PENGARUH NILAI PASAR, LEVERAGE, DAN PERTUMBUHAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 – 2015
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2012 : 3) mendefinisikan bahwa :
“Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efesien.”
Sedangkan menurut Alexandri (2008:6) manajemen keuangan merupakan kegiatan dalam menghimpun kegiatan dan mengelola atau menggunakan uang oleh perusahaan.
2.1.1.1
Tujuan manajemen keuangan
Dalam mencapai suatu keputusan yang tepat, seorang manajer harus bisa
menentukan tujuan yang akan dicapainya. Menurut Alexandri (2008:10) tujuan
dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan dari pemilik
perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Sejalan dengan pendapat diatas,
Menurut Harmono( 2009:1) menyatakan bahwa tujuan dari manajemen keuangan
perusahaan adalah memaksimalkan nilai kekayaan para pemegang saham. Nilai
kekayaan dapat dilihat dari perkembangan harga saham perusahaan dipasar.
2.1.1.2
Fungsi manajemen keuangan
Menurut harmono Siswandi (2011:4) fungsi manajemen keuangan dapat di
perinci dalam 3 bentuk kebijakan perusahaan yaitu :
1.
Keputusan investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap akktiva apa yang akan
dikelola oleh perushaaan. Keputusan investasi merupakan keputusan yang
paling penting karena keputusan ini berpengaruh secara langsung terhadap
besarnya laba investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang
akan datang.
(2)
2.
keputusuan pendanaan
keputusan pendanaan menyangkut tetang sumber-sumber dana yang
berada di sisi aktiva. Ada beberapa hal mengenai keputusan pendanaan,
yaitu keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk
membiyai investasi, dan penetapan tentang perimbangan pembelanjaan
yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum.
3.
Keputusan pengelolaan Altif
Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset
tersebut memerlukan pengelolaan secara efesien. Manajer keuangan
bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap
berbagai tingkatan dari aset-aset yang ada. Tanggung jawab tersebut
menurut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar
daripada aktiva tetap.manajer keuangan yang konservatif akan
mengalokasikan danannya sesuai dengan jangka waktu yang didanai.
2.1.2
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan cerminan bagi perusahaan yaitu untuk
mengukur seberapa baik dan buruk kondisi perusahaan dan juga suatu penilaian
dalam periode untuk menggambarkan perusahaan dalam keadaan sehat ataupun
tidak. menurut Z
arkasyi (2008 :48) menyatakan bahwa “Kinerja keuangan
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu
dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.”
Untuk dapat menilai kondisi suatu perusahaan, maka dapat dilakukan
dengan cara analisis melalui laporan keuangan. Kasmir (2012 : 66) berpendapat
bahwa "Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaanyang sesungguhnya." Menurut Harahap (2008:105) menyatakan
bahwa :
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan posis
i keuangan”.
(3)
Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2008:297) menyatakan
bahwa :
“
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandigan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (bararti). Misalnya
antara hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok
produksi dengan total penjualan dan sebagainya.”
Sedangkan menurut menurut fahmi (2013 : 48) menyatakan bahwa :
“R
asio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan
antara jumlah
–
jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan
mempergunakan formula
–
formula yang dianggap representatif untuk
diterapkan”.
2.1.2.1
Pengukuran Kinerja Keuangan
Hasil akhir dalam proses pencatatan keuangan adalah laporan
keuangan, dimana merupakan ukuran bagi prestasi manajemen dalam jangka
waktu tertentu. Menurut David dan Kurniawan (2010:
234), “rasio keuangan
didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi).” Sedangkan menurut James C van
Horne dalam K
asmir (2012:104) “Rasio keuangan merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya.”
Menurut Fahmi (2013 : 65) menyebutkan bentuk
–
bentuk rasio keuangan
yaitu sebagai berikut :
1.
Rasio Likuiditas (
Liquidity Ratio
)
Menurut fahmi (2013 : 65) menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah
kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
secara tepat waktu. Adapun pengukuran yang terdapat dalam likuiditas
yaitu :
a.
Rasio lancar (
current ratio
)
b.
Quick ratio (
acit ratio
)
(4)
2.
Rasio Leverage (
leverage Ratio
)
Menurut Fahmi (2013: 72) menyatakan bahwa rasio leverage adalah
mengukur seberapa besar perusahaan dibiyai dengan utang. Adapun
pengukuran yang terdapat dalam leverage yaitu :
a.
Debt to Total Asset Ratio
b.
Debt to Equity Ratio
c.
Time Interest Earned
d.
Fixed charge coverage
3.
Rasio Aktivitas
Meneurut Fahmi (2013 : 77) rasio aktivitas adalah rasio yang
menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan
sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan,
dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan dengan secara sangat
maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Adapun
pengukuran yang terdapat dala rasio aktivitas yaitu :
a.
Perputaran persediaan (
Inventory turnover
)
b.
Rata-rata periode pengumpulan piutang
c.
Perputaran aktiva tetap (
fixed asset turnover
)
d.
Perputaran total asset (
total asset turnover
)
4.
Rasio Profitabilitas
Menurut fahmi (2013 : 80) menyatakan bahwa rasio profitabilitas
adalah mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Adapun
pengukuran yang terdapat pada rasio profitabilitas yaitu :
a.
Gross profit margin
b.
Net profit margin
c.
Retrun on invesment
d.
Return on Equity
(5)
5.
Rasio Pertumbuhan
Menurut fahmi ( 2013 : 82) rasio pertumbuhan yaitu rasio yang
mengukur
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan
ekonomi secara umum. Adapun pengukuran yang terdapat pada rasio
pertumbuhan yaitu :
a.
Pertumbuhan penjualan (
sales growth
)
b.
Pertumbuhan laba
c.
Pertumbuhan Laba per lembar saham
d.
Pertumbuhan Dividen per lembar saham
6.
Rasio Nilai Pasar
Menurut fahmi (2013 : 82) menyatakan bahwa rasio nilai pasar yaitu
rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Adapun
pengukuran yang terdapat pada rasio nilai pasar yaitu :
a.
Earning per share (eps)
b.
Price earning ratio
c.
Book valus per share
d.
Price book value
e.
Dividen yield
f.
Dividen payout ratio
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan rasio
keuangan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam menilai kinerjanya pada
periode tertentu dan juga rasio keungan sangat bermanfaat untuk pengambilan
keputusan pihak eksternal maupun internal dalam menganalisis kinerja keuangan.
2.1.3
Rasio Nilai Pasar
Untuk mengembangkan perusahaan, dibutuhkan modal yang dapat
diperoleh dengan cara meminjam dana ke bank dan juga menerbitkan surat
berharga. Investor akan melihat laporan keuangan terlebih dahulu untuk
pengambilan keputusan investasi dengan cara melihat sejauh mana sebuah
perusahaan dapat menciptakan nilai pasar usahanya melebihi modal yang mereka
(6)
miliki.” Rasio nilai pasar inilah yang memberi indikasi kepada manajemen
mengenai pendapat investor tentang prestasi perusahaan di masa lalu dan
prospeknya di ma
sa yang akan datang .“
(
farah 2011 :27
).
“Rasio nilai pasar yaitu rasio yang mampu memberi pemahaman bagi
pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan
dan dampaknya pada
masa yang akan datang.”
(Fahmi 2013 : 82).
Sedangkan
menurut Menurut Harahap (2015 : 310), “Nilai pasar merupakan kinerja yang
lazim digunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi keadaan prestasi
perusahaan di pasar modal.”
Dapat disimpulkan bahwa nilai pasar adalah rasio
yang akan menerangkan tentang situasi suatu perusahaan di pasar modal yang
akan memberi indikasi mengenai pendapat investor tentang prestasi perusahaan di
masa lalu. Adapun pengukuran dari nilai pasar sebagai berikut :
1.
Earning Per Share
(EPS)
Menurut Fahmi dan Lavianti (2008:76)
menyatakan bahwa ”
Earning Per
Share
atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap
lembar saham yang dimiliki.” Adapun rumus dari
Earning Per Share
(EPS)
Keterangan
:
EPS
:
Earning Per Share
atau pendapatan per lembar saham
EAT
:
Earning After Tax
atau laba setelah pajak
J
sb: Jumlah saham yang beredar
2.
Price Earning Ratio
(PER)
menurut Farah Margaretha (2011:27) menyatakan bahwa PER merupakan
rasio yang menunjukkan berapa yang harus dibayar oleh investor untuk
setiap Rp 1 laba periode berjalan. Sedangkan menurut Harahap (2015:311)
“
Price Earning Ratio
(PER) merupakan rasio yang menunjukkan
(7)
perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima”. Adapun
rumus dari Price Earning Ratio (PER)
Keterangan
:
PER
:
Price Earning Ratio
Harga Saham
:
harga terakhir dari harga saham
Laba Per lembar saham
:
3.
Book Value Per Sahre
(BVS)
Book Value per Share (BVS) adalah rasio yang menunjukkan jumlah
stockholders. equity (modal sendiri) yang berkaitan dengan setiap lembar saham yang beredar (Arifin,2004) . Adapun rumus dari Book Value per Share (BVS) adalah:
Keterangan
:
BVS
:
Book Value Per Sahre
Total Ekuitas
:
StockHolders Equity
Jumlah saham beredar
: Jumlah saham yang beredar di publik
� = � ℎ ℎ� =
(8)
4.
Price to Book Value
(PBV)
“Rasio ini menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai
buku saham tersebut yang digambarkan di ner
aca” (Harahap, 2015:
311).
Adapun rumus dari Price to Book Value (PBV) :
Keterangan
:
PBV
:
Price to Book Value
Harga Pasar per saham
: Harga per lembar saham tahun t
Nilai Buku per lembar saham :
Ekuitas
:
Stockholders Equity
Nilai Buku
: (Total Asset
–
Total Hutang)
5.
Dividen Yield
Rasio ini paling baik digunakan untuk membandingkan perusahaan yang
memiliki harga saham yang relatif stabil dengan dua alasan, pertama
adalah sebuah perusahaan yang menaik-turunkan harga saham tidak
memberikan rasio pendapatan yang berarti. Yang kedua adalah dalahm
seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan laba jangka panjang, bukan
untuk ,meningkatkan pendapatan modal
( Gill dan Chatton,2008:68).
Adapun rumus dari
Dividen Yield
sebagai berikut :
Keterangan
:
DY
:
Dividends Yield
ℎ : dividen per lembar saham biasa
ℎ : Harga pasar saham biasa.
� � = � ℎ � � ℎ
(9)
6.
Dividend Payout Ratio
(DPR)
Menurut Sudan (2011:167) menyatakan bahwa “
Dividend payout ratio adalah rasio antara dividend yang dibayarkan dibandingkan dengan jumlah laba bersih per lembar saham yang diperoleh perusahaan. Dividend payout ratio merupakan parameter untuk mengukur besaran dividend yang akan dibagikan ke pemegang saham. Besarnya dividend payout ratio dijadikan ukuran oleh para investor yang akan menanamkan modalnya pada saham di bursa efek. Adapun perhitungan dariDividend Payout Ratio
sebagai
berikut:
Keterangan
:
DPR
:
Dividends Per ratio
Dividend per share
:
Earning Per Share
:
Dalam penelitian yang dilakukan kepada Nilai Pasar, diambil 2 rasio yaitu
Price
to Book Value
(PBV) dan
Earning Per Share
. Karena PBV ini
efektif jika
digunakan untuk membandingkan saham-saham pada sektor ekonomi yang sama
atau dengan perusahaan-perusahaan pada sektor ekonomi yang sama atau dengan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Sejalan dengan PBV,
EPS digunakan dalam penelitian ini untuk melihat dan membandingkan sebuah
perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sejenis. Dengan
menggunakan EPS ini maka para investor dapat menentukan dimanakah modal
mereka akan ditanamkan.
(10)
2.1.4
Rasio
Leverage
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan mencari bantuan biaya
berupa utang untuk terus berjalan dan mengembangkan usaha perusahaan.
menurut Martono dan Harjito (2008:295) mengemukakan bahwa :
”
Rasio leverage adalah mengacu pada penggunaan asset dan sumber
dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut
perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap.”
Menurut Sutrisno (2012:217)
“
rasio
leverage
menunjukan seberapa besar
kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang.
” Sedangkan menurut
Menurut Hery (2016:70) rasio
leverage
adalah“Rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam
rangka pemenuhan aset.” Dapat
disimpulkan bahwa Rasio
Leverage
adalah rasio
yang menggambarkan penggunaan asset dan sumber dana karena perusahaan
membutuhkan bantuan biaya berupa hutang.
Pengukuran yang terdapat pada rasio
leverage yaitu sebagai berikut :
1.
Total debt to total asset ratio
Menurut Sutrisno(2012:217) Rasio total hutang dengan total aktiva yang
biasa disebut rasio hutang (
debt ratio
), mengukur prosentase besarnya
dana yang berasal dari hutang. Adapun rumus dari debt ratio yaitu :
Keterangan
:
Total Hutang : Hutang jangka panjang + Hutang Jangka pendek
Total Aktiva : Aktiva tetap + Aktiva Lancar
2.
Debt to Equity Ratio
Menurut Sutrisno (2012:218) Debt to Equity ratio merupakan imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.semakin
tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan
hutangnya. Adapun rumus dari Debt to Equity Ratio yaitu :
=
(11)
Keterangan
:
Total Hutang : hutang jangka panjang + Hutang jangka pendek
Modal
:
StockHolders Equity
3.
Time interest Earned Ratio
Menurut Sutrisno (2012:218) Time interest earned ratio merupakan rasio
antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa
bunga dengan laba yang di peroleh atau mengukur berapa kali besarnya
laba bisa menutup beban bunganya. Adapun rumus dari Time interest
earned ratio yaitu :
Keterangan
:
EBIT
: Laba sebelum pajak dan Bungan
Interest
: Beban Bunga
4.Fixed Charge Coverage Ratio
Menurut Sutrisno (2012:218-219) menyatakan bahwa Fixed Charge
Coverage Ratio Ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup
beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga.
angsuran pinjaman, dan sewa. Adapun rumus dari Fixed Charge Coverage
Ratio yaitu :
Keterangan
:
EBIT
: laba sebelum bunga dan pajak
Bunga
: beban bunga
=
(12)
Dalam rasio
Leverage
ini diambil satu perhitungan rasio yaitu
Debt to
Total Equity Ratio.
Karena peneliti ingin melihat seberapa besar perubahan harga
saham yang di sebabkan oleh besar maupun kecilnya DER yang dimiliki
perusahaan.
2.1.5
Rasio Pertumbuhan
Perusahaan dituntut untuk melihat pertumbuhan perekonomiannya. Karena
dengan melihat pertumbuhan perusahaan yang baik akan mencerminkan bahwa
perusahaan dapat mengimbangi kondisi perekonomian saat ini. Menurut Harahap
( 2015 :
309). “Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggam
barkan
persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke ta
hun” sedangkan
(menurut Jensen,1976 dalam Nasehah, 2012) menyatakan bahwa :
“P
erusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi
memiliki
free cash flow
yang rendah karena sebagian besar dananya
digunakan untuk investasi proyek yng memiliki NPV yang positif. Semakin
besar asset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang
akan dihasilkan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil
operas
ional akan meningkatkan kepercayaan para investor.”
Pertumbuhan adalah merupakan variable bebas yang mempengaruhi suatu
nilai, tetapi estimasi dengan menggunakan metode tersebut tidak melihat pada
detail operasi perisahaan
(Murhadi, 2013:98).
Dapat di simpulkan bahwa
rasio
pertumbuhan ini merupakan suatu gambaran dari pertumbuhan perusahaan yang
nantinya akan dilihat oleh investor dan juga bisa meningkatkan kepercayaan dari
para investor.
Pengukuran yang terdapat pada rasio pertumbuhan
(growth ratio)
yaitu,
sebagai berikut:
1.
Pertumbuhan Penjualan
(Sales Growth)
Menurut Harahap (2015:
310) “Pertumbuhan penjualan adalah rasio
yang menunjukkan pertumbuhan dari penjualan perusahaan pada tahun
ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.” Semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik perusahaan tersebut. Adapun rumus
Pertumbuhan
Penjualan
(Sales Growth
):
(13)
Keterangan
:
Penjualan
: Penjualan bersih
2.
Pertumbuhan Laba
(Earning Growth)
“Pertumbuhan laba adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan laba perusahaan tahun ini
dibandingkan dengan tahun l
alu”
(Harahap 2015:310
).
Adapun rumus Pertumbuhan Laba
(Earning Growth)
adalah sebagai
berikut:
Keterangan
:
Laba
: Laba setalah bunga dan pajak
3.
Pertumbuhan EPS
(EPS Growth)
Menurut Harahap(2015:310)
“Pertumbuhan
Earning Per Share (
EPS
Growth)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
meningkatkan
Earning Per Share
tahun ini dibandingkan dengan
Earning Per Share
tahun sebelum
nya”
Adapun rumus Pertumbuhan
EPS
(EPS Growth)
adalah sebagai berikut:
Keterangan
:
EPS
:
ℎ =� ℎ − � ℎ � ℎ
ℎ = ℎ − ℎ ℎ
(14)
4.
Pertumbuhan
Dividend Per Share
(
DPS
Growth)
“Pertumbuhan Dividen
(Dividend Growth)
merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan dividen per
share dari tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya”
(Harahap,2015:310).
Adapun rumus Pertumbuhan Dividen Per Share
(DPS Growth)
adalah sebagai berikut:
Keterangan
:
DPS
: total
yang dibagikan/jumlah lembar saham
yang beredar
Dalam rasio pertumbuhan ini, diambil pertumbuhan penjualan (
Sales
Growth)
karena
Sales Growth
ini memperlihatkan pertumbuhan penjualan dari
tahun ke tahun dimana jika pertumbuhan penjualannya baik maka banyak investor
yang tertarik dalam menanamkan modal di perusahaan tersebut sehingga bisa
mempengaruhi harga saham. Begitupun sebaliknya jika pertumbuhan
penjualannya menngalami penurunan maka akan terindikasi bahwa kinerja
perusahaan tidak terlalu baik sehingga akan berdampak pada investor yang
melihat ke arah tersebut.
2.1.6
Sistem Keuangan Indonesia.
Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu
Negara yang memiliki peran terutama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa
dibidang keuangan oleh lembaga-lembaga keuangan penunjang lainnya misalnya
pasar uang dan pasar modal. Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan
bukan bank. Lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan dari masyarakat,
(15)
maka juga disebut depository financial institutions yang terdiri dari bank umum
dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah
lembaga keuangan selain dari bank yang dalam kegiatan usahanya tidak
diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan. Dalam perjalanan sejarah perkembangan sistem keuangan Indonesia,
sistem lembaga keuangan mengalami perubahan yang sangat fundamental
terutama setelah memasuki era deregulasi, paket kebijakan 27 Oktober 1988 yang
kemudian berlanjut dengan diundangkannya beberapa undang-undang dibidang
keuangan dan perbankan sejak tahun 1992 yaitu :
1.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
2.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentanga Asuransi;
3.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
4.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
5.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
6.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Konsekuensi dikeluarkannya undang-undang tersebut diatas, adalah perubahan
struktur sistem lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Di samping itu, dari
aspek pengaturan dan pembinaan, lembaga-lembaga keuangan menjadi semakin
jelas dan kuat karena telah memiliki kekuatan hukum terutama dibidang
perasuransian dan dana pensiun yang sebelumnya undang-undang diatas dasar
hukum pengaturannya hanya dilakukan dengan keputusan-keputusan mentri
keuangan.
Tahun 2011 Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
memiliki tugas, fungsi, dan tujuan masing- masing. Dikutip dari
www.bi.go.id
(16)
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan
nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama
tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan
tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai
Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai
atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi
agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara
efektif dan efisien. berikut tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan
dalam bentuk gambar berisi tiga pilar.
Sedangkan dikutip dari
www.ojk.go.id
menyatakan bahwa :
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Pasal 4 UU Nomor
21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK dibentuk dengan tujuan
agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara
teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem keuangan
yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi
kepentingan konsumen mapun masyarakat.
(17)
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan
daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan
nasional. Antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian,
dan kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek
positif globalisasi. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (
fairness
).
Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas utama dari OJK
adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap :
1.
Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan.
2.
Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal.
3.
Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiyaan, dan lembaga keuangan lainnya.
2.1.7
Pasar Modal
2.1.7.1
Pengertian pasar modal
Dalam membangun suatu perusahaan, dibutuhkan dana untuk menopang
kemajuan perusahaan dengan cara melakukan peminjaman kepada bank mapun
menerbitkan surat beharga. Pasar modal menjadi wadah bagi pihak yang
mempunyai dana lebih untuk berinvestasi dan juga menjadi wadah bagi pihak
yang membutuhkan dana untuk pembangunan maupun kemajuan perusahaan.
Pengertian pasar modal menurut Fahmi dan Hadi (2011:41) adalah
“
Tempat dimana berbagi pihak khususnya perushaan menjual saham (
stock
) dan
obligasi (
bond
) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan
dipergunakan sebagai tambahan dana atau untu
k memperkuat dana perushaan”.
Sedangkan Menurut G
umati (2011:77) “
Pasar modal adalah suatu jaringan yang
kompleks dari individu, lembaga dan pasar yang timbul sebagai upaya dalam
(18)
mempertemukan mereka yang memiliki uang (dana) untuk melakukan pertukaran
efe
k dan surat berharga”. “Pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat
bertemunya permintaan dan penawaran terhadap modal, baik dalam bentuk
ekuitas maupun hutang jangka panjang”.
( Martelena dan Malinda,2011:2)
.
2.1.7.2
Sejarah Pasar Modal
Sejarah pasar modal Indonesia
Perkembangan pasar modal Indonesia mengalami pasang dan surut, seirama
dengan perjalanan negara dan bangsa Indonesia. Di Indonesia terjadi beberapa
pergantian pasar modal. Menurut Rusdin ( 2006 : 4) menyatakan bahwa :
1.
Tanggal 14 Desember 1912
Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada tahun 14
desember 1912 dan bernama
Vereniging de Effectenhandel
(Bursa efek)
dan langsung memulai perdagagan yang memiliki 13 anggota bursa yang
aktif.
2.
11 Januari 1925 & 1 Agustus 1925
Perkembangan pasar modal di batavia tersebut begitu pesat sehingga
menarik masyrakat kota lain sehingga pada 11 januari 1925 di kota
Surabaya dan 1 agustus 1925 di kota Semarang resmi didirikan bursa.
Perkembangan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang
terlihat dari nilai efek yang tercatat mencapai NIF 1,4 milyar (jika di
indeks dengan harga beras yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya
adalah ± Rp. 7 Triliun ) yang berasal daru 250 macam efek.
3.
Tanggal 17 Mei 1940
Pada tanggal 17 mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdaganan efek
ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa semua
efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk ileh pemerintah Hindia
Belanda.
(19)
4.
Tanggal 31 Juni 1952
Pemerintah RI membuka kembali Bursa Efek yang di Jakarta pada tanggal
31 juni 1952 setelah 12 tahun ditutup. Adapun penyelenggaraanya
diserahkan pada PPUPE yang terdiri dari 3 Bank Negara dan beberapa
makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
5.
Tahun 1958
–
1966
Pada tahun 1958 terlihat kelesuan dan kemunduran di Bursa. Hal ini
diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap
Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan
mengakibatkan banyak warga negara Belanda meninggalkan Indonesia.
Tingkat Inflasi pada wakt itu yang cukup tinggi ketika itu makin
menggoncang dan mengurangi kepercayaan Maskarakat terhadap pasar
uang dan modal, dan terhadap mata uang rupiah yang mencapai
puncaknya pada tahun 1966.
6.
Tahun 1976
–
1987
Pada tahun 1976 di bentuk BAPEPAM dan PT Danareksa. BAPEPAM
bertugas untuk membantu meneteri Keuangan yang diketuai oleh
Gubernur Bank Sentral. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d
1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan
fasilitas kepada perusahaan
–
perusahaan yang memanfaatkan dana dari
bursa efek. Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan
berbagi deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal,
yaitu paket kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober
1988, dan Paket kebijaksanaan Desember 1988.
7.
Tahun 1987
Pakdes 1987 merupakan penyerdehanaan persyaratan proses emisi saham
dan obligasi, dihapukannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh
BAPEPAM, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain dibuka pula
kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari
total emiten.
(20)
8.
Tahun 1988
Pakto 1988 ditunjukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak
terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan ketentuan 3 L (
legal, Lending, Limit) dan pengenaan pajak atas bungan berdeposito.
Sedangkan menurut Widiotmodjo (2009 : 23) menyatakan bahwa :
1.
Tahun 1997
–
2000an.
Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dari Rp 2000-an menjadi
diatas Rp 10.000-an. Membuat pasar modal di Indonesia tidak menarik
sebab banyak perusahaan yang sudah terdaftar di bursa menjadi merosot
kinerjanya, bahkan negative modalnya.
2.
Tahun 2007
Pada 30 November 2007, Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan
Bursa Efek Surabaya dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
3.
Tahun 2008
Pada tahun 2008 terjadi krisis
subprime morgage
di Amerika Serikat,
seluruh dunia terkena imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank
investasi terbesar, Lehman Brothers, akibat krisis kredit perumahan di
Amerika Serikat membuat bursa saham global terguncang. Diawal
kejadian, Bursa saham Eropa melemah hingga 5 persen pada perdagangan
siang hari. Di London, harga saham grup perbankan HBOS jatuh hingga
20,2 persen. Di Jerman, Commerrzbank anjlok 11,7 persen dan Deutsche
Bank jatuh 8,24 persen. Dow Jones Industrial Average (DJIA) tumbang
2,53 persen beberapa saat setelah pembukaan pasar. Di Indonesia, 8
Oktober jam 11.05 WIB Bursa Efek Indonesia melakukan suspend,
penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah langkah yang belum pernah
terjadi dalam sejarah lantai bursa di Indonesia, setelah Rusia sebelumnya
juga melakukan hal yang sama. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
sempt anjlok hingga ke 1.111.
(21)
Dikutip dari idx.co.id menyatakan bahwa :
1.
Tahun 2009
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek
Indonesia:
JATS-NextG.
Dikutip dari
https://nityaryana.wordpress.com/2013/04/05/bagaimana-sejarah-pasar-modal-indonesia/
menyatakan bahwa :
1.
Tahun 2010
merupakan salah satu tahun keemasan dari Bursa Efek Indonesia. IHSG
mencatatkan pertumbuhan terbaik di Asia Pasifik.
2.
Tahun 2012
Krisis keuangan kembali mencoba menghantui pasar modal dunia.
Indikasi default atau tidak mampu membayar atas obligasi yang
diterbitkan oleh beberapa pemerintah Eropa membuat kepanikan bagi para
investor. Negara yang terancam krisis pada waktu itu adalah Yunani,
Spanyol, Italia dan Portugal. IHSG masih menunjukkan pertumbuhan
yang cukup baik walaupun dihimpit oleh berita tersebut.
3.
Tahun 2013
Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut memecahkan rekor harga
tertingginya. Namun sedikit terganggu dengan kondisi negara Syprus di
Eropa yang dianggap berpotensi krisis. Pada tahun ini pula jam
perdagangan di Bursa Efek Indonesia mengalami perubahan dan Bapepam
LK telah melebur menjadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
Sedangkan dikutip dari
www.ojk.go.id
menyatakan bahwa :
1.
Tahun 2014
Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan (SEOJK) Nomor 7/SEOJK.04/2014, Kamis (24/4). Surat
Edaran ini mengatur tentang Penerapan Pelaksanaan Pertemuan Langsung
(22)
(
Face To Face
) dalam Penerimaan Pemegang Efek Reksa Dana Melalui
Pembukaan Rekening Secara Elektronik, serta Tata Cara Penjualan
(
Subscription
) dan Pembelian Kembali (
Redemption
) Efek reksa dana
elektronik.
2.
Tahun 2015
Tanggal 10 agustus 2015 bersamaan dengan hari ulang tahun pasar modal
yang ke 38 tahun.
eresmikan dua program strategis yang dapat disebut
sebagai bagian dari tonggak penting perkembangan pasar modal
Indonesia," yakni:
a.
Pertama, peningkatan batas maksimal ganti rugi aset pemodal
dalam program Dana Perlindungan Pemodal, dari semula sebesar
Rp 25 juta/pemodal menjadi empat kali lipat yaitu Rp100
juta/pemodal. Peningkatan ini selain dilakukan dalam rangka
meningkatkan keamanan dan kenyamanan berinvestasi di pasar
modal Indonesia, juga dilakukan dalam rangka menarik minat lebih
banyak lagi investor domestik untuk mau bertransaksi di pasar
modal.
b.
Kedua, peluncuran saluran TV khusus Pasar Modal oleh Bursa
Efek Indonesia, yaitu Indonesia Business Capital Market TV
(IBCM TV) yang di luncurkan dalam rangka menyediakan
informasi
terkini tentang pasar modal Indonesia bagi seluruh
masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Saluran TV ini juga
akan ditayangkan di beberapa negara
. Hal ini juga menjadi
komitment BEI untuk mendistribusikan informasi tentang pasar
modal Indonesia ke berbagai penjuru tanah air dan dunia.
3.
Tahun 2016
GMRA Indonesia akan mulai diimplementasikan dalam Transaksi Repo di
Indonesia
dengan
telah
diterbitkannnya
Peraturan
OJK
No.09/POJK.04/2015 tentang Pedoman Transaksi Repo Bagi Lembaga
Jasa Keuangan. Peraturan ini juga telah dilengkapi dengan Surat Edaran
(23)
OJK
No.33/SEOJK.04/2015
tentang
Global
Master
Repurchase
Agreement Indonesia.
2.1.7.2
Manafaat Pasar Modal
Menurut PAU-UGM, 26-27 januari 1990 (dalam Anoraga dan Pakarti,
2008: 12-13) manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten,
pemerintah maupun lembaga penunjang.
Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu sebagai berikut:
1.
Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar;
2.
Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai;
3.
Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana/perusahaan;
4.
Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan;
5.
Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil;
6.
Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan;
7.
Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi;
8.
Tidak ada bebas finansial yang tetap;
9.
Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas;
10.
Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu;
11.
Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor yaitu sebagai berikut:
1.
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin dari meningkatnya harga saham yang
mencapai
capital gain.
2.
Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham
dan bunga tetap atau bunga mengambang bagi pemegang obligasi.
(24)
3.
Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham dan
mempunyai hak suara dala RUPO untuk pemegang obligasi.
4.
Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi sehingga dapat
meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.
5.
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument yang
mengurangi risiko.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang adalah sebagai berikut:
1.
Menuju kearah profesional di dalam memberika pelayanannya sesuai
dengan bidang tugas masing-masing
2.
Sebagai pembentuk harga dalam bursa parallel
3.
Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang
4.
Likuiditas efek semakin tinggi.
Dan manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu sebagai berikut:
1.
Mendorong laju pembangunan
2.
Mendorong investasi
3.
Penciptaan lapangan kerja
4.
Memperkecil
Debt Service Ratio
(DSR)
5.
Mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik
Negara).
Sedangkan menurut Sartono(2010:38) manfaat pasar modal adalah sebagai
berikut :
1.
Bagi emiten
Dalam kondisi dimana Debt to equity ratio perusahaan telah tinggi maka
akan sulit menarik pinjaman baru dari bank, oleh karena itu pasar modal
menjadi alternatif lain. Adapun manfaat bagi emiten antara lain :
Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar, dan dapat
sekaligus diterima oleh emiten pada saat perdana.
Cash flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar
daripada harga nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok
untuk membiyai perusahaan yang beresiko tinggi.
(25)
2.
Bagi pemodal
Melalui pasar modal, investor dapat memilih berbagai jenis efek yang
diinginkan. Adapun manfaat bagi pemodal antara lain :
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Sebagai pemegang saham, investor memperoleh deviden sebagai
pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun.
Bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS, dan
hak suara dalam RUPO bagi pemegang obligasi.
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument
untuk
memperkecil
risiko
secara
keseluruhan
dan
memaksimumkan keuntungan.
3.
Bagi lembaga penunjang
Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong perkembangan
lembaga penjunang menjadi lebih profesional dalam memberika pelayanan
sesuai denganbidang masing
–
masing.
4.
Bagi pemerintah
Bagi pemerintah, perkembangan pasar modal merupakan alternatif lain
sebagai sumber pembiyaan pembangunan selain dari sektro perbankan dan
tabungan pemerintah. Adapun manfaat langung bagi pemerintah antara
lain :
Sebagai sumber pembiyaan badan usaha milik negara sehingga
tidak lagi bergantung pada subsidi dari pemerintah.
Manajemen badan usaha menajdi lebih baik, manajemen dituntut
untuk lebih profesional.
Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa
bagi pembiyaan pembangunan serta memperluas kesepatan kerja.
(26)
2.1.8
Saham
2.1.8.1
Pengertian Saham
Pengertian saham menurut Hermuningsih (2012:6) menyatakan bahwa :
“
Saham dapat didesinisikan sebagai tanda atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
adalah pemilik perusahaan uang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar pertanyaan yang ditanamkan
diperusahaan tersebut.”
sedangkan menurut Fahmi (2013:270-271) menjelaskan saham adalah :
1.
Tanda Bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
2.
Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
3.
Persediaan yang siap dijual.
2.1.8.2
Jenis-Jenis Saham
Dari berbagai jenis saham yang dikenal, terdapat dua jenis saham yang
diperdagangkan di bursa yaitu saham biasa
(common stock)
dan saham preferen
(preferred stock) (Anoraga dan Pakarti, 2008:54).
1.
Saham Biasa
(Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa,
pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen
selama perusahaan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai
hak suara pada RUPS sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya
(one
share one vote)
. Pada saat perusahaan dilikuidasi, pemegang saham
berhak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban
terpenuhi.
2.
Saham Preferen
(Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk
mendapatkan dividend atau bagian kekayaan pada saat perusahaan
(27)
dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa, selain itu pemegang saham
preferen memiliki preferensi untuk mengajukan usulan pencalonan
direksi/komisaris. Adapun ciri-ciri penting dari saham preferen yaitu:
a.
Hak utama atas dividen
b.
Hak utama atas aktiva perusahaan
c.
Penghasilan tetap
d.
Jangka waktu yang tidak terbatas
e.
Tidak mempunyai hak suara
f.
Saham preferen kumulatif
2.1.8.3
Harga Saham
Harga suatu saham dipasar sekunder dapat berfluktuasi naik ataupun turun
tergantung perubahan kekuatan permintaan dan penawaran atas saham tersebut
dari para pemodal yang masuk kepasar sekunder.Menurut David dan Kurniawan
(2010, hlm. 3) “Harga saham mencerminkan segala sesuatu yang diketahui
tentang saham tersebut, informasi mengenai saham akan cepat tersebar di dalam
pasar sehing
ga harga akan menyesuaikan diri”. Sedangkan pengertian harga
saham menurut Widoatmodjo (2015:13) adalah sebagai berikut :
“Harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.”
Menurut Benjamin Graham (dalam David dan Kurniawan, 2010, hlm. 272)
mengemukakan bahwa :
“
Pasar seringkali salah menghargai saham. Kesalahan penetapan
harga ini disebabkan oleh emosi manusia yang serakah dan serba takut.
Pada tingkat optimis yang tinggi, keserakahan membuat saham melebihi
nilai intrinsik sehingga menciptakan harga saham yang terlalu tinggi. Dan
ketakutan menekan harga dibawah nilai intrinsik sehingga menciptakan
harga yang terlalu rendah.”
(28)
2.1.8.4
Faktor yang mempengaruhi harga saham
Menurut Irham Hermuningsih (2012:8) faktor
–
faktor yang
mempengaruhi harga saham yaitu :
1.
Faktor internal (lingkingan Mikro)
Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincan kontrak, perubahan harga, penarikan
produk baru, laporan produksi, laporan kemanan produk, dan
laporan penjualan.
Pengumuman pendanaan (financing Announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti permalan
lama sebelum akhir tahun dan setelah tahun fiskal,Earnig Per
Share (EPS), Dividen Per Share(DPS), Price Earning Ratio
(PER), Debt to Equity Ratio (DER), Net Proofit Margin
(NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan
lain-lain.
2.
Faktor Eksternal (Lingkungan makro)
Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan BI rate dan
Deposito, Inflasi, Jumlah Uang beredar serta berbagai regulasi
dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),
seperti laporan pertemuan akhir tahun, insider trading, volume
atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar (KURS)
juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada
terjadinya pergerakan harga saham dibursa efek indonesia.
Berbagai isu baik dalam negeri mapun luar negri.
(29)
sedangkan menurut Menurut David dan Kurniawan (2010, 272) ,menyatakan
bahwa :
“Faktor –
faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan
menajdi faktor internal dan eksternal. Fakotr internal yang mempengaruhi
harga saham adalah keputusan dividen, struktur pemodalan, risiko dan
pertumbuhan laba. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga
saham adalah peraturan yang ada, resesi ekonomi, sentimen pasar, dan
lain-lain.”
2.1.9
Teori sinyal
Informasi menjadi kebutuhan dalam pengambilan keputusan. Informasi
tersebut digunakan investor untuk mengambil suatu keputusan investasi. Menurut
Brigham dan Houston (2006:38) “teori sinyal menjelas
kan tentang bagaimana
investor mendapatkan informasi yang sama tentang perusahaan menurut sudut
pandang investor dan pihak internal perusahaan. “ sedangkan menurut Jogiyanto
(2008 : 392) Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. “Teori sinyal
merupakan teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga
akan memberi pengaruh pada
keputusan investor”
(Fahmi dan Lavianti,
2009:83).
2.2
Penelitian Terdahulu
Sudah cukup banyak penelitian yang meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham termasuk faktor nilai pasar, Leverage dan
pertumbuhan
(growth)
. Adapun penelitian terdahulu mengenai harga saham
khususnya pada faktor nilai pasar, Leverage dan Pertumbuhan Penjualan adalah
sebagai berikut :
(30)
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel yang
Diteliti
Hasil Penelitian
1 Dewi dan Suaryana (2013)
Pengaruh EPS, DER, dan PBV terhadap Harga Saham
Y = Harga Saham X1= EPS
X2= DER X3= PBV
EPS berpengaruh signifikan positif bagi harga saham perusahaan emiten bidang
Food and Beverage yang teregister di BEI pada tahun pengamatan 2009-2011.
DER berpengaruh signifikan negatif bagi harga saham perusahaan emiten bidang
Food and Beverage yang teregister di BEI pada tahun pengamatan 2009-2011.
PBV berpengaruh signifikan positif bagi harga saham perusahaan emiten bidang
Food and Beverage yang teregister di BEI pada tahun pengamatan 2009-2011.
2 menurut Dwipratama (2009)
Pengaruh PBV, DER, EPS, dan ROA terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI)
Y = Harga Saham X1 = PBV X2 = DER X3 = EPS X4 =DPR X5 = ROA
PBV,DER,EPS,DPR,ROA berpengaruh terhadap harga saham karena F hitung (22,973)> F tabel (3,69) maka H0 ditolak dan H1 diterima
PBV tidak berpengaruh Positif terhadap Harga saham karena t hitutng (0,801)<t- tabel (2,306), maka H1 di tolak dan H0 diterima. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa PBV belum menjadi ukuran dalam penilaian investor dalam berpengaruh terhadap harga saham
DER tidak berepengaruh positif terhadap harga saham karena hitung (0,115) < t-tabel (2,306), maka H1 ditolak dan H0 diterima.
EPS berpengaruh positif terhadap harga saham karena t-hitung (6,893)>t-tabel(2,306),
(31)
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3 Aditya Pratama dan Teguh
Erawati. (2014)
Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio , Return on Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share terhadap Harga saham (Study Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011)
Y = Harga Saham X1 = CR
X2 = DER X3 = ROE X4 = NPM X5= EPS
Secara parsial dari kelima variabel independen yang memiliki pengaruh positif dan signifikan hanya tiga variabel yaitu current ratio, debt to equity ratio, dan EPS
. Hasil dari uji-t diketahui bahwa debt to equity ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap harga saham dilihat bahwa
probabilitas value sebesar 0.001 lebihkecil dari 0.05.
Hasil dari uji-t diketahui bahwa earning per share
mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap harga saham. Dari tabel dapat dilihat bahwa probabilitas Value sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05.
4 Djauharotun (2005)
Pengaruh EPS dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Tekstil dan Garmen di BEJ
Y= Harga Saham X1 = EPS
X2 = Pertumbuhan Penjualan
diperoleh harga koefisien korelasi secara simultan atau bersama-sama sebesar 0,923. Keberartian dari korelasi secara simultan ini diuji dengan uji F seperti pada uji keberartian persamaan regresi. Dari hasil pengujian tersebut dimana menunjukkan bahwa F hitung signifikan, maka dapat diartikan bahwa hubungan antara EPS dan pertumbuhan penjualan dengan harga saham Perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah signifikan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran menunjukkan bahwa untuk variabel EPS diperoleh thitung =11,249. Pada α=5% dengan dk = 22 diperoleh ttabel = 2,07. Karena thitung > ttabel, hal ini berarti
(32)
bahwa variabel EPS (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y).
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran menunjukkan bahwa untuk variabel pertumbuhan penjualan diperoleh thitung = -1,691. Pada α=5% dengan dk= 22 diperoleh ttabel = 2,07. Karena thitung < ttabel, hal ini berarti bahwa variabel pertumbuhan penjualan (X2) tidak berpengaruh terhadap harga saham (Y).
5 Wijaya dan Utama (2014)
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal dan Harga saham
Y = Harga Saham X1 = Profitabilitas X2 = pertumbuhan penjualan
X3 = Struktur Modal
Hasil uji hipotesis untuk variabel pertumbuhan penjualan, terlihat bahwa perbandingan nilai t tabel= -1,988 < nilai t hitung sebesar 0,608 < nilai t tabel= 1,988. Angka tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak signifikan berpengaruh pada struktur modal. Hal ini disebabkan karena penjualan industri properti lebih banyak pada penjualan kredit yaitu dalam bentuk piutang sehingga kreditur tidak mempertimbangkan
pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan kredit.
2.3
Kerangka Pemikiran
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, dimana tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli. Yang di perdual belikan di pasar modal
adalah modal berupa hak kepemilikan sebagain dari perusahaan dan surat
pernyataan hutang perusahaan. Pembeli dari modal tersebut bisa dari individu
maupun dari suatu lembaga/organisasai, sedangkan modal penjual adalah
perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk kegiatan
(33)
bisnisnya. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor perlu mengetahui
keadaan perusahaan untuk melihat kondisi tersebut apakah sedang mengalami
kondisi yang baik ataupun sebaliknya. Jika perusahaan sedang dalam kondisi baik,
kemungkinan besar investor akan memilih perusahaan terssebut begitu pula
sebaliknya.
Teori sinyal dapat menggambarkan bagimana informasi dapat
mempengaruhi naik turunnya harga saham. Dengan informasi yang tersebut para
invesotr dapat melihat kondisi dan memprediksi keadaan di pasar modal. Laporan
keuangan merupakan salah satu informasi yang mempengaruhi harga saham di
pasar modal. Laporan keuangan menggambarkan kinerja keuangan perusahaan
yang berupa rasio-rasio keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari rasio nilai
pasar, Rasio Leverage dan rasio pertumbuhan
Salah satu pertimbangaan investor untuk menaruh kepercayaan terhadap
perusahaan ialah dengan cara melihat nilai pasar yang meningkat sehingga
investor akan tertarik untuk membeli saham peruhsaan tersebut di pasar modal.
Nilai pasar dapat diukur dengan menggunakan
Price to Book Value
(PBV),
menurut Harahap (20
15: 311) menerangkan bahwa PBV merupakan “Rasio yang
menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham
tersebut yang digambarkan di neraca”. Rasio ini merupakan rasio yang lebih
banyak berdasarkan oleh sudut pandang investor (calon investor) meskipun pihak
manajemen juga berkepentingan dalam rasio ini
(David dan Kurniawan, 2010:
240).
Semakin tinggi nilai
Price to Book Value
(PBV) artinya harga saham di
pasar modal terhadap nilai bukunya pun semakin tinggi.
Price to Book Value
(PBV) pada perusahaan subsektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia
mengalami penurunan, yang artinya nilai perusahaan subsektor Pertambangan di
pasar modal rendah.
Selain PBV, didalam Nilai pasar juga terdapat pertimbangan untuk
menaruh kepercayaan terhadap perusahaan dengan cara melihat
Earning Per
Sahre
(EPS). Menurut Husaini (2012) saham telah menunjukkan bahwa EPS
merupakan komponen penting yang harus diperhatikan investor. Laba sangat
(34)
mempengaruhi investor dalam menilai suatu perusahaan apakah layak dijadikan
sarana investasi yang menguntungkan atau tidak. Ini sejalan dengan Gill dan
Catton (2008:65) menyatakan bahwa “ para pemegang saham kurang menyukai
penurunan pendapatan per lembar saham” artinya para investor juga melihat EPS
yang nantinya akan berpengaruh terhadap harga saham.
Seperti halnya Nilai pasar memiliki pengaruh terhadap harga saham, rasio
Leverage juga memiliki pengaruh terhadap harga saham dengan menggunakan
perhitungan
Debt to Equity Ratio
. Menurut Amalia (2007)
“
semakin tinggi DER
berarti mengindikasikan semkin besar pula hutang perusahaan sehingga
membahayakan perushaan. Tentunya berdampak negatif terhadap investor yang
ingin memiliki saham
”
. Sedangkan menurut pramata dan erawati (2014)
menyatakan bahwa “
Debt to equity ratio
yang semakin rendah menandakan
modal asing yang digunakan dalam operasional perusahaan semakin kecil,
sehingga risiko yang ditanggung investor juga akan semakin kecil dan akan
mampu meningkatkan harga saham
”
. Sejalan dengan penjalasan diatas, menurut
Sutrisno (2012:
218) “semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri
semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, baiknya besarnya
hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu
tinggi
”
. Semakin tinggi nilai dari Debt to Equity Ratio, artinya harga saham di
pasar modal pun akan semakin rendah dan begitupun sebaliknya. Maka para
investor pun tidak akan membeli saham di perusahaan tersebut karena di takutkan
perusahaan tidak mampu membayar hutang dan terjadi kebangkrutan. Debt to
Equity Ratio pada perusahaan subsektor Pertambangan mengalami peningkatan
sehingga menyebabkan harga saham turut mengalami penurunan.
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur oleh berbagai rasio salah satunya
adalah rasio pertumbuhan penjualan
(sales growth)
. Pertumbuhan penjualan
mencerminkan manisfetasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat
juga dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Salah satu
permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri juga di sebut dengan
pertumbuhhan penjualan. Menurut Harahap (2015, hlm. 310) “Pertumbuhan
penjualan adalah rasio yang menunjukkan pertumbuhan dari penjualan perusahaan
(35)
pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.” . Oleh karena itu harga
saham perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan permintaan akan
saham tersebut. Pertumbuhan penjualan
(sales growth)
pada perusahaan subsektor
Pertambangan mengalami penurunan sehingga menyebabkan harga saham turut
mengalami penurunan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Suad Husnan (2003:331)
David dan Kurniawan (2009:282)
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
Proses yang diteliti
Proses yang tidak diteliti
Kinerja Keuangan
Pertumbuhan Nilai Pasar
Aktivitas Leverage
Profitabilitas Likuiditas
Pasar Modal
Saham
Harga Saham
Price to Book Value
Sales Growth Debt to
Equity Ratio
Earning Per Share
(36)
2.4
Hipotesis Penelitian
Menurut sugiyono(2012:39) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada fakta
–
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Sedangkan menurut Nazir (20120:151) hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus di uji secara empiris.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang akan diuji
kebenarannya dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1
: Terdapat pengaruh yang Signifikan antara
Price to Book Value
(PBV)
terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H2
: Terdapat pengaruh yang Signifikan antara
Earning Per Share
(EPS)
terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H3
: Terdapat pengaruh yang Signifikan antara
Debt to Equity Ratio
(DER)
terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H4
: Terdapat pengaruh yang Signifikan antara Pertumbuhan Penjualan(
Sales
Grwoth
) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H5
: Terdapat pengaruh yang Signifikan antara
Price to Book Value
(PBV),
Earning Per Share
(EPS),
Debt to Equity Ratio
(DER), Pertumbuhan
Penjualan(
Sales Grwoth
) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu
bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015 secara simultan.
(1)
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3 Aditya Pratama dan Teguh
Erawati. (2014)
Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio , Return on Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share terhadap Harga saham (Study Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011)
Y = Harga Saham X1 = CR
X2 = DER
X3 = ROE
X4 = NPM
X5= EPS
Secara parsial dari kelima variabel independen yang memiliki pengaruh positif dan signifikan hanya tiga variabel yaitu current ratio, debt to equity ratio, dan EPS
. Hasil dari uji-t diketahui bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap harga saham dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.001 lebihkecil dari 0.05.
Hasil dari uji-t diketahui bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap harga saham. Dari tabel dapat dilihat bahwa probabilitas Value sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05.
4 Djauharotun (2005)
Pengaruh EPS dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Tekstil dan Garmen di BEJ
Y= Harga Saham X1 = EPS
X2 = Pertumbuhan
Penjualan
diperoleh harga koefisien korelasi secara simultan atau bersama-sama sebesar 0,923. Keberartian dari korelasi secara simultan ini diuji dengan uji F seperti pada uji keberartian persamaan regresi. Dari hasil pengujian tersebut dimana menunjukkan bahwa F hitung signifikan, maka dapat diartikan bahwa hubungan antara EPS dan pertumbuhan penjualan dengan harga saham Perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah signifikan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran menunjukkan bahwa untuk variabel EPS diperoleh thitung =11,249. Pada α=5% dengan dk = 22 diperoleh ttabel = 2,07. Karena thitung > ttabel, hal ini berarti
(2)
bahwa variabel EPS (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y).
Berdasarkan hasil perhitungan lampiran menunjukkan bahwa untuk variabel pertumbuhan penjualan diperoleh thitung = -1,691. Pada α=5% dengan dk= 22 diperoleh ttabel = 2,07. Karena thitung < ttabel, hal ini berarti bahwa variabel pertumbuhan penjualan (X2) tidak berpengaruh terhadap harga saham (Y).
5 Wijaya dan Utama (2014)
Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal dan Harga saham
Y = Harga Saham X1 = Profitabilitas
X2 = pertumbuhan
penjualan
X3 = Struktur
Modal
Hasil uji hipotesis untuk variabel pertumbuhan penjualan, terlihat bahwa perbandingan nilai t tabel= -1,988 < nilai t hitung sebesar 0,608 < nilai t tabel= 1,988. Angka tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak signifikan berpengaruh pada struktur modal. Hal ini disebabkan karena penjualan industri properti lebih banyak pada penjualan kredit yaitu dalam bentuk piutang sehingga
kreditur tidak
mempertimbangkan
pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan kredit.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, dimana tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Yang di perdual belikan di pasar modal adalah modal berupa hak kepemilikan sebagain dari perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli dari modal tersebut bisa dari individu maupun dari suatu lembaga/organisasai, sedangkan modal penjual adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk kegiatan
(3)
bisnisnya. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor perlu mengetahui keadaan perusahaan untuk melihat kondisi tersebut apakah sedang mengalami kondisi yang baik ataupun sebaliknya. Jika perusahaan sedang dalam kondisi baik, kemungkinan besar investor akan memilih perusahaan terssebut begitu pula sebaliknya.
Teori sinyal dapat menggambarkan bagimana informasi dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham. Dengan informasi yang tersebut para invesotr dapat melihat kondisi dan memprediksi keadaan di pasar modal. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang mempengaruhi harga saham di pasar modal. Laporan keuangan menggambarkan kinerja keuangan perusahaan yang berupa rasio-rasio keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari rasio nilai pasar, Rasio Leverage dan rasio pertumbuhan
Salah satu pertimbangaan investor untuk menaruh kepercayaan terhadap perusahaan ialah dengan cara melihat nilai pasar yang meningkat sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham peruhsaan tersebut di pasar modal. Nilai pasar dapat diukur dengan menggunakan Price to Book Value (PBV),
menurut Harahap (2015: 311) menerangkan bahwa PBV merupakan “Rasio yang
menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca”. Rasio ini merupakan rasio yang lebih banyak berdasarkan oleh sudut pandang investor (calon investor) meskipun pihak manajemen juga berkepentingan dalam rasio ini (David dan Kurniawan, 2010: 240). Semakin tinggi nilai Price to Book Value (PBV) artinya harga saham di pasar modal terhadap nilai bukunya pun semakin tinggi. Price to Book Value (PBV) pada perusahaan subsektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan, yang artinya nilai perusahaan subsektor Pertambangan di pasar modal rendah.
Selain PBV, didalam Nilai pasar juga terdapat pertimbangan untuk menaruh kepercayaan terhadap perusahaan dengan cara melihat Earning Per Sahre (EPS). Menurut Husaini (2012) saham telah menunjukkan bahwa EPS merupakan komponen penting yang harus diperhatikan investor. Laba sangat
(4)
mempengaruhi investor dalam menilai suatu perusahaan apakah layak dijadikan sarana investasi yang menguntungkan atau tidak. Ini sejalan dengan Gill dan Catton (2008:65) menyatakan bahwa “ para pemegang saham kurang menyukai penurunan pendapatan per lembar saham” artinya para investor juga melihat EPS yang nantinya akan berpengaruh terhadap harga saham.
Seperti halnya Nilai pasar memiliki pengaruh terhadap harga saham, rasio Leverage juga memiliki pengaruh terhadap harga saham dengan menggunakan perhitungan Debt to Equity Ratio. Menurut Amalia (2007) “semakin tinggi DER berarti mengindikasikan semkin besar pula hutang perusahaan sehingga membahayakan perushaan. Tentunya berdampak negatif terhadap investor yang ingin memiliki saham”. Sedangkan menurut pramata dan erawati (2014) menyatakan bahwa “Debt to equity ratio yang semakin rendah menandakan modal asing yang digunakan dalam operasional perusahaan semakin kecil, sehingga risiko yang ditanggung investor juga akan semakin kecil dan akan mampu meningkatkan harga saham”. Sejalan dengan penjalasan diatas, menurut Sutrisno (2012: 218) “semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, baiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi”. Semakin tinggi nilai dari Debt to Equity Ratio, artinya harga saham di pasar modal pun akan semakin rendah dan begitupun sebaliknya. Maka para investor pun tidak akan membeli saham di perusahaan tersebut karena di takutkan perusahaan tidak mampu membayar hutang dan terjadi kebangkrutan. Debt to Equity Ratio pada perusahaan subsektor Pertambangan mengalami peningkatan sehingga menyebabkan harga saham turut mengalami penurunan.
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur oleh berbagai rasio salah satunya adalah rasio pertumbuhan penjualan (sales growth). Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfetasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat juga dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Salah satu permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri juga di sebut dengan pertumbuhhan penjualan. Menurut Harahap (2015, hlm. 310) “Pertumbuhan penjualan adalah rasio yang menunjukkan pertumbuhan dari penjualan perusahaan
(5)
pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.” . Oleh karena itu harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan permintaan akan saham tersebut. Pertumbuhan penjualan (sales growth) pada perusahaan subsektor Pertambangan mengalami penurunan sehingga menyebabkan harga saham turut mengalami penurunan.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Suad Husnan (2003:331)
David dan Kurniawan (2009:282)
Keterangan: Diteliti
Tidak diteliti Proses yang diteliti Proses yang tidak diteliti
Kinerja Keuangan
Pertumbuhan
Nilai Pasar Aktivitas
Leverage Profitabilitas
Likuiditas Pasar Modal
Saham
Harga Saham
Price to Book Value
Sales Growth Debt to
Equity Ratio
Earning Per Share
(6)
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut sugiyono(2012:39) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Sedangkan menurut Nazir (20120:151) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh yang Signifikan antara Price to Book Value(PBV) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H2 : Terdapat pengaruh yang Signifikan antara Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H3 : Terdapat pengaruh yang Signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H4 : Terdapat pengaruh yang Signifikan antara Pertumbuhan Penjualan(Sales
Grwoth) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
H5 : Terdapat pengaruh yang Signifikan antara Price to Book Value(PBV),
Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Pertumbuhan
Penjualan(Sales Grwoth) terhadap harga saham pada perusahaan Subsektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015 secara simultan.