PERBEDAAN SIGNIFIKANSI HUBUNGAN KEMAMPUAN CARDIO RESPIRATORY DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH ANTARA SENAM AEROBIC DENGAN SENAM BODY LANGUAGE PADA ANGGOTA SANGGAR SENAM âSANTA ANNAâ SEMARANG TAHUN 2009.
TUBUH ANTARA SENAM AEROBIC DENGAN SENAM
BODY LANGUAGE PADA ANGGOTA SANGGAR
SENAM “SANTA ANNA” SEMARANG
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Dwi Kurniawan Nim : 6301404047
Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
(2)
Dwi Kurniawan (2009) : Perbedaan Signifikansi Hubungan Kemampuan Cardio Respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic dan Senam Body Language Pada Anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009. Permasalahan penelitian ini adalah : 1) Adakah perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam
Aerobic dan Senam Body Language pada anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009 2) Manakah yang lebih baik signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh, antara Senam Aerobic
dan Senam Body Language pada anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam
Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009 2) Signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh yang lebih baik antara Senam Aerobic dan Senam Body Language pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan menggunakan metode survey. Populasi yang digunakan adalah anggota puteri sanggar senam “Santa Anna” Semarang, berusia antara 25-40 tahun, dan sudah melakukan latihan lebih dari satu tahun yang berjumlah 20 orang untuk senam aerobic, dan 20 orang untuk senam body language. Semua populasi digunakan sebagai sampel. Metode pengolahan data yang akan diuji adalah uji perbedaan signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory
dengan persentase lemak tubuh antara latihan Senam Aerobic dan Body Languange
dengan menggunakan uji Anava Faktorial 2x2 Design. Uji hipotesis merupakan kegiatan statistik inferensial. Untuk melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan statistik non parametrik dengan kolmogorov-Smirnov tes, uji homogenitas dengan Chi-Square, dan linieritas dan uji F. Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan sistem SPSS versi 10 (Syahri Alhusin, 2003:182).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel jenis latihan diperoleh nilai Fhitung sebesar 7.211 dan nilai signifikansi sebesar
0.009 < α(0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai yang signifikan
pada jenis latihan Aerobic dan Body Language. Nilai mean jenis latihan aerobic untuk komponen fitness, cardio respiratory adalah sebesar 47.111 < 50.500 Kemampuan
cardio respiratory dan persentase lemak, nilai mean jenis latihan aerobic persentase lemak adalah sebesar 50.000 < 55.999. Dari perbedaan mean ini dapat diketahui bahwa signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh Senam body language lebih baik dari pada Senam Aerobic.
Saran yang diajukan adalah : 1) Bagi sampel ialah anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang agar menyadari bahwa kesegaran jasmani perlu ditingkatkan lagi karena ternyata belum maksimal. 2) Bagi para instruktur sanggar senam “Santa Anna” Semarang berkenan untuk mengkaji mengapa status kemampuan cardio respitratory
para anggotanya walaupun baik tetapi belum maksimal, sedangkan untuk senam Body Language ternyata lebih baik. Kemungkinan dapat dilihat dari program latihan.
(3)
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Hari : ... Tanggal : ...
Semarang, 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Hermawan, M.Pd. Dra. M.M. Endang Sri Retno,M.S
NIP. 131784447 NIP. 131281228
Mengetahui : Ketua Jurusan PKLO
Drs. Nasuka, M.Kes. NIP.131485010
(4)
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Pada hari : Senin
Tanggal : 13 April 2009
Panitia Ujian :
Ketua Panitia : Sekretaris :
Drs. Uen Hartiwan, M.Pd. Soedjatmiko, S.Pd. M.Pd. NIP. 131281216 NIP. 132158716
Dewan Penguji :
1. Dra. Kaswarganti Rahayu, M. Kes. NIP 131993872
2. Drs. Hermawan, M.Pd. NIP. 131784447
3. Dra. M.M. Endang Sri Retno, M.S. NIP. 131281228
(5)
MOTTO :
“ Siapa saja yang banyak bersyukur atas nikmat Allah S.W.T, maka Allah S.W.T, akan menambah atas nikmat kamu, dan barang siapa ingkar atas nikmat Allah S.W.T, sesungguhnya adzab Allah sangat pedih” ( Q.S. Ibrahim : 7 )
Kupersembahkan untuk :
Bapakku Sugiharto dan ibuku Sumini, Kakakku Mas Herdy, teman-temanku Angkatan 2004. Almamater FIK UNNES yang ku Cintai.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar pula bahwa usaha dan perjuangan penulis yang maksimal untuk menyelesaikan skripsi ini bukanlah merupakan perjuangan penulis sendiri, karena tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak mustahil skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan petunjuk, arahan, saran serta bimbingan dalam perkuliahan hingga selesainya skripsi ini
4. Drs. Hermawan, M.Pd. dan Dra M.M. Endang Sri Retno, M.S. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan dan bimbingan, petunjuk dan saran hingga skripsi ini dapat terwujud.
5. Para Bapak dan Ibu Dosen Universitas Negeri Semarang, khususnya Fakultas Ilmu Keolahragaan yang banyak menyumbang saran dan petunjuk. Serta menurunkan sejumlah pengetahuan hingga menambah luas wawasan penulis.
6. Pengurus Sanggar Sebnam “Santa Anna” Semarang yang telah memberi ijin kepada penulis dan menyediakan anggotanya untuk sampel penelitian
7. Anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
8. Teman-teman mahasiswa PKLO FIK UNNES terutama yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, terima kasih atas kerjasamanya
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
(7)
penelitian ini bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan.
Semarang, 2009 Penulis
(8)
HALAMAN JUDUL ………. i
SARI ……….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… v
KATA PENGANTAR ………... vi
DAFTAR ISI ………... viii
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR GAMBAR ………... xi
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ……….... 1
1.2 Permasalahan ………... 6
1.3 Tujuan Penelitian ………... 7
1.4 Penegasan Istilah ………... 7
1.5 Manfaat Penelitian ……....………... 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ………... 10
2.1 Landasan Teori ………... 10
2.1.1 Kesegaran Jasmani ... 12
2.1.2 Cardio Respiratory ... 19
2.1.3 Persentasi Lemak Tubuh ... 23
2.1.3 Senam Aerobic ………. 25
2.1.4 Senam Body Language ………. 28
2.1.5 Analisis Perbandingan Signifikansi Hubungan Kemampuan Cardio Respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic dengan Senam Body Language ……… 33 2.2 Hipotesis ……… 34
BAB III METODE PENELITIAN ………... 35
3.1 Populasi Penelitian ……..……….... 35
3.2 Sampel Penelitian ………. 35
(9)
3.5 Teknik Pengambilan Data ……… 37
3.6 Prosedur Penelitian ……..……….... 37
3.7 Instrumen Penelitian ………... 38
3.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian ………... 42
3.9 Analisa Data ………... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 45
4.1 Deskripsi Data ………... 45
4.2 Hasil Penelitian ……… 46
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………... 55
5.1 Simpulan ………... 55
5.2 Saran ……….... 55
DAFTAR PUSTAKA ………... 56
DAFTAR LAMPIRAN ………... 58
(10)
Tabel Halaman
1. Data Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 45
2. Data Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 47
3. Rangkuman hasil perhitungan Uji Homogenitas ... 43
4. Tests of Between-Subjects Effects... 43
5. Hasil Perhitungan Uji Tests of Between-Subjects Effects ... 50
6. Hasil Perhitungan Uji Parameter Estimates ... 51
7. Tests of Between-Subjects Effects ... 51
8. Parameter Estimates ... 51
(11)
Gambar Halaman 1 Berdiri di depan bangku persiapan unutk merlakukan tes. 40
2 Naik dengan satu kaki... 40
3. Naik dengan kaki kedua, tegak lurus di atas bangku ... 41
4. Turun dengan kaki yang pertamakali naik ... 41
5. Turun dengna kaki yang kedua ... 42
(12)
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
(13)
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
88 89 90 912 92 93 94 95 96 97
98 99 100 101 102 103 104 105 106 107
(14)
PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul
Bertambahnya usia adalah suatu hal yang tak terhindarkan. Tetapi
bertambahnya usia dan menjadi tua tidak selalu identik dengan tubuh yang renta.
Olahraga rutin dapat membantu menghadapi hari tua dengan baik, dalam arti dapat
tetap beraktivitas. Banyak orang cenderung hanya memperhatikan asupan makanan
yang bergizi dan bervitamin namun lupa untuk berolahraga secara teratur. Padahal
olahraga merupakan salah satu obat mujarab untuk mengerem laju proses penuaan.
Hasil studi memperlihatkan olahraga dapat melindungi jantung dan tulang,
memperbaiki perasaan, istirahat, dan ingatan; mengurangi resiko kanker payudara
dan usus besar; mengurangi resiko kematian prematur, dan benar-benar
memperpanjang usia.
Aktivitas yang padat kadang membuat gaya hidup yang menjadi kurang
sehat. Saat sehat seringkali olahraga terasa bukan satu hal yang amat penting,
terlebih dalam lingkungan yang serba sibuk dengan pekerjaan tapi olahraga akan
terasa sebaliknya bila sebuah penyakit telah mengancam serius kesehatan.
Pada umumnya orang yang tidak berolahraga mengemukakan alasan utama
adalah tidak memiliki waktu dan tidak memiliki movitasi untuk melakukannya.
Oleh karena itu, cara pertama yang harus dilakukan adalah mengubah kebiasaan.
Karena olahraga adalah kegiatan fisik yang mudah disesuaikan dalam kehidupan
sehari-hari setiap orang, maka disarankan melakukan olahraga selama 20 menit tiga
hari per minggu.
Dengan waktu luang yang sangat terbatas, masyarakat yang berolahraga
mengandalkan olahraga yang sederhana terutama olahraga yang membutuhkan
(15)
waktu sedikit seperti stretching, jogging, dan sebagainya. Masyarakat berolahraga untuk memperoleh kesegaran tubuh agar kesehatan tubuh tetap terjaga setelah
beraktivitas panjang.
Perkembangan kegiatan olahraga di kota-kota besar sangat pesat, seperti lari
pagi, senam sehat indonesia, senam jantung sehat, dan sebagainya. Di kota
Semarang olahraga tersebut banyak dilakukan oleh warga masyarakat, terutama
pada hari minggu dan hari libur lainnya. Dengan meningkatnya kualitas lanjut usia,
mendorong para lanjut usia untuk mampu menyesuaikan diri, mampu melakukan
adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya dengan semangat optimisme,
kebijaksanaan, kearifan, dan bebas dari tekanan ambisi kehidupan serta berada pada
kondisi sehat sejahtera lahir dan batin.
Salah satu dari aktivitas olahraga tersebut yang memasyarakat adalah
olahraga senam. Hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat terutama orang dewasa dan orang tua, baik secara kelompok kecil
maupun di klub-klub senam yang memang cukup banyak. Oleh karena itu melalui
klub atau sangar senam dilakukan olahraga senam secara teratur, terukur dan
terawasi serta berkelanjutan mendorong para anggotanya untuk tetap menjaga
peningkatan kesegaran jasmaninya agar terhindar dari kemungkinan gangguan
penyakit fisik psikologis secara dini sehingga mereka bukan lagi beban keluarga
melainkan justru menjadi soko guru bagi keluarga.
Senam di Indonesia dikenal sebagai salah satu cabang olahraga, dalam
Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Gymnastic, yang berasal dari kata Gymnos
dari bahasa Yunani yang artinya telanjang. Istilah gymnastic tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak, sehingga
(16)
pada waktu itu teknologi pembuatan bahan pakaian belum memungkinkan
membuat pakaian yang bersifat lentur dan mengikuti gerak pemakainya. Agus
Mahendra ( 2001: 2 ) mendefinisikan senam sebagai latihan tubuh yang dipilih dan
dikonstruksi dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara
sistematik dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan
ketrampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.
Bermacam-macam jenis senam yang ada di masyarakat sebut saja senam
Aerobic. Senam Aerobic adalah salah satu bentuk yang paling popular dalam latihan kebugaran. Sebab aerobik lebih menyenangkan untuk dilakukan dan dapat
dilakukan sendirian atau dengan orang lain (Brick, 2001:7 ). Senam aerobik adalah
serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik
yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi
tertentu ( Marta Dinata, 2003 : 10 ). Selanjutnya Brick ( 2001 : 4 ) menjelaskan
bahwa keuntungan fisik yang didapat dari aerobic adalah, mengenai jantung. kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan komposisi tubuh. Senam yang lain
yang juga beredar di masyarakat terutama di sanggar-sanggar senam adalah body language.
Senam body language yang lebih dikenal dengan istilah BL, punya banyak manfaat. Dengan gerakan yang tak terlalu menguras tenaga tersebut, seseorang
tidak hanya sehat tapi dapat membentuk tubuh yang indah. Senam tersebut diminati
perempuan yang bermasalah dengan bentuk tubuh dan berat badan. Tentu saja, hal
tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya untuk mencapai bentuk tubuh yang indah,
tingkat keberhasilannya relatif singkat. Dalam tempo dua hingga tiga bulan
seseorang mampu mengencangkan dan menurunkan berat badannya tiga sampai
(17)
baru melahirkan perlu diimbangi dengan porsi makan yang teratur. BL juga dapat
memperkuat organ wanita dan membantu membentuk posisi badan baik untuk
duduk, berdiri, dan berjalan. Sebab senam tersebut memfokuskan gerakan pada otot
perut. Tujuannya untuk menghasilkan bentuk perut yang bebas dari timbunan
lemak. Tetapi gerakan BL juga dapat berdampak cedera pada tulang pungung. Hal itu terjadi jika gerakan yang dilakukan tidak mengikuti petunjuk secara benar,
terutama bagi wanita hamil di atas empat bulan.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan masyarakat akan variasi gerakan
dalam program BL, saat ini gerakannya semakin beragam. Untuk itu senam BL
dikombinasi dengan aerobic, Taebo hingga tarian lainnya seperti, Salsa.
Cabang olahraga senam memang banyak dipilih, disusun dan dirangkai secara
sistematis sehingga berguna bagi kesegaran jasmani ( Berty Tilarso, 2000 :1).
Secara umum tujuan orang melakukan senam adalah tercapainya tingkat kesegaran
jasmani. Hasil seminar nasional mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai kesanggupan
dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dengan effisien tanpa kelelahan
yang berarti. Jadi kesegaran jasmani adalah untuk meningkatkan manusia dari segi
fungsi tubuh manusia atau the functioning of the human body (Dumadi, 1979:8 ). Menurut Gabbard ( 1987 : 50 ) kesegaran jasmani dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori yaitu : 1) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
keterampilan atau skill dan 2) Kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam kesehatan antara lain daya tahan jantung dan paru ( cardio respiratory ) serta keseimbangan tubuh atau body composition tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot serta
(18)
Sebab tubuh yang besar tidak selalu disebabkan oleh besarnya otot, tetapi mungkin
juga oleh ketebalan lemak dalam tubuh. Daya tahan otot atau muscular endurance
adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi
secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
Kelentukan atau fleksibility adalah keefektifan seseorang dalam dirinya untuk melakukan aktivitas tubuh secara maksimal.
Sejalan dengan hal tersebut Sharkey ( 1984: 18) mengatakan bahwa sasaran
orang melakukan latihan fisik adalah kesegaran jasmani yang juga mengarah
kepada “such and changes in respiration, the heart and circulation, the nervous and endocrine system, body composition, bones, ligamen, and tendon”. Body composition mengarah pada ketebalan lemak pada otot atau lean body weight.Lean body weight pada prinsipnya akan melihat besarnya tubuh seseorang disebabkan oleh tebalnya lapisan lemak di bawah kulit (skinfold), ataukah tebalnya otot yang disebabkan oleh banyaknya latihan. Bila seseorang banyak melakukan kegiatan
latihan, itu artinya banyak mengeluarkan energi, dan kandungan karbohidrat yang
dimakan relatif kurang, dan tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan, maka
skinfold akan menipis. Menebal atau menipisnya skinfold ada kaitannya dengan kegiatan latihan, yang menggunakan energi yang bersumber pada lemak, dan
karbohidrat sebagai sumber energi yang dimakan. Lemak yang dimaksudkan di sini
adalah lemak netral atau yang juga disebut trigliserida atau triasilgliserol yang disingkat TAG ( Martin DW, 1981 : 199-243 ).
Bertolak dari uraian diatas maka penulis tertarik ingin mengadakan penelitian
dengan judul : “ Perbandingan Signifikansi Hubungan Kemampuan cardio respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic dan Senam Body Language Pada Anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009”
(19)
Adapun alasan pemilihan judul penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1.1.1 Tujuan orang melakukan latihan dan tergabung dalam klub senam secara umum
adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani
1.1.2 Senam yang sedang populer dan banyak beredar di masyarakat adalah senam
aerobic dan senam body language
1.1.3 Kesegaran jasmani bisa diukur secara cardio respiratory atau bisa juga secara
neuro mucscular yang dapat dilihat dengan persentase lemak tubuh.
1.1.4 Perlu ada penelitian tentang perbandingan signifikansi hubungan cardio respiratory dengan persentasi lemak tubuh antara senam aerobic dan senam
body language.
1.2Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, maka
munculah permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut
:
1.2.1 Adakah perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
1.2.2 Manakah yang lebih baik signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh, antara Senam Aerobic dan Senam
Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
(20)
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1.3.1 Perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
1.3.2 Signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh yang lebih baik antara Senam Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
1.4Penegasan Istilah
Agar permasalahan yang dibicarakan tidak terjadi salah penafsiran istilah
yang digunakan, maka perlu penegasan istilah yang meliputi :
1.4.1 Signifikansi
Signifikan dalam bahasan Inggris (Significant) artinya “berarti” ( Hassan Shadily, 1975: 526). Dalam penelitian ini yang dimaksud signifikan
adalah kesegaran jasmani dengan persentase lemak tubuh antara senam aerobic dan senam body language ada hubungan yang berarti atau ada artinya, atau ada kondisi saling mempengaruhi pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun
2009.
1.4.2 Hubungan
Hubungan menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1976:326 ), adalah: (1) keadaan berhubungan atau
dihubungkan, (2) sesuatu yang dipakai untuk berhubungan atau menghubungkan,
(21)
penelitian ini adalah menghubungkan kesegaran jasmani dengan persentase lemak
tubuh pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
1.4.3 Cardio Respiratory
Cardio Respiratory merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang menunjuk pada kategori kesehatan, adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan sistem pernafasan dan peredaran darah secara efisien dan efektif
untuk menjalankan kerja. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan fisik yang
dapat berupa kemampuan aerobic ataupun anaerobic. Kemampuan fisik tersebut dapat dilatih melalui program latihan fisik. Kemampuan aerobic antara lain dapat diketahui dari kemampuan sistem Cardio Respiratory untuk menyediakan kebutuhan oksigen sampai ke dalam mitokondria, sedangkan kemampuan
anaerobic dapat diketahui dari kekuatan kontraksi otot ( Fox.EL, 1981 : 263 ). 1.4.4 Persentase lemak tubuh
Istilah lain ketebalan lemak tubuh adalah lean body weight. Secara arti kata
Lean body weight adalah tipisnya lapisan lemak pada tubuh seseorang. Pada prinsipnya akan melihat besarnya tubuh seseorang disebabkan oleh tebalnya lapisan
lemak di bawah kulit (skinfold), ataukah tebalnya otot yang disebabkan oleh banyaknya latihan ( Mathews, 1978:287). Cara menentukannya ialah dengan
melihat tebalnya lapisan kulit dengan pengukuran ketebalan kulit menggunakan
jangka lengkung atau calipers. Cara pengukuranya mengikuti teori dari Halpern
(1979:369).
1.4.5 Senam Aerobic
Senam aerobic adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan
(22)
Selanjutnya Brick (2001:4) menjelaskan bahwa keuntungan fisik yang didapat dari
aerobik adalah, mengenai jantung. kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan
komposisi tubuh.
1.4.6 Senam Body Language
Senam Body Language adalah jenis senam yang bertujuan membentuk tubuh dan berat badan ideal. Untuk mencapai bentuk tubuh yang indah, senam ini
tingkat keberhasilannya relatif singkat. Dalam tempo dua hingga tiga bulan
seseorang mampu mengencangkan dan menurunkan berat badannya tiga sampai
lima kilogram.
1.4.7 Anggota sanggar senam
Anggota merupakan seorang di dalam keluarga, kelompok, golongan atau
organisasi. Sedangkan menurut Depdiknas (2005:48), anggota adalah orang (badan)
yang menjadi bagian atau masuk di suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia,
dan sebagainya ). Dalam penelitian ini yang dimaksud anggot adalah orang-orang
yang tergabung atau tergolong dalam kelompok yang ada di sanggar senam “Santa
Anna” Semarang
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dari diadakannya penelitian ini diharapkan :
1.5.1 Sebagai informasi bagi khalayak umum tentang pentingnya menjaga
kesehatan, kesegaran jasmani, dan komposisi tubuh yang seimbang.
1.5.2 Sebagai sumbang saran tentang manfaat kesehatan terhadap aktivitas
(23)
(24)
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1Landasan Teori
2.1.1 Kesegaran Jasmani
Istilah kesegaran jasmani berdasarkan dari hasil Seminar Nasional Kesegaran
Jasmani tanggal 16 Maret sampai dengan 20 Maret 1971 di Jakarta dengan
pertimbangan bahwa istilah tersebut telah umum digunakan di Indonesia sebelum
diadakan seminar nasional. Di kalangan Polri menggunakan istilah Samapta Jasmani .
Tetapi Soedjatmo Soemowerdojo menggunakan istilah Kebugaran Jasmani, sedang
Radiopoetro menggunakan istilah Kemampuan Jasmani ( Endang Sri Retno, 1989 : 4 ).
Istilah-istilah tersebut dikemukakan atas dasar terjemahan dari istilah Physical fitness
yang menurut Lawrens dan Ronald dapat disamakan dengan istilah Organic fitness
atau Physiological fitness. Kemudian istilah physical fitness inilah dipakai sebagai dasar untuk pengertian kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani adalah cermin kemampuan faal atau fungsi
sistem-sistem dalam tubuh yang dapat mewujudkan suatu peningkatan kwalitas hidup dalam
setiap aktivitas fisik. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan fisik yang dapat
berupa kemampuan aerobic ataupun anaerobic. Kemampuan fisik tersebut dapat dilatih melalui program latihan fisik. Kemampuan aerobic antara lain dapat diketahui dari kemampuan sistem kardiorespirasi untuk menyediakan kebutuhan oksigen sampai
ke dalam mitokondria, sedangkan kemampuan anarobic dapat diketahui dari kekuatan kontraksi otot. ( Fox.EL, 1981 : 263 ). Kemampuan kerja seseorang yang mempunyai
tingkat kesegaran jasmani yang tinggi tidak sama dengan orang yang tingkat
(25)
kesegarannya rendah. Pada orang yang tingkat kesegarannya tinggi akan mampu
bekerja selama 8 jam dengan kemampuan kerja 50% dari kapasitas aerobic, sementara orang yang kesegaran jasmaninya rendah hanya mampu menggunakan 25% kapasitaas
aerobic. Dengan demikian kebugaran jasmani yang tinggi juga dapat menunjang gairah kerja.
Menurut Sadoso Sumosardjuno yang dikutip Dumadi dkk (1979:9 )
kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya
sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa
atau cadangan tenaga untuk melaksanakan kegiatan lain. Soedjatmo Soemowerdojo
(1977:1) menggunakan istilah kebugaran jasmani untuk istilah kesegaran jasmani,
sementara Radioputro (1974:1) menggunakan istilah kemampuan jasmani.
Kesanggupan dan kemampuan menurut Radioputro berbeda. Orang dapat
menyanggupi sesuatu tetapi belum tentu dapat melaksanakan kesanggupan tersebut.
Jadi kesanggupan sesuatu yang belum ada kenyataannya sedangkan kemampuan sudah
ada kenyataannya. Kemampuan ini dari usaha otot melakukan kerja.
Golden Lawrence dan A,. Bos. Ronald menggunakan istilah organic fitness atau psysiological fitness (1970:1), M.Sajoto (1995:9) mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari
dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dengan pengeluaran energi yang
cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta
untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Dangsina
Moeloek(1984:2) mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan dan
kesanggupan tubuh dalam penyesuaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang
(26)
Mengenai istilah kesegaran jasmani dalam buku-buku banyak sekali tetapi
hampir semua istilah mengarah pada pengertian physical fitness sebagai salah satu dari aspek total fitness. Hasil seminar nasional mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai
kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dengan effisien tanpa
kelelahan yang berarti. Jadi kesegaran jasmani adalah untuk meningkatkan manusia
dari segi fungsi tubuh manusia atau the functioning of the human body ( Dumadi dkk, 1979 : 8 ). Istilah kesanggupan dan kemampuan, dibedakan oleh Radioputro. Orang
dapat menyanggupi sesuatu tetapi belum tentu mampu melaksanakan kesanggupannya
itu. Kesanggupan sesuatu yang belum ada kenyataannya, sedangkan kemampuan
adalah kenyataan dari kesanggupan tersebut. ( Radioputro, 1974 : 1 ). Kemampuan
adalah usaha otot untuk melakukan pekerjaannya, yang memerlukan tingkat
kemampuan yang berbeda sejalan dengan perbedaan pekerjaannya. Pekerjaan tersebut
dilakukan sacara efisien. Dalam proses menjalankan pekerjaan itu inginnya diperoleh
hasil yang sepadan dengan sumber-sumber kemampuan yang digunakan. Dengan kata
lain hendaknya dijamin adanya efisiensi. Efisiensi ialah perbandingan terbaik antara
kemampuan dengan hasil yang diperoleh ( Dumadi dkk, 1979 : 9 )
Kelelahan yang berarti mengarah kepada unsur fisiologis yaitu
pengembangan fungsi tubuh atau pengembangan ergosistem yang antara lain
skeleto-neuro-musculair dan respirasi-cardio-sirculatoir, oksigen akan banyak diedarkan
bilamana diperlukan dan dalam waktu yang lebih lama tanpa menjadi lelah dalam
batas-batas fisiologis, kemudian diperoleh pemulihan yang sempurna sebelum datang
kerja yang akan datang. Sedangkan menimbulkan kelehan berarti mengarah kepada
(27)
jantung yang sifatnya menyesuaikan keadaan kebutuhan badan akan bekerja terlalu
keras dengan menambah out-putnya.
Karpovic ( 1963 : 262 ) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
kesegaran jasmani memiliki syarat-syarat fisik tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah
syarat anatomis dan atau syarat fisiologis. Anatomis misalnya seseorang yang
mempunyai ukuran berat badan dan tinggi badan tertentu dengan bermacam-macam
dimensi ukuran tubuh. Fisiologis misalnya seseorang dapat mempertahankan
temperatur tertentu, dapat melakukan pekerjaan fisik tertentu yang melibatkan usaha
otot. Dalam hubungan meningkatkan kedua syarat tersebut, Santoso Giriwardojo (
1970 : 2 ) mengatakan bahwa dengan latihan yang lebih baik maka secara anatomis
perkembangan tubuh juga lebih baik, karena latihan fisik juga salah satu cara untuk
mengembangkan tubuh secara fisiologis, maka tidak perlu dilakukan secara
tersendiri untuk mengembangkan secara anatomis.
Karena itu untuk memperoleh tingkat kesegaran jasmani yang cukup tinggi,
seseorang dituntut untuk melakukan latihan fisik dengan teratur dan terprogram.
Latihan fisik ini erat hubungannya dengan mempertahankan kondisi fisik yang mutlak
diperlukan bagi seseorang yang ingin menjaga dan meningkatkan kesegaran
jasmaninya.
Selain itu kesegaran jasmani juga tidak lepas dari faktor makanan. Sebab
bahan makanan diperlukan tubuh untuk sumber energi, pembangun sel-sel tubuh,
komponen biokatalisator dan metabolisme. Proses metabolisme penyediaan energi
dalam tubuh dibagi dua ialah : metabolisme anaerobck dan aerobic. Penyediaan energi melalui metabolisme anaerobic berasal dari ATP, ATP Creatin phosphat dan
(28)
aerobic berasal dari pemecahan karbohidrat dan lemak dalam mitokondria yang dibutuhkan oksigen. Makanan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan tubuh baik
secara kwantitatif maupun secara kwalitatif. Kwantitatif artinya perbandingan jumlah
karbohidrat, lemak dan protein yang dimakan harus disesuaikan dengan aktifitas
seseorang. Pada orang normal dibutuhkan protein 1 gram/kilogram berat badan,
sedangkan pada atlet dapat diberikan 10-15 persen dari total kalori. Untuk karbohidrat
diberikan 55-60 persen, lemak diberikan 25-30 persen dari total kalori. Pada cabang
olahraga aerobic dalam waktu yang lama seperti maraton, balap sepeda, pemberian porssi lemak harus diperhatikan. Pada awal program latihan olahraga yang
memerlukan pembesaran otot, porsi protein dapat ditambahkan ( Fox.EL, 1981 : 283 )
Kwalitatif artinya bahan-bahan harus selalu ada dalam makanan seperti karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral dan air dan jumlahnya dapat diberikan lebih banyak
apabila diperlukan. Misalnya vitamin A, vitamin C, vitamin E dan beberapa mineral
seperti khromium mangaan, magnesium pada atlet harus ditambahkan lebih banyak.
Sebab beberapa vitamin tersebut di atas dapat bertindak sebagai antioksida atau anti
radikal bebas. Bahan radikal bebas hampir selalu dihasilkan dalam metabolisme sel
tubuh, apalagi pada atlet metabolisme yang dipacu lebih besar, maka bahan radikal
bebas akan dihasilkan lebih banyak. Bahan radikal bebas tersebut selain mengganggu
metabolisme sel juga dapat merusak kehidupan sel itu sendiri (Ardle, Mc., Katch, WD,
F.I., Katch, 1981 : 139-189 ) Menurut Brittenham ( 1996: 3 ) bahwa pre dominan
sistem energi pada sistem anaerobic dengan prosentase 80% dan anaerobic 20%. Energi kita berasal dari makanan yang kita makan kemudian dipecah menjadi senyawa
kimia yang disebut adenosine triphosphate atau ATP. Sel-sel otot menggunakan molekul ATP ini sebagai sumber langsung dan utama untuk melakukan kegiatan otot.
(29)
Menurut Bompa ( 1983 : 22 ) bahwa energi adalah kebutuhan prasyarat untuk
melaksanakan kerja fisik selama latihan. Energi diperoleh dari makanan yang kita
makan kemudian dipecah dalam senyawa yang disebut ATP. Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot yaitu dengan jalan melepaskan energi tinggi ATP menjadi ADP + P atau
adenosine diphosphate + phospate ( Fox, 1981 : 324 ). Jumlah ATP yang disimpan di dalam sel otot adalah terbatas bagaimana ATP harus disediakan untuk kelangsungan aktivitas fisik. ATP dapat disediakan melalui tiga sistem energi dimana satu sistem yang dipakai bergantung dari macam aktivitas fisiknya. Tiga sistem tersebut adalah
sistem ATP-PC, sistem asam laktat, dan sistem oksigen. Sistem ATP-PC dan sistem asam laktat disebut sistem anaerobic sebab simpanan ATP diisi ulang dalam keadaan tidak ada oksigen. Sedangkan sistem oksigen disebut aerobic sebab ATP hanya dalam keadaan ada oksigen. Ketika simpanan ATP dalam otot jumlahnya sudah sangat kecil energi dipecah ketika satu aktivitas fisik dimulai. Pada waktu ini, phosphocreatine atau
PC yang juga disimpan didalam sel otot dipecah menjadi creatine atau C dan
Phosphate atau P. Proses pelepasan energi ini digunakan untuk pemebentukan kembali
ADP + P menjadi ATP dan selanjutnya dapat membentuk sekali lagi menjadi ADP + P
sebab melepaskan energi juga membutuhkan kontraksi otot. Lagi pula energi ini harus
dapat digunakan untuk pembentukan kembali ADP + P menjadi ATP. Simpanan PC
jumlahnya terbatas didalam sel otot, energi dapat disediakan oleh sistem ini untuk
sekitar 8 sampai 10 detik. Sistem ini merupakan sumber energi untuk aktivitas sangat
cepat dan tiba-tiba.. Energi yang berasal dari sistem ATP-PC dan setelah berlangsung 8 sampai 10 detik berubah menjadi sistem asam laktat. Sistem asam laktat memecah
glycogen yang disimpan di dalam sel otot dan hati. Sistem ini lebih baik dari pada sistem PC energi dilepas untuk membentuk kembali ATP dari ADP+P. Hanya dalam
(30)
keadaan tidak ada oksigen asam laktat dibentuk. Ketika intensitas kerja berlanjut untuk
periode waktu yang lebih lama maka jumlah asam laktat menumpuk dalam otot dan
menyebabkan kelelahan dan dengan kejadian ini maka aktivitas fisik harus dihentikan.
Sistem aerobic membutuhkan kurang lebih 2 menit untuk memproduksi energi untuk membentuk kembali ATP dari ADP + P. Kecepatan jantung dan pernafasan harus dapat mencukupi kebutuhan akan jumlah oksigen dalam sel otot agar glycogen dapat dipecah dalam keadaan ada oksigen. Meskipun glycogen sebagai sumber energi yang digunakan untuk membentuk kembali ATP pada kedua sistem yaitu sistem asam laktat dan sistem aerobic, pada akhirnya glycogen dipecah dalam keadaan ada oksigen dan selanjutnya menghasilkan sedikit atau tidak ada sama sekali asam laktat sehingga
memungkinkan atlet untuk melanjutkan latihan lebih lama. Sistem aerobic adalah sumber energi utama untuk kegiatan yang memiliki jangka waktu antara 2 sampai 3
jam. Kerja selama 2 sampai 3 jam dapat dihasilkan dengan penguraian lemak dan
protein untuk mengisi ulang simpanan ATP seperti simpanan glycogen tubuh selain dipecah. Pada waktu ini pemecah glycogen, lemak maupun protein menghasilkan karbondioksida dan air dan kedua produk tersebut dikeluarkan oleh tubuh melalui
pernafasan dan keringat. Kecepatan dimana ATP dapat diisi ulang oleh atlet terbatas oleh kapasitas aerobicnya atau kecepatan maksimumnya untuk mengkonsumsi oksigen ( Fox, 1981 : 325 ).
Menurut Gabbard (1987:50) kesegaran jasmani dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori yaitu :
2.1.1.1Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan atau skill meliputi : a)
Speed atau kecepatan, adalah kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan waktu yang sesingkat mungkin, b) Kelincahan atau
(31)
Agility adalah kemampuan untuk merubah arah atau posisi tubuh dengan singkat dan dimulai dari satu gerakan, c) Daya Ledak atau Power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam
waktu sependek-pendeknya, d) Koordinasi atau Coordination adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan syaraf gerak dalam suatu pola gerakan secara
efisien dan efektif. Dengan dimilikinya koordinasi yang baik maka tugas akan
dapat dilaksanakan dengan mudah dan efektif. e) Keseimbangan atau balance
adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan
gerakan dalam keadaan statis atau dinamis.
2.1.1.2Kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : a) Daya Tahan Jantung
dan paru atau Cardio Respitratory adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem pernafasan dan peredaran darah secara efisien dan efektif
untuk menjalankan kerja. b) Kekuatan otot atau muscular strenght adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban pada suatu kontraksi maksimal. c)
Keseimbangan tubuh atau body composition tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot serta tulang. d) Daya
tahan otot atau muscular endurance adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang
relatif lama dengan beban tertentu. e) Kelentukan atau fleksibility adalah keefektifan seseorang dalam dirinya untuk melakukan aktivitas tubuh secara
maksimal.
Dikatakan di muka bahwa untuk memperoleh tingkat kesegaran jasmani
yang cukup tinggi, seseorang dituntut untuk melakukan latihan fisik dengan teratur
(32)
bicarakan juga tentang prinsip-prinsip dasar latihan fisik. Latihan fisik pada
prinsipnya menurut Brooks ( 1984 : 67-114 ) , dan menurut Hellenbrand ( 1973 :
107-112 ) adalah memberikan stress fisik terhadap tubuh secara teratur, sistematik,
berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan
didalam melakukan kerja secara teratur. Dan menurut Astrand ( 1986 : 296-383 ), Fox
( 1988 : 233 ) bahwa latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang
tertuang dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara
nyata, tetapi tidak demikian halnya jika latihan dilakukan secara tidak teratur. Oleh
karena itu dalam melakukan latihan fisik harus diperhatikan prinsip-prinsip dasar
latihan. Gabbard ( 1987 : 50 ) mengatakan bahwa program physical fitness difokuskan pada perkembangan dan pemeliharaan dari komponen dasar kesehatan, disamping juga
pentingnya kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan seperti : speed, koordinasi, keseimbangan dan kelincahan. Berkaitan dengan program pendidikan
jasmani yang digunakan sebagai suatu pendekatan pokok, yang oleh Gallahue program
itu digambarkan sebagai suatu gerakan analisa model dan bahwa manfaat utama dari
konsep gerakan adalah upaya, usaha Gallaue juga mengingatkan bahwa manfaat
konsep gerakan yang mempunyai nilai pada bidang pendidikan jasmani seperti
aktifitas menari, permainan, olahraga dan senam, yang mana aktivitas tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menghaluskan keterampilan
gerak. Sejalan dengan pendekatan pada pendidikan jasmani dijelaskan bahwa model
perkembangan di definisikan sebagai suatu pedekatan pendidikan jasmani, yang
dimaksud adalah : mendidik anak dalam menggunakan tubuhnya, agar mereka dapat
(33)
Kemampuan dasar dapat diterapkan terhadap banyaknya macam gerakan keterampilan
baik yang perkembangannya berhubungan dengan olahraga maupun tidak.
Perkembangan difokuskan pada pemberian pengalaman gerakan untuk
dikembangkan, permainan, olahraga, menari dan lainnya yang membantu sebagai
sarana untuk meningkatkan keterampilan. Dan dijelaskan pula bahwa aktifitas seperti :
menari, permainan, senam pada tingkat sekolah dasar memainkan peranan yang
integral dalam perkembangan, penghalusan dan bermanfaat pada keterampilan dasar
gerakan dasar ( Gabbard, 1987 : 245-246 ). Namun demikian perencanaan program
latihan harus dilakukan sesuai dengan prinsip dasar latihan pada umumnya. Dan
Gabbard mengatakan bahwa program latihan dapat mencapai optimal bila dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar latihan dan pengetrapanannya dilakukan dengan
hati-hati. Adapun prinsip-prinsip dasar latihan tersebut meliputi : 1) Prinsip beban
berlebih, bahwa untuk mendapatkan efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi
bebab melebihi beban aktivitas sehari-hari Beban diberikan bersifat individual,
mendekati beban maksimal hingga beban maksimal ( Fox., 1984 : 194 ), prinsip ini
dapat meningkatkan penampilan secara umum. 2) Prinsip beban bertambah atau the principle of progressive resistance, prinsip beban bertambah ini dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam suatu program latihan ialah dengan
meningkatkan berat beban, set, repetisi, frekwensi dan lama latihan. 3) Prinsip
individual atau the Priciples of individuallity, yang pada prinsipnya karakteristik seseorang berbeda, baik secara fisik maupun secara psychologis. Oleh karena itu target
latihan disesuaikan dengan tingkat kemampuan jasmani seseorang, dengan tujuan yang
akan dicapai dan lamanya latihan. 4) Prinsip reversible atau The principles of reversibility, bahwa kwalitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali
(34)
apabila tidak dilakukan secara teratur dan kontinyu. Oleh karena itu kesinambungan
latihan mempunyai peranan yang sangat penting dengan tidak melupakan adanya pulih
asal ( Ardle, 1981 : 39-93).
2.1.2 Cardio Respiratory
Menurut Sadoso Sumosardjuno (2002:19-20) kemampuan kerja jantung dan
peredaran darah dapat diukur dari kemampuan melakukan tugas yang berat secara
terus menerus, yang mengikutsertakan golongan otot-otot yang besar dalam waktu
yang lama. Dalam hal ini peredaran kita harus dapat mensuplai oksigen yang cukup
kepada otot-otot agar dapat menjalankan fungsinya. Semakin baik ketahanan jantung
dan peredaran darah kita, otot-otot semakin dapat bertahan lebih lama menjalankan
fungsinya.
Dalam rangka memperbaiki ketahanan jantung dan peredaran darah, harus
melakukan latihan-latihan olahraga secara terus menerus dan teratur paling sedikit
20-30 menit, pada keadaan jantung 70% dari denyut jantung yang maksimal. Denyut
jantung yang maksimal yang boleh dicapai pada waktu melakukan latihan-latihan
olahraga adalah 220 dikurangi umur yang dinyatakan dalam tahun. Misalnya orang
berumur 50 tahun, maka denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pad waktu
melakukan kegiatan olahraga adalah 220 - 50 = 170 denyut setiap menit. Jadi
sebaiknya berlatih sampai denyut jantung mencapai 70/100 x 170 =119 denyut per
menit.
Latihan ini harus dilakukan secara teratur 4-6 hari perminggu. Dengan
demikian, maka akan jelas nampak perbaikan sistem pengangkutan oksigen dalam
(35)
(2002 : 22), reaksi denyut jantung yang timbul dapat dipakai sebagai cerminan dari
reaksi pembebanan. Beban yang dapat diterima oleh jantung bekisar antara 60-80%
dari kekuatan maksimal jantung. Beban seberat itu dijabarkan dengan denyut jantung
antara 70-85% dari denyut jantung maksimal. Dengan demikian olahraga sudah cukup
memperbaiki atau meningkatkan kemampuan jantung bila diberi beban antara 60-80%
atau dengan aturan denyut jantung antara 70-85% dari denyut jantung maksimal.
Bila latihan dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan menyebabkan
kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika beban latihan dibawah 70% maka efek
latihan sangat sedikit atau kurang bermanfaat bagi jantung khususnya bagi orang sehat.
Selanjutnya Dede Kusmana (2002 : 23-25), mengatakan bahwa sebagaimana
dijelaskan sebelumnya darah akan bertambah banyak sewaktu seseorang melakukan
latihan. Aliran darah cukup andaikan beban antara 60-80% dari kemampuannya atau
70-85% dari denyut jantung maksimal. Saat jantung berdenyut pada beban tersebut
aliran akan meningkat antara 3 sampai 5 kali lipat dibandingkan saat istirahat. Bila kita
pertahankan denyut jantung selama latihan aliran darah yang meningkat akan bertahan.
Berarti semakin lama orang berolahraga diantara denyut jantung tersebut semakin
lama pula aliran darah mengalir kedalam pembuluh darah koroner/nadi jantung untuk
meningkatkan daya tahan jantung. Sehingga dosis yang diberikan/nadi latihan harus
dibuat sedemikian rupa sehingga porsi latihan dilakukan pada kondisi tersebut. Denyut
jantung latihan lebih popular dengan istilah Training Zone atau Training Heart Rate (THR), atau Denyut Nadi Latihan.
Penelitian-penelitian menunjukkan, lama latihan antara 20-30 menit sudah
cukup memberikan kemampuan sebanyak 35%, bila dilakukan 3 kali dalam seminggu
(36)
bulan akan menghasilkan peningkatan kemampuan secara optimal. Makin lama
sesorang berlatih pada dosis latihan yang dianjurkan berarti makin lama makin tahan
jantungnya. Makin lama latihan berarti semakin banyak darah yang dialirkan, semakin
banyak pula oksigen yang dipakai atau didistribusikan keseluruh tubuh. Latihan yang
dilakukan lebih dari 30 menit akan memberikan efek ganda, disatu pihak akan
meningkatkan aliran darah, dilain pihak akan membantu memecahkan metabolisme
lemak dan kolesterol. Orang sering merasa semakin banyak berolahraga semakin baik,
sehingga tidak jarang dilakukan setiap hari tanpa henti, apalagi satu harinya lebih dari
satu kali. Keadaan orang tersebut seperti ketagihan, kalau kurang badannya merasa
kurang enak.
Dahulu Cooper sebagai penganjur olahraga aerobik menyampaikan hal yang
sama yaitu setiap hari berolahraga, tetapi akhirnya setelah melakukan pengamatan
yang lama ia mengakui bahwa olahraga 3 kali seminggu sudah cukup. Olahraga yang
dilakukan melebihi lima kali seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi baik
secara psikologis maupun secara fisiologis, sering timbul cedera pada tungkai bila
olahraganya cukup berat. Badan memerlukan pemulihan selesai berolahraga sehingga
satu hari olahraga dan hari lainnya tidak, cukup memberikan kesempatan kepada otot
dan persendian untuk memulihkan diri. Itulah format latihan yang perlu diingat dan
diikuti agar latihan yang dilakukan aman dan pas dengan kekuatan jantung ( Dede
Kusmana,2002: 25-26 ).
Maka paling sering lakukanlah 4 kali seminggu atau paling banyak 5 kali
seminggu dan tidak 7 kali seminggu. Dalam hal ini ketahanan paru juga berhubungan
dengan jantung, karena berhubungan dengan pernapasan. Daya tahan paru-jantung
(37)
waktu yang lama. Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung baik, tidak akan
cepat kelelahan setelah melakukan serangkaian kerja. Misalnya, pada saat naik tangga
dari lantai dasar hingga lantai tiga tidak akan terengah-engah secara berlebihan (Djoko
Pekik Irianto, 2004:27-28).
Dari uraian di atas terdapat istilah ”takaran latihan” (Djoko Pekik Irianto,
2004:30), yaitu antara lain : 1) Frekuensi. Untuk mendapatkan kebugaran paru-jantung
latihan dilakukan secara teratur 3 - 5 kali seminggu. 2) Intensitas. Intensitas yang
digunakan adalah 75% - 85% dari detak jantung maksimal. Bagi mereka yang baru
mulai latihan atau usia lanjut, mulailah berlatih pada intensitas yang rendah misalnya
60%, terus tingkatkan secara bertahap hingga mencapai intensitas latihan yang
semestinya. 3) Time (Durasi). Selama berlatih kerjakan selama 20 - 60 menit tanpa
berhenti.
2.1.3 Persentase Lemak Tubuh
Salah satu tujuan seseorang melakukan latihan fisik adalah mengatur kondisi
tubuh agar tidak terlalau gemuk atau terlalu kurus. Keadaan tubuh yang gemuk masih
dapat ditoleransi apabila gemuk tersebut disebabkan oleh tebalnya otot dan bukan
tebalnya kandungan lemak bawah kulit (skinfold). Ketebalan lemak lebih terkonsentrasi pada lemak di bawah kulit berhubungan dengan pengaruhnya terhadap
besar-kecilnya lingkar lengan atas, lengan bawah lingkar perut, serta lingkar tungkai
atas dan bawah. Ketebalan lemak pada lipatan kulit ( skinfold ) ikut menentukan besar kecilnya ukuran lingkar lengan atas, lengan bawah, lingkar perut, dan lingkar tungkai
atas serta bawah (Kasiyo,1988 : 30). Menurut Maglischo (1982:128) pengukuran
(38)
tersimpan di bawah kulit. Skinfold dapat menebal atau menipis. Menurut Arjatmo Tjokroronegoro yang dukutip oleh Kasiyo (1988:30) skinfold menebal bilamana seseorang banyak makan yang mengandung banyak karbohidrat dan lemak, yang
berarti mengandung energi tinggi, tetapi orang tersebut kurang kegiatan yang
menggunakan energi yang seimbang dengan energi yang masuk. Kelebihan
karbohidrat atau lemak yang tidak digunakan dalam metabolisme akan disimpan
berupa lemak di adipose sel.
Bila seseorang banyak melakukan kegiatan, itu artinya banyak mengeluarkan
energi, dan kandungan karbohidrat yang dimakan relatif kurang, dan tidak seimbang
dengan energi yang dikeluarkan, maka skinfold akan menipis. Menebal atau menipisnya skinfold ada kaitannya dengan kegiatan latihan, yang menggunakan energi yang bersumber pada lemak, dan karbohidrat sebagai sumber energi yang dimakan.
Lemak yang dimaksudkan di sini adalah lemak netral atau yang juga disebut
trigliserida atau triasilgliserol yang disingkat TAG ( Martin, 1981:199-243 ). Seperti kita ketahui bahwa timbunan lemak netral berada di bawah kulit yang tercakup dalam
ketebalan skinfold ( Maglishco,1982:128) di mana lapisan lemak bawah kulit merupakan sebagian dari jaringan adiposa yang dapat kita deteksi lewat alat skinfold caliper di lapangan.
Menurut Strauss (1984:127) sumber energi lemak akan banyak digunakan pada
latihan yang lama dan pada saat sesudah latihan dimana arus darah ke otot meningkat
dan cukup tersedia oksigen. Asam lemak bebas akan dihantarkan ke otot oleh sirkulasi
darah yang meningkat tinggi sehabis latihan yang disebutkan bahwa otot akan
menghasilkan sejumlah besar ATP dari lemak atau asam lemak bebas dibanding dengan yang dihasilkan dari karbohidrat atau glukosa (Kasiyo, 1988 : 31).
(39)
Menurut Falls yang dikutip Kasiyo (1988: 48), ada hubungan antara ukuran
otot dengan kekuatan otot dan dengan meningkatnya ukuran otot kekuatan otot akan
meningkat pula. Suatu fakta yang diketahui dengan baik ialah bahwa otot akan
menjadi tumbuh lebih besar dalam ukurannya jika otot tersebut dilatih dengan latihan
berbean berat. Hal yang senada diungkapkan oleh Strauss (1979:110) bahwa dengan
program latihan beban akan meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta
hypertrophy otot. Hypertropy adalah peningkatan ukuran otot yang berarti peningkatan diameter fiobra otot dan bukan peningkatan jumlah fibra yang baru (Kasiyo,1988:49).
Jadi program latihan yang berat akan menghasilkan peningkatan diameter otot, bila
dikatakan dengan logika terbalik adalah diameter otot yang besar akan menimbulkan
tenaga yang besar karena pembesaran diameter otot adalah hasil dari pembebanan
(Fox,1981:138). Kesimpulannya semakin besar diameter otot karena latihan
pembebanan, semakin tinggi pula kekuatan otot. Kekuatan otot atau Strength yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan
otot merupakan komponen yang sangat penting atau kalau bukan yang paling penting
guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.
Untuk mencari diameter otot, menururt Halpern yang dikutip oleh Kasiyo
(1988:10) adalah diameter otot yang dimaksaud misalnya lengan atas – ketebalan
skonfold lengan atas. Diameter lengan atas adalah lingkar lengan atas : 3,14 (π ).
Dengan kata lain adalah Lingkar lengan atas : 3.14 = diameter otot lengan. Diameter
lengan atas – skinfold legan atas = diameter otot lengan atas. Tentu saja rumus ini juga berlaku bagi otot-otot yang lain seperti perut dan tungkai. Dalam bukunya “
Foundation of Conditioning” Falls, (1970:61) mengatakan bahwa antara ukuran otot dan kekuatan otot ada hubungan yang sangat signifikan.
(40)
Mathews, dalam bukunya Measurement in Physical Education (1978 : 292) mengatakan bahwa prosentase lemak tubuh dapat dicari dengan rumus yang pendek
ialah : % Fat = 100 - ( 100XLean Body Weight/berat badan). Sedang untuk mencari Lean Body Weight sendiri ( dalam satuan kg ) adalah : 44.646 ( angka baku) + (1.0817
X berat badan) – (0.7396X lingkar perut).
2.1.4 Senam Aerobic
Dahulu, kaum pria menganggap senam aerobic adalah olahraga untuk wanita saja dan menganggapnya kurang bermanfaat. Padahal tidak demikian halnya. Senam bermanfaat bagi siapa saja, pria maupun wanita baik tua maupun muda. Tetapi kini, baik pria maupun wanita, bersamasama melakukan senam aerobik demi kebugaran dan kegembiraannya. Senam aerobik telah menjadi sangat populer di Indonesia. Senam tersebut diiringi dengan musik kesenangannya dan irama musik menjadi panduan dari gerakan yang dilakukan. Mereka yang dahulu mengira senam aerobik merupakan olahraga ringan, setelah melakukannya sendiri merasa bahwa rnemang aerobik keras intensitasnya sehingga mereka menghargai seperti olahraga lain yang juga cukup keras intensitasnya. Oleh karena itu, ada berbagai dan beragam jenis senam, sehingga semua orang bisa memilih mana yang cocok untuk mereka. Apapun jenis latihan senam yang kita pilih, semuanya bermanfaat bagi tubuh yaitu untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Syaratnya, latihan tersebut dilakukan dengan teratur, baik, dan benar.
Macam-macam senam yang berkembang di Indonesia antara lain adalah senam si buyung, senam pagi Indonesia, senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat, senam tera dan senam aerobik. Senam-senam tersebut menurut ketentuan PERSANI adalah senam yang termasuk senam general artinya senam yang dilakukan secara
(41)
umum ( Amrum Bustaman, 1992 : 4). Sedangkan senam aerobik sendiri menurut Berty Tilarso (2000:3), ada bermacam-macam seperti : high impact aerobic, law impact aerobic, mix impact aerobic, step aerobic, aqua aerobic, chacha aerobic, funky aerobic, aeroflek, marathob aerobic, fit aerobic, body langage, body conditioning, salsa aerobic,dan dangdut aerobic.
Sebenarnya Low Impact hampir sama dengan Senam Aerobic dalam variasi gerakannya. Hanya saja, dilakukan dengan irama low (rendah) yaitu lebih lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan, tidak ada loncatan sama sekali. Manfaat senam ini sama dengan Aerobic, yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh. Karena sifatnya low, maka senam ini boleh dilakukan siapa saja yang masih mampu untuk melakukannya. rangtua maupun muda boleh melakukannya, karena variasi-variasi gerakannya sederhana dan mudah diikuti.
Pada umumnya senam aerobik dilaksanakan selama satu jam dengan diiring musik yang sesuai dengan iramanya, senam aerobic dimulai dengan pemanasan selama 10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti (senam acrobik) selama 40 menit dan kemudian dilanjutkan dengan pendinginan selama 10 menit. Alat-alat yang dibutuhkan dalam senam ini diantaranya sound system, kaset, dan karpet- karpet kecil agar jika melakukan gerakan melantai tidak sungkan, serta dumbell yang berguna untuk melatih kekuatan. Bisa juga bola2 kecil, tongkat, matras, kursi dll.
Senam aerobic yang berupa latihan-latihan must impact aerobic yakni separuh waktu untuk low impact aerobic (benturan ringan: salah satu kaki selalu masih berada di lantai) dan separuh waktunya untuk high impact aerobic (benturan keras: kedua kaki terlepas dari lantai) dimaksudkan agar peserta tidak cepat bosan. Jika kita melakukan baik high maupun low impact aerobic, maka kita menggunakan berbagai
(42)
macam otot dalam badan kita. Diantaranya otot-otot kaki yang kita gunakan untuk melompat dan juga mengangkat badan serta otot-otot lengan yang menyebabkan jantung memompa lebih keras. Kombinasi low impact dan high impact dapat membantu memperbaiki daya tahan dan kondisi jantung serta peredaran darah kita.
Dengan latihan-latihan senam aerobic secara teratur akan memberi keuntungan bagi tubuh kita. Keuntungan tersebut terutama pada jantung dan paru-paru. Jantung kita dapat memompakan jumlah darah yang lebih banyak dan berdenyut lebih lambat. Paru-paru kita akan bertambah kapasitas pernapasannya, masuk dan keluar. Sementara mitokondria kita yakni komponen dari sel otot yang menyimpan oksigen dan mengeluarkan energi menjadi lebih besar dan banyak sehingga badan kita menjadi lebih efisien untuk membuang panas. Dengan senam yang teratur, badan menjadi segar. Segala keletihan setelah bekerja menjadi hilang. Terlebih lagi, daya tahan tubuh meningkat. Di samping itu, kegiatan olah raga ini juga dapat meningkatkan kebersamaan dan merupakan suatu rekreasi yang murah. Ikut senam secara teratur, tidur menjadi lebih enak, pusing-pusing di kepala menjadi hilang (ladyelen.blogspot.com/2006/08/aerobik-yuk.html - 126k).
Secara umum bila dianalisis, manfaat Senam Aerobik menurut Berti Tilarso (
2000:4) adalah :
2.1.4.1Dapat membakar lemak yang berlebihan di tubuh, menguatkan daya tahan jantung
dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan yang dibuat untuk
menguatkan, mengencangkan dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu
antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada, punggung, lengan kaki dan yang
(43)
2.1.4.2Jika berlatih dengan intensitas tinggi dapat merupakan suatu program penurunan
berat badan.
2.1.4.3Jika berlatih dengan ringan terutama yang bertubuh langsing atau kurus, maka
dapat meningkatkan nafsu makan. Dan jika berlatih dengan berat maka akan
menekan rasa lapar karena darah banyak beredar di daerah otot yang aktif dan
bukan di daerah perut.
2.1.4.4Mencegah penyakit-penyakit menyerang tubuh, karena sistem tubuh dalam
keadaan baik, serta bisa menghilangkan kebiasaan buruk misalnya merokok.
2.1.4.5Meningkatkan kelenturan, keseimbangan, kordinasi, kontrol tubuh, irama dan
sanggup melakukan kegiatan olahraga lainnya.
2.1.5 Senam Body Language
Senam Body Language menurut situs http://ladyelen.blogspot.
com/2007/09/body-language.html, merupakan istilah dan tren baru dalam dunia
persenaman. Senam ini muncul sekitar 3-4 tahun lalu. Jika diperhatian dengan seksama maka Body Language ini, bukanlah gerakan-gerakan senam yang baru. Body Language merupakan gabungan dari beberapa jenis senam yang sudah ada, antara lain senam pembentukan, senam nifas, dasar jazz, dan ballet. Body Language itu mengutamakan gerakan-gerakan untuk kelenturan dan pembentukan otot tubuh. Bila senam ini dilakukan dengan benar dan tepat, dapat menghasilkan bentuk tubuh yang indah dengan kelenturan yang baik, di samping untuk menjaga stamina. Body Language mengajarkan juga cara pernapasan baik yaitu mengombinasikan gerakan-gerakan senam dengan cara pernapasan yang benar. Hasilnya, stamina dan kesehatan tubuh yang baik. Selain itu, senam ini baik untuk wanita terutama mereka yang
(44)
mempunyai problem dengan bentuk tubuh yaitu obesitas ataupun tidak proporsional, seperti bentuk bagian-bagian tubuh yang tidak serasi satu sama lain.
Manfaat Body Language akan kelihatan sekali apabila dilakukan secara benar dan teratur. Berbeda dengan Aerobic dan yang mengutamakan gerakan-gerakan untuk pembakaran kalori atau untuk menurunkan berat badan. Kedua senam ini untuk pembentukan tubuh kurang bermanfaat atau kurang mengena. Untuk orang-orang yang ingin memperindah bentuk tubuh maka Body Language merupakan jawabannya. Body Language mengutamakan gerakan-gerakan yang bermanfaat, mengena langsung ke bagian otot-otot tubuh, sehingga akan terjadi pembentukan dan kelenturan otot sesuai dengan fungsi gerakan itu sendiri. Karena dilakukan dengan teknik yang benar serta kekuatan tenaga, maka akan terjadi pembakaran kalori.
Senam Body Language yang lebih dikenal dengan istilah BL, punya banyak
manfaat. Dengan gerakan yang tak terlalu menguras tenaga tersebut, seseorang tidak
hanya sehat tapi dapat membentuk tubuh yang indah. Senam tersebut diminati
perempuan yang bermasalah dengan bentuk tubuh dan berat badan. Tentu saja, hal
tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya untuk mencapai bentuk tubuh yang indah,
tingkat keberhasilannya relatif singkat. Dalam tempo dua hingga tiga bulan seseorang
mampu mengencangkan dan menurunkan berat badannya tiga sampai lima kilogram.
Sedangkan, dengan waktu yang sama khusus untuk wanita yang baru melahirkan perlu
diimbangi dengan porsi makan yang teratur.
BL juga dapat memperkuat organ wanita dan membantu membentuk posisi badan baik untuk duduk, berdiri, dan berjalan. Sebab senam tersebut memfokuskan
gerakan pada otot perut. Tujuannya untuk menghasilkan bentuk perut yang bebas dari
(45)
pungung. Hal itu terjadi jika gerakan yang dilakukan tidak mengkikuti petunjuk secara
benar, terutama bagi wanita hamil di atas empat bulan.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan masyarakat akan variasi gerakan
dalam program BL, saat ini gerakannya semakin beragam. Untuk itu senam BL
dikombinasi dengan aerobic, Taebo hingga tarian lainnya seperti, Salsa.
Gerakan Body Language. Gerakan senam yang dilakukan saat BL ini memberikan dampak menyeluruh bagi bentuk tubuh seperti lengan, dada, perut, paha,
panggul payudara serta bagian tubuh lainnya. Tentu saja selain manfaat dasarnya
untuk kebugaran tubuh. Senam BL tidak hanya untuk mereka yang kelebihan berat badan, melainkan mereka yang mengalami problem yakni berat badan yang sukar naik
alias kurus dapat mengikuti senam ini. Teknis dasar latihan, tetapi pengaturan
dilakukan terhadap waktu serta periode latihan.
Jika seseorang yang mengalami berat badan berlebih dianjurkan untuk
melakukan senam BL minimal tiga kali seminggu dan setiap kali latihan selama satu jam. Selain itu dianjurkan juga untuk mengkombinasikannya dengan senam aerobic
yang dilakukan dua kali setiap minggunya.
Sementara orang yang memiliki postur kurus maka latihan dilakukan tiga kali
setiap minggu. Lama latihan antara 30 menit hingga 45 menit, atau bisa juga selama
satu jam. Sanggar senam pun cukup banyak, dan menawarkan berbagai keunggulan
serta ciri khas masing-masing. Mereka yang datang ke sanggar senam memiliki
beragam latar belakang serta harapan, terutama mengenai kondisi tubuh mereka.
Untuk pemula, langkah yang mudah dan cepat berolahraga BL, sebagai berikut:
a. Latihan mengencangkan dan menguatkan leher dan wajah. Masukkan bibir ke
(46)
Gunakan ujung jari untuk menahannya, lalu pijat-pijatlah bagian bawah wajah
dengan ujung-ujung jari. Lakukan gerakan melingkar dari dagu ke arah belakang
sampai ke kuping. Lakukan berulang-ulang sebanyak sepuluh kali hitungan lambat.
b. Menguatkan dan mengencangkan dada. Dilakukan dengan cara berbaring di matras
/ kasur dengan bantal untuk kepala dan satu bantal lagi ditaruh di belakang
punggung. Bagian bawah punggung harus tertekan ke bawah. Tekuk kedua lengan
ke arah punggung lakukan gerakan ke depan/ke arah dada dengan siku lurus ke
depan, selanjutnya gerakkan tangan lurus ke arah samping. Frekuensi gerakan
tersebut tidak perlu cepat tapi hendaknya dilakukan dengan lembut. Ulangi gerakan
sampai 20-30 kali. Kegunaannya adalah di samping mengencangkan dada, gerakan
tersebut juga dapat menguatkan dan mengencangkan kedua lengan kita.
c. Mengencangkan dan merampingkan perut. Duduk tegak lurus di kursi, pegang
kuat-kuat kedua sisi kursi. Angkat lutut dengan kedua kaki ke dada. Pastikan badan
belakang tegak lurus dan otot perut kencang. Rentangkan kaki ke depan, tahan
selama tiga detik, turunkan lalu perlahan-lahan ke bawah ke posisi semula. Ulangi
terus sekitar 12 - 15 menit.
d. Latihan kekuatan dan keseimbangan. Berdiri menyamping kira-kira 60 cm (24
derajat) dari tembok sambil menekuk siku ke atas. Ayun dan luruskan tangan ke
depan ke arah tembok. Perlahan-lahan sandarkan ke tembok lalu dorong badan ke
arah semula. Lakukan sekitar delapan kali dalam posisi pertama dan dilanjutkan ke
posisi yang lain.
e. Memperindah Pinggul. Berdiri di samping meja yang kira-kira tingginya
sepinggang, lalu ayunkan kaki kanan dan ke belakang sejauh mungkin beberapa
(47)
Bila olahraga BL ini dilakukan secara teratur - 2 kali seminggu untuk pemula dan sesering kita mau, badan kita akan terbentuk indah dan terlihat sebagus yang kita
inginkan.
Manfaat Senam BL adalah :
a. Menjaga kesehatan. Body Language (BL) baik sekali untuk melatih organ kewanitaan. Selain itu, BL juga efektif untuk melangsingkan dan mengencangkan tubuh, serta melancarkan haid yang semula terganggu. Namun pada dasarnya
senam dilakukan untuk menjaga kesehatan.
b. Menjaga Keharmonisan Keluarga. Bentuk tubuh sering diidentikkan dengan
keindahan sosok wanita yang menjadi tujuan utama senam. Senam body language
merupakan hal penting bagi seorang wanita, apalagi bila untuk menjaga keindahan
tubuhnya. Bila dia sudah menikah dan punya anak, maka menganggap urusan
tubuh sudah tak menjadi fokus lagi. Mayoritas tubuh menjadi tak karuan seperti
terlalu gemuk atau sebaliknya menjadi kurus ceking.
c. Dengan mengikuti senam body language juga mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan memperindah tubuh serta stamina tubuh dan
pengetahuan dengan gerakan-gerakan seksual yang bisa diterapkan bagi pasangan
suami istri. Toh kalau tujuannya untuk menjaga keharmonisan keluarga kenapa
tidak?
d. Selain memperindah tubuh, lalu bagaimana dengan remaja atau wanita yang belum
menikah? Kan wanita itu identik dengan kecantikan dan keindahan. Jadi tujuan
(48)
2.1.6 Analisis Perbandingan Signifikansi hubungan Kemampuan Cardio Respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic Dengan Senam Body Language
Salah satu bagian dari kesegaran jasmani adalah kesegaran jasmani yang
berhubungan dengan kesehatan antara lain meliputi kerja jantung dan paru atau Cardio Rspiratory, adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem pernafasdan dan peredaran darah secara efisien dan efektif untuk menjalankan kerja. Kekuatan otot
atau muscular strenght, yang salah satunya adalah body composition. Body composition yang menunjuk pada persentase ketebalan lemak dalam tubuh, tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot
serta tulang ( Gabbbard, 1987: 52), sebab tubuh yang besar tidak selalu disebabkan
oleh besarnya otot, tetapi mungkin juga oleh ketebalan lemak dalam tubuh. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kebugaran erat hubungannya dengan persentase
lemak dalam tubuh.
Sementara Body Language merupakan gabungan dari beberapa jenis senam yang sudah ada, antara lain senam pembentukan, senam nafas, dasar jazz, dan ballet.
Body Language itu mengutamakan gerakan-gerakan untuk kelenturan dan
pembentukan otot tubuh. Manfaat Senam Body Language antara lain adalah menjaga kesehatan. Untuk melangsingkan dan mengencangkan tubuh, serta untuk menjaga
kesehatan. Untuk menjaga keindahan tubuhnya terutama bagi wanita. Untuk
mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan memperindah tubuh
serta stamina tubuh dan pengetahuan.
Apabila dibandingkan, senam Body Language lebih mengarah kepada gerakan untuk membentuk otot-otot. Bila tujuannya adalah kemampuan cardio respiratory dan mengatur persentase lemak tubuh, maka senam body language lebih baik terutama
(49)
pada bentuk anatomis tubuh. Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa senam body language lebih baik atau lebih signifikan bila dihubungkan dengan persentase lemak dalam tubuh.
2.2Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Mengacu pada
pengertian di muka maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah :
2.2.1 Ada perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Latihan Senam Aerobic dan Latihan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
2.2.2 Signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh pada Senam body language lebih baik daripada signifikansi hubungan kesegaran jasmani dan persentase lemak tubuh Senam Aerobic pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.
(50)
METODE PENELITIAN 3.1Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Suharsimi Arikunto,
2006:130). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1989:220) populasi adalah suatu
penduduk yang masuk untuk diselidiki, populasi dibatasi sehingga penduduk atau
individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota sanggar senam “Santa Anna”
Semarang 25-40 tahun, dan sudah melakukan latihan lebih dari satu tahun yang
berjumlah 40 orang, terdiri atas senam aerobic 20 orang dan senam body language 20 orang.
3.2Sampel Penelitian
Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah
populasi (Sutrisno Hadi, 2000:182), dan sampel dalam penelitian ini adalah anggota
puteri sanggar senam “Santa Anna” Semarang. Menurut Suharsimi Arikunto
(2002:112) tentang penentuan sampel bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Mengacu pada anjuran tersebut maka semua populasi penelitian ini digunakan sebagai sampel.
3.3Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel ialah variabel bebas dan satu
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai
penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabe l terikat
(51)
adalah variabel yang dipengaruhi. Adapun variabel-variabel tersebut adalah :
3.3.1 Variabel bebas atau X yaitu : jenis latihan ada 2 yaitu :
X1 : Senam aerobic.
X2 : Senam body language.
3.3.2 Variabel terikat atau Y ialah : jenis Komponen ada 2 yaitu :
Y1 : Kemampuan cardio respiratory
Y2 : Persentase lemak tubuh
3.4Rancangan Penelitian
Didasarkan pada samplingnya, termasuk jenis penelitian populasi, menurut
timbulnya variabel maka jenis pendekatan ini adalah pendekatan non eksperimen.
Dan bila ditinjau dari jenis pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non
eksperimen maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Kemudian bila
ditinjau dari jenis pendekatan menurut model pengembangan maka penelitian ini
termasuk “ One-shot ” model artinya model satu kali tembak, yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada “suatu saat” (
Suharsimi Arikunto,2002:75 ). Desain penelitian yang digunakan adalah “Anava factorial 2x2 design “. Adapun desain yang dimaksud digambarkan seperti berikut :
Jenis latihan
Komponen fitness
Aerobic Kemampuan
cardio respiratory Persentase Lemak tubuh Body Language Kemampuan cardio respiratory Persentase Lemak tubuh
(52)
3.5Teknik Pengumpulan Data
Manusia merupakan instrumen penelitian yang utama dalam pengumpulan
data (Moleong, 2002:121). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
survey tes, sebab menurut Suharsimi Arikunto ( 2002 : 90 ) bahwa survey adalah merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan
atau status, fenomena (gejala) dan menemukan kesamaan status dengan cara
membandingkannya dengan standart yang sudah ditentukan. Metode yang
digunakan adalah pengukuran kesegaran jasmani dengan Harvard Step Test dan dengan mengukur lingkar dan ketebalan lemak pada lengan, perut dan paha, serta
mengukur tinggi badan dan berat badan.
3.6Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan penelitian :
3.6.1.1Untuk mendapatkan populasi, peneliti mengajukan ijin pengambilan data ke
pengelola Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang. Setelah memperoleh ijin
dari pihak Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang selanjutnya penulis
mengurus surat ijin pengambilan data ke Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang yang nantinya digunakan sebagai
rekomendasi dari pihak fakultas ke pihak Sanggar Senam “Santa Anna”
Semarang.
3.6.1.2Langkah berikutnya adalah menghubungi Sanggar Senam “Santa Anna”
Semarang mengenai jumlah anggota yang sudah latihan paling sedikit 1 tahun
dan berusia antara 2540 tahun. Setelah mendapat daftar nama, peneliti dan
Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang. mendiskusikan waktu dan teknik
(53)
Pembimbing dan anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang. yang akan
dijadikan populasi penelitian.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
3.6.2.1Tempat dan waktu penelitian : Penelitian dilakukan di Sanggar Senam “Santa
Anna” Semarang, Sabtu 31 Januari 2009, jam 08 : 00-selesai.
3.6.2.2Sebelum penelitian dilaksanakan, sampel dikumpulkan lalu dilakukan
pendataan ulang, setelah itu melakukan pemanasan.
3.6.2.3Pada waktu penelitian dilaksanakan sampel harus berpakaian senam untuk
mempermudahkan pelaksanaan penelitian.
3.6.2.4Untuk pelaksanaan penelitian menggunakan metode penelitian survey
sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan pengukuran
yaitu : 1) Pengukuran kesegaran jasmani dengan Harvard Step Test 2) Pengukuran prosentase lemak dalam tubuh dengan mengukur lingkar perut dan
mengukur berat badan dengan timbangan,
baik untuk senam aerobic maupun senam body language. 3.6.3 Tahap Penyelesaian Penelitian
Setelah data dikumpulkan maka data tersebut dianalisis dan diolah
dengan sistem Komputerisasi SPSS versi 10 (Syahri Alhusin,2003).
3.7Instrumen Penelitian
3.7.1 Tes Kesegaran Jasmani menggunakan Harvard Step Test, baik untuk kelompok senam aerobic maupun senam Body Language
Penelitian ini akan mengukur peningkatan denyut nadi dengan
(54)
Harvard Step Test antara perempuan dan laki-laki adalah berbeda dalam hal ukuran tinggi bangku yang akan digunakan. Menurut Kirkendall, untuk orang umur di atas
20 tahun tinggi bangku adalah 45 cm dengan langkah setiap menitnya adalah 45
langkah per menit, berarti dengan metronome 120 ketukan setiap menit.
Tes menggunakan Harvard Step Test dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Teste berdiri di depan bangku, 2) Teste naik dengan satu kaki, setelah aba-aba “ya” naikkan kaki kiri di atas bangku, dengan hitungan satu, 3) Teste naik dengan kaki kedua, pada hitungan kedua kaki kanan dinaikkan disamping kaki kiri
diatas bangku, sampai sikap tegak di atas bangku. 4) Teste turun dengan kaki yang pertama kali naik, pada hitungan ketiga turunkan kaki kiri kembali ke lantai. 5)
Diikuti dengan kaki yang satunya lagi. Dari hasil tes dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Waktu melakukan latihan dalam detik
Indeks = --- X 100 5.5 (denyut jantung dalam 30 detik)
Katagori Keterangan Dibawah - 50 Jelek
50 - 80 Sedang Diatas 80 Baik
(Kirkendall, dkk. 1980 : 304)
Tes kesegaran jasmani (Kemampuan cardio respiratory) dengan menggunakan Harvard Step Test dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(55)
1. Teste berdiri di depan bangku
Gambar : 1
Berdiri di depan bangku persiapan untuk melakukan tes (Sadoso, 1984 :15)
2. Teste naik dengan satu kaki, setelah aba-aba “ya” naikkan kaki kiri di atas bangku, dengan hitungan satu.
Gambar : 2
Naikkan dengan satu kaki ( Sadoso, 1984 : 15 )
3. Naik dengan kaki kedua, pada hitungan kedua kaki kanan dinaikkan disamping kaki kiri diatas bangku, sampai sikap tegak di atas bangku.
(56)
Gambar : 3
Naik dengan kaki kedua tegak lurus di atas bangku ( Sadoso, 1984 :15 )
4. Turun dengan kaki yang pertama kali naik, pada hitungan ketiga turunkan kaki kiri kembali ke lantai.
Gambar : 4
(57)
5. Diikuti dengan kaki yang satunya lagi.
Gambar : 5
Turun dengan kaki yang kedua ( Sadoso, 1984 : 15 )
3.7.2 Prosentase lemak tubuh, cara pengukurannya adalah :
3.7.2.1Mengukur lingkar perut, dengan meterline
3.7.2.2Mengukur berat badan menggunakan timbangan badan.
3.7.2.3Penghitungan persentase lemak tubuh, dapat dicari dengan rumus : % Fat =
100 - ( 100X Lean Body Weight/berat badan). Sedang untuk mencari Lean Body Weight sendiri ( dalam satuan kg ) adalah : 44.646 ( angka baku) + (1.0817 X berat badan) – (0.7396X lingkar perut) ( Mathews, 1978 : 292).
3.8 Faktor-faktor Yang Mempengharuhi Penelitian
Dalam suatu penelitian banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian, terutama penelitian eksperimental. Apalagi penelitian ini dilakukan tidak
(58)
dikendalikan. Paling tidak peneliti berupaya untuk meminimalkan. Adapun
kemungkinan-kemungkinan yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi
penelitian antara lain :
3.8.1 Keadaan gizi
Latihan fisik membutuhkan pemenuhan gizi yang memadai, oleh sebab
itu agar sampel tersedia gizi cukup, guna mendukung kesegaran dan kekuatan
jasmaninya. Maka kepada sampel diberikan pengarahan apabila berangkat ke
sekolah atau setelah pulang sekolah untuk selalu segera makan . dimaksudkan agar
kesehatannya menjadi baik tidak mudah sakit.
3.8.2 Cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi pula hasil penelitian, misalnya hujan atau
mungkin cuaca terlalu panas. Maka apabila cuaca tidak mendukung misalnya hujan
atau panas, pengambilan data dapat dipindahkan didalam ruangan ataupun ditunda
menunggu sampai cuaca baik.
3.8.3 Petugas pengambil Data
Dalam penelitian ini pengambilan data hanya sekali dilakukan. Oleh
sebab itu hasil penelitian ini bisa saja menjadi tidak seperti yang diharapkan apabila
cara pengambilan data dilakukan oleh orang-orang yang kurang atau bahkan yang
belum berpengalaman menggunakan berbagai alat dalam intrumen penelitian ini.
Namun karena petugas pengambil data adalah orang-orang yang telah
berpengalaman dalam bidangnya maka hal tersebut dapat diminimalkan. Sebab
para petugas adalah guru-guru olahraga dan pelaksanaannya dibantu oleh
(59)
3.8.4 Kondisi Kesehatan Sampel
Harvard Step Test harus dilakukan oleh orang dalam keadaan sehat karena aktivitasnya termasuk aktivitas berat. Oleh karena itu pada waktu diambil
data apabila sampel pada sakit, lebih-lebih dalam jumlah yang cukup banyak akan
mengganggu penelitian secara keseluruhan. Oleh karena itu peneliti memberi
pengarahan pada sampel agar menjaga kesehatannya dengan, makan teratur, tidur
cukup.
3.9 Analisis Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kesegaran jasmani dengan
Harvard Step Test, data ketebalan lemak dari lingkar perut dan berat badan. Karena data satuan ukurannya beda satu sama lain maka terlebih dahulu dilakukan
transformasi ke skor T baru kemudian dilakukan penghitungan-penghitungan
statistik deskriptif. Uji hipotesis yang akan diuji adalah uji perbedaan signifikansi
hubungan kemampuan cardio respiratory dengan persentase lemak tubuh antara latihan Senam Aerobic dan Body Languange dengan menggunakan uji Anava Faktorial 2x2 Design. Uji hipotesis merupakan kegiatan statistik inferensial. Untuk
melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan
statistik non parametrik dengan kolmogorov-Smirnov tes, uji homogenitas dengan
Chi-Square, dan linieritas dan uji F. Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan sistem SPSS versi 10 (Syahri Alhusin, 2003 :182 ).
(60)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode Survei Tes, bertujuan untuk
membandingkan tingkat signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara senam Aerobic dengan senam Body Language. Kesegaran jasmani diukur dengan Harvad Step Test, dan untuk persentase lemak tubuh dengan mengukur lingkar perut dan berat badan dan dengan rumus tertentu.
Pengukuran telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi data. Pengukuran
kesegaran jasmani yang dihitung adalah denyut nadi dan kemudian dengan rumus
pendek dihitung, demikian pula untuk persentase lemak tubuh sebelumnya dihitung
terlebih dahulu Lean Body Weight dengan rumus maka diperoleh persentase lemak tubuhnya. Karena dari masing-masing variabel satuannya tidak sama maka terlebih
dahulu perlu distandardisasi ditransformasi ke skor T (Sutrisno Hadi, 1990:267).
Setelah itu dilanjutkan dengan perhitungan statistik deskriptif yang hasilnya sebagai
berikut :
Tabel : 1
Data Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Jenis Senam Komponen Fitnes Mean Std. Deviation N Lat Aerobik Kes jasmani 47.1110 7.7565 20
% Fat 50.0000 5.7950 20
Total 48.5555 6.9145 40
Lat BL Kes jasmani 50.5000 8.2358 20
% Fat 55.9995 9.1040 20
Berdasarkan pada tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut : Untuk variabel
kemampuan cardio respiratory dengan latihan senam Aerobic dengan N atau jumlah sampel = 20, mean = 47.1110, nilai std. Deviasi = 7.7565. Untuk persentase lemak
(61)
tubuh dengan latihan senam Aerobic N = 20, nilai mean = 50.0000, nilai std. Deviasi = 5.7950. Untuk variabel kemampuan cardio respiratory dengan latihan Senam BL
dengan N atau jumlah sampel = 20, nilai mean = 50.5000, nilai std. Deviasi = 8.2358.
Untuk persentase lemak tubuh dengan latihan Senam BL N = 20, nilai mean = 55.9995, nilai std. Deviasi = 9.1040.
4.2Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Persyaratan Hipotesis
Setelah dilakukan penghitungan statistik deskriptif selesai maka dilanjutkan
dengan uji hipotesis, uji hipotesis yang akan diuji adalah uji perbedaan signifikansi
hubungan kesegaran jasmani dengan persentase lemak tubuh antara latihan Senam
Aerobic dan Body Languange dengan menggunakan uji Anava Faktorial 2x2 Design, maka dilakukan uji hipotesis, uji ini merupakan kegiatan statistik inferensial. Untuk
melakukan uji ini ada dua hal yang harus diuji terlebih dahulu : 1) apakah beberapa
sampel yang telah diambil berasal dari populasi yang sama ( populasi data
berdistribuasi normal ), 2) apakah sampel-sampel tersebut mempunyai varians yang
sama ? Dan uji ini lebih dikenal dengan Uji Persyaratan Analisis ( Singgih Santoso,
2005 : 209 ).Untuk itulah dari hasil perhitungan statistik deskripsi seperti terlihat
pada tabel 1, kemudian dilanjutkan dengan uji persyaratan analisis hipotesis yang
meliputi beberapa langkah sebagai berikut : Adapun sebelum uji hipotesis dilakukan
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis yang meliputi 1) uji normalitas
data, 2) uji homogenitas, dengan langkah-langkahnya sebagai berikut :
4.2.1.1Uji Normalitas Data
(1)
(2)
Gambar 1 : Senam Body Language
(3)
Gambar 3 : Harvard Step Test
(4)
(5)
(6)
Gambar 7 : Sampel Penelitian dan Peneliti