Token Economy (Hadiah) untuk Penyelesaian Tugas dalam Layanan Penguasaan Konten

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 3 Nomor 2, juni 2015, Hlm 15-21 Volume 3 Nomor 2, juni 2015, Hlm 15-21 Volume 3 Nomor 2, juni 2015, Hlm 15-21

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 06/06//2015 Direvisi 12/06/2015 Dipublikasikan 30/06/2015

  

Toke oken Economy (Hadiah) untuk Penyelesaian Tugas

dalam Layanan Penguasaan Konten

  Yeni Satroma Dewi, Herman Nirw irwana, & Neviyarni S Universitas Negeri Padang

  Abstract

To learn so far a bout tok t token economy in the completion students task at V grad rade in SD N 16

Sungayang. This research in h includes qualitative research with this type of case studies ies. The invent of

this research show that app applying token economy has a great influence to ward stud tudents behave in

the completion mathematic atic task in the class. The implication application of token ken economy can

support the implementation tion of service delivery mastery of content in completing lear learning tasks and

giving other Guidance. A c A counselor can collaborate with some of the teachers to im improve students

behavior and students qua quality. It is hoped to the next beseecher to apply token e n economy in the

different field to get more v e view.

  Keyword: Token Economy (Gift) ift), Completion of Task

  Copyright © 2015 IICE - Multika ltikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselo elor Indonesia - All Rights Reserved

  Indonesian Institute for Counselin ling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN

  Guru menginginkan setiap p peserta didiknya menciptakan kondisi belajar yang optima mal, yaitu bertingkahlaku sesuai dengan aktivitas kelas ag agar mereka berhasil belajar. Namun yang terjadi di di sekolah peserta didik bertingkahlaku bermasalah dalam lam belajar. Misalnya melanggar disiplin belajar, menyonte ontek, tidak mengerjakan tugas, suka berjalan dan berpinda dah-pindah tempat duduk, keluar tanpa permisi ketika jam m pelajaran berlangsung, bolos dan sering absen.

  Berdasarkan hasil wawancar cara peneliti dengan guru kelas V SD Negeri 16 kecamata atan Sungayang pada hari Selasa 10 Januari 2012 dan Ka Kamis 24 Mei 2012 terungkap bahwa mereka merasa sa kewalahan dan bosan menghadapi perilaku anak yang ng bermasalah. Mereka justru berharap peserta didik yan ang bermasalah tersebut menjadi jera karena selalu tinggal al kelas lalu berhenti dengan sendirinya.

  Berbagai usaha telah dilak ilakukan guru untuk menyelesaikan masalah belajar. M Menentukan pendekatan pengajaran yang tepat dalam belaj lajar adalah untuk menarik perhatian peserta didik dan men enjadikan mereka senang belajar. Memberi petunjuk, men enasehati, merubah strategi mengajar dan belajar yan yang konkrit merupakan pendekatan yang sering dilakukan an guru untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar den engan baik.

  Kenyataannya, berdasarkan h n hasil wawancara pada hari Kamis 24 Mei 2012 tentang pe penyelesaian tugas-tugas belajar dengan guru kelas V SD SD Negeri 16 kecamatan Sungayang terungkap bahwa, da dari sekian banyak mata pelajaran dan tugas yang harus dik dikerjakan, peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan tug tugas pada mata pelajaran matematika. Ketika guru member berikan tugas, peserta didik tidak memanfaatkan waktu y yang disediakan dengan sebaik-baiknya. Padahal setelah gu guru menjelaskan, guru mengevaluasi; peserta didik menu nunjukkan bahwa mereka sudah mengerti dan paham. Seh Sehingga sering tugas yang semestinya dikerjakan di ke kelas, akhirnya menjadi Pekerjaan Rumah (PR).

  Dalam matematika ada masa asalah yang tidak rutin (non-rutine problem). Masalah sep seperti ini dirancang atau dibuat agar peserta didik tertantan tang untuk menyelesaikan. Meskipun peserta didik awalny lnya mengalami kesulitan mengerjakannya, mereka menjadi adi terbiasa dan cerdas memecahkan masalah setelah merek reka memperoleh banyak

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  melalui kegiatan belajar, peserta rta didik diberikan ‘Layanan Penguasaan Konten (PKO) O)’”. Untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam lam proses belajar, mereka diberikan tugas. Hergenha nhahn & Olson (2008) mengemukakan bahwa tugas itu itu penting; tugas memberi umpan balik (feedback) bagi p i pembelajaran dan guru mengenai proses belajar. Jika p peserta didik menguasai pelajaran dengan baik, merek reka akan dengan cepat diperkuat. Jika peserta didik memp mpelajari sesuatu secara salah, kesalahan itu harus dikoreks ksi secepatnya.

  Namun, seperti apa yang dik dikemukakan Prayitno (2009) bahwa dalam praktik pendidik idikan sehari-hari banyak sekali kesalahan peserta didik yan yang menjadi perhatian guru dari pada kebaikan peserta did didik. Agar peserta didik benar-benar belajar, sekolah me menerapkan sistem poin untuk menghitung tingkahlak laku peserta didik yang bermasalah. Misalnya, banyak gu guru-guru peserta diklat sertifikasi guru profesional pada da tahun 2010-2011 pada berbagai kuota yang mengakui bah bahwa di sekolah mereka menerapkan sistem pemberian poin poin terhadap tingkahlaku peserta didik yang bermasalah. N . Namun tetap saja tingkahlaku peserta didik yang berm ermasalah tidak berubah, bahkan peserta didik yang mendap dapatkan poin tersebut memunculkan tingkahlaku bermasala alah yang baru.

  Thornburg (1984: 425) me mengemukakan bahwa “the researchers found students ts disliked teachers who publicly criticized and privately p y praised them”. Maksudnya adalah para peneliti menemuk ukan peserta didik tidak menyukai guru yang terang-teran angan mengkritik dan memuji pribadi mereka. Hal tersebu ebut terbukti juga dengan pengakuan peserta didik yang p g pernah mendapatkan poin atas tingkahlaku buruknya ya yang pernah peneliti wawancarai pada bulan Mei 2012 12, bahwa mereka merasa kecewa, malu, mendongkol dan an sangat tidak menyukai tingkahlaku buruknya menjadi pe i perhatian guru piket, bahkan menganggap guru yang me memberi poin berlebihan terhadap kesalahan mereka, meskip skipun itu tidak disengaja. Begitu juga pengakuan alumni, m i, meskipun mereka sudah 2 (dua) tahun tamat, hal yang pa paling tidak disenangi masih teringat oleh dia ketika di se i sekolah lamanya adalah memperoleh poin atas kesalahan y n yang ia lakukan meskipun itu tidak disengaja.

  Peristiwa di atas jelas meng enggambarkan bahwa sesungguhnya penguatanlah yang d dibutuhkan oleh peserta didik dalam belajar. Pemberian p penguatan dapat mendorong peserta didik belajar bertingk ngkahlaku lebih baik lagi atau setidaknya mempertahankan an tingkahlaku yang sudah baik. Kalau sering diberi pengu guatan terhadap apa yang dilakukan maka akan menjadi keb kebiasaan bagi dia. Walaupun untuk pertama kali kita mem emberi poin. Seandainya peserta didik diberi penguatan terh terhadap penguatan maka itu akan menjadi pengalaman pese serta didik.

  Kenyataannya, bahwa peser serta didik SD Negeri 16 kecamatan Sungayang berada da pada periode berpikir konkrit, kesulitan dalam menger erjakan tugas pada mata pelajaran matematika dan ia m memerlukan penguatan. Diasumsikan sistem token econom nomy efektif bagi mereka. Sebagaimana yang dikemukakan an oleh Thornburg (1984: 440) bahwa “another type of rein reinforcing procedure especially effective for students wh who are unresponsive to ‘regular’ school reinforcers is th the token economy system”. Maksudnya bahwa jenis la lain untuk memperkuat perilaku yang sangat efektif bagi p i peserta didik yang tidak berlaku lagi bagi mereka pengua uatan yang ‘biasa’ adalah sistem token economy. Pada dasa sarnya, sistem ini berkaitan dengan penggunaan penguatan tan yang netral, tetapi hal itu memperoleh penguatan ketika tika penguatan itu dibina menjadi rangsangan yang mengara arah kepada penyokongan penguatan (tadinya netral, tapi bis i bisa dibina menjadi penguatan yang menyokong). Pengua uatan ini bisa diraba dan tidak bisa diraba, seperti hadiah i h istimewa atau suatu penguatan “nyata”: contohnya uang, ng, makanan, mainan dan sebagainya.

  Anak yang mengerjakan tug tugas, ia distimulus dengan token, reaksinya ia akan seri ering mengerjakan tugas. Setiap ia melakukan tingkahlaku ku baik diberi respon, lama-lama ia akan menjadi milikn liknya tanpa dihubungkan dengan stimulus asli (token). Ada da pun bentuk token tersebut adalah pertukaran antara bin bintang, potongan kertas teka-teki, permen atau permen k n karet dan sebagainya dengan berbagai bentuk tingkah ahlaku yang diharapkan perubahannya.

  McLeod (2008) mengemuka kakan bahwa token economy dapat menjadikan perilaku p u peserta didik dikuatkan secara konsisten kearah yang diin iinginkan. Kenyataan yang terjadi di SD Negeri 16 Kecam camatan Sungayang, guru belum pernah menerapkan sistem m token economy dalam proses pembelajaran, termasuk un untuk mendorong peserta didiknya senang menyelesaikan tu tugas matematika yang dianggap bermasalah.

  Berdasarkan uraian di atas, s, dapat dipahami bahwa guru SD sangat menentukan pen pengalaman peserta didik terhadap masa depannya. Maka ka mengapa guru SD harus menyerah dan merasa k kawalahan menghadapi tingkahlaku peserta didik yang be bermasalah dalam penyelesaian tugas pada mata pelajaran an matematika, jika token economy belum dicobakan? Dih Diharapkan, peserta didik SD yang memperoleh token en economy tidak akan kehilangan motivasi belajar pada da tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Apalagi peserta ta didik SD berada pada

  © 2015 Indonesian Ins Institute for Counseling and

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  periode industri, penerapan token en economy yang bervariasi dan menarik semoga dapat m t merangsang tumbuh dan kembangnya ide kreatifitas peserta rta didik tersebut.

  Oleh karena itu, perlu dipela elajari lebih lanjut tentang token economy dalam menyelesa lesaikan tugas matematika peserta didik kelas V SD Negeri ri 16 kecamatan Sungayang. Tujuan penelitian ini adalah h untuk mendeskripsikan penerapan token economy dalam m m membantu pemecahan masalah penyelesaian tugas mata p ta pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 16 Kecamatan tan Sungayang.

  METODOLOGI

  Penelitian ini menggunakan an metode kualitatif dengan jenis studi kasus. Subjek pen penelitian adalah 3 orang kasus yang paling bermasalah dala alam penyelesaian tugas pada mata pelajaran matematika di di kelas. Instrumen dalam penelitian itian ini adalah menggunakan teknik pengamatan/observasi. asi. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah alah format observasi. Data dikumpulkan dan disusun da dalam bentuk tabel serta melampirkan semua dokumen ya yang diperoleh dan dikaji dengan cara saling menghubun bungkan kaitan-kaitannya yang serba beraneka ragam. Un Untuk pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh, mak aka dilakukan observasi berulang kali dan wawancara deng engan guru kelas.

  HASIL

  Temuan penelitian mengung ungkapkan penerapan token economy dimodifikasi denga gan pemberian kepingan puzzle untuk merespon kecenderu erungan yang terjadi dalam pengubahan tingkahlaku selam lama menyelesaikan tugas pada mata pelajaran matematika d a di kelas. Token dapat menjadi salah satu alasan peserta did didik mengerjakan tugas. Token yang mereka kumpulkan se seiring dengan dipenuhinya apa yang diharapkan dalam m mengerjakan tugas pada mata pelajaran matematika di kela kelas. Kasus yang memunculkan sejumlah tingkahlaku yan yang diharapakan selama penyelesaian tugas mereka akan m menerima sejumlah token.

  Penerapan token economy d y diawali dengan penjelasan secara klasikal dan secara de detail difokuskan kepada peserta didik yang menjadi objek ek penelitian. Kepada mereka diberikan masing-masing sele elembar kertas perjanjian: penyelesaian tugas atau latihan yan yang berisikan aspek yang diobservasi, selanjutnya mereka ka tandatangani.

  1. Kehadiran Ketika Penugasan n Dari temuan penelitian, diketa etahui ada kasus yang bermasalah dengan kehadiran selam lama penyelesaian tugas, ada yang hadir tapi tidak me mengerjakan tugas dan ada yang sering tidak hadir baik aik ketika ada pelajaran matematika maupun pada hari- ari-hari lain.

  2. Membaca/mendengarkan Soal al Tugas dengan Baik Dari temuan penelitian, diketa etahui membaca/mendengarkan soal tugas dengan baik serin ering tidak dilakukan oleh kasus.

  3. Kelengkapan dan Pemanfaatan tan Bahan Tugas Dari temuan penelitian diket ketahui ketidak tersediaan atau tidak lengkap bahan tug tugas dapat mengganggu penyelesaian tugas. Ada kasus us yang sering tidak lengkap bahan tugas, akibatnya ia har arus menunggu pinjaman dari teman, menggangu teman, an, tidak konsentrasi, tugas menjadi tidak rapi, tidak bersih d ih dan lain sebagainya.

  4. Kejelasan, Kerapian dan Keber bersihan Jawaban Tugas Dari temuan penelitian dik diketahui ada kasus yang menyelesaikan tugas menj enjadikan guru bingung memeriksanya. karena tidak je jelas. Tugas menjadi tidak menarik untuk dibaca karena na tidak bersih dan tidak rapi. Ada kasus yang mengoto otori tugasnya dengan mencoret kesalahan sampai hitam d dan tidak dapat dibaca. Kalau tugas sudah banyak core oretan hitam, tentu saja tugas menjadi tidak rapi.

  5. Kesungguhan, Tidak Menggan anggu Teman dan Konsentrasi dalam Penyelesaian Tugas s Dari temuan penelitian diketa etahui ada kasus yang suka mengganggu temannya. Kasus sus baru mulai menerima token terkait item ini ketika ia ia sakit. Kasus hanya duduk di mejanya memperhatikan kela kelasnya tanpa melakukan apapun, termasuk mengganggu gu temannya.

  6. Ketepatan Jawaban Tugas, Kec ecepatan Menyelesaikan Tugas dan Menyerahkan Tugas T s Tepat Waktu Ada kasus yang menyelesaika ikan tugas asal cepat mengumpulkannya tanpa memperha rhatikan ketepan jawaban tugas. Ada juga kasus yang m menyerahkan tugas tepat namun lalai dan menyerahkan le n lewat batas waktu yang telah ditentukan.

  © 2015 Indonesian Ins Institute for Counseling and

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan

  y diawali dengan penjelasan secara klasikal dan secara de ek penelitian. Kepada mereka diberikan masing-masing sele n yang berisikan aspek yang diobservasi, selanjutnya me apa yang diilustrasikan Thornburg (1984) tentang baga i, yaitu kontrak perilaku antara peserta didik dengan guru tuk mencapai tugas-tugas tertentu. Kontrak harus fokus sec inkan berubah. i atas, bermula dari apa yang dikemukakan oleh para te rus dapat diamati (Thornburg: 1984, Santrock & Yussen: nelitian ini tingkahlaku yang diamati selama penyelesaia n

  detail difokuskan kepada elembar kertas perjanjian: ereka tandatangani. Hal agaimana sebuah strategi uru, di dalamnya peserta ecara khusus pada daerah a teori respon bersyarat, n: 1997, McLeod: 2008, aian tugas matematika di to (2013) mengemukakan al dari waktu yang sudah asuk dalam penyelesaian nerapan token economy o (2002) mengemukakan al tersebut juga didukung endaknya duduk dengan dengarkanlah (jika tugas nyeluruh pertanyaan guru al tugas dengan baik perlu iki hal tersebut. saian tugas. Hal tersebut yitno (2002). Selanjutnya gan sebaik-baiknya perlu al mungkin. Oleh karena emberikan token kepada ufik, Syahril, & Prayitno ian tugas adalah kejelasan h mutu tugas, misalnya tunjuk agar dapat berhasil di, dari temuan penelitian sanya karena tidak jelas. s lah konsentrasikan seluruh aruh oleh teman lain. Ini s Tepat Waktu g dijawab dengan benar. n hal penting yang perlu u yang cukup dan sesuai idukung oleh apa yang perhitungkan waktu yang an jawablah dengan tepat,

  http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  3) bahwa, agar dapat berhasil dalam penyelesaian tugas pe an tugas. Sebaiknya dikerjakan soal yang mudah dulu dan

  72) memberikan token untuk semua jumlah item yang d mar, Taufik, Syahril, & Prayitno (2002) mengemukakan saian tugas adalah tugas perlu dikerjakan dalam waktu y hirnya penugasan tersebut. Pendapat tersebut juga didu

  013) bahwa agar peserta didik mengerjakan tugas dengan la alat/perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan seawal faatan bahan tugas memang perlu menjadi perhatian. bersihan Jawaban Tugas elas, rapi dan bersih. McLaughlin & Malabi (1972) Mem tugas dengan rapi. Selanjutnya Prayitno, Alizamar, Taufik h satu hal dan kondisi yang mempengaruhi penyelesaian g perlu diperhatikan dalam penyelesaian tugas adalah as. Berikut Slameto (2013) mengemukakan salah satu petun adalah tugas harus jelas, baik dan rapi. Namun yang terjadi, enyelesaikan tugas menjadikan guru bingung memeriksa ik untuk dibaca karena tidak bersih dan tidak rapi. anggu Teman dan Konsentrasi dalam Penyelesaian Tugas lah satu langkah persiapan dalam menghadapi tugas adalah ng dihadapi. Selanjutnya, agar berhasil jangan terpengaru m penyelesaian tugas dibutuhkan kesungguhan. ecepatan Menyelesaikan Tugas dan Menyerahkan Tugas T

  13) bahwa agar berhasil dalam menyelesaikan tugas hen oal dibagikan, mulai membaca (jika soal tertulis) atau de n), pahami dengan baik untuk memperoleh gambaran meny h perhatian. Oleh karena itu, membaca/mendengarkan soal t erapan token economy dapat membantu garu memperbaiki h tan Bahan Tugas i salah satu hal dan kondisi yang mempengaruhi penyelesaia ikemukakan Prayitno, Alizamar, Taufik, Syahril, & Prayitn

  Pemberian token dapat memperbaiki hal tersebut. Slameto aan tugas diantaranya adalah tentang kehadiran lebih awal las memperkuat alasan tentang pentingnya kehadiran termas al Tugas dengan Baik oal tugas dengan baik perlu dilakukan, untuk itu pene ruhinya. Prayitno, Alizamar, Taufik, Syahril, & Prayitno ya adalah penyelesaian tugas harus sesuai dengan soal. Hal

  http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  © 2015 Indonesian Ins

  6. Ketepatan Jawaban Tugas, Kec McLaughlin & Malabi (1972 Selanjutnya Prayitno, Alizama diperhatikan dalam penyelesa dengan batas masa berakhir dikemukakan Slameto (2013) disediakan untuk mengerjakan

  5. Kesungguhan, Tidak Menggan Slameto mengemukakan salah perhatian terhadap tugas yang menggambarkan bahwa dalam

  4. Kejelasan, Kerapian dan Keber Jawaban tugas hendaklah jela subjek yang mengerjakan tug (2002) mengemukakan salah tugas dan hal penting yang kebersihan dan kerapian tugas. dalam menyelesaikan tugas ad diketahui ada kasus yang men Tugas menjadi tidak menarik u

  3. Kelengkapan dan Pemanfaatan Bahan tugas dapat menjadi sa sesuai dengan apa yang dikem didukung oleh Slameto (2013 dilaksanakan persiapan segala itu, ketersediaan dan pemanfaa

  2. Membaca/mendengarkan Soal Membaca/mendengarkan soal mencoba untuk mempengaruh terkait mutu tugas diantaranya oleh pendapat Slameto (2013 tenang sambil menunggu soal diberikan dalam bentuk lisan), dengan baik, teliti dan penuh p menjadi perhatian guru. Penera

  1. Kehadiran Ketika Penugasan Kehadiran perlu diperbaiki. Pe mengenai petunjuk pelaksanaa ditentukan. Hal tersebut jelas m tugas.

  Pernyataan Thornburg di a tingkahlaku yang terbentuk harus Hackenberg: 2009). Dalam penelitia kelas.

  Penerapan token economy d peserta didik yang menjadi objek penyelesaian tugas atau latihan y tersebut mencoba menerapkan a praktis untuk pengendalian diri, didik menerima persetujuan untuk perubahan perilaku yang diinginka

  PEMBAHASAN

  http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Institute for Counseling and

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  padat dan jelas. Akhirilah tepa tepat pada waktunya tugas itu dan serahkan. Oleh karena itu itu, perlu sekiranya agar peserta didik memperhatikan k n ketepatan jawaban tugas dan perhitungan waktu untuk me menghasilkan tugas yang baik.

  Dari temuan penelitian dapa apat dipahami bahwa banyak persoalan tingkahlaku kasus sus yang perlu diperbaiki agar berhasil dalam menyelesaika ikan tugas. Penerapan token economy dapat memperbaiki ki hal tersebut. Termasuk memperbaiki ada kasus yang serin ering mendapat perhatian guru, namun ia tetap dengan ting tingkahlaku buruknya, hal tersebut dapat dikatakan bahwa p a perhatian guru itu sudah menjadi biasa bagi kasus terseb sebut, sehingga itu sudah tidak berpengaruh lagi bagi dia ia dalam memperbaiki tingkahlakunya. Melalui pnenerapa apan token economy ini, tingkahlaku kasus dapat dipengar garuhi. Hal tersebut sama dengan apa yang dikemukakan T n Thornburg (1984: 440) bahwa “another type of reinforcin cing procedure especially effective for students who are un unresponsive to ‘regular’ school reinforcers is the token eco economy system”. Maksudnya adalah jenis lain untuk mem emperkuat perilaku yang sangat efektif bagi peserta didik y ik yang tidak berlaku lagi bagi mereka penguatan yang ‘bias iasa’ adalah sistem token economy.

  Berdasarkan deskripsi temua uan penelitian, pada tiga minggu pertama token diberik rikan langsung oleh guru kelas untuk merespon tingkahlaku ku yang diharapkan. Namun guru memberikan dengan men enghitung berapa jumlah token yang didapat oleh peserta d ta didik, atau bukan mengatakan ia memperoleh token untu ntuk apa. Sehingga yang terjadi pemberian token tidak je jelas oleh peserta didik akibatnya tingkahlaku yang dih diharapkan berubah atau diharapkan bertahan tidak terjadi. i.

  Pada awal minggu keem eempat, pemberian token langsung peneliti yang membe berikan untuk merespon tingkahlaku yang diinginkan, kar karena pada minggu ini peneliti merasa sudah akrab deng engan peserta didik yang ditandai dengan senangnya merek reka meminta penjelasan lebih lanjut tentang tugas yang h g harus mereka kerjakan. Awalnya mereka hanya mengump mpulkan beberapa saja, namun akhirnya mereka berusaha un untuk memperoleh token lebih banyak untuk tugas berikut. t.

  Terkait tingkahlaku peserta d ta didik dalam menyelesaikan tugas dari temuan penelitian ian yang telah dijelaskan, dapat dipahami bahwa penerap rapan token economy dapat mendorong peserta didik idik untuk memperbaiki tingkahlakunya. Hasil tugas dapa apat meningkat dan dapat dipertahankan jika alasan pero erolehan token jelas oleh mereka. Selanjutnya yang membe beri token pun harus benar-banar sudah akrab atau dekat d t dengan penerima token. Ini membuktikan apa yang dikem emukakan oleh Piaget (dalam Mayer: 1987) bahwa kemam ampuan berpikir peserta didik usia SD berada pada perio riode berpikir konkrit, proses pembelajaran beranjak dar dari hal yang nyata. Hal tersebut sejalan dengan apa yang g dikemukakan oleh Jamaris (2014) bahwa dalam usaha m menanggulangi kesulitan belajar matematika yang dialami mi peserta didik di SD, maka hal yang penting adalah me memberikan pengalaman belajar secara konkrit. Penerimaan aan token adalah nyata, nampak dan dapat dirasakan langs gsung oleh kasus, ia juga mengerti mengapa ia memperoleh leh token.

  Oleh karena itu, dapat dirasa asakan manfaat token economy bagi kasus dalam penyeles lesaian tugas matematika. Hal tersebut sama dengan apa y a yang dikemukakan oleh Hackenberg (2009) tentang m manfaat token economy sebagai manajemen tingkahlaku d dan alat motivasi dalam bidang pendidikan. Sejalan denga gan data yang dipaparkan Birnbrauer, Wolf, Kidder, & Tag ague; McKensie, Clark, Wolf, Kothera, & Benson; O'Le 'Leary, Becker, Evans, & Saudargas (dalam McLaughlin & & Malabi: 1972) tentang efektivitas token economy untuk tuk pengubahan berbagai perilaku pendidikan dalam kelas. P s. Penelitian McLaughlin & Malabi tentang efek token econ onomy pada penyelesaian tugas untuk seluruh kelas, mengh ghasilkan bahwa token economy secara signifikan dapat m t membantu penyelesaian tugas.

  Dari hasil temuan penelitian tian ditemukan ada kasus yang suka mengganggu atau m mengusili temannya, ia mudah terpengaruh oleh keadaan an disekitar, melalui penerapan token economy hal tersebut but dapat diatasi. Temuan penelitian ini sama dengan hasil sil penelitian oleh Zlomke & Zlomke (2003) tentang efek fektivitas token economy untuk mengurangi perilaku agres resif yang sangat mengganggu di dalam kelas, menunjuk jukkan bahwa penurunan jumlah perilaku yang ditargetkan m n melampaui pengurangan penggunaan token economy.

  Peningkatan jumlah pengum umpulan token seiiring dengan meningkatnya kualitas t s tugas karena kejelasan pemberian token. Hal tersebut me membuktikan apa yang dikemukakan Prayitno (2009) bahw ahwa tingkahlaku peserta didik yang hendak diperkuat (dala alam hal ini, yang diberi token) hendaklah jelas; bentuk ting tingkahlaku yang baik itu, jelas pula apanya yang baik. Hal al ini senada dengan yang dikemukakan Johnson (2005) b ) bahwa guru harus fokus menghargai perilaku baik dalam b bentuk memberikan hadiah. Oleh karena itu, dengan keje ejelasan tingkahlaku yang

  © 2015 Indonesian Ins Institute for Counseling and

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  direspon dengan token dan alasan san mengapa peserta didik menerima token akan terasa be betapa manfaatnya token mempengaruhi tingkahlaku peserta erta didik.

  Dari uraian temuan penelita litain terkait waktu pengerjaan dan penyelesaian tugas, b , bahwa penerapan token economy dapat mempengaruhi i peserta didik dalam mengatur waktu pengerjaan da dan penyelesaian tugas. Penerimaan token oleh peserta did didik dapat merubah kebiasaannya. Hal tersebut sama den dengan temuan penelitian Hackenberg (2009) mengemukak akan bahwa banyak penelitian tentang pemanfaatan token ken economy diantaranya sebagai koordinasi terhadap tingk ingkahlaku ketepatan waktu. Terpenuhinya petunjuk agar b r berhasil menyelesaikan tugas yang dikemukakan oleh Sla Slameto (2013) perhitungkan waktu yang disediakan untuk uk mengerjakan, akhirilah tepat pada waktunya tugas itu dan an serahkan.

  Berdasarkan deskripsi temua uan penelitian dan pembahasan dengan hasil penelitian te n terdahulu dan pendapat ahli lainya, dapat dipahami bah bahwa token economy dapat memberikan manfaat dala alam penyelesaian tugas matematika di kelas. Penerapan to token economy sangat disenangi oleh kasus dan peserta did didik yang tidak menjadi objek penelitian pun menyukai hal hal tersebut.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian, ian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu:

  1. Penerapan token economy dim dimodifikasi dengan pemberian kepingan puzzle untuk me merespon kecenderungan yang terjadi dalam pengubaha ahan tingkahlaku selama penyelesaikan tugas pada mata p pelajaran matematika di kelas. Token dapat menjadi sala salah satu alasan peserta didik mengerjakan tugas.

  2. Penerapan token economy dap apat membantu pemecahan masalah tingkahlaku peserta did didik dalam penyelesaian tugas.

  3. Penerapan token economy dap apat mendorong peserta didik untuk memperbaiki kualitas t s tugasnya.

  4. Penerapan token economy da dapat merubah kebiasaan peserta didik dalam mengatur tur waktu pengerjaan dan penyelesaian tugas.

  IMPLIKASI

  Penerapan token economy my dapat membantu pemecahan masalah tingkahlaku ku peserta didik dalam penyelesaian tugas. Prosedur ini ini sangat disenangi oleh para peserta didik. Token dapa apat dimodifikasi dengan berbagai bentuk permainan yang g menarik peserta didik, mudah digunakan dan dapat dite iterapkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Begitu juga dala alam kegiatan bimbingan konseling, konselor dapat menja njadikan penerapan token economy dalam pemberian layan yanan bimbingan dan konseling, tidak hanya pada layan anan penguasaan konten tentang konten dalam menyelesaik saikan tugas-tugas belajar saja, tapi juga pada praktik keg kegiatan layanan lainnya. Selanjutnya konselor dapat berkola kolaborasi dengan guru matapelajaran untuk memperbaiki tin iki tingkahlaku atau dalam rangka meningkatkan mutu belajar jar peserta didik dengan menerapkan token economy.

  SARAN

  Setelah memperhatikan has asil penelitian dan kesimpulan di atas, maka selanjutny tnya dikemukakan saran sebagai berikut.

  1. Bagi para peserta didik yang m menjadi fokus penelitian ini diharapkan mempertahankan t n tingkahlaku yang sudah diperbaiki melalui penerapan to n token economy.

  2. Bagi guru-guru kelas agar dap apat menerapkan token economy, yang dimodifikasi dengan gan bentuk token lain dan tingkahlaku lain yang diharapk pkan perubahannya dalam proses pembelajaran.

  3. Bagi konselor sekolah agar d r dapat menerapkan token economy untuk mendukung p g pelaksanaan pemberian layanan bimbingan dan kons nseling, tidak hanya pada layanan penguasaan konten n tentang konten dalam menyelesaikan tugas-tugas bela belajar saja, tapi juga pada praktik kegiatan layanan lainny nya. Konselor hendaknya berkolaborasi dengan guru ma matapelajaran untuk memperbaiki tingkahlaku atau dalam lam rangka meningkatkan mutu belajar peserta didik deng engan menerapkan token economy.

  4. Bagi pimpinan Program Studi di S2 Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Univ niversitas Negeri Padang, agar dapat memberikan khasan sanah terhadap hasil penelitian ini untuk praktik kegiatan bi bimbingan dan konseling dan pedoman atau dasar penelitia elitian berikutnya.

  5. Kepada peneliti selanjutnya, ya, dapat menerapkan token economy dalam konteks ks yang berbeda untuk memperoleh gambaran lebih lu luas tentang token economy.

  © 2015 Indonesian Ins Institute for Counseling and

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21 Vol. 3 No. 2, Juni 2015. hlm. 15-21

  Hackenberg, T. D. 2009. “Token n Reinforcement: a Review and Analysis”. Journal of The he Experimental Analysis of Behavior, 91 (2): 257–28 –286. Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H . H. 2008. Theories Of Learning (Teori Belajar) (Edisi Ketu etujuh). Terjemahan oleh Tri Wibowo B.S. 2008. Jak Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jamaris, M. 2014. Kesulitan Belaj lajar: Prespektif Asesmen, dan Penanggulangannya Bagi An i Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Jakarta. Ghalia In Indonesia. Johnson, L. 2005. Pengajaran yan ang Kreatif dan Menarik: Cara Membangkitkan Minat Sis Siswa Melalui Pemikiran.

  Terjemahan oleh Dani Dha haryani. 2009. Jakarta: PT Indeks. Mayer, R. E. 1987. Educational Ps l Psychology: a Cognitive Approach. Boston: Little, Brown a n and Company. McLaughlin, T. F., & Malaby, J. 1 J. 1972. “Intrinsic Reinforcers In a Classroom Token Econ onomy: Sponkane School District 81 and Eastern Wa ashington State College”. Jurnal of Applied Behavior Anali nalisis, 5 (3): 263-269.

  McLeod, J. 2003. An Introduction tion to Counseling (Pengantar Konseling: Teori dan Studi K i Kasus). Terjemahan oleh A. K. Anwar. 2008. Jakarta rta: Kencana Prenada Media Group. Prayitno. 2009. Dasar Teori dan P n Praksis Pendidikan. Jakarta. Grasindo Prayitno, Alizamar, Taufik, Syahr ahril, & Prayitno, E. 2002. Seri Latihan Keterampilan Belaj lajar (Program Semi Que IV). Padang: BK FIP UNP. P. Santrock, J. W., & Yussen, S. S. R. 1987. Child Development: An Introduction. Ame merika: WM. C. Brown Publishers. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor tor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. . Thornburg, H. D. 1984. Introductio ction To Education Psychology. New York: West Publishin ing Company. Zlomke, K., & Zlomke, L. 200 003. “Token Economy Plus Self-Monitoring to Reduce ce Disruptive Classroom Behaviors”. Jurnal The Beh ehavior Analyst Today, 4 (2): 177-181.

  © 2015 Indonesian Ins Institute for Counseling and