Anggur Merah AM 6 sumba

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Asa Membuncah
Di Negeri Megalit

Dari Redaksi

ASA MEMBUNCAH DI NEGERI MEGALITIK

ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si

Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT
Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian
Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si)

Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si)
(Dina M. Ballo,SP)
(Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos)
(Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH)

(Roland E. Nope, S.AP)

Pembaca yang budiman,
Tentu tidak asing di telinga kita mendengar sebutan Bali adalah Pulau
Dewata. Bagaimana dengan sebutan Sumba sebagai pulau para leluhur?
Yah, Sumba sudah kita dengar tentang kuda Sandlewoodnya, rumah adat
tosi, peradaban megalitik, kerbau dan babi sebagai binatang adat. Budaya
Sumba dikenal sangat kuat. Ada juga istilah “angkat Jiwa.”
Dalam pandangan redaksi, Angkat Kembali Jiwanya atau dalam Bahasa
Sumba disebut Keketa Baliwa Dewana cocok untuk mengungkapkan
perasaan Warga Sumba penerima manfaat Program Desa Mandiri Anggur
Merah. Secara umum, masyarakat mengakui besarnya manfaat program
untuk penguatan ekonomi mereka. Besarnya manfaat program itu bisa
terlihat dari hasil liputan tim, menelusuri Kabupaten Sumba Barat dan
Sumba Tengah kali ini. Adat, Budaya Sumba juga memberi corak lain
dalam cerita gagal.
Pemberdayaan mengisyaratkan pentingnya penyadaran di awal
program. Kira-kira bahasa kerenya adalah Awarness before Empowering.
Jika demikian, cukupkah kehadiran program pemberdayaan lain yang telah
hadir menjadi bentuk penyadaran itu? Ataukah program Pemberdayaan

Pemerintah Provinsi NTT yang ada juga adalah bentuk penyadaran
pentingnya berinvestasi ? Jawaban lengkapnya tentu harus didahului
dengan penelitian yang obyektif, ilmiah.
Pembaca yang arif…
Sajian kali ini, tim redaksi mencoba benar-benar menggali manfaat juga
mudaratnya program Anggur Merah pada 11 Kecamatan, 59
Desa/Kelurahan penerima yang ada di Sumba Barat dan Sumba Tengah
selama Kurun waktu 2011 hingga 2014. Tidak semua desa bisa kami
kunjungi. Inilah sajian sekilas tentang cerita, asa dan impian mereka.
Tiga puluh poin rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan dengan empat poin utama kelemahan program anggur
merah menjadi acuan peliputan. Tidak saja aparat Bappeda, aparat Desa
kami temui. Anggota kelompok, Ketua kelompok, tenaga Pendamping
Kelompok Masyakat hingga tokoh masyarakat kami datangi. Banyak cerita
sukses juga ada kisah pilu.
Setiap pemimpin telah berupaya dengan cara mereka. Kajian akademik
dengan landasan hukum, historis, sosiologis antropolis, normatif juga
empirik berusaha terus digali. Kekurangan, pasti ada. Kesalahan, haruslah
tentu milik bersama. Upaya koreksi terus dinanti. Menghentikan program
bukan kehendak massa. Perbaiki, mari perbaiki. Semoga kerja, karya dan

tindakan semua kita memberi nilai tambah.

Mengapa

Anggur Merah...?
4

Ternak Yang Bersahabat
9 Dengan Merapu
Bappeda Sumba Barat

12 PENDAMPING :

Ujung Tombak

Pemberdayaan Masyarakat
Bappeda Sumba Tengah

16
18


Anak Saya

Harus Sekolah Dokter

Impian Yang Tercapai

20 Koperasi Olemila
Dari Si Miskin
Untuk Si Miskin
23 Mau Maju...
Harus Dari Diri Sendiri
25

Suara PKM

28 Koperasi Marada Ate

Sukseskan Petani


14

Mentalitas
Masyarakat
Harus Diubah
Camat Umbu Ratu Nggai

Meninggalkan Kenangan Baik

31

Pukul Dengan Kalimat

32

Kreativitas ala
Kelompok Abunawas

34


Desa Anakalang

Sangat Bagus...

Untuk Ekonomi Rakyat Pedesaan

34

Yuliana Tomico Dapadeda Poety

30 Malam-Malam Juga Saya Datang
ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

3

Program Anggur Merah

Mengapa


Anggur Merah...?

Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
dirancang untuk
mengangkat dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT.

S

udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi

pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
Benar, karena itu, kalau dibilang

4

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH


setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.

(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan

Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.

tepat.

El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
daya manusia, maka GEMPAR

Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat NTT.

Program Anggur Merah

Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”

Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
kelompok usaha lain di desa.

Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya

Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar (fresh
money) Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
kelompok masyarakat (PKM),

Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Kementrian/Lembaga,

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

5

Program Anggur Merah

Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.

Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan

pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
pembangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.

Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :

6

1.

Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.

2.

Agenda Pembangunan Kesehatan.

3.

Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.

4.

Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.

5.

Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.

6.

Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

7.

Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.

8.

Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Program Anggur Merah

Tujuan Anggur Merah
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.

Lokasi Program
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20

Sasaran
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

7

Program Anggur Merah

Prinsip Pengembangan
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hakhak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarahmufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.

Dibantu PKM
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)

8

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Fokus

Ternak Yang Bersahabat
Dengan Merapu
“Budaya Sumba terkenal sangat kuat dan diyakini memiliki niliai positif.
Tetapi, budaya kurban hewan dapat menjadi kendala pelaksanaan program
pemberdayaan seperti ini. Pengembangbiakan ternak (kerbau, babi dan sapi)
menjadi contoh nyata bagaimana budaya memberi pengaruh itu.”

K

eterangan di atas
terlontar dalam
perbincangan redaksi
saat berjumpa dengan
Aloysius Seran, Kepala
Bappeda Kabupaten Sumba
Barat bertempat di ruang
kerjanya, Selasa (19/5).
Didampingi Sekretarisnya,
G. Umbu Yapu Dapamede,
beliau memberi gambaran
kendala yang dihadapi
terkait pengembalian
program pemberdayaan di
daerahnya.
“Walau demikian, secara
umum, masyarakat Sumba
Barat sangat antusias
menerima kehadiran
Program Desa/kelurahan di
tempat mereka” demikian
bebernya.
Dijelaskannya bahwa
Tahun 2015 ini mereka
mendapatkan sentuhan
Program Desa Mandiri
Anggur Merah pada 13
Desa/Kelurahan yang tersisa
di 6 Kecamatan. Itu artinya,
total 74 Desa/Kelurahan
yang ada, telah menikmati
bantuan dari program ini.

Aloysius Seran, Kepala Bappeda Sumba Barat

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

9

Fokus
Tingginya antusiasme
warga Sumba Barat dapat
dilihat pada kelompokkelompok yang terus
bergeliat hingga saat ini.
Waekero dicontohkannya
sebagai salah satu
kelurahan yang berhasil.
Dengan dana yang diperoleh
sebesar Rp.250 juta itu,
mereka telah mampu
mengembalikan hingga Rp.
130 juta.
Sejak Tahun 2012 hingga
2014 kelompok-kelompok
tersebut bahkan telah
mengorganisir dirinya ke
dalam koperasi. Mereka
meyakini koperasi sebagai
lembaga yang lebih cocok
untuk mengembangkan
usaha ekonomi rumah
tangga mereka.
Secara khusus, beliau
menginformasikan bahwa
sejak Tahun 2011, Pemerintah
Kabupaten Sumba Barat juga
telah melakukan replikasi
program Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur Merah.
Anggaran Pemerintah
Daearah, digunakan untuk
menyentuh desa/kelurahan
yang belum mendapatkan
bantuan.
Walau demikian, diakuinya
juga jika masih saja ada
kelompok-kelompok yang
lalai dengan tanggung
jawabnya.
Mereka enggan
mengembalikan dana
pinjamannya karena merasa
tidak harus dikembalikan.
Program Desa/Kelurahan

10

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Diskusi tim peliput bersama Aloysius Seran, Kepala Bappeda Sumba
Barat (atas) bersama sekretaris, G. Umbu Yapu Dapamede (bawah)
bertempat di ruang kerjanya, Selasa (19/5).

Mandiri Anggur Merah
dipandang sebagai program
hibah.
Persoalan lain yang juga
diungkapnya yaitu tentang
lemahnya dukungan kepala
desa. Beberapa oknum
bahkan terindikasi berniat
jahat untuk memanfaatkan
bantuan yang ada.
“Kami tetap berpikir positif,

langkah pembinaan terus
kami lakukan. Dengan
keterbatasan perangkat,
kami coba bangun
kerjasama dengan aparat
keamanan untuk mengatasi
masalah yang ada” jelasnya.
Pengawasan dan pembinaan
terhadap tenaga
Pendamping Kelompok
Masyarakat (PKM),
menurutnya juga sulit.

Fokus

Hal ini disebabkan
Penugasan hari itu, selanjutnya diteruskan dengan kunjungan
lapangan ke beberapa kelompok antara lain :
mekanisme pelaporan
yang langsung kepada
Pemerintah Provinsi. Gaji
mereka pun langsung
bisa ditransfer, saat
selesai membuat laporan
yang tidak ditembuskan
kepada pemerintah
kabupaten.
Ibu Agustina Mahemba, memanfaatkan bantuan 2014
Untuk hal ini, beliau
menyarankan untuk
lebih melibatkan unsur
kecamatan dan
kelurahan. Perlu
dibangun sinergi yang
lebih baik antar jenjang
pemerintahan.
Sebaiknya, Pemerintah
Daerah, minimal melalui
Bapeeda diberikan
ruang juga untuk
memberikan pembinaan.
Keaktifan pendamping
dapat kami perhatikan
jika mereka diwajibkan
memberikan laporan
terlebih dahulu kepada
pemerintah daerah,
sebelum di teruskan
dengan rekomendasi.
Usulan lainnya, agar
Tim Tripika (Tiga
Pimpinan Kecamatan)
dapat difasilitasi.
Meningat tidak ada
semacam biaya
operasional untuk
aktivitas pembinaan
yang mereka lakukan.
(Lwl)

sebesar Rp.10 juta untuk usaha kosa-kosan.

Ibu Arince Kariang, usaha tenun ikat, ketika
dikunjungi tim bersama PKM.

Ibu Magidedo yang mengusahakan
sayur mayur bersama Tita Gani,ST
PKM Kelurahan Wee Karou.

Ibu Mariana Ngongo dengan Usaha kios, jualan bensin, ternak
babi dengan memanfaatkan modal pinjaman sebesar Rp.2 juta

Selfius Aka, Ketua Koperasi Simpan
Pinjam Dira Tana Jaya, Kelurahan
Dira Tana, Kecamatan Loli

Ferdy Wilem Lay (tengah), bantuan Rp.10 jt.
Tahun 2015, usaha bengkel.

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

11

Fokus

PENDAMPING :

Ujung Tombak

Pemberdayaan

Masyarakat

Dr. Ir. Martinus Jurumana, Kepala Bappeda Sumba Tengah

“Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) bukan hanya berperan
untuk menagih dan membuat laporan tentang dana tersebut,
tapi juga harus berkreatifitas dan berinovasi dalam upaya
penyadaran masyarakat”



Program Desa Mandiri
Anggur Merah merupakan
model pemberdayaan
masyarakat yang sangat
bagus karena bertujuan untuk
menggali potensi-potensi
ekonomi masyarakat desa.
Pemerintah Kabupaten
Sumba Tengah mendukung
penuh program ini serta
mereplikasi program ini,”
demikian penegasan awal
Kepala Bappeda Sumba

12

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Tengah, Dr. Ir. Martinus
Jurumana, saat ditemui tim
Buletin Anggur Merah di
ruang kerjanya.

digulirkan, masyarakat desa
sudah cukup memiliki
pemahaman tentang cara
pengelolaan dana.

Dengan dana Rp. 250 Juta
yang langsung ditransfer ke
kas desa, masyarakat desa
dilatih dan dimotivasi untuk
membuat manajemen
keuangan desa. Sehingga
ketika dana untuk desa dari
pemerintah provinsi mulai

Sepanjang
pengamatannya, Dana
Program Desa Mandiri
Anggur Merah tersebut
mengalir ke kelompokkelompok yang dibentuk
masyarakat sendiri. Tidak
ada kelompok siluman.

Fokus
Semua kelompok
masyarakat memiliki usaha
yang jelas sebagai sarana
pengembangan dan
perguliran dana tersebut.
Namun harus diakui bahwa
perguliran uang tidak
berjalan dengan cepat dan
lancar.
Hal ini terutama terkait
dengan kondisi
perekonomian masyarakat
desa yang pada umumnya
masih berada di bawah
garis kemiskinan dan
berkekurangan dalam
banyak hal.
“Dana tersebut sudah
mereka kembangkan dan
hasilnya mereka sudah
peroleh untuk meningkatkan
taraf hidup, memenuhi
kebutuhan rumah tangga
dan menyekolahkan anakanak mereka. Akibatnya,
pengembalian dana tersebut
menjadi tersendat” jelas
Kepala Bappeda.

Ia juga tidak menampik
kenyataan bahwasanya
kondisi sosial budaya telah
turut mempengaruhi
pemanfaatan yang keliru
dari dana tersebut.

Menerus. Di sinilah peran
Pendamping Kelompok
Masyarakat dibutukan.

Misalnya, kelompok yang
bergerak di bidang
pengembangan ternak.
Mereka terpaksa harus
memanfaatkan ternak
peliharaannya untuk urusan
adat karena mereka tidak
punya ternak lain lagi.

“PKM harus mampu
memotivasi masyarakat agar
perputaran uang tersebut
dapat berjalan baik. Karena
itu, perlu upaya penyegaran
dan pendampingan terhadap
para PKM agar mereka
menemukan kiat-kiat baru
dalam pemberdayaan
masyarakat,” saran
Martinus.

Kesulitan-kesulitan tersebut
merupakan tantangan yang
membutuhkan perhatian dan
pendampingan, baik dari
Aparatur Desa, PKM,
Pemerintah Kabupaten
maupun Provinsi.

Sebagai instansi yang
bertanggung jawab terhadap
perguliran dana tersebut,
maka pada tanggal 10 setiap
bulannya, para PKM
dikumpulkan dan dievalusi
kinerja mereka.

Masyarakat harus selalu
didorong dan diberi
pencerahan agar menyadari
arti dan manfaat bantuan
dana Program Desa Mandri
Anggur Merah. Mereka butuh
pendampingan secara terus-

Karena para PKM tidak
hanya berperan sebagai
pendamping kelompok
Anggur Merah, tetapi juga
menjadi fasilitator
pemberdayaan programprogram pemerintah. (Ar)

Kepala Bappeda Sumba Tengah bersama beberapa staf

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

13

Fokus

MENTALITAS
MASYARAKAT

HARUS DIUBAH

Umbu K. Pari, STP, Camat Umbu Ratu Nggai

Tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah juga turut andil dalam
keberhasilan pelaksanaan program Desa Mandiri Anggur Merah

P

erjalanan dari
Waibakul menuju
kecamatan Umbu Ratu
Nggai merupakan perjalanan
yang mengesankan.
Bertemankan sebagian besar
naungan pohon pinus di
pinggir jalan membuat
perjalanan di bawah terpaan
terik matahai yang tajam
terasa nyaman.
Kami pun tiba di kantor
Camat Umbu Ratu Nggai. Di
depan pintu kantor, Umbu K.
Pari, STP, Camat Umbu Ratu
Nggai menyambut tim
dengan senyum merekah.

14

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Didampingi dua orang
PKM yakni Robinson Ndawa
Reha, SH (PKM Desa Tana
Mbanas Barat) dan
Dominggus Sayabara ( PKM
Desa Ngadu Ulu), Camat
Umbu Pari menyampaikan
ucapan selamat datang.
“Saya atas nama pribadi
dan masyarakat Kecamatan
Umbu Ratu Nggai
mengucapkan selamat
datang dan selamat bertugas
di wilayah kami” kata Umbu
Pari dalam sapaan resmi
khas seorang kepala
wilayah.

Ia menyampaikan terima
kasih kepada Pemerintah
Provinsi NTT yang telah
memperhatikan masyarakat
desa yang berada di wilayah
kecamatan Umbu Ratu
Nggai. “Program Desa
Mandiri Anggur Merah yang
dicanangkan oleh Gubernur
Nusa Tenggara Timur sangat
bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat saya. Dengan
bantuan program ini,
masyarakat dapat
menggunakan dana itu untuk
meningkatkan kehidupan
ekonominya menjadi lebih
baik,” urai Camat Umbu.

Fokus
Dalam agenda pertemuan
bulanan bersama para
kepala desa dan PKM, ia
selalu mengingatkan agar
dana Program Desa Mandiri
Anggur Merah dapat
digulirkan secara lancar
sehingga dapat
mendatangkan manfaat bagi
seluruh masyarakat.
“Saya sering berkoordinasi
dengan Perangkat Desa dan
PKM dalam wilayah ini agar
mereka sungguh
memperhatikan program
pemberdayaan masyarakat
ini. Tak henti-hentinya saya
menghimbau kepada seluruh
masyarakat agar menjaga
dan menggunakan bantuan
dana ini sebagai modal yang
berharga dalam membantu
perekonomian mereka” jelas
Camat Umbu K. Pari.
Namun memang harus
diakui bahwa masyarakat
kita belum terbiasa dengan
model pemberdayaan seperti
ini.
“Kualitas sumber daya
manusia yang ada di
wilayah kami sangat rendah
sehingga pengelolaan
bantuan dana yang sudah
bergulir belum bisa berjalan
sesuai harapan,” jelas sang
camat secara gamblang.

“Mereka susah payah
merawat babi atau sapi dari
kecil, namun ketika sudah
besar hewan piaraannya itu
dicuri orang. Akibatnya pada
saat pengembalian mereka
sudah tidak punya apa-apa
lagi. Perasaan kecewa dan
putus asa juga menyebabkan
mereka bersikap apatis
terhadap pengembalian
dana tersebut,” lanjutnya.
Salah satu hal yang
mungkin kelihatannya agak
konyol namun sudah
membudaya dalam
masyarakat Sumba adalah
soal keakraban masyarakat
Sumba dengan hewan
ternak. Masyarakat Sumba
sangat menyatu dengan
hewan piaraannya.
“Hampir seluruh
masyarakat yang berada di
Wilayah Kecamatan Umbu
Ratu Nggai memiliki karakter
yang sama. Kalau sudah
menyatu dengan ternak yang
dipeliharanya, tidak akan
mau menjualnya. Misalnya
mereka membeli ternak dari
bantuan dana Program Desa
Mandiri Anggur Merah,

namum takala ternak
tersebut sudah jinak, mereka
tidak akan menjualnya. Hal
ini tentu memicu kemacetan
dalam pengguliran dana
tersebut,” lanjut Pak Camat.
Mentalitas dan budaya
masyarakat yang demikian
mesti juga menjadi perhatian
dari semua pihak termasuk
pemerintah. Artinya
pemberdyaaan tidak boleh
hanya terpusat pada aspek
ekonomi, tetapi juga
diarahkan pada perubahan
pola pikir masyarakat.
Ini merupakan tugas yang
penting buat tokoh-tokoh
masyarakat dan para PKM
untuk terus berupaya
mendorong dan memberikan
pengertian kepada
masyarakat.
“Pemberdayaan harus
dilakukan secara
menyeluruh. Upaya
peningkatan taraf ekonomi
masyarakat harus dibarengi
dengan upaya penyadaran
masyarakat,” saran Camat
Umbu Pari di akhir
percakapan. (Ar/hms)

Selain itu tingginya kasus
pencurian di Sumba Tengah
juga menjadi salah satu
pemicu terhambatnya
pengembalian dana Anggur
Merah. Hal ini sangat
dirasakan oleh kelompok
usaha yang bergerak di
bidang pengembangan
usaha ternak.

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

15

Cerita Sukses

Anak Saya
Harus Sekolah Dokter
“Biar tidak punya tanah, modal penting. Kalau
kita punya cukup uang, kita bisa sewa tempat
usaha dimana saja. Bekerja karena hoby,
senang, bisa lupa itu capek!”

U

ngkapan kalimat-kalimat pernyataan di
atas mungkin pernah kita dengar. Impian
menyekolahkan anak setingi-tingginya,
tentu juga menjadi harapan semua orang tua.
Tetapi bagaimana kalau kita mendengarnya
dari seorang anak muda yang bekerja
sebagai seorang mekanik di bengkel
rumahan?
Dialah, Ferdy Wilem Lay, seorang laki-laki
usia 36 Tahun, pemilik bengkel rumahan
di seputaran Kampung Sawah,
Waikabubak.
Pemilik “Florin bengkel” itu adalah
salah-satu penerima bantuan sebesar
Rp.10 juta pada Tahun 2015. Pria muda asal
Sabu, dengan pendidikan SMA itu, ternyata
memiliki cerita menarik.
Semenjak SD hingga SMP bersekolah di
Waingapu. Melanjutkan SMA di Irian
Jaya hingga tamat di Tahun 1997.

Ferdy Wilem Lay, pemilik usaha bengkel “Florin bengkel”

16

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses

Kompresor besar milik Ferdy Wilem Lay, sengaja dibelinya untuk
kebutuhan kendaran-kendaran bertonase besar

Selepas itu, ia pun mulai mencoba bekerja di beberapa
tempat. Menjadi sopir kendaraan dinas kantoran pernah
dilakoninya. Bekerja di bengkel ? Tentu…
Belajar otodidak tentang mesin, diakuinya bermula karena
tertarik. Semenjak SMP, Ferdy sudah mulai mengerjakan
mesin motor hingga mobil. Ia juga pernah menjadi salah-satu
mekanik di Bengkel Lotus Waingapu.
Keyakinannya makin bertambah, setelah memenangkan
Lomba Kreativitas Teknologi Tepat Guna Tahun 2012. Lomba
yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat
itu mengantarnya sebagai seorang juara yang berhak
mendapatkan hadiah sebesar Rp.10 juta.
Inilah modal awalnya memulai usaha yang dipandang
sebelah mata oleh kebanyakan orang.
“Saat itu, tanah ini adalah sawah. Saya gunakan uang
yang saya miliki untuk mengeruknya. Lalu, saya mencoba
memulai usaha bengkel” demikian kenangnya.

Peralatan bengkel milik Ferdy Wilem Lay

“Kalau punya niat, pasti
bisa! Saya buktikan itu…
Mulanya saya hanya
memiliki satu buah
kompresor kecil, sekarang
saya punya kompresor yang
besar. Mulanya saya hanya
memiliki satu mesin
penggiling kopi berukuran
kecil. Kini, saya punya dua
berukuran besar” lanjutnya
sambil menunjuk kompresor
dan mesin penggiling
padinya.
Saat ini, Ferdy belum
memilki karyawan tetap. Satu
orang teman, membantunya
untuk menambal ban.
Menurutnya akan sulit
memaksakan anak muda
sekarang untuk bekerja.
“Biarlah mereka yang ingin
belajar saya latih. Mereka
yang membantu, saya
berikan sedikit uang lelah”
begitu ceritanya berniat
memotivasi sambil berusaha
menambah satu orang lagi
tenaga yang membantunya.
Pria beranak dua itu
sangat mengagumi figure
Alfa Edison. Menurutnya
butuh 69 tahun bagi Edison
untuk menemukan listrik.
Ketika itu, orang mungkin
juga menilai Edison sebagai
pribadi yang aneh karena
niatnya. Sekarang, semua
orang memanfaatkan hasil
temuannya itu. Begitulah dia
berpikir.
“Asal bermodalkan
keyakinan, jujur dan tidak
meyakiti sesama, saya yakin,
usaha saya akan berhasil”
demikian pungkasnya
dengan polos. (Lwl)

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

17

Cerita Sukses

Impian Yang Tercapai
Bukan sesuatu
yang salah jika ia
bermimpi demikian.
Namun keadaan
ekonomi keluarga
yang pas-pasan
membuat impiannya
masih tetap jauh.

“ Bagi sebagian
besar masyarakat
Sumba, kerbau
adalah simbol
adat. Memiliki
kerbau juga turut
mempengaruhi
status sosial
seseorang dalam
masyarakat”

18

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

J

angan pernah berhenti
bermimpi, karena untuk
meraih hal-hal-hal besar,
kita tidak hanya bertindak,
namun juga bermimpi, tak
perlu hanya merencanakan
tetapi juga meyakini. Katakata bijak mendiang Putri
Diana mungkin tepat untuk
menggambarkan harapan
dan impian ibu Sepriana
Bomba Lapu yang tak pernah
memudar.
Ditemui di rumahnya di
Desa Nyadu Ulu, Ibu
Sepriana menjelaskan
bahwa sejak lama ia sangat
mengidam-idamkan untuk
memiliki seekor kerbau.

“Suami saya
hanyalah seorang
petani kecil. Tanah
kami juga tidak seberapa.
Jangankan untuk membeli
kerbau, untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga
sehari-hari saja, hasil dari
pertanian yang kami peroleh
tidaklah cukup” jelas Ibu
Sepriana di awal
percakapan dengan tim
buletin Anggur Merah.
Meskipun dalam keadaan
sulit, namun ia tetap
memegang teguh impiannya
itu. Impian itu tidak pernah
memudar dalam perjalanan
waktu. Ia tetap memiliki
keyakinan bahwa suatu saat
impiannya itu pasti akan
terwujud.

Cerita Sukses

“Saat mendengar ada
bantuan Dana Anggur
Merah, saya sangat berharap
impian itu akan segera
terwujud. Namun saat itu,
tidak ada warga yang mau
membentuk kelompok usaha
pengembangan kerbau.
Akhirnya saya bergabung
dengan kelompok peternak
babi” jelasnya di depan
beberapa anggota kelompok
Anggur Merah yang turut
bergabung di rumahnya.
Meski sedikit kecewa,
namun ia tetap memegang
teguh harapan dan
keinginannya. Kemudian Ibu
Spriana mendapat dana
bantuan Anggur Merah dan
memelihara seekor babi,
namun ia terus berdoa dalam
hati agar suatu saat
harapannya itu dapat
terwujud.
“Saat melihat
perkembangan babi yang
kian hari semakin bertambah
besar, saya mulai mencari
tahu ke sana kemari,
mungkin ada orang yang
mau menjual kerbau.
Harapan saya, sesudah
menjual babi ini, saya
membayar dana pinjaman
serta bunganya, sisanya
akan saya pakai untuk
membeli seekor kerbau
kecil,” jelasnya dengan
penuh semangat.
Keajaiban itu akhirnya
datang menghampirinya.
“Saat akan melego babi
yang sudah besar tersebut,
seorang tetangga
menawarkan agar babi itu

ditukar dengan kerbau kecil
miliknya. Tanpa berpikir
panjang serta tidak juga
memperhitungkan nilai jual
kerbau kecil tersebut, saya
langsung mengiyakan
tawaran tersebut,”katanya
sambil menyeka tetesan air
mata karena terharu.
Kerbau tersebut masih
dipeliharanya dengan baik.
Ia enggan untuk menjual
hewan tersebut karena rasa
sayangnya untuk berpisah
dengan kerbau impiannya
itu. Sementara untuk
melunasi dana Anggur
Merah, ia membayarnya dari
hasil tabungan yang
disisihkannya selama
beberapa tahun.

Mandiri Anggur Merah.
“Program Desa Mandiri
Anggur Merah yang
dicanangkan Bapak
Gubernur cukup menyentuh
sampai masyarakat bawah.
Saya menyambut baik
program ini semoga dengan
adanya dana ini, seluruh
masyarakat di desa kami
dapat meningkatkan
kehidupan ekonominya yang
lebih baik,” jelasnya dengan
penuh semangat. (El)

Ditemui di tempat yang
sama, Umbu Kabula Kaya,
Tokoh Masyarakat Desa
Nyadu Ulu menyatakan
apresiasinya terhadap
Program Desa

ibu Sepriana Bomba Lapu bersama kerbau impiannya

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

19

Cerita Sukses

Koperasi Olemila
Dari Si Miskin
Untuk Si Miskin
“Saya merasa bahwa kondisi masyarakat yang sebagian besar masih dililit kemiskinan tidak
boleh terjadi pada masyarakat saya, mengingat keadaan alam desa Ole Ate sungguh
menjanjikan. Hamparan pohon kemiri tumbuh subur dan menjadi primadona desa Ole Ate”

U

raian kalimat di atas merupakan curahan
hati mantan kepala desa Ole Ate periode
tahun 2005 sampai dengan 2013,
Oktavianus Dowangaliu. Karena Plt. Kades
sedang tidak berada di tempat, kami dihantar
oleh PKM Desa Ole Ate, Yehhezkiel Dongiloja
menyambangi rumah mantan kepala desa Ole
Ate itu.
“Kami menerima dana Anggur Merah pada
masa kepemimpinan saya sebagai kepala desa
yakni pada tahun 2011. Jumlah dana yang begitu
yang besar sungguh memeras otak ekstra
terutama berkaitan
dengan pemanfaatan dan
pengelolaan dana tersebut.
Sebagai kepala desa, saya
ingin dana tersebut
sungguh membantu
perekonomian masyarakat
di wilayah saya,” jelasnya
kepada tim buletin.
Dana sebesar Rp 250 juta
menjadi berita gembira
bagi masyarakat di
daerahnya, tetapi
bagaimana caranya agar
dana tersebut sungguh
bermanfaat dan berdaya
dalam membangkitkan
ekonomi masyarakat?
Itulah yang menjadi
pergulatannya sebagai
kepala desa waktu itu.

20

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Dana tersebut tidak boleh menjadi solusi
sesaat tetapi harus menjadi solusi yang tepat
dalam menopang perekonomian keluarga.
Karena itu ia berpandangan bahwa dana
tersebut tidak boleh diberikan langsung kepada
masyarakat.
“Dana tersebut harus digulirkan melalui suatu
wadah, agar pengelolaan dana tersebut
dilaksanakan secara bertanggung jawab. Wadah
ini juga dapat menjadi sarana dalam
memperkokoh ikatan kebersamaan dan
persatuan antar warga masyarakat Ole Ate,”
katanya sambil mengajak
kami menikmati teh dan
kopi panas yang telah
disuguhkan.

Oktavianus Dowangaliu,
Ketua Koperasi Serba Usaha Olemila

Maka setelah melalui
perundingan dengan
warga Ole Ate, diputuskan
bahwa dana tersebut
harus dialirkan melalui
Koperasi. Warga
masyarakat pun
mempercayakan dirinya
untuk menjadi ketua
koperasi dana bantuan
Anggur Merah tersebut.
Awalnya ia menolak
jabatan tersebut, namun
dorongan dan desakan
warganya yang begitu
besar membuatnya tidak
mampu untuk menolak.

Cerita Sukses
Berdasarkan hasil kesepakatan bersama pula,
dibentuk tiga kegiatan yang dijalankan oleh
kelompok-kelompok dalam mengembangkan
dana bantuan anggur merah yakni kegiatan
simpan pinjam, pengembangan usaha kios dan
pengembangan usaha komoditi pertanian.
Setahun berjalan, yang tampak cukup
dikatakan berhasil adalah usaha simpan pinjam,
karena mereka wajib menyetor setoran awal
sebesar Rp. 100 ribu sebagai uang pangkal untuk
menjadi anggota dan setiap bulan wajib
menyetor uang simpanan wajib sebesar Rp. 20
ribu. Walaupun hanya sekitar 20 orang
masyarakat yang menjadi anggota kelompok
simpan pinjam.
Sementara usaha kios dan pengembangan
komoditi mengalami kegagalan. Usaha kios
mengalami kegagalan karena berkaitan dengan
daya beli masyarakat dan kebiasaan untuk bon
atau hutang sdangkan Mereka wajib
mengembalikan dana tersebut beserta bunganya
dalam kurun waktu satu tahun. Di sisi lain, usaha
pengembangan komoditi juga tidak berjalan
dengan sukses karena kemiri tersebut dijual ke
penadah lokal dengan harga yang relatif murah.
Untuk mengatasi hal ini akhirnya diputuskan
bahwa untuk pengembangan usaha kios serta
komoditi pertanian dananya akan dibatasi dan
dialihkan ke usaha simpan pinjam. Dari situlah
koperasi mulai digiatkan sebagai satu-satunya
kekuatan ekonomi masyarakat. Jumlah anggota
koperasi pun mulai
bertambah menjadi 46 orang
anggota.

Ditambahkannya pada tahun 2013, Koperasi
Serba Usaha resmi mendapat pengakuan dari
Dinas Koperasi sebagai salah satu koperasi yang
berbadan hukum. Sampai dengan tahun 2015,
modal yang masih bergulir di anggota koperasi
sebesar 183 juta-an sementara uang tunai yang
tersedia di kas koperasi sebesar Rp 15 juta dan
yang sudah dikembalikan ke kas desa sebesar
Rp. 44 juta.
Ia pun melanjutkan bahwa sesuai dengan
namanya yakni Koperasi Serba Usaha, dana
bantuan Program Anggur Merah yang disalurkan
melalui koperasi ini dapat dipinjamkan untuk
berbagai usaha yang berkaitan dengan
peningkatan taraf hidup anggotanya.
“Sesuai dengan kesepakatan awal para
anggota, besarnya bunga koperasi adalah
sebesar 2%. Dana itu bahkan bisa dipinjamkan
untuk membantu perawatan sakit para
anggotanya. Juga dapat dipergunakan untuk
menyekolahkan anak-anak dari para anggota,
tercatat sampai dengan tahun 2015 sudah 7
orang anak yang berkuliah yakni 5 orang di
Malang dan 2 orang di Kupang. Ketujuh anak
anggota ini dikuliahkan dengan dukungan dana
yang dipinjam dari Koperasi Serba Usaha
Oemila” terangnya.
Ia pun mengajak tim bulletin untuk berjalan ke
Pasar Ole Ate yang berjarak sekitar 200 meter
dari kediamannya. Gustinus Umbuseri, Pedagang
Sembako yang menempati salah satu Lapak di

Sang kepala desa pun
mulai berpikir lebih lanjut
agar koperasi itu memiliki
nama dan berbadan hukum.
Berdasarkan hasil
kesepakatan seluruh anggota,
mereka menamakan koperasi
tersebut dengan Koperasi
Serba Usaha Oemila.
“Oemila sendiri dalam
bahasa kami berarti kawan si
miskin. Dengan penamaan itu,
Koperasi Serba Usaha Oemila
ingin menjadi sahabat bagi
masyarakat miskin” urainya
dengan bersemangat.

Bapak Gusitnus Umbuseri bersama ibu berfoto bersama dengan Ketua Koperasi
Olemila dan tim

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

21

Cerita Sukses
pasar Ole Ate menyampaikan rasa terima
kasihnya atas dana bantuan Program Desa
Mandiri Anggur Merah yang disalurkan melalui
Koperasi Serba Usah Ole Mila.
Dengan bantuan dana tersebut ia bisa
mengembangkan usaha dagangnya dan
hasilnya bisa ia gunakan untuk menyekolahkan
seorang anaknya di Malang.
“Tahun 2015, anak saya akan diwisuda. Terus
terang, saya terlambat mengembalikan dana
anggur merah karena uang hasil penjualan
sembako dipakai untuk mengongkos
perkuliahannya. Saya berjanji begitu anak saya
selesai diwisuda, saya akan segera
mengembalikan dana yang dipinjam dari
koperasi,” tegasnya kepada tim.
Daud Toda Lani, salah seorang pedagang
yang menempati bangunan kios permanen di
Pasar Ole Ate juga mengungkapkan rasa terima
kasih atas sumbangan dana Anggur Merah.
Dana tersebut sungguh sangat membantu
peningkatan taraf hidup keluarganya. Ia bisa
menyewa bangunan untuk kios serta membeli
barang-barang dagangan. Hasilnya dipakai
untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga
pada taraf sekolah menengah atas saat ini.
Ia menegaskan bahwa dengan kurangnya
atau bahkan tidak adanya akses masyarakat
miskin untuk meminjam uang di bank, bantuan

Dana Anggur Merah yang disalurkan melalui
koperasi sangat bermanfaat bagi mereka.
Di akhir perbincangan yang menakjubkan
bersama ketua Koperasi Serba Usaha Oemila
itu, tim bulletin dengan nada guyon menyentil
sang mantan kades.
“Kenapa bapak tidak mencalonkan diri jadi
Kades lagi, toh jabatan kades bisa diemban
dalam tiga periode” tanya tim bulletin untuk
sekadar bercanda. Bapak Oktavianus pun hanya
tersenyum malu-malu.
Melihat hal ini, PKM Desa Ole Ate, Yehhezkiel
Dongiloja menjelaskan bahwa sang mantan
kades telah dipercayakan oleh warga Desa Ole
Ate dan sekitarnya menjadi salah satu anggota
DPRD Sumba Tengah.
“Wah, ternyata Program Anggur Merah dan
koperasi Oemila juga bisa menjadi jembatan
buat bapak menuju calon DPRD ya...” canda tim
lebih lanjut. Sekali lagi sang mantan kades
hanya tersenyum simpul.
Yah, Koperasi memang merupakan wadah
ampuh bagi kaum miskin Desa Ole Ate dalam
mengatasi kesulitan ekonomi mereka.
Seperti ditegaskan oleh Frierich Wilhelm
Raiffeisen (1818-1888), pelopor gerakan Credit
Union dan Walikota Flammerfield, ia mengatakan
bahwa “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi
oleh si miskin itu
sendiri dengan cara
mengumpulkan uang
secara bersama-sama
dan meminjamkannya
kepada sesama
mereka juga untuk
tujuan produktif”.
Berharap Koperasi
“Kawan Si Miskin” di
desa Ole Mila bisa
selalu menjadi solusi
dan teman yang setia
bagi masyarakatnya
dalam mengatasi
kemiskinan. (Ar)

Bapak Daud Toda Lani berpose bersama keluarga di kios permanen miliknya

22

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Cerita Sukses

Mau Maju...
Harus Dari Diri Sendiri

Ibu Julaiha, Ketua Kelompok Suka Maju

“Semuanya harus ada niat dari sendiri, kalau ada niat pasti ada jalan.
Maju dan merubah hidup itu tak bisa bergantung dari orang lain”

D

emikian kata-kata
motivasi yang
dilontarkan ibu
Julaiha, Ketua Kelompok
Suka Maju Desa Lenang,
Kecamatan Umbu Ratu
Nggay, saat ditemui oleh tim
peliput.
Ibu dua anak ini
mencontohkan hal tersebut
pada dirinya sendiri. Pada
awalnya karena ingin
membantu sang suami yang
adalah petani dan peternak
dalam mencari nafkah, ia
membuka usaha kios

kecila-kecilan di depan
rumahnya dengan modal
seadanya, sehingga ibu
Juliana menyediakan
barang-barang jualan dalam
jumlah yang terbatas.
Keuntungan kecil yang
didapatnya langsung
digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Ketika mendengar bahwa
ada bantuan Desa Mandiri
Anggur Merah untuk
membantu usaha
perekonomian masyarakat
desa, ia sangat antusias.

Dengan mengajak tiga
orang ibu, mereka
membentuk kelompok Suka
Maju, dengan jenis usaha
penjualan sembako. Bantuan
dana yang didapatkan
sebesar Rp. 15 juta. Dengan
kucuran dana tersebut, ia
mulai merenovasi bangunan
sederhana sebagai tempat
jualan dan menambah
jumlah barang yang
dijualnya.
Ia selalu mengingatkan
ketiga temannya agar
menyisihkan sedikit dari

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

23

Cerita Sukses

keuntungan penjualan untuk
dikembalikan ke kas desa.
Walaupun proses
pengembaliannya tidak
begitu lancar, namun
kelompok Suka Maju dapat
melunasi dana anggur
mereka beserta bunganya
pada tahun 2015 sejumlah
Rp. 16.800.000,-.
Sebagai ketua kelompok,
Ibu Julaiha menyampaikan
terima kasih kepada
pemerintah provinsi atas
suntikan dana. “Terima kasih
kepada Bapak Gubernur dan
wakil Gubernur karena
sudah memperhatikan
masyarakat kecil seperti
kami. Kami berharap dana
tersebut bisa dipinjamkan
lagi agar kami dapat
mengembangkan usaha kios
lebih besar lagi,”pinta Ibu
Julaiha.
Kelompok Usaha Maju
merupakan salah satu dari
19 kelompok penerima dana
Anggur Merah di Desa
Lenang.
Plt. Kades Lenang, Thomas
Lakuritu menjelaskan bahwa
dana desa anggur merah
sudah berkembang di tengah
masyarakat. Masyarakat
sangat anstusias ketika
menerima dana tersebut
pada tahun 2011.
Dana itu dibagikan kepada
berbagai jenis kelompok
usaha. Ada yang bergerak di
bidang kelautan dan
perikanan, ada yang
berusaha di bidang
peternakan dan
pengembangan kios.

Thomas Lakuritu, Plt. Kades Lenang (kiri), saat ditemui oleh tim di
pinggiran pantai Lenang

“Untuk memotivasi
masyarakat agar dana
tersebut dapat bergulir
lancar maka disepakati
adanya sanksi lokal yakni
menyita apa saja yang
dipunyai oleh anggota
kelompok jika dana tersebut
tidak dikembalikan,”jelas
pria yang menjabat Plt.
Kades Desa Lenang itu.

Ada juga beberapa kelompok
usaha yang sama sekali
belum bisa mengembalikan
dana tersebut yakni
kelompok usaha yang
bergerak di bidang
pengembangan alat tangkap
ikan serta jual beli ikan” kata
Thomas saat ditemui tim
buletin di pinggiran pantai
Lenang.

Antusiasisme warga saat
menerima bantuan itu
ternyata tidak merambat
sampai pada saat
pengembaliannya. Pada
saat jatuh tempo, dana
tersebut hanya dikembalikan
dalam jumlah yang sedikit.

Melihat kenyataan ini, ia
berdiskusi lebih lanjut
dengan aparat desa untuk
melakukan pola edukasi dan
penyadaran demi
menggugah tanggung jawab
masyarakat.

“Ada beberapa kendala
yang dihadapi oleh anggota
kelompok dalam
mengembalikan dana
tersebut di antaranya
pendapatan masyarakat
yang masih sangat rendah,
terjadinya rawan pangan,
hewan-hewan ternak banyak
yang mati karena penyakit.

Berkat upaya yang tiada
henti, pada tahun 2013
terjadi penambahan satu
kelompok bergulir dengan
dana bantuan sebesar
sebesar Rp. 15.000.000;-.
“Sampai dengan tahun 2015,
jumlah dana yang
dikembalikan ke kas desa
sebesar Rp. 42 juta” pungkas
Thomas di akhir percakapan.
(*)

24

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Suara PKM

Terus Berupaya
Kesulitan-kesulitan yang dialami dapat merangsang daya kreatifitasnya
sebagai pendamping. Ia coba menyusun jadwal pertemuan kelompok
setiap bulannya, namun sayang anggota kelompok yang hadir dalam
pertemuan tersebut hanya satu dua orang saja.
Ia mendatangi rumah-rumah semau anggota kelompok untuk sekadar
mengingatkan dan menyadarkan mereka akan kewajiban mereka.

Mateus Ranggudima,
PKM Desa Lenang,
Alumni Fisip UNWIRA Kupang

“Pola pemberdayaan yang ingin diwujudkan dalam bantuan Program
Desa Mandiri Anggur Merah ini sudah sangat bagus. Artinya
masyarakat adalah subyek yang menentukan perubahan, bantuan
hanya merangsang daya kreativitas dan usaha mereka. Namun
memang harus diakui pola pikir masyarakat masih belum beranjak dari
pola pikir lama, yang hanya ingin menerima bantuan. Karena itu
edukasi dan penyadaran harus terus dilakukan” jelas sang PKM dengan
gaya argumentatifnya. (*)
Nuhun Hafid,SE.
PKM Desa Lapale
Tita Marlina
Abdul Gani,ST,
PKM Kelurahan
Wee Karao

Semua Program Pemberdayaan di sini,
dianggap sebagai hibah. Masyarakat
menyebutnya dengan istilah “Air Mata
SBY, Jokowi dan Air Mata Bapak Gubernur
NTT. (*)

Kesulitan saya
karena merupakan
PKM pengganti.
Tidak ada informasi
dan surat
pengunduran diri
dari Neniati Bora
(PKM sebelumnya).
Saya kesulitan
mendata kembali
karena tidak ada
arsip.

Akibatnya, masyarakat
bersikap seolah program ini
sudah tidak berjalan lagi.
Tetapi menurut saya, Kepala
Desa bersama perangkatnya
cukup aktif. (*)

PKM Sumba Barat (seluruhnya)

Dewan (DPRD NTT),
Jangan Stop Program ini
Semakin banyak pengangguran …
“Program ini mempekerjakan kami sebagai PKM.
Jika dihentikan, kami mau ke mana?”
Dinas Koperasi Kabupaten Sumba Barat belum terlalu terlibat. Karena itu, mohon agar Dinas
Koperasi Provinsi NTT dapat membantu kami dalam hal pembukuan. Walau bukan buku asli.
“tolong bantu, karena kami tidak berlatar belakang pendidikan perkoperasian”. (*)

ANGGUR MERAH

EDISI 6 / Juni 2015

25

Mereka Yang Sukses

Nama
TTL
Umur
Pendidikan
Alamat

:
:
:
:
:

DEMETRIUS B. WATALIKA (Metro)
Kupang, 12 November 1979
39 Tahun
Sarjana ( Teknisk Sipil)
Jl. Soekarno, Nomor 8 Desa Dedekaou,
Kelurahan Loli, Kabupaten Sumba Barat.

Pekerjaan
1. FM PPIP Kabupaten Sumba Barat (2005-2006);
2. Konsultan Dana Dekonsentrasi Dinas Pendidikan
Provinsi NTT (2007);
3. Konsultan Pengawas Jalan Provinsi di Maumere (2008);
4. FM PPIP Kabupaten Nagekeo (2009-2010);
5. FM PPIP Kabupaten Belu (2011);
6. Fasilitator Pamsimas Dana HID World Bank (2012);
7. Tenaga Ahli Program Pemberdayaan PPIP (2013-2014);
8. PKM Anggur Merah, Desa Laboya Bawah dan Desa
Bondosula (2014-sekarang).
Status
: Menikah
Istri
: Arista Ringu Langu
Anak
1. Michael Ojan Ringu Watalika
2. Marcelino Pius B. Watalika
Pesan & Kesan
:
1. Continue dan Suistanable Program Terus dilanjutkan
2. Agar dirancang juknis yang lebih sistematis sehingga
output program bisa terukur lebih jelas.
3. Perlu mekanisme reward and punishment kepada desadesa yang berhasil maupun gagal, sehingga tumbuh
motivasi berkoperasi.

Saya Rela Tidak Digaji
“Jika saya berhasil membawa kelompok di dua Desa ini (Desa Laboya Bawah dan Desa
Bondosula), saya rela tidak digaji. Demi militansi dan idealisme saya kepada pemberdayaan,
saya akan mendedikasikan diri untuk pemberdayaan masyarakat NTT tercinta.”
Demikian ungkapan lugas Demetrius B. Watalika (Metro) yang ingin menyukseskan
Program Anggur Merah di daerah dampingannya. “Karena program ini pro poor, pro
rakyat. Program ini sangat bagus, harus terus dijalankan, berkelanjutan. Program yang
tulus, membangun masyarakat dari sisi penguatan ekonomi. Siapapun yang memimpin
daerah ini, program harus terus dilanjutkan, jangan sampai di sini saja. Supaya daerah
ini tidak distigma dengan berbagai label negatif dan bisa keluar dari kemiskinan”
tambahnya menyayangkan pendapat para elit yang ingin menghentikan program
pemberdayaan ini. Semoga benar... bukan makirri Metro... (*)

26

EDISI 6 / Juni 2015

ANGGUR MERAH

Suara PKM

Saya Merasa... Saya Sukses...
“Kenapa saya berani berkata seperti itu ? Karena saya mampu mengubah pola

pikir masyarakat desa. Desa ini pernah menerima bantuan pemberdayaan sejenis
di Tahun 2011. Saat itu tidak ada pengembalian sama sekali. Sekarang ada !”

Komentar di atas dilontarkan oleh Dominikus F.
Kete,SH (28). Dia adalah salah seorang tenaga
Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) yang
ditugaskan mendampingi Desa Patiala Dete.

penurunan angka kemisikinan. Lalu
bagaimanakah kita harus memaknai komentar
saudara pendamping yang sering di sapa Edy
itu?

Ukuran keberhasilan yang disampaikannya
dengan lantang, menggoda kami untuk terus
menelusuri kisahnya. Setidaknya pengembalian
dan perguliran desa binaannya mungkin bagus,
benarkah ?

Dari wawancara kami terungkap jika Edy
mendampingi sebuah Koperasi. Koperasi
Simpan Pinjam Merada Ate namanya. Koperasi
itu mendapatkan pendampingan sebesar 250
juta rupiah, memanfaatkan bantuan Tahun
2014. Jumlah anggota koperasi sebanyak 56
orang. Pengembalian yang tercatat dalam
rekening adalah sebesar Rp.30.489.177,- Saat
kunjungan, tim juga diinformasikan tambahan
pengembalian sebesar Rp.10.800.000,- yang
belum disetor ke rekening koperasi.

Secara resmi Pemerintah Provinsi NTT telah
memberikan beberapa indiktor untuk mengukur
keberhasilan program. Beberapa ukuran
keberhasilan itu masih sering digunjingkan,
debatable.
Beberapa elit, pengamat hingga akademisi
bahkan dengan sadar ngece. Mereka
berpendapat jika tidak ada korelasinya dengan

Edy adalah seorang lulusan Fakultas Hukum
pada salah-satu perguruan tinggi swasta di
Kota Kupang. Dia merasa kecewa dengan
pembinaan yang dilakukan oleh dinas koperasi
setempat.

“Belum pernah ada kunjungan aparat
dinas koperasi apalagi pelatihan.
Pembukuan koperasi pun
dikeluhkannya, terutama karena harus
dibeli di Dinas Koperasi. Barang negara
koq diperdagangkan ? Saya merasa
tidak puas. Saya anak kemarin. Cukup
bantu kami dengan buku-bukunya saja“
demikian celetuknya yang merasa
punya niat sungguh namum awam
tentang manajemen koperasi.
Terkait berbagai fakta