Anggur Merah AM 12 Flotim
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Koten Kelen Pulit Maran :
Religiositas
dan Pemberdayaan
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur 9
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
Jadikan Desa
Sebagai 'Surga'
11
Dari Redaksi
Religiositas dan Pemberdayaan
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)
Lewotana merupakan sebutan khas bagi Kabupaten Flores Timur.
Sebutan ini mampu membangkitkan semangat serta menciptakan
persatuan kokoh masyarakat Flotim yang tersebar di tiga pulau besar Flores,
Adonara dan Solor. Gelekat Lewotana atau panggilan untuk berbakti
kepada kampung halaman, selalu bergelora di mana pun anak-anak
Lewotana berada.
Gelekat Lewotana telah menjelma menjadi sebuah ungkapan religiositas
lokal. Keterlibatan aktif dalam berbagai aktivitas pembangunan merupakan
sebuah ibadah yang memiliki nilai transendental. Leluhur diyakini selalu
mengikuti ke manapun anak-anak Lewotana melangkah. Restu leluhur bisa
terungkap dalam berbagai keberhasilan.
Sebaliknya, kegagalan menunjukkan kemurkaan leluhur. Dalam bahasa
agamanya, ada dosa dan pengkhianatan terhadap wasiat yang telah
diturunkan oleh nenek moyang. Reunifikasi hanya terjadi lewat proses
pemulihan secara adat.
Spirit yang diusung oleh kebijaksanaan lokal ini sesungguhnya sejalan
dengan upaya pemberdayaan masyarakat yang didengungkan dalam
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Mengedepankan
semangat kebersamaan dalam membangun ekonomi lokal masyarakat
desa.
Ungkapan Koten Kelen Pulit Maran dalam budaya Lewotana,
memperlihatkan pentingnya kerjasama yang harmonis di antara berbagai
unsur yang terlibat peningkatan ekonomi masyarakat desa mulai dari
perangkat desa, PKM, pengurus dan masyarakat penerima manfaat dana
tersebut. Harus ada etika bersama yang dijunjung.
Perangkat desa terlibat aktif dalam pengawasan, PKM dan Pengurus
menunjukan pengabdian yang tulus, masyarakat penerima manfaat pun
hendaknya memiliki rasa malu, bila tidak mengembaliikan dana bergulir
tersebut.
Lewotana tidak pasif menanggapi Program Pemerintah Provinsi.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur melakukan replikasi lewat Program
Gerbang Emas. Integrasi kedua program dengan jumlah dana yang sama
diharapkan dapat menghantar masyarakat Flores Timur menuju
kemandirian.
Untuk menopang harapan ini, Gelekat Lewotana hendaknya tetap terpatri
dalam diri masyarakat. Bakti dan karya harus tetap menggelora di dalam
hati dan sanubari no serta oa sebagai generasi penerus. Hukuman dan
sanksi adat atau suku harus tetap ada agar proses pemberdayaan dapat
berdaya guna mengurangi angka kemiskinan.
Semoga leluhur dan Tuhan Rera Wulan merestui semua upaya tulus
Pemerintah Daerah …
Pemimpin Redaksi
Viktor Manek, S.Sos, M.Si
Mengapa
Anggur Merah...?
4
9
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
11
Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
Jadikan Desa
Sebagai ’Surga’
14
Yakobus Peka
Tolong, Naikan
Besaran Pinjaman
16
Anak Muda
30
Juga Bisa..!
Masih Perlu
33
Siprianus Kopong Koli
Saya Ini,
Cuman Abdi Lewotana
19
Kelompok Soulmate Glorious
Panggilan Toa
Desa Lebanuba
Kepala Desa Mokantarak
Di Evaluasi
Masyarakat Punya
35
Kepala Desa Hokeng Jaya
Budaya Malu Tinggi
Lambertus Kia Pati
22 Sangat Membantu
23
Masyarakat
Jangan Dibebani
37
Ketua Koperasi Kredit Olah Gelekat
Helena Bali Open
26 Mau Minta, Nana le..
38
Pendapat
Oleh : Saijidin Sengaji,S.Pd
Suara PKM
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
3
Program Anggur Merah
Mengapa
Anggur Merah...?
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
S
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang
4
EDISI 12 / Desember 2015
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR
ANGGUR MERAH
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.
Program Anggur Merah
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.
Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
5
Program Anggur Merah
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
6
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Program Anggur Merah
Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
7
Program Anggur Merah
Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)
8
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur
“Saya sangat yakin pasti ada dampaknya…
Terlihat ada perubahan di masyarakat, sebelum dan sesudah, hadirnya
Program Anggur Merah ini. Karena itu, sejak Tahun 2012, kami juga meluncurkan
Program Gerbang Emas. Ini bentuk dukungan Pemerintah Daerah Flores Timur”
B
egitu tanggapan
Valentinus Tukan,S.AP,
Wakil Bupati Flores
Timur, siang itu, Selasa (1/12).
Rupanya, telah hadir juga saat
itu Drs.Theodorus L. Hadjou,
M.Si, Kepala Bappeda
Kabupaten Flores Timur.
Bertempat di ruang kerja wakil
kepala daerah itu, Tim Peliputan
Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah diterima
ramah.
Kesan ramah kami dapat
sejak awal, disapa staf tata
usaha. Senyum ramah berikut
datang dari orang nomor dua,
di Kota Reinha itu. Bapak
Yoseph Lagadoni Herin,S.Sos,
Bupati, diinformasikan sedang
bertugas ke Kupang.
“Mohon maaf sebelumnya,
Bapak Wakil Bupati. Kami
sengaja tidak
menginformasikan secara resmi,
tugas peliputan ini. Kami akan
memotret, apa adanya. Liputan
ini berusaha mendeskripsikan
fakta di lapangan. Hasil liputan
yang baik semoga bisa menjadi
inspirasi. Cerita gagal, kami
harapkan dapat menjadi
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
9
Fokus
pembelajaran bersama”
demikian pengatar Viktor
Manek,S.Sos,M.Si, pimpinan
rombongan, saat
menyampaikan maskud dan
tujuan penugasan.
“Hampir semua desa sudah
dapat program ini. Tentunya,
program pemberdayaan seperti
itu punya manfaat. Tim bisa
langsung melihat sendiri di
lapangan nantinya. Kami
sepakat dengan konsep
pemberdayaan seperti itu.
Sejauh ini, kami tidak
mengalami masalah berarti.
Secara umum, baik” demikian
tambah Putera Waibalun itu.
Disebutnya, program replikasi
itu juga memberi nilai modal
yang sama besarnya, Rp.250
juta per desa.
“Sebelumnya, orang melihat
tidak mungkin ada ternak ayam
dan kambing di beberapa
daerah. Contohnya, pada
beberapa wilayah di Solor
Timur. Sekarang, ada ternak
ayam dan kambing. Usaha
nelayan juga jalan bagus. Ada
banyak usaha produktif yang
digeluti masyakat” begitu cerita
Valentinus mengisahkan hasil
kunjungannya ke beberapa
desa.
Suasana wawancara siang itu, Ruang Kerja Wakil Bupati Flores Timur
Selasa (1/12).
Diakuinya, kalau Program
'Gerbang Emas' belum
mencapai seluruh desa yang
ada di Flores Timur. Tetapi,
hampir semua desa telah
dijamah beberapa program
pemberdayaan. Jika dihitung
dengan sentuhan program
Pemberdyaan ala Pemerintah
Provinsi NTT, sebagian besar
desa sudah terjangkau.
(LWL/hms)
Pose Bersama. Seluruh tim buletin, Viktor Manek,S.Sos,M.Si,
pimpinan redaksi dan Wakil Bupati Flores Timur
10
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
Drs.Theodorus L. Hadjou,M.Si,
Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
Jadikan Desa
Sebagai'Surga'
“Kami butuh pembinaan lanjutan. Program Pemberdayaan ini
sangat bermanfaat. Masyarakat sangat berterima kasih.
Hampir semua desa telah mendapatkan bantuan modal,
untuk usaha ekonomi produktif mereka. Aneka usaha masyarakat itu,
akan teman-teman jumpai nanti, saat peliputan”
D
emikian komentar awal
Drs.Theodorus L.
Hadjou,M.Si, Kepala
Bappeda Kabupaten Flores
Timur, ketika diberi kesempatan
berbicara. Masih dari ruang
kerja Valentinus Tukan,S.AP,
Wakil Bupati Flores Timur,
wawancara tim lakukan.
Menarik minat orang untuk
kembali ke desa
digambarkannya.
Menurutnya, sekarang ini,
tidak banyak orang mau ke
desa. Karena itu, sedang juga
didesain beberapa kebijakan,
penjelasan Theodorus yang
selalau nampak tersenyum
hangat itu.
menjadikan Desa dan
Kecamatan sebagai 'Surga’.
“Fokus kami sekarang ini
adalah, pada penguatan
kapasitas sumberdaya
manusia. Untuk program
pemberdayaan ini, jelas sangat
bermanfaat. Karena itu, fokus
kami tidak lagi pada kucuran
dana. Kami sudah merancang
pembiayaan bagi Pemerintah
Kecamatan, untuk berbagai
tugas pendampingan di desa.
Semua program yang ada di
desa, harus juga menjadi
perhatian kecamatan” begitu
Membenarkan penegasan
sang Wakil Bupati, mantan
Camat Tanjung Bunga itu
menambahkan. Gambaran
pelaksaan program, kendala
lapangan juga saran,
diutarakan beliau secara
terbuka.
Cerita dari lapangan tugas
juga dibagikan, pria beranak
tiga itu. Pengalaman menjadi
camat di Tahun 1999 pun
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
11
Fokus
dikisahkannya. Saat itu, mereka
mempedomani ketentuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pemerintahan
Daerah.
“Usul kami, agar peran
Pemerintah Kecamatan bisa
diperkuat kembali. Jika dulu,
camat mampu melaksanakan
perannya sebagai kepala
wilayah. Saat ini, Pemerintah
Kecamatan cenderung terlibat
pada urusan administratif saja.
Kalau bisa, pola seperti dulu itu
dibangun lagi. Tidak perlu ada
UPTD yang banyak di
kecamatan. Pemerintah
Kecamatan bisa melaksanakan
urusan-urusan pemerintahan
itu” begitu usul Putera Lewolere
itu.
“Daripada camat dapat satu
mobil dinas, lebih baik belikan
motor saja untuk staf. Bisa
dapat 10 motor. Itu lebih cocok,
dengan kondisi topografi di sini.
Untuk disegani sebagai camat
pun, tidak perlu mobil yang
mahal. Cukup, dekat saja
dengan masyarakat. Fasilitas
kendaraan bisa menyesuaikan”
begitu jawaban Theodorus,
menanggapai pernyataan usil
tim.
Berkali-kali, lulusan APDN
Tahun 1985 itu mengaskan
pentingnya perhatian kepada
desa, juga kecamatan. “Seusai
pembahasan anggaran, kami
akan usulkan dana koordinasi
bagi kecamatan. Usulan dana
koordinasi itu, untuk
memperlancar pendampingan
camat terhadap programprogram pemberdayaan di
desa. Hingga Tahun 2015 ini,
Program Anggur Merah telah
menyentuh 145 desa/kelurahan,
di Flores Timur. Untuk
pendampingannya, ditugaskan
64 orang Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM)” urai mantan
kepala bagian organisasi itu.
Sebelumnya, ia pun sempat
lama menjabat pada Bagian
Pemerintahan Sekretariat
Daerah Kabupaten Flores Timur.
“Lima orang tenaga PKM
telah kami berhentikan. Mereka
tidak menjalankan tugasnya,
memfasiltasi koperasi atau
Kelompok-kelompok usaha
masyarakat. Beberapa orang
diantaranya, belum diganti.
Tetapi, kami telah menunjuk
PKM yang ada untuk
membantu. Surat Tugas
Sementara untuk PKM
pengganti, sudah kami
terbitkan” begitu katanya
menerangkan.
Terkait keberadaan Badan
Usaha Miliki desa (BUMdes),
kami pun meminta pendapat
beliau. Menurutnya, kehadiran
BUMdes dapat lebih
memperkuat peran desa.
“Kehadiran koperasi di desa
saat ini, sudah tepat. Suatu
saat, koperasi itu bisa melebur
ke dalam BUMdes yang sudah
dibentuk. Pada tahun pertama,
bantuan dana pemberdayaan
dari provinsi harus dimasukan
dalam pos penerimaan desa.
Pada tahun ke dua, bisa
dimanfaatkan dalam pos
pembiayaan” katanya, sambil
menerangkan upaya Bappeda
bersama BPMPD setempat
mempersiapkan pembentukan
BUMdes.
Wawancara lanjutan bersama Drs.Theodorus L. Hadjou,M.Si, Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
bertempat di ruang kerjanya.
12
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
“Tinggal ganti baju saja. Bagi
desa yang sudah memiliki
koperasi, tidak perlu
membentuk BUMdes baru lagi.
Masuk menjadi penyertaan
modal saja bagi BUMdes. Bagi
desa yang belum tersentuh
program, dengan koperasi
sebagai wadahnya, perlu
menjadi prioritas dibentuk
BUMdes” kurang lebih seperti
itu tanggapan beliau, menyikapi
hadirnya Undang-Undang
Desa.
Empat tim kami sepekati. Tim
satu bertugas mengunjungi
desa-desa di Kecamatan
Tanjung Bunga, Lewolema, Ile
Mandiri dan Larantuka. Tugas
tim dua, menyisir desa-desa di
Wilayah Kecamatan
Wulanggitang, Ile Bura,
Titehena dan Demon Pagong.
Untuk tim tiga, ditugaskan
menyusuri wilayah Adonara
Daratan. Terdapat delapan
Kecamatan di sana. Kecamatan
Wotan Ulumado, Adonara Timur,
Ile Boleng, Witihama,
Klubagolid, Adonara, Adonara
Barat dan Adonara Tengah.
Tim empat bertugas pada
wilayah desa-desa dalam
Kecamatan yang ada di
Kepulauan Solor. Tiga
Kecamatan di sana adalah
Solor Barat, Solor Timur dan
Solor Selatan. Bagaimanakah
hasil liputannya...?
Mari ikuti kisah-kisah kami
berikut ini....
(LWL/hms)
Disampaikan juga bahwa
BPMPD tengah giat membangun
sistem aplikasi keuangan di
desa. Bersama AIPD, setidaknya
telah difasilitasi pembuatan
SIMDA desa pada dua desa.
Desa Mokantarak di Larantuka
dan Desa Nulang di Kecamatan
Adonara, disebutnya sedang
diuji coba denga sistem aplikasi
berbasis web itu.
Beliau pun kemudian
mengajak kami ke Kantor
Bappeda. Beberapa orang PKM
telah menunggu kami. Sengaja,
kami pun tidak memberikan
informasi resmi terkait
kedatangan kami, kepada para
PKM.
“Harapan kami, Dana Anggur
Merah tetap jalan. Dana itu
untuk penguatan usaha
ekonomi produktif masyarakat.
Program Gerbang Emas
memberi dukungan. Sehingga,
sumber dana lainnya, bisa kami
peruntukan bagi pembangunan
infrastruktur desa“ pungkasnya
sambil tersenyum.
Setelah mendapatkan
wejangan yang cukup, kami
menemui para PKM yang sudah
menunggu. Pembagian tim kami
lakukan untuk mengunjungi 19
kecamatan di Tanah Lewo,
Tanah Lamaholot, Flores Timur.
Suasana pembagian empat tim bersama Pendamping Kelompok Masyarakat
(PKM). Para PKM nampak serius, mengikuti penjelasan tim peliput.
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
13
Cerita Sukses
Tolong, Naikan Besaran Pinjaman
“Waktu itu, kami minta Rp.50 juta. Tapi, kami cuman dikasi Rp.10 juta saja.
Sebenarnya, kami mau pinjam lebih besar. Rp.100 juta juga kurang,
kalau musim mete, Rp.50 juta juga habis. Musim Kopra, kemiri, cokelat
juga lumayan”
B
egitu komentar Yakobus
Peka (50), saat kami
datangi tempat
usahanya. Ditemani Imelda
Abong (41), sang istri, mereka
menceritakan tentang
pengalaman mereka menjadi
anggota Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Pohe Pore.
kepada kami. Dengan adanya
program ini, kami merasa
tertolong. Saya lihat, usaha
masyarakat yang lain juga
jalan” begitu tanggapan awal
Yakobus terkait hadirnya
Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah di
tempatnya.
Pasangan suami-istri beranak
tiga itu, menerima kami di
tempat usaha perkiosan
mereka. Kios Gelekat Lewo,
namanya. Kalo diartikan dalam
bahasa Indonesia, kurang lebih
artinya adalah pelayanan untuk
orang banyak (desa).
“Keuntungan kami bisa
mencapai Rp.6 juta per bulan.
Saat musim panen dimulai di
bulan enam (Juni). Sampai
Bulan Sembilan (September),
masih juga ada hasil komoditi.
Kami sampai kewalahan,
membeli hasil mete dari
masyarakat. Kadang-kadang,
masyarakat juga tukar dengan
beras saja. Jadi, kami juga jual
beras di sini” begitu keterangan
“Terim kasih kepada
Pemerintah Provinsi NTT, yang
sudah memberi perhatian
Yakobus menjawab pertanyaan
kami.
Bersama Siprianus Kopong Koli,
Kepala Desa Koli Lanang, kami
diberi kursi saat wawancara
dalam kios mereka. Setelah
menyampaikan maksud
kedatangan, mereka pun
mempersilahkan kami untuk
duduk.
Kami dibolehkan juga
mengambil gambar. Terutama,
foto beberapa komoditi yang
masih ada di dalam kios itu.
Setelah mendengar, bolehnya
memberi usul, saran dan kritik
mereka pun lebih terbuka lagi.
Beberapa kali, mereka
mengulangi permintaan
tambahan dana.
Bersama tim (kiri) dan Siprianus Kopong Koli, Kepala Desa Koli Lanang (kanan), kami melakukan wawancara
di dalam kios mereka
14
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
harus bertindak adil. Menolong
masyarakat lain yang juga
membutuhkan.
Karena itu, sebenarnya, mereka
juga mengerti kesulitan bapa
desa dan pengurus koperasi.
Terungkap juga, jika usaha jual
beli hasil komoditi pasangan itu
sudah digeluti sejak kira-kira 13
tahun lalu. Saat itu, anak
pertama mereka masih duduk di
bangku Sekolah Dasar.
Yakobus Peka
“Pinjaman kami di koperasi,
adalah untuk tambahan modal
usaha saja. Bukan menjadi
tempat untuk pinjaman utama.
Kami juga sudah memulai
usaha ini sejak anak kami
masih kecil” seperti itu
keterangan yang terlontar.
Saat disinggung tentang
pandangan negatif beberapa
pihak, mereka pun nampak
tidak setuju. Bagi mereka, para
pihak yang berkomentar miring
itu, tidak merasakan manfaat
program. Bisa saja, ungkapan
itu keluar dari masyarakat, yang
juga belum mendapatkan
sentuhan program dana Desa
Mandiri Anggur Merah ini.
“Kalau Dewan kan tidak
rasakan bantuan ini. Walaupun
anggota dewan komentar
bagaimana bagaimana, kita
tetap jalan saja… Yang
merasakan manfaat kan kami
masyarakat” begitu
komentarnya tanpa terlihat
nada menggugat.
(LWL/hms)
Imelda Abong, istri Yakobus
“Program ini, manfaat banyak
ini. Kami termasuk peminjam
tahap pertama. Setiap bulan
kami cicil sebesar Rp.615,500,Karena pinjaman kami tidak
dilayani sebesar usulan, kami
cari pinjaman tambahan di
tempat lain. Kalau seperti itu,
bisa-bisa kami jadi nasabah di
tempat lain. Jadi, tolong kasi
naik besaran pinjaman lagi”
demikian tambah Imelda
Abong, sang istri.
Dari cerita mereka, terungkap
juga kalau permintaan
tambahan dana mereka sempat
membuat pusing kepala desa.
Pada satu sisi, kepala desa tahu
hasil kerja kios mereka. Pada
sisi yang lainnya, kepala desa
Hasil komoditi yang siap dipasarkan
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
15
Cerita Sukses
Saya Ini,
Cuman Abdi Lewotana…
Siprianus Kopong Koli, Kepala Desa Koli Lanang
“Kalau kita bekerja dengan hati, semua pasti aman ka ama.
Tapi, kalau kita kerja hanya pakai otak saja, pasti kacau ka…
Prinsipnya, jangan berpikir proyek. Saya jaga nama baik keluarga.
Saya tidak mau, besok-besok anak istri malu, karena korupsi”
U
ngkapan pernyataan
dengan dialeg Adonara
itu terlontar dari mulut
Siprianus Kopong Koli. Dia
adalah Kepala Desa Koli
Lanang.
Desa itu merupakan salah
satu penerima manfaat program
dalam wilayah Kecamatan
Adonara, di Tahun 2014. Desa
dengan 1.228 jiwa penduduk itu
memilki sebuah Koperasi
Simpan Pinjam (KSP).
16
EDISI 12 / Desember 2015
Mereka menamakannya
dengan sebutan KSP. Pohe Pore.
Koperasi itu memilki 11
kelompok, dengan 134 orang
anggota aktif.
“Terima kasih pak Gubernur.
Dengan adanya program ini,
masyarakat terbantu. Tahun
depan, saya rencanakan ada
penyertaan modal dari desa
untuk koperasi. Kalau BUMdes
sudah terbentuk, akan kami
tambahkan modal untuk
ANGGUR MERAH
koperasi melalui BUMdes itu.
Dengan dukungan Badan
Pengurus Desa, masyarakat
desa kami pasti sejahtera.
Fivety, Fivety. 50% untuk
pembangunan desa, 50% lagi
untuk koperasi/BUMdes” begitu
rencana pria beranak delapan
itu.
Rasa letih perjalanan kami di
hari ke tiga itu seakan terobati,
sejak bertemu dengannya.
Beliau menyapa kami dengan
Cerita Sukses
senyum. Banyak guyonan
terlontar kemudian. Senyumnya,
terus menghiasi wajah pria asli
Desa Koli Lanang itu.
“Kalau BUMdes sudah kuat,
desa bisa mandiri. Kita bisa
pekerjakan anak-anak muda di
desa. Terlalu banyak peluang.
Contoh saja, BUMdes bisa
menjual kebutuhan sembako,
dengan harga yang lebih
murah. Caranya, kita langsung
ambil beras dari Makasar.
Harga bisa ditekan. Bisa di
bawah Rp.553 ribu per 50
Kilogram karung beras” katanya
optimis.
Menurutnya, harga beras
mahal karena panjangnya
rantai distribusi. Setidaknya
melewati tiga tangan. Ongkos
kapal, gudang dan harga yang
ditetapkan distributor, membuat
barang lebih mahal.
Sebelumnya, kami mendapati
para pengurus koperasi di
kantor desa itu, dengan
beberapa tumpukan uang. Ada
pecahan Rp.100 ribu dan Rp.50
ribu tersusun rapi, diberi lipatan
berbatas. Tumpukan uang
receh, terlihat sedikit terhalang
beberapa gepok dan lembaran
pecahan uang kertas lainnya.
Salah satu pengurus koperasi sedang
menghitung uang yang masuk.
Nilai sementara, uang masuk saat itu
adalah Rp.30.137.000,-.
Total uang sementara siang
itu adalah Rp.30.137.000,-. Hari
itu adalah hari yang disepakati
anggota koperasi untuk
bertransaksi. Yah, tanggal 3
setiap bulannya. Ada anggota
yang mengembalikan cicilan.
Ada juga anggota yang
menunggu layanan pinjaman.
“Kalau kita jaga diri dari
uang, aman. Ada uang, kita atur
untuk kepentingan masyarakat.
Kita ini kan cuman pelayan
ama. Masyarakat kan, raja.
Pemerintah sudah beri
perhatian. Kita manfaatkan saja
bantuan yang ada, dengan
sunggug-sungguh. Panggil saja
saya, mas Pri...” begitu katanya
memperkenalkan diri, sambil
tersenyum lagi.
Bagi pria yang menjabat
sejak Tahun 2014 itu, mengurus
Negara itu tidak sulit. Mengurus
desa juga tidak sulit. Asalkan,
niat kita untuk 'Galekat' (Galekat
= Melayani Masyarakat, dalam
terjemahan bahasa setempat).
Bincang-bincang santai, dengan latar pengurus koperasi
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
17
Cerita Sukses
Keterangan lain,
kami dapatkan juga
dari beberapa
pengurus lain yang
hadir saat itu. Walau
harus melayani, Rufus
Kopong mau juga
menjawab pertanyaan
konfirmasi kami. Dia
adalah Bendahara
koperasi, sekaligus
Kepala Urusan Umum,
di Desa Koli Lanang
itu.
Wilhelmus Wadang Sabon,
PKM Koli Lanang
Dia percaya, tidak perlu
khawatir untuk urus masyarakat
banyak. Kalau kerja untuk
Lewotana, pasti diberi jalan.
Kata-katanya membuat kami
juga tersentak.
Tentang peran tenaga
pendamping, beliau menilai
cukup baik. Setiap waktu
pencairan, pria bercucu satu itu
mewajibkan kehadiran PKM.
Kalau ada kendala, PKM juga
diminta menyelesaikannya
terlebih dahulu. Jika tidak,
beliau tidak akan
menandatangani laporan
bulanan sang PKM.
Dalam wawancara kami
siang itu, beliau terus memberi
senyum tenang. Sesekali, raut
serius terlihat juga, saat
menjawab pertanyaan kami.
Pria 51 tahun itu, nampak lebih
mudah dari usianya.
Postur tinggi tubuhnya,
dengan perawakan kalem
mengenakan jeans biru,
membuat kami sempat
meragukannya, sebagai kepala
desa. Ternyata, banyak pesan
moral kami dapatkan. Dalam
gurau lucunya, kami menyimak
banyak pesan positif, bergetar.
18
EDISI 12 / Desember 2015
“Saat ini, kami telah
melayani 14 kali
perguliran. Jumlah
uang perguliran pada
tanggal 11 November itu adalah
sebesar Rp.277.500.000,-.
Realisai tahap pertama
dilakukan pada Bulan
September 2014 lalu. Untuk
putaran pertama itu, dilayani
pinjaman sebesar Rp.2 juta
hingga Rp.10 juta. Maksimal
waktu pengembalian adalah 1,5
tahun” demikian keterangan
pria 42 tahun itu.
“Kami berlakukan bunga
pinjaman sebesar 0,6 % dari
pinjaman setiap bulannya.
Hasilnya, dalam setahun bisa
mencapai Rp.20 juta.
Peruntukan bunga pinjaman itu
adalah bagi koperasi dan
pengurusnya. 0,2 % untuk
operasional desa dan 0,4%
digunakan sebagai
penambahan modal bagi
koperasi” begitu tambah Rufus.
Dalam diskusi kami,
terungkap juga banyaknya
koperasi dan perbankan yang
beroperasi melayani warga
desa. Ada juga Lembaga
Keuangan Mitra. Beberapa
program pemberdayaan,
pernah juga diterima desa itu.
Akan tetapi mereka optimis,
masyarakat lebih memilih
koperasi mereka. Pinjaman
dengan bunga rendah menjadi
pemikat. Kalau di tempat lain,
berlaku pinjaman yang lebih
besar. Rata-rata di atas 1%.
Dari Desa Sukutokan, kurang
dari satu jam lamanya
perjalanan kami, menuju desa
itu. Kami melintasi beberapa
desa. Desa Redong, Desa
Hinga, melewati Kantor Camat
Klubagolit.
Selanjutnya, ada Dusun
Lamawuran, Desa Lamabunga.
Arah Utara perjalanan itu, akan
kita jumpai tikungan kiri.
Menapaki rute tanjakan menuju
ke Desa Mangaaleng. Setelah
melintasi lahan perkebunan
warga, akhirnya sampai juga di
Desa berpenduduk 303 Kepala
Keluarga. Itulah desa tujuan
kami. (LWL/hms)
Pengurus koperasi yang tetap setia menuggu setoran para anggota koperasi
ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
Panggilan Toa
“Kami panggil Nama Suku, pakai Toa dari Kantor Desa. Sebelum lengkap,
uang tidak boleh keluar. Kami tunggu sampai datang setor,
sebab anggota baru menunggu. Karena yang dipanggil adalah Nama Suku,
orang jadi malu, kalau terlambat setor”
B
egitu cerita Maria
Edeltrudis Sabu Ola,
Ketua Koperasi Nuba
Laga Doni, di Desa Lebanuba
kepada kami siang itu (3/12).
Salah satu desa di Kecamatan
Ile Boleng itu memiliki lima
kelompok usaha, dengan
sebutan nama suku, pada
masing-masing nama
kelompoknya.
Lima kelompok yang ada,
memang menggunakan nama
suku. Kelima nama kelompok itu
adalah Balepapan, Lamalouk,
Dosinaen, Ata Kelan dan
Laganaen.
Pemanggilan menggunakan
alat pengeras suara (toa) dari
kantor desa, juga sudah
disepakati. Dengan letak kantor
desa yang berada di daerah
ketinggian, semua warga dapat
mendengar dengan jelas, nama
kelompoknya disebut.
Hal itu telah menjadi salahsatu aturan main, yang
disepakati bersama. Total
jumlah anggota Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) itu adalah
sebanyak 81 orang.
“Kami, pengurus koperasi
berurusan dengan pengurus
kelompok saja. Kalau satu
orang anggota macet, pasti
bikin macet kelompoknya. Kami
panggil nama kelompoknya
saja. Biasanya, kalau anggota
koperasi yang terlambat itu
Maria Edeltrudis Sabu Ola, Ketua Koperasi Nuba Laga Doni
masih baru, pasti marah-marah
sedikit. Tetapi setelah itu,
langsung menyesuaikan. Habis
mau bagaimana lagi. Sudah
jadi kesepakatan bersama,
sejak awal pembentukan
koperasi” begitu tambah lulusan
SMKN 1 Ende Tahun 2002 itu.
KSP itu menyepakati
pengembalian setiap tiga bulan
sekali (triwulan). Untuk
mengaktifkan kelompok,
pengurus koperasi memberi
kepercayaan kepada pengurus
kelompok mengurus
anggotanya masing-masing.
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
19
Cerita Sukses
Suasana wawancara bersama Kepala Desa Lebanuba (kiri) dan Pengurus Koperasi Nuba Laga Doni
Jadi, anggota kelompok
menyetor kepada pengurus
kelompok. Biasanya setiap
tanggal 28 bulan ke tiga itu,
kelompok meneruskan setoran
tiga bulanan pinjamannya
kepada koperasi.
“Cash on hand tidak ada pak.
Uang yang masuk, langsung
digulirkan kepada
anggotakoperasi baru. Yang
penting uang beredar, daripada
koperasi pegang uang kes”
begitu jawab ibu beranak satu
itu, ketika kami menanyakan
jumlah asset koperasinya hari
itu.
Kami sempat terhentak juga,
mendengar ibu usia 32 tahun itu
menggunakan istilah Cash on
hand dengan lugasnya.
Dilaporkan, untuk jumlah uang
yang berputar telah mencapai
angka lebih dari Rp.463 juta.
Aset kas koperasi sendiri sudah
lebih dari Rp.266,933 juta.
Informasi ini cocok dengan
laporan perkembangan
bulanan dan pembukuan
koperasi itu.
Kewajiban yang harus
dipenuhi anggota koperasi
antara lain adalah, menyetor
simpanan pokok sebesar Rp.50
ribu. Simpanan wajib, nilainya
cuman Rp.5 ribu per bulannya.
Untuk bunga pinjaman
disepakati besarannya adalah
1 %.
Beberapa kesepakatan baru,
dilahirkan koperasi yang
melaksanakan RAT pada
tanggal 5 Agustus 2015 lalu itu.
Besaran simpanan pokok dan
simpanan wajib dinaikan,
sedikit lebih besar dari tahun
buku pertama. Simpanan pokok
menjadi Rp.100 ribu. Simpanan
wajib menjadi Rp.10 ribu.
Mudah, untuk menjadi
anggota koperasi yang sudah
melakukan Rapat Akhir Tahun
(RAT) itu. Asalkan peminjam
adalah warga asli desa, sudah
dewasa dan berpenghasilan
sendiri.
20
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Usaha ternak ayam milik
Maria Edeltrudis Sabu Ola
Turut hadir bersama kami
ketika itu, Mikael Notan Leir,
Kepala Desa Lebanuba dan
Emanuel Simon, Sekretaris
Koperasi Nuba Laga Doni.
Sajidin Sengaji,S.Pd, si
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) bersama
Ariston Kolot Ola, Sekcam
Adonara Tengah. Pak Sekcam
dan PKM itu, tetap setia
menemani perjalan kami.
“Saya sendiri, baru tahu
kalau ada cara seperti itu juga,
di Adonara. Memanggil nama
suku, menggunakan pengeras
suara dari kantor desa.
Sebelumnya, saya pernah
mendengar cerita itu, dari
Cerita Sukses
respon positif masyarakat
sangat jelas terlihat. PKM atas
nama Sajidin Sengaji,S.Pd juga
dinilainya cukup aktif. Mereka
bahkan telah menganggapnya,
sebagai keluarga sendiri.
Mikael Notan Leir, Kepala Desa Lebanuba
beberapa orang yang
melakukan studi banding ke
Bali. Ternyata di sini juga ada.
Jadi, kalau begitu, tidak perlu
studi banding jauh-jauh. Datang
saja ke sini, ke Koperasi Nuba
Laga Doni, Desa Lebanuba
Kecamatan Ile Boleng”
demikian komentar Ariston yang
berkali-kali menegaskan
kapasitas kehadirannya, bukan
sebagai Sekcam Adonara
Tengah.
Dalam tanggapan awalnya,
banyak apresiasi positif
diutarakan kepala desa yang
mulai menjabat di Tahun 2013
itu. Apalagi, selain bantuan
modal usaha melalui program
Anggur Merah, juga diberikan
bantuan P2LDT dengan lima
unit rumah.
Masyarakatnya bergotong
royong, membuat seluruh rumah
itu, permanen. Menurutnya,
“Niat membentuk koperasi,
sudah ada sejak awal masa
jabatan saya. Kami
berkeinginan memiliki modal
segar yang bergulir di desa.
Waktu itu kami kesulitan modal.
Saya dan masyarakat sangat
Senang, begitu mendapatkan
informasi bahwa desa kami
juga mendapatkan bantuan
program Anggur Merah” begitu
kata kepala desa yang
mendapatkan bantuan program
di Tahun 2014 lalu.
Usulan sederhana datang dari
Emanuel Simon, Sekretaris
Koperasi Nuba Laga Doni.
“Kami usulkan untuk dibuatkan
website khusus Program Anggur
Merah. Mengingat, koperasi
adalah salah-satu tekad
Pemerintah Provinsi NTT.
Koperasi, telah menjadi
program yang diunggulkan
juga. Apalagi sekarang ini,
akses internet di desa sudah
bagus” usul pria 29 tahun, yang
masih membujang itu. (LWL/hms)
Ariston Kolot Ola, Sekcam Adonara Tengah (kanan) bersama
Sajidin Sengaji,S.Pd, PKM Desa Lebanuba Kecamatan Ile Boleng (kiri)
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
21
Cerita Sukses
Sangat Membantu
“Bantuan ini sangat membantu kami. Saya sudah jual sampai 28 ekor anak babi.
Satu ekor anak babi di sini, laku terjual dengan harga Rp.500 ribu per ekor.
Itu belum dari hasil penjualan minyak kelapa…”
B
egitu komentar
Lambertus Kia Pati, salah
satu anggota kelompok
Suku Dosinaen. Warga Desa
Lebanuba itu, tercatat sebagai
salah satu anggota Koperasi
Simpan Pinjam(KSP) Nuba Laga
Doni. Pria 42 tahun itu, tercatat
juga sebagai anggota koperasi
yang memilih usaha peternakan
babi.
“Mulanya, saya memelihara
satu ekor jantan dan dua ekor
betina saja. Sekarang, pak bisa
lihat sendiri hasilnya. Mari, kita
lihat ke belakang” katanya
sambil mengajak kami ke
belakang rumah, melihat
kandang babinya.
Lambertus mendapatkan
pinjaman sebesar Rp.16 juta.
Pinjaman yang cair di tanggal
28 Juni 2014 itu, digunakannya
untuk membeli babi.
Saat kunjungan kami pagi itu,
pria beranak dua itu telah
memiliki beberapa buah
kandang. “Yang lain sudah jual.
Saya jual bibit saja, usianya
enam bulan cukup. Sekarang
sisa tiga ekor induk dan
sembilan ekor anak. Dua ekor
betina baru, sudah saya
siapkan mengganti betina.
Orang sudah tahu, kalau saya
tidak pakai makanan toko.
Biasanya mereka datang beli ke
sini. Tidak usah capai-capai
lagi jual ke pasar” terangnya
bangga, karena bisa mengolah
pakan dari hasil kebun sendiri.
22
EDISI 12 / Desember 2015
Pagi itu, kami mendapati
beberapa orang ibu sedang
berkumpul, persis di depan
jalan menuju ke rumah ayah
beranak dua itu. Mereka
mengenakan pakaian bercorak
adat dengan balutan sarung
bermotif adonara. Dominan,
hitam warnanya. Rupanya,
warga sedang berduka. Salah
satu warga mereka, baru saja
dipanggil sang khalik. Nare…
begitu ucap kami, untuk
menyebut permisi…
“Kalau mau hasil yang bagus,
tidak boleh kasih makanan
toko.Kasih saja makanan
alamiah. Ada ampas kelapa,
ubi, pisang, semua dari kebun
sendiri. Saya juga masak
minyak kelapa. Ampasnya, saya
kasih makan Babi. Minyaknya,
Lambertus Kia Pati
dengan usahanya
ANGGUR MERAH
saya jual untuk kebutuhan
sehar-hari. Satu botol minyak
kelapa di sini harganya Rp.6
ribu sampai Rp.7 ribu” begitu
kata istri Yuliana Benga Rotok
itu, yang terlihat berusaha
merendah.
Wiraswasta adalah
jawabannya, ketika ditanya
tentang pekerjaan pokoknya.
“Saya ini wirausaha dari awal.
Kesulitan kami di sini cuman air.
Kalau air banyak, saya ingin
pelihara minimal 20 ekor babi.
10 ekor untuk penggemukan, 10
ekor untuk pembibitan. Air kami
beli cukup mahal. Satu tangki
air itu harganya Rp.100 ribu”
begitu jawab pria yang pernah
merantau ke Batam juga pernah
hidup di Jakarta itu.
(LWL/hms)
Cerita Sukses
Masyarakat Jangan Dibebani
“Program ini hadir
dengan tujuan untuk
mengentaskan
kemiskinan juga.
Karena itu masyarakat
jangan dibebani
dengan aneka
persyaratan.
Banyak juga PNS
yang mau.
Mereka tidak mau
pinjam lagi di Bank.
Uang simpanan pokok
anggota sebesar Rp.50
ribu, kami kembalikan “
B
egitu komentar awal
Yohanes Hadung, Ketua
Koperasi Kredit Olah
Gelekat. “Awalnya, anggota
koperasi dipersyaratkan dengan
simpanan pokok dan simpanan
wajib. Simpanan pokok
besarnya Rp.50 ribu. Simpanan
wajib Rp.5 ribu per bulan.
Menurut saya, itu tidak benar.
Membebani anggota. Setiap
orang yang meminjam di
koperasi ini, langsung menjadi
anggota. Mereka juga otomatis
berhak mendapatkan 30% sisa
hasil usaha, saat Rapat Akhir
Tahun” demikian tambah pria
beranak tiga itu dengan
semangat.
Sesuai laporan
pertanggungjawaban badan
pengurus koperasi, modal
koperasi mereka telah
berkembang menjadi Rp.365,5
juta. Informasi itu cocok dengan
laporan Rapat Akhir Tahun
(RAT) untuk Tahun Buku I.
Pencatatan yang sama, bisa
diurai juga dari catatan dalam
buku kas umum, buku pinjaman
anggota dan buku kas bantu
pinjaman. Total anggota
koperasi sebagaimana laporan
RAT, 30 September 2015 itu
adalah sebanyak 52 orang.
“Modal awal Rp.250 juta,
telah berkembang
menjadi lebih dari
Rp.365 juta di tanggal
30 September 2015.
Kalau sampai dengan
Bulan Oktober,
Yohanes Hadung,
nilainya mencapai
Ketua Koperasi Kredit Olah Gelekat
Rp.402 juta. Rp.36 juta,
telah terpinjam sebesar
Rp.36 juta oleh empat orang
anggota baru. Untuk Bulan
Jawaban-jawaban lugas,
November, sedang kami hitung
semakin terlontar lancar, setelah
kembali…” jelas ketua koperasi,
mengetahui tujuan peliputan
yang biasa disapa Roy itu.
kami itu. Kami meminta
pengurus dan kepala desa
Ia nampak sangat energik,
menceritakan saja apa adanya.
bersemangat menjelaskan
Informasi mereka itu,
koperasinya dengan berbagai
selanjutnya kami konfirmasi
tantangan yang dihadapi.
dengan pembukuan dan
Semangatnya, bisa terbaca dari
temuan bersama anggota
obrolan sore itu Selasa (1/12).
kelompok.
Suasana wawancara sore itu bersama kepala desa
dan pengurus koperasi yang hadir
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
23
Cerita Sukses
“Tidak akan ada
kejadian dalam
koperasi ini, anggota
mereka meminjam
juga di tempat lain.
Koperasi di sini
memang banyak.
Tetapi kami juga
mengecek usulan
anggota. Kalau
mereka masih
pinjaman di tempat
lain, tidak akan kami
layani. Jelasnya,
kehadiran koperasi
Filomena Nona,
Anggur merah ini
Kepala Desa Klukeng Nuking
sangat membantu
masyarakat. Karena
itu, anggota sepakat untuk
memberlakukan biaya
Sekretaris Koperasi Kredit itu.
administrasi 5%, hanya untuk
Keterangan lain kami dapatkan
pelaksanaan RAT dan biaya
juga dari mereka. Teknik
administrasinya” tambah ketua
konfrontasi kami gunakan juga,
koperasi yang juga seorang
untuk mengecek kebenaran
sarjana itu. Ia menyelesaikan
informasi lisan.
pendidikan hukum di tahun
2012, pada salah satu
“Pendamping Kelompok
universitas di Surabaya.
Masyarakat (PKM) sering buat
pendampingan, jadi
Disebutkannya juga, setelah
masyarakat termotivasi. Tiap
RAT Tahun buku pertama itu,
tanggal 12 dalam bulan,
dicapai beberapa kesepakatan
anggota koperasi wajib hadir.
baru bersama para anggota
Kantor desa ini dipakai juga
koperasi.
sebagai kantor koperasi. Kalau
ada yang macet, kami langsung
”Untuk pinjaman hingga Rp 3
turun ke rumahnya. Saya lihat,
juta tidak ada jaminan. Tetapi
koperasi lain tidak disertai
untuk simpanan di atas Rp.5
dengan pendampingan. Asal
juta disepakati harus ada
cicilan lancar saja. Beda
jaminan, walupun cuman
dengan PKM kami ini,
fotocopy saja. Bisa BPKB
setoran lancar. Kehadiran
kendaraan atau sertifikat tanah
koperasi ini sangat
sebagai jaminannya.
membantu masyarakat.
Pembagian presentasi juga
Terutama di saat curah
dibuat lebih besar untuk
hujan tidak jelas seperti
anggota. Berlaku juga pungutan ini” begitu tanggapan Ibu
Rp.10 ribu per bulan untuk tiap
Kepala Desa yang sudah
anggota” begitu keterangan
sudah ditinggal suaminya
pria 40 tahun itu.
yang meninggal itu.
Turut hadir memberi
keterangan hari itu, Filomena
Nona (44), Kepala Desa Klukeng
Nuking. Bersamanya, hadir juga
Wilfrida Ina Wai, Bendahara
dan Albertus Jhon Gamur selaku
24
EDISI 12 / Desember 2015
Pujian berkali-kali
Kepala Desa dan
Pengurus Koperasi,
dialamatkan kepada
Antonia, si PKM Desa
Kluking Nuking itu.
ANGGUR MERAH
Antonia,
PKM Kluking Nuking
Hujanan pujian itu membuat
PKM itu tersenyum malu. Hasil
kunjungan kami ke anggota
kelompok juga membenarkan
pujian itu. Anggota kelompok
terlihat sangat dekat
dengannya.
“Untuk pemerintah desa,
bantuan dana segar ini sangat
membantu upaya kami
mensejahterakan masyarakat.
Kami prioritaskan usulan
anggota yang sudah memilki
usaha. Kalau sudah ada usaha,
baru kami support. Prioritas
mensejahterakan masyarakat.
Kami prioritaskan usulan
Wilfrida Ina Wai,
Bendahara Koperasi Olah Gelekat
Cerita Sukses
Salah satu jenis usaha batu merah yang dilakoni oleh Gabriel Reo
anggota yang sudah memilki
usaha. Kalau sudah ada usaha,
baru kami support. Prioritas
bantuan bagi usaha-usaha
kecil, dengan modal tambahan
hingga Rp.3 juta. Tim verifikasi
tetap turun, mengecek kondisi
mereka yang usul. Tetapi kami
masih banyak kekurangan juga.
Untuk pembukuan koperasi,
kami masih gunakan yang
sederhana. Yang penting, kami
mengerti saja. Karena itu,kami
usul pelatihan, supaya
administrasi koperasi yang
sebenarnya bisa kami gunakan”
tambah ibu beranak empat itu.
Turut menambhakan
keterangan Wilfrida Ina Wai,
Bendahara Koperasi Olah
Gelekat itu. Mulanya dia agak
canggung dan malu. Rupanya,
ada perasaan minder karena
hanya berpendidikan setingkat
SLTP.
Kios milik Bapak Stanis Laga Boleng
Usaha sayur mayur, terong milik anggota lainnya
“Sering pak ketua
tersinggung, karena
menurutnya, administrasi saya
terlalu kaku. Menurut saya,
administrasi pakai omong saja
tidak bisa. Uang itu bukan saya
punya milik, itu milik bersama.
Jadi harus ada formulir
persetujuan yang
ditandatangani pak ketua.
Kalau pak ketua telpon saja,
saya tidak layani. Tetapi saya
senang, karena masyarakat
percaya saya. Saya juga jadi
bisa belajar berkoperasi. Saya
mau belajar” demikian kata
wanita 36 tahun itu.
Setelah wawancara bersama
pengurus koperasi dan aparat
desa, kami lanjutkan dengan
mengunjungi beberapa anggota
kelompok penerima manfaat.
Kadang-kadang, metode ini
kami balik. Kami langsung
menjumpai anggota penerima
manfaat terlebih dahulu,
sebelum bertemu pengurus
desa, juga pengurus koperasi.
(LWL/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
25
Cerita Sukses
Mau Minta, Nana le…
“Pada perguliran kedua, kelompok kami mendapat pinjaman dana sebesar
Rp 5 juta. Namun setelah pencairan yang dilakukan bersama Kepala Desa lama
di kantor Bank NTT, sang kepala desa langsung menilep uang tersebut.
Mau minta dan menuntut uang tersebut, masalah nana le….”
H
al ini disampaikan oleh
Helena Bali Open ,
Ketua Kelompok
Sederhana yang ditemui tim
buletin di teras kantor desa
setempat. Panas dan gerah
masih terasa menusuk meski
sore menjelang.
Saat kami tiba di kantor desa,
suasana kelihatan lengang.
Hanya tampak dua pegawai
perempuan yang menyambut
Kedatangan tim buletin Anggur
Merah. Tak berapa lama
kemudian beberapa warga
penerima manfaat program
Anggur Merah yang digulirkan
pada tahun 2011 datang
menyambangi kami. Situasi pun
berangsur ramai.
menyerang. Untuk
menghilangkan rasa tersebut,
tim berbincang dengan
kelompok masyarakat sempat
hadir.
“Saya hanya tahu sedikit
tentang dana Anggur Merah
yang masuk ke desa ini pada
tahun 2011. Ada sekitar 18
kelompok, penerima dana
tersebut. Ketua pokjanya
dirangkap oleh Bapak Kepala
Desa yang bernama Vinsensius
Letek Open. Beliau sudah
memutuskan untuk merantau ke
Malaysia dan belum tau kapan
pulang lagi,” jelas Bapak Paulus
Doweng, mantan sekretaris
desa Lamika tahun 1978 hingga
1993.
Pria beranak empat ini
kembali dipilih sebagai
sekretaris Desa pada tahun
2001-2014 setelah sebelumnya
menjabat Kaur Pemerintahan
pada periode 1993-2001.
“Minta maaf bapak, kepala
Desa sedang berada di
Larantuka untuk mengikuti
suatu kegiatan. Kalau pulang
cepat, dia akan langsung
bergabung dengan kita.
Sementera itu, sekretaris Desa
sedang dihubungi dan katanya
dalam perjalan menuju kandor
desa ini,” jelas seorang Ibu
yang kemudian diketahui
menjabat sebagai kaus
pemerintahan desa.
Menanggapi hal ini, kami hanya
mengangguk pelan dan
memaklumi keadaan.
Angin sepoi-sepoi senja mulai
menghantam. Bola mata mulai
mengecil. Rasa kantuk mulai
26
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Helena Bali Open , Ketua Kelompok Sederhana
Cerita Sukses
Ia mengakui tidak
mengetahui secara pasti
tentang keadaan keuangan
Anggur Merah karena yang
mengetahui secara langsung
kadalah bendahara, ketua
pokja dan PKM.
“Bapak Desa menjabat
sebagai ketua pokja sekaligus
ketua kelompok. Pendamping
juga sudahd lama tidak pern
ANGGUR MERAH
Koten Kelen Pulit Maran :
Religiositas
dan Pemberdayaan
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur 9
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
Jadikan Desa
Sebagai 'Surga'
11
Dari Redaksi
Religiositas dan Pemberdayaan
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)
Lewotana merupakan sebutan khas bagi Kabupaten Flores Timur.
Sebutan ini mampu membangkitkan semangat serta menciptakan
persatuan kokoh masyarakat Flotim yang tersebar di tiga pulau besar Flores,
Adonara dan Solor. Gelekat Lewotana atau panggilan untuk berbakti
kepada kampung halaman, selalu bergelora di mana pun anak-anak
Lewotana berada.
Gelekat Lewotana telah menjelma menjadi sebuah ungkapan religiositas
lokal. Keterlibatan aktif dalam berbagai aktivitas pembangunan merupakan
sebuah ibadah yang memiliki nilai transendental. Leluhur diyakini selalu
mengikuti ke manapun anak-anak Lewotana melangkah. Restu leluhur bisa
terungkap dalam berbagai keberhasilan.
Sebaliknya, kegagalan menunjukkan kemurkaan leluhur. Dalam bahasa
agamanya, ada dosa dan pengkhianatan terhadap wasiat yang telah
diturunkan oleh nenek moyang. Reunifikasi hanya terjadi lewat proses
pemulihan secara adat.
Spirit yang diusung oleh kebijaksanaan lokal ini sesungguhnya sejalan
dengan upaya pemberdayaan masyarakat yang didengungkan dalam
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. Mengedepankan
semangat kebersamaan dalam membangun ekonomi lokal masyarakat
desa.
Ungkapan Koten Kelen Pulit Maran dalam budaya Lewotana,
memperlihatkan pentingnya kerjasama yang harmonis di antara berbagai
unsur yang terlibat peningkatan ekonomi masyarakat desa mulai dari
perangkat desa, PKM, pengurus dan masyarakat penerima manfaat dana
tersebut. Harus ada etika bersama yang dijunjung.
Perangkat desa terlibat aktif dalam pengawasan, PKM dan Pengurus
menunjukan pengabdian yang tulus, masyarakat penerima manfaat pun
hendaknya memiliki rasa malu, bila tidak mengembaliikan dana bergulir
tersebut.
Lewotana tidak pasif menanggapi Program Pemerintah Provinsi.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur melakukan replikasi lewat Program
Gerbang Emas. Integrasi kedua program dengan jumlah dana yang sama
diharapkan dapat menghantar masyarakat Flores Timur menuju
kemandirian.
Untuk menopang harapan ini, Gelekat Lewotana hendaknya tetap terpatri
dalam diri masyarakat. Bakti dan karya harus tetap menggelora di dalam
hati dan sanubari no serta oa sebagai generasi penerus. Hukuman dan
sanksi adat atau suku harus tetap ada agar proses pemberdayaan dapat
berdaya guna mengurangi angka kemiskinan.
Semoga leluhur dan Tuhan Rera Wulan merestui semua upaya tulus
Pemerintah Daerah …
Pemimpin Redaksi
Viktor Manek, S.Sos, M.Si
Mengapa
Anggur Merah...?
4
9
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
11
Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
Jadikan Desa
Sebagai ’Surga’
14
Yakobus Peka
Tolong, Naikan
Besaran Pinjaman
16
Anak Muda
30
Juga Bisa..!
Masih Perlu
33
Siprianus Kopong Koli
Saya Ini,
Cuman Abdi Lewotana
19
Kelompok Soulmate Glorious
Panggilan Toa
Desa Lebanuba
Kepala Desa Mokantarak
Di Evaluasi
Masyarakat Punya
35
Kepala Desa Hokeng Jaya
Budaya Malu Tinggi
Lambertus Kia Pati
22 Sangat Membantu
23
Masyarakat
Jangan Dibebani
37
Ketua Koperasi Kredit Olah Gelekat
Helena Bali Open
26 Mau Minta, Nana le..
38
Pendapat
Oleh : Saijidin Sengaji,S.Pd
Suara PKM
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
3
Program Anggur Merah
Mengapa
Anggur Merah...?
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
S
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang
4
EDISI 12 / Desember 2015
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR
ANGGUR MERAH
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.
Program Anggur Merah
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.
Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
5
Program Anggur Merah
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
6
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Program Anggur Merah
Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
7
Program Anggur Merah
Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)
8
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
Valentinus Tukan,S.AP, Wakil Bupati Flores Timur
Gerbang Emas,
Dari Flores Timur
“Saya sangat yakin pasti ada dampaknya…
Terlihat ada perubahan di masyarakat, sebelum dan sesudah, hadirnya
Program Anggur Merah ini. Karena itu, sejak Tahun 2012, kami juga meluncurkan
Program Gerbang Emas. Ini bentuk dukungan Pemerintah Daerah Flores Timur”
B
egitu tanggapan
Valentinus Tukan,S.AP,
Wakil Bupati Flores
Timur, siang itu, Selasa (1/12).
Rupanya, telah hadir juga saat
itu Drs.Theodorus L. Hadjou,
M.Si, Kepala Bappeda
Kabupaten Flores Timur.
Bertempat di ruang kerja wakil
kepala daerah itu, Tim Peliputan
Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah diterima
ramah.
Kesan ramah kami dapat
sejak awal, disapa staf tata
usaha. Senyum ramah berikut
datang dari orang nomor dua,
di Kota Reinha itu. Bapak
Yoseph Lagadoni Herin,S.Sos,
Bupati, diinformasikan sedang
bertugas ke Kupang.
“Mohon maaf sebelumnya,
Bapak Wakil Bupati. Kami
sengaja tidak
menginformasikan secara resmi,
tugas peliputan ini. Kami akan
memotret, apa adanya. Liputan
ini berusaha mendeskripsikan
fakta di lapangan. Hasil liputan
yang baik semoga bisa menjadi
inspirasi. Cerita gagal, kami
harapkan dapat menjadi
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
9
Fokus
pembelajaran bersama”
demikian pengatar Viktor
Manek,S.Sos,M.Si, pimpinan
rombongan, saat
menyampaikan maskud dan
tujuan penugasan.
“Hampir semua desa sudah
dapat program ini. Tentunya,
program pemberdayaan seperti
itu punya manfaat. Tim bisa
langsung melihat sendiri di
lapangan nantinya. Kami
sepakat dengan konsep
pemberdayaan seperti itu.
Sejauh ini, kami tidak
mengalami masalah berarti.
Secara umum, baik” demikian
tambah Putera Waibalun itu.
Disebutnya, program replikasi
itu juga memberi nilai modal
yang sama besarnya, Rp.250
juta per desa.
“Sebelumnya, orang melihat
tidak mungkin ada ternak ayam
dan kambing di beberapa
daerah. Contohnya, pada
beberapa wilayah di Solor
Timur. Sekarang, ada ternak
ayam dan kambing. Usaha
nelayan juga jalan bagus. Ada
banyak usaha produktif yang
digeluti masyakat” begitu cerita
Valentinus mengisahkan hasil
kunjungannya ke beberapa
desa.
Suasana wawancara siang itu, Ruang Kerja Wakil Bupati Flores Timur
Selasa (1/12).
Diakuinya, kalau Program
'Gerbang Emas' belum
mencapai seluruh desa yang
ada di Flores Timur. Tetapi,
hampir semua desa telah
dijamah beberapa program
pemberdayaan. Jika dihitung
dengan sentuhan program
Pemberdyaan ala Pemerintah
Provinsi NTT, sebagian besar
desa sudah terjangkau.
(LWL/hms)
Pose Bersama. Seluruh tim buletin, Viktor Manek,S.Sos,M.Si,
pimpinan redaksi dan Wakil Bupati Flores Timur
10
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
Drs.Theodorus L. Hadjou,M.Si,
Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
Jadikan Desa
Sebagai'Surga'
“Kami butuh pembinaan lanjutan. Program Pemberdayaan ini
sangat bermanfaat. Masyarakat sangat berterima kasih.
Hampir semua desa telah mendapatkan bantuan modal,
untuk usaha ekonomi produktif mereka. Aneka usaha masyarakat itu,
akan teman-teman jumpai nanti, saat peliputan”
D
emikian komentar awal
Drs.Theodorus L.
Hadjou,M.Si, Kepala
Bappeda Kabupaten Flores
Timur, ketika diberi kesempatan
berbicara. Masih dari ruang
kerja Valentinus Tukan,S.AP,
Wakil Bupati Flores Timur,
wawancara tim lakukan.
Menarik minat orang untuk
kembali ke desa
digambarkannya.
Menurutnya, sekarang ini,
tidak banyak orang mau ke
desa. Karena itu, sedang juga
didesain beberapa kebijakan,
penjelasan Theodorus yang
selalau nampak tersenyum
hangat itu.
menjadikan Desa dan
Kecamatan sebagai 'Surga’.
“Fokus kami sekarang ini
adalah, pada penguatan
kapasitas sumberdaya
manusia. Untuk program
pemberdayaan ini, jelas sangat
bermanfaat. Karena itu, fokus
kami tidak lagi pada kucuran
dana. Kami sudah merancang
pembiayaan bagi Pemerintah
Kecamatan, untuk berbagai
tugas pendampingan di desa.
Semua program yang ada di
desa, harus juga menjadi
perhatian kecamatan” begitu
Membenarkan penegasan
sang Wakil Bupati, mantan
Camat Tanjung Bunga itu
menambahkan. Gambaran
pelaksaan program, kendala
lapangan juga saran,
diutarakan beliau secara
terbuka.
Cerita dari lapangan tugas
juga dibagikan, pria beranak
tiga itu. Pengalaman menjadi
camat di Tahun 1999 pun
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
11
Fokus
dikisahkannya. Saat itu, mereka
mempedomani ketentuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pemerintahan
Daerah.
“Usul kami, agar peran
Pemerintah Kecamatan bisa
diperkuat kembali. Jika dulu,
camat mampu melaksanakan
perannya sebagai kepala
wilayah. Saat ini, Pemerintah
Kecamatan cenderung terlibat
pada urusan administratif saja.
Kalau bisa, pola seperti dulu itu
dibangun lagi. Tidak perlu ada
UPTD yang banyak di
kecamatan. Pemerintah
Kecamatan bisa melaksanakan
urusan-urusan pemerintahan
itu” begitu usul Putera Lewolere
itu.
“Daripada camat dapat satu
mobil dinas, lebih baik belikan
motor saja untuk staf. Bisa
dapat 10 motor. Itu lebih cocok,
dengan kondisi topografi di sini.
Untuk disegani sebagai camat
pun, tidak perlu mobil yang
mahal. Cukup, dekat saja
dengan masyarakat. Fasilitas
kendaraan bisa menyesuaikan”
begitu jawaban Theodorus,
menanggapai pernyataan usil
tim.
Berkali-kali, lulusan APDN
Tahun 1985 itu mengaskan
pentingnya perhatian kepada
desa, juga kecamatan. “Seusai
pembahasan anggaran, kami
akan usulkan dana koordinasi
bagi kecamatan. Usulan dana
koordinasi itu, untuk
memperlancar pendampingan
camat terhadap programprogram pemberdayaan di
desa. Hingga Tahun 2015 ini,
Program Anggur Merah telah
menyentuh 145 desa/kelurahan,
di Flores Timur. Untuk
pendampingannya, ditugaskan
64 orang Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM)” urai mantan
kepala bagian organisasi itu.
Sebelumnya, ia pun sempat
lama menjabat pada Bagian
Pemerintahan Sekretariat
Daerah Kabupaten Flores Timur.
“Lima orang tenaga PKM
telah kami berhentikan. Mereka
tidak menjalankan tugasnya,
memfasiltasi koperasi atau
Kelompok-kelompok usaha
masyarakat. Beberapa orang
diantaranya, belum diganti.
Tetapi, kami telah menunjuk
PKM yang ada untuk
membantu. Surat Tugas
Sementara untuk PKM
pengganti, sudah kami
terbitkan” begitu katanya
menerangkan.
Terkait keberadaan Badan
Usaha Miliki desa (BUMdes),
kami pun meminta pendapat
beliau. Menurutnya, kehadiran
BUMdes dapat lebih
memperkuat peran desa.
“Kehadiran koperasi di desa
saat ini, sudah tepat. Suatu
saat, koperasi itu bisa melebur
ke dalam BUMdes yang sudah
dibentuk. Pada tahun pertama,
bantuan dana pemberdayaan
dari provinsi harus dimasukan
dalam pos penerimaan desa.
Pada tahun ke dua, bisa
dimanfaatkan dalam pos
pembiayaan” katanya, sambil
menerangkan upaya Bappeda
bersama BPMPD setempat
mempersiapkan pembentukan
BUMdes.
Wawancara lanjutan bersama Drs.Theodorus L. Hadjou,M.Si, Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur
bertempat di ruang kerjanya.
12
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Fokus
“Tinggal ganti baju saja. Bagi
desa yang sudah memiliki
koperasi, tidak perlu
membentuk BUMdes baru lagi.
Masuk menjadi penyertaan
modal saja bagi BUMdes. Bagi
desa yang belum tersentuh
program, dengan koperasi
sebagai wadahnya, perlu
menjadi prioritas dibentuk
BUMdes” kurang lebih seperti
itu tanggapan beliau, menyikapi
hadirnya Undang-Undang
Desa.
Empat tim kami sepekati. Tim
satu bertugas mengunjungi
desa-desa di Kecamatan
Tanjung Bunga, Lewolema, Ile
Mandiri dan Larantuka. Tugas
tim dua, menyisir desa-desa di
Wilayah Kecamatan
Wulanggitang, Ile Bura,
Titehena dan Demon Pagong.
Untuk tim tiga, ditugaskan
menyusuri wilayah Adonara
Daratan. Terdapat delapan
Kecamatan di sana. Kecamatan
Wotan Ulumado, Adonara Timur,
Ile Boleng, Witihama,
Klubagolid, Adonara, Adonara
Barat dan Adonara Tengah.
Tim empat bertugas pada
wilayah desa-desa dalam
Kecamatan yang ada di
Kepulauan Solor. Tiga
Kecamatan di sana adalah
Solor Barat, Solor Timur dan
Solor Selatan. Bagaimanakah
hasil liputannya...?
Mari ikuti kisah-kisah kami
berikut ini....
(LWL/hms)
Disampaikan juga bahwa
BPMPD tengah giat membangun
sistem aplikasi keuangan di
desa. Bersama AIPD, setidaknya
telah difasilitasi pembuatan
SIMDA desa pada dua desa.
Desa Mokantarak di Larantuka
dan Desa Nulang di Kecamatan
Adonara, disebutnya sedang
diuji coba denga sistem aplikasi
berbasis web itu.
Beliau pun kemudian
mengajak kami ke Kantor
Bappeda. Beberapa orang PKM
telah menunggu kami. Sengaja,
kami pun tidak memberikan
informasi resmi terkait
kedatangan kami, kepada para
PKM.
“Harapan kami, Dana Anggur
Merah tetap jalan. Dana itu
untuk penguatan usaha
ekonomi produktif masyarakat.
Program Gerbang Emas
memberi dukungan. Sehingga,
sumber dana lainnya, bisa kami
peruntukan bagi pembangunan
infrastruktur desa“ pungkasnya
sambil tersenyum.
Setelah mendapatkan
wejangan yang cukup, kami
menemui para PKM yang sudah
menunggu. Pembagian tim kami
lakukan untuk mengunjungi 19
kecamatan di Tanah Lewo,
Tanah Lamaholot, Flores Timur.
Suasana pembagian empat tim bersama Pendamping Kelompok Masyarakat
(PKM). Para PKM nampak serius, mengikuti penjelasan tim peliput.
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
13
Cerita Sukses
Tolong, Naikan Besaran Pinjaman
“Waktu itu, kami minta Rp.50 juta. Tapi, kami cuman dikasi Rp.10 juta saja.
Sebenarnya, kami mau pinjam lebih besar. Rp.100 juta juga kurang,
kalau musim mete, Rp.50 juta juga habis. Musim Kopra, kemiri, cokelat
juga lumayan”
B
egitu komentar Yakobus
Peka (50), saat kami
datangi tempat
usahanya. Ditemani Imelda
Abong (41), sang istri, mereka
menceritakan tentang
pengalaman mereka menjadi
anggota Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Pohe Pore.
kepada kami. Dengan adanya
program ini, kami merasa
tertolong. Saya lihat, usaha
masyarakat yang lain juga
jalan” begitu tanggapan awal
Yakobus terkait hadirnya
Program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah di
tempatnya.
Pasangan suami-istri beranak
tiga itu, menerima kami di
tempat usaha perkiosan
mereka. Kios Gelekat Lewo,
namanya. Kalo diartikan dalam
bahasa Indonesia, kurang lebih
artinya adalah pelayanan untuk
orang banyak (desa).
“Keuntungan kami bisa
mencapai Rp.6 juta per bulan.
Saat musim panen dimulai di
bulan enam (Juni). Sampai
Bulan Sembilan (September),
masih juga ada hasil komoditi.
Kami sampai kewalahan,
membeli hasil mete dari
masyarakat. Kadang-kadang,
masyarakat juga tukar dengan
beras saja. Jadi, kami juga jual
beras di sini” begitu keterangan
“Terim kasih kepada
Pemerintah Provinsi NTT, yang
sudah memberi perhatian
Yakobus menjawab pertanyaan
kami.
Bersama Siprianus Kopong Koli,
Kepala Desa Koli Lanang, kami
diberi kursi saat wawancara
dalam kios mereka. Setelah
menyampaikan maksud
kedatangan, mereka pun
mempersilahkan kami untuk
duduk.
Kami dibolehkan juga
mengambil gambar. Terutama,
foto beberapa komoditi yang
masih ada di dalam kios itu.
Setelah mendengar, bolehnya
memberi usul, saran dan kritik
mereka pun lebih terbuka lagi.
Beberapa kali, mereka
mengulangi permintaan
tambahan dana.
Bersama tim (kiri) dan Siprianus Kopong Koli, Kepala Desa Koli Lanang (kanan), kami melakukan wawancara
di dalam kios mereka
14
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
harus bertindak adil. Menolong
masyarakat lain yang juga
membutuhkan.
Karena itu, sebenarnya, mereka
juga mengerti kesulitan bapa
desa dan pengurus koperasi.
Terungkap juga, jika usaha jual
beli hasil komoditi pasangan itu
sudah digeluti sejak kira-kira 13
tahun lalu. Saat itu, anak
pertama mereka masih duduk di
bangku Sekolah Dasar.
Yakobus Peka
“Pinjaman kami di koperasi,
adalah untuk tambahan modal
usaha saja. Bukan menjadi
tempat untuk pinjaman utama.
Kami juga sudah memulai
usaha ini sejak anak kami
masih kecil” seperti itu
keterangan yang terlontar.
Saat disinggung tentang
pandangan negatif beberapa
pihak, mereka pun nampak
tidak setuju. Bagi mereka, para
pihak yang berkomentar miring
itu, tidak merasakan manfaat
program. Bisa saja, ungkapan
itu keluar dari masyarakat, yang
juga belum mendapatkan
sentuhan program dana Desa
Mandiri Anggur Merah ini.
“Kalau Dewan kan tidak
rasakan bantuan ini. Walaupun
anggota dewan komentar
bagaimana bagaimana, kita
tetap jalan saja… Yang
merasakan manfaat kan kami
masyarakat” begitu
komentarnya tanpa terlihat
nada menggugat.
(LWL/hms)
Imelda Abong, istri Yakobus
“Program ini, manfaat banyak
ini. Kami termasuk peminjam
tahap pertama. Setiap bulan
kami cicil sebesar Rp.615,500,Karena pinjaman kami tidak
dilayani sebesar usulan, kami
cari pinjaman tambahan di
tempat lain. Kalau seperti itu,
bisa-bisa kami jadi nasabah di
tempat lain. Jadi, tolong kasi
naik besaran pinjaman lagi”
demikian tambah Imelda
Abong, sang istri.
Dari cerita mereka, terungkap
juga kalau permintaan
tambahan dana mereka sempat
membuat pusing kepala desa.
Pada satu sisi, kepala desa tahu
hasil kerja kios mereka. Pada
sisi yang lainnya, kepala desa
Hasil komoditi yang siap dipasarkan
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
15
Cerita Sukses
Saya Ini,
Cuman Abdi Lewotana…
Siprianus Kopong Koli, Kepala Desa Koli Lanang
“Kalau kita bekerja dengan hati, semua pasti aman ka ama.
Tapi, kalau kita kerja hanya pakai otak saja, pasti kacau ka…
Prinsipnya, jangan berpikir proyek. Saya jaga nama baik keluarga.
Saya tidak mau, besok-besok anak istri malu, karena korupsi”
U
ngkapan pernyataan
dengan dialeg Adonara
itu terlontar dari mulut
Siprianus Kopong Koli. Dia
adalah Kepala Desa Koli
Lanang.
Desa itu merupakan salah
satu penerima manfaat program
dalam wilayah Kecamatan
Adonara, di Tahun 2014. Desa
dengan 1.228 jiwa penduduk itu
memilki sebuah Koperasi
Simpan Pinjam (KSP).
16
EDISI 12 / Desember 2015
Mereka menamakannya
dengan sebutan KSP. Pohe Pore.
Koperasi itu memilki 11
kelompok, dengan 134 orang
anggota aktif.
“Terima kasih pak Gubernur.
Dengan adanya program ini,
masyarakat terbantu. Tahun
depan, saya rencanakan ada
penyertaan modal dari desa
untuk koperasi. Kalau BUMdes
sudah terbentuk, akan kami
tambahkan modal untuk
ANGGUR MERAH
koperasi melalui BUMdes itu.
Dengan dukungan Badan
Pengurus Desa, masyarakat
desa kami pasti sejahtera.
Fivety, Fivety. 50% untuk
pembangunan desa, 50% lagi
untuk koperasi/BUMdes” begitu
rencana pria beranak delapan
itu.
Rasa letih perjalanan kami di
hari ke tiga itu seakan terobati,
sejak bertemu dengannya.
Beliau menyapa kami dengan
Cerita Sukses
senyum. Banyak guyonan
terlontar kemudian. Senyumnya,
terus menghiasi wajah pria asli
Desa Koli Lanang itu.
“Kalau BUMdes sudah kuat,
desa bisa mandiri. Kita bisa
pekerjakan anak-anak muda di
desa. Terlalu banyak peluang.
Contoh saja, BUMdes bisa
menjual kebutuhan sembako,
dengan harga yang lebih
murah. Caranya, kita langsung
ambil beras dari Makasar.
Harga bisa ditekan. Bisa di
bawah Rp.553 ribu per 50
Kilogram karung beras” katanya
optimis.
Menurutnya, harga beras
mahal karena panjangnya
rantai distribusi. Setidaknya
melewati tiga tangan. Ongkos
kapal, gudang dan harga yang
ditetapkan distributor, membuat
barang lebih mahal.
Sebelumnya, kami mendapati
para pengurus koperasi di
kantor desa itu, dengan
beberapa tumpukan uang. Ada
pecahan Rp.100 ribu dan Rp.50
ribu tersusun rapi, diberi lipatan
berbatas. Tumpukan uang
receh, terlihat sedikit terhalang
beberapa gepok dan lembaran
pecahan uang kertas lainnya.
Salah satu pengurus koperasi sedang
menghitung uang yang masuk.
Nilai sementara, uang masuk saat itu
adalah Rp.30.137.000,-.
Total uang sementara siang
itu adalah Rp.30.137.000,-. Hari
itu adalah hari yang disepakati
anggota koperasi untuk
bertransaksi. Yah, tanggal 3
setiap bulannya. Ada anggota
yang mengembalikan cicilan.
Ada juga anggota yang
menunggu layanan pinjaman.
“Kalau kita jaga diri dari
uang, aman. Ada uang, kita atur
untuk kepentingan masyarakat.
Kita ini kan cuman pelayan
ama. Masyarakat kan, raja.
Pemerintah sudah beri
perhatian. Kita manfaatkan saja
bantuan yang ada, dengan
sunggug-sungguh. Panggil saja
saya, mas Pri...” begitu katanya
memperkenalkan diri, sambil
tersenyum lagi.
Bagi pria yang menjabat
sejak Tahun 2014 itu, mengurus
Negara itu tidak sulit. Mengurus
desa juga tidak sulit. Asalkan,
niat kita untuk 'Galekat' (Galekat
= Melayani Masyarakat, dalam
terjemahan bahasa setempat).
Bincang-bincang santai, dengan latar pengurus koperasi
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
17
Cerita Sukses
Keterangan lain,
kami dapatkan juga
dari beberapa
pengurus lain yang
hadir saat itu. Walau
harus melayani, Rufus
Kopong mau juga
menjawab pertanyaan
konfirmasi kami. Dia
adalah Bendahara
koperasi, sekaligus
Kepala Urusan Umum,
di Desa Koli Lanang
itu.
Wilhelmus Wadang Sabon,
PKM Koli Lanang
Dia percaya, tidak perlu
khawatir untuk urus masyarakat
banyak. Kalau kerja untuk
Lewotana, pasti diberi jalan.
Kata-katanya membuat kami
juga tersentak.
Tentang peran tenaga
pendamping, beliau menilai
cukup baik. Setiap waktu
pencairan, pria bercucu satu itu
mewajibkan kehadiran PKM.
Kalau ada kendala, PKM juga
diminta menyelesaikannya
terlebih dahulu. Jika tidak,
beliau tidak akan
menandatangani laporan
bulanan sang PKM.
Dalam wawancara kami
siang itu, beliau terus memberi
senyum tenang. Sesekali, raut
serius terlihat juga, saat
menjawab pertanyaan kami.
Pria 51 tahun itu, nampak lebih
mudah dari usianya.
Postur tinggi tubuhnya,
dengan perawakan kalem
mengenakan jeans biru,
membuat kami sempat
meragukannya, sebagai kepala
desa. Ternyata, banyak pesan
moral kami dapatkan. Dalam
gurau lucunya, kami menyimak
banyak pesan positif, bergetar.
18
EDISI 12 / Desember 2015
“Saat ini, kami telah
melayani 14 kali
perguliran. Jumlah
uang perguliran pada
tanggal 11 November itu adalah
sebesar Rp.277.500.000,-.
Realisai tahap pertama
dilakukan pada Bulan
September 2014 lalu. Untuk
putaran pertama itu, dilayani
pinjaman sebesar Rp.2 juta
hingga Rp.10 juta. Maksimal
waktu pengembalian adalah 1,5
tahun” demikian keterangan
pria 42 tahun itu.
“Kami berlakukan bunga
pinjaman sebesar 0,6 % dari
pinjaman setiap bulannya.
Hasilnya, dalam setahun bisa
mencapai Rp.20 juta.
Peruntukan bunga pinjaman itu
adalah bagi koperasi dan
pengurusnya. 0,2 % untuk
operasional desa dan 0,4%
digunakan sebagai
penambahan modal bagi
koperasi” begitu tambah Rufus.
Dalam diskusi kami,
terungkap juga banyaknya
koperasi dan perbankan yang
beroperasi melayani warga
desa. Ada juga Lembaga
Keuangan Mitra. Beberapa
program pemberdayaan,
pernah juga diterima desa itu.
Akan tetapi mereka optimis,
masyarakat lebih memilih
koperasi mereka. Pinjaman
dengan bunga rendah menjadi
pemikat. Kalau di tempat lain,
berlaku pinjaman yang lebih
besar. Rata-rata di atas 1%.
Dari Desa Sukutokan, kurang
dari satu jam lamanya
perjalanan kami, menuju desa
itu. Kami melintasi beberapa
desa. Desa Redong, Desa
Hinga, melewati Kantor Camat
Klubagolit.
Selanjutnya, ada Dusun
Lamawuran, Desa Lamabunga.
Arah Utara perjalanan itu, akan
kita jumpai tikungan kiri.
Menapaki rute tanjakan menuju
ke Desa Mangaaleng. Setelah
melintasi lahan perkebunan
warga, akhirnya sampai juga di
Desa berpenduduk 303 Kepala
Keluarga. Itulah desa tujuan
kami. (LWL/hms)
Pengurus koperasi yang tetap setia menuggu setoran para anggota koperasi
ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
Panggilan Toa
“Kami panggil Nama Suku, pakai Toa dari Kantor Desa. Sebelum lengkap,
uang tidak boleh keluar. Kami tunggu sampai datang setor,
sebab anggota baru menunggu. Karena yang dipanggil adalah Nama Suku,
orang jadi malu, kalau terlambat setor”
B
egitu cerita Maria
Edeltrudis Sabu Ola,
Ketua Koperasi Nuba
Laga Doni, di Desa Lebanuba
kepada kami siang itu (3/12).
Salah satu desa di Kecamatan
Ile Boleng itu memiliki lima
kelompok usaha, dengan
sebutan nama suku, pada
masing-masing nama
kelompoknya.
Lima kelompok yang ada,
memang menggunakan nama
suku. Kelima nama kelompok itu
adalah Balepapan, Lamalouk,
Dosinaen, Ata Kelan dan
Laganaen.
Pemanggilan menggunakan
alat pengeras suara (toa) dari
kantor desa, juga sudah
disepakati. Dengan letak kantor
desa yang berada di daerah
ketinggian, semua warga dapat
mendengar dengan jelas, nama
kelompoknya disebut.
Hal itu telah menjadi salahsatu aturan main, yang
disepakati bersama. Total
jumlah anggota Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) itu adalah
sebanyak 81 orang.
“Kami, pengurus koperasi
berurusan dengan pengurus
kelompok saja. Kalau satu
orang anggota macet, pasti
bikin macet kelompoknya. Kami
panggil nama kelompoknya
saja. Biasanya, kalau anggota
koperasi yang terlambat itu
Maria Edeltrudis Sabu Ola, Ketua Koperasi Nuba Laga Doni
masih baru, pasti marah-marah
sedikit. Tetapi setelah itu,
langsung menyesuaikan. Habis
mau bagaimana lagi. Sudah
jadi kesepakatan bersama,
sejak awal pembentukan
koperasi” begitu tambah lulusan
SMKN 1 Ende Tahun 2002 itu.
KSP itu menyepakati
pengembalian setiap tiga bulan
sekali (triwulan). Untuk
mengaktifkan kelompok,
pengurus koperasi memberi
kepercayaan kepada pengurus
kelompok mengurus
anggotanya masing-masing.
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
19
Cerita Sukses
Suasana wawancara bersama Kepala Desa Lebanuba (kiri) dan Pengurus Koperasi Nuba Laga Doni
Jadi, anggota kelompok
menyetor kepada pengurus
kelompok. Biasanya setiap
tanggal 28 bulan ke tiga itu,
kelompok meneruskan setoran
tiga bulanan pinjamannya
kepada koperasi.
“Cash on hand tidak ada pak.
Uang yang masuk, langsung
digulirkan kepada
anggotakoperasi baru. Yang
penting uang beredar, daripada
koperasi pegang uang kes”
begitu jawab ibu beranak satu
itu, ketika kami menanyakan
jumlah asset koperasinya hari
itu.
Kami sempat terhentak juga,
mendengar ibu usia 32 tahun itu
menggunakan istilah Cash on
hand dengan lugasnya.
Dilaporkan, untuk jumlah uang
yang berputar telah mencapai
angka lebih dari Rp.463 juta.
Aset kas koperasi sendiri sudah
lebih dari Rp.266,933 juta.
Informasi ini cocok dengan
laporan perkembangan
bulanan dan pembukuan
koperasi itu.
Kewajiban yang harus
dipenuhi anggota koperasi
antara lain adalah, menyetor
simpanan pokok sebesar Rp.50
ribu. Simpanan wajib, nilainya
cuman Rp.5 ribu per bulannya.
Untuk bunga pinjaman
disepakati besarannya adalah
1 %.
Beberapa kesepakatan baru,
dilahirkan koperasi yang
melaksanakan RAT pada
tanggal 5 Agustus 2015 lalu itu.
Besaran simpanan pokok dan
simpanan wajib dinaikan,
sedikit lebih besar dari tahun
buku pertama. Simpanan pokok
menjadi Rp.100 ribu. Simpanan
wajib menjadi Rp.10 ribu.
Mudah, untuk menjadi
anggota koperasi yang sudah
melakukan Rapat Akhir Tahun
(RAT) itu. Asalkan peminjam
adalah warga asli desa, sudah
dewasa dan berpenghasilan
sendiri.
20
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Usaha ternak ayam milik
Maria Edeltrudis Sabu Ola
Turut hadir bersama kami
ketika itu, Mikael Notan Leir,
Kepala Desa Lebanuba dan
Emanuel Simon, Sekretaris
Koperasi Nuba Laga Doni.
Sajidin Sengaji,S.Pd, si
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) bersama
Ariston Kolot Ola, Sekcam
Adonara Tengah. Pak Sekcam
dan PKM itu, tetap setia
menemani perjalan kami.
“Saya sendiri, baru tahu
kalau ada cara seperti itu juga,
di Adonara. Memanggil nama
suku, menggunakan pengeras
suara dari kantor desa.
Sebelumnya, saya pernah
mendengar cerita itu, dari
Cerita Sukses
respon positif masyarakat
sangat jelas terlihat. PKM atas
nama Sajidin Sengaji,S.Pd juga
dinilainya cukup aktif. Mereka
bahkan telah menganggapnya,
sebagai keluarga sendiri.
Mikael Notan Leir, Kepala Desa Lebanuba
beberapa orang yang
melakukan studi banding ke
Bali. Ternyata di sini juga ada.
Jadi, kalau begitu, tidak perlu
studi banding jauh-jauh. Datang
saja ke sini, ke Koperasi Nuba
Laga Doni, Desa Lebanuba
Kecamatan Ile Boleng”
demikian komentar Ariston yang
berkali-kali menegaskan
kapasitas kehadirannya, bukan
sebagai Sekcam Adonara
Tengah.
Dalam tanggapan awalnya,
banyak apresiasi positif
diutarakan kepala desa yang
mulai menjabat di Tahun 2013
itu. Apalagi, selain bantuan
modal usaha melalui program
Anggur Merah, juga diberikan
bantuan P2LDT dengan lima
unit rumah.
Masyarakatnya bergotong
royong, membuat seluruh rumah
itu, permanen. Menurutnya,
“Niat membentuk koperasi,
sudah ada sejak awal masa
jabatan saya. Kami
berkeinginan memiliki modal
segar yang bergulir di desa.
Waktu itu kami kesulitan modal.
Saya dan masyarakat sangat
Senang, begitu mendapatkan
informasi bahwa desa kami
juga mendapatkan bantuan
program Anggur Merah” begitu
kata kepala desa yang
mendapatkan bantuan program
di Tahun 2014 lalu.
Usulan sederhana datang dari
Emanuel Simon, Sekretaris
Koperasi Nuba Laga Doni.
“Kami usulkan untuk dibuatkan
website khusus Program Anggur
Merah. Mengingat, koperasi
adalah salah-satu tekad
Pemerintah Provinsi NTT.
Koperasi, telah menjadi
program yang diunggulkan
juga. Apalagi sekarang ini,
akses internet di desa sudah
bagus” usul pria 29 tahun, yang
masih membujang itu. (LWL/hms)
Ariston Kolot Ola, Sekcam Adonara Tengah (kanan) bersama
Sajidin Sengaji,S.Pd, PKM Desa Lebanuba Kecamatan Ile Boleng (kiri)
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
21
Cerita Sukses
Sangat Membantu
“Bantuan ini sangat membantu kami. Saya sudah jual sampai 28 ekor anak babi.
Satu ekor anak babi di sini, laku terjual dengan harga Rp.500 ribu per ekor.
Itu belum dari hasil penjualan minyak kelapa…”
B
egitu komentar
Lambertus Kia Pati, salah
satu anggota kelompok
Suku Dosinaen. Warga Desa
Lebanuba itu, tercatat sebagai
salah satu anggota Koperasi
Simpan Pinjam(KSP) Nuba Laga
Doni. Pria 42 tahun itu, tercatat
juga sebagai anggota koperasi
yang memilih usaha peternakan
babi.
“Mulanya, saya memelihara
satu ekor jantan dan dua ekor
betina saja. Sekarang, pak bisa
lihat sendiri hasilnya. Mari, kita
lihat ke belakang” katanya
sambil mengajak kami ke
belakang rumah, melihat
kandang babinya.
Lambertus mendapatkan
pinjaman sebesar Rp.16 juta.
Pinjaman yang cair di tanggal
28 Juni 2014 itu, digunakannya
untuk membeli babi.
Saat kunjungan kami pagi itu,
pria beranak dua itu telah
memiliki beberapa buah
kandang. “Yang lain sudah jual.
Saya jual bibit saja, usianya
enam bulan cukup. Sekarang
sisa tiga ekor induk dan
sembilan ekor anak. Dua ekor
betina baru, sudah saya
siapkan mengganti betina.
Orang sudah tahu, kalau saya
tidak pakai makanan toko.
Biasanya mereka datang beli ke
sini. Tidak usah capai-capai
lagi jual ke pasar” terangnya
bangga, karena bisa mengolah
pakan dari hasil kebun sendiri.
22
EDISI 12 / Desember 2015
Pagi itu, kami mendapati
beberapa orang ibu sedang
berkumpul, persis di depan
jalan menuju ke rumah ayah
beranak dua itu. Mereka
mengenakan pakaian bercorak
adat dengan balutan sarung
bermotif adonara. Dominan,
hitam warnanya. Rupanya,
warga sedang berduka. Salah
satu warga mereka, baru saja
dipanggil sang khalik. Nare…
begitu ucap kami, untuk
menyebut permisi…
“Kalau mau hasil yang bagus,
tidak boleh kasih makanan
toko.Kasih saja makanan
alamiah. Ada ampas kelapa,
ubi, pisang, semua dari kebun
sendiri. Saya juga masak
minyak kelapa. Ampasnya, saya
kasih makan Babi. Minyaknya,
Lambertus Kia Pati
dengan usahanya
ANGGUR MERAH
saya jual untuk kebutuhan
sehar-hari. Satu botol minyak
kelapa di sini harganya Rp.6
ribu sampai Rp.7 ribu” begitu
kata istri Yuliana Benga Rotok
itu, yang terlihat berusaha
merendah.
Wiraswasta adalah
jawabannya, ketika ditanya
tentang pekerjaan pokoknya.
“Saya ini wirausaha dari awal.
Kesulitan kami di sini cuman air.
Kalau air banyak, saya ingin
pelihara minimal 20 ekor babi.
10 ekor untuk penggemukan, 10
ekor untuk pembibitan. Air kami
beli cukup mahal. Satu tangki
air itu harganya Rp.100 ribu”
begitu jawab pria yang pernah
merantau ke Batam juga pernah
hidup di Jakarta itu.
(LWL/hms)
Cerita Sukses
Masyarakat Jangan Dibebani
“Program ini hadir
dengan tujuan untuk
mengentaskan
kemiskinan juga.
Karena itu masyarakat
jangan dibebani
dengan aneka
persyaratan.
Banyak juga PNS
yang mau.
Mereka tidak mau
pinjam lagi di Bank.
Uang simpanan pokok
anggota sebesar Rp.50
ribu, kami kembalikan “
B
egitu komentar awal
Yohanes Hadung, Ketua
Koperasi Kredit Olah
Gelekat. “Awalnya, anggota
koperasi dipersyaratkan dengan
simpanan pokok dan simpanan
wajib. Simpanan pokok
besarnya Rp.50 ribu. Simpanan
wajib Rp.5 ribu per bulan.
Menurut saya, itu tidak benar.
Membebani anggota. Setiap
orang yang meminjam di
koperasi ini, langsung menjadi
anggota. Mereka juga otomatis
berhak mendapatkan 30% sisa
hasil usaha, saat Rapat Akhir
Tahun” demikian tambah pria
beranak tiga itu dengan
semangat.
Sesuai laporan
pertanggungjawaban badan
pengurus koperasi, modal
koperasi mereka telah
berkembang menjadi Rp.365,5
juta. Informasi itu cocok dengan
laporan Rapat Akhir Tahun
(RAT) untuk Tahun Buku I.
Pencatatan yang sama, bisa
diurai juga dari catatan dalam
buku kas umum, buku pinjaman
anggota dan buku kas bantu
pinjaman. Total anggota
koperasi sebagaimana laporan
RAT, 30 September 2015 itu
adalah sebanyak 52 orang.
“Modal awal Rp.250 juta,
telah berkembang
menjadi lebih dari
Rp.365 juta di tanggal
30 September 2015.
Kalau sampai dengan
Bulan Oktober,
Yohanes Hadung,
nilainya mencapai
Ketua Koperasi Kredit Olah Gelekat
Rp.402 juta. Rp.36 juta,
telah terpinjam sebesar
Rp.36 juta oleh empat orang
anggota baru. Untuk Bulan
Jawaban-jawaban lugas,
November, sedang kami hitung
semakin terlontar lancar, setelah
kembali…” jelas ketua koperasi,
mengetahui tujuan peliputan
yang biasa disapa Roy itu.
kami itu. Kami meminta
pengurus dan kepala desa
Ia nampak sangat energik,
menceritakan saja apa adanya.
bersemangat menjelaskan
Informasi mereka itu,
koperasinya dengan berbagai
selanjutnya kami konfirmasi
tantangan yang dihadapi.
dengan pembukuan dan
Semangatnya, bisa terbaca dari
temuan bersama anggota
obrolan sore itu Selasa (1/12).
kelompok.
Suasana wawancara sore itu bersama kepala desa
dan pengurus koperasi yang hadir
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
23
Cerita Sukses
“Tidak akan ada
kejadian dalam
koperasi ini, anggota
mereka meminjam
juga di tempat lain.
Koperasi di sini
memang banyak.
Tetapi kami juga
mengecek usulan
anggota. Kalau
mereka masih
pinjaman di tempat
lain, tidak akan kami
layani. Jelasnya,
kehadiran koperasi
Filomena Nona,
Anggur merah ini
Kepala Desa Klukeng Nuking
sangat membantu
masyarakat. Karena
itu, anggota sepakat untuk
memberlakukan biaya
Sekretaris Koperasi Kredit itu.
administrasi 5%, hanya untuk
Keterangan lain kami dapatkan
pelaksanaan RAT dan biaya
juga dari mereka. Teknik
administrasinya” tambah ketua
konfrontasi kami gunakan juga,
koperasi yang juga seorang
untuk mengecek kebenaran
sarjana itu. Ia menyelesaikan
informasi lisan.
pendidikan hukum di tahun
2012, pada salah satu
“Pendamping Kelompok
universitas di Surabaya.
Masyarakat (PKM) sering buat
pendampingan, jadi
Disebutkannya juga, setelah
masyarakat termotivasi. Tiap
RAT Tahun buku pertama itu,
tanggal 12 dalam bulan,
dicapai beberapa kesepakatan
anggota koperasi wajib hadir.
baru bersama para anggota
Kantor desa ini dipakai juga
koperasi.
sebagai kantor koperasi. Kalau
ada yang macet, kami langsung
”Untuk pinjaman hingga Rp 3
turun ke rumahnya. Saya lihat,
juta tidak ada jaminan. Tetapi
koperasi lain tidak disertai
untuk simpanan di atas Rp.5
dengan pendampingan. Asal
juta disepakati harus ada
cicilan lancar saja. Beda
jaminan, walupun cuman
dengan PKM kami ini,
fotocopy saja. Bisa BPKB
setoran lancar. Kehadiran
kendaraan atau sertifikat tanah
koperasi ini sangat
sebagai jaminannya.
membantu masyarakat.
Pembagian presentasi juga
Terutama di saat curah
dibuat lebih besar untuk
hujan tidak jelas seperti
anggota. Berlaku juga pungutan ini” begitu tanggapan Ibu
Rp.10 ribu per bulan untuk tiap
Kepala Desa yang sudah
anggota” begitu keterangan
sudah ditinggal suaminya
pria 40 tahun itu.
yang meninggal itu.
Turut hadir memberi
keterangan hari itu, Filomena
Nona (44), Kepala Desa Klukeng
Nuking. Bersamanya, hadir juga
Wilfrida Ina Wai, Bendahara
dan Albertus Jhon Gamur selaku
24
EDISI 12 / Desember 2015
Pujian berkali-kali
Kepala Desa dan
Pengurus Koperasi,
dialamatkan kepada
Antonia, si PKM Desa
Kluking Nuking itu.
ANGGUR MERAH
Antonia,
PKM Kluking Nuking
Hujanan pujian itu membuat
PKM itu tersenyum malu. Hasil
kunjungan kami ke anggota
kelompok juga membenarkan
pujian itu. Anggota kelompok
terlihat sangat dekat
dengannya.
“Untuk pemerintah desa,
bantuan dana segar ini sangat
membantu upaya kami
mensejahterakan masyarakat.
Kami prioritaskan usulan
anggota yang sudah memilki
usaha. Kalau sudah ada usaha,
baru kami support. Prioritas
mensejahterakan masyarakat.
Kami prioritaskan usulan
Wilfrida Ina Wai,
Bendahara Koperasi Olah Gelekat
Cerita Sukses
Salah satu jenis usaha batu merah yang dilakoni oleh Gabriel Reo
anggota yang sudah memilki
usaha. Kalau sudah ada usaha,
baru kami support. Prioritas
bantuan bagi usaha-usaha
kecil, dengan modal tambahan
hingga Rp.3 juta. Tim verifikasi
tetap turun, mengecek kondisi
mereka yang usul. Tetapi kami
masih banyak kekurangan juga.
Untuk pembukuan koperasi,
kami masih gunakan yang
sederhana. Yang penting, kami
mengerti saja. Karena itu,kami
usul pelatihan, supaya
administrasi koperasi yang
sebenarnya bisa kami gunakan”
tambah ibu beranak empat itu.
Turut menambhakan
keterangan Wilfrida Ina Wai,
Bendahara Koperasi Olah
Gelekat itu. Mulanya dia agak
canggung dan malu. Rupanya,
ada perasaan minder karena
hanya berpendidikan setingkat
SLTP.
Kios milik Bapak Stanis Laga Boleng
Usaha sayur mayur, terong milik anggota lainnya
“Sering pak ketua
tersinggung, karena
menurutnya, administrasi saya
terlalu kaku. Menurut saya,
administrasi pakai omong saja
tidak bisa. Uang itu bukan saya
punya milik, itu milik bersama.
Jadi harus ada formulir
persetujuan yang
ditandatangani pak ketua.
Kalau pak ketua telpon saja,
saya tidak layani. Tetapi saya
senang, karena masyarakat
percaya saya. Saya juga jadi
bisa belajar berkoperasi. Saya
mau belajar” demikian kata
wanita 36 tahun itu.
Setelah wawancara bersama
pengurus koperasi dan aparat
desa, kami lanjutkan dengan
mengunjungi beberapa anggota
kelompok penerima manfaat.
Kadang-kadang, metode ini
kami balik. Kami langsung
menjumpai anggota penerima
manfaat terlebih dahulu,
sebelum bertemu pengurus
desa, juga pengurus koperasi.
(LWL/hms)
ANGGUR MERAH
EDISI 12 / Desember 2015
25
Cerita Sukses
Mau Minta, Nana le…
“Pada perguliran kedua, kelompok kami mendapat pinjaman dana sebesar
Rp 5 juta. Namun setelah pencairan yang dilakukan bersama Kepala Desa lama
di kantor Bank NTT, sang kepala desa langsung menilep uang tersebut.
Mau minta dan menuntut uang tersebut, masalah nana le….”
H
al ini disampaikan oleh
Helena Bali Open ,
Ketua Kelompok
Sederhana yang ditemui tim
buletin di teras kantor desa
setempat. Panas dan gerah
masih terasa menusuk meski
sore menjelang.
Saat kami tiba di kantor desa,
suasana kelihatan lengang.
Hanya tampak dua pegawai
perempuan yang menyambut
Kedatangan tim buletin Anggur
Merah. Tak berapa lama
kemudian beberapa warga
penerima manfaat program
Anggur Merah yang digulirkan
pada tahun 2011 datang
menyambangi kami. Situasi pun
berangsur ramai.
menyerang. Untuk
menghilangkan rasa tersebut,
tim berbincang dengan
kelompok masyarakat sempat
hadir.
“Saya hanya tahu sedikit
tentang dana Anggur Merah
yang masuk ke desa ini pada
tahun 2011. Ada sekitar 18
kelompok, penerima dana
tersebut. Ketua pokjanya
dirangkap oleh Bapak Kepala
Desa yang bernama Vinsensius
Letek Open. Beliau sudah
memutuskan untuk merantau ke
Malaysia dan belum tau kapan
pulang lagi,” jelas Bapak Paulus
Doweng, mantan sekretaris
desa Lamika tahun 1978 hingga
1993.
Pria beranak empat ini
kembali dipilih sebagai
sekretaris Desa pada tahun
2001-2014 setelah sebelumnya
menjabat Kaur Pemerintahan
pada periode 1993-2001.
“Minta maaf bapak, kepala
Desa sedang berada di
Larantuka untuk mengikuti
suatu kegiatan. Kalau pulang
cepat, dia akan langsung
bergabung dengan kita.
Sementera itu, sekretaris Desa
sedang dihubungi dan katanya
dalam perjalan menuju kandor
desa ini,” jelas seorang Ibu
yang kemudian diketahui
menjabat sebagai kaus
pemerintahan desa.
Menanggapi hal ini, kami hanya
mengangguk pelan dan
memaklumi keadaan.
Angin sepoi-sepoi senja mulai
menghantam. Bola mata mulai
mengecil. Rasa kantuk mulai
26
EDISI 12 / Desember 2015
ANGGUR MERAH
Helena Bali Open , Ketua Kelompok Sederhana
Cerita Sukses
Ia mengakui tidak
mengetahui secara pasti
tentang keadaan keuangan
Anggur Merah karena yang
mengetahui secara langsung
kadalah bendahara, ketua
pokja dan PKM.
“Bapak Desa menjabat
sebagai ketua pokja sekaligus
ketua kelompok. Pendamping
juga sudahd lama tidak pern