BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Pilang Randu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA di SD

  Mata pelajaran IPA sangat penting bagi siswa atau peserta didik, karena di dalam IPA ada banyak gejala

  • – gejala alam atau peristiwa alam yang perlu di pelajari oleh anak SD. IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998: 23). Menurut Susanto (2013 : 165 ) IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.

  Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, tentang pembelajaran IPA dan Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk menpelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk pengertian, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia tempat tinggal mereka hidup ( Sumaji, dkk 1998:34).

  Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan usaha manusia untuk mempelajari gejala-gejala alam atau peritstiwa alam yang dipelajari melalui metode atau pendekatan tertentu. Adanya pembelajaran IPA di SD diharapkan siswa dapat ramah tamah dengan lingkungan dan mengetahui tentang segala gejala ataupun peristiwa yang ada di Indonesia ini. Pembelajaran

  IPA wajib di ajarkan dan siswa wajib untuk mepelajarinya dengan cara atau metode tertentu.

  Tujuan Pembalajaran IPA atau menguasai konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmaih untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan penciptanya (Sumaji dkk, 1998:35).

  Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut BNSP (Susanto, 2013:171), dimaksudkan untuk:

  1. Memperoleh keyakinan tehadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keteraturan alam.

  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman IPA untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi IPA.

  4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.

  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam menjaga lingkungan alam.

  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya.

  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang SMP.

  Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

  Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

  1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

  3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

  4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

  Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dan harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang berstandar nasional. Standar Kompetensi (SK) di ringkas kedalam sebuah Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi itu sendiri merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan secara efektif. Penjabaran akan lebih dalam melalui Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar sendiri merupakan kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif.

  Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar ini pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, kerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang di fasilitasi atau didapatkan dari seorang guru. Oleh karena itu Satuan Pendidikan harus mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang telah diterbitkan oleh BNSP. Untuk lebih jelasnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 2.1 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, pada halaman berikut:

  Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas 4 semester II

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  7. gaya dapat

  7.1 Memahami Menyimpulkan hasil percobaan mengubah gerak dan/atau bentuk bahwa gaya (dorongan dan tarikan) suatu benda dapat mengubah gerak suatu benda

  7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

  8.

  8.1 Memahami berbagai bentuk Mendeskripsikan energi panas dan energi dan cara penggunaannya bunyi yang terdapat di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. sekitar serta sifat-sifatnya

  8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

  8.3 Membuat suatu karya/Pendekatan untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

  8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat music

  9. perubahan 9.1 perubahan Memahami Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi kenampakan bumi. dan benda langit

  9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)

  Di dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru wajib membuat desain pembelajaran, yaitu rancangan pembelajaran (RPP), RPP diatur dalam standar proses permendiknas No 41 tahun 2007. Standar proses adalah standar pendidikan nasional yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan (Permendiknas No 47 Tahun 2007). Sehingga

2.1.2 KREATIVITAS BELAJAR

  Menurut Harwadi (Antonius Atosokhi dkk, 2005) dalam Wardani Naniek Sulistya (2011:49) menyatakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pendapat harwadi tentang kreativitas belajar intinya adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru berarti seseorang itu mempunyai kemampuan yang baik dalam kegiatan tertentu. Dalam hal ini Ngalimun juga berpendapat tentang Kreativitas belajar.

  Ngalimun, dkk (2013: 46) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang dilakukan, dan mencari alternatif pemecahannya. dan Hurlock berpendapat tentang kreativitas.

  Hurlock (1978) dalam Momon Sudarma (2013: 18) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Ngalimun dan Hurlock berpendapat bahwa kreativitas belajar itu pada dasarnya sama-sama mengahsilkan dan menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan menurut Torrance dapat melengkapi pendapat beberapa ahli bahwa kreativitas itu tidak hanya kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru tetapi juga membutuhkan adanya proses merasakan, mengamati masalah, menilai, dan pada akhirnya sampai pada menyampaikan hasil. Berikut ini pengertian kreativitas menurut Torrance.

  Kreativitas merupakan proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian menganalisis, dan terakhir menyampaikan laporan hasil (Torrance (1988).

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Yang berupa gagasan, mengamati masalah, menyampaikan laporan hasil. Hasil dari kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil dan bermakna. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas seseorang perlu dilakukan pengukuran.

  Menurut Rogers dalam Munandar (2012:34) tiga kondisi pribadi yang kreatif ialah : a)

  Keterbukaan terhadap pengalaman;

  • Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
  • Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;
  • Penjang akal;
  • Cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan;
  • Berfikir fleksibel;
  • Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
  • Memiliki rasa ingintahu yang mendalam
  • Mampu menyatakan pendapat dan tidak malu-malu
  • Mempunyai rasa humor
  • Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan
  • Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang

  b) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang

  (internal locus of evaluation);

  • Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
  • Memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah
  • Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
  • Mempunyai daya imajinasi(memikirkan hal baru dan tidak biasa)
  • Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak;
  • Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;

  c) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep – konsep

  • Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
  • Menonjol dalam suatu atau lebih bidang studi
  • Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
  • Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan yang lain. (orisinil)
  • Kemampuan membuat analisis dan sintesis;

  • –ciri kognitif sama dengan empat ciri berfikir kreatif, yaitu, orisinilitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri-ciri nonkognitif meliputi motivasi, sikap, dan kepribadian kreatif. Ciri-ciri nonkognitif sama pentingnya dengan ciri-ciri kognitif, karena tanpa ditunjang oleh kepribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak dapat berkembang secara wajar.
  • – cirri kreativitas. Ciri – ciri manusia yang kreatif menurut Sund dalam Slameto (2010:147) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut :

  e) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;

  Memiliki daya abstraksi yang cukup baik; m) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas;

  Kemampuan membuat analisis dan sintesis; k) Memiliki semangat bertanya serta meneliti; l)

  Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak; j)

  h) Berfikir fleksibel; i)

  g) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

  f) Cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan;

  d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti;

  c) Penjang akal;

  b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;

  a) Hasrat keingintahuan yang cukup besar;

  Pribadi yang kreatif itu akan memunculkan ciri

  Ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan kedalam ciri kognitif dan nonkognitif. Ciri

  Kondisi preibadi yang kreatif memiliki 3 aspek yaitu keterbukaan terhadap pengalaman; kemempuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi seseorang; dan kemampuan untuk bereksperimen.

  Ciri

  • – ciri manusia yang kreatif menurut Slameto ini menunjukkan adanya 13 ciri-ciri manusia yang kreatif yang meliputi rasaingintahu tinggi, panjang akal, ingin menemukan dan meneliti, cenderung lebih menyukai tugas yang sulit, berfikir fleksibel. Untuk melengkapi uraian mengenai ciri-ciri manusia yang kreatif, perlu dikemukakan adanya ciri-ciri yang lain dari salah satu pakar, dan
Terdapat 12 ciri

  • – ciri kreativitas menurut Guilford (2014:117) menjelaskan antara ciri-ciri kognitif dan afektif yang berhubungan dengan kreativitas yaitu:

  a) Memiliki rasa ingintahu yang mendalam

  b) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot

  c) Memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah

  d) Mampu menyatakan pendapat dan malu-malu

  e) Mempunyai atau menghargai rasa keindahan

  f) Menonjol dalam suatu atau lebih bidang studi

  g) Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi

  h) Mempunyai rasa humor i)

  Mempunyai daya imajinasi(memikirkan hal baru dan tidak biasa) j) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan yang lain. (orisinil) k)

  Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan l) Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang

  Jadi kreativitas belajar adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru yang meliputi: aspek keterbukaan terhadap pengalaman meliputi: hasrat keingintahuan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, penjang akal, cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan, berfikir fleksibel, memiliki semangat bertanya serta meneliti, memiliki rasa ingintahu yang mendalam, mampu menyatakan pendapat dan tidak malu-malu, mempunyai rasa humor, kelancaran dalam menghasilkan bermacam- macam gagasan; kemampuan menilai situasi: sering mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah, mempunyai atau menghargai rasa keindahan, mempunyai daya imajinasi(memikirkan hal baru dan tidak biasa), menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak, memiliki daya abstraksi yang cukup baik; kemampuan bereksperimen meliputi: (keinginan untuk menemukan dan meneliti, menonjol dalam suatu atau lebih bidang studi, dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi, mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan yang lain. (orisinil), cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas, memecahkan masalah).

2.1.3 Pendekatan Problem Based Learning

  Arends dalam Trianto (2011:22) menyatakan “istilah model pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya”.

  Pendekatan Pembelajaran problem based learning dikembangkan untuk pertama kali oleh Howard Barrows pada awal tahun 70-an dalam pembelajaran Ilmu Pendidikan Medis di Southern Illionis University School Barrows (1980). Para siswa mempelajari berbagai kasus yang terjadi pada pasien yang mengidap penyakit kemudian mencari cara atau teknik penyembuhan yang harus dilakukan. Namun pada perkembangan selanjutnya Pendekatan ini meluas pada pembelajaran ilmu Pengetahuan Alam di perguruan tinggi dan akhirnya dikembangkan di sekolah-sekolah menengah. Pendekatan pembelajaran problem based learning ini telah dikenal sejak zaman John Dewwey. Berikut ini adalah pengertian Pembelajaran problem based learning menurut para ahli sebagai berikut :

  Pembelajaran problem based learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyakinkan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata real world

  major , Claire.H dan Palmer, Betsy(2001).

  Pembelajaran problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk meningkat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang digunakan dimaksud Duch J B (1995).

  Sanjaya (2011:92) berpendapat “problem based leaning merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tinggi”. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

  Berdasarkan definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa Pendekatan problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran untuk memecahkan masalah yang menuntut proses berfikir tingkat tinggi.

  Ciri-ciri dan Karakteristik Problem Based Learning

  Menurut Arends dalam Trianto (2011:349), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan Pendekatan pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1.

  Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan yang dua-duanya secara penting bagi siswa dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

  2. Keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran masalah berpusat pada mata pelajaran tertentu masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau maasalah itu dari banyak mata pelajaran.

  3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadpa masalah nyata.

  4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa utnuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaikan masalah yang mereka temukan. Produk dapat berupa trankrip debat seperti pada pelajaran “Roots and Wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, Pendekatan fisik, video maupun program computer.

  5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama merupakan memberikan motivasi unutk secara berkelanjutan, dengan bekerja sama siswa dapat dengan cepat dan tanggap.

  Menurut Rusman (2011:232) Karakteristik pendekatan Problem Based

  1. Permasalahan menjadi starting point dalam pembelajaran. 2. Permasalahan diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur. 3. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. 4. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL. 5. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar dan PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulakan bahwa karakteristik

  

Problem based learning mempunyai ciri-ciri yang masalah yang ada terdapat

pada dunia nyata, data autentik dan masalah dipecahkan secara langsung.

  Pemanfaatan sumber pengetahuan juga sangat beragam sehingga membuat siswa lebih cepat dalam menanggapi suatu masalah yang telah ada.

  Kelebihan Pendekatan problem based learning

  kelebihan pendekatan problem based learning dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut :

  1. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif 2. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah 3. meningkatkan motivasi siswa dalam belajar 4. membantu siswa mentransfer pengetahuan dengan situasi baru 5. mendorong siswa mempunyai inisiatif 6. mendorong kreativitas dalam pengungkapan penyelidikan masalah telah ia lakukan

  7. dengan pendekatan problem based learning akan terjadi pembelajaran yang bermakna

  8. dalam situasi problem based learning siswa mengintegrasikan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

  9. Pendekatan problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersoanal dalam bekerja kelompok.

  Kelemahan Pendekatan problem based learning

  Meskipun tercatat kelebihan-kelebihan dari pendekatan problem based , namun demikian ada bebera kelemahan dari problem based learning

  learning

  antara lain : 1.

  Kurangnya terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan Pendekatan ini.

  Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensial, pemberian materi terjadi secara satu arah.

  2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses problem based learning terkadang membutuhkan waktu yang lebih. Peserta didik terkadang memerlukan waktu utnuk menghadapi suatu masalah yang harus diselesaikan.

  3. Menurut fincham, et al (1997:419) problem based learning tidak menghadirkan kurikulum baru, tetapi lebih pada kurikulum yang sama dengan metode pengajaran yang sebelumnya.

  4. Seorang guru menghadapi pendekatan problem based learning mungkin tidak dapat menutup sabagai bahan sebanyak pengajaran berbasis konvensial. problem based learning bisa sangat menantang untuk dilaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja bagi guru.

  5. Siswa tidak dapat benra-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak miliki pengalaman sebelumnya.

  Kelebihan yang Nampak pada pendekatan problem based learning ini adalah siswa langsung berhadapan langsung pada suatu permasalahan yang ada sihingga siswa dapat berfikir kritis, sedangkan kelemahan yang Nampak pada penelitian ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pendekatan pembelajaran ini lebih detail.

  Tujuan pendekatan problem based learning

  Menurut Trianto (2011) pendekatan problem based learning berdasarkan masalah memiliki tujuan :

  1.Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah. Problem based learning memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak berfikir sesuai yang bersifat konkret tapi lebih dari

  2.Belajar peranan orang tua yang autentik. Menurut Resnick dalam Trianto (2011: 95) bahwa Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berdasar pendapat resnick tersebut problem based learning memiliki implikasi (1) mendorong siswa kerjasama dalam menyelesaikan tugas. (2) memiliki element-element magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialogdengan orang lain sehingga secar bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan sebagainya). (3) melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena itu sendiri.

  3.Menjadi pembelajar yang mandiri. problem based learning berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri.

  Langkah – langkah Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning

  Menurut Fogarty (1997) dalam Rusman (2011:243) menyebutkan bahwa proses pembelajaran dengan base pendekatan problem based learning dijalankan dengan 8 langkah, yaitu: 1.

  Menemukan Masalah siswa diberikan masalah berstruktur ill-defined yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pertanyaan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit fakta-fakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada siswa untuk melakukan penyelidikan. Siswa menggunakan kecerdasan inter dan intra-persoal untuk saling memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan masalah yang dikaji. Berdasarkan strukturnya, masalah dalam pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu, masalah yang terdefinisi secara jelas (well-defiend) dan masalah yang tidak teridentifikasi secara jelas (ill defined ) hudoyo(2002).

  2. Mengidentifikasi Masalah siswa mengidentifikasi masalah menggunakan kalimatnya sendiri.

  Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Siswa membuat beberapa definisi sebagai informasi awal yang perlu disediakan. Pada langkah ini, siswa melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan awal dalam memahami dan mendefinisi masalah.

  3. Mengumpulkan Fakta-Fakta siswa membuka kembali pengalamannya yang sudah diperoleh dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencariinformasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahab ini, siswa mengorganisasikan informasi-informasi berbantuan apa yang dilakukan untuk menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan.

  4. Menyusun Dugaan Sementara (Hipotesis) siswa menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-mathematical. Siswa juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yangndipikirkan mereka dengan langkah-langkah yang logis.

  5. Menyelidiki Siswa melakukan penyelidikan terhadap data- data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Siswa melibatkan kecerdasan menjemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan fakta-fakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami (multiple ways of knowing and understanding ) dunia mereka.

  6. Menyempurnakan Permasalahan yang telah didefinisikan siswa menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikan melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Siswa dapat melibatkan kecerdasan verbalinguistik memperbaiki pernyataan rumusan maslahah sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data.

  7. Menyimpulkan Alternatif -Alternatif Pemecahan Secara Kolaboratif siswa berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan untuk mendiskusikan permasalahan dari berbagai sudut pandanga. Pada tahap ini proses pemecahan yan dihasilkan dengan berkolaborasil. Kolaborasi mendadi mediasi mengahsilkan alternatif yang lebih baik ketimbang dilakukan secara individual.

8. Menguji Solusi Permasalahan.

  Siswa menguji alternatrif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan actual melalui diskusi secara komperhensif antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik. Siswa menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan.

  Menurut Fogarty (1997) dalam Rusman (2011:243) langkah-langkah pembelajaran yang digunakan yang lebih ditekankan pada kegiatan Menjelaskan tujuan pembelajaran, Membantu siswa mendefinisikan, mengumpulkan fakta. Sedangkan langkah

  • – langkah pendekatan problem based learning menurut Ahmad adalah menekanakan pada orientasi.

  Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:97) ada beberapa langkah - langkah pada pembelajaran PBL. Langkah - langkah tersebut meliputi: 1)

  Tahap pertama orientasi siswa pada masalah; Pada tahapan ini siswa mengorientasi Siswa memperhatikan guru saat penyampaian tujuan pembelajaran dan dalam tahap ini siswa diberi pengarahan bahwa akan memecahkan suatu masalah dan siswa diberi penjelasan bagaimana cara memecahkan masalah.

  2) Tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar;

  Tahapan ini siswa berusaha untuk memecahkan suatu masalah, siswa di beri suatu permasalahan 3)

  Tahap ketiga membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; Siswa membentuk kelompok untuk memecahkan masalah tersebut. dan siswa melakukan penyelidikan guru hanya membimbing dalam pelaksanaan saja

  4) Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya:

  Tahapan ini siswa mempersiapkan hasil yang telah didapatkan dari pemecahan sebuah masalah tersebut.

5) Tahap kelima menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah”.

  Tahapan ini guru dan siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah Langkah pembelajaran yang dijelaskan oleh Ahmad dan Ibrahim secara tahapan sama, tetapi dalam arti tahapan berbeda dengan langkah tahapannya.

  Menurut Ahmad (2013:79-81) ada beberapa langkah-langkah utama Pendekatan PBL yang meliputi:

  a) Mengorientasi siswa pada masalah; siswa berhadapan dengan masalah dan diberi cara penyelesaian suatu masalah

  b) Mengorganisasikan siswa agar belajar; siswa mengorganisasi masalah, siswa berusaha menyelesaikan masalah yang ada

  c) Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; pembagian kelompok menjadi minimal 4 kelompok d)

  Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; serta menyajikan hasil penelitian yang telah diteliti untuk dipresentasikan

e) Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah”.

  Siswa bersama guru mengevaluasi atau menyimpulkan suatu pemecahan masalah tersebut. Menurut Wardani NS (2014:73) Langkah-langkah oprasional dalam pproses pembelajaran problem based learning, meliputi : a)

  Konsep dasar (basic concept). Fasilitator memberilakn konsep dasar petunujuk referensi, atau link dan skilyang di perlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.

  b) Pendefinisian masalah (defining the problem) dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide , dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

  c) Pembelajaran mandiri (self learning). Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan diperpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

  d) Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu : 1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah di diskusikan dikelas, dan 2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu di presentasikan dikelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

  e) Pertukaran pengetahuan (exchang knowledge). Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. f) Penilaian (assessment). Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik

  sofware, hadware , maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

  Sedangkanb penilaian trerhadap sikap dititik beratkan pada penguasaan soft

  skill , yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerja

  sama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

  Berdasarkan ketiga penjabaran langkah-langkah pembelajaran Problem

  

based Learning menurut para ahli tersebut, maka dapat dipaparkan langkah-

  langkah pembelajaran menggunkan Problem-based Learning sebagai berikut: 1.

  Tahap orientasi siswa pada masalah menyimak tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran.

  • 2.

  Tahap menemukan masalah siswa menerima masalah dari guru.

  • 3.

  Tahap mengidentifikasi masalah menemukan masalah.

  • 4.

  Tahap mengumpulkan fakta permasalahan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah.

  • 5.

  Tahap merumuskan hipotesis menyusun jawaban sementara dari pemecahan masalah.

  • 6.

  Tahap menyelidiki masalah melakukan penyelidikan terhadap data yang diperoleh dari berorientasi

  • masalah 7.

  Tahap menyempurnakan permasalahan menentukan masalah

  • 8.

  Mengumpulkan alternatif pemecahan Kolaborasi dengan kelompok

  • Berdiskusi dengan kelompok

  • 10.

  Presentasi

  Tahap penilaian Lembar pengamatan

  • Jadi disini terdapat 10 langkah pembelajaran pendekatan Problem Based

  

Learning yang akan dilakukan pada kegiatan. Pada dasarnya Pendekatan Problem

Based Learning memiliki langkah utama yang dimulai dengan guru

  memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

  Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain: penelitian yang pertama, penelitian dilakukan oleh Heni prasetyowati dengan judul penelitian “upaya peningkatan hasil belajar dan kreativitas melalui pendekatan problem based learning

  ” Dengan menggunakan

  

Problem-based Learning dapat meningkatkan kreativitas dan Hasil Belajar siswa

  kelas V SDN Bedono 02 tahun pelajaran 2013/2014. Hasil kreativitas Prasiklus yaitu 2,38 selanjutnya mengalami peningkatan setelah dilakukannya pembelajaran menggunakan Problem-Based Learning pada siklus 1 yaitu 2,80 selanjutnya disiklus II 3,18. Dengan begitu guru berhasil menerapkan pembelajaran menggunakan problem-based learning sehingga kreativitas siswa dapat meningkat. Yang tadinya siswa tidak memiliki kesempatan mengembangkan kreativitas dalam KBM, dengan diterapkannya problem-based learning siswa memiliki kesempatan penuh untuk mengembangkan kreativitasnya. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Heni Prasetyo ini adalah mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dan mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara aktif, sehingga pembelajaran akan bermakna bagi siswa karena akan menemukan pengetahuan baru.

  Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Linda Rachmawati dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk meningkatkan pembelajaran

  IPA siswa kelas 5 SDN Pringapus 2 Kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek belajar terhadap pelajaran IPA. Hal ini ditandai dengan peningkatan nilai pada siklus I yaitu 76,65 % menjadi 93,3 % pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa penggunaan model Problem Based learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada SDN pringapus 2 Kabupaten Trenggalek. Kelebihan yang dilakukan oleh Linda Rachmawati penelitian dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga peningkatannya meningkat tajam. Kelemahan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam uji validitas. Penelitian yang dilakukan Linda Racmawati dengan penelitian yang akan dilakukan sama- sama menggunakan pendekatan Problem Based Learning bedanya pada variabel yang akan di tingkatkan dalam penelitian tersebut.

  Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Eni Wulandari dalam skripsinya yyang berjudul “penerapan Model Problem based leraning pada pembelajaran

  IPA siswa kelas 5 di SDN Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejio tahun pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian dapat dikatakan bahwa

  

problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa mate

pelajaran IPA kelas 5 SDN Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo .

  hal ini di dasarkan bahwa nilai rata-rata hanya mencapai 38,09%, dan setelah dilakukan siklus I nilai rata-rata siswa kelas 5 menjadi 47,62% ini meningkat pada siklus II. Dan siklus III di tebarkan dan hasil rata-rata nilai siswa kelas 5 menjadi 73,02%. Kelebihan dari penelitian ini adalah menggunakan model atau pendekatan problem based learning sehingga dapat mempercepat pemahaman siswa tentang materi pelajaran tersebut karena siswa dihadapkan langsung pada masalah yang nyata. Kelemahannya adalah langkah dari pembelajarannya perlu diperjelas. Penelitian ini sama dengan penelitian yang akan dilakukan.

2.3 Kerangka Berfikir

  Pembelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri 02 Pilang pada awal semester

  II tahun 2014/2015 menggunakan KD 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Desain pembelajaran yang dirancang guru, menggunakan pendekatan konvensional yang saja, guru hanya menerangkan dan menjelaskan pembelajaran dan siswa hanya di minta untuk mencatat apa yang di perintahkan guru untuk di tulis. Dalam pembelajaran guru hanya menerapkan metode ceramah saja, sehingga kreativitas siswa dalam belajar IPA tidak muncul dan tidak berkembang. Guru juga kurang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

  Kondisi ini, perlu segera dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem based learning. Perbaikan pembelajaran menggunakan kompetensi dasar (KD). 8.2 menjelaskan berbagai energi alternatif dan penggunaannya. dan 8.3 Membuat suatu karya/Pendekatan untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut. Dalam pelaksanaan pembelajaran, dengan guru menggunakan pendekatan problem based learning, melalui langkah- langkah sebagai berikut:

  • Orientasi tentang energi alternatif
  • Menemukan masalah tentang kegunaan energi alternatif
  • Mengidentifikasi masalah tentang kegunaan energi alternatif
  • Mengumpulkan fakta tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
  • Merumuskan hipotesis tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
  • Menyelidiki tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
  • Menyempurnakan permasalahan tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
  • Mengumpulkan alternatif pemecahan tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
  • Menguji solusi permasalahan tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
  • Penilaian tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif

  Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui pendekatan problem

  

based learning , sekaligus dilakukan pengukuran aspek-aspek kreativitas belajar

  IPA yakni aspek keterbukaan, aspek kemampuan menilai sesuatu, aspek kemampuan bereksperimen. Untuk mengukur lebih rinci aspek kreativitas belajar

  IPA ditetapkan indikator, yaitu untuk: 1. aspek keterbukaan, indikatornya: a. menyimak handout energi alternatif b. menyimak gambar energi alternatif c. menghasilkan rasa keingintahuan untuk memecahkan masalah energi alternatif

  2. Aspek kemampuan bereksperimen, indikatornya: a. menemukan masalah kegunaan energi alternatif b. meneliti masalah kegunaan energi alternatif c. mencari fakta yang terkait dengan teknologi energi alternatif d. memecahkan masalah melalui penyelidikan e. mencari informasi lain yang terkait dengan masalah energi alternatif f. menghasilkan pemecahan masalah teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif

  3. Aspek keterbukaan, indikatornya mampu menyatakan hasil pemecahan masalah teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif

  4. Aspek kemampuan menilai situasi, indikatornya melakukan penilaian tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif.

  Pengukuran terhadap setiap indikator menggunakan lembar observasi, dan setiap indikator diberi skor dan total dari skor inilah yang merupakan kreativitas belajar IPA.

2.3 Hipotesis Data

  Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: “Peningkatan kreativitas belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui pendekatan problem based learning siswa kelas 4 SD Negeri 02 Pilang

  Randublatung kabupaten Blora semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

4.1.1 Pengembangan Media Permainan Monopoli dengan Pendekatan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Permainan Monopoli dengan Pendekatan Scientific sebagai Media Pembelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 14

PENGEMBANGAN PERMAINAN MONOPOLI DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS 4 SD

1 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Permainan Monopoli dengan Pendekatan Scientific sebagai Media Pembelajaran Matematika Kelas 4 SD

1 1 53

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Permainan Monopoli dengan Pendekatan Scientific sebagai Media Pembelajaran Matematika Kelas 4 SD

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 44

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Project Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 78