Anggur Merah AM 3 TTS

EDISI 03 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Manfaatkan Potensi Desa

Dari Redaksi

Membangun Kepercayaan Diri Masyarakat

ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi

Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)
Redaktur Pelaksana

Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)


NTT sudah sering dikenal dengan akronim negatif seperti Nasib Tidak Tentu,
Nanti Tuhan Tolong. Kemiskinan dan kegersangan semakin meneggelamkan
masyarakat NTT dalam kubangan keterbelakangan. Stigma-stigma tersebut telah
meluluhlantakan kepercayaan diri dan daya juang masyarakat. Sumber daya alam
potensial yang beragam di Bumi Flobamora banyak dibiarkan tenggelam dalam lautan
kepasrahan dan keikhlasan menerima takdir. Pada titik inilah pemerintah mesti hadir
dan memperlihatkan keberpihakannya.
Setiap pemimpin yang tampil di pucuk pemerintahan Flobamora coba
meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dengan berbagai program unggulan.
Sejak beberapa tahun terakhir masyarakat NTT akrab dengan konsep Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah. Program yang digelontorkan sejak tahun 2011 ini ditujukan
untuk menciptakan desa atau kelurahan yang maju dan produktif.
Program ini telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat penerima
sebagaimana dituturkan oleh masyarakat penerima Anggur Merah di Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS). Sebagai salah satu Kabupaten terluas di NTT, topografi
daerah TTS sangatlah cocok untuk pengembangan pertanian dan peternakan.
Para penerima dana Anggur Merah sebagian besar memanfaatkan dana
Anggur Merah untuk membeli babi, sapi dan usaha pertanian. Selain itu ada juga yang
membuka kios dan usaha produktif lainnya. Beberapa kelompok mengusahakan babi,

tahun berikutnya sudah naik kelas dengan membeli sapi. Lainnya, mengawali dengan
satu ekor sapi, sekarang sapinya berkembang lebih dari satu.
Hasil usaha dana Pemberdayaan Pemerintah Provinsi NTT dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Mereka dapat
membiayai pendidikan anak-anaknya. Mereka juga bisa memasang listrik ke
rumahnya dengan hasil keuntungan pengembangan usaha Anggur Merah. Membuat
rumah serta cerita sukses lainnya. Masih banyak lagi deretan kebutuhan keluarga
yang dibantu dengan perguliran dana itu.
Sebagai sebuah program yang masih berusia dini, Anggur Merah masih
harus terus dibenah. Pola pemberdayaan dan perguliran yang diusung masih belum
berjalan sesuai harapan. Kisah macetnya pengembalian dana menjadi isu utama yang
sering diangkat untuk menenggelamkan Anggur Merah. Kerja keras pendamping di
lapangan, dibalas dengan tuduhan penggelapan uang. Kecemburuan dan gesekan
politik di tingkat desa juga turut membumbui kisah pilu program ini.
Semuanya itu adalah bagian dari dinamika perjalanan sebuah program. Satu
yang pasti Anggur Merah telah membangkitkan kreativitas dan semangat juang
msyarakat desa. Merangkai asa, menatap masa depan dengan penuh kegembiraan.
Wajah-wajah buram tanpa harapan telah berganti rupa sumbringah. Raut optimisme
harus dibarengi denga kerja keras, kerja tuntas dan kerja cerdas masyarakat demi
mengucapkan selamat tinggal kemiskinan.

Kini, kepercayaan masyarakat mulai hidup kembali. Mereka mulai percaya
jika Pemerintah peduli, Pemerintah benar-benar hadir. Mereka juga mulai percaya
diri. Semoga kita pun percaya dengan mereka (masyarakat).

Mengapa

Anggur Merah...?
4
9

SAYA KECEWA…

12

ADA OKNUM
PROVOKATOR
DI OELET

16


Contohlah Kornelis Nifu

Desa Tumu

14

PKM DESA BESNAM
POTONGAN SEPIHAK

Desa Sahan, Kecamatan Nunkolo

18

Meubtmeb dari Tuplopo

22

Program Ini Baik

28


AKHIRNYA

Desa Nunbena

TERBENTUK KOPERASI
Desa Benahe

30
33

24

Suara PKM

Dia Pergi Bersama Program
Desa Fatu Ulan

34


DeMAM di TTS :

Sangat Membantu

Masyarakat

Viktor Manek :

Masyarakat Salah Paham
ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

3

Program Anggur Merah

Mengapa

Anggur Merah...?


Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.

S

udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya

adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang

4

EDISI 3 / Maret 2015

setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.


(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan

Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.

tepat.

El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR

ANGGUR MERAH

Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.

Program Anggur Merah

Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”

Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya

Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),

Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,

ANGGUR MERAH

EDISI 1 / Januari 2015

5

Program Anggur Merah

Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :

6

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

8.

Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Program Anggur Merah

Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

7

Program Anggur Merah

Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.

Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

8

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

SAYA
KECEWA…
“Bagaimana perasaan bapak-bapak, kalau menjadi saya? Datanglah dari rumah ke
rumah, silahkan langsung bertanya, turun langsung ke kelompok. Sebaiknya datang,
kita duduk bersama masyarakat, aparat dan PKM. Jangan hanya mempercayai
informasi dari segelintir orang saja.”

D

emikian pesan yang
disampaikan oleh
Maria Charmilla
Saluat,S.Pt, kepada para
anggota dewan yang ingin
melakukan uji petik ke
desanya.

(PKM) yang bertugas di Desa
Tumu, Kecamatan Amanuban
Tengah.

Maria adalah Pendamping
Kelompok Masyarakat

Sebagai salah seorang
pendamping, dia merasa
telah bekerja maksimal
menghadapi anggota
kelompok di desanya yang
enggan melunasi dana
Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM).
Dia merasa
disudutkan dengan
pemberitaan Victory
News yang
menyebutkan jika
PKM di Desa Tumu,
Kecamatan
Amanuban Tengah
menggelapkan dana
pengembalian
kelompok senilai
Rp.70-an juta.

Maria Charmilla Saluat,S.Pt, Pendamping Kelompok Masyarakat Desa Tumu,
Kecamatan Amanuban Tengah, saat menunjukan Saldo Rekening Kas Desa.

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

9

Fokus
“Jangan sekali-kali vonis
bahwa program DeMAM di
desa ini gagal! Masyarakat
mau langsung menggulirkan
dana yang sudah
dikembalikan itu
(Rp.78.788.545,-) sementara
mekanismenya tidak boleh
begitu. Perguliran baru
dimungkinkan setelah seluruh
kelompok melunasi
pengembaliannya. Karena
itulah ada masyakat yang
menganggap saya
melakukan penggelapan.
Padahal uangnya telah saya
laporkan kepada kepala desa
dan disetorkan ke rekening
kas milik desa” jelasnya
menanggapi pemberitaan
koran lokal tanggal 15 Maret
2015 itu dengan judul Komisi
IV Merasa Ditelikung.
Hal ini terungkap dalam
wawancara yang dilakukan
tim redaksi, ketika melakukan
tugas peliputan Program

DeMAM di Kabupaten TTS.
Nampak berusaha tetap
menghargai fungsi kontrol
anggota DPRD Provinsi NTT
yang melakukan uji petik,
lulusan Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana
2007 itu bertutur.

Ibu Dina Tualaka & Bapak
Dominggus Banamtuan
adalah salah satu contoh
sukses. Anggota kelompok
yang memliki usaha
berternak babi itu
perkembangannya terus
meningkat.

“Melalui program ini,
anggota kelompok bisa
membiayai sekolah anak dan
menyambung listrik ke rumah
mereka. Kelompok yang
dulunya berternak babi
bahkan sudah bisa
menukarnya dengan
berternak sapi. Program ini
sangat membantu
masyarakat. Penggelapan
uang sejumlah Rp.70-an juta
itu tidak pernah terjadi!”
Lanjutnya menilai besarnya
manfaat program
pemberdayaan senilai
Rp.250 juta per desa itu,
sembari terlihat berusaha
untuk tetap tenang.

Jika pada awalnya mereka
memelihara babi, dalam
Tahun 2012 mereka sudah
bisa naik kelas (terjadi
penukaran ternak babi
dengan sapi). Sekarang
ternak sapi yang ditukar
tersebut telah bertambah
jumlahnya, sudah
menghasilkan dua ekor anak
sapi lagi.
Sesuai potensi yang ada di
Desa Tumu, telah dibentuk 10
Kelompok Usaha Ekonomi
Produktif pada Tahun 2011.
Dengan total anggota
kelompoknya berjumlah 107
orang.

Ibu Dina Tualaka, bergambar bersama dua ekor sapi miliknya yang sudah berhasil dikembangbiakan.

10

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Fokus
Lima Kelompok memilih
usaha Penggemukan Ternak
Sapi, dua Kelompok
Pemeliharaan Ternak Babi
dan tiga Kelompok Pertanian
Holtikultura (bawang merah).

bantuan dana DeMAM
adalah sama-sama warga
saya. Saya juga tidak
membela PKM” demikian
katanya, berusaha
menjelaskan apa adanya.

Di balik cerita sukses ini,
ada juga cerita gagal yang
bisa di lihat sebagi kendala
bagi PKM di lapangan. PKM
masih menjumpai anggota
kelompok yang nakal.

“Karena sikap itu, saya
juga mendengar jika
masyarakat menganggap
saya membela atau
bersekongkol dengan PKM.
Hal itu makin diperburuk,
karena beredar isu miring di
tengah masyarakat.
Berhembus isu jika sesuai
hasil pemeriksaan
inspektorat, jumlah
pengembalian seharusnya
sudah sebesar
Rp.92.100.000,- bukan Rp.70an juta” jelas Kepala Desa
Tumu itu.

Mereka melakukan sesuatu
sesuka hatinya, tidak melalui
prosedur. Misalnya, menjual
ternak tanpa sepengetahuan
pendamping maupun kepala
desa. Hasil penjualannya
tidak dikembalikan ke
rekening desa.
Hal ini dijelaskan PKM
akibat ulah profokatif
segelintir orang. Kepada
anggota kelompok, mereka
menghasut untuk tidak
mengembalikan
pinjamannya ke rekening
desa, tetapi supaya langsung
digulirkan saja ke
masyarakat yang lain.
Dalam kunjungan sore
yang memang sengaja
dibuat dadakan itu, hadir
Marten Lenama Kepala Desa
Tumu. Sebelum
menginformasikan
perkembangan program di
desanya, dia
mengungkapkan pendapat
setujunya jika program ini
memang bermanfaat.

menjelaskan apa adanya.
Kami menjelaskan bahwa
hibah kepada desa, tetapi
harus dengan pengembalian
ke kas desa. Supaya bisa
digulirkan kepada kelompok
masyarakat lain” lanjutnya
mengantisipasi kemungkinan
provokasi di kemudian hari
untuk tidak mengembalikan
dana bantuan (DeMAM red).

Dalam keterangannya
disebutkan jika telah
dilakukan dua kali sosialisasi
pada awal pelaksanaan
program. “Saat sosialisasi itu
memang ada usulan saya
kepada PKM agar tidak
menggunakan istilah hibah
tetapi perguliran. Akan tetapi,
karena ketentuannya
demikian, kami harus

Terungkap juga jika sempat
dicapai kesepakatan untuk
membuat pernyataan
pengembalian bersama
kelompok masyarakat yang
menunggak. Kesepakatan itu
dicapai saat rapat bersama
Tim Tripika (Camat, Kapolsek
dan Danramil) di Kantor
Desa Tumu. Akan tetapi
kesepakatan itu gagal
ditandatangani. Alasannya
karena masyarakat kembali
bersikeras untuk
menggulirkan saja dana
yang sudah ada (yang sudah
dikembalikan). Dalam rapat
tanggal 5 Maret 2015 lalu itu,
masyarakat bahkan meminta
supaya dana yang sudah
digulirkan tidak perlu
dikembalikan lagi. (Lwl)

“Saya tidak akan membela
siapa-siapa. Masyarakat
yang belum menerima
manfaat maupun masyarakat
yang sudah menerima

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

11

Fokus

“PKM dana Desa Mandiri
Anggur Merah yang
ditempatkan di desa harus
benar-benar memiliki
kemampuan untuk
membimbing dan memotivasi
masyarakat. Saya ajak
masyarakat menyambut dan
mengelola dengan baik
bantuan pemerintah itu.
Jangan mendengarkan isuisu murahan yang
menyesatkan”

ADA OKNUM
PROVOKATOR
DI OELET
D

emikian pendapat yang diungkapkan Djoni Lukas Huru Lodo, Kepala Desa
Oelet saat menerima tim dari Biro Hubungan Masyarakat Setda
Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kantor Desa Oelet (18/03/2015).

“Di desa kami, masyarakat yang menerima bantuan dana ini ada 7
(tujuh) kelompok. Selurahnya melakukan usaha penggemukan sapi. Dari
ketujuh kelompok tersebut, ada anggota yang sudah menyetor kembali
untuk digulirkan kepada masyarakat yang lain, tetapi ada juga yang
belum setor karena beranggapan dana tersebut benar-benar
diberikan oleh pemerintah untuk rakyat. Tidak perlu dikembalikan”
lanjutnya.
Masyarakat punya kesadaran yang tinggi untuk
menggulirkan dana tersebut kepada saudara-saudaranya
yang lain di wilayah ini karena semua masyarakat
mempunyai hubungan keluarga akan tetapi ada orangorang yang tidak bertanggungjawab mempengaruhi
masyarakat sehigga ada anggota masyarakat yang
lain belum kembalikan dana tersebut.
“Saya mengajak masyarakat dan oknumoknum yang tidak bertanggungjawab untuk
kami bicara soal masalah ini tetapi tidak ada
yang datang, bahkan Pemerintah
Kecamatan Amanuban Timur bekerja
sama dengan Polsek dan Koramil untuk
menagih masyarakat yang belum
menyetor dana ini” lanjut Huru
Lodo.

Kepala Desa Oelet, Djoni Lukas Huru Lodo

12

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

Pada kesempatan itu juga ketua kelompok Sehati Yosina Nuban
mengatakan, “saya bersama 9 (Sembilan) teman bergabung dalam
Ketua Kelompok Sehati Yosina Nuban
kelompok sehati menerima bantuan Dana Desa Mandiri Anggur
Merah (DEMAM) sebesar Rp. 38 juta. Kami membeli 10 ekor sapi
untuk di pelihara. Setelah setahun dijual kembali. Dari hasil penjualan itu, modal yang kami dapat yaitu sebesar Rp.
3.800.000/ ekor dikembalikan. Untuk sisanya, 1 % disetor ke kas desa, 2 % ke kas kelompok. Jika masih ada kelebihan
maka kelebihan itu menjadi milik anggota kelompok yang bersangkutan. Dari 10 ekor sapi yang kami dapat, ada 2 ekor
yang mati. Sapi yang mati kami usahakan untuk diganti demi kemajuan kelompok kami “.
Penasaran dengan informasi yang kami dapat dari Kepala Desa Oelet, terkait oknum yang mempengaruhi masyarakat
dalam hal pengembalian. Tim berusaha mengoreknya dari ibu Yosina. Ibu Yosina mengakui kalau memang ada orang yang
bilang kepada mereka untuk jangan mengembalikan dana bantuan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya itu, dana itu merupakan dana hibah dari pemerintah Provinsi Untuk
masyarakat. Akan tetapi sebelumnya saya sudah tau maksudnya sehingga saya tidak menanggapi. Dia iri terhadap kami
yang dapat bantuan karena dia tidak dapat, sehingga dia mau mempengaruhi kami. Kami anggota kelompok sehati tidak
mau menanggapi hal tersebut.
Terungkap pula jika masyarakat menghendaki agar Pendamping Kelompok Mandiri (PKM) harus benar-benar memiliki
kemampuan dalam melaksanakan tugasnya bersama masyarakat, sehingga apa yang diharapkan pemerintah benar-benar
tercapai. (el puay)

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

13

Fokus

POTONGAN SEPIHAK
PKM DESA BESNAM
“Maksud Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan program Desa Mandiri Anggur Merah
sangat baik untuk masyarakat tetapi pelaksanaannya tidak sesuai harapan”

D

emikian disampaikan
Kepala Seksi
Pemerintahan Desa
Besnam, Kecamatan Fatu
Kopa Yermias Nenoliu saat
menerima Tim Peliputan
Program Desa Mandiri Anggur
Merah dari Biro Hubungan
Masyarakat Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Bertempat di kediamannya
kampung Besnam dia
menuturkan, “awalnya
masyarakat sangat
senang dengan adanya
sosialisasi tentang
Program Desa
Mandiri Anggur
Merah yang mana
masyarakat
mendapatkan
modal uang untuk
membeli sapi, babi
maupun modal
untuk membuat kios”.
Ditambahkannya “jika
saat sosialisasi disampaikan
bahwa bagi mereka yang
masuk dalam kelompok
penggemukan sapi akan
mendapatkan bantuan dana
sebesar Rp. 5.000.000. Saat
penandatanganan Berita
Acara Penyerahan pun, uang
sejumlah itu masih tertera,
akan tetapi uang yang

14

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

sampai ke tangan masyarakat
hanya Rp. 3.400.000. Saat
pengembalian, anggota
kelompok harus
mengembalikan Rp.
4.200.000. Saya sebagai Kasi
Pemerintah Desa Besnam
merasa bingung dan kurang
mengerti dengan kesepakatan
yang dibangun oleh
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) setempat
dan Masyarakat itu. Namun
informasi yang saya dapat
dari sebagian masyarakat
bahwa hal itu bukanlah
kesepakatan bersama namun
hanya kesepakatan sepihak”.
Setelah mendapatkan
sedikit informasi dari
pemerintah setempat, tim
kembali diantar oleh kepala
Seksi Pemerintahan Desa
Besnam itu ke salah satu
Kelompok penerima Dana
Program Desa Mandiri Anggur
Merah yaitu kelompok “ TAUB
TIT”. Taub Tit diambil dari
bahasa Dawan-Timor yang
berarti kita coba/ujicoba.
Setibanya kami di rumah
mama Nelci Fallo, salah satu
anggota kelompok Taub Tit,
hadir pula Bapak Melkior
Fallo, Bapak Marten Fallo dan
beberapa masyarakat lain.

Fokus
Seperti di tempat-tempat
yang lain, masyarakat
menyambut dengan
kebiasaan menerima tamu
yaitu okomama dan sirih
pinang. Sambil makan sirih,
tim mulai menjelaskan tentang
maksud dan tujuan dari
pertemuat tersebut.
Selanjutnya tim mulai
melakukan wawancara
dengan semua anggota
kelompok yang ada. “Awalnya
kami pikir itu dana bantuan
untuk masyarakat dan tidak
dikembalikan” begitulah yang
diungkapkan oleh mama Nelci
Fallo sementara yang lain
hanya mengangguk-angguk
saja, setelah kami ikut
sosialisasi tentang program
bantuan Desa Mandiri Anggur
Merah, baru diketahui kalau
dana itu benar bantuan yang
akan digulirkan setelah 1
(satu) tahun. Pada saat itu,
anggota akan memperoleh
bantuan sebesar Rp. 5 juta.
Namun pada saat pencairan,
kami tidak menerima
sebanyak itu. Saya terpaksa
menerima bantuan itu karena
sudah menandatangani Berita
Acara Penyerahan” kata
mama Nelci.

Bantuan yang kami terima
tidak cukup sehingga kami
menambah uang pribadi baru
bisa beli sapi. Kalau kita beli
sapi yang harga
Rp. 3.400.000 lalu pelihara 1
tahun, belum tentu terjual
dengan harga 5 atau 6 juta.
Kami protes, karena berita
acara harus terima Rp. 5 juta
tetapi pencairan hanya
Rp. 3.400.000. Tetapi, badan
pengurus dan pendamping
menjawab, potong ini
dimaksudkan untuk iuran,
pangkal dan transportasi”
lanjut mama Nelci yang di
aminkan oleh anggota yang
lain.

“Kami sangat menyesal
dengan banyaknya potongan
yang dilakukan oleh Badan
Pengurus dan PKM yang ada
di desa kami. Hal ini karena
pengambilan keputusan
tersebut tanpa kesepakatan
bersama antara PKM, Badan
Pengurus, Kepala Desa dan
Anggota Kelompok. Bapak
Kepala Desa dan staf juga
kaget kalau kalau kami hanya
dapat begitu. Harapan kami
ke depan, kalau ada bantuanbantuan yang lain, sebelum
melakukan potongan harus
ada kesepakatan bersama”
tambah Melkior Fallo yang
saat itu ada bersama kami.
(El puay)

Mama Nelci Fallo, salah satu penerima Bantuan Desa Mandiri Anggur Merah

Tim bersama dengan anggota kelompok Taub Tit Desa Besnam
Kecamatan Fatukopa.

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

15

Cerita Sukses

Contohlah Kornelis Nifu
“Bermodalkan dana bergulir Desa Mandiri Anggur Merah ditambah sedikit pinjaman, saya
membeli dua ekor sapi. Dua ekor sapi itu laku terjual seharga Rp.18,5 juta. Uang itu saya
gunakan untuk membeli 1 sapi lagi (bibit).”

D

emikian penjelasan
Kornelis Nifu, Warga
Dusun III, Desa
Sahan, Kecamatan Nunkolo.
Tidak hanya itu, dari
keuntungan yang
diperolehnya itu, Kornelis
bisa menutupi pinjaman
keluarga Rp.4 juta yang
terpakai di awal bersama
Rp.4 juta dana DeMAM untuk
membeli dua ekor sapi.
Kelebihannya digunakan
untuk membuat fondasi
rumah dan membeli bahan
bangunan.
Informasi itu terkonfirmasi
oleh keterangan Bernard J.A.
Kobi, Kepala Desa Sahan.
Dijumpai di kediamannya
pagi itu, lelaki dengan empat
orang anak itu mengaku
sedikit terkejut dengan
kedatangan tim. Sang istri
pun sempat berkelakar
katanya, “coba ada
informasi sebelumnya, kami
bisa persiapkan lebih baik.”
Lebih lanjut dijelaskan
Bernard, jika umumnya
usaha penggemukan sapi di
desa kami berjalan baik.
Kendala masih dijumpai
pada kelompok yang
mengusahakan
penggemukan babi.

16

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Kornelis Nifu (kiri) dan istri foto bersama tim Buletin Anggur Merah

Cerita Sukses
Tetapi dijelaskannya jika dia
bersama PKM sudah
bersepakat untuk terus
mengunjungi anggota
kelompok masyarakat
penerima manfaat yang
masih menunggak. ”Saudara
PKM cukup sering
berkomuikasi. Komunikasi
saya dengan masyarakat
juga bagus. Jika ada
peroalan PKM pasti melapor“
demikian lanjutnya tentang
PKM yang aktif.
Desa Sahan II sebelumnya
adalah desa yang cukup
luas. Sekarang telah
memekarkan diri, menjadi
Desa Sahan dan Desa
Sainam. Tercatat 114 orang
anggota Kelompok, dengan
14 Kelompok pengelola
Program Desa Anggur Merah
di Desa Sainam.
Sesuai potensi yang mereka
miliki, tujuh kelompok
memilih usaha
penggemukan sapi. Tujuh
kelompok lainnya memilih
untuk beternak babi.
“Usaha babi memang sedikit
menemui kendala
pengembalian, tetapi mereka
sudah sepakat juga untuk
menunaikan kewajiban
mereka” lanjut Bernard,
sembari menginformasikan
kalau dirinya bersama PKM
telah menjumpai mereka dua
hari yang lalu.

Yandri Taloim,SE, tenaga
Pendamping Kelompok
Masyarakat yang kami temui
pun berkisah. “Sebenarnya,
keberhasilan Kornelis Nifu,
sudah didahului oleh Bapak
Joni Tamonob dan Marthen
Bana. Kalau pak mereka
sempat, kita bisa ketemu
dengan Bapak Joni Tamonob
dan Marthen Bana” ajak
Yandri yang kini sudah
memiliki rumah di Soe.
Setelah sempat beristirahat
semalam di Sainam/Sahan,
pagi itu tim kembali
melanjutkan perjalanan.
Karena kami harus kembali
ke Fatuulan maka selepas
Desa Sainam, kami memilih
rute melewati Desa Haumeni,
Oebnani, Nunleu dan Tesy
Ayotupas. Supaya
kembalinya kami dapat
melewati Desa Tumu, maka
lagi-lagi kami harus memilih
rute yang tepat. Untuk itu
kami memilih rute berikutnya
melewati Desa Tesy
Ayotupas, Nekmese, Boti,
Oinlasi, Oenai, Pili dan Tumu
sebelum kembali ke Soe.(Lwl)

Cerita sukses dari Kornelis
Nifu itu, ternyata tidak
dilakoni sendiri. Terungkap
juga nama Joni Tamonob
dari Kelompok Monit Feu dan
Marthen Bana yang berada
dalam wilayah Dusun IV
Desa Sainam.
ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

17

Cerita Sukses

Meubtmeb dari Tuplopo
F

ajar pagi terlihat di ufuk
timur. Sinar mentari
pagi perlahan-lahan
menyinari desa kecil itu.
Kabut tebal di kejauhan
berangsur-angsur sirna.

Kicauan burung menambah
indahnya suasana Desa
Tuplopo pagi ini. Sosok
wanita dan pria yang sudah
berumur terlihat dari
kejauhan sedang sibuk
meratakan gundukan
bawang di seisi rumah tua
itu. Mereka adalah Bapak
Habel Selan dan Ibu Yohana
Selan.

menjadi Rp 6.000 membuat
Bapak Habel Selan yang
menjabat sebagai Kepala
Desa Tuplopo mengurungkan
niatnya menjual bawangnya.
Harga bawang anjlok karena
hama. Akibatnya, gundukan
bawang terlihat seisi rumah
mulai dari ruang tamu,
kamar tidur, gudang hingga
ke dapur.

Harga pasar yang kian tak
bersahabat dan menurun
drastis dari Rp 20.000

Bapak Habel dan Ibu Yohana
Selan berharap harga cepat
stabil kembali agar panenan
mereka itu bisa segera
dipasarkan.
Menanam bawang adalah
salah satu aktivitas harian
yang dilakukan pasangan
suami istri ini, selain
menjabat sebagai Kepala
Desa Tuplopo.
Keduanya memulai aktivitas
tambahan ini ketika Desa
Tuplopo terpilih sebagai
salah satu desa yang
menerima Program Desa
Mandiri Anggur Merah yang
diprogramkan oleh
Pemerintah Provinsi

Bapak Habel Selan, Kepala Desa Tuplopo

18

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses

TUMPUKAN BAWANG. Viktor Manek dari Buletin DeMAM bersama Ibu Yohana Selan Nenonamu dengan tumpukan
bawangnya.

Nusa Tenggara Timur pada
tahun 2011. Program ini
bertujuan untuk memberikan
kesejahteraan kepada
masyarakat desa terpencil.
Dana yang diperoleh dari
program ini diolah
masyarakat, melalui
pertanian, peternakan, dan
koperasi.

Kelompok yang telah sukses
kemudian membentuk
kelompok baru. Begitulah
seterusnya.
Pendamping Program Desa
Mandiri Anggur Merah Desa
Tuplopo, Stefanus Nubatonis,
tak pernah lelah
mendampingi warga desa
ini. Motivasi yang terus
menerus dia berikan untuk
warga ini patut diacungkan
jempol.
Hampir semua
warga Tuplopo
telah
berpartisipasi
dalam program
ini. Geliat
kemajuan bisa
terendus.

Sejak tahun 2011 selaku
kepala desa, Bapak Habel
Selan telah membentuk 7
kelompok yang diberi nama
“Meubtmeb” yang berarti
kerja keras.
“Orang yang rajin dan
bekerja keras akan puas
menerima hasil yang
didapat. Berbeda dengan
orang yang malas, yang
hanya mengeluh dan
mempersalahkan orang lain,”
kata Bapak Habel Selan
dengan penuh semangat dan
mata berbinar-binar.
Desa Tuplopo terdiri dari 614
kepala keluarga. Ada empat
dusun, delapan RW dan 24
RT. Jumlah penduduknya
2.657 jiwa.

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

19

Cerita Sukses
Jenis usaha dari Kelompok
Meubtmeb ini adalah
menanam bawang, beternak
sapi, beternak babi dan
koperasi.
Dari tahun ke tahun program
ini terus menuai sukses.
Hingga tahun 2014, jumlah
KK yang terlibat aktif
meningkat menjadi 60 KK,
lahan bawang bertambah
menjadi 40 hektar.
Saat ini, Bapak Habel Selan
menanam sirih dua ribu
pohon di atas lahan seluas 3
hektar.

Biskuit Ubi Kayu
Kalau Bapak Habel Selan
dengan Kelompok
Meubtmeb-nya, maka Ibu
Yohana Selan Nenonamu
membentuk Kelompok Tepat
Guna Teknologi. Kelompok ini
dibentuk dalam kerja sama
dengan BPMD.
Kelompok Tepat Guna
Teknologi ini berkonsentrasi

Sebagai orang yang paham
kebutuhan warga desanya,
Bapak Habel berharap
gubernur mengusahakan
suatu koperasi yang baik
guna menampung hasil dari
program anggur merah
masyarakat supaya
masyarakat tidak dirugikan,
misalnya pemasaran
bawang.

mengolah pangan lokal
seperti jagung, ubi, jahe dan
kunyit menjadi instan kunyit,
instan jahe, keripik ubi,
keripik pisang dan biskuit ubi
kayu.
Saat ini warga Desa Tuplopo
menunggu kedatangan tim
kesehatan untuk menguji
kelayakan makanan yang
diproduksi.
Hasil olahan ini
rencananya
dipasarkan mulai
dari kios kecil, toko
hingga ke
supermarket.
Niat tulus ibu desa
ini didasari oleh
keinginan
menyekolahkan

Harga bawang yang tidak
menentu akibat hama sangat
merisaukan warga Tuplopo.
Mereka khawatir hasil kerja
keras mereka tidak
membuahkan hasil. Aparat
desa telah mengirim proposal
ke dinas pertanian untuk
membasmi hama, tapi
hingga saat ini belum
terjawab.
Pedagang kaki lima membeli
bawang dengan standar
harga Rp 6.000/kg. Jika
dihitung dengan pembelian
bibit, maka warga benarbenar rugi. (indah purnama
ayu)

20

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Ibu Yohana Selan Nenonamu

Cerita Sukses

keempat anaknya yang saat
ini berada di perguruan
tinggi dan tingkat menengah
atas.
Program Desa Mandiri
Anggur Merah mendapat
respon positif dari warga
Tuplopo secara umum,
termasuk pasangan suami
istri Bapak Habel Selan dan
Ibu Yohana Selan.
Melalui program ini mereka
berdua selain membiayai
pendidikan keempat anaknya
juga untuk menambah
penghasilan.
Saat ditemui di desa mereka,
terima kasih diungkapkan
berulang-ulang. “Terima
kasih Bapak Gubernur, kami
merasa sangat senang dan

merasa sangat terbantu
dengan program ini. Kami
akan melanjutkan program
ini ke kelompok-kelompok
lain di desa ini agar seluruh
warga di desa ini turut
merasakan kebahagiaan
yang kami rasakan ini.
Program ini tidak boleh
berhenti, tetapi bisa tetap
hidup di desa ini,” kata
Bapak Habel.
Sejuta ungkapan terima
kasih kepada sang pemimpin
terlukis di raut wajah Bapak
Habel dan Ibu Yohana Selan.
Mewakili suara masyarakat
Desa Tuplopo, Bapak Habel
mengatakan “Program Desa
Mandiri Anggur Merah
adalah berkat untuk Desa
Tuplopo”.

“Tak ada sesuatu yang
berharga untuk membalas
kebaikan Bapak Gubernur
selain kerja keras
memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat
Desa Tuplopo. Itulah
ungkapan rasa terima kasih
terdalam kami. Kunjungi dan
berilah kami motivasi selalu
untuk terus berkreasi
memajukan desa kami
tercinta ini,” pesan Bapak
Habel.
Untuk menyatakan terima
kasihnya, suami istri ini
menitip satu karung kecil
bawang untuk sang
pemimpin yang telah
mengubah hidup banyak
orang, khususnya warga
Tuplopo. (indah purnama ayu)

FOTO BERSAMA. Tim Redaksi Buletin DeMAM foto bersama Bapak Habel Selan dan Ibu Yohana Selan Nenonamu

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

21

Cerita Sukses

Program Ini Baik
“Kehadiran Program Desa Mandiri Anggur Merah sangat membantu masyarakat.
Kesalahan ada pada kami sebagai masyarakat, karena salah menerjemahkan, kami
salah mengelolanya. Niat Pemerintah Provinsi NTT membantu masyarakat desa melalui
program DeMAM ini sangat kami hargai.”

B

egitulah apresiasi
Kepala Desa Nunbena
yang redaksi jumpai
ketika itu. Rabu sore 18 Maret
2015 itu, Yonathan Talan
kami jumpai lagi berkumpul
santai bersama beberapa
warga di seberang
rumahnya. “Kita masuk ke
rumah saja pak. Kami lagi
cerita-cerita saja.” demikian
ajaknya melihat sekretaris
desanya mengantar kami
menuruni jalan rabat.
Timotius Talan, salah satu
anggota kelompok yang
diberi nama Kelompok
Anggur Merah III sempat
kami temui. Setelah
mendengar maskud
kedatangan kami, pria yang
memilih usaha penggemukan
sapi itu nampak lebih santai
bercerita.

22

EDISI 3 / Maret 2015

Sebelumnya dia mengira
kami adalah anggota TNI
atau Polisi yang ditugaskan
melakukan penagihan.
Sekretaris Desa pun semula
tidak menyangka
kedatangan kami sebagai
aparatur sipil Pemerintah
Provinsi NTT yang
ditugaskan melakukan
peliputan. Kata Sekretaris
Desa itu, “biasanya orang
provinsi akan menggunakan
mobil untuk datang ke
tempat kami. Tidak ada yang
datang pakai ojek seperti
ini.”
“Saya tau kalau bantuan ini
bukan hibah. Ternak sapi
betina saya, sudah terjual
seharga Rp.4 juta. Artinya
saya untung Rp.1 juta pak”
demikian jawab Timotius.

ANGGUR MERAH

Kelompoknya pun kini hanya
menyisahkan pengembalian
sebesar Rp.1 juta. Mereka
menyanggupi untuk mencicil
pengembalian, agar dana
yang ada bisa digulirkan
kembali.
“Menurut saya, program
bantuan dana ini sangat
membantu ekonomi rumah
tangga masyarakat. Kalau
masyarakat serius mengelola
bantuan yang ada,
sebenarnya bisa untung
hingga Rp.3 juta “ Talan
mencotohkan sapi jantan
yang bisa laku terjual hingga
Rp.10 juta, jika dirawat baik
dalam enam hingga
sembilan bulan.
“Persoalannya, sebagian
besar masyarakat di desa
saya ini menganggap

Cerita Sukses
program ini adalah dana
hibah, bukan bergulir”
lanjutnya Kepala Desa
menjelaskan.
Untuk diketahui, Desa
Nunbena yang masuk dalam
wilayah Kecamatan Kie
memiliki tujuh kelompok
penerima manfaat. Enam
kelompok diantaranya
memilih usaha penggemukan
sapi. Satu kelompok sisanya
memilih usaha bawang
merah.
Tiga kelompok ada di Dusun
A, 3 kelompok lagi berada di
Dusun B, sedangkan satu
kelompok lainnya berada di
Dusun C. Total pengembalian
saat itu adalah sebesar
Rp.67.050.000,“Saya juga mendengar jika
ada semacam honor sebesar
10 % bagi kepala desa. Bagi
saya itu tidak perlu, asal
masyarakat mendapat
manfaat” jelas pria yang
tidak ingin mencalonkan
dirinya menjadi anggota
DPRD itu.
Rupanya kabar
meninggalnya Kepala Desa
Fatuulan telah menjadi buah
bibir sebagian besar warga
dan kepala desa tetangga.
Mereka menilai almarhum
meninggal akibat stress,
setelah gagal dalam
pemilihan legislatif 2013 lalu.
Untuk mengatasi masalah
macetnya dana
pengembalian program, pria
asal molo itu mengusulkan
setuju untuk libatkan
TNI/Polri. Dia bahkan telah

Sekedar untuk diketahui, tim
kami menempuh perjalanan
dengan rute dari Fatuulan
hingga bermalam di Desa
Sainam/Sahan. Tidak kurang
dari 11 desa di lewati hari itu.
Beberapa desa yang kami
ingat antara lain : Bele I,
Binenok, Nunbena, Oobibi,
Kotolin, Oebeti, Kolotunan,
Nualunat, Fatuat, Op dan
Sainam.

berkoordinasi denga Babinsa
setempat sebelum kunjungan
kami itu. Usulan lainnya
adalah agar tim terpadu dari
Pemerintah Provinsi NTT
datang lagi.
Kepala Desa yang Nampak
selalu tersenyum itu,
berharap agar terus
dilakukan sosialisasi dan
penjelasan langsung kepada
kelompok masyarakat Desa
Nunbena.
Penjelasan berulang dirasa
penting, terlebih bagi
anggota atau kelompok yang
belum menyelesaikan
kewajiban mereka. “Biar
supaya mereka percaya.
Tidak tuduh kami macammacam pak” pungkasnya
berharap.

Tedy Tualaka, ojek yang kami
tumpangi mengingatkan
untuk berhati-hati. “Kalau
tanjakan sebaiknya pak maju
mendekat. Kalau turunan,
pak tolong mundur pelanpelan ke belakang” demikian
jelasnya agar kami tidak
terjatuh, terlebih karena
kondisi jalan dengan batu
yang mudah lepas.

Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM) atas nama
Herman Selan,S.Pt tidak
kami jumpai. Pendamping
tersebut menetap di SoE.
Informasi yang kami dapat,
yang bersangkutan lagi
dipanggil ke Kota Kabupaten
TTS itu.

Menurutnya tidak banyak
orang mau mengunjungi
desa-desa mereka. Dia tidak
bisa membayangkan jika
yang melakukan tugas ini
adalah ibu-ibu. “Pasti ibu-ibu
tidak akan mau bertugas ke
sini. Biar supaya pak juga
ingat saya” kata Tedy. (Lwl)

Kepala Desa Nunbena bersama Sekretaris Desa saat menerima kunjungan
Tim Buletin Anggur Merah

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

23

Suara PKM

Priangtu Faot
(PKM Desa Oepliki)
Program Anggur Merah ini
sangat positif. Kebijakan
Gubernur NTT ini telah
membantu warga membuat
sesuatu dari modal yang
diberikan. Di desa ini
dibentuk 4 kelompok dengan
anggota 53 orang dengan 3
jenis usaha, yaitu
penggemukan sapi,
pemeliharaan ayam dan
ternak babi.

Ada informasi yang
berkembang dari pihak
ketiga kepada anggota
pokmas untuk tidak
mengembalikan
uang/angsuran, namun kami
selalu memberikan
pemahaman dan motivasi”
Usaha yang lebih

berkembang di desa Oepliki
adalah penggemukan sapi
dan ternak babi, sedangkan
untuk ternak ayam
mengalami kegagalan
karena penyakit.
Dalam pendampingan ke
masyarakat ada informasi

yang berkembang dari pihak
ketiga kepada anggota
pokmas untuk tidak
mengembalikan
uang/angsuran. Namun kami
selalu memberikan
pemahaman dan motivasi
untuk mengembalikan
angsuran untuk digulirkan
lagi ke kelompok lain dalam
desa ini.
Sampai dengan bulan Maret
ini jumlah dana yang
dikembalikan anggota
pokmas sebesar Rp 80 juta
yang disimpan di rekening
desa dan akan ada
sosialisasi dari Kepala Desa
dan BPD untuk pembentukan
Koperasi Anggur Marah
dengan kegiatan Simpan
Pinjam. (*)

Eyang Triyani Toineno
(PKM Desa Tuapakas, Kecamatan Kualin)

Saya mendengar
langsung apa yang dirasakan
oleh masyarakat. Dana
Anggur Merah sangat

membantu meningkatkan
kesejahteraan hidup”

24

EDISI 3 / Maret 2015

ANGGUR MERAH

Sebagai Pedamping
Kelompok Masyarakat, saya
mendengar langsung apa
yang dikatakan dan
dirasakan oleh masyarakat
ketika mendapat dan
menjadikan dana Anggur
Merah.
Pada umumnya kelompok
penerima mengatakan
uang/dana Anggur Merah
sangat membantu untuk
berusaha memelihara dan
melakukan penggemukan
sapi.

Uang Rp 4 juta yang
diberikan kepada setiap
anggota pokmas digunakan
untuk pengadaan sapi dan
diberi makan selama 6 7
bulan dijual dengan harga
Rp 7 juta Rp 8 juta. Mereka
memperoleh keuntungan Rp
3 juta sampai Rp 4 juta.
Setelah itu mereka membeli
sapi lagi untuk usaha
penggemukan.
Dalam pendampingan saya
setiap bulan ke pokmas dan
ke anggota, saya selalu

Suara PKM
berikan motivasi kepada
anggota agar melihat
bantuan ini sebagai
sentuhan yang dampaknya
akan meningkatkan
kesejahteraan hidup.

kelompok lain yang
membutuhkan.
Jenis usaha Anggur Merah di
Desa Tuapakas adalah
penggemukan sapi untuk 8
kelompok dengan
keseluruhan anggota 62
orang. Sudah ada
pengembalian 46 juta, namun
belum ada rencana
perguliran kepada kelompok
lain. (*)

Keuntungan hasil
penggemukan sapi dapat
digunakan untuk beli makan
minum, dan untuk
mengembalikan angsuran
untuk digulirkan kepada

Bernadina Koa, S,Si
(PKM Desa Benlutu)

Dua jenis usaha ini
berjalan baik sekali dan
secara nyata telah dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat
penerima Anggur Merah di
Desa Benlutu ini”

Saya melakukan
pendampingan terhadap
pokmas dan anggota setiap
hari saat dana Anggur Merah
diluncurkan tahun 2013 di
Desa Benlutu ini. Saya orang
asli Benlutu, jadi tidak ada
masalah soal
pendampingan.
Tiap hari saya cek terus sapi
yang digemukkan dan
mengikuti perkembangan
apakah sapi dari anggota
sudah terjual atau belum.
Di desa ini ada 7 pokmas
dengan jenis usaha
penggemukan sapi dan
penggemukan babi lokal.
Dua jenis usaha ini berjalan
baik sekali dan secara nyata
telah dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat penerima
Anggur Merah.
Ada yang telah menjual 2
kali sapi dan babi yang
digemukkan dengan harga
yang lumayan dengan

keuntungan di atas Rp 2-4
juta sekali menjual sapi atau
babi.
Sampai dengan saat ini
pokmas sudah mengangsur
sebanyak Rp 114 juta dan
masih tersimpan di rekening
desa dan belum melakukan
perguliran sambil menunggu
cicilan/angsuran dari
kelompok/pokmas lainnya.
Ada arahan dari pemerintah
provinsi untuk dibicarakan
dengan kepala desa
membentuk koperasi dan ini
menjadi bahan untuk
dibicarakan dalam rapat
yang selalu kami lakukan
setiap 3 bulan sekali di
kantor desa.
Sebagai PKM saya selalu
menjaga kerja sama yang
harmonis dengan pemerintah
desa karena itu merupakan
kunci keberhasilan program
Anggur Merah di Desa
Benlutu ini. (*)

ANGGUR MERAH

EDISI 3 / Maret 2015

25

Suara PKM

Ordiani Toto, Yublima AS Faot, Yunus Kristian Lado
(PKM Desa Oeekam, Kecamatan Noebeba)

Diakui memang
pengembalian angsuran dari
setiap pokmas agak
tersendat, tetapi pada
umumnya mereka akan
memenuhi kewajibannya
dan ini adalah keyakinan
kami sebagai pendamping”

Dalam pertemuan tersebut
ketiga PKM memberikan
pernyataan bahwa Anggur
Merah membawa dampak
baru bagi kehidupan
masyarakat di desanya
masing-masing.
Masyarakat sudah
menggeluti usahanya
masing-masing dan telah
berhasil memberikan
manfaat/hasil seperti
membantu keuangan anak
sekolah, menggeluti usaha
lanjutan dan mengembalikan
angsuran secara tepat waktu.
Ketiga orang PKM ini sangat

menyayangkan pihak yang
tidak bertanggung jawab
yang selalu memberikan
penilaian negatif terhadap
program Anggur Merah.
Mereka itu hanya tinggal di
kota dan tidak pernah datang
ke desa dan melihat
langsung kegiatan dan
usaha anggota pokmas.
Diakui memang
pengembalian angsuran dari
setiap pokmas agak
tersendat, tetapi pada
umumnya mereka akan
memenuhi kewajibannya dan
ini adalah keyakinan kami
sebagai pendamping. (*)

Marten A. Selan
(PKM Desa Basmuti, Kecamatan Kuanfatu)

Sudah ada
pembicaraan bersama antara
kepala desa dengan pokmas
untuk membentuk koperasi
anggur merah dengan modal
yang ada”

26

EDISI 3 / Maret 2015

Dana DeMAM Rp 250 juta
telah disalurkan kepada 8
Pokmas dengan kegiatan
usaha penggemukan sapi
dan ternak babi durok. Yang
mengalami pengembangan
yaitu usaha penggemukan
sapi, sedangkan ternak babi
durok mengalami masalah.
Pendampingan yang
dilakukan selama ini, yaitu
selalu rapat rutin bersama
Kepala Desa dan Ketua
Pokmas untuk mengevaluasi
perkembangan usaha
pokmas dan permasalahan.

ANGGUR MERAH

Selain itu, PKM juga
melakukan kunjungan ke
pokmas dan langsung ke
masyarakat untuk melihat
usaha dan mendapatkan
masukan dan mendengar
permasalahan yang dialami.
Sejak tahun 2012 sampai
dengan saat ini jumlah
pengembalian oleh Pokmas
sebesar Rp 159 juta. Sudah
ada pembicaraan bersama
kepala desa dan pokmas
untuk membentuk koperasi
anggur merah dengan modal
yang ada. (*)

GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR
NUSA TENGGARA TIMUR
BESERTA SELURUH JAJARAN
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Nomor :Hms. 481/05/Pers/2015

Mengucapkan

SELAMAT MERAYAKAN

HARI RAYA PASKAH
BAGI SELURUH UMAT KRISTIANI

“Dengan semangat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus
akan menjadi semangat pendamaian bagi kita dalam berkarya,
bersaksi dan melayani sesama”

Kupang, 23 Maret 2015
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

FRANSISKUS SALEM, SH, M.Si
PEMBINA UTAMA MADYA
NIP. 19570606 198610 1 003

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

DRS. FRANS LEBU RAYA

DRS. BENNY A. LITELNONI, SH, M.Si

Mereka Yang Sukses

“Sebuah Koperasi Simpan Pinjam perdana berhasil dibentuk masyarakat Desa Benahe.
Koperasi itu didirikan dengan modal dari bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah
Tahun 2014. Masyarakat bertekat untuk meningkatkan perekonomiannya secara mandiri”

AKHIRNYA

TERBENTUK KOPERASI

M

enelusuri jalanan
berliku, berlubang
serta sangat
melelahkan namun
mengesankan, itulah kesan
yang dirasakan oleh tim saat
menuju ke Desa Benahe
dalam rangka peliputan
Kegiatan Program Desa
Mandiri Anggur Merah di
Kabupaten TTS.
Berangkat dari Kota Soe,
melewati Niki-Niki Kecamtan
Amanuban Tengah, Oeekam,
Ayotupas Ibu Kota
Kecamatan Amanatun Utara
dan tibalah tim di Kecamatan
Kokbaun Desa Benahe
tepatnya pada pukul 23.00
Wita.

28

EDISI 3 / Maret 2015

Keesokan harinya bertempat
di Kantor Desa setempat,
Kepala Desa bersama staf
dan PKM mengumpulkan
kelompok masyarakat KSP
Tefena Kuan penerima
program Desa Mandiri
Anggur Merah di Desa
Benahe.
Pada kesempatan itu, tim di
dampingi Kepala Desa dan
Staf, melakukan tanya
jawab dengan ketua beserta
anggota kelompok KSP
berkaitan dengan program
dana DeMAM.
Kelompok KSP ini berjumlah
65 orang dan bergerak
dalam usaha Penggemukan

ANGGUR MERAH

Sapi, Penggemukan Babi
dan Perkiosan.
“Masyarakat Desa Benahe
sangat senang, meskipun
letaknya jauh dari Ibu Kota
Kabupaten Timor Tengah
Selatan namun Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara
Timur dapat memberikan
bantuan melalui program
Desa Mandiri Anggur Merah
(DeMAM) sampai kepada
kami di sini. Pemerintah desa
bersama masyarakat desa
Benahe bertekat untuk
memanfaatkan program
DeMAM ini dengan sebaik
mungkin”, demikian kata
Kepala Desa Benahe, Zeth J.
I. Leo.

Mereka Yang Sukses
“Desa Benahe merupakan
salah satu desa terpencil,
yang terletak di Kecamatan
Kokbaun, Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Desa ini
belum lama terbentuk dan
merupakan desa yang
berbatasan langsung
dengan Kabupaten Malaka”
Lanjut Kepala Kepala Desa.
Dari bantuan ini, Pemerintah
Desa bersama Pendamping
Kelompok Masyarakat (PKM)
dan masyarakat membentuk
sebuah kelompok usaha.
Yang diberi nama Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Tefena
Kuan.
Nama itu, diambil dari
bahasa Dawan Timor yang
diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia artinya
“Membangun Kampung”.
Dengan nama itu,