PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG Zea ma
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1500-an dan pada awal tahun 1600-an kemudian berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filiphina, dan Thailand. Pertengahan tahun 1700-an, tanaman jagung secara luas tumbuh di Cina, di selatan Fukien, Hunan, dan Szechwan. Populasi jagung berkembang dengan cepat sejak abad 18. Tanaman jagung di Cina dimanfaatkan untuk bahan makanan, terutama di bagian utara, dan dari sini tanaman jagung menyebar ke Korea dan Jepang (Iriany et al. 2007).
Sejak krisis pangan melanda tahun 2007 hingga sekarang, kenaikan harga komoditas jagung menempati posisi tertinggi hingga 84%, disusul gula 62%, gandum 55%, dan minyak kacang kedelai 47%. Harga pangan global tahun 2011 secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010, menurut Food Price Watch.
Luas panen jagung nasional hanya sekitar 3.5 juta hektar per tahun dengan produktivitas rata-rata 3.3 ton hektar pipilan kering. Lahan yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas secara teknis masih terbuka lebar bahkan
produktivitas dapat mencapai lebih dari 10 ton ha -1 , sehingga Indonesia berpeluang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan nasional dan juga untuk
ekspor (BPS 2008). Produksi jagung 2011 sebesar 17.64 juta ton pipilan kering (BPS 2012). Total kebutuhan benih jagung sebanyak 500 sampai 600 ton pada 2011, Indonesia masih mengimpor 250 ton, sedangkan sebanyak 41.66-50% atau 250-350 ton diproduksi lokal (Glen 2012).
Benih merupakan faktor produksi, sehingga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi disektor tanaman pangan, khususnya benih jagung. Benih bersertifikat diharapkan dapat digunakan oleh petani. Benih bersertifikat merupakan jaminan bahwa benih tersebut telah dinyatakan memenuhi standar mutu minimal sesuai ketentuan yang berlaku (Kartasapoetra 2003).
Pemeriksaan benih dilakukan terhadap label dan benih yang beredar, dengan cara mengambil contoh dari kelompok benih yang bersangkutan untuk dilakukan pengujian. Pengawas benih berhak menghentikan peredaran kelompok benih selama kegiatan pengujian ulang paling lama 30 hari. Bupati atau walikota dapat melarang peredaran kelompok benih tersebut berdasarkan laporan hasil pengujian ulang pengawas benih yang tidak sesuai dengan label. Instansi yang telah menghentikan peredaran benih bina, tapi ternyata benih tersebut masih diedarkan, instansi yang bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati atau walikota untuk diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bersama penyidik pejabat polisi. Kelompok benih hasil pengujian ulang yang masih sesuai dengan standar mutu, atau dalam jangka waktu 30 hari pengawas benih belum dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka benih tersebut dapat diedarkan kembali.
Pengawasan dalam rangka pemasaran benih sangat diperlukan, termasuk untuk benih jagung. Kegiatan tersebut untuk menjamin agar benih jagung memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan oleh petani, peredarannya sesuai Pengawasan dalam rangka pemasaran benih sangat diperlukan, termasuk untuk benih jagung. Kegiatan tersebut untuk menjamin agar benih jagung memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan oleh petani, peredarannya sesuai
Mutu benih jagung yang digunakan petani masih belum memenuhi harapan petani. Jaminan mutu benih tersebut merupakan suatu tantangan yang harus dijawab oleh semua pihak yang terkait (baik secara langsung maupun tidak langsung) dalam proses produksi dan penyaluran benih jagung yang tidak memenuhi standar mutu minimal kepada petani adalah melalui pengawasan mutu dan peredaran benih jagung.
Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan meliputi: Tujuan umum:
1. Menambah pengalaman mahasiswa dalam mengawasi peredaran benih di pasaran.
2. Memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir Program Keahlian Teknologi Industri Benih.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, khususnya benih jagung di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur.
2. Mengetahui inventarisasi pedagang benih, prosedur pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pengawasam penyaluran benih, pengecekan mutu benih, pengambilan contoh benih dari produsen untuk pelabelan ulang, pengawasan benih impor, serta penanganan kasus benih.
METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu PKL
Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama delapan minggu, dimulai pada tanggal 4 Februari 2013 sampai dengan tanggal 28 Maret 2013, jurnal harian kerja PKL dapat dilihat pada Lampiran 1. Praktik kerja lapangan minggu pertama dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi Jawa Timur (Gambar 1 (a)), yang berlokasi di Jl. Gayung Kebonsari no. 175 A, Surabaya. Praktik kerja lapangan minggu kedua sampai dengan minggu kedelapan dilaksanakan di Satuan Tugas UPT PSBTPH Wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur (Gambar 1 (b)). Peta lokasi PKL dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sumber: Data pribadi
Sumber: Data pribadi
Gambar 1 UPT PSBTPH Surabaya (a) dan Satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur (b)
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur adalah dengan kuliah umum, kegiatan lapang, kegiatan evaluasi, dan acara penutupan. Pelaksanaan kuliah umum, merupakan pemberian materi yang berhubungan dengan instansi dan dihubungkan dengan materi yang sudah diajarkan di lingkup perkuliahan. Kegiatan kuliah minggu pertama dilaksanakan di UPT PSBTPH Surabaya yang disampaikan oleh Ir Satoto Berbudi, MSi, selaku Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur. Materi kuliah yang disampaikan mengenai profil instansi, struktur organisasi, prosedur menjadi produsen atau penyalur benih bina, persyaratan untuk menjadi produsen benih, visi dan misi instansi, tujuan dan sasaran instansi, kelas benih, hak memproduksi benih dengan berbagai kelas benih, prosedur sertifikasi benih, kelompok jabatan fungsional. Kegiatan kuliah minggu kedua dilaksanakan
IV Malang Provinsi Jawa Timur. Hal yang disampaikan dalam kuliah mengenai informasi jumlah pegawai, penugasan pembimbing lapang, serta pengenalan ruang kerja oleh Ir Nur Mahmudiyah, selaku Kepala satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Hasil yang didapat dari kegiatan tersebut berupa informasi
di
satgas
UPT
PSBTPH
wilayah wilayah
Kegiatan lapang, merupakan kegiatan langsung ke lapang yaitu melaksanakan kegiatan pengawasan peredaran benih jagung secara langsung kepada produsen dan atau pedagang benih. Kegiatan yang dilaksanakan selama lima minggu dilakukan oleh mahasiswa dengan didampingi oleh petugas pengawas benih dari instansi, antara lain inventarisasi pedagang benih, pendaftaran pedagang benih, klasifikasi pedagang benih, pembinaan pedagang benih, pengawasan penyaluran benih, pengecekan mutu benih (checking), pelabelan ulang (re-labeling), pengawasan benih impor, dan penanganan kasus benih.
Kegiatan evaluasi, merupakan kegiatan melengkapi data. Data yang mungkin kurang lengkap, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mencari literatur dari buku, bertanya kepada ahli di bidang yang bersangkutan, sehingga dengan adanya kegiatan evaluasi diharapkan data menjadi lengkap.
Acara penutupan, merupakan kegiatan akhir praktik kerja lapangan oleh mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan di kantor satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur. Kegiatan penutupan ini, berupa kegiatan pembuatan laporan mengenai hasil praktik kerja lapangan yang ditujukan kepada satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi pustaka dan diskusi. Studi pustaka, merupakan kegiatan mencari informasi dari buku, literatur, dan pustaka yang ada di perpustakaan UPT PSBTPH Surabaya dan Satgas wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur, serta perpustakaan IPB sebagai pelengkap data dalam pembuatan tugas akhir. Studi pustaka disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga dapat dilaksanakan setiap waktu. Diskusi, merupakan kegiatan yang dilakukan antara mahasiswa dengan pembimbing lapang dan staf lainnya di UPT PSBTPH Surabaya dan satgas wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur guna menambah wawasan mahasiswa, serta dapat memecahkan kasus atau masalah yang terkait dengan peredaran benih di pasaran. Kegiatan ini disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan. Hasil dari diskusi yang telah dilakukan, kemudian dijadikan sebagai data untuk pembuatan laporan tugas akhir.
Teknik Pengolahan Data dan Informasi
Metode pengolahan data yang digunakan dengan tiga metode, antara lain metode analisa deskriptif, analisa kualitatif, dan analisa kuantitatif. Metode analisa deskriptif, metode ini dimaksudkan agar data menjadi lebih sederhana, sehingga lebih mudah dipahami. Analisa kualitatif adalah membandingkan data faktual yang diperoleh di lapangan dengan studi literatur serta bahan materi selama perkuliahan. Analisa kuantitatif adalah data yang diperoleh, dianalisa secara kuantitatif dan dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus Metode pengolahan data yang digunakan dengan tiga metode, antara lain metode analisa deskriptif, analisa kualitatif, dan analisa kuantitatif. Metode analisa deskriptif, metode ini dimaksudkan agar data menjadi lebih sederhana, sehingga lebih mudah dipahami. Analisa kualitatif adalah membandingkan data faktual yang diperoleh di lapangan dengan studi literatur serta bahan materi selama perkuliahan. Analisa kuantitatif adalah data yang diperoleh, dianalisa secara kuantitatif dan dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus
KEADAAN UMUM
Sejarah
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Jawa Timur didirikan sesuai dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 529/Kpts/org/8/1978 dan SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura No. I.HK.050.89.83, kemudian diterbitkan lagi SK Menteri Pertanian Mentan No. 468/Kpts/OT.210/1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Bina Perbenihan, dan secara administratif operasional dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian Jawa Timur.
Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah yang mendukung adanya Otonomi Daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dilimpahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur sesuai dengan Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000 tanggal 18 Desember 2000, dan SK Gubernur Jawa Timur No. 1 Tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan Daerah No. 31 Tahun 2000, maka Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) berada dibawah Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) (Ngadikun dan Martoutomo 2004).
Visi dan misi Visi dari Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah terciptanya penyediaan benih dari varietas unggul yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pada mutu dengan sasaran enam tepat, yaitu tepat mutu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu. Misi dari Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur adalah memberikan pelayanan prima bagi para produsen dan penyalur benih dan petani konsumen benih yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Meningkatkan mutu sumber daya manusia perbenihan. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen dan penyalur benih agar dapat memproduksi serta mengedarkan benih bermutu dari varietas unggul yang sesuai dengan ketentuan. Mendukung program Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur) dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura.
Kegiatan
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) yang bertanggung jawab di bidang Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura di dalam menjalankan tugasnya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi tugas pokok, yang terdiri dari melaksanakan penilaian kultivar, melaksanakan sertifikasi benih, melaksanakan pengujian benih laboratorium, melaksanakan pengawasan peredaran benih, melaksanakan ketatausahaan, melaksanakan pelayanan teknis, dan melaksanakan sarana prasarana.
Struktur Organisasi
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur tentang Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur disusun, dengan urutan kepala UPT, sub bagian tata usaha, dan kelompok jabatan fungsional. Struktur organisasi UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, dapat dilihat pada Gambar 2.
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPALA DINAS PERTANIAN
UNIT PELAKSANATEKNIS DINAS Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kelompok Sub Bagian Jabatan Fungsional
Tata Usaha
Gambar 2 Struktur organisasi unit pelaksana teknis pengawasan dan sertifikasi
benih tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Jawa Timur
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi Jawa Timur mempunyai lima instalasi laboratorium di daerah (laboratorium pembantu) disamping laboratorium utama di Surabaya yang telah terakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI 19-17025-2000 dengan Nomor Sertifikat: LP-049-IDN tanggal 28 Maret 2003, yang dalam pelaksanaan operasionalnya dibagi:
1. Laboratorium Surabaya, untuk melayani pengujian benih dari 11 kabupaten, yaitu Surabaya, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Jombang.
2. Laboratorium Madiun, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten, yaitu Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Pacitan.
3. Laboratorium Kediri, untuk melayani pengujian benih dari lima kabupaten, yaitu Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, dan Blitar
4. Laboratorium Malang, untuk melayani pengujian benih dari empat kabupaten, yaitu Malang, Probolinggo, Mojokerto, dan Pasuruan.
5. Laboratorium Jember, untuk melayani pengujian benih dari tiga kabupaten, yaitu Jember, Bondowoso, dan Lumajang.
6. Laboratorium Banyuwangi, untuk melayani pengujian benih dari dua kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Situbondo.
Uraian tugas pokok dan fungsi diatur dalam SK Gubernur Nomor: 1 Tahun 2002, sebagai berikut:
1. Kepala UPT Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kepala UPT adalah menyusun rencana dan program kerja balai, memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan balai, mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan teknis, serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih padi, palawija, dan hortikultura.
2. Sub Bagian Tata Usaha Tugas pokok dan fungsi UPT pada sub bagian tata usaha adalah melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga, kearsipan, administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, perlengkapan dan peralatan kantor, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai.
3. Kelompok Jabatan Fungsional Tugas pokok dan fungsi UPT sebagai kelompok jabatan fungsional, terdiri dari melaksanakan kegiatan penilaian kultivar, sertifikasi benih, pengujian benih secara laboratorium, pengawasan peredaran benih, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala balai.
Fungsi dan Tujuan
Fungsi UPT PSBTPH antara lain, penilaian kultivar dan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih laboratorium, pengawasan peredaran benih, ketatausahaan, pelayanan teknis, dan sarana prasarana.
Tujuan dibentuknya UPT PSBTPH, antara lain melindungi produsen benih dari kemungkinan terjadinya perdagangan benih yang tidak sehat, melindungi petani (konsumen benih) agar selalu dapat memperoleh benih dengan mutu standar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen benih melalui layanan sertifikasi dan pengawasan peredaran benih, mendukung program peningkatan produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui penyediaan benih bermutu dari varietas unggul secara berkesinambungan, menjamin penyediaan benih bersertifikat bagi konsumen benih sesuai dengan asas enam tepat (tepat mutu, tepat varietas, tepat jumlah, tepat harga, tepat lokasi, dan tepat waktu), mendorong tersedianya benih sumber yang diperlukan bagi penangkaran benih, mencegah terjadinya benih-benih yang tidak memenuhi standar di pasaran, dan memberikan informasi tentang penyediaan benih bagi produsen dan konsumen benih.
PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DI SATGAS UPT PSBTPH WILAYAH IV MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
Menurut Hidayat (2007), kegiatan yang mencakup dalam pengawasan peredaran benih dibagi menjadi enam bagian, yaitu:
Kegiatan Pembinaan Pedagang Benih
1. Inventarisasi pedagang benih Inventarisasi pedagang benih merupakan kegiatan mengumpulkan data.
Data tersebut berasal dari hasil wawancara secara langsung kepada pegawai satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang Provinsi Jawa Timur mengenai jumlah dan kemampuan usaha pedagang benih yang berada di Malang yang mencakup nama pedagang benih, alamat usaha, kemampuan usaha (benih yang diperdagangkan) dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pedagang benih baik produsen maupun penyalur, dan kemampuan usahanya sesuai dengan komoditi benih yang diusahakannya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data setiap produsen atau penyalur pedagang benih, baik secara langsung maupun melalui instansi lain yang mengetahui. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan ini, meliputi nama produsen penyalur pedagang benih, alamat, volume benih yang diproduksi (jenis dan jumlahnya) dan volume benih yang dapat disalurkan secara nyata dalam satu tahun sesuai dengan jenis atau komoditi yang disalurkan (padi, palawija, dan hortikultura).
2. Pendaftaran pedagang benih Pendaftaran pedagang benih, merupakan kegiatan memproses dan
memberi Tanda Daftar Pengedar Benih (TDPB) kepada pedagang benih yang mengajukan permohonan pendaftaran sebagai pedagang benih. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 pasal 39, tentang Kewajiban Mendaftarkan Usahanya, dimana peredaran benih bina di dalam negeri dilakukan oleh instansi pemerintah, perorangan, dan badan hukum.
Instansi pemerintah, perorangan, dan badan hukum harus mendaftarkan kegiatannya pada pemerintah. Syarat untuk menjadi pengedar benih bina, meliputi
1) harus memiliki pengetahuan di bidang perbenihan tanaman, 2) memiliki fasilitas penyimpanan, 3) menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang diedarkan. Proses permohonan pendaftaran pedagang benih dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Data pribadi
Gambar 3 Proses permohonan pendaftaran pedagang benih
Pemberian tanda daftar sebagai pedagang benih kepada para pedagang benih yang mengajukan permohonan erat hubungannya dengan usaha pembinaan pedagang benih. Pembinaan diperlukan untuk lancarnya komunikasi dan informasi antara petugas atau pengawas benih dengan para pedagang benih dan secara tidak langsung juga akan mempererat hubungan diantara para pedagang benih sendiri. Pemberian tanda daftar sebagai penyalur benih dapat dilihat pada Gambar 4.
Sumber: Data pribadi
Sumber: Data pribadi
Gambar 4 Pemberian tanda daftar penyalur benih (a) dan tanda daftar penyalur
benih (b)
Pelaksanaan pendaftaran pedagang benih, meliputi pedagang benih mengajukan permohonan sebagai pedagang benih, dengan mengisi formulir yang telah ditentukan oleh UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur. Pengisian formulir ditulis dengan jelas nama dan alamat lengkap pemohon untuk memudahkan hubungan surat menyurat dan pelaksanaan pembinaan atau pemeriksaan oleh pengawas benih. Pendaftar pengedar benih baru, maka harus mengisi blanko permohonan pendaftaran sebagai pengedar benih, dengan melampirkan syarat-syarat sebagai beriut:
1. Fotokopi kartu penduduk atau KTP pemimpin pengedar benih atau paspor untuk WNA
2. Pas foto pemimpin pengedar benih ukuran 3 x 4 cm sebanyak empat lembar (untuk arsip buku kendali, satgas, PBT kabupaten, dan ditempelkan pada TDPB)
3. Fotokopi akte badan hukum
4. Fotokopi sertifikat pelatihan di bidang perbenihan jika ada
5. Surat pernyataan mematuhi peraturan perbenihan yang berlaku dengan bermaterai Rp6 000
6. Denah sarana atau prasarana berskala dan denah dengan alamat menuju lokasi
7. Surat pernyataan kepemilikan sarana atau prasarana (surat milik sendiri, Berita Acara Sewa, atau Berita Acara Pinjam Pakai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak)
8. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp50 000 untuk PNBP, baik permohonannya diterima atau ditolak
9. Contoh kemasan benih yang akan dipakai oleh produsen
10. Kemampuan produksi benih bagi produsen benih baru swasta minimal sebesar
25 ton per tahun, sedangkan calon produsen benih instansi pemerintah tidak dibatasi produksinya, namun ada catatan yang dapat dipertimbangkan yaitu bagi kabupaten yang mempunyai:
10.1 Jumlah produsen benih kurang dari sama dengan lima, maka batas produksi bisa kurang dari 25 ton
10.2 Jumlah produsen benih enam sampai 10, maka batas produksi 25-50 ton
10.3 Jumlah produsen > 10, maka batas produksi > 50 ton Formulir permohonan sebagai pedagang benih tersebut diisi rangkap empat, lembar pertama untuk UPT PSBTPH Surabaya, lembar kedua untuk satgas wilayah setempat (wilayah IV Malang), lembar ketiga untuk Dinas Pertanian kabupaten setempat dan lembar keempat untuk pemohon sebagai arsip. Pengawas benih di wilayah kerja atau kabupaten atau kodya setempat mengkoordinir pendaftaran para pedagang benih. Permohonan dari tiap pedagang benih, disertai keterangan dari pengawas benih, bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Syarat produsen pedagang benih, antara lain mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara memproduksi benih bermutu dan menyimpan benih, menguasai unit pengolahan untuk pengeringan, pembersihan, pengepakan, gudang tempat penyimpanan, serta jujur dan selalu bersedia mematuhi peraturan atau ketentuan perbenihan yang berlaku. Contoh formulir pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kepala UPT PSBTPH memeriksa setiap hasil penilaian pengawas benih pada pemohon. Rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat (provinsi atau kabupaten) perlu diperhatikan. Pemohon yang telah memenuhi syarat, maka UPT PSBTPH mengeluarkan surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih. Surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih dibuat lima rangkap,masing-masing untuk pedagang benih yang bersangkutan, Dinas Pertanian kabupaten setempat sebagai pemberitahuan, kepala satgas setempat, pengawas benih kabupaten setempat dan lembar kelima disimpan sebagai arsip di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Penilaian kepada pengedar benih baru, meliputi penilaian tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya manusia yang dimiliki (kuantitas, kualitas yang proporsional dengan rencana produksinya) dan penilaian kelaikan sarana atau prasarana yang dimiliki. Calon produsen benih swasta merencanakan memproduksi benih > 200 ton, maka Kepala UPT PSBTPH memeriksa setiap hasil penilaian pengawas benih pada pemohon. Rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat (provinsi atau kabupaten) perlu diperhatikan. Pemohon yang telah memenuhi syarat, maka UPT PSBTPH mengeluarkan surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih. Surat keterangan pendaftaran sebagai pedagang benih dibuat lima rangkap,masing-masing untuk pedagang benih yang bersangkutan, Dinas Pertanian kabupaten setempat sebagai pemberitahuan, kepala satgas setempat, pengawas benih kabupaten setempat dan lembar kelima disimpan sebagai arsip di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Penilaian kepada pengedar benih baru, meliputi penilaian tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya manusia yang dimiliki (kuantitas, kualitas yang proporsional dengan rencana produksinya) dan penilaian kelaikan sarana atau prasarana yang dimiliki. Calon produsen benih swasta merencanakan memproduksi benih > 200 ton, maka
Surat tanda daftar pengedar benih berlaku sejak dikeluarkannya dan selama pengedar benih yang bersangkutan masih berusaha di bidang perdagangan benih. Pengedar yang bersangkutan diwajibkan melapor ke UPT PSBTPH setiap akhir tahun, yang menyatakan pedagang yang bersangkutan masih berusaha dalam perbenihan, beserta rencana produksi atau penyalurannya untuk tahun berikutnya. UPT PSBTPH melakukan pemeriksaan atau penilaian ulang terkait pada pedagang benih sebagai pendaftar baru maupun yang mendaftar ulang. Pemeriksaan atau penilaian ulang dilakukan terhadap sarana pengolahan, sarana penunjang, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki pedagang benih tersebut untuk mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan paling sedikit satu kali dalam satu tahun.
Surat tanda daftar pengedar benih dapat dicabut dengan alasan, antara lain pedagang yang bersangkutan tidak memberikan laporan seperti yang termasuk diatas, tidak mengindahkan peraturan atau ketentuan yang berlaku, pedagang benih yang bersangkutan meninggal dunia atau perusahaannya bubar, pedagang yang bersangkutan mengundurkan diri atau berhenti dalam berusaha dibidang benih, serta tidak memproduksi benih pada musim berikutnya setelah surat peringatan diberikan dan tidak mengindahkannya, selanjutnya TDPB tersebut dapat dicabut. Pengedar benih yang melakukan perubahan data (pindah alamat, ganti pimpinan, atau lainnya), maka diwajibkan melakukan pendaftaran baru lagi dengan mengajukan permohonan, dengan melampirkan 1) TDPB lama yang asli,
2) Pas foto 3 x 4 cm sebanyak dua lembar (untuk buku kendali dan ditempelkan pada TDPB penggantiannya). Pengedar benih yang mempunyai dua aktifitas, yaitu sebagai produsen dan penyalur, maka yang bersangkutan diwajibkan mempunyai dua TDPB yaitu satu sebagai produsen benih dan yang satu lagi sebagai penyalur benih. Calon pengedar benih yang mempunyai SIUP dan Akte Notaris, maka bagi produsen akan diberi PB (produsen Benih) sedangkan bagi calon penyalur akan diberi nama TP (Toko Pertanian).
Setiap pengedar benih (produsen dan penyalur) yang telah mempunyai TDPB diwajibkan melakukan daftar ulang pada setiap akhir tahun (terakhir tanggal 31 Desember) dengan mengisi blanko pendaftaran dan melampirkan fotokopi TDPB serta membayar Rp5 000 bagi produsen, sedangkan bagi penyalur tidak perlu membayar. Pengedar benih baru yang mendapatkan TDPB bulan November atau Desember, maka tetap diwajibkan daftar ulang untuk kegiatan rencana produksinya tahun yang akan datang. Pengedar benih yang tidak melakukan daftar ulang, maka pengedar benih tersebut akan diberikan peringatan Setiap pengedar benih (produsen dan penyalur) yang telah mempunyai TDPB diwajibkan melakukan daftar ulang pada setiap akhir tahun (terakhir tanggal 31 Desember) dengan mengisi blanko pendaftaran dan melampirkan fotokopi TDPB serta membayar Rp5 000 bagi produsen, sedangkan bagi penyalur tidak perlu membayar. Pengedar benih baru yang mendapatkan TDPB bulan November atau Desember, maka tetap diwajibkan daftar ulang untuk kegiatan rencana produksinya tahun yang akan datang. Pengedar benih yang tidak melakukan daftar ulang, maka pengedar benih tersebut akan diberikan peringatan
Tabel 1 Produsen dan penyalur yang daftar baru dan daftar ulang tahun 2011 Pengedar
Tanaman
Hortikultura Jumlah Benih
Pangan
87 (16.08%) 541 (69.10%) Produsen
Mendaftar ulang
89 Jumlah
Pendaftar baru
120 630 Mendaftar ulang
- 242 (30.90%) Penyalur Pendaftar baru
40 Jumlah
- 282 Jumlah Pengedar Terdaftar
912 Jumlah Penyalur Benih Tercatat
Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011
Terlihat pada Tabel 1, pada tahun 2011 telah dilakukan daftar ulang dan daftar baru pengedar benih di Jawa Timur. Pendaftaran pengedar benih dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan aspek legalitas baik pada produsen benih maupun penyalur benih. Jumlah pengedar benih tahun 2011 yang mengajukan permohonan daftar ulang berdasarkan statusnya, yaitu sebagai produsen benih sebanyak 541 (69.10%) dan sebagai penyalur benih sebanyak 242 (30.90%).
Permohonan pendaftaran ulang produsen benih berdasarkan komoditinya, yaitu tanaman pangan yang mendaftar ulang sebanyak 454 (83.92%), sedangkan hortikultura sebanyak 87 (16.08%). Produsen benih tanaman pangan yang mendaftar baru sebanyak 55 (61.80%) dan produsen hortikultura yang mendaftar baru sebanyak 34 (38.20%). Hal yang menyebabkan pengedar benih tanaman pangan lebih besar dibanding dengan hortikultura, baik yang mendaftar ulang maupun yang mendaftar baru, karena wilayah Jawa Timur mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis, yaitu kesuburan tanah dan cuaca atau iklim yang sangat cocok untuk membudidayakan tanaman pangan di wilayah tersebut, serta masih tersedianya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan.
3. Klasifikasi pedagang benih Klasifikasi pedagang benih, merupakan kegiatan mengklasifikasi semua
pedagang benih yang diinventarisasi dengan sistem penilaian. Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan scoring. Kriteria scoring mempunyai tiga kriteria, yaitu partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat atau petani (konsumen benih), pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, dan kemampuan usaha. Kriteria scoring selengkapnya tercantum dalam Lampiran 5. Data yang digunakan sebagai bahan penilaian, dikumpulkan dari hasil evaluasi tahunan, wawancara, partisipasinya terhadap program pemerintah, pengetahuannya tentang perbenihan, ketaatannya terhadap peraturan yang berlaku, dan kemampuannya dalam usaha perbenihan. Indikator penilaian pedagang benih yang diinventarisasi dengan sistem penilaian. Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan scoring. Kriteria scoring mempunyai tiga kriteria, yaitu partisipasi terhadap pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat atau petani (konsumen benih), pengetahuan dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, dan kemampuan usaha. Kriteria scoring selengkapnya tercantum dalam Lampiran 5. Data yang digunakan sebagai bahan penilaian, dikumpulkan dari hasil evaluasi tahunan, wawancara, partisipasinya terhadap program pemerintah, pengetahuannya tentang perbenihan, ketaatannya terhadap peraturan yang berlaku, dan kemampuannya dalam usaha perbenihan. Indikator penilaian
Kegiatan klasifikasi pedagang benih bertujuan untuk menetapkan kelas-kelas pedagang benih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga akan mempermudah dalam melakukan pembinaan juga untuk menilai penerapan peraturan perbenihan yang berlaku. Kegiatan klasifikasi dilakukan setiap triwulan (tiga bulan sekali) dengan jalan mengumpulkan data dari setiap pedagang benih, yaitu dengan jalan melakukan pemeriksaan administrasi, mengadakan wawancara, dan memeriksa tempat penyimpanan benih atau kios tempat penjualan. Kegiatan penilaian ulang terkait pendaftaran ulang sebagai produsen benih, untuk mendapat klasifikasi kelas, berupa pemeriksaan kelengkapan dokumen dan wawancara dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Sumber: Data pribadi
Gambar 5 Pemeriksaan dokumen untuk keperluan penilaian Penilaian ulang dilakukan terhadap kelaikan pengedar benih minimal satu
kali dalam satu tahun. Prinsipnya waktu penilaian ulang adalah sepanjang tahun berjalan, dan hasil penilaian dituangkan dalam blanko penilaian ulang. Penilaian ulang dilakukan terhadap 1) tingkat pengetahuan perbenihan dan sumber daya manusia (diisi oleh pengedar yang bersangkutan dan selanjutnya diberikan kepada PBT), 2) kondisi sarana atau prasarana (diisi oleh PBT dan produsen yang bersangkutan secara bersama), dan 3) ketertiban administrasi, ketaatan peraturan perbenihan, dan kinerja (diisi oleh PBT). Pengawas benih tanaman memberikan penilaian terhadap daftar pertanyaan yang telah diisi tersebut dengan nilai, selanjutnya blanko yang telah diisi dengan nilai disampaikan kepada fungsional pengawasan peredaran benih di Surabaya selambat-lambatnya tanggal
31 Desember. Hasil penilaian ulang kelaikan dalam pendaftaran ulang sebagai pengedar benih bina, dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil dari penilaian, maka selanjutnya PBT fungsional pengawasan peredaran benih akan menentukan klasifikasi sesuai nilai skor yang diperoleh dari hasil penilaian. Data hasil klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas Malang dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai skor yang dapat diberikan, sebagai berikut: - Kelas A
= Baik sekali, yaitu pedagang benih dengan jumlah
nilai > 90
- Kelas AB = Baik, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 80-89 - Kelas B
= Sedang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 75-79
- Kelas BC = Kurang, yaitu pedagang benih dengan jumlah nilai 65-74 - Kelas C
= Kurang sekali, yaitu pedagang benih dengan
Jumlah nilai < 64
Sumber: Data pribadi Gambar 6 Wawancara untuk keperluan penilaian
Tabel 2 Klasifikasi produsen tanaman pangan (komoditi jagung) di satgas Malang tahun 2012
No Produsen
Kelas
1 KB Randuagung
2 PT Advanta SeedIndonesia
3 Batara Seed
4 CV Tani Maju
5 PT Syngenta LSSM-BTPH
6 PT DuPont Indonesia LSSM-BTPH
Sumber: Satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2012
Klasifikasi produsen tanaman pangan tahun 2012 khususnya benih jagung, terdapat enam produsen benih jagung di Malang yang mempunyai kelas tersendiri. Produsen benih jagung Kebun Benih (KB) Randuagung dengan klasifikasi kelas A, PT Advanta Seed Indonesia, Batara Seed, dan CV Tani Maju dengan klasifikasi kelas B, serta PT Syngenta dan PT DuPont Indonesia dengan klasifikasi kelas LSSM-BTPH.
LSSM-BTPH berstatus Pemerintah, dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, dan dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/KP.150/10/1999 tanggal
13 Oktober 1999, tentang Pembentukan LSSM-BTPH dengan ruang lingkup kegiatan sertifikasi benih mandiri pada produsen benih meliputi pengendalian mutu benih sejak dari proses produksi benih sampai dengan pemasangan label (sertifikat) baik untuk menghasilkan benih maupun untuk keperluan konsumsi di bidang tanaman pangan dan hortikultura.
Hasil klasifikasi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian rekomendasi penangkaran benih pada tahun berikutnya. Rekomendasi diberikan berdasarkan penilaian ulang kelaikan, daftar ulang, dan realisasi pengajuan sertifikasi tahun lalu. Rekomendasi terdiri dari klasifikasi, jenis komoditi, jumlah varietas, kelas benih, dan luas penangkaran. Rekomendasi dikeluarkan oleh Kepala UPT PSBTPH dan berlaku selama satu tahun yaitu penagkaran sejak
1 Januari sampai dengan 31 Desember. Data hasil klasifikasi benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur berdasarkan kelas benih yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 3. Produsen harus melaksanakan rekomendasi yang diberikan tersebut dengan pengawasan dari PBT. Rekomendai akan gugur demi hukum jika produsen yang bersangkutan melakukan pelanggaran yang berat di bidang perbenihan (misalnya mengedarkan benih tanpa label dan tidak melakukan sertifikasi). Permintaan dispensasi penangkaran untuk kelas benih yang lebih tinggi dari klasifikasinya hanya diberikan atas persetujuan Kepala UPT PSBTPH Surabaya Provinsi Jawa Timur. Dispensasi penangkaran diberikan melalui permohonan dari produsen kepada Kepala UPT PSBTPH.
Tabel 3 Klasifikasi produsen benih tanaman pangan di UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur dengan kelas benih yang direkomendasikan tahun 2012
Persentase
No Klasifikasi Jumlah Kelas Benih yang direkomendasikan
1 A 40 8.81 Benih Dasar (BD) Rekomendasi BD
2 AB 17 3.74
Benih Pokok ( BP )
3 B 288
63.44 Benih Pokok (BP) Rekomendasi BP
4 BC 10 2.20
Benih Sebar ( BR )
5 C 95 20.92 Benih Sebar (BR)
6 LSSM
4 0.88 Sertifikasi Mandiri Jumlah
Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2012
Klasifikasi produsen benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3. Klasifikasi A sejumlah 40 produsen (8.81%), klasifikasi AB sejumlah 17 (3.74%), klasifikasi B sejumlah 288 produsen (63.44%), klasifikasi BC sejumlah 10 (2.20%), dan klasifikasi C sejumlah 95 produsen (20.92%), dan LSSM-BTPH sejumlah 4 (0.88%). Izin diberikan kepada 40 produsen benih tanaman pangan dengan klasifikasi A untuk menghasilkan benih dengan kelas benih dasar (BD), klasifikasi B diizinkan untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP), klasifikasi BC diberikan rekomendasi untuk menghasilkan benih dengan kelas benih pokok dan klasifikasi C diizinkan untuk menghasilkan kelas benih sebar (BR. Persentase paling besar klasifikasi kelas untuk produsen benih tanaman pangan adalah klasifikasi kelas B yang diizinkan memproduksi kelas benih pokok (BP). Hal tersebut terjadi, karena benih pokok tersebut tidak seluruhnya digunakan sebagai benih sumber dalam produksi benih sebar, tetapi digunakan untuk produksi jagung konsumsi. Penggunaan benih pokok sebagai benih sumber dalam produksi benih sebar karena adanya anggapan yang keliru dari petani bahwa penggunaan Klasifikasi produsen benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3. Klasifikasi A sejumlah 40 produsen (8.81%), klasifikasi AB sejumlah 17 (3.74%), klasifikasi B sejumlah 288 produsen (63.44%), klasifikasi BC sejumlah 10 (2.20%), dan klasifikasi C sejumlah 95 produsen (20.92%), dan LSSM-BTPH sejumlah 4 (0.88%). Izin diberikan kepada 40 produsen benih tanaman pangan dengan klasifikasi A untuk menghasilkan benih dengan kelas benih dasar (BD), klasifikasi B diizinkan untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP), klasifikasi BC diberikan rekomendasi untuk menghasilkan benih dengan kelas benih pokok dan klasifikasi C diizinkan untuk menghasilkan kelas benih sebar (BR. Persentase paling besar klasifikasi kelas untuk produsen benih tanaman pangan adalah klasifikasi kelas B yang diizinkan memproduksi kelas benih pokok (BP). Hal tersebut terjadi, karena benih pokok tersebut tidak seluruhnya digunakan sebagai benih sumber dalam produksi benih sebar, tetapi digunakan untuk produksi jagung konsumsi. Penggunaan benih pokok sebagai benih sumber dalam produksi benih sebar karena adanya anggapan yang keliru dari petani bahwa penggunaan
4. Pembinaan pedagang benih Pembinaan pedagang benih dilakukan dengan kunjungan dan pelatihan
sewaktu-waktu atau secara berkala. Frekuensi pembinaan pedagang benih berbeda-beda sesuai dengan klasifikasinya. Pedagang benih dengan klasifikasi rendah, pembinaan lebih sering dilaksanakan. Sasaran dalam kegiatan ini yaitu pembinaan dilakukan pada semua orang atau badan hukum yang berusaha dalam bidang perbenihan, misalnya pedagang benih, produsen pedagang benih (pedagang benih yang sekaligus sebagai produsen benih), dan penyalur pedagang benih (pedagang hanya menyalurkan benih dari produsen benih).
Pembinaan para pedagang benih diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran dalam masalah perbenihan. Materi pokok yang dibinakan meliputi program perbenihan, peraturan atau ketentuan perbenihan beserta kepentingannya bagi pedagang atau petani (konsumen benih) dan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Para pedagang benih harus memberi penjelasan kepada pembeli tentang sifat varietas dan cara menggunakan benih yang bersangkutan.
Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No. 803 Tahun 1997 pasal 13, 15, dan 19 tentang Kewajiban Pengedar Benih Bina, yaitu setiap produsen benih bina wajib melaksanakan pemasangan label terhadap kelompok benih yang dinyatakan lulus sertifikasi, mematuhi peraturan perundang-undangan perbenihan yang berlaku, menjaga mutu benih bina yang diedarkan, memiliki catatan tentang data benih yang diedarkan selama satu tahun bagi tanaman semusim dan lima tahun bagi tanaman tanaman tahunan, melaporkan jumlah benih bina yang dijual apabila diminta oleh instansi yang berwenang (dalam hal ini laporan pengawasan peredaran benih bina), menerima kedatangan, dan memberikan keterangan yang diperlukan oleh pengawas benih atau petugas perbenihan yang lain, serta melaporkan setiap terjadinya perubahan data pengedar benih bina (contohnya ketika pergantian pimpinann dan perubahan alamat) (Dinas Pertanian 2006).
Pengawasan Penyaluran Benih
Pengawasan penyaluran benih, dilaksanakan setiap bulan dari setiap pedagang benih dengan mencatat stok dan jumlah benih yang tersalur (komoditi, jumlah, dan varietas). Kegiatan pengawasan penyaluran benih bertujuan untuk mengetahui volume benih yang beredar dan yang tersalur sesuai dengan jenis dan varietasnya. Data pengawasan penyaluran benih juga dapat digunakan untuk menilai atau mengevaluasi tingkat kemajuan petani dalam menggunakan benih bermutu.
Cara pelaksanaan kegiatan pengawasan penyaluran benih dengan jalan mengumpulkan data penyaluran benih dari para pedagang benih. Pedagang benih diwajibkan membuat catatan penerimaan dan penyaluran atau penjualan benih. Para pedagang benih juga wajib mempunyai catatan-catatan lainnya yang berhubungan dengan benih yang diperdagangkannya, misalnya catatan tentang pengujian laboratorium, dan catatan tentang perlakuan yang diberikan pada benih.
Kegiatan pengawasan penyaluran benih untuk menjawab ketersediaan benih yang dibutuhkan petani.
Kegiatan pengawasan penyaluran benih merupakan kegiatan yang dipakai untuk acuan perencanaan pendaftaran pengedar benih bina, perencanaan checking mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan (kegagalan dan mutu benih). Kegiatan pengawasan bukan hanya kegiatan administratif, tetapi merupakan laporan pelaksanaan pengawasan penyaluran atau peredaran benih di lapang yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan dari pengawasan penyaluran benih sendiri, antara lain 1) untuk mengetahui sisa stok benih di produsen atau di penyalur benih pada saat tertentu,
2) mengetahui jumlah stok benih yang telah terserap oleh petani pada kurun waktu tertentu, 3) mengetahui jumlah stok benih yang telah tersalur ke luar dan ke dalam provinsi atau ke luar dan ke dalam negeri pada kurun waktu tertentu,
4) mengetahui jumlah stok benih yang tidak laku, afkir (digiling jadi beras), tidak lulus checking atau pelabelan ulang), 5) sebagai acuan perencanaan pendaftaran atau inventarisasi pengedar benih, perencanaan checking mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan, 6) untuk pembinaan kepada pengedar benih agar menyelenggarakan administrasi mengenai benih yang diedarkan dan menyalurkan lot benih yang tidak tercampur dengan lot benih yang lain, 7) mengetahui alur peredaran benih, serta 8) untuk pengambilan kebijakan. Data hasil realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Realisasi pengawasan penyaluran benih tanaman pangan tahun 2011
Ketersediaan Benih Tahun 2011 (ton) Penyaluran Ke 1 i
sera ro o
(8) (9)=6- (11)=9/7x (7+8)
u n g 9 466.0 35 635.6
el ai 1.2 7 054.9
174.1 364.6 92.36 ed K
Sumber: UPT PSBTPH Surabaya 2011
Realisasi peredaran benih dilaksanakan secara rutin setiap akhir tahun. Terlihat pada Tabel 4, menunjukkan jumlah ketersediaan benih padi, jagung, dan kedelai pada tahun 2011, berturut-turut sebanyak 81 482.3 ton, 45 802.9 ton, dan
7 056.1 ton. Sisa stock setelah penyaluran ke dalam provinsi dan luar provinsi, mempunyai sisa stock berturut-turut sebanyak 5 167.7 ton, 3 795.0 ton, dan 364.6 ton. Asumsi serapan dalam provinsi, terlihat pada komoditi jagung lebih rendah dibandingkan padi dan kedelai, yaitu sebesar 64.74%, sedangkan komoditi kedelai mempunyai asumsi serapan provinsi paling tinggi sebesar 92.36%.
Kegiatan Pelabelan Ulang
Pelabelan ulang, yaitu kegiatan memproses permohonan pelabelan ulang terhadap benih menjelang kadaluarsa. Surat permohonan pelabelan ulang dapat dilihat pada Lampiran 8. Kegiatan pelabelan ulang terdiri dari pengambilan contoh benih. Kegiatan tersebut agar benih yang diperdagangkan adalah benih yang memenuhi standar mutu minimal yang telah ditetapkan pemerintah dan menghindari kemungkinan terjadinya kasus pelanggaran terhadap peraturan perbenihan yang berlaku. Kegiatan pelabelan ulang bertujuan untuk mengatasi masalah yang sering timbul dalam peredaran benih, khususnya yang menyangkut mutu benih atau label benih.
Masalah yang sering muncul terkait pelabelan ulang, antara lain turunnya mutu benih karena kondisi tempat penyimpanan atau faktor lain yang tidak sesuai, label sudah tidak berlaku karena telah melewati tanggal masa berlakunya label, pada benih impor labelnya masih menggunakan bahasa asing yang sulit dimengerti oleh petani konsumen, dan jumlah benih dalam satu kemasan terlalu besar sehingga perlu dipecah menjadi kemasan yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan petani konsumen (Sjahroesja 2007).
Pelabelan ulang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) perpanjangan masa berlakunya label, yang bertujuan untuk memperpanjang masa beredarnya benih dari tanggal yang tertera pada label sebelumnya. Label diberikan jika mutu benih yang bersangkutan berdasarkan hasil pengujian ulang (rechecking) masih sesuai dengan strandar kelas benih yang bersangkutan. Label memuat keterangan perpanjangan masa penyaluran dan berbentuk sticker (tempelan) untuk komoditas hortikultura, warna sticker disesuaikan dengan warna label pada kelas yang bersangkutan, sedangkan pada tanaman pangan disebut label yang terbuat dari kertas, 2) penyesuaian label, dilakukan untuk menyesuaikan keterangan mutu atau label dengan label baru. Penyesuaian label atau keterangan mutu ini dilaksanakan karena terjadi penurunan kelas, penggantian label dari bahasa asing kedalam bahasa Indonesia, pemecahan wadah dari wadah yang besar menjadi wadah-wadah yang kecil. Label baru tersebut tetap mencantumkan identitas lama ditambah nama dan alamat yang mengajukan permohonan ulang. Warna label baru disesuaikan dengan kelas atau tingkat mutu yang dicapai. Contoh label benih pelabelan ulang kesatu dapat dilihat pada Lampiran 9.
Kegiatan pelabelan ulang dapat dilaksanakan dengan syarat, pertama harus ada permohonan dari pedagang atau pemilik benih yang labelnya mendekati kadaluarsa. Kedua, benih yang telah dilakukan pengecekan dalam rangka pengawasan peredaran. Ketiga, hasilnya dinyatakan label tidak sesuai lagi untuk kelas benih yang bersangkutan. Keempat, mutunya masih memenuhi standar untuk kelas yang bersangkutan atau kelas dibawahnya. Kelima, benih impor harus dilampiri dengan bukti surat izin pemasukan atau dokumen lain yang berhubungan dengan benih tersebut. Kegiatan pemeriksaan berkas permohonan produsen untuk pengambilan contoh benih dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber: Data pribadi