa karakter
masyarakat Aibura yang sering
mengungkapkan sesuatu yang
tidak mereka senangi secara
terbuka.

24

EDISI 11 / Nevember 2015

“Sudah enam bulan ini, ketua
pengurus koperasi yang baru
belum dilantik. Hal ini
mengakibatkan pengelolaan
dan pelayanan koperasi tidak
berjalan sebagaimana
mestinya,” jelas Sarjana
Komputer kepada tim buletin
Anggur Merah.
Didampingi Sekretaris Desa
Aibura Marselus Oktavianus
Laka, wanita beranak satu ini
menguraikan bahwa uang
sekitar Rp 68 jutaan di rekening
belum dapat digulirkan lagi
karena belum adanya
serahterima jabatan dari ketua
koperasi yang lama ke ketua
yang baru.
KSP Sama Sejahtera dibentuk
pada bulan April 2014 dengan
simpanan pokok Rp. 100.000,
SMK (Simpanan Modal
Koperasi) sebesar Rp. 100.000,
iuran wajib yakni Rp 10.000 dan
simpanan pangkal senilai Rp
50.000 per anggota. Jumlah
anggotanya yang mencapai 71
orang, baru 51 orang yang
memanfaatkan dana tersebut.
Menanggapi keluhan
tersebut, Sekretaris Desa
mengakui bahwa SK Kepala
Desa untuk pengurus baru telah
diterbitkan. Hanya saja Kepala
Desa dan perangkatnya sedang
dikejar waktu mengelola Dana
Desa.

melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan dana
Anggur Merah.
“Saya melakukan audit
internal terhadap dana tersebut
sebanyak empat kali.
Seharusnya sebagai bagian
dari APBDes, Dana An