Tinjauan Tentang Bioskop

F. Tinjauan Tentang Bioskop

1. Pegertian Ruang yang berugsi sebagai tempat untuk memutar film

2. Ukuran Bioskop Ukuran bioskop secara garis besar ada dua macam, yaitu bioskop tunggal dan bioskop jamak (cineplek). (Martha Ardianing P, 2004 :6)

a. Bioskop tunggal

1. Bioskop tunggal banyak sekali menyajikan film – film yang banyak di gemari masyarakat.

2. Kaasitas tempat duduk 600-1500 kursi.

b. Bioskop jamak

1. Bioskoop ini juga bisa disebut sebagai gedung seni. Bioskop ini kecil dan terdapat di kota-kota besar.

2. Film yang di putar tidak hanya menayangkan satu cerita film sebagai alternatif pilihan penonton.

3. Kapasitas tempat duduk antara 100-200 kursi.

3. Fungsi, Tujuan serta Persyaratan Bioskop

a. Fungsi Bioskop

commit to user

melalui medi film, merupakan hiburan yang di pesan dalam waktu luang dan terutama mencari kepuasan ataupun kesenangan batin.

2. Sebagai tempat pendidikan informal yang di gunakan masyarakat umum.

b. Tujuan Bioskop

1. Mewadai suatu kegiatan yang menyangkut motifasi dari produsen dan konsumen serta jasa pelayanan terhadap keduanya sehingga tercapai sasaran kelancaran penyaluran film, pelayanan social ekonomi masyarakat terhadap kebutuhan akan arena dan sarana hiburan.

2. Memberikan pelayanan terhadap penonton dalam masalah kenyamanan dan keamanan. (Martha Ardianing P, 2004 : 26)

c. Persyaratan Bioskop.

1. System layar pertunjukan Hal –ahal yang perlu di perhatikan dalam menentukan kualitas pandang visual yang nyaman diantaranya :

a. Garis pandang Garis pandang yaitu garis-garis yang menghubungkan titik-titik di layar proyektor dengan titik mata penonton. Garis mata penonton yang duduk di baris belakang tidak boleh terhalang oleh penonton yang berada di dedepanya. Perbedaan tinggi antara garis pandang penonton bagian belakang dengan titik mata penonton yang berada di depanya minimal 10cm.

b. Jarak pandang Jarak pandang yaitu jarak yang masih memungkinkan penonton untuk dapat melihat pertunjukan film dengan jelas pada layar proyektor, yaitu 25cm.

c. Sudut pandang

1. Horizontal pada obyek di panggung terhadap garis sumbu panggung dengan garis ang dihubungkan antara penonton paling tepi dengan titik tengah tidak boleh lebih dari

commit to user

pandang maksimum 300, dan bagi penonton pada kursi teratas maksimum pandangna ke bawah 300 dengan pertimbangan bahwa sudut pandang tidak akan mengganggu penonton, baik secara horizontal maupun vertical.

d. Layar pertunjukan

1. Ukuran layar akan mempengarui lebar cinema secara keseluruan dan juga kenyamanan bagi penonton dalam melihat kejelasan gambar terproyeksi ke layar.

a) Lebar layar maksimal :

1. 20m untuk film 70m

2. 13m untuk film 35

b) Rasio tinggi layar : lebar layar yang ideal = 3:4

c) Rasio lebar layar : jarak pandang maksimal = 1:2-3

2. Layar proyeksi dan pengeras suara harus di naikan cukup tinggi agar sebanyak mungkin terlihat bagi semua penonton.

3. Jarak minimum penonton dengan layar. Dimaksud agar penonton terdepan maupun penonton pada baris belakang mampu menerima kualitas gambar yang tidak berbeda jauh. Rumus:

= 1,43 x : jarak penonton deretan pertama ke layar (meter) : tinggi mata penonton deretan pertama dengan bagian atas layar

( meter )

4. Kemiringan lantai. Kemiringan dapat dibuat agar penonton tidak terhalang penonton di depannya, dan juga untuk memudahkan proyeksi gambar dari ruang proyektor.

5. Panjang dan lebar area pertunjukan.

commit to user

tertentu supaa tidak terlalu panjang untuk mendapatkan kenyamanan dalam menikmati film.

6. Lay-out kursi penonton. Lay-out kursi penonton lebih kepada efisiensi ruang dan keamanan. Penantaan kursi dibuat berselang-selang antara kursi depan dan belakang, untuk memperluas area pandang.

4. Sistem Tata Suara.

a. System tata suara elektronik di perhatikan dengan tujuan:

1. Menguatkan tingkat bunyi sesuai dengan keperluan

2. Menyediakan fasilitas pemanggilan dan pengumpulan

3. Member tanda atau instruksi-instruksi tindakan saat keadaan darurat/bahaya.

b. System tata suara elektronik dasar umum terdiri dari :

1. Sumber bunyi ( seperti microphone, recorder-player), mengubah gelombang bunyi menjadi sinyal listrik.

2. Mixer : mengubah tanggapan frekwensi sinyal listrik dari tiap komponen sumber, mencampur sinyal listrik, kemudian meneruskan ke power amplifier.

3. Amplifier : menguatkan sinyal listrik.

4. Loudspeaker : mengubah sinyal listrik yang telah diperkuat menjadi gelombang bunyi lagi.

c. Letak sumber bunyi di naikan untuk menjamin aliran gelombang bunyi lagsung kea rah penonton.

d. Sumber bunyi harus di kendalikan guna menjamin aliran gelombang bunyi supaya langsung sampai pada setiap pendengar yang berjarak 1-1,5m

e. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi ( plester, gypsum board, playwood, plexiglass) yang besar dan banyak untuk memberikan energy bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada setiap duduk yang jauh.

commit to user

tamabahan di bagian lain ruang, maka sumber bunyi tambambahan ini juga harus dikelilingi oleh permukaan pemantul bunyi.

g. Suara stereo di sepanang bagian layar dan kedepan maupun ke belakang teresedia pada film 70 dengan menggunakan 5 jalur pengeras suara auditorium.

h. Layar lebar dengan sumber suara samping dihindari, karena dapat menimbulkan permasalahan akustik.

i. System penguat bunyi (sound-reinforcing sytem) yang dirancang dengan baik harus terintegrasi dengan akustik bangunan sehingga akan mendukung transimisi alami bunyi dari sumber dengan pendengarnya. System tersebut harus menjaga bunyi di dalam ruang terdistribusi dengan baik, dan dengan kekerasanyang cukup. Tidak boleh sama sekali ada anggapan bahwa system penguat bunyi dapat menggantikan akustik bangunan yang baik. Dalam banyak kasus, system bumyi bahkan dapat membuat akustik bangunan akan lebih buruk.

j. Faktr utama yang harus diperhatikan dalam menata suara diruang terbuka antara lain : kondisi lingkungan, luas lahan, arah angin, sumber kebisingan, jarak penonton dari layar, serta kondisi peralatan yang memadai.

k. Ada 4 type penempatan loudspeaker pada system bunyi elektronik:

1. Terpusat ( central cluster ) Yaitu seklompok speker yang di letakan diatas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak kedepan ( manusia tidak terlalu peka terhadap pergeseran sumber bunyi secara vertical, tetapi lebih peka terhadap pergeseran secara horizontal ) Pertimbangan pada type terpusat:

a. Tidak boleh ada penghalang antara speker pada penonton, seolah- olah penonton dapat melihat speker, karena frekwensi tinggi sangat fokus/mengarah

commit to user

penontonterjauh dan terdekat ( d2/d1) harus kurang dari 2. Speker nada tinggi harus diarahkan langsung ke penonton sehingga bunyinya tidak dipantulkan oleh permukaan ruangan.

2. Tersebar ( distributed) Yaitu perletakan rangkaian spker di atas penonton secara merata dengan jarak antara speker yang konstan / tetap. Setiap loadspeker mengeluarkan bunyi yang tidak terlalu luas di bawahnya. Tpe ini di gunakan untuk ruang berketinggian rendah, yaitu kurang dari 7m, sehingga tidak memungkinkan memakai tipe terpusat.

Pertimbangan pada tipe tersebar ( distributed)

a. Ketinggian langit – langit ( H )<7m.

b. Loudspeaker harus didudun sedemikian rupa sehingga setiap penonton dapat mendengar langsung dari speker terdekat.

c. Mungkin diperlukan alat penunda sinyal untuk menghindari gema buatan akibat bunyi dari speker terdekat lebih dulu terdengar dari pada bunyi dari sumber bunyi asli, apabila perbedaan jarak tempuhnya >10m dan tingkat intensitas bunyi dari sumber bunyi asli 5-10dB lebih besar dari pada bunyi speker terdekat tadi.

d. System tersebar dengan penunda sinyal harus digunakan di ruang yang menunjang atau untuk mendukung system terpuasat, terutama dibawah balkon.

3. Terpadu dengan kursi ( seat – integrated ) Yaitu meletakan speaker secara terpadu di belakang kursi. Tpe ini biasa diterapkan di gereja, ketika bunyi yang pelan tetapi jelas dan merata di perlukan. Biasanya speker di letakan dibelakang kursi tersebut. Sedangkan orang yang ke – n tersebut akan mendenganr dari speker di belakng sandaran kursi didepanya.

4. Kombinasi dari type-type dia atas. Untuk kombinasi type terpusat dan tersebar, di perlukan alat penunda bunyi agar bunyi dari speker di deretan belakang menunggu deretan

commit to user

belakang dapat berjala bersamaan. Jika tidak makapenontn yang duduk di belakang akan mendengar bunyi speker belakang lebih dahulu, baru kemudian dari speker depan. Membuat bunyi terdengar bersahut- sahutan. Ini tentu sangat mengganggu dan tidak alami.

( sumber : factor akustik dalam perancangan disain interior, J. Pamudji Suptandar)

5. System keamanan Biskop merupakan jenis rekreasi yang di lakukan secara masal sehingga dalam bahaya kebakaran harus memenuhi beberapa persyaratan khusus :

a. Pola distribusi Penonton dapat langsung berhubungan keluar bangunan dengan cepat, dimana disyaratkan dalam waktu lima menit seluruh penonton dapat keluar terdistribusi. Ada 2 macam pola distribusi, yaitu :

1. Distribusi langsung Penntn terdistribusi keluar melewati salah satu atau kedua sisi bangunan.

2. Ditribusi tidak langsung Penonton terdistribusi keluar melewati kridor. Memerlukan beberapa persyaratan tambahan diantaranya :

a. Lebar minimal koridor 2 meter, tidak boleh terdapat tangga, tetapi harus berbentuk ramp dengan kemiringan 1:20 atau 1:10.

b. Pintu bahaya/pintu darurat.

c. Merupakan titik penting untuk distribusi penonton keluar, sehingga harus memnuhi persyaratan sabagai berikut :

d. Tiap sisi keluar harus mempunyai minimal pintu keluar bahaya.

e. Pintu harus terbuka kea arah luar.

f. Dapat menutup sendiri secara otomatis.

g. Terbuat dari bahan yang tahan api.

h. Lebar pintu minimal 1,6 meter untuk 250 pengunjung, dalam perhitungan dapat disamakan dengan persyaratan koridor.

commit to user

j. Gang menuju pintu keluar perlu diperlebar, untuk memudahkan

dan mempercapat sirkulasi keluar. k. System penguncian dibuat sedemikaian rupa agar dapat di buka

bila diberi tekanan dari dalam.

b. Pola layout kursi Pola layout kursi akan mempengaruhi kecepatan distribusi pennton untuk keluar pada waktu keadaan bahaya. Semakin banyak gang diantara deretan kursi, semakin cepat distribusi penonton.

c. System pencahayaan Terdiri dari :

1. Lampu – lampu sorot --- di padamkan selama pemutaran film.

2. Pencahayaan hiasan --- tetap menyala selama diperlukan.

3. Pencahayaan darurat --- dapat menyala secara otomatis bila pencahayaan utama padam.

4. Pencahayaan persilangan gang minimal 5,35 lux secara terus menerus, atau ada pencahayaan tambahan pada gang – gang, untuk memperlancar sirkulasi.

( sumber :Faktor Akustik dalam Perancangan Disaign Interior, J.Pamudji Subtandar, 2004 :18)

6. Tinjauan akustik Sebagian besar ruang-ruang dalam cinepleks, terutama ruang pemutaran film (baik indoor maupun outdor) dan juga beberapa ruang laibn seperti ruang seminar, ruang serbaguna, perpustakaan, kafe, dan pusat karaoke menuntut kualitas dengar yang baik untuk semua pengguna yang ada didalamnya, untuk itu akustik arsitektur perlu di terapkan secara mutlak dalam meranvcang cineplek ini.

Pengaturan akustik mempunyai 2 sasaran pokok, yaitu:

a. Akustik ruang , menyangkut peningktan kejelasan bunyi dari

sumber suara.

commit to user

penenganan gangguan suara/bunyi.

G Tinjauan Tentang Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan adalah proses pendidikan yang diorganisasikan isinya,tingkatannya, dan metodenya secara formal maupun nonformal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan di sekolah dalam rangkameningkatkan kemampuan, memperkayapengetahuan, mendapatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya (Unesco, 1976).

2. Tujuan Pendidikan (UU No. 14 Th. 2005 tentang Guru & Dosen) Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

b. Berakhlak mulia

c. Sehat

d. Berilmu

e. Cakap

f. Kreatif

g. Mandiri

h. Serta menjadi warga negara yang demokratis dan

i. Bertanggung jawab.

3. Esensi Pendidikan adalah pembentukan kepribadian “Holintegrasio”

a. Membangun pola pikir rasionalistik (dimensi intelektualIQ)

b. Membangun pola pikir integralistik (dimensi emosional EQ)

c. Membangun pola pikir holistik (dimensi spiritualSQ)

(Sumber: Belferik Manullang & Sri Milfayetty, 2005)

commit to user