PERAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA EKSPOR UMKM DI PROVINSI BALI.
PERAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP
KINERJA EKSPOR UMKM
DI PROVINSI BALI
TIM PENELITI :
Prof. Dr. MADE KEMBAR SRI BUDHI, Drs., MP. Dr. IDA BAGUS PUTU PURBADHARMAJA, SE., ME.
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
(2)
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
RINGKASAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Kewirausahaan ... 9
2.2 Kebijakan Pemerintah di Bidang Ekspor ... 10
2.3 Peranan dan Manfaat Ekspor dalam Perekonomian Indonesia ... 12
2.3.1 Peranan Ekspor dalam Perekonomian Indonesia ... 12
2.3.2 Manfaat Ekspor dalam Perekonomian Indonesia ... 13
2.4 Konsep dan Kriteria UMKM ... 14
2.5 Konsep Penelitian ... 16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
3.3 Identifikasi Variabel ... 18
3.4 Populasi dan Metode Penentuan Sampel ... 19
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.6 Tahapan Penelitian ... 19
3.7 Teknis Analisis Data ... 20
3.7.1 Analisis Faktor ... 21
3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 25
4.1.1 Analisis Deskriptif ... 25
4.1.2 Analisis Kuantitatif ... 27
4.2 Pembahasan... 30
4.2.1 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Ekspor UMKM di Provinsi Bali ... 30
(4)
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Kinerja
Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali ... 32 4.2.3 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Kebijakan
Pemerintah terhadap Kinerja Ekspor Produk
UMKM Provinsi Bali ... 33 BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ... 35 5.2 Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 37
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Sepuluh Besar Ekspor Manufaktur dari UMKM Indonesia
2009-2010 ... 5
1.2 Realisasi Ekspor Provinsi Bali Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2010 s/d 2014 ... 6
4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2015 ... 25
4.2 Hubungan Tingkat Umur dengan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2015 ... 26
4.3 Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Pendidikan di Provinsi Bali Tahun 2015 ... 26
4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 28
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 29
4.6 Hasil Uji-t ... 29
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Konsep Penelitian ... 16 3.1 Peta Jalan Penelitian ... 20
(7)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Curriculum Vitae Tim Peneliti ... 39
2. Kuesioner ... 48
3. Karakteristik Responden ... 51
(8)
RINGKASAN
Salah satu strategi pertumbuhan ekonomi adalah dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Berkaitan dengan ekspor, kontribusi UMKM juga ditunjukkan dalam peningkatan pendapatannya yang didominasi oleh kegiatan ekspor. Dari realisasi ekspor daerah Bali per komoditi selama lima tahun, yaitu tahun 2010-2014 menunjukkan komoditas ekspor UMKM mengalami penurunan ekspor paling tinggi jika dibandingkan dengan produk olahan industri, pertaninan, dan perkebunan. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih jauh langkah-langkah yang diambil untuk dapat meningkatkan ekspor UMKM di Provinsi Bali. Peran pemerintah dalam promosi ekspor merupakan modal awal untuk perusahaan memperkenalkan produknya untuk memasuki pasar internasional, sehingga kebijaksanaan ini bisa mendorong perusahaaan untuk meningkatkan kinerja ekspornya menjadi lebih baik. Di samping itu, kebijakan melalui proteksi terhadap industri baru lebih dominan, di mana pemerintah memaksa industri baru untuk menggunakan target ekspor untuk melakukan produksi dengan cepat pada tingkat harga dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali; (2) Menganalisis pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali; dan (3) Menganalisis pengaruh rientasi kewirausahaan dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali.
Hasil penelitian ini, adalah (1) Hasil uji secara parsial orientasi kewirausahaan yang terdiri dari indikator mengambil resiko, proaktif, inovatif dan kompetitif tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali; (2) Hasil analisis menunjukkan kebijakan pemerintah yang terdiri dari indikator indikator pemberdayaan, pendampingan, sertifikasi ekspor dan subsidi berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali; dan (3) Hasil dari uji F (F- test) secara bersama-sama orientasi kewirausahaan dan kebijaksanaan pemerintah berpengaruh secara positif dan significant terhadap kinerja ekspor di Provinsi Bali.
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dapat diartikan suatu proses yang menyebabkan (1) perubahan pada orientasi pada organisasi ekonomi, politik dan sosial dari yang semula berorientasi kedalam daerah menjadi berorientasi keluar daerah; (2) perubahan pada pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, dari yang semula menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil; (3) perubahan pada kegiatan investasi masyarakat, dari yang semula melakukan investasi yang tidak produktif menjadi investasi yang produktif; dan (4) perubahan pada sikap hidup dan adat istiadat yang kurang merangsang pembangunan ekonomi, misalnya perubahan sikap yang semula kurang menghargai waktu, kurang menghargai prestasi perorangan dan sebagainya (Rostow dalam Arsyad, 2010).
Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi menurut Riley (2006), adalah sebagai berikut (1) Tingkat kemajuan teknologi tidak boleh konstan dalam suatu model pertumbuhan, kebijakan pemerintah secara permanen dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan sebuah negara jika mereka mengarah pada kompetisi yang ketat di pasar dan membantu untuk merangsang inovasi produk dan prosesnya; (2) Ada hasil yang meningkat atas skala dari investasi modal baru. Teori pertumbuhan endogen adalah kepercayaan yang kuat dalam potensi skala ekonomi (atau meningkat atas skala) yang akany dialami di hampir setiap industri dan pasar; (3) Sektor investasi swasta dalam penelitian dan pengembangan adalah sumber utama dalam kemajuan teknis; (4) Perlindungan terhadap hak milik pribadi dan hak paten sangat penting
(10)
dalam memberikan insentif yang tepat dan efektif untuk pelaku bisnis dan pengusaha untuk terlibat dalam penelitian dan pengembangan; (5) Investasi dalam modal manusia (termasuk kuantitas dan kualitas pendidikan dan pelatihan disediakan untuk tenaga kerja) merupakan unsur penting dari pertumbuhan jangka panjang; dan (6) Kebijakan pemerintah harus mendorong kewirausahaan sebagai sarana untuk menciptakan bisnis baru dan akhiraya sebagai sumber penting dari pekerjaan baru, investasi dan inovasi.
Salah satu strategi pertumbuhan ekonomi adalah dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional.
Di dalam upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Dewantara (2012), bahwa ketiga ciri kewirausahaan korporasi (corporate entrepreneurship) model Covin dan Slevin, yaitu inovasi, proaktif, dan kesediaan mengambil resiko, secara simultan mempunyai kontribusi positif terhadap tingkat pertumbuhan kinerja ekspor. Solvatore (2007), mengemukakan teori Export Led Growth (ELG). Pertama, pertumbuhan ekspor dapat mewakili kenaikkan daiam permintaan output negara yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam output riil. Kedua, ekspansi dalam ekspor dapat mempromosikan spesialisasi dalam produksi produk ekspor, yang kemudian akan meningkatkan tingkat produktivitas, dan dapat menyebabkan tingkat skill umum
(11)
meningkat di sektor tersebut. Ini kemudian akan menyebabkan realokasi sumber daya dari sektor non trade yang relatif kurang efisien ke sektor ekspor yang lebih produktif. Perubahan produktivitas tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan output.
Pengaruh ini sering disebut dengan hukum Verdoorn, yang digagas oleh PJ Verdoorn di tahun 1949. Kebijakan perdagangan dengan orientasi keluar dapat juga memudahkan masuknya teknologi, memperoleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengelolaan manajemen yang lebih baik (Hart, 1983; Ben-David dan Loewy, 1998) yang kemudian memungkinkan tercapainya gains dalam efisiensi. Ketiga, peningkatan dalam ekspor dapat meregangkan kendala nilai tukar (Chenery dan Strout, 1996) sehingga menyebabkan kemudahan dalam mengimpor input untuk memenuhi permintaan domestik, dan memungkinkan terjadinya ekspansi output. Orientasi keluar memberikan kemungkinan untuk menggunakan modal eksternal untuk pembangunan dan dapat membantu dalam penyelesaian hutang. Promosi ekspor juga dapat menghapus kontrol yang menyebabkan overvaluation dari mata uang domestik.
Berkaitan dengan ekspor, kontribusi UMKM juga ditunjukkan dalam peningkatan pendapatannya yang didominasi oleh kegiatan ekspor. Data dari Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil dan Menengah (1999) menunjukkan bahwa 18 persen dari total ekspor Indonesia merupakan kontribusi dari UMKM atau ekuivalen dengan Rp 47 triliun pada tahun yang sama (Van Diermen, 2000). Produk tekstil garmen dan sepatu memberikan kontribusi terbesar yaitu pada kisaran 27 persen, selanjutnya kontribusi terbesar kedua adalah produk dan kayu pada kisaran 22 persen. Diikuti oleh mesin dasar, percetakan dan kertas
(12)
dan produk makanan dan minuman. Produk ekspor UMKM yang memberikan kontribusi terkecil adalah produk dengan bahan dasar logam.
Namun, sampai pada tahun 2011 telah terjadi pergeseran ekspor Indonesia berdasarkan jenis produk, dimana telah terjadi pergeseran urutan yakni kontribusi ekspor terbesar adalah pengolahan kelapa/kelapa sawit yang pada tahun 1999 tidak masuk dalam urutan 10 besar, sementara itu kontribusi pengolahan produk dari kayu memberikan kontribusi paling kecil dibandingkan tahun 1999 yang mampu memberikan kontribusi terbesar kedua. Dalam waktu 12 (dua belas) tahun orientasi ekspor Indonesia telah mengalami perubahan yang besar, hal ini bisa disebabkan karena berbagai kebijakan Pemerintah terhadap orientasi ekspor, kemajuan tehnologi maupun perubahan permintaan pasar dunia terhadap produk Indonesia.
Sebagian besar ekspor UMKM Indonesia berasal dari industri manufaktur, namun kontribusinya jauh lebih kecil dibandingkan pangsa ekspor usaha besar (UB) dalam total ekspor manufaktur Indonesia. Struktur ekspor manufaktur menurut skala usaha memberi kesan seakan-akan ada korelasi positif antara kemampuan melakukan ekspor dan skala usaha, artinya semakin besar sebuah perusahaan semakin besar kemampuan ekspornya (walau kemampuan ekspor bisa berbeda antarperusahaan dalam skala usaha yang sama). Alasannya jelas, UMKM terutama usaha mikro (UMI) dan khususnya yang berlokasi di perdesaan, menghadapi keterbatasan sumberdaya manusia (SDM), teknologi dan modal. Dalam kelompok UMKM maupun kalangan UB, dalam melakukan ekspor, kebutuhan akan ketiga faktor produksi tersebut lebih besar daripada perusahaan yang hanya melayani pasar domestik (Tambunan, 2012).
(13)
Data 2007 dan target 2008 dari BPS dan Departemen perdagangan menunjukkan bahwa daftar ekspor penting dari UMKM kurang lebih masih konsisten, seperti makanan olahan, perhiasan dan kerajinan. Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian yang disajikan pada Tabel 1.1 memperlihatkan sepuluh besar produk ekspor UMKM Indonesia di industri manufaktur untuk periode 2009-2010.
Tabel 1.1
Sepuluh Besar Ekspor Manufaktur dari UMKM Indonesia 2009-2010
No Produk
2009 2010
Volume Nilai
(US $) Volume
Nilai (US $)
1 Kelapa sawit olahan/minyak kelapa sawit 20.737,9 12.924,9 8.068,0 6.124,2 2 TPT (teksil dan produk tekstil) 1.757,4 9.245,1 963,0 5.295,7 3 Besi baja, mesin dan otomotif 2.829,3 8.701,1 1.504,7 5.242,4 4 Produk-produk berbasis karet 2.506,8 5.020,2 1.404,2 4.415,3
5 Elektronika 339,8 7.899,6 179,6 4.320,9
6 Produk-produk dari tembaga, timah dan lain-lain
508,1 5.241,5 262,7 3.002,8 7 Bubuk kertas dan kertas 6.539,9 4.272,4 3.318,2 2.718,4 8 Produk-produk dari kayu 3.184,2 3.441,0 2.250,0 2.262,7
9 Logam dasar 4.003,7 3.168,3 2.305,7 2.245,7
10 Makanan dan Minuman 1.612,8 2.569,8 789,8 1.463,0 Sumber: http://www.kemenperin.go.id
Tabel 1.1, menujukkan bahwa ekspor tertinggi dari UMKM adalah kelapa sawit olahan/minyak kelapa sawit dan tiga ekspor terendah adalah berturut-turut produk-produk dari kayu, logam dasar serta makanan dan minuman. Padahal subsektor makanan dan minuman merupakan salah satu kelompok industri terpenting bagi UMKM Indonesia (Tambunan, 2012).
Jenis komoditi ekspor Bali dikelompokkan menjadi 5 kelompok, sebagai berikut, (1) Hasil Kerajinan, berupa kerajinan kayu, kerajinan furniture, kerajianan perak, kerajinan bambu, kerajinan logam, kerajinan rotan, kerajinan terracota, kerajinan kulit, kerajinan batu padas, kerajinan anyaman, kerajinan keramik,
(14)
kerajinan kerang, kerajinan lukisan, kerajinan alat tulis; (2) Hasil Industri, berupa tekstil dan produk tekstil, sepatu, tas, plastik, ikan dalam kaleng, dan komponen/rumah jadi; (3) Hasil Pertanian, berupa ikan tuna, ikan kerapu, lobster, ikan hias hidup, ikan nener, ikan kakap, ikan ikan lainnya, kepiting, sirip ikan hiu, buah-buahan, burung hidup, rumput laut; (4) Hasil Perkebunan, berupa panili dan kopi; (5) Lain-lain. Realisasi masing-masing kelompok komoditi ekspor tersebut di atas terhadap total ekspor selama 5 tahun yaitu tahun 2010 sampai dengan 2014 disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Realisasi Ekspor Provinsi Bali Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2010 s/d 2014
Tahun Hasil
Kerajinan Hasil Industri
Hasil Pertanian
Hasil
Perkebunan Lain-Lain Jumlah
2010 215.288.407,35 180.215.610,68 119.769.734,32 887.631,00 3.751.123,56 519.912.506,91 2011 197.455.924,79 192.131.341,98 102.555.224,13 903.530,72 4.818.340,45 497.864.362,07
-8,28% 6,61% -14,37% 1,79% 28,45% -4,24%
2012 202.069.115,56 157.026.397,96 114.892.477,10 736.115,28 7.114.782,25 481.838.888,15
2,34% -18,27% 12,03% -18,53% 47,66% -3,22%
2013 200.661.591,37 164.482.857,23 114.800.624,77 1.610.640,51 4.507.941,47 486.063.655,35
-0,70% 4,75% -0,08% 118,80% -36,64% 0,88%
2014 220.037.839,58 166.203.889,31 113.068.070,87 2.580.510,43 1.935.902,95 503.826.213,14
9,66% 1,05% -1,51% 60,22% -57,06% 3,65%
Rata-rata
Perubahan 0,75% -1,47% -0,98% 40,57% -4,40% -0,73%
Sumber: Dinas Perindag Provinsi Bali, 2014
Dari realisasi ekspor daerah Bali per komoditi selama lima tahun, yaitu tahun 2010-2014 menunjukkan komoditas ekspor UMKM mengalami penurunan ekspor paling tinggi jika dibandingkan dengan produk olahan industri, pertaninan, dan perkebunan. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih jauh langkah-langkah yang diambil untuk dapat meningkatkan ekspor UMKM di Provinsi Bali.
Rintuh (1995), menjelaskan intervensi pemerintah dalam perekonomian dilakukan untuk meningkatkan pengeluaran pemerintah. Peranan pemerintah dalam meningkatkan ekspornya hendaknya mendapat respon dari pihak perusahaan.
(15)
Keadaan ini dapat menggairahkan mereka untuk melakukan peningkatan usahanya untuk memasuki pasar internasional. Hal ini terlihat semenjak Indonesia merubah kebijakan perdagangan luar negerinya dari substitusi impor ke tahap promosi ekspor dengan menerbitkan sejumlah paket deregulasi.
Peran pemerintah dalam promosi ekspor merupakan modal awal untuk perusahaan memperkenalkan produknya untuk memasuki pasar internasional, sehingga kebijaksanaan ini bisa mendorong perusahaaan untuk meningkatkan kinerja ekspornya menjadi lebih baik. Di samping itu, kebijakan melalui proteksi terhadap industri baru lebih dominan, di mana pemerintah memaksa industri baru untuk menggunakan target ekspor untuk melakukan produksi dengan cepat pada tingkat harga dunia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan mengenai orientasi kewirausahaan dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor UMKM Provinsi Bali sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja ekspor
produk UMKM Provinsi Bali ?
2) Bagaimanakah pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali ?
3) Bagaimanakah pengaruh orientasi kewirausahaan dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali ?
(16)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1) Menganalisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali.
2) Menganalisis pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali.
3) Menganalisis pengaruh rientasi kewirausahaan dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat akademis dan praktis sebagai berikut :
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan dengan memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa melalui orientasi kewirausahaan dan kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi kinerja ekspor produk UMKM, sebagai barometer kekuatan perdagangan daerah dalam persaingan global melalui keunggulan kompetitif.
2) Memberikan kontribusi atau masukan bagi pemerintah dalam menyusun acuan kebijakan perdagangan daerah khususnya tentang ekspor produk UMKM di Provinsi Bali.
3) Menambah khazanah penelitian khususnya dalam kajian produk ekspor UMKM dalam rangka pembangunan daerah sesuai dengan kondisi dan potensi daerah.
(17)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Orientasi Kewirausahaan
Jambulingan et al. (2005 dalam Muchtalifa (2008), berpendapat bahwa orientasi kewirausahaan sebagai suatu proses, praktek, dan aktivitas pengambilan keputusan yang mengarah pada pengembangan dan penciptaan produk baru yang inovatif yang membedakan organisasi dengan organisasi lainnya di pasar. Orientasi kewirausahaan sebagai metode, praktik dan pengambilan keputusan manajer dalam berwirausaha dan sebagai orientasi strategis persahaan untuk bersaing. operasionalisasinya melalui 5 (lima) dimensi, yakni pengambilan resiko, inovasi, proaktif, kompetitif agresif, dan otonomi (Lumpkin dan Dess, 1996 dalam Hughes dan Morgan, 2006).
Pendekatan kewirausahaan berdasar pada ilmu ekonomi mulai mengalami perubahan pada abad pertengahan keduapuluh (sekitar tahun 1950-an). Setelah itu aktivitas kewirausahaan dipengaruhi oleh:
1) Faktor lingkungan dan Faktor manusia
2) Faktor manusia mencakup psikologi meliputi keinginan untuk berprestasi, menerima tanggungjawab dalam situasi kompleks dan kemauan menerima menerima risiko dipandang sebagai perbedaan antar individu (McClelland, 1961).
3) Faktor faktor pemasaran (Hills, 1994) mempengaruhi aktivitas kewirausahaan. 4) Faktor teknologi baru, tingkat modernisasi, ekologi dan populasi organisasi
(18)
5) Faktor lingkungan seperti peraturan dan kebijakan pemerintah, kebijakan publik, hukum (Gnywali dan Fogel, 1994).
Pemikiran kewirausahaan berbasis pada multi-disiplin dibagi menjadi beberapa pendekatan seperti:
1) Kerangka Lewinian, menjelaskan bahwa aktivitas kewirausahaan merupakan fungsi dari perilaku interaksi antara manusia (P) dan lingkungan (E) (Lewin, 1935). Perilaku pengusaha mencari informasi sangat dipengaruhi oleh interaksi antar manusia dan kondisi Hngkungannya. Sebutkan oleh Venkataraman (1997) bahwa usaha individu untuk mengetahui peluang dan informasi yang relevan tergantung dari wawasannya, kecakapan dan kecerdasan pengusaha tersebut. 2) Lingkungan versus individu, pendekatan multi-disiplin mengangap bahwa faktor
lingkungan seperti peraturan, kebijakan pemerintah, kebijakan publik dan hukum dapat mengabaikan atau bertentangan dengan kepentingan individu. Lingkungan yang tidak menentu menghalangi efisiensi yang dilakukan oleh individu, memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang, kemungkinan dapat memaksa perusahaan/entrepreneur untuk merespon lingkungan dengan cara saling bersaing, atau berkolaborasi untuk bertahan hidup (Lauman dan Knoke, 1987).
2.2 Kebijakan Pemerintah di Bidang Ekspor
Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 145/PMK.O4/2007 tentang Ketentuan Pabean di Bidang Ekspor, maka secara definitif yang dimaksud dengan: 1) Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
(19)
3) Eksportir adalah orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
4) Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan yang dikenakan terhadap barang ekspor.
5) Pemberitahuan pabean ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan di bidang ekspor dalam bentuk tulisan di atas formulir atau data elektronik.
Sedangkan menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, dapat disampaikan beberapa contoh pemberitahuan pabean lainnya, yang meliputi (1) Pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut, yakni kapal laut, pesawat udara, dan angkutan darat seperti gerbong kereta api, truk, dan sejenisnya; (2) Pemberitahuan impor untuk dipakai (PIB) bagi barang barang impor; (3) Pemberitahuan impor sementara; (4) Pemberitahuan pemindahan barang dari kawasan pabean ke tempat penimbunan berikat; (5) Pemberitahuan pemindahan barang dari suatu kantor pabean ke kantor pabean lain dalam daerah pabean; (6) Pemberitahuan ekspor barang (Sasono, 2013).
Peranan pemerintah dalam meningkatkan perdagangan antar negara sangat penting, di samping memberi kebijakan untuk membantu pelaku ekspor atau penegsahan untuk mampu bersaing di pasar dunia.
Kebijaksanaan dalam bidang ekspor diarahkan pada peningkatan daya saing dan penerobosan serta peluasan pasar luar negeri. Pencapaiannya ditempuh melalui upaya-upaya meningkatkan efisiensi produksi, perbaikan mutu komoditas, jaminan kesinambungan dan ketepatan waktu penyerahan, serta penganekarangaman produk dan pasar. Untuk mendukung semua itu, dilakukan penyempurnaan sarana dan
(20)
peningkatan akses pasar (temasuk jaringan informasi pasar, peningkatan promosi, dan peningkatan akses pasar melalui kerjasama perdagangan internasional).
Sedangkan kebijaksanaan di bading impor di tujukan untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa, terutama barang modal, bahan baku dan bahan penolong untuk industri di dalam negri, serta memperhemat penggunaan devisa, khususnya yang digunakan untuk mengimpor barang-barang mewah. Pemerintah menggariskan pula akan membatasi impor barang dan jasa bagi kebutuhannya, kecuali untuk barang dan jasa yang memang sanggat di butuhkan dan tidak dapat dihasilkan dalam negeri. Pengadaan barang-barang kebutuhan pemerintah senantiasa menggutamakan penggunaan hasil produksi dalam negeri.
2.3 Peranan dan Manfaat Ekspor dalam Perekonomian Indonesia 2.3.1 Peranan Ekspor dalam Perekonomian Indonesia
Peranan untuk perekonomian, antara lain sebagai berikut.
1) Makin banyak komoditas yang diekspor, akan menghasilkan devisa yang muaranya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2) Menaikkan kapasitas konsumsi suatu negara.
3) Menaikkan keunggulan komparatif dan efisiensi untuk menjalankan usaha-usaha pembangunan dalam sistem perekonomian.
4) Dengan tingkat output yang lebih tinggi, lingkaran kemiskinan dan pengangguran dapat dikurangi karenanya pembangunan dapat ditingkatkan. 5) Mendorong ke arah kompetisi ketat dan efisiensi serta memacu penggunaan
(21)
6) Meningkatkan perekonomian rakyat.
7) Mendorong berkembangnya kegiatan industri (Todaro dan Smith, 2006 dalam Kurniawan, 2015)
2.3.2 Manfaat Ekspor dalam Perekonomian Indonesia Manfaat kegiatan ekspor non migas dan migas yaitu: 1) Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia
Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik semakin besar. Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.
2) Menambah devisa negara
Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara.
3) Memperluas lapangan lerja
Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.
(22)
Dari studi pertumbuhan ekonomi selama periode 1968-1984 yang dilakukan oleh Balassa (1986 dalam Kurniawan, 2015) terhadap sekelompok luar negara-negara yang sedang berkembang yang dibedakan antara negara-negara-negara-negara yang berorientasi ke luar (Outward-Oriented Countries) dan negara-negara yang berorientasi ke dalam (Inward- oriental countries) menemukan bahwa negara-negara yang menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi ke luar memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih baik dari pada negara-negara yang menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi ke dalam atau substitusi impor. Studi yang dilakukan Krueger (1993 dalam Kurniawan, 2015) mengemukakan bahwa kenaikan 0,1 persen di dalam laju pertumbuhan pendapatan ekspor mampu meningkatkan laju pertumbuhan PDB/Gross National Product (GNP) dengan kira-kira 0,11 persen. Krueger dalam Nanga (2005), juga menyatakan bahwa orientasi ke luar akan mendorong kebijakan makro ekonomi yang lebih baik, misalnya para pembuat kebijakan harus menjaga nilai tukar pada tingkat yang realistik, sehingga ekspor negara tersebut dapat bersaing di pasar luar negeri.
2.4 Konsep dan Kriteria UMKM
Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sementara Usaha Menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar (Menekop dan UKM, UU No. 9 Tahun 1995).
(23)
Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah (1) manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM; (2) modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal; (3) daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan; dan (4) ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil.
Kriteria UKM menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1) Kekayaan bersih paling banyak 200.000.000. tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. ; 3) Milik Warga Negara Indonesia;
4) Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki atau dikuasai perusahaan besar;
5) Bentuk usaha orang perorang, badan usaha berbadan hukum/ tidak berbadan hukum, termasuk koperasi;
6) Usaha sektor industri memiliki total asset maksimal Rp 5.000.000.000;
7) Unntuk sektor non industri memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600.000.000 (tidak termasuk tanah dan banguan tempat usaha) atau memiliki
(24)
2.5 Konsep Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan data empiris, dapat dirancang suatu konsep penelitian sebagai berikut.
Keberanian Mengambil Resiko
Proaktif
Kompetitif Inovasi
Sertifikasi Ekspor Pemberdayaan
Orientasi Kewirausahaan
Kebijakan Pemerintah
Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali
Pendampingan
Subsidi
Daya Saing
Market Share
Prosentase Keuntungan
Gambar 2.1 Konsep Penelitian
(25)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu rencana, kerangka untuk mengkonseptualisasikan struktur relasi variabel-variabel suatu kajian penelitian (Karlinger, 1993), atau perencanaan terinci yang digunakan sebagai pedoman studi penelitian yang mengarah pada tujuan dari penelitian tersebut (Aaker, et al., 2001).
Penelitian ini bersifat eksploratif dan deskriptif kuantitatif yang memberikan gambaran umum mengenai Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Ekspor UMKM Provinsi Bali. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi dengan pendekatan kuantitatif matematis dalam menangkap deskripsi umum industri UMKM sebagai pelaku ekspor di Provinsi Bali.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan di Provinsi Bali dengan pertimbangan karena di Provinsi Bali sebagian besar bentuk usahanya adalah UMKM yang juga adalah sebagai pelaku ekspor, baik di bidang kerajinan, hasil industri, hasil pertanian, maupun hasil perkebunan. Penelitian dilakukan selama tiga bulan untuk survey dan pengumpulan data.
(26)
3.3 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan, sebagai berikut.
1) Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel terikat pada penelitian ini Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali (Y) dengan indikator, sebagai berikut Daya Saing (Y1), Market Share (Y2), Prosentase
Keuntungan (Y3).
2) Variabel Bebas atau Independent Variable (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent). Adapun variabel bebasbya adalah Orientasi Kewirausahaan (X1), dan indikatornya sebagai
berikut; Keberanian Mengambil Resiko (X1.1), Proaktif (X1.3), Inovasi
(X1.3), Kompetitif (X1.4), dan Kebijakan Pemerintah (X2) dengan indikator
sebagai berikut Pemberdayaan (X2.1), Pendampingan (X2.2), Sertifikasi
Ekspor (X2.3), dan Subsidi (X2.4). Dari semua indikator tersebut
menggunakan skala pengukuran adalah skala Likert, yaitu 1 dampai dengan 4.
(27)
3.4 Populasi dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sensus, dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, dimana jumlah UMKM sebagai eksportir jumlahnya seluruhnya 61 orang.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Kuisioner adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi pertanyaan yang terstruktur dan telah dipersiapkan terlebih dahulu.
3.6 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, terangkum dalam gambar berikut.
(28)
Mendeskripsikan gambaran umum UMKM sebagai pelaku ekspor di Provinsi Bali
Juni 2015
Merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi kewirausahaan dan pemetaan UMKM sebagai pelaku ekspor di Provinsi Bali
Juli 2015
Menganalisis kebijakan pemerintah di bidang pemberdayaan, pendampingan, sertifikasi ekspor, dan subsidi
Agustus 2015 Menganalisis pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja ekpor UMKM di Provinsi Bali
September 2015 Menganalisis pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap kinerja ekpor UMKM di Provinsi Bali
Oktober 2015
November 2015
Sasaran Akhir/Outcome
Rekomendasi kebijakan pemerintah di bidang
kewirausahaan dan ekspor untuk meningkatkan kinerja ekspor UMKM di Provinsi Bali
Gambar 3.1 Peta Jalan Penelitian
3.7 Teknis Analisis Data
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi faktor, dimana analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan dua analisis yang saling berhubungan atau teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier. Dalam hal ini, analisis faktor dijadikan sebagai
(29)
analisis tahap awal analisis ataupun antara untuk memperoleh sebuah variabel dari berbagai indikator, setelah memperoleh variabel maka variabel tersebut akan dibuat regresi linear. Penggunaan analisis regresi faktor biasanya dilakukan dalam studi penelitian yang melibatkan banyak variabel eksogen dari sistem konkret serta diketahui bahwa terdapat saling hubungan atau ketergantungan atau korelasi di antara variabel eksogen tersebut, umumnya penelitian ini biasanya dilakukan dengan data cross section atau menggunakan data kuisioner (penelitian tentang prilaku/persepsi). Adapun tahapannya, sebagai berikut.
3.7.1 Analisis Faktor
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis faktor dengan bantuan program komputer SPSS for windows. Malhotra (1996), menjelaskan bahwa analisis faktor adalah sekelompok prosedur yang digunakan untuk mengurangi atau meringkas data. Secara matematis model analisis faktor, adalah sebagai berikut.
Xi = A11F1 + A12F2 + A13F3+ ……+ AimFm + ViUi ... (3.1)
Dimana :
Xi = variabel standar ke-i
Aij = koefisien multiple regresion dari variabel I pada faktor umum
(common factor) j F = Faktor umum
Vi = Koefisien standarized regression dari variabel I pada faktor khusus
(unique) 1
Ui = Faktor khusus bagi variabel i
m = Jumlah faktor-faktor yang umum
Faktor-faktor yang khusus tidak berhubungan satu sama lainnya, serta tidak berkorelasi dengan faktor-faktor dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang akan diamati.
(30)
Formulanya adalah :
Fi = Wi1X1 + Wi2X2+ …….+ WikXk... (3.2)
Dimana :
Fi1 = Estimasi faktor ke-i
Wi1 = Bobot atau koefisien nilai faktor
k = Jumlah variabel
3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun model regresi yang digunakan, adalah sebagai berikut.
0 1 1 2 2 m m
Y F F F
... (3.3) Di mana :
Y = Kinerja Ekspor Produk UMKM
0 = Intercep
1, 2 = Koefisien regresi Fi
Fi = Skor faktor (X1 dan X2) = Tingkat kesalahan
Setelah indikator dari dimensi tersebut difaktorkan maka langkah selanjutkan dengan analisis regresi, seperti telah dikemukan, namun sebelum analisis regresi digunakan, maka diperlukan syarat dari penggunaan regresi harus dipenuhi yaitu uji asumsi klasik, antara lain sebagai berikut.
1) Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik dengan data yang berdistribusi normal. Untuk mendeteksi terpenuhi atau tidaknya uji normalitas, maka penelitian ini menggunakan uji Kolrnogrov-Smirnov, dengan ketentuan, bila
(31)
signifikansi tiap variabel lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b) Uji Multikolinearitas
Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2011). Uji multikolonearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF kurang dari 10, maka data terbebas dari kasus multikolinearitas.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.Untuk mendeteksinya dilakukan uji glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut ei dengan variabel bebas.Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, maka tidak ada heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas karena signifikansi variabel bebas dan variabel terikat di atas 0,05.
(32)
2) Uji Statistik
Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel (dimensi) yang diuji memang benar berpengaruh secara parsial dan simultan. Adapun pengujiannya, sebagai berikut.
Uji statistik t (secara parsial) dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya, apabila nilai sig. dari hasil
perhitungan lebih kecil dari α = 0,05 (α =5%), maka Ho ditolak(berpengaruh
secara significant)dan sebaliknya apabila nilai sig. dari hasil perhitungan lebih
besar dari α = 0,05 (5%) maka Ho diterima (tidak berpengaruh secara
significant),secara parsial.
Sedangkan uji simultan menggunakan uji F (F-test) untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh atau tidak, apabila nilai sig.
dari hasil perhitungan lebih kecil dari α = 0,05 (α =5%), maka Ho ditolak
(berpengaruh secara significant) dan sebaliknya apabila nilai sig. dari hasil
perhitungan lebih besar dari α = 0,05 (5%) maka Ho diterima (tidak
(33)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif
4.1.1.1Hubungan tingkat pendidikan dengan jenis kelamin
Jumlah eksportir UMKM di Bali sebanyak 61 orang, ternyata 42 orang laki-laki dan 19 orang perempuan, dengan tingkat pendidikan untuk responden laki-laki paling banyak adalah SMA yaitu 59,52 persen dan hanya 4,76 persen bependidikan S2/S3 dan sisanya Diploma/S1 35,71 persen, sedangkan untuk responden perempuan sebanyak 19 responden, ternyata hanya 47,37 persen bependidikan Diploma/S1, dan 52.63 persen berpendidikan SMA, seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2015
Jenis Kelamin Pendidikan Total
SMA Diploma/S1 S2/S3
Laki-laki 25 (59.52%) 15 (35.71%) 2 (4.76%) 42 (100%) Perempuan 10
(52.63%) 9 (47.37%) 0 ( 0%) 19 (100%)
Total 35
(57.38%) 24 (39.34%) 2 (3.28%) 61 (100%) Sumber: Hasil Analisis (2015)
4.1.1.2Hubungan tingkat umur dengan jenis kelamin
Umur paling dominan untuk kelompok laki-laki eksportir UMKM di Provinsi Bali adalah berkisar antara 41-50 tahun sebanyak 59,52 persen dan lebih besar dari 51 tahun 35,71 persen, sedangkan untuk kelompok perempuan 57,89 persen kelompok umur antara 41-50 tahun dan 26,32 persen lebih dari 51 tahun, seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.
(34)
Tabel 4.2
Hubungan Tingkat Umur dengan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2015
Jenis Kelamin Umur Total
21-30 th 31- 40 th 41-50 th > 51 th Laki-laki 1
(2.38%) 1 (2.38%) 25 (59.52%) 15 (35.71%) 42 (100%) Perempuan 0
(0%) 3 (15.79%) 11 (57.89%) 5 (26.32%) 19 (100%)
Total 1
(1.64%) 4 (6.56%) 36 (59.02%) 20 (32.79%) 61 (100%) Sumber: Hasil Analisis (2015)
4.1.1.3Hubungan tingkat umur dengan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan SMA berjumlah 35 orang, dari jumlah tersebut ternyata kelompok umur 41-50 tahun berjumlah 51,43 persen dan lebih 51 tahun berjumlah 37,14 persen, sisanya berumur 31-40 tahun, untuk pendidikan Diploma/S1 juga umurnya berkisar 41-50 tahun sebanyak 70,83 persen, sedangkan untuk pendidikan S2/S3 hanya 2 orang, yaitu responden berumur antara 41-50 tahun dan lebih dari 51 tahun, seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Pendidikan di Provinsi Bali Tahun 2015
Pendidikan Umur Total
21-30 th 31- 40 th 41-50 th > 51 th
SMA 0
(0%) 4 (11.43%) 18 (51.43%) 13 (37.14%) 35 (100%) Diploma/S1 1
(4.17%) 0 (0%) 17 (70.83%) 6 (25%) 24 (100%)
S2/S3 0 0 1
(50%)
1 (50%)
2 (100%)
Total 1
(1.64%) 4 (6.56%) 36 (59.02%) 20 (32.79) 61 (100%) Sumber: Hasil Analisis (2015)
(35)
4.1.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuntitatif dalam penelitian ini digunakan analisis faktor dan analisis regresi linear berganda atau disebut analisis regresi faktor. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi indikator dari masing-masing dimensi antara lain Kinerja Ekspor Produk UMKM (Y), Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Kebijakan
Pemerintah (X2), sehingga membentuk faktor (variabel), seperti terlampir (lihat
Lampiran 4). Selanjutnya setelah membentu variabel maka langkah selanjutnya dianalisis dengan regresi linear berganda, Analisis regresi linear berganda bisa digunakan apabila memenuhi uji asumsi klasik adapun tahapan uji asumsi klasik yang gunanya untuk memperoleh nilai penduga yang tidak bias dan efisien dari suatu persamaan regresi berganda yang menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square), analisis datanya harus memenuhi asumsi klasik sebagai berikut.
4.1.2.1Kenormalan nilai residual
Pembuktian bahwa nilai residual menyebar normal merupakan salah satu indikasi persamaan regresi yang diperoleh adalah cukup baik. Artinya dengan pembuktian ini dapat disimpulkan bahwa peluang didapatkan nilai residual sekitar nol adalah lebih besar daripada nilai peluang yang jauh dari angka nol. Pembuktian kenormalan nilai residual dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu memperhatikan hasil nilai sig. yang ada apakah lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Dari hasil perhitungan nilai sig sebesar 0,935 sehingga disimpulkan bahwa asumsi kenormalan nilai residual dapat terpenuhi.
(36)
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
61 .0000000 .90921035 .069 .069 -.058 .537 .935 N
Mean Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Sumber: Lampiran 4
4.1.2.2Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan keadaan dimana terdapat korelasi yang sangat tinggi antar faktor bebas dalam persamaan regresi. Menurut Gujarati (1999), multikolinieritas memiliki arti adanya korelasi linier yang tinggi (mendekati sempurna) di antara dua atau lebih faktor bebas. Berarti, jika di antara faktor bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Berdasarkan Lampiran 4 diketahui bahwa tidak ada nilai VIF yang melebihi nilai 10, dengan demikian memberikan arti tidak terjadi multikolinier.
4.1.2.3Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar
(37)
regresi linier, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homoskedastisitas (Gujarati, 1999).
Salah satu prosedur uji yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas adalah uji Glejser, yaitu menghitung koefisien regresi antara antara nilai mutlak residual dengan seluruh faktor bebas. Hasil uji koefsien regresi dari uji Glejser menunjukkan bahwa seluruh nilai sig adalah lebih besar dari nilai
sebesar 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada nilai residual. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas dapat terpenuhi.
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
.681 .076 8.957 .000
.116 .080 .194 1.452 .152
-.065 .080 -.110 -.820 .415
(Constant) X1 X2 Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABSU a.
Sumber: Lampiran 4
4.1.2.4Hasil Statistik Uji-t dan Uji –F
Hasil uji F (F-test), bahwa memang benar secara bersama-sama Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Kebijakan Pemerintah (X2) terhadap Kinerja Ekspor
Produk UMKM Provinsi Bali, dilihat dari nilai sig. sebesar 0.004 lebih kecil dari
α = 0.05, sedangkan hasil uji parsial ternyata Orientasi Kewirausahaan (X1) tidak
berpengaruh significant terhadap Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali,
(38)
pemerintah berpengaruh significant terhadap Kinerja Ekspor Produk UMKM
Provinsi Bali, karena nilai sig. sebesar 0.005 lebih kecil dari α = 0.05. Tabel 4.6
Hasil Uji-t
Coefficientsa
1.07E-016 .118 .000 1.000
.122 .124 .122 .987 .328 .222 .129 .118 .926 1.080
.366 .124 .366 2.949 .005 .399 .361 .352 .926 1.080
(Constant) X1 X2 Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y a.
Sumber: Lampiran 4
Nilai R2 sebesar 0.173, artinya 17,3 persen Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Kebijakan Pemerintah (X2) terhadap Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali, sedangkan sisanya 82,7 persen dijelaskan oleh faktor lain.
Tabel 4.7 Hasil Uji-F
Model Summaryb
.416a .173 .145 .92475353
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y b.
Sumber: Lampiran 4
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Ekspor UMKM di Provinsi Bali
Hasil uji F (F- tes), bahwa secara bersama- sama Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Kebijakan Pemerintah (X2) berpengaruh positif dan significant terhadap
(39)
besar dari a = 0,05, Namun hasil uji secara parsial Orientasi Kewirausahaan (X1)
yang terdiri dari indikator mengambil resiko, proaktif, inovatif dan kompetitif tidak berpengaruh significant terhadap Kinerja Ekspor produk UMKM Provinsi Bali. Hal ini disebabkan, karena (1) Sebagian besar para eksportir belum berani mengambil resiko, kurang inovatif dan daya saingnya masih kurang; (2) Tahapan kinerja eksport sudah baku atau sudah ada standar yang di tetapkan oleh pemerintah, sehingga ekspor produk UMKM di bali masih sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah; (3) Apabila ada permintaan dari konsumen terhadap produk di luar yang biasa di eksport oleh para pengusaha, maka akan dialihkan ke perusahaan lainnya atau meminjam kewenangan mengekspor dari pihak lain.
Hal ini tentunya mempengaruhi arah hubungan pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja ekspor produk UMKM di Provinsi Bali menjadi tidak signifikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja ekspor perlu adanya terobosan dari para eksportir, dengan mengembangkan sikap lebih reaktif terhadap trend persaingan dengan melakukan maneuver-manuver dengan cara mengadopsi strategi bersaing dalam upaya menggugguli kopetitor melalui produk-produk yang diekspor harus bersifat spesifik dan perlu adanya inovasi dan kreatifitas untuk memenangkan persaingan di pasar bebas. Dalam globalisasi perdagangan dunia produk-produk yang laku di pasaran adalah produk-produk yang kreatif dan mempunyai ciri khas (local genius).
Kalau dilihat dari karekteristik responden, ternyata para eksportir tersebut sebagain besar masih berpendidikan SMA atau sederajat, sehingga secara teoritis pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil
(40)
keputusan, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan beberapa hal antara lain, memberikan pelatihan yang sifatnya praktis kepada para eksportir, sehingga mereka mempunyai pengetahuan dalam menjalankan usaha, hal tersebut akan mengurangi risiko dan berinovasi dan berkratifitas sehingga apad akhirnya mereka akan mampu bersaing di dunia global.
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali
Hasil analisis menunjukkan kebijakan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali, karena nilai sig. sebesar
0.005 lebih kecil dari α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah melalui indikator pemberdayaan, pendampingan, sertifikasi ekspor dan subsidi, menunjang kinerja ekspor di Provinsi Bali. Kebijakan pemerintah melalui peraturan, kebijakan dan praktek-praktek yang memberikan kemudahan dan melindungi produk dalam negeri dari persaingan asing akan merangsang atau meningkatkan kinerja ekspor, seperti Peraturan Pemerintah melalui Menteri Perdagangan Nomor 89 Tahun 2015 tertanggal 19 Oktober 2015, tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan untuk Produk Berbahan Baku Kayu. Dalam ketentuan terdahulu semua produk berbahan baku kayu tanpa kecuali harus menyertakan Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), sedangkan ketentuan baru diberikan kemudahan untuk produk-produk tertentu saja. Dengan adanya regulasi seperti ini tentunya dapat mempermudah persyaratan ekspor yang harus dipenuhi oleh para eksportir di Provinsi Bali.
(41)
4.2.3 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan Kebijakan Pemerintah terhadap Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali
Hasil dari uji F (F- tes) secara bersama-sama Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Kebijaksanaan Pemerintah (X2) berpengaruh secara positif dan
significant terhadap Kinerja Ekspor di Provinsi Bali, di lihat dari nilai signifikansi
sebesar 0,004 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa peran orientasi kewirausahaan dan kebijakan pemerintah sangat penting di dalam meningkatkan kinerja ekspor di Provinsi Bali. Nilai R2 sebesar 0,173, artinya 17,3
persen dipengaruhi oleh Orientasi Kewirausahaan (X1) dan Kebijakan Pemerintah
(X2) terhadap Kinerja Ekspor Produk UMKM Provinsi Bali, sedangkan sisanya
82,7 persen di pengaruhi oleh faktor lain.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor, seperti sebagai berikut.
1) Selera konsumen terhadap barang barang produksi dalam negeri. 2) Harga barang di dalam dan di luar negeri.
3) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestic yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.
4) Pendapatan konsumen di luar negeri 5) Biaya angkutan barang antar negara
Kelima faktor ini juga sangat mempengaruhi kinerja ekspor di Provinsi Bali yang perlu mendapat perhatian dan dikaji dalam penelitian selanjutnya. Ekspor produk produk yang di hasilkan oleh UMKM merupakan faktor penting
(42)
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi dan meningkatkan output, serta menyajikan akses ke sumberdaya-sumberdaya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk produk-produk kerajinan, hasil industry, pertanian dan perkebunan di Provinsi Bali.
(43)
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut.
1) Hasil uji secara parsial orientasi kewirausahaan yang terdiri dari indikator mengambil resiko, proaktif, inovatif dan kompetitif tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali.
2) Hasil analisis menunjukkan kebijakan pemerintah yang terdiri dari indikator indikator pemberdayaan, pendampingan, sertifikasi ekspor dan subsidi berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor produk UMKM Provinsi Bali. 3) Hasil dari uji F (F- test) secara bersama-sama orientasi kewirausahaan dan
kebijaksanaan pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja ekspor di Provinsi Bali.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan, adalah sebagai berikut.
1) Perlu adanya pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis kepada para eksportir, sehingga mereka mempunyai pengetahuan dalam menjalankan usahanya, maka resiko dalam usaha dapat dikurangi, serta berani berinovasi dan berkreativitas, sehingga ada akhirnya mereka akan mampu bersaing di dunia global.
(44)
2) Pemerintah hendaknya terus berupaya untuk membuat terobosan-terobosan atau regulasi di bidang eksport untuk merangsang kreativitas para eksportir yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja ekspor.
3) Pemerintah hendaknya membantu mencari peluang-peluang pasar baru ke Negara-negara yang potensial untuk melakukan ekspor dengan membantu memberikan informasi dan peluang promosi kepada para eksportir.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2010. Pembangunan Ekonomi. Edisi 5. Yogyakarta: Unit Penerbit STIM YPKN.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Bali. 2009. Rencana Strategi Propinsi Bali Tahun 2009-2013. Bali.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
http://www.kemenperin.go.id, diakses tanggal 1 Juni 2015.
Hughes, M.; Morgan, R.E. 2006. Deconstructing the relationship between entrepreneurial orientation and bussines performance at the embryonic stage of firm growth, Journal Industrial Marketing Management, Vol. 36, pp. 651-661.
Krueger, N. 1993. The Impact of Prior Entrepreneurial Exposure on Perceptions of New Venture Feasibility and Desirability. Entrepreneurial Theory Practice, Vol. 18, No. 1, pp. 5-21.
Kuncoro, M. . 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: LPP AMP YPKN. Kurniawan, Yoseph Wikatama. 2015. Identifikasi Ekspor Impor dalam Neraca
Perdagangan serta Kontribusinya terhadap Neraca Pembayaran. Hasil Akhir MKPD. Denpasar: Program Doktor Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Udayana.
Malhotra, Naresh K. 1996. Marketing Research, an Applied Orientation. Second Edition. Singapore: Prentice-Hall, Inc.
Muchtolifah. 2008. Pengaruh Sumberdaya Manusia, Orientasi Pasar, Orientasi Kewirausahaan terhadap Strategi Bersaing dan Kinera Rumah Sakit. Disertasi (tidak dipublikasikan). Malang: Universitas Brawijaya.
Muqorobin, Agus. 2010. Studi Literatur terkait Perilaku Kewirausahaan. Solo: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Priyanto, Sony Heru. 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Andragogia-Jurnal PNFI Vol. 1.
Priyono, Edi; Muqarobin, Agus. “Studi Literatur terkait Perilaku Kewirausahaan”. Solo: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(46)
Respati, Harianto. 2009. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka.
Safaat, Ikhwan; Syarief, Rizal; Suryani, Ani. 2014. Strategi Pengembangan Kewirausahaan Sosial PT. Bina Swadaya Konsultan. Jurnal Manajemen IKM.
Sasono, Herman Budi. 2013. Manajemen Ekspor dan Perdagangan International. Yogyakarta: Andi Offset.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatitif, R & D. Bandung: Alfabeta.
Tambunan, T. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (Isu-isu Penting). Jakarta: LP3ES.
Todaro, M.P.; Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Diterjemahkan oleh Munandar. Jilid 1 dan 2. Gelora Aksara Pertama.
Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid II, diterjemahkan oleh Burhanudin Abdullah. Jakarta: Erlangga.
Undang Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Widiastuti, Ratna; Margaretha, Meily. 2011. Jurnal Manajemen, Vol. 11 No.1,
(47)
(48)
Lampiran 1. Curriculum Vitae Tim Peneliti
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri1. Nama Lengkap (dengan gelar) : Prof. Dr. Made Kembar Sri Budhi, Drs., MP.
2. Jenis Kelamin : Pria
3. Jabatan Fungsional : Guru Besar
4. NIP /NIK/Identitas Lainnya : 19580212 198601 1001
5. NIDN : 0012025808
6. Tempat/Tanggal Lahir : Tajun, Buleleng, 12-02-1958
7. E-mail : [email protected]
8. Nomor Telp. Rumah / HP : 08123635330
9. Alamat Kantor : Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana, Jalan PB. Sudirman Denpasar
10. Nomor Telp. /Fax. : (0361) 224133/ (0361) 241929
B.Riwayat Pendidikan
Uraian S1 S2 S3
Nama PT Udayana Gadjah Mada Airlangga
Bidang Ilmu Eko. Pembangunan Sosial Ekonomi
Pertanian
Ekonomi Pembangunan
Tahun masuk-lulus 1979-1984 1991-1993 2002-2007
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
C.Pengalaman Mengajar
1. Mata kuliah yang diampu di Program Studi sendiri selama satu tahun akademik terakhir (2013/2014)
Smstr Program Mata Kuliah*) SKS Jmlh Mhs.
Ganjil Diploma S1 Reguler 1. Pengantar Mikro 2. Pengantar Mikro 3 3 60 60
S1 Ekstensi Pengantar Mikro 3 50
S2
1. Teori Mikro
2. Perencanaan Pembangunan 3 3 20 20
S3 Teori Mikro 3 20
Genap Diploma S1 Reguler 1. Pengantar Mikro 2. Pengantar Mikro 3 3 60 60
S1 Ekstensi Pengantar Mikro 3 50
S2
1. Teori Mikro
2. Perencanaan Pembangunan 3 3 20 7
(49)
2. Mata Kuliah yang diampu di luar Program Studi sendiri selama satu tahun akademik terakhir (2013/2014)
Smstr Program Studi (PS) Mata Kuliah*) SKS Nama PS Jmlh Mhs.
Ganjil PS lain di Unud PS lain di luar Unud Genap PS lain di Unud
PS lain di luar Unud
*) beri keterangan di belakang nama mata kuliah bila diampu oleh dua orang atau lebih (berdua, bertiga, dst)
D.Pengalaman dalam Jabatan Struktural/Manajemen selama satu tahun terakhir
Smstr Tempat Jabatan
Ganjil Di Unud Ketua Program S3 Ilmu Ekonomi
Di luar Unud
Genap Di Unud Ketua Program S3 Ilmu Ekonomi
Di luar Unud
Yang dimaksud adalah Jabatan Manajemen/struktural atau jabatan lain yang diakui setara dengan SKS sesuai SK Dirjen DIKTI no. 48 tahun 1983 (12 sks setara dengan 36 jam kerja per minggu) , selama satu tahun akademik terakhir.
E.Pengalaman Penelitian selama 5 tahun terakhir
No. Tahun Judul Penelitian Keanggotaan 1)
Pendanaan Sumber2) Jumlah
(Jt. Rp)
1. 2010
2. 2011 Pengaruh pertumbuhan ekonomi
dan wajib belajar terhadap kemiskinan di Bali
Ketua DIPA 10 juta
3. 2012 Roadmap ekonomi kreatif Provisi
Bali
Pengaruh ketimpangan pembangunan terhadap kemiskinan di Bali
Ketua Ketua Pemda Bali DIPA 50 juta 10 juta
4. 2013 Kausalitas pertumbuhan ekonomi
dengan kemiskinan di Provinsi Bali
Ketua DIPA 10 juta
5. 2014 Pengembangan Desa Jatiluwih
Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan sebagai desa wisata berbasis masyarakat
Ketua Hibah 128 juta
1) Sebagai ketua atau anggota peneliti
2) Baik yang bersumber dari DIPA Unud, Dikti, maupun sumber lain yang dilakukan atas kerja sama dengan pihak lain di luar Unud (instansi atau perusahaan)
(50)
F.Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat selama 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Keanggotaan
Pendanaan Sumber Jumlah
(Jt. Rp)
1. 2010
2. 2011
3. 2012
4. 2013 Gerakan penghijauan dan
penanaman sejuta pohon menuju
Bali Clean and Green
Perserta - -
5. 2014 Pengabdian KKN PPM periode
VIII Unud penghijauan di Desa Bakas 2 Mart 2014
Peserta - -
G.Publikasi Ilmiah Dalam Jurnal Selama 5 tahun terakhir
No. Judul Artikel Penulis Nama Jurnal Volume/
Nomor/Tahun 1
2 3 4
5 Faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan retribusi sampah di
Kabupaten Badung
Anggota Jurnal ISSN
Buletin Studi Ekonomi
-
(tunggal, pertama, kedua, dst)
H.Pengalaman dalam Acara Pertemuan Ilmiah/Seminar selama 5 tahun terakhir
No.
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar
Judul Makalah Status* Tempat Dan
Waktu
1 Seminar Pengembangan Desa
Jatiluwih Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan Sebagai Desa Ekowisata Berbasis
Masyarakat (Community
Based Ecotourism)
Pemakalah
2
(51)
I. Pengalaman dalam Pelatihan/Workshop selama 5 tahun terakhir
No. Judul Pelatihan/Workshop Status* Tempat dan Waktu
1 Workshop Membangun Entrepreneural
Mindset
Peserta Dps, Genap 2013/2014
2
*) sebagai Narasumber atau Peserta
J. Karya Buku selama 5 tahun terakhir
No. Judul Buku Penulis *) Tahun Jumlah
halaman Penerbit
1 Pengantar Ekonomi Mikro dan
Makro
Penulis 2014 200 Andi
Yogyakarta 2
(tunggal, pertama, kedua, dst)
K.Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik atau Sebagai Tim Ahli selama 5 tahun terakhir
No. Judul Kebijakan Publik atau Bidang Tim Ahli Tahun Tempat/Instansi 1
2
L. Penghargaan selama 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1 2
(52)
M. Keanggotaan dalam Organisasi Profesi
No. Nama Organisasi Periode Tahun Posisi Jabatan
1 2
Denpasar, 9 Juni 2015
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
Lampiran 2.
KUESIONER
PERAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA
EKSPOR UMKM DI PROVINSI BALI
Dengan hormat,
Sehubungan dengan dilaksanakannya penelitian dengan judul “Peran Orientasi Kewirausahaan dan Kebijakan Pemerintah terhadap Kinerja Ekspor UMKM di Provinsi Bali”, kami selaku peneliti dengan ini memohon partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner sebagai salah satu tahapan penting dalam penelitian ini. Kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuisioner ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah berusaha untuk mengumpulkan informasi dan persepsi pengambil kebijakan dan pihak terkait dengan kinerja ekspor. Obyektivitas dalam pegisian kuisioner ini akan memberikan konstribusi besar dalam validitas penelitian yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat pengusaha dan pemerintah daerah.
Kami mengucapkan terimakasih atas kesediaan dan kerjasama Bapak/Ibu untuk pengisian dan pengembalian kuisioner ini. Semoga sukses selalu menyertai Bapak/Ibu.
Hormat kami,
(58)
Mohon Bapak/Ibu mengisi Daftar Isian Identitas berikut.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Perusahaan : ... Alamat : ... Telepon : ... Nama Lengkap : ... Jabatan : ... Jenis Kelamin : ... Umur : ... Pendidikan : ...
II. PETUNJUK PENGISIAN JAWABAN KUESIONER
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu saat ini. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang Bapak/Ibu pilih.
III. DAFTAR PERTANYAAN A. Orientasi Kewirausahaan
1) Apakah Bapak/Ibu berminat untuk menambah modal jika diberikan peluang dari lembaga keuangan ?
a. Sangat berminat c. Cukup berminat
b. Berminat d. Tidak berminat
2) Seandainya terjadi perubahan kebijakan berkaitan dengan Undang-Undang ekspor terbaru, seberapa cepat Bapak/Ibu bisa menyesuaikan: a. 0 s/d 1 bln c. 3 s/d 6 bln
b. 1 s/d 2 bln d. 6 s/d 12 bln
3) Dunia usaha terus berkembang dan persaingan semakin ketat, apakah Bapak/Ibu sering melakukan pelatihan untuk skill dan pengetahuan ? a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4) Dalam menghadapi persaingan dengan para eksportir dari luar negeri, yang manakah menjadi unggulan produk Bapak/Ibu:
(59)
b. Persediaan bahan baku menjamin c. Permintaan pasar terhadap produk d. Mengikuti para pesaing
B. Kebijakan Pemerintah
5) Selama Bapak/Ibu mengelola usaha, apakah pernah diberikan pelatihan yang berkaitan dengan bidang ekspor ?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6) Apakah Bapak/Ibu sering dilibatkan dalam ekspo atau pameran ? Seberapa banyak dilibatkan dalam ekspo atau pameran ?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
7) Produk-produk Bapak/Ibu yang di ekspor apakah pernah dikembalikan ?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
8) Selama Bapak/Ibu menjalankan usaha, apakah pernah menerima subsidi dari Pemerintah ?
a. Sangat sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
C. Kinerja Ekspor
9) Bagaimana tren aktivitas ekspor Bapak/Ibu dalam setahun terakhir ? a. Terus meningkat c. Tetap
b. Meningkat d. Menurun
10)Dari negara-negara pengekspor barang yang sama dengan Bapak/Ibu, kira-kira posisi ekspor negara kita ...
a. Paling tinggi c. Sedang
b. Tinggi d. Kurang
11)Dari kegiatan ekspor yang Bapak/Ibu lakukan, kira-kira keuntungan yang Bapak/Ibu peroleh ...
a. ≥ 50% c. 10-25%
b. 25-50% d. ≤ 10%
(60)
Lampiran 3.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Frequencies
Statistics
61 61 61
0 0 0
Valid Missing N
JK UMUR PENDD
Frequency Table
JK
42 68.9 68.9 68.9
19 31.1 31.1 100.0
61 100.0 100.0
Laki-laki perempuan Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
UMUR
1 1.6 1.6 1.6
4 6.6 6.6 8.2
36 59.0 59.0 67.2
19 31.1 31.1 98.4
1 1.6 1.6 100.0
61 100.0 100.0
21-30 th 41-50 th 41-50 th > 51 th 6.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PENDD
35 57.4 57.4 57.4
24 39.3 39.3 96.7
2 3.3 3.3 100.0
61 100.0 100.0
SMA Diploma/S1 S2/S3 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(61)
Lampiran 4.
HASIL ANALISIS DATA
Frequencies
Statistics
61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Valid Missing N
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 Y1 Y2 Y3
Frequency Table
X1.1
1 1.6 1.6 1.6
3 4.9 4.9 6.6
42 68.9 68.9 75.4
15 24.6 24.6 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 4.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
X1.2
2 3.3 3.3 3.3
56 91.8 91.8 95.1
3 4.9 4.9 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
X1.3
2 3.3 3.3 3.3
54 88.5 88.5 91.8
5 8.2 8.2 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(62)
X1.4
1 1.6 1.6 1.6
6 9.8 9.8 11.5
8 13.1 13.1 24.6
46 75.4 75.4 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 4.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
X2.1
1 1.6 1.6 1.6
51 83.6 83.6 85.2
9 14.8 14.8 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
X2.2
6 9.8 9.8 9.8
47 77.0 77.0 86.9
8 13.1 13.1 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
X2.3
60 98.4 98.4 98.4
1 1.6 1.6 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
X2.4
60 98.4 98.4 98.4
1 1.6 1.6 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(63)
Y1
17 27.9 27.9 27.9
30 49.2 49.2 77.0
14 23.0 23.0 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Y2
9 14.8 14.8 14.8
47 77.0 77.0 91.8
5 8.2 8.2 100.0
61 100.0 100.0
1.00 2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Y3
46 75.4 75.4 75.4
15 24.6 24.6 100.0
61 100.0 100.0
2.00 3.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Factor Analysis
Communalities 1.000 .046 1.000 .262 1.000 .488 1.000 .725 X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 Initial Extraction(64)
Total Variance Explained
1.521 38.035 38.035 1.521 38.035 38.035
1.032 25.803 63.838
.945 23.620 87.459
.502 12.541 100.000
Component 1
2 3 4
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
-.216 -.512 .698 .852 X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 1 Compone nt
Extraction Method: Principal Component Analysis. 1 components extracted.
a.
Factor Analysis
Communalities 1.000 .735 1.000 .709 1.000 .350 1.000 .005 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 Initial ExtractionExtraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
1.798 44.958 44.958 1.798 44.958 44.958
.999 24.972 69.930
.808 20.204 90.134
.395 9.866 100.000
Component 1
2 3 4
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
(65)
Component Matrixa .857 .842 .591 -.069 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 1 Compone nt
Extraction Method: Principal Component Analysis. 1 components extracted.
a.
Factor Analysis
Communalities 1.000 .440 1.000 .621 1.000 .357 Y1 Y2 Y3 Initial ExtractionExtraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
1.419 47.292 47.292 1.419 47.292 47.292 .908 30.280 77.572
.673 22.428 100.000 Component
1 2 3
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
.663 .788 .598 Y1 Y2 Y3 1 Compone nt
Extraction Method: Principal Component Analysis. 1 components extracted.
(66)
Regression
Descriptive Statistics
.0000000 1.00000000 61
.0000000 1.00000000 61
.0000000 1.00000000 61
Y X1 X2
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .222 .399
.222 1.000 .273
.399 .273 1.000
. .043 .001
.043 . .017
.001 .017 .
61 61 61
61 61 61
61 61 61
Y X1 X2 Y X1 X2 Y X1 X2 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Y X1 X2
Variables Entered/Removedb
X2, X1a . Enter
Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Y b.
Model Summaryb
.416a .173 .145 .92475353
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y b.
(67)
ANOVAb
10.400 2 5.200 6.081 .004a
49.600 58 .855
60.000 60 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1 a.
Dependent Variable: Y b.
Coefficientsa
1.07E-016 .118 .000 1.000
.122 .124 .122 .987 .328 .222 .129 .118 .926 1.080
.366 .124 .366 2.949 .005 .399 .361 .352 .926 1.080
(Constant) X1 X2 Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y a.
Collinearity Diagnosticsa
1.273 1.000 .00 .36 .36
1.000 1.128 1.00 .00 .00
.727 1.323 .00 .64 .64
Dimension 1 2 3 Model 1 Eigenvalue Condition
Index (Constant) X1 X2
Variance Proportions
Dependent Variable: Y a.
Residuals Statisticsa
-.9506724 1.6966740 .0000000 .41633705 61
-2.283 4.075 .000 1.000 61
.122 .568 .184 .092 61
-1.27102 1.7051620 -.0041411 .42407142 61
-2.02987 2.442763 .00000000 .90921035 61
-2.195 2.642 .000 .983 61
-2.259 2.809 .002 1.008 61
-2.14927 2.763115 .00414108 .95647922 61
-2.345 2.996 .006 1.031 61
.064 21.639 1.967 3.818 61
.000 .345 .018 .050 61
.001 .361 .033 .064 61
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value Residual
Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Y a.
(68)
Charts
Regression Standardized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 Frequenc y 20 15 10 5 0 Histogram
Dependent Variable: Y
Mean =-7.03E-17 Std. Dev. =0.983
N =61
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpe ct ed C um P ro b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
(69)
Regression Standardized Predicted Value 4 2 0 -2 R egr es si on S tud ent iz ed R es id ual 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot
Dependent Variable: Y
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
61 .0000000 .90921035 .069 .069 -.058 .537 .935 N Mean Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(1)
Component Matrixa
.857 .842 .591 -.069 X2.1
X2.2 X2.3 X2.4
1 Compone
nt
Extraction Method: Principal Component Analysis. 1 components extracted.
a.
Factor Analysis
Communalities
1.000 .440
1.000 .621
1.000 .357
Y1 Y2 Y3
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
1.419 47.292 47.292 1.419 47.292 47.292
.908 30.280 77.572
.673 22.428 100.000
Component 1
2 3
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
.663 .788 .598 Y1
Y2 Y3
1 Compone
nt
(2)
Regression
Descriptive Statistics
.0000000 1.00000000 61
.0000000 1.00000000 61
.0000000 1.00000000 61
Y X1 X2
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .222 .399
.222 1.000 .273
.399 .273 1.000
. .043 .001
.043 . .017
.001 .017 .
61 61 61
61 61 61
61 61 61
Y X1 X2 Y X1 X2 Y X1 X2 Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Y X1 X2
Variables Entered/Removedb
X2, X1a . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Y b.
Model Summaryb
.416a .173 .145 .92475353
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y b.
(3)
ANOVAb
10.400 2 5.200 6.081 .004a
49.600 58 .855
60.000 60
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1 a.
Dependent Variable: Y b.
Coefficientsa
1.07E-016 .118 .000 1.000
.122 .124 .122 .987 .328 .222 .129 .118 .926 1.080 .366 .124 .366 2.949 .005 .399 .361 .352 .926 1.080 (Constant)
X1 X2 Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Zero-order Partial Part Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y a.
Collinearity Diagnosticsa
1.273 1.000 .00 .36 .36
1.000 1.128 1.00 .00 .00
.727 1.323 .00 .64 .64
Dimension 1
2 3 Model 1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant) X1 X2
Variance Proportions
Dependent Variable: Y a.
Residuals Statisticsa
-.9506724 1.6966740 .0000000 .41633705 61
-2.283 4.075 .000 1.000 61
.122 .568 .184 .092 61
-1.27102 1.7051620 -.0041411 .42407142 61
-2.02987 2.442763 .00000000 .90921035 61
-2.195 2.642 .000 .983 61
-2.259 2.809 .002 1.008 61
-2.14927 2.763115 .00414108 .95647922 61
-2.345 2.996 .006 1.031 61
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value Residual
Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual
(4)
Charts
Regression Standardized Residual
3 2
1 0
-1 -2
-3
Frequenc
y
20
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: Y
Mean =-7.03E-17 Std. Dev. =0.983
N =61
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
E
xpe
ct
ed
C
um
P
ro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
(5)
Regression Standardized Predicted Value
4 2
0 -2
R
egr
es
si
on
S
tud
ent
iz
ed
R
es
id
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Y
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
61 .0000000 .90921035 .069 .069 -.058 .537 .935 N
Mean Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(6)
Regression
Variables Entered/Removedb
X2, X1a . Enter
Model 1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: ABSU b.
Model Summary
.195a .038 .005 .59408
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X2, X1
a.
ANOVAb
.812 2 .406 1.151 .323a
20.470 58 .353
21.283 60
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1 a.
Dependent Variable: ABSU b.
Coefficientsa
.681 .076 8.957 .000
.116 .080 .194 1.452 .152
-.065 .080 -.110 -.820 .415
(Constant) X1 X2 Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABSU a.