PERBEDAAN SIGNIFIKANSI HUBUNGAN KEMAMPUAN CARDIO RESPIRATORY DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH ANTARA SENAM AEROBIC DENGAN SENAM BODY LANGUAGE PADA ANGGOTA SANGGAR SENAM “SANTA ANNA” SEMARANG TAHUN 2009.

(1)

TUBUH ANTARA SENAM AEROBIC DENGAN SENAM

BODY LANGUAGE PADA ANGGOTA SANGGAR

SENAM “SANTA ANNA” SEMARANG

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Dwi Kurniawan Nim : 6301404047

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009


(2)

Dwi Kurniawan (2009) : Perbedaan Signifikansi Hubungan Kemampuan Cardio Respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic dan Senam Body Language Pada Anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009. Permasalahan penelitian ini adalah : 1) Adakah perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam

Aerobic dan Senam Body Language pada anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009 2) Manakah yang lebih baik signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh, antara Senam Aerobic

dan Senam Body Language pada anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam

Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009 2) Signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh yang lebih baik antara Senam Aerobic dan Senam Body Language pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan menggunakan metode survey. Populasi yang digunakan adalah anggota puteri sanggar senam “Santa Anna” Semarang, berusia antara 25-40 tahun, dan sudah melakukan latihan lebih dari satu tahun yang berjumlah 20 orang untuk senam aerobic, dan 20 orang untuk senam body language. Semua populasi digunakan sebagai sampel. Metode pengolahan data yang akan diuji adalah uji perbedaan signifikansi hubungan Kemampuan cardio respiratory

dengan persentase lemak tubuh antara latihan Senam Aerobic dan Body Languange

dengan menggunakan uji Anava Faktorial 2x2 Design. Uji hipotesis merupakan kegiatan statistik inferensial. Untuk melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan statistik non parametrik dengan kolmogorov-Smirnov tes, uji homogenitas dengan Chi-Square, dan linieritas dan uji F. Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan sistem SPSS versi 10 (Syahri Alhusin, 2003:182).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel jenis latihan diperoleh nilai Fhitung sebesar 7.211 dan nilai signifikansi sebesar

0.009 < α(0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai yang signifikan

pada jenis latihan Aerobic dan Body Language. Nilai mean jenis latihan aerobic untuk komponen fitness, cardio respiratory adalah sebesar 47.111 < 50.500 Kemampuan

cardio respiratory dan persentase lemak, nilai mean jenis latihan aerobic persentase lemak adalah sebesar 50.000 < 55.999. Dari perbedaan mean ini dapat diketahui bahwa signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh Senam body language lebih baik dari pada Senam Aerobic.

Saran yang diajukan adalah : 1) Bagi sampel ialah anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang agar menyadari bahwa kesegaran jasmani perlu ditingkatkan lagi karena ternyata belum maksimal. 2) Bagi para instruktur sanggar senam “Santa Anna” Semarang berkenan untuk mengkaji mengapa status kemampuan cardio respitratory

para anggotanya walaupun baik tetapi belum maksimal, sedangkan untuk senam Body Language ternyata lebih baik. Kemungkinan dapat dilihat dari program latihan.


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Hari : ... Tanggal : ...

Semarang, 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hermawan, M.Pd. Dra. M.M. Endang Sri Retno,M.S

NIP. 131784447 NIP. 131281228

Mengetahui : Ketua Jurusan PKLO

Drs. Nasuka, M.Kes. NIP.131485010


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Senin

Tanggal : 13 April 2009

Panitia Ujian :

Ketua Panitia : Sekretaris :

Drs. Uen Hartiwan, M.Pd. Soedjatmiko, S.Pd. M.Pd. NIP. 131281216 NIP. 132158716

Dewan Penguji :

1. Dra. Kaswarganti Rahayu, M. Kes. NIP 131993872

2. Drs. Hermawan, M.Pd. NIP. 131784447

3. Dra. M.M. Endang Sri Retno, M.S. NIP. 131281228


(5)

MOTTO :

“ Siapa saja yang banyak bersyukur atas nikmat Allah S.W.T, maka Allah S.W.T, akan menambah atas nikmat kamu, dan barang siapa ingkar atas nikmat Allah S.W.T, sesungguhnya adzab Allah sangat pedih” ( Q.S. Ibrahim : 7 )

Kupersembahkan untuk :

Bapakku Sugiharto dan ibuku Sumini, Kakakku Mas Herdy, teman-temanku Angkatan 2004. Almamater FIK UNNES yang ku Cintai.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar pula bahwa usaha dan perjuangan penulis yang maksimal untuk menyelesaikan skripsi ini bukanlah merupakan perjuangan penulis sendiri, karena tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak mustahil skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan petunjuk, arahan, saran serta bimbingan dalam perkuliahan hingga selesainya skripsi ini

4. Drs. Hermawan, M.Pd. dan Dra M.M. Endang Sri Retno, M.S. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan dan bimbingan, petunjuk dan saran hingga skripsi ini dapat terwujud.

5. Para Bapak dan Ibu Dosen Universitas Negeri Semarang, khususnya Fakultas Ilmu Keolahragaan yang banyak menyumbang saran dan petunjuk. Serta menurunkan sejumlah pengetahuan hingga menambah luas wawasan penulis.

6. Pengurus Sanggar Sebnam “Santa Anna” Semarang yang telah memberi ijin kepada penulis dan menyediakan anggotanya untuk sampel penelitian

7. Anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

8. Teman-teman mahasiswa PKLO FIK UNNES terutama yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, terima kasih atas kerjasamanya

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(7)

penelitian ini bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan.

Semarang, 2009 Penulis


(8)

HALAMAN JUDUL ………. i

SARI ……….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ……….... 1

1.2 Permasalahan ………... 6

1.3 Tujuan Penelitian ………... 7

1.4 Penegasan Istilah ………... 7

1.5 Manfaat Penelitian ……....………... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ………... 10

2.1 Landasan Teori ………... 10

2.1.1 Kesegaran Jasmani ... 12

2.1.2 Cardio Respiratory ... 19

2.1.3 Persentasi Lemak Tubuh ... 23

2.1.3 Senam Aerobic ………. 25

2.1.4 Senam Body Language ………. 28

2.1.5 Analisis Perbandingan Signifikansi Hubungan Kemampuan Cardio Respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic dengan Senam Body Language ……… 33 2.2 Hipotesis ……… 34

BAB III METODE PENELITIAN ………... 35

3.1 Populasi Penelitian ……..……….... 35

3.2 Sampel Penelitian ………. 35


(9)

3.5 Teknik Pengambilan Data ……… 37

3.6 Prosedur Penelitian ……..……….... 37

3.7 Instrumen Penelitian ………... 38

3.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian ………... 42

3.9 Analisa Data ………... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 45

4.1 Deskripsi Data ………... 45

4.2 Hasil Penelitian ……… 46

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………... 55

5.1 Simpulan ………... 55

5.2 Saran ……….... 55

DAFTAR PUSTAKA ………... 56

DAFTAR LAMPIRAN ………... 58


(10)

Tabel Halaman

1. Data Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 45

2. Data Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 47

3. Rangkuman hasil perhitungan Uji Homogenitas ... 43

4. Tests of Between-Subjects Effects... 43

5. Hasil Perhitungan Uji Tests of Between-Subjects Effects ... 50

6. Hasil Perhitungan Uji Parameter Estimates ... 51

7. Tests of Between-Subjects Effects ... 51

8. Parameter Estimates ... 51


(11)

Gambar Halaman 1 Berdiri di depan bangku persiapan unutk merlakukan tes. 40

2 Naik dengan satu kaki... 40

3. Naik dengan kaki kedua, tegak lurus di atas bangku ... 41

4. Turun dengan kaki yang pertamakali naik ... 41

5. Turun dengna kaki yang kedua ... 42


(12)

UNIVERSITAS NEGERI

SEMARANG

58 59 60 61 62 63 64 65 66 67

68 69 70 71 72 73 74 75 76 77


(13)

78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

88 89 90 912 92 93 94 95 96 97

98 99 100 101 102 103 104 105 106 107


(14)

PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul

Bertambahnya usia adalah suatu hal yang tak terhindarkan. Tetapi

bertambahnya usia dan menjadi tua tidak selalu identik dengan tubuh yang renta.

Olahraga rutin dapat membantu menghadapi hari tua dengan baik, dalam arti dapat

tetap beraktivitas. Banyak orang cenderung hanya memperhatikan asupan makanan

yang bergizi dan bervitamin namun lupa untuk berolahraga secara teratur. Padahal

olahraga merupakan salah satu obat mujarab untuk mengerem laju proses penuaan.

Hasil studi memperlihatkan olahraga dapat melindungi jantung dan tulang,

memperbaiki perasaan, istirahat, dan ingatan; mengurangi resiko kanker payudara

dan usus besar; mengurangi resiko kematian prematur, dan benar-benar

memperpanjang usia.

Aktivitas yang padat kadang membuat gaya hidup yang menjadi kurang

sehat. Saat sehat seringkali olahraga terasa bukan satu hal yang amat penting,

terlebih dalam lingkungan yang serba sibuk dengan pekerjaan tapi olahraga akan

terasa sebaliknya bila sebuah penyakit telah mengancam serius kesehatan.

Pada umumnya orang yang tidak berolahraga mengemukakan alasan utama

adalah tidak memiliki waktu dan tidak memiliki movitasi untuk melakukannya.

Oleh karena itu, cara pertama yang harus dilakukan adalah mengubah kebiasaan.

Karena olahraga adalah kegiatan fisik yang mudah disesuaikan dalam kehidupan

sehari-hari setiap orang, maka disarankan melakukan olahraga selama 20 menit tiga

hari per minggu.

Dengan waktu luang yang sangat terbatas, masyarakat yang berolahraga

mengandalkan olahraga yang sederhana terutama olahraga yang membutuhkan


(15)

waktu sedikit seperti stretching, jogging, dan sebagainya. Masyarakat berolahraga untuk memperoleh kesegaran tubuh agar kesehatan tubuh tetap terjaga setelah

beraktivitas panjang.

Perkembangan kegiatan olahraga di kota-kota besar sangat pesat, seperti lari

pagi, senam sehat indonesia, senam jantung sehat, dan sebagainya. Di kota

Semarang olahraga tersebut banyak dilakukan oleh warga masyarakat, terutama

pada hari minggu dan hari libur lainnya. Dengan meningkatnya kualitas lanjut usia,

mendorong para lanjut usia untuk mampu menyesuaikan diri, mampu melakukan

adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya dengan semangat optimisme,

kebijaksanaan, kearifan, dan bebas dari tekanan ambisi kehidupan serta berada pada

kondisi sehat sejahtera lahir dan batin.

Salah satu dari aktivitas olahraga tersebut yang memasyarakat adalah

olahraga senam. Hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat terutama orang dewasa dan orang tua, baik secara kelompok kecil

maupun di klub-klub senam yang memang cukup banyak. Oleh karena itu melalui

klub atau sangar senam dilakukan olahraga senam secara teratur, terukur dan

terawasi serta berkelanjutan mendorong para anggotanya untuk tetap menjaga

peningkatan kesegaran jasmaninya agar terhindar dari kemungkinan gangguan

penyakit fisik psikologis secara dini sehingga mereka bukan lagi beban keluarga

melainkan justru menjadi soko guru bagi keluarga.

Senam di Indonesia dikenal sebagai salah satu cabang olahraga, dalam

Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Gymnastic, yang berasal dari kata Gymnos

dari bahasa Yunani yang artinya telanjang. Istilah gymnastic tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak, sehingga


(16)

pada waktu itu teknologi pembuatan bahan pakaian belum memungkinkan

membuat pakaian yang bersifat lentur dan mengikuti gerak pemakainya. Agus

Mahendra ( 2001: 2 ) mendefinisikan senam sebagai latihan tubuh yang dipilih dan

dikonstruksi dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara

sistematik dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan

ketrampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.

Bermacam-macam jenis senam yang ada di masyarakat sebut saja senam

Aerobic. Senam Aerobic adalah salah satu bentuk yang paling popular dalam latihan kebugaran. Sebab aerobik lebih menyenangkan untuk dilakukan dan dapat

dilakukan sendirian atau dengan orang lain (Brick, 2001:7 ). Senam aerobik adalah

serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik

yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi

tertentu ( Marta Dinata, 2003 : 10 ). Selanjutnya Brick ( 2001 : 4 ) menjelaskan

bahwa keuntungan fisik yang didapat dari aerobic adalah, mengenai jantung. kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan komposisi tubuh. Senam yang lain

yang juga beredar di masyarakat terutama di sanggar-sanggar senam adalah body language.

Senam body language yang lebih dikenal dengan istilah BL, punya banyak manfaat. Dengan gerakan yang tak terlalu menguras tenaga tersebut, seseorang

tidak hanya sehat tapi dapat membentuk tubuh yang indah. Senam tersebut diminati

perempuan yang bermasalah dengan bentuk tubuh dan berat badan. Tentu saja, hal

tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya untuk mencapai bentuk tubuh yang indah,

tingkat keberhasilannya relatif singkat. Dalam tempo dua hingga tiga bulan

seseorang mampu mengencangkan dan menurunkan berat badannya tiga sampai


(17)

baru melahirkan perlu diimbangi dengan porsi makan yang teratur. BL juga dapat

memperkuat organ wanita dan membantu membentuk posisi badan baik untuk

duduk, berdiri, dan berjalan. Sebab senam tersebut memfokuskan gerakan pada otot

perut. Tujuannya untuk menghasilkan bentuk perut yang bebas dari timbunan

lemak. Tetapi gerakan BL juga dapat berdampak cedera pada tulang pungung. Hal itu terjadi jika gerakan yang dilakukan tidak mengikuti petunjuk secara benar,

terutama bagi wanita hamil di atas empat bulan.

Seiring dengan berkembangnya tuntutan masyarakat akan variasi gerakan

dalam program BL, saat ini gerakannya semakin beragam. Untuk itu senam BL

dikombinasi dengan aerobic, Taebo hingga tarian lainnya seperti, Salsa.

Cabang olahraga senam memang banyak dipilih, disusun dan dirangkai secara

sistematis sehingga berguna bagi kesegaran jasmani ( Berty Tilarso, 2000 :1).

Secara umum tujuan orang melakukan senam adalah tercapainya tingkat kesegaran

jasmani. Hasil seminar nasional mengatakan bahwa seseorang yang memiliki

kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai kesanggupan

dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dengan effisien tanpa kelelahan

yang berarti. Jadi kesegaran jasmani adalah untuk meningkatkan manusia dari segi

fungsi tubuh manusia atau the functioning of the human body (Dumadi, 1979:8 ). Menurut Gabbard ( 1987 : 50 ) kesegaran jasmani dapat dikelompokkan

menjadi dua kategori yaitu : 1) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan

keterampilan atau skill dan 2) Kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam kesehatan antara lain daya tahan jantung dan paru ( cardio respiratory ) serta keseimbangan tubuh atau body composition tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot serta


(18)

Sebab tubuh yang besar tidak selalu disebabkan oleh besarnya otot, tetapi mungkin

juga oleh ketebalan lemak dalam tubuh. Daya tahan otot atau muscular endurance

adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi

secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

Kelentukan atau fleksibility adalah keefektifan seseorang dalam dirinya untuk melakukan aktivitas tubuh secara maksimal.

Sejalan dengan hal tersebut Sharkey ( 1984: 18) mengatakan bahwa sasaran

orang melakukan latihan fisik adalah kesegaran jasmani yang juga mengarah

kepada “such and changes in respiration, the heart and circulation, the nervous and endocrine system, body composition, bones, ligamen, and tendon”. Body composition mengarah pada ketebalan lemak pada otot atau lean body weight.Lean body weight pada prinsipnya akan melihat besarnya tubuh seseorang disebabkan oleh tebalnya lapisan lemak di bawah kulit (skinfold), ataukah tebalnya otot yang disebabkan oleh banyaknya latihan. Bila seseorang banyak melakukan kegiatan

latihan, itu artinya banyak mengeluarkan energi, dan kandungan karbohidrat yang

dimakan relatif kurang, dan tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan, maka

skinfold akan menipis. Menebal atau menipisnya skinfold ada kaitannya dengan kegiatan latihan, yang menggunakan energi yang bersumber pada lemak, dan

karbohidrat sebagai sumber energi yang dimakan. Lemak yang dimaksudkan di sini

adalah lemak netral atau yang juga disebut trigliserida atau triasilgliserol yang disingkat TAG ( Martin DW, 1981 : 199-243 ).

Bertolak dari uraian diatas maka penulis tertarik ingin mengadakan penelitian

dengan judul : “ Perbandingan Signifikansi Hubungan Kemampuan cardio respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic dan Senam Body Language Pada Anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009”


(19)

Adapun alasan pemilihan judul penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1.1.1 Tujuan orang melakukan latihan dan tergabung dalam klub senam secara umum

adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani

1.1.2 Senam yang sedang populer dan banyak beredar di masyarakat adalah senam

aerobic dan senam body language

1.1.3 Kesegaran jasmani bisa diukur secara cardio respiratory atau bisa juga secara

neuro mucscular yang dapat dilihat dengan persentase lemak tubuh.

1.1.4 Perlu ada penelitian tentang perbandingan signifikansi hubungan cardio respiratory dengan persentasi lemak tubuh antara senam aerobic dan senam

body language.

1.2Permasalahan

Sesuai dengan latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, maka

munculah permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut

:

1.2.1 Adakah perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

1.2.2 Manakah yang lebih baik signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh, antara Senam Aerobic dan Senam

Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.


(20)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1.3.1 Perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Senam Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

1.3.2 Signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh yang lebih baik antara Senam Aerobic dan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

1.4Penegasan Istilah

Agar permasalahan yang dibicarakan tidak terjadi salah penafsiran istilah

yang digunakan, maka perlu penegasan istilah yang meliputi :

1.4.1 Signifikansi

Signifikan dalam bahasan Inggris (Significant) artinya “berarti” ( Hassan Shadily, 1975: 526). Dalam penelitian ini yang dimaksud signifikan

adalah kesegaran jasmani dengan persentase lemak tubuh antara senam aerobic dan senam body language ada hubungan yang berarti atau ada artinya, atau ada kondisi saling mempengaruhi pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun

2009.

1.4.2 Hubungan

Hubungan menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Depdikbud, 1976:326 ), adalah: (1) keadaan berhubungan atau

dihubungkan, (2) sesuatu yang dipakai untuk berhubungan atau menghubungkan,


(21)

penelitian ini adalah menghubungkan kesegaran jasmani dengan persentase lemak

tubuh pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

1.4.3 Cardio Respiratory

Cardio Respiratory merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang menunjuk pada kategori kesehatan, adalah kemampuan seseorang dalam

menggunakan sistem pernafasan dan peredaran darah secara efisien dan efektif

untuk menjalankan kerja. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan fisik yang

dapat berupa kemampuan aerobic ataupun anaerobic. Kemampuan fisik tersebut dapat dilatih melalui program latihan fisik. Kemampuan aerobic antara lain dapat diketahui dari kemampuan sistem Cardio Respiratory untuk menyediakan kebutuhan oksigen sampai ke dalam mitokondria, sedangkan kemampuan

anaerobic dapat diketahui dari kekuatan kontraksi otot ( Fox.EL, 1981 : 263 ). 1.4.4 Persentase lemak tubuh

Istilah lain ketebalan lemak tubuh adalah lean body weight. Secara arti kata

Lean body weight adalah tipisnya lapisan lemak pada tubuh seseorang. Pada prinsipnya akan melihat besarnya tubuh seseorang disebabkan oleh tebalnya lapisan

lemak di bawah kulit (skinfold), ataukah tebalnya otot yang disebabkan oleh banyaknya latihan ( Mathews, 1978:287). Cara menentukannya ialah dengan

melihat tebalnya lapisan kulit dengan pengukuran ketebalan kulit menggunakan

jangka lengkung atau calipers. Cara pengukuranya mengikuti teori dari Halpern

(1979:369).

1.4.5 Senam Aerobic

Senam aerobic adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan


(22)

Selanjutnya Brick (2001:4) menjelaskan bahwa keuntungan fisik yang didapat dari

aerobik adalah, mengenai jantung. kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan

komposisi tubuh.

1.4.6 Senam Body Language

Senam Body Language adalah jenis senam yang bertujuan membentuk tubuh dan berat badan ideal. Untuk mencapai bentuk tubuh yang indah, senam ini

tingkat keberhasilannya relatif singkat. Dalam tempo dua hingga tiga bulan

seseorang mampu mengencangkan dan menurunkan berat badannya tiga sampai

lima kilogram.

1.4.7 Anggota sanggar senam

Anggota merupakan seorang di dalam keluarga, kelompok, golongan atau

organisasi. Sedangkan menurut Depdiknas (2005:48), anggota adalah orang (badan)

yang menjadi bagian atau masuk di suatu golongan (perserikatan, dewan, panitia,

dan sebagainya ). Dalam penelitian ini yang dimaksud anggot adalah orang-orang

yang tergabung atau tergolong dalam kelompok yang ada di sanggar senam “Santa

Anna” Semarang

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari diadakannya penelitian ini diharapkan :

1.5.1 Sebagai informasi bagi khalayak umum tentang pentingnya menjaga

kesehatan, kesegaran jasmani, dan komposisi tubuh yang seimbang.

1.5.2 Sebagai sumbang saran tentang manfaat kesehatan terhadap aktivitas


(23)

(24)

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1Landasan Teori

2.1.1 Kesegaran Jasmani

Istilah kesegaran jasmani berdasarkan dari hasil Seminar Nasional Kesegaran

Jasmani tanggal 16 Maret sampai dengan 20 Maret 1971 di Jakarta dengan

pertimbangan bahwa istilah tersebut telah umum digunakan di Indonesia sebelum

diadakan seminar nasional. Di kalangan Polri menggunakan istilah Samapta Jasmani .

Tetapi Soedjatmo Soemowerdojo menggunakan istilah Kebugaran Jasmani, sedang

Radiopoetro menggunakan istilah Kemampuan Jasmani ( Endang Sri Retno, 1989 : 4 ).

Istilah-istilah tersebut dikemukakan atas dasar terjemahan dari istilah Physical fitness

yang menurut Lawrens dan Ronald dapat disamakan dengan istilah Organic fitness

atau Physiological fitness. Kemudian istilah physical fitness inilah dipakai sebagai dasar untuk pengertian kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani adalah cermin kemampuan faal atau fungsi

sistem-sistem dalam tubuh yang dapat mewujudkan suatu peningkatan kwalitas hidup dalam

setiap aktivitas fisik. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan fisik yang dapat

berupa kemampuan aerobic ataupun anaerobic. Kemampuan fisik tersebut dapat dilatih melalui program latihan fisik. Kemampuan aerobic antara lain dapat diketahui dari kemampuan sistem kardiorespirasi untuk menyediakan kebutuhan oksigen sampai

ke dalam mitokondria, sedangkan kemampuan anarobic dapat diketahui dari kekuatan kontraksi otot. ( Fox.EL, 1981 : 263 ). Kemampuan kerja seseorang yang mempunyai

tingkat kesegaran jasmani yang tinggi tidak sama dengan orang yang tingkat


(25)

kesegarannya rendah. Pada orang yang tingkat kesegarannya tinggi akan mampu

bekerja selama 8 jam dengan kemampuan kerja 50% dari kapasitas aerobic, sementara orang yang kesegaran jasmaninya rendah hanya mampu menggunakan 25% kapasitaas

aerobic. Dengan demikian kebugaran jasmani yang tinggi juga dapat menunjang gairah kerja.

Menurut Sadoso Sumosardjuno yang dikutip Dumadi dkk (1979:9 )

kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya

sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa

atau cadangan tenaga untuk melaksanakan kegiatan lain. Soedjatmo Soemowerdojo

(1977:1) menggunakan istilah kebugaran jasmani untuk istilah kesegaran jasmani,

sementara Radioputro (1974:1) menggunakan istilah kemampuan jasmani.

Kesanggupan dan kemampuan menurut Radioputro berbeda. Orang dapat

menyanggupi sesuatu tetapi belum tentu dapat melaksanakan kesanggupan tersebut.

Jadi kesanggupan sesuatu yang belum ada kenyataannya sedangkan kemampuan sudah

ada kenyataannya. Kemampuan ini dari usaha otot melakukan kerja.

Golden Lawrence dan A,. Bos. Ronald menggunakan istilah organic fitness atau psysiological fitness (1970:1), M.Sajoto (1995:9) mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari

dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dengan pengeluaran energi yang

cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta

untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Dangsina

Moeloek(1984:2) mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan dan

kesanggupan tubuh dalam penyesuaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang


(26)

Mengenai istilah kesegaran jasmani dalam buku-buku banyak sekali tetapi

hampir semua istilah mengarah pada pengertian physical fitness sebagai salah satu dari aspek total fitness. Hasil seminar nasional mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai

kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dengan effisien tanpa

kelelahan yang berarti. Jadi kesegaran jasmani adalah untuk meningkatkan manusia

dari segi fungsi tubuh manusia atau the functioning of the human body ( Dumadi dkk, 1979 : 8 ). Istilah kesanggupan dan kemampuan, dibedakan oleh Radioputro. Orang

dapat menyanggupi sesuatu tetapi belum tentu mampu melaksanakan kesanggupannya

itu. Kesanggupan sesuatu yang belum ada kenyataannya, sedangkan kemampuan

adalah kenyataan dari kesanggupan tersebut. ( Radioputro, 1974 : 1 ). Kemampuan

adalah usaha otot untuk melakukan pekerjaannya, yang memerlukan tingkat

kemampuan yang berbeda sejalan dengan perbedaan pekerjaannya. Pekerjaan tersebut

dilakukan sacara efisien. Dalam proses menjalankan pekerjaan itu inginnya diperoleh

hasil yang sepadan dengan sumber-sumber kemampuan yang digunakan. Dengan kata

lain hendaknya dijamin adanya efisiensi. Efisiensi ialah perbandingan terbaik antara

kemampuan dengan hasil yang diperoleh ( Dumadi dkk, 1979 : 9 )

Kelelahan yang berarti mengarah kepada unsur fisiologis yaitu

pengembangan fungsi tubuh atau pengembangan ergosistem yang antara lain

skeleto-neuro-musculair dan respirasi-cardio-sirculatoir, oksigen akan banyak diedarkan

bilamana diperlukan dan dalam waktu yang lebih lama tanpa menjadi lelah dalam

batas-batas fisiologis, kemudian diperoleh pemulihan yang sempurna sebelum datang

kerja yang akan datang. Sedangkan menimbulkan kelehan berarti mengarah kepada


(27)

jantung yang sifatnya menyesuaikan keadaan kebutuhan badan akan bekerja terlalu

keras dengan menambah out-putnya.

Karpovic ( 1963 : 262 ) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai

kesegaran jasmani memiliki syarat-syarat fisik tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah

syarat anatomis dan atau syarat fisiologis. Anatomis misalnya seseorang yang

mempunyai ukuran berat badan dan tinggi badan tertentu dengan bermacam-macam

dimensi ukuran tubuh. Fisiologis misalnya seseorang dapat mempertahankan

temperatur tertentu, dapat melakukan pekerjaan fisik tertentu yang melibatkan usaha

otot. Dalam hubungan meningkatkan kedua syarat tersebut, Santoso Giriwardojo (

1970 : 2 ) mengatakan bahwa dengan latihan yang lebih baik maka secara anatomis

perkembangan tubuh juga lebih baik, karena latihan fisik juga salah satu cara untuk

mengembangkan tubuh secara fisiologis, maka tidak perlu dilakukan secara

tersendiri untuk mengembangkan secara anatomis.

Karena itu untuk memperoleh tingkat kesegaran jasmani yang cukup tinggi,

seseorang dituntut untuk melakukan latihan fisik dengan teratur dan terprogram.

Latihan fisik ini erat hubungannya dengan mempertahankan kondisi fisik yang mutlak

diperlukan bagi seseorang yang ingin menjaga dan meningkatkan kesegaran

jasmaninya.

Selain itu kesegaran jasmani juga tidak lepas dari faktor makanan. Sebab

bahan makanan diperlukan tubuh untuk sumber energi, pembangun sel-sel tubuh,

komponen biokatalisator dan metabolisme. Proses metabolisme penyediaan energi

dalam tubuh dibagi dua ialah : metabolisme anaerobck dan aerobic. Penyediaan energi melalui metabolisme anaerobic berasal dari ATP, ATP Creatin phosphat dan


(28)

aerobic berasal dari pemecahan karbohidrat dan lemak dalam mitokondria yang dibutuhkan oksigen. Makanan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan tubuh baik

secara kwantitatif maupun secara kwalitatif. Kwantitatif artinya perbandingan jumlah

karbohidrat, lemak dan protein yang dimakan harus disesuaikan dengan aktifitas

seseorang. Pada orang normal dibutuhkan protein 1 gram/kilogram berat badan,

sedangkan pada atlet dapat diberikan 10-15 persen dari total kalori. Untuk karbohidrat

diberikan 55-60 persen, lemak diberikan 25-30 persen dari total kalori. Pada cabang

olahraga aerobic dalam waktu yang lama seperti maraton, balap sepeda, pemberian porssi lemak harus diperhatikan. Pada awal program latihan olahraga yang

memerlukan pembesaran otot, porsi protein dapat ditambahkan ( Fox.EL, 1981 : 283 )

Kwalitatif artinya bahan-bahan harus selalu ada dalam makanan seperti karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, mineral dan air dan jumlahnya dapat diberikan lebih banyak

apabila diperlukan. Misalnya vitamin A, vitamin C, vitamin E dan beberapa mineral

seperti khromium mangaan, magnesium pada atlet harus ditambahkan lebih banyak.

Sebab beberapa vitamin tersebut di atas dapat bertindak sebagai antioksida atau anti

radikal bebas. Bahan radikal bebas hampir selalu dihasilkan dalam metabolisme sel

tubuh, apalagi pada atlet metabolisme yang dipacu lebih besar, maka bahan radikal

bebas akan dihasilkan lebih banyak. Bahan radikal bebas tersebut selain mengganggu

metabolisme sel juga dapat merusak kehidupan sel itu sendiri (Ardle, Mc., Katch, WD,

F.I., Katch, 1981 : 139-189 ) Menurut Brittenham ( 1996: 3 ) bahwa pre dominan

sistem energi pada sistem anaerobic dengan prosentase 80% dan anaerobic 20%. Energi kita berasal dari makanan yang kita makan kemudian dipecah menjadi senyawa

kimia yang disebut adenosine triphosphate atau ATP. Sel-sel otot menggunakan molekul ATP ini sebagai sumber langsung dan utama untuk melakukan kegiatan otot.


(29)

Menurut Bompa ( 1983 : 22 ) bahwa energi adalah kebutuhan prasyarat untuk

melaksanakan kerja fisik selama latihan. Energi diperoleh dari makanan yang kita

makan kemudian dipecah dalam senyawa yang disebut ATP. Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot yaitu dengan jalan melepaskan energi tinggi ATP menjadi ADP + P atau

adenosine diphosphate + phospate ( Fox, 1981 : 324 ). Jumlah ATP yang disimpan di dalam sel otot adalah terbatas bagaimana ATP harus disediakan untuk kelangsungan aktivitas fisik. ATP dapat disediakan melalui tiga sistem energi dimana satu sistem yang dipakai bergantung dari macam aktivitas fisiknya. Tiga sistem tersebut adalah

sistem ATP-PC, sistem asam laktat, dan sistem oksigen. Sistem ATP-PC dan sistem asam laktat disebut sistem anaerobic sebab simpanan ATP diisi ulang dalam keadaan tidak ada oksigen. Sedangkan sistem oksigen disebut aerobic sebab ATP hanya dalam keadaan ada oksigen. Ketika simpanan ATP dalam otot jumlahnya sudah sangat kecil energi dipecah ketika satu aktivitas fisik dimulai. Pada waktu ini, phosphocreatine atau

PC yang juga disimpan didalam sel otot dipecah menjadi creatine atau C dan

Phosphate atau P. Proses pelepasan energi ini digunakan untuk pemebentukan kembali

ADP + P menjadi ATP dan selanjutnya dapat membentuk sekali lagi menjadi ADP + P

sebab melepaskan energi juga membutuhkan kontraksi otot. Lagi pula energi ini harus

dapat digunakan untuk pembentukan kembali ADP + P menjadi ATP. Simpanan PC

jumlahnya terbatas didalam sel otot, energi dapat disediakan oleh sistem ini untuk

sekitar 8 sampai 10 detik. Sistem ini merupakan sumber energi untuk aktivitas sangat

cepat dan tiba-tiba.. Energi yang berasal dari sistem ATP-PC dan setelah berlangsung 8 sampai 10 detik berubah menjadi sistem asam laktat. Sistem asam laktat memecah

glycogen yang disimpan di dalam sel otot dan hati. Sistem ini lebih baik dari pada sistem PC energi dilepas untuk membentuk kembali ATP dari ADP+P. Hanya dalam


(30)

keadaan tidak ada oksigen asam laktat dibentuk. Ketika intensitas kerja berlanjut untuk

periode waktu yang lebih lama maka jumlah asam laktat menumpuk dalam otot dan

menyebabkan kelelahan dan dengan kejadian ini maka aktivitas fisik harus dihentikan.

Sistem aerobic membutuhkan kurang lebih 2 menit untuk memproduksi energi untuk membentuk kembali ATP dari ADP + P. Kecepatan jantung dan pernafasan harus dapat mencukupi kebutuhan akan jumlah oksigen dalam sel otot agar glycogen dapat dipecah dalam keadaan ada oksigen. Meskipun glycogen sebagai sumber energi yang digunakan untuk membentuk kembali ATP pada kedua sistem yaitu sistem asam laktat dan sistem aerobic, pada akhirnya glycogen dipecah dalam keadaan ada oksigen dan selanjutnya menghasilkan sedikit atau tidak ada sama sekali asam laktat sehingga

memungkinkan atlet untuk melanjutkan latihan lebih lama. Sistem aerobic adalah sumber energi utama untuk kegiatan yang memiliki jangka waktu antara 2 sampai 3

jam. Kerja selama 2 sampai 3 jam dapat dihasilkan dengan penguraian lemak dan

protein untuk mengisi ulang simpanan ATP seperti simpanan glycogen tubuh selain dipecah. Pada waktu ini pemecah glycogen, lemak maupun protein menghasilkan karbondioksida dan air dan kedua produk tersebut dikeluarkan oleh tubuh melalui

pernafasan dan keringat. Kecepatan dimana ATP dapat diisi ulang oleh atlet terbatas oleh kapasitas aerobicnya atau kecepatan maksimumnya untuk mengkonsumsi oksigen ( Fox, 1981 : 325 ).

Menurut Gabbard (1987:50) kesegaran jasmani dapat dikelompokkan

menjadi dua kategori yaitu :

2.1.1.1Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan atau skill meliputi : a)

Speed atau kecepatan, adalah kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan waktu yang sesingkat mungkin, b) Kelincahan atau


(31)

Agility adalah kemampuan untuk merubah arah atau posisi tubuh dengan singkat dan dimulai dari satu gerakan, c) Daya Ledak atau Power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam

waktu sependek-pendeknya, d) Koordinasi atau Coordination adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan syaraf gerak dalam suatu pola gerakan secara

efisien dan efektif. Dengan dimilikinya koordinasi yang baik maka tugas akan

dapat dilaksanakan dengan mudah dan efektif. e) Keseimbangan atau balance

adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan

gerakan dalam keadaan statis atau dinamis.

2.1.1.2Kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : a) Daya Tahan Jantung

dan paru atau Cardio Respitratory adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem pernafasan dan peredaran darah secara efisien dan efektif

untuk menjalankan kerja. b) Kekuatan otot atau muscular strenght adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban pada suatu kontraksi maksimal. c)

Keseimbangan tubuh atau body composition tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot serta tulang. d) Daya

tahan otot atau muscular endurance adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang

relatif lama dengan beban tertentu. e) Kelentukan atau fleksibility adalah keefektifan seseorang dalam dirinya untuk melakukan aktivitas tubuh secara

maksimal.

Dikatakan di muka bahwa untuk memperoleh tingkat kesegaran jasmani

yang cukup tinggi, seseorang dituntut untuk melakukan latihan fisik dengan teratur


(32)

bicarakan juga tentang prinsip-prinsip dasar latihan fisik. Latihan fisik pada

prinsipnya menurut Brooks ( 1984 : 67-114 ) , dan menurut Hellenbrand ( 1973 :

107-112 ) adalah memberikan stress fisik terhadap tubuh secara teratur, sistematik,

berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan

didalam melakukan kerja secara teratur. Dan menurut Astrand ( 1986 : 296-383 ), Fox

( 1988 : 233 ) bahwa latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang

tertuang dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara

nyata, tetapi tidak demikian halnya jika latihan dilakukan secara tidak teratur. Oleh

karena itu dalam melakukan latihan fisik harus diperhatikan prinsip-prinsip dasar

latihan. Gabbard ( 1987 : 50 ) mengatakan bahwa program physical fitness difokuskan pada perkembangan dan pemeliharaan dari komponen dasar kesehatan, disamping juga

pentingnya kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan seperti : speed, koordinasi, keseimbangan dan kelincahan. Berkaitan dengan program pendidikan

jasmani yang digunakan sebagai suatu pendekatan pokok, yang oleh Gallahue program

itu digambarkan sebagai suatu gerakan analisa model dan bahwa manfaat utama dari

konsep gerakan adalah upaya, usaha Gallaue juga mengingatkan bahwa manfaat

konsep gerakan yang mempunyai nilai pada bidang pendidikan jasmani seperti

aktifitas menari, permainan, olahraga dan senam, yang mana aktivitas tersebut dapat

digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menghaluskan keterampilan

gerak. Sejalan dengan pendekatan pada pendidikan jasmani dijelaskan bahwa model

perkembangan di definisikan sebagai suatu pedekatan pendidikan jasmani, yang

dimaksud adalah : mendidik anak dalam menggunakan tubuhnya, agar mereka dapat


(33)

Kemampuan dasar dapat diterapkan terhadap banyaknya macam gerakan keterampilan

baik yang perkembangannya berhubungan dengan olahraga maupun tidak.

Perkembangan difokuskan pada pemberian pengalaman gerakan untuk

dikembangkan, permainan, olahraga, menari dan lainnya yang membantu sebagai

sarana untuk meningkatkan keterampilan. Dan dijelaskan pula bahwa aktifitas seperti :

menari, permainan, senam pada tingkat sekolah dasar memainkan peranan yang

integral dalam perkembangan, penghalusan dan bermanfaat pada keterampilan dasar

gerakan dasar ( Gabbard, 1987 : 245-246 ). Namun demikian perencanaan program

latihan harus dilakukan sesuai dengan prinsip dasar latihan pada umumnya. Dan

Gabbard mengatakan bahwa program latihan dapat mencapai optimal bila dilakukan

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar latihan dan pengetrapanannya dilakukan dengan

hati-hati. Adapun prinsip-prinsip dasar latihan tersebut meliputi : 1) Prinsip beban

berlebih, bahwa untuk mendapatkan efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi

bebab melebihi beban aktivitas sehari-hari Beban diberikan bersifat individual,

mendekati beban maksimal hingga beban maksimal ( Fox., 1984 : 194 ), prinsip ini

dapat meningkatkan penampilan secara umum. 2) Prinsip beban bertambah atau the principle of progressive resistance, prinsip beban bertambah ini dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam suatu program latihan ialah dengan

meningkatkan berat beban, set, repetisi, frekwensi dan lama latihan. 3) Prinsip

individual atau the Priciples of individuallity, yang pada prinsipnya karakteristik seseorang berbeda, baik secara fisik maupun secara psychologis. Oleh karena itu target

latihan disesuaikan dengan tingkat kemampuan jasmani seseorang, dengan tujuan yang

akan dicapai dan lamanya latihan. 4) Prinsip reversible atau The principles of reversibility, bahwa kwalitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali


(34)

apabila tidak dilakukan secara teratur dan kontinyu. Oleh karena itu kesinambungan

latihan mempunyai peranan yang sangat penting dengan tidak melupakan adanya pulih

asal ( Ardle, 1981 : 39-93).

2.1.2 Cardio Respiratory

Menurut Sadoso Sumosardjuno (2002:19-20) kemampuan kerja jantung dan

peredaran darah dapat diukur dari kemampuan melakukan tugas yang berat secara

terus menerus, yang mengikutsertakan golongan otot-otot yang besar dalam waktu

yang lama. Dalam hal ini peredaran kita harus dapat mensuplai oksigen yang cukup

kepada otot-otot agar dapat menjalankan fungsinya. Semakin baik ketahanan jantung

dan peredaran darah kita, otot-otot semakin dapat bertahan lebih lama menjalankan

fungsinya.

Dalam rangka memperbaiki ketahanan jantung dan peredaran darah, harus

melakukan latihan-latihan olahraga secara terus menerus dan teratur paling sedikit

20-30 menit, pada keadaan jantung 70% dari denyut jantung yang maksimal. Denyut

jantung yang maksimal yang boleh dicapai pada waktu melakukan latihan-latihan

olahraga adalah 220 dikurangi umur yang dinyatakan dalam tahun. Misalnya orang

berumur 50 tahun, maka denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pad waktu

melakukan kegiatan olahraga adalah 220 - 50 = 170 denyut setiap menit. Jadi

sebaiknya berlatih sampai denyut jantung mencapai 70/100 x 170 =119 denyut per

menit.

Latihan ini harus dilakukan secara teratur 4-6 hari perminggu. Dengan

demikian, maka akan jelas nampak perbaikan sistem pengangkutan oksigen dalam


(35)

(2002 : 22), reaksi denyut jantung yang timbul dapat dipakai sebagai cerminan dari

reaksi pembebanan. Beban yang dapat diterima oleh jantung bekisar antara 60-80%

dari kekuatan maksimal jantung. Beban seberat itu dijabarkan dengan denyut jantung

antara 70-85% dari denyut jantung maksimal. Dengan demikian olahraga sudah cukup

memperbaiki atau meningkatkan kemampuan jantung bila diberi beban antara 60-80%

atau dengan aturan denyut jantung antara 70-85% dari denyut jantung maksimal.

Bila latihan dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan menyebabkan

kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika beban latihan dibawah 70% maka efek

latihan sangat sedikit atau kurang bermanfaat bagi jantung khususnya bagi orang sehat.

Selanjutnya Dede Kusmana (2002 : 23-25), mengatakan bahwa sebagaimana

dijelaskan sebelumnya darah akan bertambah banyak sewaktu seseorang melakukan

latihan. Aliran darah cukup andaikan beban antara 60-80% dari kemampuannya atau

70-85% dari denyut jantung maksimal. Saat jantung berdenyut pada beban tersebut

aliran akan meningkat antara 3 sampai 5 kali lipat dibandingkan saat istirahat. Bila kita

pertahankan denyut jantung selama latihan aliran darah yang meningkat akan bertahan.

Berarti semakin lama orang berolahraga diantara denyut jantung tersebut semakin

lama pula aliran darah mengalir kedalam pembuluh darah koroner/nadi jantung untuk

meningkatkan daya tahan jantung. Sehingga dosis yang diberikan/nadi latihan harus

dibuat sedemikian rupa sehingga porsi latihan dilakukan pada kondisi tersebut. Denyut

jantung latihan lebih popular dengan istilah Training Zone atau Training Heart Rate (THR), atau Denyut Nadi Latihan.

Penelitian-penelitian menunjukkan, lama latihan antara 20-30 menit sudah

cukup memberikan kemampuan sebanyak 35%, bila dilakukan 3 kali dalam seminggu


(36)

bulan akan menghasilkan peningkatan kemampuan secara optimal. Makin lama

sesorang berlatih pada dosis latihan yang dianjurkan berarti makin lama makin tahan

jantungnya. Makin lama latihan berarti semakin banyak darah yang dialirkan, semakin

banyak pula oksigen yang dipakai atau didistribusikan keseluruh tubuh. Latihan yang

dilakukan lebih dari 30 menit akan memberikan efek ganda, disatu pihak akan

meningkatkan aliran darah, dilain pihak akan membantu memecahkan metabolisme

lemak dan kolesterol. Orang sering merasa semakin banyak berolahraga semakin baik,

sehingga tidak jarang dilakukan setiap hari tanpa henti, apalagi satu harinya lebih dari

satu kali. Keadaan orang tersebut seperti ketagihan, kalau kurang badannya merasa

kurang enak.

Dahulu Cooper sebagai penganjur olahraga aerobik menyampaikan hal yang

sama yaitu setiap hari berolahraga, tetapi akhirnya setelah melakukan pengamatan

yang lama ia mengakui bahwa olahraga 3 kali seminggu sudah cukup. Olahraga yang

dilakukan melebihi lima kali seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi baik

secara psikologis maupun secara fisiologis, sering timbul cedera pada tungkai bila

olahraganya cukup berat. Badan memerlukan pemulihan selesai berolahraga sehingga

satu hari olahraga dan hari lainnya tidak, cukup memberikan kesempatan kepada otot

dan persendian untuk memulihkan diri. Itulah format latihan yang perlu diingat dan

diikuti agar latihan yang dilakukan aman dan pas dengan kekuatan jantung ( Dede

Kusmana,2002: 25-26 ).

Maka paling sering lakukanlah 4 kali seminggu atau paling banyak 5 kali

seminggu dan tidak 7 kali seminggu. Dalam hal ini ketahanan paru juga berhubungan

dengan jantung, karena berhubungan dengan pernapasan. Daya tahan paru-jantung


(37)

waktu yang lama. Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung baik, tidak akan

cepat kelelahan setelah melakukan serangkaian kerja. Misalnya, pada saat naik tangga

dari lantai dasar hingga lantai tiga tidak akan terengah-engah secara berlebihan (Djoko

Pekik Irianto, 2004:27-28).

Dari uraian di atas terdapat istilah ”takaran latihan” (Djoko Pekik Irianto,

2004:30), yaitu antara lain : 1) Frekuensi. Untuk mendapatkan kebugaran paru-jantung

latihan dilakukan secara teratur 3 - 5 kali seminggu. 2) Intensitas. Intensitas yang

digunakan adalah 75% - 85% dari detak jantung maksimal. Bagi mereka yang baru

mulai latihan atau usia lanjut, mulailah berlatih pada intensitas yang rendah misalnya

60%, terus tingkatkan secara bertahap hingga mencapai intensitas latihan yang

semestinya. 3) Time (Durasi). Selama berlatih kerjakan selama 20 - 60 menit tanpa

berhenti.

2.1.3 Persentase Lemak Tubuh

Salah satu tujuan seseorang melakukan latihan fisik adalah mengatur kondisi

tubuh agar tidak terlalau gemuk atau terlalu kurus. Keadaan tubuh yang gemuk masih

dapat ditoleransi apabila gemuk tersebut disebabkan oleh tebalnya otot dan bukan

tebalnya kandungan lemak bawah kulit (skinfold). Ketebalan lemak lebih terkonsentrasi pada lemak di bawah kulit berhubungan dengan pengaruhnya terhadap

besar-kecilnya lingkar lengan atas, lengan bawah lingkar perut, serta lingkar tungkai

atas dan bawah. Ketebalan lemak pada lipatan kulit ( skinfold ) ikut menentukan besar kecilnya ukuran lingkar lengan atas, lengan bawah, lingkar perut, dan lingkar tungkai

atas serta bawah (Kasiyo,1988 : 30). Menurut Maglischo (1982:128) pengukuran


(38)

tersimpan di bawah kulit. Skinfold dapat menebal atau menipis. Menurut Arjatmo Tjokroronegoro yang dukutip oleh Kasiyo (1988:30) skinfold menebal bilamana seseorang banyak makan yang mengandung banyak karbohidrat dan lemak, yang

berarti mengandung energi tinggi, tetapi orang tersebut kurang kegiatan yang

menggunakan energi yang seimbang dengan energi yang masuk. Kelebihan

karbohidrat atau lemak yang tidak digunakan dalam metabolisme akan disimpan

berupa lemak di adipose sel.

Bila seseorang banyak melakukan kegiatan, itu artinya banyak mengeluarkan

energi, dan kandungan karbohidrat yang dimakan relatif kurang, dan tidak seimbang

dengan energi yang dikeluarkan, maka skinfold akan menipis. Menebal atau menipisnya skinfold ada kaitannya dengan kegiatan latihan, yang menggunakan energi yang bersumber pada lemak, dan karbohidrat sebagai sumber energi yang dimakan.

Lemak yang dimaksudkan di sini adalah lemak netral atau yang juga disebut

trigliserida atau triasilgliserol yang disingkat TAG ( Martin, 1981:199-243 ). Seperti kita ketahui bahwa timbunan lemak netral berada di bawah kulit yang tercakup dalam

ketebalan skinfold ( Maglishco,1982:128) di mana lapisan lemak bawah kulit merupakan sebagian dari jaringan adiposa yang dapat kita deteksi lewat alat skinfold caliper di lapangan.

Menurut Strauss (1984:127) sumber energi lemak akan banyak digunakan pada

latihan yang lama dan pada saat sesudah latihan dimana arus darah ke otot meningkat

dan cukup tersedia oksigen. Asam lemak bebas akan dihantarkan ke otot oleh sirkulasi

darah yang meningkat tinggi sehabis latihan yang disebutkan bahwa otot akan

menghasilkan sejumlah besar ATP dari lemak atau asam lemak bebas dibanding dengan yang dihasilkan dari karbohidrat atau glukosa (Kasiyo, 1988 : 31).


(39)

Menurut Falls yang dikutip Kasiyo (1988: 48), ada hubungan antara ukuran

otot dengan kekuatan otot dan dengan meningkatnya ukuran otot kekuatan otot akan

meningkat pula. Suatu fakta yang diketahui dengan baik ialah bahwa otot akan

menjadi tumbuh lebih besar dalam ukurannya jika otot tersebut dilatih dengan latihan

berbean berat. Hal yang senada diungkapkan oleh Strauss (1979:110) bahwa dengan

program latihan beban akan meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta

hypertrophy otot. Hypertropy adalah peningkatan ukuran otot yang berarti peningkatan diameter fiobra otot dan bukan peningkatan jumlah fibra yang baru (Kasiyo,1988:49).

Jadi program latihan yang berat akan menghasilkan peningkatan diameter otot, bila

dikatakan dengan logika terbalik adalah diameter otot yang besar akan menimbulkan

tenaga yang besar karena pembesaran diameter otot adalah hasil dari pembebanan

(Fox,1981:138). Kesimpulannya semakin besar diameter otot karena latihan

pembebanan, semakin tinggi pula kekuatan otot. Kekuatan otot atau Strength yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan

otot merupakan komponen yang sangat penting atau kalau bukan yang paling penting

guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.

Untuk mencari diameter otot, menururt Halpern yang dikutip oleh Kasiyo

(1988:10) adalah diameter otot yang dimaksaud misalnya lengan atas – ketebalan

skonfold lengan atas. Diameter lengan atas adalah lingkar lengan atas : 3,14 (π ).

Dengan kata lain adalah Lingkar lengan atas : 3.14 = diameter otot lengan. Diameter

lengan atas – skinfold legan atas = diameter otot lengan atas. Tentu saja rumus ini juga berlaku bagi otot-otot yang lain seperti perut dan tungkai. Dalam bukunya “

Foundation of Conditioning” Falls, (1970:61) mengatakan bahwa antara ukuran otot dan kekuatan otot ada hubungan yang sangat signifikan.


(40)

Mathews, dalam bukunya Measurement in Physical Education (1978 : 292) mengatakan bahwa prosentase lemak tubuh dapat dicari dengan rumus yang pendek

ialah : % Fat = 100 - ( 100XLean Body Weight/berat badan). Sedang untuk mencari Lean Body Weight sendiri ( dalam satuan kg ) adalah : 44.646 ( angka baku) + (1.0817

X berat badan) – (0.7396X lingkar perut).

2.1.4 Senam Aerobic

Dahulu, kaum pria menganggap senam aerobic adalah olahraga untuk wanita saja dan menganggapnya kurang bermanfaat. Padahal tidak demikian halnya. Senam bermanfaat bagi siapa saja, pria maupun wanita baik tua maupun muda. Tetapi kini, baik pria maupun wanita, bersamasama melakukan senam aerobik demi kebugaran dan kegembiraannya. Senam aerobik telah menjadi sangat populer di Indonesia. Senam tersebut diiringi dengan musik kesenangannya dan irama musik menjadi panduan dari gerakan yang dilakukan. Mereka yang dahulu mengira senam aerobik merupakan olahraga ringan, setelah melakukannya sendiri merasa bahwa rnemang aerobik keras intensitasnya sehingga mereka menghargai seperti olahraga lain yang juga cukup keras intensitasnya. Oleh karena itu, ada berbagai dan beragam jenis senam, sehingga semua orang bisa memilih mana yang cocok untuk mereka. Apapun jenis latihan senam yang kita pilih, semuanya bermanfaat bagi tubuh yaitu untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Syaratnya, latihan tersebut dilakukan dengan teratur, baik, dan benar.

Macam-macam senam yang berkembang di Indonesia antara lain adalah senam si buyung, senam pagi Indonesia, senam kesegaran jasmani, senam jantung sehat, senam tera dan senam aerobik. Senam-senam tersebut menurut ketentuan PERSANI adalah senam yang termasuk senam general artinya senam yang dilakukan secara


(41)

umum ( Amrum Bustaman, 1992 : 4). Sedangkan senam aerobik sendiri menurut Berty Tilarso (2000:3), ada bermacam-macam seperti : high impact aerobic, law impact aerobic, mix impact aerobic, step aerobic, aqua aerobic, chacha aerobic, funky aerobic, aeroflek, marathob aerobic, fit aerobic, body langage, body conditioning, salsa aerobic,dan dangdut aerobic.

Sebenarnya Low Impact hampir sama dengan Senam Aerobic dalam variasi gerakannya. Hanya saja, dilakukan dengan irama low (rendah) yaitu lebih lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan, tidak ada loncatan sama sekali. Manfaat senam ini sama dengan Aerobic, yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh. Karena sifatnya low, maka senam ini boleh dilakukan siapa saja yang masih mampu untuk melakukannya. rangtua maupun muda boleh melakukannya, karena variasi-variasi gerakannya sederhana dan mudah diikuti.

Pada umumnya senam aerobik dilaksanakan selama satu jam dengan diiring musik yang sesuai dengan iramanya, senam aerobic dimulai dengan pemanasan selama 10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti (senam acrobik) selama 40 menit dan kemudian dilanjutkan dengan pendinginan selama 10 menit. Alat-alat yang dibutuhkan dalam senam ini diantaranya sound system, kaset, dan karpet- karpet kecil agar jika melakukan gerakan melantai tidak sungkan, serta dumbell yang berguna untuk melatih kekuatan. Bisa juga bola2 kecil, tongkat, matras, kursi dll.

Senam aerobic yang berupa latihan-latihan must impact aerobic yakni separuh waktu untuk low impact aerobic (benturan ringan: salah satu kaki selalu masih berada di lantai) dan separuh waktunya untuk high impact aerobic (benturan keras: kedua kaki terlepas dari lantai) dimaksudkan agar peserta tidak cepat bosan. Jika kita melakukan baik high maupun low impact aerobic, maka kita menggunakan berbagai


(42)

macam otot dalam badan kita. Diantaranya otot-otot kaki yang kita gunakan untuk melompat dan juga mengangkat badan serta otot-otot lengan yang menyebabkan jantung memompa lebih keras. Kombinasi low impact dan high impact dapat membantu memperbaiki daya tahan dan kondisi jantung serta peredaran darah kita.

Dengan latihan-latihan senam aerobic secara teratur akan memberi keuntungan bagi tubuh kita. Keuntungan tersebut terutama pada jantung dan paru-paru. Jantung kita dapat memompakan jumlah darah yang lebih banyak dan berdenyut lebih lambat. Paru-paru kita akan bertambah kapasitas pernapasannya, masuk dan keluar. Sementara mitokondria kita yakni komponen dari sel otot yang menyimpan oksigen dan mengeluarkan energi menjadi lebih besar dan banyak sehingga badan kita menjadi lebih efisien untuk membuang panas. Dengan senam yang teratur, badan menjadi segar. Segala keletihan setelah bekerja menjadi hilang. Terlebih lagi, daya tahan tubuh meningkat. Di samping itu, kegiatan olah raga ini juga dapat meningkatkan kebersamaan dan merupakan suatu rekreasi yang murah. Ikut senam secara teratur, tidur menjadi lebih enak, pusing-pusing di kepala menjadi hilang (ladyelen.blogspot.com/2006/08/aerobik-yuk.html - 126k).

Secara umum bila dianalisis, manfaat Senam Aerobik menurut Berti Tilarso (

2000:4) adalah :

2.1.4.1Dapat membakar lemak yang berlebihan di tubuh, menguatkan daya tahan jantung

dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan yang dibuat untuk

menguatkan, mengencangkan dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu

antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada, punggung, lengan kaki dan yang


(43)

2.1.4.2Jika berlatih dengan intensitas tinggi dapat merupakan suatu program penurunan

berat badan.

2.1.4.3Jika berlatih dengan ringan terutama yang bertubuh langsing atau kurus, maka

dapat meningkatkan nafsu makan. Dan jika berlatih dengan berat maka akan

menekan rasa lapar karena darah banyak beredar di daerah otot yang aktif dan

bukan di daerah perut.

2.1.4.4Mencegah penyakit-penyakit menyerang tubuh, karena sistem tubuh dalam

keadaan baik, serta bisa menghilangkan kebiasaan buruk misalnya merokok.

2.1.4.5Meningkatkan kelenturan, keseimbangan, kordinasi, kontrol tubuh, irama dan

sanggup melakukan kegiatan olahraga lainnya.

2.1.5 Senam Body Language

Senam Body Language menurut situs http://ladyelen.blogspot.

com/2007/09/body-language.html, merupakan istilah dan tren baru dalam dunia

persenaman. Senam ini muncul sekitar 3-4 tahun lalu. Jika diperhatian dengan seksama maka Body Language ini, bukanlah gerakan-gerakan senam yang baru. Body Language merupakan gabungan dari beberapa jenis senam yang sudah ada, antara lain senam pembentukan, senam nifas, dasar jazz, dan ballet. Body Language itu mengutamakan gerakan-gerakan untuk kelenturan dan pembentukan otot tubuh. Bila senam ini dilakukan dengan benar dan tepat, dapat menghasilkan bentuk tubuh yang indah dengan kelenturan yang baik, di samping untuk menjaga stamina. Body Language mengajarkan juga cara pernapasan baik yaitu mengombinasikan gerakan-gerakan senam dengan cara pernapasan yang benar. Hasilnya, stamina dan kesehatan tubuh yang baik. Selain itu, senam ini baik untuk wanita terutama mereka yang


(44)

mempunyai problem dengan bentuk tubuh yaitu obesitas ataupun tidak proporsional, seperti bentuk bagian-bagian tubuh yang tidak serasi satu sama lain.

Manfaat Body Language akan kelihatan sekali apabila dilakukan secara benar dan teratur. Berbeda dengan Aerobic dan yang mengutamakan gerakan-gerakan untuk pembakaran kalori atau untuk menurunkan berat badan. Kedua senam ini untuk pembentukan tubuh kurang bermanfaat atau kurang mengena. Untuk orang-orang yang ingin memperindah bentuk tubuh maka Body Language merupakan jawabannya. Body Language mengutamakan gerakan-gerakan yang bermanfaat, mengena langsung ke bagian otot-otot tubuh, sehingga akan terjadi pembentukan dan kelenturan otot sesuai dengan fungsi gerakan itu sendiri. Karena dilakukan dengan teknik yang benar serta kekuatan tenaga, maka akan terjadi pembakaran kalori.

Senam Body Language yang lebih dikenal dengan istilah BL, punya banyak

manfaat. Dengan gerakan yang tak terlalu menguras tenaga tersebut, seseorang tidak

hanya sehat tapi dapat membentuk tubuh yang indah. Senam tersebut diminati

perempuan yang bermasalah dengan bentuk tubuh dan berat badan. Tentu saja, hal

tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya untuk mencapai bentuk tubuh yang indah,

tingkat keberhasilannya relatif singkat. Dalam tempo dua hingga tiga bulan seseorang

mampu mengencangkan dan menurunkan berat badannya tiga sampai lima kilogram.

Sedangkan, dengan waktu yang sama khusus untuk wanita yang baru melahirkan perlu

diimbangi dengan porsi makan yang teratur.

BL juga dapat memperkuat organ wanita dan membantu membentuk posisi badan baik untuk duduk, berdiri, dan berjalan. Sebab senam tersebut memfokuskan

gerakan pada otot perut. Tujuannya untuk menghasilkan bentuk perut yang bebas dari


(45)

pungung. Hal itu terjadi jika gerakan yang dilakukan tidak mengkikuti petunjuk secara

benar, terutama bagi wanita hamil di atas empat bulan.

Seiring dengan berkembangnya tuntutan masyarakat akan variasi gerakan

dalam program BL, saat ini gerakannya semakin beragam. Untuk itu senam BL

dikombinasi dengan aerobic, Taebo hingga tarian lainnya seperti, Salsa.

Gerakan Body Language. Gerakan senam yang dilakukan saat BL ini memberikan dampak menyeluruh bagi bentuk tubuh seperti lengan, dada, perut, paha,

panggul payudara serta bagian tubuh lainnya. Tentu saja selain manfaat dasarnya

untuk kebugaran tubuh. Senam BL tidak hanya untuk mereka yang kelebihan berat badan, melainkan mereka yang mengalami problem yakni berat badan yang sukar naik

alias kurus dapat mengikuti senam ini. Teknis dasar latihan, tetapi pengaturan

dilakukan terhadap waktu serta periode latihan.

Jika seseorang yang mengalami berat badan berlebih dianjurkan untuk

melakukan senam BL minimal tiga kali seminggu dan setiap kali latihan selama satu jam. Selain itu dianjurkan juga untuk mengkombinasikannya dengan senam aerobic

yang dilakukan dua kali setiap minggunya.

Sementara orang yang memiliki postur kurus maka latihan dilakukan tiga kali

setiap minggu. Lama latihan antara 30 menit hingga 45 menit, atau bisa juga selama

satu jam. Sanggar senam pun cukup banyak, dan menawarkan berbagai keunggulan

serta ciri khas masing-masing. Mereka yang datang ke sanggar senam memiliki

beragam latar belakang serta harapan, terutama mengenai kondisi tubuh mereka.

Untuk pemula, langkah yang mudah dan cepat berolahraga BL, sebagai berikut:

a. Latihan mengencangkan dan menguatkan leher dan wajah. Masukkan bibir ke


(46)

Gunakan ujung jari untuk menahannya, lalu pijat-pijatlah bagian bawah wajah

dengan ujung-ujung jari. Lakukan gerakan melingkar dari dagu ke arah belakang

sampai ke kuping. Lakukan berulang-ulang sebanyak sepuluh kali hitungan lambat.

b. Menguatkan dan mengencangkan dada. Dilakukan dengan cara berbaring di matras

/ kasur dengan bantal untuk kepala dan satu bantal lagi ditaruh di belakang

punggung. Bagian bawah punggung harus tertekan ke bawah. Tekuk kedua lengan

ke arah punggung lakukan gerakan ke depan/ke arah dada dengan siku lurus ke

depan, selanjutnya gerakkan tangan lurus ke arah samping. Frekuensi gerakan

tersebut tidak perlu cepat tapi hendaknya dilakukan dengan lembut. Ulangi gerakan

sampai 20-30 kali. Kegunaannya adalah di samping mengencangkan dada, gerakan

tersebut juga dapat menguatkan dan mengencangkan kedua lengan kita.

c. Mengencangkan dan merampingkan perut. Duduk tegak lurus di kursi, pegang

kuat-kuat kedua sisi kursi. Angkat lutut dengan kedua kaki ke dada. Pastikan badan

belakang tegak lurus dan otot perut kencang. Rentangkan kaki ke depan, tahan

selama tiga detik, turunkan lalu perlahan-lahan ke bawah ke posisi semula. Ulangi

terus sekitar 12 - 15 menit.

d. Latihan kekuatan dan keseimbangan. Berdiri menyamping kira-kira 60 cm (24

derajat) dari tembok sambil menekuk siku ke atas. Ayun dan luruskan tangan ke

depan ke arah tembok. Perlahan-lahan sandarkan ke tembok lalu dorong badan ke

arah semula. Lakukan sekitar delapan kali dalam posisi pertama dan dilanjutkan ke

posisi yang lain.

e. Memperindah Pinggul. Berdiri di samping meja yang kira-kira tingginya

sepinggang, lalu ayunkan kaki kanan dan ke belakang sejauh mungkin beberapa


(47)

Bila olahraga BL ini dilakukan secara teratur - 2 kali seminggu untuk pemula dan sesering kita mau, badan kita akan terbentuk indah dan terlihat sebagus yang kita

inginkan.

Manfaat Senam BL adalah :

a. Menjaga kesehatan. Body Language (BL) baik sekali untuk melatih organ kewanitaan. Selain itu, BL juga efektif untuk melangsingkan dan mengencangkan tubuh, serta melancarkan haid yang semula terganggu. Namun pada dasarnya

senam dilakukan untuk menjaga kesehatan.

b. Menjaga Keharmonisan Keluarga. Bentuk tubuh sering diidentikkan dengan

keindahan sosok wanita yang menjadi tujuan utama senam. Senam body language

merupakan hal penting bagi seorang wanita, apalagi bila untuk menjaga keindahan

tubuhnya. Bila dia sudah menikah dan punya anak, maka menganggap urusan

tubuh sudah tak menjadi fokus lagi. Mayoritas tubuh menjadi tak karuan seperti

terlalu gemuk atau sebaliknya menjadi kurus ceking.

c. Dengan mengikuti senam body language juga mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan memperindah tubuh serta stamina tubuh dan

pengetahuan dengan gerakan-gerakan seksual yang bisa diterapkan bagi pasangan

suami istri. Toh kalau tujuannya untuk menjaga keharmonisan keluarga kenapa

tidak?

d. Selain memperindah tubuh, lalu bagaimana dengan remaja atau wanita yang belum

menikah? Kan wanita itu identik dengan kecantikan dan keindahan. Jadi tujuan


(48)

2.1.6 Analisis Perbandingan Signifikansi hubungan Kemampuan Cardio Respiratory dan Persentase Lemak Tubuh Antara Senam Aerobic Dengan Senam Body Language

Salah satu bagian dari kesegaran jasmani adalah kesegaran jasmani yang

berhubungan dengan kesehatan antara lain meliputi kerja jantung dan paru atau Cardio Rspiratory, adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sistem pernafasdan dan peredaran darah secara efisien dan efektif untuk menjalankan kerja. Kekuatan otot

atau muscular strenght, yang salah satunya adalah body composition. Body composition yang menunjuk pada persentase ketebalan lemak dalam tubuh, tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot

serta tulang ( Gabbbard, 1987: 52), sebab tubuh yang besar tidak selalu disebabkan

oleh besarnya otot, tetapi mungkin juga oleh ketebalan lemak dalam tubuh. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa kebugaran erat hubungannya dengan persentase

lemak dalam tubuh.

Sementara Body Language merupakan gabungan dari beberapa jenis senam yang sudah ada, antara lain senam pembentukan, senam nafas, dasar jazz, dan ballet.

Body Language itu mengutamakan gerakan-gerakan untuk kelenturan dan

pembentukan otot tubuh. Manfaat Senam Body Language antara lain adalah menjaga kesehatan. Untuk melangsingkan dan mengencangkan tubuh, serta untuk menjaga

kesehatan. Untuk menjaga keindahan tubuhnya terutama bagi wanita. Untuk

mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan memperindah tubuh

serta stamina tubuh dan pengetahuan.

Apabila dibandingkan, senam Body Language lebih mengarah kepada gerakan untuk membentuk otot-otot. Bila tujuannya adalah kemampuan cardio respiratory dan mengatur persentase lemak tubuh, maka senam body language lebih baik terutama


(49)

pada bentuk anatomis tubuh. Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa senam body language lebih baik atau lebih signifikan bila dihubungkan dengan persentase lemak dalam tubuh.

2.2Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Mengacu pada

pengertian di muka maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah :

2.2.1 Ada perbedaan signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara Latihan Senam Aerobic dan Latihan Senam Body Laguage pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

2.2.2 Signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh pada Senam body language lebih baik daripada signifikansi hubungan kesegaran jasmani dan persentase lemak tubuh Senam Aerobic pada anggota sanggar senam “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.


(50)

METODE PENELITIAN 3.1Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Suharsimi Arikunto,

2006:130). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1989:220) populasi adalah suatu

penduduk yang masuk untuk diselidiki, populasi dibatasi sehingga penduduk atau

individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota sanggar senam “Santa Anna”

Semarang 25-40 tahun, dan sudah melakukan latihan lebih dari satu tahun yang

berjumlah 40 orang, terdiri atas senam aerobic 20 orang dan senam body language 20 orang.

3.2Sampel Penelitian

Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah

populasi (Sutrisno Hadi, 2000:182), dan sampel dalam penelitian ini adalah anggota

puteri sanggar senam “Santa Anna” Semarang. Menurut Suharsimi Arikunto

(2002:112) tentang penentuan sampel bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih

baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Mengacu pada anjuran tersebut maka semua populasi penelitian ini digunakan sebagai sampel.

3.3Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel ialah variabel bebas dan satu

variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai

penyebab salah satu faktor dalam penelitian. Sedangkan variabe l terikat


(51)

adalah variabel yang dipengaruhi. Adapun variabel-variabel tersebut adalah :

3.3.1 Variabel bebas atau X yaitu : jenis latihan ada 2 yaitu :

X1 : Senam aerobic.

X2 : Senam body language.

3.3.2 Variabel terikat atau Y ialah : jenis Komponen ada 2 yaitu :

Y1 : Kemampuan cardio respiratory

Y2 : Persentase lemak tubuh

3.4Rancangan Penelitian

Didasarkan pada samplingnya, termasuk jenis penelitian populasi, menurut

timbulnya variabel maka jenis pendekatan ini adalah pendekatan non eksperimen.

Dan bila ditinjau dari jenis pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non

eksperimen maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Kemudian bila

ditinjau dari jenis pendekatan menurut model pengembangan maka penelitian ini

termasuk “ One-shot ” model artinya model satu kali tembak, yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada “suatu saat” (

Suharsimi Arikunto,2002:75 ). Desain penelitian yang digunakan adalah “Anava factorial 2x2 design “. Adapun desain yang dimaksud digambarkan seperti berikut :

Jenis latihan

Komponen fitness

Aerobic Kemampuan

cardio respiratory Persentase Lemak tubuh Body Language Kemampuan cardio respiratory Persentase Lemak tubuh


(52)

3.5Teknik Pengumpulan Data

Manusia merupakan instrumen penelitian yang utama dalam pengumpulan

data (Moleong, 2002:121). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

survey tes, sebab menurut Suharsimi Arikunto ( 2002 : 90 ) bahwa survey adalah merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan

atau status, fenomena (gejala) dan menemukan kesamaan status dengan cara

membandingkannya dengan standart yang sudah ditentukan. Metode yang

digunakan adalah pengukuran kesegaran jasmani dengan Harvard Step Test dan dengan mengukur lingkar dan ketebalan lemak pada lengan, perut dan paha, serta

mengukur tinggi badan dan berat badan.

3.6Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap Persiapan penelitian :

3.6.1.1Untuk mendapatkan populasi, peneliti mengajukan ijin pengambilan data ke

pengelola Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang. Setelah memperoleh ijin

dari pihak Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang selanjutnya penulis

mengurus surat ijin pengambilan data ke Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang yang nantinya digunakan sebagai

rekomendasi dari pihak fakultas ke pihak Sanggar Senam “Santa Anna”

Semarang.

3.6.1.2Langkah berikutnya adalah menghubungi Sanggar Senam “Santa Anna”

Semarang mengenai jumlah anggota yang sudah latihan paling sedikit 1 tahun

dan berusia antara 2540 tahun. Setelah mendapat daftar nama, peneliti dan

Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang. mendiskusikan waktu dan teknik


(53)

Pembimbing dan anggota Sanggar Senam “Santa Anna” Semarang. yang akan

dijadikan populasi penelitian.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

3.6.2.1Tempat dan waktu penelitian : Penelitian dilakukan di Sanggar Senam “Santa

Anna” Semarang, Sabtu 31 Januari 2009, jam 08 : 00-selesai.

3.6.2.2Sebelum penelitian dilaksanakan, sampel dikumpulkan lalu dilakukan

pendataan ulang, setelah itu melakukan pemanasan.

3.6.2.3Pada waktu penelitian dilaksanakan sampel harus berpakaian senam untuk

mempermudahkan pelaksanaan penelitian.

3.6.2.4Untuk pelaksanaan penelitian menggunakan metode penelitian survey

sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan pengukuran

yaitu : 1) Pengukuran kesegaran jasmani dengan Harvard Step Test 2) Pengukuran prosentase lemak dalam tubuh dengan mengukur lingkar perut dan

mengukur berat badan dengan timbangan,

baik untuk senam aerobic maupun senam body language. 3.6.3 Tahap Penyelesaian Penelitian

Setelah data dikumpulkan maka data tersebut dianalisis dan diolah

dengan sistem Komputerisasi SPSS versi 10 (Syahri Alhusin,2003).

3.7Instrumen Penelitian

3.7.1 Tes Kesegaran Jasmani menggunakan Harvard Step Test, baik untuk kelompok senam aerobic maupun senam Body Language

Penelitian ini akan mengukur peningkatan denyut nadi dengan


(54)

Harvard Step Test antara perempuan dan laki-laki adalah berbeda dalam hal ukuran tinggi bangku yang akan digunakan. Menurut Kirkendall, untuk orang umur di atas

20 tahun tinggi bangku adalah 45 cm dengan langkah setiap menitnya adalah 45

langkah per menit, berarti dengan metronome 120 ketukan setiap menit.

Tes menggunakan Harvard Step Test dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Teste berdiri di depan bangku, 2) Teste naik dengan satu kaki, setelah aba-aba “ya” naikkan kaki kiri di atas bangku, dengan hitungan satu, 3) Teste naik dengan kaki kedua, pada hitungan kedua kaki kanan dinaikkan disamping kaki kiri

diatas bangku, sampai sikap tegak di atas bangku. 4) Teste turun dengan kaki yang pertama kali naik, pada hitungan ketiga turunkan kaki kiri kembali ke lantai. 5)

Diikuti dengan kaki yang satunya lagi. Dari hasil tes dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Waktu melakukan latihan dalam detik

Indeks = --- X 100 5.5 (denyut jantung dalam 30 detik)

Katagori Keterangan Dibawah - 50 Jelek

50 - 80 Sedang Diatas 80 Baik

(Kirkendall, dkk. 1980 : 304)

Tes kesegaran jasmani (Kemampuan cardio respiratory) dengan menggunakan Harvard Step Test dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(55)

1. Teste berdiri di depan bangku

Gambar : 1

Berdiri di depan bangku persiapan untuk melakukan tes (Sadoso, 1984 :15)

2. Teste naik dengan satu kaki, setelah aba-aba “ya” naikkan kaki kiri di atas bangku, dengan hitungan satu.

Gambar : 2

Naikkan dengan satu kaki ( Sadoso, 1984 : 15 )

3. Naik dengan kaki kedua, pada hitungan kedua kaki kanan dinaikkan disamping kaki kiri diatas bangku, sampai sikap tegak di atas bangku.


(56)

Gambar : 3

Naik dengan kaki kedua tegak lurus di atas bangku ( Sadoso, 1984 :15 )

4. Turun dengan kaki yang pertama kali naik, pada hitungan ketiga turunkan kaki kiri kembali ke lantai.

Gambar : 4


(57)

5. Diikuti dengan kaki yang satunya lagi.

Gambar : 5

Turun dengan kaki yang kedua ( Sadoso, 1984 : 15 )

3.7.2 Prosentase lemak tubuh, cara pengukurannya adalah :

3.7.2.1Mengukur lingkar perut, dengan meterline

3.7.2.2Mengukur berat badan menggunakan timbangan badan.

3.7.2.3Penghitungan persentase lemak tubuh, dapat dicari dengan rumus : % Fat =

100 - ( 100X Lean Body Weight/berat badan). Sedang untuk mencari Lean Body Weight sendiri ( dalam satuan kg ) adalah : 44.646 ( angka baku) + (1.0817 X berat badan) – (0.7396X lingkar perut) ( Mathews, 1978 : 292).

3.8 Faktor-faktor Yang Mempengharuhi Penelitian

Dalam suatu penelitian banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian, terutama penelitian eksperimental. Apalagi penelitian ini dilakukan tidak


(58)

dikendalikan. Paling tidak peneliti berupaya untuk meminimalkan. Adapun

kemungkinan-kemungkinan yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi

penelitian antara lain :

3.8.1 Keadaan gizi

Latihan fisik membutuhkan pemenuhan gizi yang memadai, oleh sebab

itu agar sampel tersedia gizi cukup, guna mendukung kesegaran dan kekuatan

jasmaninya. Maka kepada sampel diberikan pengarahan apabila berangkat ke

sekolah atau setelah pulang sekolah untuk selalu segera makan . dimaksudkan agar

kesehatannya menjadi baik tidak mudah sakit.

3.8.2 Cuaca

Cuaca sangat mempengaruhi pula hasil penelitian, misalnya hujan atau

mungkin cuaca terlalu panas. Maka apabila cuaca tidak mendukung misalnya hujan

atau panas, pengambilan data dapat dipindahkan didalam ruangan ataupun ditunda

menunggu sampai cuaca baik.

3.8.3 Petugas pengambil Data

Dalam penelitian ini pengambilan data hanya sekali dilakukan. Oleh

sebab itu hasil penelitian ini bisa saja menjadi tidak seperti yang diharapkan apabila

cara pengambilan data dilakukan oleh orang-orang yang kurang atau bahkan yang

belum berpengalaman menggunakan berbagai alat dalam intrumen penelitian ini.

Namun karena petugas pengambil data adalah orang-orang yang telah

berpengalaman dalam bidangnya maka hal tersebut dapat diminimalkan. Sebab

para petugas adalah guru-guru olahraga dan pelaksanaannya dibantu oleh


(59)

3.8.4 Kondisi Kesehatan Sampel

Harvard Step Test harus dilakukan oleh orang dalam keadaan sehat karena aktivitasnya termasuk aktivitas berat. Oleh karena itu pada waktu diambil

data apabila sampel pada sakit, lebih-lebih dalam jumlah yang cukup banyak akan

mengganggu penelitian secara keseluruhan. Oleh karena itu peneliti memberi

pengarahan pada sampel agar menjaga kesehatannya dengan, makan teratur, tidur

cukup.

3.9 Analisis Data

Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kesegaran jasmani dengan

Harvard Step Test, data ketebalan lemak dari lingkar perut dan berat badan. Karena data satuan ukurannya beda satu sama lain maka terlebih dahulu dilakukan

transformasi ke skor T baru kemudian dilakukan penghitungan-penghitungan

statistik deskriptif. Uji hipotesis yang akan diuji adalah uji perbedaan signifikansi

hubungan kemampuan cardio respiratory dengan persentase lemak tubuh antara latihan Senam Aerobic dan Body Languange dengan menggunakan uji Anava Faktorial 2x2 Design. Uji hipotesis merupakan kegiatan statistik inferensial. Untuk

melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan

statistik non parametrik dengan kolmogorov-Smirnov tes, uji homogenitas dengan

Chi-Square, dan linieritas dan uji F. Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan sistem SPSS versi 10 (Syahri Alhusin, 2003 :182 ).


(60)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode Survei Tes, bertujuan untuk

membandingkan tingkat signifikansi hubungan kemampuan cardio respiratory dan persentase lemak tubuh antara senam Aerobic dengan senam Body Language. Kesegaran jasmani diukur dengan Harvad Step Test, dan untuk persentase lemak tubuh dengan mengukur lingkar perut dan berat badan dan dengan rumus tertentu.

Pengukuran telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi data. Pengukuran

kesegaran jasmani yang dihitung adalah denyut nadi dan kemudian dengan rumus

pendek dihitung, demikian pula untuk persentase lemak tubuh sebelumnya dihitung

terlebih dahulu Lean Body Weight dengan rumus maka diperoleh persentase lemak tubuhnya. Karena dari masing-masing variabel satuannya tidak sama maka terlebih

dahulu perlu distandardisasi ditransformasi ke skor T (Sutrisno Hadi, 1990:267).

Setelah itu dilanjutkan dengan perhitungan statistik deskriptif yang hasilnya sebagai

berikut :

Tabel : 1

Data Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

Jenis Senam Komponen Fitnes Mean Std. Deviation N Lat Aerobik Kes jasmani 47.1110 7.7565 20

% Fat 50.0000 5.7950 20

Total 48.5555 6.9145 40

Lat BL Kes jasmani 50.5000 8.2358 20

% Fat 55.9995 9.1040 20

Berdasarkan pada tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut : Untuk variabel

kemampuan cardio respiratory dengan latihan senam Aerobic dengan N atau jumlah sampel = 20, mean = 47.1110, nilai std. Deviasi = 7.7565. Untuk persentase lemak


(61)

tubuh dengan latihan senam Aerobic N = 20, nilai mean = 50.0000, nilai std. Deviasi = 5.7950. Untuk variabel kemampuan cardio respiratory dengan latihan Senam BL

dengan N atau jumlah sampel = 20, nilai mean = 50.5000, nilai std. Deviasi = 8.2358.

Untuk persentase lemak tubuh dengan latihan Senam BL N = 20, nilai mean = 55.9995, nilai std. Deviasi = 9.1040.

4.2Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Persyaratan Hipotesis

Setelah dilakukan penghitungan statistik deskriptif selesai maka dilanjutkan

dengan uji hipotesis, uji hipotesis yang akan diuji adalah uji perbedaan signifikansi

hubungan kesegaran jasmani dengan persentase lemak tubuh antara latihan Senam

Aerobic dan Body Languange dengan menggunakan uji Anava Faktorial 2x2 Design, maka dilakukan uji hipotesis, uji ini merupakan kegiatan statistik inferensial. Untuk

melakukan uji ini ada dua hal yang harus diuji terlebih dahulu : 1) apakah beberapa

sampel yang telah diambil berasal dari populasi yang sama ( populasi data

berdistribuasi normal ), 2) apakah sampel-sampel tersebut mempunyai varians yang

sama ? Dan uji ini lebih dikenal dengan Uji Persyaratan Analisis ( Singgih Santoso,

2005 : 209 ).Untuk itulah dari hasil perhitungan statistik deskripsi seperti terlihat

pada tabel 1, kemudian dilanjutkan dengan uji persyaratan analisis hipotesis yang

meliputi beberapa langkah sebagai berikut : Adapun sebelum uji hipotesis dilakukan

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis yang meliputi 1) uji normalitas

data, 2) uji homogenitas, dengan langkah-langkahnya sebagai berikut :

4.2.1.1Uji Normalitas Data


(1)

(2)

Gambar 1 : Senam Body Language


(3)

Gambar 3 : Harvard Step Test


(4)

(5)

(6)

Gambar 7 : Sampel Penelitian dan Peneliti


Dokumen yang terkait

Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low Impack dan Body Language Terhadap Persentase Lemak Tubuh Ibu ibu Anggota Sanggar Senam Yunita Demak

0 19 70

BEDA PENGARUH SENAM AEROBIC HIGH IMPACT DAN BODY LANGUAGE TERHADAP PENURUNAN BEDA PENGARUH SENAM AEROBIC HIGH IMPACT DAN BODY LANGUAGE TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN.

0 3 12

BEDA PENGARUH SENAM AEROBIC HIGH IMPACT DAN BODY LANGUAGE TERHADAP PENURUNAN BEDA PENGARUH SENAM AEROBIC HIGH IMPACT DAN BODY LANGUAGE TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN.

0 4 15

EFEKTIVITAS SENAM ERGONOMIK DENGAN SENAM AEROBIC Efektivitas Senam Ergonomik Dengan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Level Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi.

0 3 15

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN AEROBIC CLASS DAN LATIHAN BODY LANGUAGE TERHADAPPENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA PESERTA SANGGAR SENAM ASTUTI STUDIO AEROBIC DANCE SEMARANG 2010.

0 1 2

Signifikansi Hubungan Kesegaran Jasmani Dengan Persentase Lemak Tubuh Pada Anggota Sanggar Senam Aerobik “Santa Anna” Semarang Tahun 2009.

0 0 94

“Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low Impack dan Body Language Terhadap Persentase Lemak Tubuh Ibu-ibu Anggota Sanggar Senam Yunita Demak.

0 0 1

PERBEDAAN PENGARUH SENAM AEROBIC LOW IMPACT DAN SENAM PILATES TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH WANITA OBESITAS DITINJAU DARI USIA.

1 1 16

PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA ANTARA ANGGOTA SENAM BODY LANGUAGE DENGAN ANGGOTA SENAM HIGH IMPACT SETELAH PEMBERIAN ASUPAN MAKANAN YANG SEBELUMNYA MELAKUKAN SENAM BODY LANGUAGE DAN SENAM HIGH IMPACT

0 0 6

PERBEDAAN PENGARUH SENAM AEROBIC HIGH IMPACT DENGAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH SENAM AEROBIC HIGH IMPACT DENGAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH PA

0 0 14