EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES

(1)

commit to user

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh:

Rindang Sulistiyaningsih F3408114

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (Al-Baqarah : 45).

Hendaklah memulai dengan mengajar diri sendiri sebelum mengajar orang lain (Ali Abi Thalib Ra).

Kegagalan memang menyakitkan, tetapi jangan menangisi kegagalan itu telalu lama, sesungguhnya ada hikmah dari semua itu dan ada rencana lain dari Allah SWT, Semangat! (penulis).

Percayalah pada diri sendiri karena akan memberikan kepuasan terhadap apa yang kita lakukan dan kerjakan (penulis).

Jika kamu keras dan tegas padaku maka kehidupan akan lunak padamu, sebaliknya jika kamu lunak padaku maka kehidupan akan keras padamu (Widi Kiswanto).

Penulis persembahkan kepada:

Bapak dan Ibuku Tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangiku. Mas Budi, Mbak Fitri, Suryo dan keponakanku Khalilla. Seseorang yang selalu memberiku motivasi.


(6)

commit to user

Almamaterku. KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA tidak lupa sholawat serta salam selalu kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES” dengan baik.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan laporan dengan baik. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-NYA.

2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi DIII Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Sri Suranta, S.E, M.Si., Ak., BKP. selaku Ketua Program Studi Perpajakan DIII Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.


(7)

commit to user

5. Arum Kusumaningdyah Adiati, S.E., M.M., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberi pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.

6. Bapak, Ibu, Mas Budi, Mbak Fitri, Adikku Suryo, serta keponakanku Khalilla yang telah mendoakan dan banyak memberikan perhatian serta dukungan, baik moril maupun materiil.

7. Pak Yamto, Bu Eni, Pak Bakrie, Pak Kuswanto, dan seluruh bapak, ibu di bidang perbendaharaan DPPKA Surakarta.

8. Pak Sigit, Pak Narso, Pak Kus dan semua pegawai UPTD II yang telah dengan senang hati membantu penulis.

9. Om Arifin dan bulik Intan yang telah mengizinkan penulis tinggal dikostan. 10. Ardhie yang selalu memberiku dukungan serta perhatian, jangan mudah

menyerah dan berlarut-larut dalam kegagalan. Semangat Ngeyel. 11. Teman-teman seperjuangan D3 Perpajakan angkatan 2008.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari masih mempunyai banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Surakarta, 2011


(8)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Gambaran Umum DPPKA Surakarta ... 1

1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta ... 1

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA Surakarta ... 6

3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta ... 7

4. Deskripsi Tugas Jabatan Struktural... 11

5. Visi dan Misi DPPKA Surakarta ... 16

B. Latar Belakang Masalah ... 17

C. Perumusan Masalah ... 19

D.Tujuan Penelitian ... 20


(9)

commit to user

F. Teknik Analisis Data ... 21

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pemungutan ... 24

2. Pengertian Pajak ... 24

3. Fungsi Pajak... 25

4. Syarat Pemungutan Pajak ... 25

5. Sistem Pemungutan Pajak ... 26

6. Pengelompokkan Pajak ... 27

7. Hambatan Pemungutan Pajak ... 28

8. Pengertian Pajak Daerah... 28

9. Pajak Hotel ... 30

10. Pajak Hotel Kategori Rumah Kos ... 30

B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres Dibandingkan dengan Prosedur Pemungutan Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002 ... 32

a. .Prosedur Pemungutan Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002 ... 32

b. .Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres ... 36

c. .Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres ... 43


(10)

commit to user

2. Kendala-Kendala yang dihadapi dalam Proses Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah

Kecamatan Jebres ... 46 3. Usaha-Usaha yang dilakukan dalam Optimalisasi Pemungutan

Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres ... 47 BAB III TEMUAN

A.Kelebihan ... 50 B.Kelemahan... 51 BAB IV PENUTUP

A.Simpulan ... 53 B.Rekomendasi ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Hasil Pendataan Objek Pajak Hotel Kategori Rumah Kos

di Wilayah Kecamatan Jebres ... 37 2.2 Daftar Target dan Realisasi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos


(12)

commit to user DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman


(13)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir Lampiran 2. Surat Permohonan Magang

Lampiran 3. Surat Konfirmasi Magang dari Dinas Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Magang Lampiran 5. Nilai Magang

Lampiran 6. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Konsultasi Tugas Akhir Lampiran 8. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 Lampiran 9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Lampiran 10. Surat Klarifikasi

Lampiran 11. Hasil Pendataan Objek Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Kecamatan Jebres

Lampiran 12. Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Khusus Rumah Kos Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon Tahun 2009, Tahun 2010, dan Tahun 2011


(14)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum DPPKA Surakarta

1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta

Sejarah dan perkembangan DPPKA Surakarta tentunya tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kota Surakarta. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan adanya pertentangan pendapat (pro dan kontra) Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk baru dengan nama Kota Surakarta.

Peraturan yang telah ada tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Karanganyar belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahaan 9 kelurahan dari Kabupaten Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis pemerintah Haminte Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain Jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum,


(15)

commit to user

Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D.& K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak.

Berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970 Nomor 259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 Nomor 162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan Dinas Baru. Dinas baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah atau DIPENDA.

Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi


(16)

commit to user

Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah.

Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota di bidang perencanaan, penyelenggaraan, dan kegiatan di bidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1992.

b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1971.

c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 54 Tahun 1953.

d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1971.


(17)

commit to user

Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, yaitu sebagai berikut:

a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1959.

b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1960.

c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1970.

d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1957.

Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD 7/12/41-101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 Nomor 473-442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.


(18)

commit to user

Dengan berjalannya waktu penataan pemerintahaan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009.

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini DPPKA dibagi ke dalam bidang-bidang yang dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bidang dipimpin oleh Kepala Bidang (Kabid) yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.


(19)

commit to user

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA Surakarta

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta.

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.

Fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta antara lain:

a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi.

d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi. e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta

pendapatan lain.

f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi, dan pendapatan lain.


(20)

commit to user

g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan, dan akuntansi.

h. Pengelolaan aset barang daerah.

i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah. k. Penyelenggaraan sosialisasi.

l. Pembinaan jabatan fungsional.

m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas. 3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta

Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut:

a. Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan.

b. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan. c. Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. d. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan


(21)

commit to user

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta menurut Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

a. Kepala

b. Sekretariat, membawahkan:

1. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan 2. Subbagian Keuangan

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian

c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahkan: 1. Seksi Pendaftaran dan Pendataan

2. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data d. Bidang Penetapan, membawahkan:

1. Seksi Perhitungan

2. Seksi Penerbitan Surat Ketetapan e. Bidang Penagihan, membawahkan:

1. Seksi Penagihan dan Keberatan

2. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain f. Bidang Anggaran, membawahkan:

1. Seksi Anggaran I 2. Seksi Anggaran II

g. Bidang Perbendaharaan, membawahkan: 1. Seksi Perbendaharaan I


(22)

commit to user h. Bidang Akuntansi, membawahkan:

1. Seksi Akuntansi I 2. Seksi Akuntansi II i. Bidang Aset, membawahkan:

1. Seksi Perencanaan Aset 2. Seksi Pengelolaan Aset

j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) k. Kelompok Jabatan Fungsional

Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.

Gambaran lebih jelas mengenai stuktur organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dapat dilihat dalam gambar 1.1 berikut ini.


(23)

commit to user 4.


(24)

commit to user Deskripsi Tugas Jabatan Struktural a. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan daerah. Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut:

1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program Pembangunan Daerah,

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas,

3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.

b. Sekretariat

Sekretariat yang posisinya dibawahi langsung oleh Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat juga bertugas untuk melaksanakan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan dinas, mengadakan monitoring, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.


(25)

commit to user

Sekretariat membawahi subbagian-subbagian sebagai berikut: 1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan

Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas. Selain itu juga bertugas sebagai pelaksana/melaksanakan monitoring, pengendalian, analisa, evaluasi, dan menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas. 2) Subbagian Keuangan

Subbagian ini mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.

3) Subbagian Umum dan Kepegawaian

Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup banyak yaitu melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, penggandaan, administrasi perijinan, perjalanan dinas rumah tangga, pengelolaan barang inventaris, pengaturan penggunaan kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan masyarakat, sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi kepegawaian.

c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi

Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai tugas yang penting yaitu menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan di bidang pendaftaran dan pendataan, dokumentasi, dan


(26)

commit to user

pengolahan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Pendaftaran, Pandataan, dan Dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan, dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.

2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data

Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah menghimpun, mendokumentasi, menganalisa, dan mengolah data Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah. d. Bidang Penetapan

Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan di bidang penghitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan Retribusi serta penghitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

1) Seksi Perhitungan

Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi.


(27)

commit to user 2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan

Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Ketetapan Retribusi, dan surat-surat ketetapan pajak lainnya.

e. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan di bidang penagihan, keberatan, dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

1) Seksi Penagihan dan Keberatan

Tugas seksi penagihan dan keberatan adalah melaksanakan penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah, dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya.

2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain

Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

f. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran penerimaan pajak, retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluan


(28)

commit to user

instansi serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang telah dianggarkan atau direncanakan.

Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu sebagai berikut:

1) Seksi Anggaran I 2) Seksi Anggaran II g. Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok seksi, yaitu:

1) Seksi Perbendaharaan I 2) Seksi Perbendaharaan II h. Bidang Akuntansi

Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

1) Seksi Akuntansi I 2) Seksi Akuntansi II i. Bidang Aset

Bidang Aset bertugas untuk mencatat dan mengelola semua aset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut:


(29)

commit to user 1) Seksi Perencanaan Aset

Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah.

2) Seksi Pengelolaan Aset

Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset-aset tersebut.

j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

UPTD mempunyai tugas untuk memungut dan mengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Surakarta.

k. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di kecamatan.

5. Visi dan Misi DPPKA Surakarta 1. Visi DPPKA Surakarta

Visi DPPKA Surakarta adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.


(30)

commit to user 2. Misi DPPKA Surakarta

Misi DPPKA Surakarta adalah sebagai berikut: 1) Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti.

2) Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah. 3) Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.

B. Latar Belakang Masalah

Dalam era demokrasi saat ini penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Pelaksanaan otonomi daerah (otda) dicanangkan oleh pemerintah pusat tanggal 1 Januari 2001. Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan demokratisasi diseluruh lapisan masyarakat di daerah (Mubyarto, 2001:187). Dengan pelaksanaan otonomi daerah memacu setiap daerah untuk meningkat pendapatan daerah sampai mencapai titik optimal guna membiayai pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta merupakan instansi pemerintah yang memberikan pelayanan yang berfungsi sebagai pengelola sumber pendapatan daerah yang bertugas memantau penerimaan pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi.


(31)

commit to user

Pendapatan tersebut merupakan salah satu jenis pajak negara yang pemungutannya dilakukan daerah, sehingga hasil pemungutannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Surakarta dan dijadikan Pendapatan Asli Daerah.

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Mohammad Zain, 2007:13).

Salah satu jenis pajak daerah adalah pajak hotel. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel, yang dimaksud dengan pajak hotel adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan hotel. Salah satu objek pajak hotel adalah fasilitas penginapan. Rumah kos dalam hal ini dikategorikan sebagai fasilitas penginapan, sehingga rumah kos di pungut pajak dengan ketentuan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih. Tarif yang dikenakan sebesar 5% dari jumlah pembayaran. Pemungutan pajak hotel kategori rumah kos menggunakan Self Assessment System. Self Assessment

System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang (Mardiasmo, 2008:7).

Di Kecamatan Jebres terdapat universitas negeri yang terkenal yaitu Universitas Sebelas Maret, rumah sakit, dan pabrik sehingga menyebabkan


(32)

commit to user

banyaknya rumah kos yang didirikan di Kecamatan Jebres. Dengan asumsi prospek ke depan yang sangat menjanjikan menjadikan pertumbuhan pembangunan rumah kos terus meningkat. Hal ini seharusnya meningkatkan pendapatan daerah. Akan tetapi, pada kenyataannya penerimaan dari pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres masih di bawah target yang ditetapkan.

Oleh karena itu, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku perangkat daerah yang bertanggung jawab atas pengelolaan pajak hotel kategori rumah kos, khususnya Kecamatan Jebres perlu mengupayakan optimalisasi dalam pemungutan guna mencapai target yang telah ditetapkan. Besar kecilnya penerimaan pendapatan pajak daerah terutama pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres tergantung dari mekanisme pemungutannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui lebih dalam dengan membuat Tugas Akhir yang berjudul:

“EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES.”

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk memudahkan dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mencoba merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:


(33)

commit to user

1. Bagaimanakah prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres dibandingkan dengan prosedur pemungutan berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002?

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres?

3. Usaha-usaha yang dilakukan dalam optimalisasi pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian di atas adalah:

1. Untuk mengetahui hasil evaluasi prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres dibandingkan dengan prosedur pemungutan menurut Perda Nomor 9 Tahun 2002.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.

3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk mengoptimalkan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.


(34)

commit to user E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang perpajakan, khususnya mengenai prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos yang benar dan sesuai dengan Perda yang berlaku.

2. Bagi Kantor DPPKA Surakarta

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan dalam mengoptimalkan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos khususnya di wilayah Kecamatan Jebres.

3. Bagi Pihak Lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama.

F. Teknik Analisis Data

1. Obyek penelitian berlokasi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta berupa pajak hotel kategori rumah kos khususnya di wilayah Kecamatan Jebres.

2. Sumber Data: a) Data Primer

Data Primer yaitu teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian yang diperoleh dari sumber pertama dan biasanya belum


(35)

commit to user

diolah. Sumber data yang digunakan pada data primer berupa urutan dalam prosedur-prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.

b) Data Sekunder

Data Sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari sumber lain atau pihak kedua dan data ini biasanya sudah dalam keadaan diolah. Data yang digunakan berupa sejarah berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta, struktur organisasinya serta data yang didapat dari petugas pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu: a) Observasi

Cara mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian yang dikaji.

Menurut HB. Sutopo teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda serta rekanan gambar. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam penelitian ini penulis melakukan studi pengamatan dan pencatatan langsung guna mengetahui permasalahan yang terjadi.


(36)

commit to user b) Wawancara

Cara mengumpulkan data melalui wawancara terhadap narasumber yang mengerti langsung terhadap masalah yang dikaji. Narasumber di sini berperan sebagai informan.

c) Dokumentasi

Merupakan pencatatan dokumen dari sumber-sumber data yang tersedia guna mengumpulkan data.

d) Studi Pustaka

Penulis mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan pajak hotel kategori rumah kos.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Dalam analisis kualitatif, terdapat tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga komponen terseut harus dibuat/dikembangkan, dan selalu terlibat dalam proses analisis, saling berkaitan, serta menentukan arahan isi dan simpulan (HB. Sutopo, 2006:113).


(37)

commit to user BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pemungutan

Pemungutan pajak daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari menghimpun data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak serta pengawasan penyetorannya (Kesit Bambang Prakoso, 2003).

2. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut S. I. Djajadiningrat adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan pemerintah dan dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal-balik secara langsung, digunakan untuk memelihara kesejahteraan umum ( Siti Resmi, 2004:1).

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjelaskan bahwa:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran


(38)

commit to user 3. Fungsi Pajak

Erly Suandy (2002: 13-14) mendefinisikan fungsi pajak yang terdiri dari:

a. Fungsi budgetair (financial) yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

b. Fungsi regulerend (fungsi mengatur) yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat dibidang ekonomi, maupun sosial. 4. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, Mardiasmo (2008.2) mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.


(39)

commit to user

Di Indonesia pajak diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi warga atau negara.

c. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis)

Pemungutan tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi atau perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 5. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2007: 16-17) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:

a. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang

memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus.


(40)

commit to user

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System adalah sistem pemungutan yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

6. Pengelompokkan Pajak

Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2003:13-14), Pajak dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yaitu:

1. Menurut golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan, contoh Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan, contoh Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip:


(41)

commit to user

a. Pajak sujektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya kemudian dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

b. Pajak objektif adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak.

3. Menurut pemungut dan pengelolaannya

a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

7. Hambatan Pemungutan Pajak

Mardiasmo (2008: 8) mengemukakan hambatan dalam pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:

1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan membayar pajak, hal ini disebabkan antara lain:

1. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

2. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat. 3. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan dengan baik.

2. Perlawanan aktif

Meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus untuk menghindari pajak.


(42)

commit to user

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Mohammad Zain, 2007:13).

a. Jenis dan Tarif Pajak Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ada beberapa jenis pajak beserta tarif pajak yang dipungut yaitu:

1. Pajak Provinsi yang terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air 5% b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas

air 10%

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Dalam Tanah dan Air Permukaan 20%

2. Pajak Kabupaten yang terdiri dari: a. Pajak Hotel 10%

b. Pajak Restoran 10% c. Pajak Hiburan 35% d. Pajak Reklame 25%


(43)

commit to user

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20% g. Pajak Parkir 20%

9. Pajak Hotel

a. Pajak hotel menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 adalah pungutan pajak atas pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran.

b. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/ istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran.

c. Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran termasuk:

1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. 2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas.

3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan bukan untuk umum.

4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

d. Yang termasuk dalam pengertian hotel adalah rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih.


(44)

commit to user

a. Pengertian pajak hotel kategori rumah kos adalah pungutan pajak atas pelayanan yang disediakan rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih.

b. Dasar hukum

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel.

c. Subjek pajak hotel kategori rumah kos adalah orang atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel kategori rumah kos. d. Wajib pajak adalah pengusaha rumah kos dengan jumlah kamar 10

(sepuluh) atau lebih.

e. Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel kategori rumah kos, termasuk fasilitas tinggal jangka pendek.

f. Dasar pengenaan pajak hotel kategori rumah kos adalah jumlah pembayaran kepada rumah kos.

g. Tarif pajak hotel kategori rumah kos adalah 5% dari jumlah pembayaran.


(45)

commit to user h. Waktu pembayaran pajak

Pembayaran pajak harus dilakukan secara tunai atau lunas paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.

i. Sanksi

Keterlambatan atas pembayaran pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% setiap bulan.

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres Dibandingkan dengan Prosedur Pemungutan Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002

a. Prosedur Pemungutan Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2002 1) Melakukan Pendaftaran dan Pendataan

DPPKA Surakarta memperoleh informasi mengenai adanya objek pajak baru, kemudian ditindaklanjuti oleh bidang Pendaftaran dan Pendataan dengan melakukan pendaftaran dan pendataaan terhadap objek pajak baru tersebut. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan pengisian formulir pendaftaran dan pendataan oleh wajib pajak dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.


(46)

commit to user

Petugas pajak kemudian mencatat data wajib pajak ke dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.

Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Pada setiap pelayanan kepada wajib pajak Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah dicantumkan pada setiap Dokumen Perpajakan Daerah.

2) Melakukan Penghitungan dan Penetapan

Wajib pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada awal tahun pajak atau masa pajak dan harus diserahkan kepada Walikota selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.

Wajib pajak yang membayar sendiri, Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang telah diisi digunakan untuk menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.

Seluruh data yang diperoleh dari daftar isian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dihimpun dan dicatat dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir untuk


(47)

commit to user

memperhitungkan dan menetapkan besarnya pajak yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah.

3) Pembayaran dan Pemberian Sanksi Administrasi

Pembayaran pajak dilakukan sekaligus atau lunas di kantor Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

Pembayaran paling lambat 10 hari setelah berakhirnya masa pajak. Pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetorkan ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Walikota.

Wajib pajak dapat melakukan pembayaran dengan cara mengangsur dan menunda pajak yang terutang sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapat persetujuan dari Walikota atau Pejabat dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

4) Penagihan Pajak

Wajib pajak yang tidak membayar pajak terutang sampai jatuh tempo maka akan diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan oleh pejabat sebagai awal tindakan pelaksanaan


(48)

commit to user

penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Wajib pajak harus melunasi pajak yang terutangnya dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan.

Wajib pajak yang tidak melunasi jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan, maka akan ditagih dengan Surat Paksa. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 7 hari sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan.

Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapkan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. Kantor Lelang Negara akan menetapkan hari, tanggal, jam, dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahu dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.


(49)

commit to user

Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam buku catatan pajak. Berdasarkan buku catatan pajak dibuat daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan pajak dan kemudian dibuat laporan realisasi hasil penerimaan dan tunggakan pajak sesuai masa pajak.

b. Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres di Lapangan

1) Melakukan Pendaftaran dan Pendataan

Berdasarkan pelaksanaan di lapangan yang penulis lakukan dengan mengikuti petugas pendaftaran dan pendataan di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres, proses pendaftaran dan pendataan adalah sebagai berikut:

DPPKA Surakarta memperoleh informasi dari masyarakat mengenai adanya objek pajak baru. Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh bidang Pendaftaran dan Pendataan dengan menugaskan setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas masing-masing wilayah untuk melakukan pendataan. UPTD yang bertugas di wilayah Kecamatan Jebres adalah UPTD II.

Sebelum melakukan pendaftaran dan pendataan, petugas meminta izin di seluruh kelurahan di Kecamatan Jebres, petugas juga menerima data tentang ketua RW, ketua RT dari setiap Kelurahan. Hal ini dilakukan agar saat pelaksanaan pendataan,


(50)

commit to user

petugas dapat meminta izin kepada ketua RW dan ketua RT dengan mudah.

Pendaftaran dan pendataan dilakukan dengan mendatangi rumah ketua RW terlebih dahulu untuk meminta izin. Setelah mendapat izin dari ketua RW, petugas mendatangi ketua RT untuk meminta izin melakukan pendataan rumah kos. Setelah mendapat izin dari ketua RT, petugas langsung menuju rumah kos yang berada di wilayah RT tersebut. Petugas mendata semua rumah kos yang ada di wilayah tersebut. Petugas bertanya kepada pemilik, pengurus atau penyewa rumah kos.

Pendaftaran dan pendataan dilakukan dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang diisi oleh petugas dengan jelas, dan sebenar-benarnya, kemudian ditandatangani oleh wajib pajak (pemilik), pengurus (kuasa), atau penyewa rumah kos.

Petugas mencatat data wajib pajak ke dalam daftar induk wajib pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian disebut Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang digunakan sebagai tanda pengenal diri wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

Berikut merupakan hasil pendataan objek pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih.

Tabel 2.1


(51)

commit to user

di Wilayah Kecamatan Jebres

Tahun Jumlah Obyek Pajak

2008 220

2009 220

2010 220

2011 Dalam proses pendaftaran dan pendataan Pada tahun 2008 dilakukan pendaftaran dan pendataan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Jebres untuk pertama kalinya sebagai ujicoba penerapan pajak hotel kategori rumah kos. Pendaftaran dan pendataan dimulai dari tanggal 23 April - 15 Mei 2008. Akan tetapi, pada pelaksanaannya pada tahun 2008 belum ada wajib pajak yang membayar pajak. Pendaftaran dan pendataan mulai dilakukan kembali pada bulan April tahun 2011 karena ada informasi dari masyarakat bahwa jumlah rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres telah mencapai 600 bahkan lebih, dan hal itu disampaikan oleh Walikota Surakarta. Untuk membuktikan informasi dari masyarakat tersebut maka dilakukan pendaftaran dan pendataan.

Setelah melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak, bidang Pendaftaran dan Pendataan menghitung besarnya potensi. Dan mengusulkan target pada masa pajak yang bersangkutan.

2) Melakukan Penghitungan dan Penetapan Sumber: UPTD II, data diolah


(52)

commit to user

Pada tahun 2008 proses penghitungan dan penetapan pajak yang terutang dilakukan oleh fiskus. Seksi penghitungan menghitung besarnya pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang diisi petugas berdasarkan keterangan wajib pajak, pengurus atau penghuni kos. Data dari tersebut kemudian dihimpun dan dicatat dalam berkas atau kartu data yang digunakan untuk memperhitungkan pajak yang terutang. Setelah dihitung besarnya pajak yang terutang, seksi Penerbitan Surat Ketetapan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah. SKPD kemudian diserahkan kepada wajib pajak secara langsung atau melalui UPTD II. Penetapan pajak yang terutang terkadang tidak sama dengan perhitungan wajib pajak. Hal ini disebabkan wajib pajak tidak mau memberitahu dengan benar perubahan omzetnya.

Mulai tahun 2009 penghitungan dan penetapan pajak yang terutang menggunakan MPS (Menghitung Pajak Sendiri). Wajib pajak mulai membayar kewajibannya, tetapi dalam pelaksanaanya penghitungan pajak yang terutang yang dilakukan wajib pajak selalu sama setiap bulan, terlihat dari cara pembayaran wajib pajak secara flat.

3) Pembayaran dan Pemberian Sanksi Adminstrasi

Pembayaran pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres dapat dilakukan di DPPKA Surakarta atau di


(53)

commit to user

UPTD II. Pembayaran dapat dilakukan di UPTD II karena ada sistem pembayaran online antara DPPKA dan UPTD II.

Pembayaran pajak terutang dilakukan secara flat. Dalam pelaksanaannya wajib pajak yang mempunyai kesadaran dalam membayar pajak datang ke DPPKA atau UPTD II untuk membayar pajak, sedangkan Surat Setoran Pajak Daerah diisi oleh petugas atas permohonan wajib pajak dan ditandangani oleh wajib pajak atau kuasanya. Wajib pajak dalam melakukan pembayaran juga tidak teratur setiap bulannya.

Pajak yang tidak atau kurang dibayarkan setelah berakhirnya masa pajak, tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan karena wajib pajak yang membayar dan terlambat membayar pajak tidak mau membayar pajak apabila dikenakan sanksi administrasi. Petugas UPTD II hanya dapat melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak.

Pada tabel 2.2 dapat dilihat daftar target dan realisasi pajak hotel kategori rumah kos untuk wilayah Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon.

Tabel 2.2

Daftar Target dan Realisasi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon

Tahun Target Relisasi

2009 35.403.171 21.836.690

2010 32.998.630 27.031.414

2011 32.209.035 3.632.000 s.d. minggu ke 13 Sumber: UPTD II, data diolah


(54)

commit to user

Target dan realisasi untuk pajak hotel kategori rumah kos ditetapkan untuk setiap UPTD. Sehingga target dan realisasi untuk Kecamatan Jebres menjadi satu dengan target dan realisasi Kecamatan Pasar Kliwon. Pada tahun 2008 walaupun sudah dilakukan pendaftaran dan pendataan tetapi belum ada target karena belum ada wajib pajak yang membayar. Target pada tahun 2009 baru ditentukan pada awal triwulan III karena pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos baru dimulai pada tahun berjalan. Realisasi pada tahun 2009 sebesar Rp 21.836.690,00 dan realisasi pada tahun 2010 sebesar Rp 27.031.414,00. Realisasi pajak hotel kategori rumah kos mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, belum mencapai target yang ditetapkan. Target yang tidak pernah tercapai disebabkan rendahnya kesadaran wajib pajak. Hal ini ditunjukkan banyak wajib pajak yang tidak membayar pajak dan menunggak membayar pajak.

4) Penagihan Pajak

Apabila wajib pajak tidak membayar pajak maka akan dilakukan tindakan penagihan. Penagihan dimulai dengan:

a) Menerbitkan Surat Klarifikasi

Wajib pajak tidak melakukan pembayaran sampai 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo maka DPPKA akan menghubungi wajib pajak melalui telepon, dan menerbitkan


(55)

commit to user

surat klarifikasi sebagai awal dari tindakan penagihan. Surat klarifikasi dikeluarkan sebanyak tiga kali.

b) Menerbitkan Surat Paksa

Apabila wajib pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah surat klarifikasi yang terakhir diterbitkan, maka akan dikeluarkan surat paksa setelah 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal penerbitan surat klarifikasi yang terakhir diterima.

c) Menerbitkan Surat Tagihan

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, dilakukan penerbitan Surat Tagihan oleh bidang penagihan DPPKA.

5) Pembukuan dan Pelaporan

Bagian pembukuan melakukan kegiatan pembukuan berupa kegiatan pembukuan penetapan dan pembukuan penerimaan. Pembukuan penetapan adalah mencatat ke dalam buku jenis pajak masing-masing dan buku wajib sesuai dengan NPWPD wajib pajak pada kolom penetapan, pembukuan penerimaan yakni mencatat ke dalam buku jenis pajak masing-masing dan buku pajak sesuai dengan NPWPD wajib pajak dalam kolom penyetoran.


(56)

commit to user

Berdasarkan hasil pembukuan tersebut, kemudian dibuat Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel beserta daftar penetapan, penerimaan, dan tunggakan per jenis pajak dan per wajib pajak.

c. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres

1) Pendaftaran dan Pendataan

Sistem pemungutan pajak hotel kategori rumah kos berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 adalah self

assessment sytem. Tetapi dalam pelaksanaannya menggunakan

sistem pemungutan official assessment system. Petugas berperan aktif dalam melakukan pendaftaran dan pendataan yaitu melakukan pengisian data ke dalam SPTPD.

Petugas pajak kemudian mencatat data wajib pajak ke dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.

Setelah melakukan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak, bidang Pendaftaran dan Pendataan menghitung besarnya potensi. Dan mengusulkan target pada masa pajak yang bersangkutan


(57)

commit to user

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang seharusnya wajib diisi dan diserahkan wajib pajak yang telah memiliki NPWPD, tetapi dalam pelaksanaannya pengisian SPTPD masih ada yang diingatkan dan diambil oleh petugas. Setelah SPTPD diterima oleh petugas kemudian diserahkan ke bidang penetapan.

Pada tahun 2008 dimana pajak rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres baru mulai dilaksanakan, proses penghitungan dilakukan dengan dibuat Nota Penghitungan Pajak Daerah oleh seksi perhitungan. Nota Penghitungan Pajak Daerah dibuat berdasarkan SPTPD yang telah diisi petugas berdasarkan informasi dari wajib pajak, atau kuasanya. Berdasarkan Nota Penghitungan Pajak Daerah tersebut kemudian diterbitkan SKPD oleh seksi penetapan. Walaupun penetapan pajak yang terutang telah sesuai dengan informasi dari wajib pajak atau kuasanya, namun pajak yang ditetapkan oleh fiskus terkadang tidak sesuai dengan jumlah pajak yang dihitung sendiri oleh wajib pajak.

Pada tahun 2009 penghitungan dan penetapan diubah menggunakan sistem Menghitung Pajak Sendiri. Menghitung Pajak Sendiri memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Namun banyak wajib pajak yang membayar tidak menghitung pajak yang terutang berdasarkan omzet bersih yang diterima tetapi berdasarkan kemauannya sendiri.


(58)

commit to user

3) Pembayaran dan Pemberian Sanksi Administrasi

Pembayaran pajak yang terutang seharusnya dihitung sendiri oleh wajib pajak atau yang disebut dengan Menghitung Pajak Sendiri. Tetapi dalam pelaksanaanya wajib pajak melakukan pembayaran secara flat.

Pembayaran dilakukan sekaligus atau secara tunai paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak. Pembayaran dapat dilakukan di DPPKA atau di UPTD II. Di wilayah Kecamatan Jebres wajib pajak yang memiliki kesadaran untuk membayar pajak rumah kos datang ke UPTD II untuk membayar. Namun SSPD diisi oleh petugas bukan wajib pajak, tetapi atas permohonan wajib pajak dan ditandatangani wajib pajak atau kuasanya. Setelah menerima pembayaran petugas akan melakukan online dengan pihak DPPKA sehingga dalam

database DPPKA wajib pajak yang telah membayar di UPTD

secara otomatis juga telah membayar. Akan tetapi, apabila sistem

online mengalami gangguan pihak DPPKA dan UPTD hanya

dapat menunggu sampai sitem normal kembali. Hal ini tentu saja mengganggu kinerja DPPKA maupun UPTD.

Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) tidak dikenakan apabila wajib pajak terlambat dalam membayar, karena wajib pajak yang telah membayar pajak tidak mau membayar pajak apabila dikenakan sanksi. Petugas hanya dapat


(59)

commit to user

melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak yang tidak membayar.

4) Penagihan Pajak

Dalam proses penagihan tindakan penyitaan dan pelelangan tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan estimasi biaya, tenaga dan waktu akan lebih besar dari pajak yang ditagih, sehingga petugas hanya melakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib pajak sehingga bersedia membayar tagihan pajak yang terutang. 5) Pembukuan dan Pelaporan

Pembukuan dan Pelaporan telah sesuai dengan Peraturan Daerah.

2. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Proses Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres

a. Pendaftaran dan Pendataan

1) Rumah kos yang pemiliknya tinggal di luar kota, tidak ada pengurus, dan tidak ada penyewa rumah kos sehingga menyulitkan petugas dalam memperoleh data.

2) Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan menyebabkan pendataan dilakukan cukup lama yaitu kurang lebih 3 (tiga) bulan.

3) Wajib pajak terkadang sulit dimintai keterangan tentang jumlah kamar dan tarif kamar kos.


(60)

commit to user

Mulai tahun 2009 wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak terutangnya sendiri, tetapi banyak wajib pajak yang tidak menghitung pajak terutangnya dan hanya membayar secara flat. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah.

c. Pembayaran dan Pemberian Sanksi Administrasi

1) Pemilik rumah kos mempunyai persepsi bahwa pajak yang dikenakan untuk rumah kos adalah 10% (sepuluh persen) sehingga merasa keberatan, dan memilih untuk tidak membayar pajak.

2) Pembayaran oleh wajib pajak secara flat dan tidak teratur setiap bulan. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah.

3) Jika sistem pembayaran online mengalami gangguan terkadang menimbulkan perbedaan database antara DPPKA dan UPTD II dalam penerimaan pembayaran.

4) Wajib pajak yang telah memiliki kesadaran untuk membayar pajak apabila terlambat dalam membayar wajib pajak tidak mau dikenakan sanksi administrasi.

d. Penagihan

Tidak dapat dilakukan tindakan penyitaan dan pelelangan karena dinilai tidak efisien. Hal ini dikarenakan biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan akan lebih besar dari pajak yang ditagih.


(61)

commit to user

3. Usaha-Usaha yang Dilakukan dalam Optimalisasi Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Wilayah Kecamatan Jebres

a. Pendaftaran dan Pendataan

1) Melakukan pendaftaran dan pendataan ulang rumah kos yang ada di wilayah Kecamatan Jebres.

2) Membagi wilayah dan tugas kepada setiap petugas sehingga pendaftaran dan pendataan dapat dilakukan lebih cepat.

b. Penghitungan dan Penetapan

Petugas menghitung jumlah pajak yang terutang berdasarkan data dari wajib pajak dan mencocokan data perhitungan dengan perhitungan wajib pajak. Sehingga ada keterbukaan antara fiskus dan wajib pajak.

c. Pembayaran dan Pemberian Sanksi Adminstrasi

1) Apabila terdapat pergantian pengurus kos, petugas menanyakan data pemilik kos melalui pengurus lama. Kemudian petugas melakukan pemberitahuan ganda yaitu melalui surat dan telepon kepada pemilik rumah kos.

2) Mengadakan sosialisasi tentang pajak hotel kategori rumah kos baik di tingkat Kelurahan, RW, RT bahkan di paguyuban pemilik rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres.

3) Apabila sistem online mengalami gangguan, petugas UPTD II mencatat pembayaran dalam catatan kecil, setelah sistem normal UPTD II segera melakukan online dengan DPPKA.


(62)

commit to user

4) Apabila wajib pajak terlambat membayar pajak maka petugas melakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib pajak.

d. Penagihan

Melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak yang menunggak membayar pajak agar bersedia membayar tagihan pajak yang terutang.


(63)

commit to user BAB III TEMUAN

Setelah penulis melakukan penelitian di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta dan Unit Pelaksana Teknis Daerah II terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, penulis menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut:

A. Kelebihan

1. Pendaftaran dan Pendataan

1) Pendaftaran dan pendataan dilakukan secara menyeluruh terhadap rumah kos sehingga diperoleh data yang lebih akurat.

2) Pendaftaran dan pendataan juga digunakan sebagai sarana sosialisasi tentang pajak hotel kategori rumah kos.

2. Penghitungan dan Penetapan

Perhitungan pajak terutang di Kecamatan Jebres yang semula berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah kemudian dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah, mulai tahun 2009 perhitungan dan penetapan pajak terutang dilakukan sendiri oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak dituntut berperan aktif.


(64)

commit to user 3. Pembayaran dan Pemberian Sanksi

Pembayaran dapat dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah II sehingga memudahkan wajib pajak dalam melakukan pembayaran.

4. Penagihan

Petugas melakukan pendekatan kepada wajib pajak yang tinggal di luar kota melalui telepon, dan melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada wajib pajak dalam kota sehingga bersedia untuk membayar pajak.

B. Kelemahan

1. Pendaftaran dan Pendataan

1) Pada proses pendataan, pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dilakukan oleh petugas (Official Assessment System), sedangkan menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 sistem pemungutan yang digunakan adalah Self Assessment System.

2) Masih banyak wajib pajak yang memberi keterangan yang tidak benar mengenai jumlah kamar yang ada, jumlah kamar yang terisi dan tarif rumah kos.

3) Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan di wilayah Kecamatan Jebres.


(65)

commit to user

1) Masih banyak wajib pajak yang belum sadar untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada awal tahun pajak, sehingga petugas harus mengingatkan wajib pajak.

2) Sistem Menghitung Pajak Sendiri belum berjalan secara optimal, dilihat masih banyak wajib pajak yang melakukan pembayaran secara flat. 3. Pembayaran dan Pemberian Sanksi.

1) Kesadaran wajib pajak masih rendah, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah wajib pajak yang membayar pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, dan banyaknya wajib pajak yang menunggak membayar pajak.

2) Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak teratur setiap bulan, dan berdasarkan kemauan wajib pajak.

3) Pajak yang telah dibayarkan wajib pajak di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, tetapi pada saat yang sama sistem

online pembayaran antara Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset dan Unit Pelaksana Teknis Daerah II mengalami gangguan, terkadang menyebabkan pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah menganggap wajib pajak tersebut belum membayar karena di database

belum ada penerimaan pembayaran.

4) Petugas tidak dapat menerapkan sanksi bunga 2% karena khawatir wajib pajak yang telah membayar tidak mau membayar pajak.


(66)

commit to user

Tindakan penyitaan dan pelelangan tidak dapat dilaksanakan karena estimasi biaya, tenaga, dan waktu akan lebih besar dari pajak yang ditagih, sehingga dinilai tidak efisien.


(67)

commit to user BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres belum sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dikarenakan ada ketentuan yang sebenarnya tidak ada dalam peraturan daerah tetapi dilaksanakan misalnya pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib pajak, penghitungan potensi dan pengusulan target. Selain itu ada ketentuan dalam peraturan daerah tetapi tidak dilaksanakan, sebagai contoh tindakan penyitaan dan pelelangan. Namun apabila tindakan penyitaan dan pelelangan dilaksanakan, biaya penyitaan dan pelelangan diestimasi akan lebih besar dari pajak yang ditagih, sehingga pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos tidak sesuai dengan salah satu syarat pemungutan yaitu efisien. Tetapi bukan berarti Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 harus diubah. Oleh karena itu pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres harus fleksibel yaitu tetap berpedoman pada peraturan daerah yang ada, tetapi harus sesuai dengan syarat pemungutan pajak.


(68)

commit to user

Dilihat dari proses dan hasil evaluasi pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres kurang optimal. Hal ini disebabkan beberapa kendala yaitu:

1. Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan di wilayah Kecamatan Jebres menyebabkan pendaftaran dan pendataan berlangsung lama.

2. Wajib pajak telah diberi wewenang untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak yang terutang sendiri, namun dalam pelaksanaannya wajib pajak melakukan pembayaran secara flat.

3. Rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dilihat dari banyaknya wajib pajak yang tidak membayar pajak dan menunggak membayar pajak.

B. Rekomendasi

Meninjau dari masih adanya kendala-kendala yang terkait dengan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, penulis berusaha memberikan masukan atau rekomendasi yaitu: 1. Mengadakan sosialisasi mengenai tarif pajak rumah kos, karena persepsi

wajib pajak tarif pajak rumah kos sebesar 10% (sepuluh persen), padahal berdasarkan peraturan daerah tarif pajak hanya 5% (lima persen), sehingga tidak ada alasan wajib pajak untuk tidak membayar pajak.

2. Meningkatkan kinerja pegawai dengan cara meningkatkan kedisiplinan seperti apabila wajib pajak melakukan pembayaran di Dinas Pendapatan,


(69)

commit to user

Pengelolaan Keuangan dan Aset langsung mengkonfirmasi pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah II bahwa wajib pajak yang bersangkutan telah membayar, sehingga tidak ada perbedaan database, serta memberi tanda jasa kepada petugas yang melakukan pekerjaan dengan baik dan memberi sanksi kepada petugas yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya. 3. Pembayaran pajak dilakukan dengan mendatangi langsung rumah wajib

pajak sehingga wajib pajak sadar untuk membayar pajak. Apabila wajib pajak tinggal di luar kota, penagihan pajaknya dilakukan saat wajib pajak tersebut datang ke rumah kosnya untuk menerima pembayaran kos.

4. Memberikan sanksi administrasi bagi semua wajib pajak yang tidak membayar pajak secara tegas yaitu sebesar 2% (dua persen) setiap bulan. Selain itu dikenakan sanksi sosial yaitu menempelkan stiker yang bertuliskan “Wajib Pajak ini Belum Membayar Pajak Rumah Kos”, sehingga tidak ada wajib pajak yang mengatakan bahwa banyak wajib pajak yang tidak membayar dan tidak dikenakan sanksi.

5. Melakukan pendekatan kepada wajib pajak seperti dengan memberi solusi kepada wajib pajak agar memisahkan tarif kos dengan biaya listrik dan air sehingga dasar pengenaan pajak yang berasal dari jumlah pembayaran tidak memberatkan wajib pajak.

6. Memberi sosialisasi bahwa pembayaran pajak tidak berdasarkan ketetapan tetapi dengan Menghitung Pajak Sendiri yaitu menghitung, memperhitungan, dan menetapkan sendiri pajak yang terutang oleh wajib pajak berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah.


(70)

commit to user

7. Memberikan timbal balik secara tidak langsung kepada masyarakat, misalnya meningkatkan pembangunan sarana umum, dan memperbaiki sarana umum yang rusak di Kota Surakarta. Hal ini dilakukan guna menunjukkan kepada masyarakat bahwa pajak yang telah dibayarkan digunakan untuk kepentingan masyarakat sehingga dengan sendirinya wajib pajak sadar akan pentingnya membayar pajak.


(1)

commit to user

1) Masih banyak wajib pajak yang belum sadar untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah pada awal tahun pajak, sehingga petugas harus mengingatkan wajib pajak.

2) Sistem Menghitung Pajak Sendiri belum berjalan secara optimal, dilihat masih banyak wajib pajak yang melakukan pembayaran secara flat. 3. Pembayaran dan Pemberian Sanksi.

1) Kesadaran wajib pajak masih rendah, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah wajib pajak yang membayar pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, dan banyaknya wajib pajak yang menunggak membayar pajak.

2) Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak teratur setiap bulan, dan berdasarkan kemauan wajib pajak.

3) Pajak yang telah dibayarkan wajib pajak di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, tetapi pada saat yang sama sistem online pembayaran antara Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dan Unit Pelaksana Teknis Daerah II mengalami gangguan, terkadang menyebabkan pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah menganggap wajib pajak tersebut belum membayar karena di database belum ada penerimaan pembayaran.

4) Petugas tidak dapat menerapkan sanksi bunga 2% karena khawatir wajib pajak yang telah membayar tidak mau membayar pajak.


(2)

commit to user

Tindakan penyitaan dan pelelangan tidak dapat dilaksanakan karena estimasi biaya, tenaga, dan waktu akan lebih besar dari pajak yang ditagih, sehingga dinilai tidak efisien.


(3)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres belum sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dikarenakan ada ketentuan yang sebenarnya tidak ada dalam peraturan daerah tetapi dilaksanakan misalnya pendekatan secara kekeluargaan dengan wajib pajak, penghitungan potensi dan pengusulan target. Selain itu ada ketentuan dalam peraturan daerah tetapi tidak dilaksanakan, sebagai contoh tindakan penyitaan dan pelelangan. Namun apabila tindakan penyitaan dan pelelangan dilaksanakan, biaya penyitaan dan pelelangan diestimasi akan lebih besar dari pajak yang ditagih, sehingga pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos tidak sesuai dengan salah satu syarat pemungutan yaitu efisien. Tetapi bukan berarti Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 harus diubah. Oleh karena itu pelaksanaan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres harus fleksibel yaitu tetap berpedoman pada peraturan daerah yang ada, tetapi harus sesuai dengan syarat pemungutan pajak.


(4)

commit to user

Dilihat dari proses dan hasil evaluasi pelaksanaan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres kurang optimal. Hal ini disebabkan beberapa kendala yaitu:

1. Keterbatasan jumlah petugas yang melakukan pendataan di wilayah Kecamatan Jebres menyebabkan pendaftaran dan pendataan berlangsung lama.

2. Wajib pajak telah diberi wewenang untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak yang terutang sendiri, namun dalam pelaksanaannya wajib pajak melakukan pembayaran secara flat.

3. Rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dilihat dari banyaknya wajib pajak yang tidak membayar pajak dan menunggak membayar pajak.

B. Rekomendasi

Meninjau dari masih adanya kendala-kendala yang terkait dengan prosedur pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di wilayah Kecamatan Jebres, penulis berusaha memberikan masukan atau rekomendasi yaitu: 1. Mengadakan sosialisasi mengenai tarif pajak rumah kos, karena persepsi

wajib pajak tarif pajak rumah kos sebesar 10% (sepuluh persen), padahal berdasarkan peraturan daerah tarif pajak hanya 5% (lima persen), sehingga tidak ada alasan wajib pajak untuk tidak membayar pajak.

2. Meningkatkan kinerja pegawai dengan cara meningkatkan kedisiplinan seperti apabila wajib pajak melakukan pembayaran di Dinas Pendapatan,


(5)

commit to user

Pengelolaan Keuangan dan Aset langsung mengkonfirmasi pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah II bahwa wajib pajak yang bersangkutan telah membayar, sehingga tidak ada perbedaan database, serta memberi tanda jasa kepada petugas yang melakukan pekerjaan dengan baik dan memberi sanksi kepada petugas yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya. 3. Pembayaran pajak dilakukan dengan mendatangi langsung rumah wajib

pajak sehingga wajib pajak sadar untuk membayar pajak. Apabila wajib pajak tinggal di luar kota, penagihan pajaknya dilakukan saat wajib pajak tersebut datang ke rumah kosnya untuk menerima pembayaran kos.

4. Memberikan sanksi administrasi bagi semua wajib pajak yang tidak membayar pajak secara tegas yaitu sebesar 2% (dua persen) setiap bulan. Selain itu dikenakan sanksi sosial yaitu menempelkan stiker yang bertuliskan “Wajib Pajak ini Belum Membayar Pajak Rumah Kos”, sehingga tidak ada wajib pajak yang mengatakan bahwa banyak wajib pajak yang tidak membayar dan tidak dikenakan sanksi.

5. Melakukan pendekatan kepada wajib pajak seperti dengan memberi solusi kepada wajib pajak agar memisahkan tarif kos dengan biaya listrik dan air sehingga dasar pengenaan pajak yang berasal dari jumlah pembayaran tidak memberatkan wajib pajak.

6. Memberi sosialisasi bahwa pembayaran pajak tidak berdasarkan ketetapan tetapi dengan Menghitung Pajak Sendiri yaitu menghitung, memperhitungan, dan menetapkan sendiri pajak yang terutang oleh wajib pajak berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah.


(6)

commit to user

7. Memberikan timbal balik secara tidak langsung kepada masyarakat, misalnya meningkatkan pembangunan sarana umum, dan memperbaiki sarana umum yang rusak di Kota Surakarta. Hal ini dilakukan guna menunjukkan kepada masyarakat bahwa pajak yang telah dibayarkan digunakan untuk kepentingan masyarakat sehingga dengan sendirinya wajib pajak sadar akan pentingnya membayar pajak.