PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METO (1)

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI SKRIPSI ADHELLIA RIZQI DAMAYANTI 5113007 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Matematika

ADHELLIA RIZQI DAMAYANTI 5113007 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG 2017

HALAMAN PERSETUJUAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI

Telah Diperiksa dan Disetujui Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana

Matematika

Adhellia Rizqi Damayanti 5113007

Dosen Pembimbing I

Mengetahui, 14 Juni 2017

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI

Telah dipersiapkan dan disusun oleh Adhellia Rizqi Damayanti 5113007

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal : .....

Susunan TIM PENGUJI

1. Ir. Drs. Sumargono, M.Pd (Ketua)

2. Hendy, M.Si (Sekretaris)

3. Kusumawardani, M.Si (Anggota)

Mengetahui, 20 Juni 2017

iii

MOTTO

“Jadilah orang yang menyentuh bukan menyinggung, karena siapapun yang disentuh akan mendekat dan siapapun yang disinggung akan menjauh”

(Ustad AlHabsyi)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya mendedikasikan skripsi ini untuk : Chotimatul Chusnah, mama tercinta Agus M. Imron, papa tersayang Saudara-saudara terkasih : Nadyah Vicky Nuriya Rahmah, S.Pd M. Zahrudhin Verdiansyah, S.S M. Zulfikar Alfian Bahtiar Partner segalanya , Siti Nurrosyidah yang senantiasa ada untuk memberikan

saran, dan dukungan Sahabat kumnakum Sahabat Optik Raya

Sahabat FMIPA Unipdu Sahabat FBS dan FIA Unipdu Kakak kelas FMIPA Unipdu, Achmad Irfanudin Asbiani Adik-adik kelas FMIPA Unipdu Kakak kelas Alumni STKIP, Ahmad Sholahuddin Al Ayyubi, S.Pd Karyawan PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari

Terima kasih untuk segala doa, support dan motivasi yang diberikan 

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Adhellia Rizqi Damayanti NIM

: 5113007 Progam studi : S1 Matematika Fakultas

: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Menyatakan dengan sebenarnya dan sungguh-sungguh bahwa skripsi dengan

judul “ PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX

SIGMA DI PT MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI ” benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain, dan bukan hasil jiplakan. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan atau ada yang mengajukan gugatan, maka saya bersedia menerima seluruh sanksi atas perbuatan tersebut, termasuk pembatalan gelar yang saya peroleh dari Universitas Pesantren Tinggi Darul „Ulum.

vi

ABSTRAK

Damayanti, Adhellia Rizqi, 2017. Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari. Skripsi. Program Studi Matematika, FMIPA, Unipdu. Pembimbing : (I) Ir. Drs.Sumargono, M.Pd (II) Nisa Ayunda, M.Si.

PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari merupakan salah satu Perusahaan Air Mineral dalam Kemasan (AMDK) yang berada di daerah Mojokrapak, Kabupaten Jombang. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah belum adanya metode pengendalian kualitas produk yang digunakan untuk mengurangi jumlah produk cacat selama proses produksi. Six sigma merupakan sebuah metode perbaikan kualitas berbasis statistik, dimana prinsip dari metode ini yaitu perbaikan secara terus-menerus ( Continuous Improvement ) dengan menggunakan alat statistik dan problem solving tools . Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode six sigma yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan sebagai metode pengendalian

kualitas produk. Pada tahap measure melalui perhitungan rata-rata ketidaksesuaian produk, diketahui bahwa produk yang mengalami tingkat kecacatan terbesar dari keenam produk yang diproduksi perusahaan adalah gallon, dengan nilai rata-rata sebesar 0,178 dan nilai sigma 3,20. Pada tahap berikutnya yaitu tahap analyze melalui perhitungan dengan menggunakan diagram pareto, diketahui jenis cacat produk yang dominan adalah label rusak (95%) dan sisanya adalah segel rusak (2%) dan tutup pecah (1%). Pada tahap yang sama melalui perhitungan dengan menggunakan diagram sebab akibat, diketahui faktor-faktor yang secara berurutan merupakan penyebab cacat produk terdapat 5 faktor, yaitu manusia, material, metode, mesin dan lingkungan. Usulan-usulan perbaikan yang disusun oleh peneliti menjadi pertimbangan dalam melakukan perbaikan yang dapat berguna mengurangi jumlah produk cacat atau reject pada bagian produksi di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari.

Kata kunci : pengendalian kualitas, metode six sigma.

vii

ABSTRACT

Damayanti, Adhellia Rizqi, 2017. Product quality control with Six Sigma method in PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari. Thesis. Department of Mathematics, FMIPA, Unipdu. Advisor : (I) Ir. Drs.Sumargono, M.Pd (II) Nisa Ayunda, M.Si.

PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari is one of the Bottled Water Companies (AMDK) located in Mojokrapak, Jombang regency. The problem faced by this company was the absence of product quality control methods that could be useful to reduce the number of malfunctioning products that raised during the production process. Six sigma is a statistical-based quality improvement method, where the principal of this method was continuous improvement using statistical tools and problem-solving tools . In this research, it was aimed to apply Six sigma method to

be consideration by the company as a method of reducing malfunctioning products. In the measure stage by calculating the average product discrepancy, it was known that the product experiencing the greatest malfunctioning level out of the six products produced by the company was gallon, with an average value at 0.178 and 3.20 sigma value. In the analyze stage using pareto diagram, it was known that the dominant malfunctioning product was broken label (95%), and the rest is broken seal (2%) and broken lid (1%). Through the same stages using causal diagrams, it was known that the sequent faktors of cause of malfunctioning product were 5 faktors, which were: human, material, method, machine and environment. Thus, from the proposed improvements arranged by the researcher, hopefully, can be useful as consideration to reduce malfunctioning or reject products in production stage in PT Maan Ghodaqo Shiddiq.

Key words : quality control, six sigma method

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dalam keadaan sehat walafiat. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan seluruh umat Nabi Agung Muhammad SAW, yang senantiasa kita harapkan syafa‟atnya yaumul qiyamah dan mudah mudahan kita termasuk umat yang mendapatkan syafa‟at dari beliau.

Terwujudnya proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing peneliti, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu dan bapak tercinta serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moral maupun material, tuntunan, dan selalu mendo‟akan kepada

peneliti, sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Drs. Sumargono, M.Pd, selaku Dekan Fakultas MIPA Unipdu Jombang

3. Ana Rahmawati, M.Pd, selaku Ketua Prodi Matematika Fakultas MIPA Unipdu Jombang.

4. Ir. Drs. Sumargono, M.Pd., selaku dosen pembimbing 1

5. Nisa Ayunda, M.Si., selaku dosen pembimbing 2

6. Seluruh dosen yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh teman seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan masukan kepada peneliti

ix

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.Kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam usaha dan bisnis di Indonesia terus berkembang pesat baik yang bergerak dalam bidang pangan, sandang, maupun papan. Usaha yang didirikan oleh pelaku usaha memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik kebutuhan primer, sekunder dan tersier dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan primer masyarakat salah satunya adalah air, dimana air merupakan sumber energi yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Hal ini menjadikan banyak pengusaha untuk memanfaatkan peluang dalam bisnis dan usahanya, seperti membuat produk air mineral dalam kemasan yang praktis dan menyehatkan. Namun luasnya peluang yang ada, menimbulkan persaingan yang ketat dan tajam dalam berbisnis air mineral dalam kemasan baik di pasar lokal maupun pasar nasional. Persaingan yang ketat menjadikan pengusaha dituntut untuk memberikan produk yang baik dan sesuai dengan keinginan konsumen dari segi kualitas mulai dari bahan baku, tenaga kerja, alat mesin yang digunakan, pengemasan hingga menjadi produk jadi.

Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau kesesuaian suatu produk dengan pemakainya dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Alisjahbana, 2005). Setiap pengusaha memiliki standar atau karakteristik kualitas produk sebagai tolak ukur agar produk layak untuk Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau kesesuaian suatu produk dengan pemakainya dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Alisjahbana, 2005). Setiap pengusaha memiliki standar atau karakteristik kualitas produk sebagai tolak ukur agar produk layak untuk

Salah satu cara agar mampu bertahan di dalam persaingan usaha dan mengatasi permasalahan kualitas yaitu dengan melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas produk atau pengendalian kontrol, harapannya dapat tercapainya produk cacat yang mendekati zero defect (tanpa cacat)yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Selain itu, melalui pengendalian kualitas ( quality control ) diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pengendalian dalam memperkecil kuantitas dari produk cacat ( defect product ), sehingga dapat menekan terjadinya pemborosan dari segi material maupun tenaga kerja yang akhirnya akan dapat meningkatkan produktifitas. Menurut Willey and Sons (dalam Latief, 2009) beberapa metode pendekatan yang selama ini digunakan untuk menjamin sebuah kualitas standar telah banyak dikembangkan diantaranya TQM ( Total Quality Management ), CI ( Continous Improvement), Kaizern, Process Reeingineering, Failure Mode and Effect Analysis, Design Reviews, Voice of the Costumer, Cost of Quality (COQ) memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi bahkan 80% implementasi dari TQM mengalami kegagalan di masa lampau. Saat ini, metode pengendalian kualitas dikenal Salah satu cara agar mampu bertahan di dalam persaingan usaha dan mengatasi permasalahan kualitas yaitu dengan melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap kualitas produk atau pengendalian kontrol, harapannya dapat tercapainya produk cacat yang mendekati zero defect (tanpa cacat)yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Selain itu, melalui pengendalian kualitas ( quality control ) diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pengendalian dalam memperkecil kuantitas dari produk cacat ( defect product ), sehingga dapat menekan terjadinya pemborosan dari segi material maupun tenaga kerja yang akhirnya akan dapat meningkatkan produktifitas. Menurut Willey and Sons (dalam Latief, 2009) beberapa metode pendekatan yang selama ini digunakan untuk menjamin sebuah kualitas standar telah banyak dikembangkan diantaranya TQM ( Total Quality Management ), CI ( Continous Improvement), Kaizern, Process Reeingineering, Failure Mode and Effect Analysis, Design Reviews, Voice of the Costumer, Cost of Quality (COQ) memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi bahkan 80% implementasi dari TQM mengalami kegagalan di masa lampau. Saat ini, metode pengendalian kualitas dikenal

Menurut Gasperz (dalam Muhaemin, 2012) Six sigma sebagai salah satu alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas yang merupakan terobosan dalam bidang manajemen kualitas. Six sigma sebuah metode perbaikan kualitas berbasis statistik, dimana prinsip dari metode ini yaitu perbaikan secara terus-menerus ( Continuous Improvement ) dengan menggunakan alat statistic dan problem solving tools untuk mengurangi cacat dengan meminimalisasi variasi yang terjadi pada proses produksi. Menurut Hendradi (dalam Dewi, 2011) menyatakan GE ( General Electric ) sebagai salah satu perusahaan yang sukses menerapkan six sigma menyatakan, six sigma merupakan proses disiplin tinggi yang membantu dalam mengembangkan dan menghantarkan produk mendekati sempurna. Ide sentral dibelakang six sigma adalah jika perusahaan dapat mengukur berapa banyak cacat yang dimiliki dalam suatu proses, maka secara sitematis perusahaan dapat mengatasi bagaimana menekan dan menempatkan perusahaan dekat dengan zero-defect .

PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari merupakan salah satu Perusahaan Air Mineral dalam Kemasan (AMDK) yang berdiri sejak tahun 2001 di daerah Mojokrapak, Kabupaten Jombang. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah pada pengendalian kualitas produk yang masih terdapatnya produk cacat yang timbul selama proses produksi. Sehingga, dengan melalui metode six sigma ini peneliti menerapkan pada PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari merupakan salah satu Perusahaan Air Mineral dalam Kemasan (AMDK) yang berdiri sejak tahun 2001 di daerah Mojokrapak, Kabupaten Jombang. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah pada pengendalian kualitas produk yang masih terdapatnya produk cacat yang timbul selama proses produksi. Sehingga, dengan melalui metode six sigma ini peneliti menerapkan pada

“Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Di PT

Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan pengendalian kualitas dengan metode six sigma terhadap produk air mineral di PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui permasalahan diatas, maka tujuan pada penelitian ini adalah menerapkan Metode Six Sigma sebagai upaya pengendalian kualitas produk di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari .

1.4 Manfaaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah :

1. Bagi mahasiswa

a. Mampu memahami secara detail pengendalian kualitas dengan metode six sigma dari dunia perkuliahan yang diaplikasikan pada dunia kerja.

b. Mampu melakukan penerapan metode pengendalian kualitas di dunia kerja.

2. Bagi Unipdu Jombang

a. Membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dan perusahaan setempat.

b. Dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam hal penggunaan metode untuk pengendalian kualitas

3. Bagi PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari

a. Sebagai langkah awal bagi perusahaan untuk mengenalkan produk di lingkungan masyarakat dalam hal ini lingkungan akademis.

b. Dapat menjadi referensi/acuan untuk mengendalikan produk cacat atau reject dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan

1.5 Batasan Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Data yang diambil pada penelitian ini adalah data produksi pada tahun 2016.

2. Data dokumentasi berupa data jumlah produksi dan jumlah produk cacat pada tahun 2016 yang kemudian akan diolah untuk mengetahui pencapaian pengendalian kualitas selama produksi.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengendalian kualitas dengan metode six sigma telah dilakukan sebelumnya, diantaranya sebagai berikut : (1) Yusuf Latief dan Retyaning Puji Utami (2009), penerapan pendekatan metode six sigma dalam penjagaan kualitas pada proyek konstruksi. Pada penelitian ini untuk mengetahui kondisi eksisting pengelolaan manajemen mutu dan penerapan pendekatan metode 6-sigma dalam penjagaan kualitas didalam proyek konstruksi. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi eksisting manajemen mutu pada proyek konstruksi di Indonesia telah menerapkan pendekatan metode six sigma , hanya saja perlu diperhatikan kesiapannya baik dari kondisi internal maupun eksternal proyek tersebut.

(2) Joko Susetyo, Winarni, dan Catur Hartanto (2011), aplikasi six sigma dan kaizen sebagai metode pengendalian kualitas dan perbaikan kualitas produk. Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan proses berdasarkan produk cacat yang ada dengan pendekatan six sigma yang kemudian dilakukan pengendalian dengan menganalisis penyebab kecacatan menggunakan seven tools serta mengupayakan perbaikan berkesinambungan dengan alat implementasi kaizen. Hasilnya disimpulkan bahwa penyebab utama kecacatan adalah faktor manusia dan berdasarkan alat-alat implementasi kaizen maka kebijakan utama (2) Joko Susetyo, Winarni, dan Catur Hartanto (2011), aplikasi six sigma dan kaizen sebagai metode pengendalian kualitas dan perbaikan kualitas produk. Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan proses berdasarkan produk cacat yang ada dengan pendekatan six sigma yang kemudian dilakukan pengendalian dengan menganalisis penyebab kecacatan menggunakan seven tools serta mengupayakan perbaikan berkesinambungan dengan alat implementasi kaizen. Hasilnya disimpulkan bahwa penyebab utama kecacatan adalah faktor manusia dan berdasarkan alat-alat implementasi kaizen maka kebijakan utama

(3) Achmad Muhaemin (2012), analisis pengendalian kualitas produk dengan metode six sigma pada harian tribun timur. Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kualitas Koran tribun timur dan mengetahui penyebab dari kecacatan produk. Hasilnya diketahui bahwa kualitas Koran cukup baik yaitu 3,20 sigma dengan tingkat kerusakan 44.679 untuk sejuta produk (DPMO) dan terdapat tiga penyebab produk cacat tertinggi yaitu warna kabur sebanyak 78%, tidak register sebanyak 12% dan terpotong 10%.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan peneliti terdahulu adalah terkait pada objek pengamatan yang diamati yakni pada bagian produksi di perusahaan air mineral dalam kemasan dan dalam penelitian ini akan diterapkan metode six sigma secara kompleks yang nantinya dapat memberikan usulan perbaikan yang dapat memperbaiki kualitas produk di perusahaaan air mineral dalam kemasan tersebut. Selain itu, metode six sigma ini dapat diaplikasikan untuk pengendalian kualitas produk maupun jasa.

2.2 Pengendalian

Pengendalian menurut Buffa (dalam Anjayani, 2011) dilaksanakan dengan cara memonitor keluaran (output), membandingkan dengan standart-standart, menafsirkan perbedaan-perbedaan dan mengambil tindakan untuk menyesuaikan kembali proses-proses itu sehingga sama

atau sesuai dengan standar. Pengendalian dilakukan untuk menjamin agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan jika terjadi penyimpangan dapat dilakukan analisis atau koreksi untuk mengetahui sebab dan berpikir untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Pengendalian dilakukan tidak hanya dilihat pada hasil dari proses produksi, namun dilakukan selama proses produksi sehingga pengendalian pada suatu produk dapat selalu termonitori dengan baik dan diketahui penyebab dari setiap penyimpangan yang terjadi, sehingga didapatkan kualitas yang baik.

2.3 Kualitas

Definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen. Namun pada dasarnya prinsip dari kualitas merupakan kesesuaian, keseluruhan ciri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan konsumen. Kualitas menurut Suyadi Prawirosentono (dalam Muhaemin, 2012) memiliki pengertian yaitu keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai yang yang dikeluarkan. Sedangkan menurut Josep Juran dalam Buku Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 karangan Suyadi Prawirosentono ( dalam Muhaemin, 2012) berpendapat bahwa “ qualities fitness for use”, yang mengartikan bahwa kualitas dalam sudut pandang pengguna berarti kelayakan pakai atau seberapa baik produk tersebut melakukan fungsinya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwasanya Definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen. Namun pada dasarnya prinsip dari kualitas merupakan kesesuaian, keseluruhan ciri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan konsumen. Kualitas menurut Suyadi Prawirosentono (dalam Muhaemin, 2012) memiliki pengertian yaitu keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai yang yang dikeluarkan. Sedangkan menurut Josep Juran dalam Buku Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 karangan Suyadi Prawirosentono ( dalam Muhaemin, 2012) berpendapat bahwa “ qualities fitness for use”, yang mengartikan bahwa kualitas dalam sudut pandang pengguna berarti kelayakan pakai atau seberapa baik produk tersebut melakukan fungsinya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwasanya

Ada 8 dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin menurut Gasperz (dalam Muhaemin, 2012) untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu sebagai berikut:

(1) Performa ( performance ) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.

(2) Keistimewaan ( features ), merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

(3) Kehandalan ( reliability ), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.

(4) Konformansi ( conformance ), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginkan pelanggan.

(5) Daya tahan ( durability ), merupakan ukuran masa pakai suatu produk.

Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. (6) Kemampuan pelayanan ( service ability ) , merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan.

(7) Estetika ( aesthetics ), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.

(8) Kualitas yang dipersepsikan ( perceived quality ), bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri.

Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih produk dan jasa, dengan 8 dimensi tersebut dapat memberikan pandangan kepada perusahaan dalam mengidentifikasi karakteristik kualitas suatu produk. Suatu perusahaan pasti memiliki standar-standar dan karakteristik tersendiri untuk suatu produk dapat dikatakan berkualitas. Namun terkadang suatu perusahaan tidak dapat mengendalikan kualitas dari suatu produk itu sendiri, sehingga tidak sedikit dari suatu produk yang dihasilkan dapat mengalami kecacatan. Maka perlu adanya sebuah program untuk peningkatan atau pengendalian kualitas dari suatu produk dengan tujuan menghasilkan produk yang lebih baik ( better ), lebih cepat ( faster ), dan dengan biaya lebih rendah ( at lower cost ) (Latief dan Utami, 2009).

2.4 Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (dalam Muhaemin, 2012) diartikan sebagai pengawasan mutu yang merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Pengendalian kualitas menurut

Reksohadiprojo (dalam Muhaemin, 2012) merupakan alat penting manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang yang rusak. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas merupakan suatu teknik atau cara untuk mempertahankan mutu suatu produk dari kegagalan atau kecacatan suatu produk sehingga dapat sesuai dengan standar yang diinginkan perusahaan.

Adapun tujuan dari pengendalian kualitas menurut Yamit (dalam Anjayani, 2011) adalah:

a) Untuk menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan

b) Untuk menjaga atau menaikkan kualitas atau sesuai standar

c) Untuk mengurangi keluhan atau penolakan konsumen

d) Memungkinkan penjelasan output ( output grading )

e) Untuk menaikkan atau menjaga company image. Salah satu metode alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas menurut Gasperz (dalam Muhaemin, 2012) yang merupakan terobosan dalam bidang manajemen kualitas adalah metode six sigma.

2.5 Metode Six Sigma Secara statistik, sigma (∂) menandakan adanya penyimpangan dari suatu data. Sigma juga merupakan suatu ukuran variabilitas yang menandakan bagaimana semua data di suatu distribusi statistik beragam rata-rata nilainya. Six sigma didefinisikan sebagai suatu metodologi yang menyediakan alat-alat untuk peningkatan proses bisnis dengan tujuan 2.5 Metode Six Sigma Secara statistik, sigma (∂) menandakan adanya penyimpangan dari suatu data. Sigma juga merupakan suatu ukuran variabilitas yang menandakan bagaimana semua data di suatu distribusi statistik beragam rata-rata nilainya. Six sigma didefinisikan sebagai suatu metodologi yang menyediakan alat-alat untuk peningkatan proses bisnis dengan tujuan

Prinsip six sigma lahir dari prinsip sistem manajemen Motorola dikenal dengan nama six sigma atau six sigma Motorola . Berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas, six sigma Motorola mampu menjawab tantangan dan membuktikan selama kurang lebih dari

10 tahun setelah implementasi prinsip six sigma mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO ( defects per million opportunities ) yang berarti hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan. Six sigma dapat dilihat dari dua kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari metode six sigma ini adalah untuk memperbaiki sistem manajemen suatu perusahaan atau instansi lain yang terkait dengan pelanggan. Sedangkan tujuan khusus dari metode ini adalah untuk memperbaiki proses produksi yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses sekaligus mengurangi cacat, sedemikian sehingga dapat mencapai 3,4 DPMO.

Menurut Peter Pande dalam bukunya The Six Sigma Way : Team Fieldbook, ada enam komponen utama prinsip six sigma sebagai strategi bisnis : (1) Benar-benar mengutamakan pelanggan (2) Manajeman yang berdasarkan data dan fakta (3) Focus pada proses, manajemen dan perbaikan (4) Manjemen yang proaktif (5) Kolaborasi tanpa batas

(6) Selalu mengejar kesempurnaan Berbagai upaya peningkatan menuju target six sigma dapat dilakukan menggunakan dua metodologi, yaitu (1) Six Sigma - DMAIC ( Define, Measure, Analyze, Improve, Control ) dan (2) Design for Six Sigma- DMADV ( Define, Measure, Analyze, Design, Verify ). DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan/atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan ( zero defects ). Dalam penelitian ini digunakan tahap DMAIC karena tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses bisnis yang sudah ada sebelumnya.

2.5.1 Tahapan Metode Six Sigma

Dalam upaya peningkatan kualitas produk dengan penerapan s ix sigma menurut Pete & Holpp (Muhaemin, 2012) ada lima langkah yang disebut DMAIC ( Define, Measure, Analysis, Improve, Control ):

a. Define (Definisi), penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas six sigma. Menurut Gasperz (dalam Muhaemin, 2012) langkah definisi ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Dalam tahap ini dilakukan identifikasi proyek yang potensial, mengidentifikasi karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan dan menentukan tujuan. Sehingga untuk melakukan tahap ini dengan a. Define (Definisi), penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas six sigma. Menurut Gasperz (dalam Muhaemin, 2012) langkah definisi ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci. Dalam tahap ini dilakukan identifikasi proyek yang potensial, mengidentifikasi karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan dan menentukan tujuan. Sehingga untuk melakukan tahap ini dengan

Gambar 2.1 Contoh Diagram SIPOC (Michael, 2002)

b. Measure (Pengukuran), merupakan tindak lanjut logis terhadap langkah define dan merupakan sebuah jembatan langkah berikutnya, dimana pada fase ini adalah fase untuk mengukur tingkat kecacatan produk (Y). Menurut Pete dan Holpp (dalam Muhaemin, 2012) langkah measure mempunyai dua sasaran utama yaitu :

1) Mendapatkan data untuk mevalidasi dan mengkualifikasikan masalah yang dilakukan pada tingkat proses dan atau output.

2) Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk tentang akar masalah, dalam hal ini yaitu menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses. Perhitungan kapabilitas proses ini tahapannya yaitu : 2) Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk tentang akar masalah, dalam hal ini yaitu menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses. Perhitungan kapabilitas proses ini tahapannya yaitu :

(rumus 2.1)

ii. Perhitungan kapabilitas sigma yang digunakan untuk mengetahui pencapaian terhadap pengendalian kualitas yang telah dilakukan, menggunakan rumus sigma sebagai berikut :

√ (rumus 2.2)

c. Analyze (Analisis) merupakan langkah operasional yang ketiga dalam progam peningkatan kualitas s ix sigma . Tahap ini adalah mencari dan menemukan akar sebab masalah, setelah dilakukan tahap define dan measure. Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :

1) Menetapkan target kinerja dari karakteristik kualitas (CTQ) kunci

2) Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas

d. Improve (Perbaikan) , langkah ini diterapkan suatu rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan pengendalian kualitas six sigma . Rencana tindakan ini mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta prioritas alternatif perbaikan yang dilakukan. Langkah-langkah untuk melaksanakan peningkatan kualitas dengan menggunakan implementasi Kaizen yang meliputi Kaizen five-step plan, lima W dan satu H, dan five-M checklist.

Kaizen merupakan istilah dalam bahasa jepang, Kai yang berarti perubahan dan Zen yang berarti baik. Menurut Imai (1991) kaizen berarti perbaikan berkesinambungan atau penyempurnaan yang berkesinambungan yang melibatkan setiap orang. Pendekatan ini berhasil dengan baik apabila disertai dengan usaha sumber daya manusia yang tepat karena manusia merupakan dimensi yang terpenting dalam perbaikan kualitas dan produktivitas. Pelaksanaan implementasi Kaizen dengan menggunakan empat alat menurut Tjiptono, F dan Diana, A., (dalam Susetyo, 2011) yaitu :

1) Kaizen checklist Salah satu cara untuk mengidentifikasi masalah yang dapat menggambarkan peluang bagi perbaikan adalah dengan menggunakan suatu daftar pemeriksaan yaitu checklist terhadap faktor-faktor yang besar kemungkinannya membutuhkan perbaikan.

2) Kaizen five step plan Rencana lima langkah ini merupakan pendekatan dalam implementasi kaizen yang digunakan perusahaan-perusahaan jepang. Langkah ini sering disebut gerakan 5-S yaitu : Seiri ( pemilahan ), Seiton ( penataan ), Seiso ( kebersihan ), Seiketsu (pemantapan), Shitsuke ( kebiasaan ).

3) Lima W dan satu H Lima w dan satu H digunakan secara luas sebagai alat manajemen dalam berbagai lingkungan. Lima W dan satu H yaitu Who (siapa),

What (apa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa), dan How (bagaimana).

4) Five M checklist Alat ini berfokus pada lima faktor kunci yang terlibat dalam setiap proses, yaitu Man (operator atau manusia), machine (mesin), material (material), methods (metode) dan measurement (pengukuran). Dalam setiap proses perbaikan dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aspek- aspek proses tersebut. Namun karena dari keempat alat pada kaizen tersebut hampir sama dengan metode six sigma , maka peneliti hanya menggunakan alat yang keempat yaitu Five M checklist

e. Control (Pengendalian), Tahap ini merupakan tahap operasional terakhir dalam upaya peningkatan kualitas berdasarkan six sigma (Susetyo, 2011) . Pada tahap ini hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktik-praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses distandarisasi dan disebarluaskan, prosedur dijadikan sebagai pedoman standar, serta tanggungjawab ditransfer dari tim kepada penanggung jawab proses.

2.5.2 Instrumen dalam S ix Sigma Dalam setiap tahap dari DMAIC memerlukan alat bantu statistik,

diantaranya adalah checksheet, diagram peta kendali, diagram sebab akibat ( fishbone chart ) dan diagram pareto.

a) Checksheet Checksheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah produk yang diproduksi tiap bulannya dalam 1 tahun, jumlah produk yang tidak sesuai beserta jenis ketidaksesuaiannya.

b) Diagram peta kendali Diagram kendali adalah suatu tampilan grafik ( graphic display ) yang membandingkan data yang dihasilkan oleh proses yang sedang berlangsung saat ini terhadap suatu batas-batas kendali yang stabil yang telah ditentukan dari data-data unjuk kerja ( performance data ) sebelumnya. Diagram ini bertujuan untuk memonitor atau mengawasi variasi yang terkendali dan variasi yang tidak terkendali. Unsur-unsur dalam diagram kendali adalah batas kendali atas (UCL/ Upper Control Limit ), garis tengah (CL/ Center Line ), dan batas kendali bawah (LCL/ Lower Control Limit )

Gambar 2.2 Contoh Diagram Kontrol P (Michael, 2002)

c) Diagram sebab akibat Diagram sebab akibat disebut juga fishbone diagram adalah alat visual yang digunakan untuk mengatur secar logika kemungkinan penyebab untuk masalah tertentu dengan menampilkannya secara grafis dengan merinci penyebab masalah. Alat ini membantu dalam hal mengidentifikasi akar penyebab dan memastikan pemahaman umum tentang sebab-sebab yang menyebabkan masalah. Dalam penelitian ini alat ini dipergunakan untuk memperlihatkan faktor- faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah.

Gambar 2.3 Contoh Diagram Sebab akibat atau fishbone

diagram (Michael, 2002)

d) Diagram pareto Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan menggunakan diagram ini dapat diketahui permasalahan yang dominan sehingga dapat ditentukan prioritas penyelesaian masalah. Diagram pareto digunakan untuk d) Diagram pareto Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan menggunakan diagram ini dapat diketahui permasalahan yang dominan sehingga dapat ditentukan prioritas penyelesaian masalah. Diagram pareto digunakan untuk

Gambar 2.4 Contoh Diagram Pareto (Michael, 2002)

Diagram ini metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama. Prinsip dasar dari diagram ini adalah menerapkan aturan 80/20 dimana dengan 80 % aktivitas disebabkan oleh 20% faktor.

2.6 Gambaran Umum PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari didirikan pada tahun 2001, sebagai perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) merk Maaqo berdomisili di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Maaqo diproses menjadi air minum yang segar dan lebih higienis, dari sumber mata air Artesis yang terpilih. Sumber mata air artesis ini merupakan sebuah akuifer (batu kapur atau batu pasir yang mernyerap air dari sebuah aliran air) terbatas yang berisi air tanah yang akan mengalir ke permukaan tanah apabila tekanan alaminya cukup tinggi. Proses 2.6 Gambaran Umum PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari didirikan pada tahun 2001, sebagai perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) merk Maaqo berdomisili di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Maaqo diproses menjadi air minum yang segar dan lebih higienis, dari sumber mata air Artesis yang terpilih. Sumber mata air artesis ini merupakan sebuah akuifer (batu kapur atau batu pasir yang mernyerap air dari sebuah aliran air) terbatas yang berisi air tanah yang akan mengalir ke permukaan tanah apabila tekanan alaminya cukup tinggi. Proses

management sistem “HACCP” (Hazard Analysis Critical Control Point) yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian digunakan untuk menggambarkan alur mengapa dan bagaimana metode s ix sigma dapat menjadi upaya untuk pengendalian kualitas produk di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari.

PT Maan Ghodaqo

Terdapat

Pengendalian

Metode Six

Shiddiq Lestari

produk cacat

kualitas

Sigma

Prinsip continuous Zero defect

Mengurangi

improvement dengan

cacat produk

alat bantu statistik

Gambar 3.1 Skema Alur Penerapan Metode Six Sigma sebagai Metode Pengendalian Kualitas Di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari

Permasalahan dalam kualitas produk merupakan permasalahan yang tidak jarang dijumpai di perusahaan-perusahaan yang bergelut dalam dunia bisnis, salah satunya di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari. Terdapatnya produk cacat pada setiap produksi air mineral dalam kemasan yang dialami oleh PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari merupakan hal yang harus dikendalikan dan harus ditekan agar jumlah produk cacat tidak semakin besar dan berkurang sehingga tidak menimbulkan kerugian pada perusahaan. Pengendalian kualitas yang disarankan oleh peneliti adalah dengan metode s ix sigma yang menggunakan prinsip perbaikan secara

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian dilkukan di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari yang berlokasi di Jl. Raya Mojokrapak No. 42, Mojokrapak, Tembelang, Kabupaten Jombang.Perusahaan ini merupakan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk Maaqo yang didirikan pada tahun 2001. Penelitian dilakukan pada tanggal 1-28 februari 2017, dan penelitian ini difokuskan pada pengendalian kualitas produk sebagai upaya untuk mengurangi kuantitas kegagalan produk air mineral dalam kemasan. Berikut adalah jadwal penelitian dalam penelitian ini yang disediakan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Jadwal Penelitian Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2016 2016 2017 2017 2017 2017 2017 2017 Proposal bab 1

Proposal bab 2-3

Seminar proposal Penelitian Proposal bab 4

Proposal bab 4-5

Sidang skripsi

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data menurut Asnawi dan Masyhuri (2009) pada umumnya ada dua yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dari lapangan yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan kuesioner. Sedangkan, data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak kedua yang memperoleh secara langsung data-data aslinya.

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer berupa wawancara langsung peneliti kepada Manajer bagian produksi dan data sekunder berupa dokumentasi terhadap jumlah produksi dan jumlah produk cacat yang timbul pada tahun 2016 yang dimiliki oleh perusahaan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah : (1) Metode Wawancara Pada metode ini dilakukan wawancara langsung kepada manajer bagian produksi untuk mendapatkan data berupa gambaran umum perusahaan, proses produksi dan pengendalian kualitas yang diterapkan di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari. Instrument dalam wawancara langsung ini adalah catatan dengan pertanyaan terstruktur. Berikut adalah tabel pertanyaan terkait wawancara yang dilakukan peneliti :

Tabel 3.2 Pertanyaan Wawancara Peneliti Item Pertanyaan

Jawaban

1. Sistem pengendalian apa yang xxx sudah diterapkan perusahaan dalam pengendalian kualitas produk?

2. Hasil capaian terhadap sistem pengendalian

yang

sudah

diterapkan perusahaan?

(2) Dokumentasi Dokumentasi ini merupakan pengambilan data peneliti ke perusahaan bagian produksi. Pengambilan data ini terkait jumlah produksi dan jumlah produk cacat yang timbul pada tahun 2016, yang kemudian didata dengan menggunakan instumen checksheet .

Tabel 3.3 Checksheet

Tanggal Produksi

Jumlah Produk cacat Xxx

Jumlah Produksi

xxx

xxx

Dengan menggunakan skema tersebut didapatkan data yang diperlukan untuk pengolahan dan perhitungan tahap lanjut dalam tahapan metode s ix sigma .

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Produk dengan

Menggunakan Metode Six Sigma

Mulai

1. Identifikasi karakteristik kualitas kunci (CTQ):

- Kemasan atau cup air - Volume air

Define 2. Checksheet terkait jumlah Fase mengukur tingkat

(Definisi) produksi per bulan dan kecacatan produk :

produk cacat yang timbul 1. Menghitung tingkat

selama produksi produk cacat dengan

Measure

peta kendali

(Pengukuran)

menggunakan data

1. Penentuan akar penyebab yang didapat pada

masalah dengan diagram lembar pemeriksaan

pareto. ( checksheet )

Analyze 2. Analisa hubungan sebab 2. Perhitungan DPMO

(Analisa) akibat dengan fishbone ( Defect per Milion

chart Opportunity ) dan

kapabilitas sigma

Improve

(Perbaikan) Pengawasan, usulan-usulan

perbaikan yang memiliki Pelaksanaan pengendalian pengaruh dalam peningkatan kualitas dengan usulan- kualitas produk distandarisasi usulan perbaikan serta

Control

dan disebarluaskan implementasi Kaizen

(Pengawasan)

Standar

Standar belum

F lowchart Penerapan Metode Sig Sigma

Metode ini digunakan untuk mencegah atau mengantisipasi terjadinya kesalahan atau kegagalan produk. Langkah-langkah dalam metode s ix sigma diuraikan menjadi 5 tahapan sebagai berikut :

1. Define (Definisi) Pada tahapan ini ditentukan penyebab yang signifikan terhadap adanya kegagalan yang terjadi selama proses produksi, cara yang ditempuh adalah:

a) Mendefinisikan masalah standar kualitas dalam menghasilkan produk yang telah ditentukan perusahaan

b) Mendefinisikan rencana tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis penelitian

c) Menetapkan sasaran dan tujuan peningkatan kualitas six sigma berdasarkan hasil observasi Sebelum melakukan cara tersebut diatas, terlebih dahulu mengetahui model proses SIPOC ( Supplier, Input, Process, Output, Customer ) yang diterapkan perusahaan. Sehingga dalam proses mendefinisikan tersebut memiliki landasan yang tepat dan akurat.

2. Measure (Pengukuran) Pada tahap ini dikarenakan data yang diteliti merupakan data atribut, maka dalam pengukurannya dilakukan tahap sebagai berikut:

(1) Analisis dengan diagram kendali ( diagram control ) P-chart Pada diagram ini disusun dengan langkah sebagai berikut :

a) Pengambilan sampel/data Sampel yang digunakan untuk analisis P-chart adalah jumlah produksi dan jumlah produk cacat yang dihasilkan selama proses produksi pada tahun 2016 a) Pengambilan sampel/data Sampel yang digunakan untuk analisis P-chart adalah jumlah produksi dan jumlah produk cacat yang dihasilkan selama proses produksi pada tahun 2016

Rata-rata ketidaksesuaian produk adalah produk yang tidak sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Rumus mencari nilai mean :

(rumus 3.1)

Dimana : P = rata-rata ketidaksesuaian np = jumlah produk cacat ( defect product ) n = jumlah sampel

c) Menentukan batas kendali tehadap pengawasan yang dilakukan dengan menghitung nilai UCL ( Upper Control Limit ) sebagai batas atas dan LCL ( Low Control Limit ) sebagai batas bawah dan CL ( Control Limit ) sebagai batas linear. Rumus mencari CL

(rumus 3.2)

Rumus mencari UCL

(rumus 3.3)

Rumus mencari LCL

(rumus 3.4)

Dimana : P = rata-rata ketidaksesuaian Σn = jumlah total produk cacat

Σp = jumlah total sampel p = rata-rata proporsi kecacatan n = jumlah sampel Diadaptasi dari Prawirosentoso (dalam Anjayani, 2011)

(2) Menghitung nilai kapabilitas sigma

Tahap-tahap perhitungan nilai sigma adalah sebagai berikut :

a) Menentukan jumlah unit yang akan diukur

b) Identifikasi Opportunity

c) Menghitung jumlah cacat

d) Menghitung nilai kapabilitas sigma ( baseline process ) Perhitungan nilai kapabilitas ini digunakan satuan pengukuran DPMO untuk menentukan tingkat sigma. Hasil dari perhitungan kapabilitas sigma, dapat diketahui kemungkinan produk cacat.

Tabel 3.4 Hubungan DPMO dan Sigma

Sigma (Probabilitas tanpa

Yield

DPMO

(Defect per Million

cacat)

Oppotunity)

(Michael, 2002)

3. Analyze (Analisa) Pada tahap ini dilakukan analisa penyebab masalah kualitas dengan menggunakan :

(1) Diagram Pareto Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data informasi kegagalan produk. Dilakukan analisa penyebab atau faktor dominan yang menyebabkan kegagalan dari suatu produk dengan mengurutkan kemungkinan cacat berdasarkan jenis kegagalan yang terbesar sampai kegagalan yang terkecil seperti ditunjukkan pada gambar 2.4

(2) Diagram sebab-akibat Setelah diketahui penyebab cacat yang dominan, dilakukan analisa hubungan suatu akibat dengan sejumlah penyebab yang mungkin menghasilkan akibat terjadinya kegagalan produk. Dilakukan dengan menentukan lima bidang masalah yaitu metode, material, mesin lingkungan dan pekerja. Masalahnya atau akibatnya menjadi kepala ikan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 .

4. Improve (Perbaikan) Setelah teridentifikasinya akar permasalahan, melakukan pengukuran (melihat dari peluang, kerusakan, proses kapabilitas saat ini), rekomendasi ulasan perbaikan, menganalisa kemudian dilakukan tindakan perbaikan.

5. Control (Pengendalian)

Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas yakni usulan perbaikan yang memiliki pengaruh dalam perbaikan kualitas produk Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas yakni usulan perbaikan yang memiliki pengaruh dalam perbaikan kualitas produk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dilakukan pembahasan dan pengolahan data secara detail menggunakan metode s ix sigma . Pengolahan data dengan menggunakan metode six sigma membutuhkan data berupa wawancara dan dokumentasi data terkait jumlah produksi dan jumlah produk cacat pada tahun 2016. Peneliti telah melakukan penelitian selama 1 bulan pada bulan februari 2016 untuk pengambilan data dokumentasi serta untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang menyebabkan cacat produk di PT Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari. Berikut adalah hasil wawancara dan dokumentasi data yang dilakukan peneliti di PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari.

4.1 Hasil Wawancara

Wawancara ini merupakan kegiatan untuk menggali informasi yang dibutuhkan peneliti kepada narasumber. Pada bab 3 peneliti telah menyediakan tabel 3.2 pertanyaan wawancara peneliti, pertanyaan tersebut dijawab oleh Manajer dan Mandor bagian produksi. Berikut adalah hasil wawancara telah disediakan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Item Pertanyaan

Jawaban