5. Bab 2 Evaluasi 1

(1)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

A. Gambaran Umum Kondisi Daerah

1.Aspek Geografi dan Demografi

a.Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 110º45’15”

dan 110º45’35“ Bujur Timur dan antara 7º36’00” dan 7º56’00” Lintang Selatan. Adapun batas administrasi wilayah Kota Surakarta yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar; Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Karanyanyar, dan Sukoharjo.

Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013

Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Surakarta

Secara geografis Kota Surakarta memiliki posisi strategis di Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah pendukung (hinterland) yang berada pada kawasan Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten). Posisi Kota Surakarta berada pada jalur transportasi strategis yaitu pertemuan jalur transportasi darat antara Semarang dengan Yogjakarta (Joglo Semar), dan jalur Surabaya dengan Yogjakarta.


(2)

Secara administrasi luas wilayah Kota Surakarta adalah 44,04 Km², yang terbagi menjadi 5 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasarkliwon, Jebres, Banjarsari. Secara keseluruhan jumlah kelurahan di Kota Surakarta sebanyak 51 kelurahan, dengan jumlah RW sebanyak 604 RW, dan 2.714 RT. Secara rinci jumlah kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Sumber: Surakarta Dalam Angka 2013, BPS

Gambar 2.2 Persentase Jumlah RT dan RW Per Kecamatan di Kota Surakarta

Dilihat dari ketinggian (topografi) wilayah, Kota Surakarta termasuk dataran rendah. Ketinggiannya hanya sekitar ±92 meter dari permukaan laut, dan kemiringan lahan di Kota Surakarta berkisar antara 0-15%. Suhu udara berkisar antara 26,2°C sampai dengan 28,5°C. Adapun kelembaban udaranya antara 66% sampai dengan 88 persen. Jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan Januari yaitu 25 hari dengan curah hujan sebesar 437 mm.

Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar dimanfaatkan untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas wilayah, sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian (16,5%) dan fasilitas umum.

b.Potensi Pengembangan Wilayah

Penggunaan lahan di wilayah Kota Surakarta berpedoman pada rencana pola ruang wilayah kota, sebagaimana diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surakarta tahun 2011-2031. Pemanfaatan lahan di Kota Surakarta tentunya diarahkan pada pelestarian kawasan lindung dan pemanfaatan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi: kawasan perlindungan setempat; ruang terbuka hijau (RTH); kawasan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana alam. Sementara itu wilayah yang termasuk kawasan budidaya yaitu: kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; kawasan peruntukan perkantoran; kawasan RTNH; kawasan peruntukan kegiatan sektor informal; dan kawasan peruntukan lain (pertanian; perikanan;


(3)

pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan; dan pertahanan dan keamanan).

Pengembangan kawasan perlindungan setempat dilakukan melalui mempertahankan fungsi sempadan sungai dan mengendalikan perkembangannya; mengembalikan fungsi sempadan sungai di seluruh wilayah kota sebagai RTH secara bertahap; dan merehabilitasi kawasan sempadan sungai yang mengalami penurunan fungsi. Kawasan perlindungan setempat di Kota Surakarta meliputi kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, dan Kali Pelem Wulung. Adapun luas kawasan perlindungan setempat mencapai 401 Ha yang tersebar di 5 wilayah kawasan.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Surakarta yang telah ada meliputi: RTH taman kota/alun-alun/monumen; RTH taman pemakaman; RTH penyangga air (resapan air); RTH jalur jalan kota; RTH sempadan sungai; RTH sempadan rel; RTH pada tanah negara; dan RTH kebun binatang.

Kawasan cagar budaya terbagi dalam dua kategori, yaitu ruang terbuka/taman, dan kawasan bangunan cagar budaya lainnya yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kelompok bangunan, meliputi bangunan rumah tradisional, bangunan umum kolonial, bangunan peribadatan, gapura, tugu, monumen, dan perabot jalan. Luas kawasan ini sebesar 81 Ha. Adapun pengembangan kawasan cagar budaya ini melalui pengembangan jalur khusus wisata yang menghubungkan antar kawasan cagar budaya dan pelestarian cagar budaya yang mengalami penurunan fungsi dan kondisi bangunan.

Pengembangan kawasan budidaya yang pertama adalah kawasan peruntukan industri. Kawasan industri rumah tangga dan kawasan industri kreatif. Kawasan industri rumah tangga meliputi: industri rumah tangga mebel di Kecamatan Jebres; industri rumah tangga pembuatan shuttle cock dan gitar di Kecamatan Pasarkliwon; industri pengolahan tahu dan tempe di Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres; dan industri pembuatan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo dan Kecamatan Jebres. Sementara itu kawasan industri kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Laweyan.

Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari pariwisata cagar budaya dan nilai-nilai tradisional, pariwisata sejarah, pariwisata belanja dan pariwisata kuliner serta periwisata transportasi. Kawasan pariwisata cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional terletak di Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, dan Kecamatan Pasarkliwon. Kawasan pariwisata belanja meliputi wisata belanja batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Laweyan; dan wisata barang antik di Pasar Antik Triwindu, Kecamatan Banjarsari. Kawasan pariwisata kuliner lokasinya tersebar di seluruh wilayah kota. Wisata transportasi berupa Bis Tingkat Werkudoro,


(4)

Sepur Kluthuk Jaladara, Bendi wisata dan becak hias Manahan, Untuk mengembangkan pengelolaan kawasan pariwisata, hal yang akan dilakukan adalah pengembangan pola perjalanan wisata kota; pengembangan kegiatan pendukung yang meliputi hotel, restoran, pusat penukaran uang asing, pusat souvenir, dan oleh-oleh.

Kawasan peruntukan permukiman dikembangkan seluas 2.275 Ha. Pengembangannya melalui perumahan vertikal berupa Rumah Susun Sewa (Rusunawa) di Kecamatan Jebres dan Kecamatan Serengan.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Pasar tradisional berada di wilayah Kelurahan Kauman, Kelurahan Kemlayan, Kelurahan Semanggi, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Danusukuman, Kelurahan Panjang, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Karangasem, Kelurahan Manahan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Pasarkliwon. Pusat perbelanjaan meliputi pengembangan perdagangan skala regional kota di Kelurahan Setabelan-Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Danukusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Kedunglumbu Kecamatan Pasarkliwon dan Kelurahan Panularan-Kecamatan Laweyan berupa perdagangan grosir dan pasar besar; dan pengembangan kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan protokol. Sedangkan toko modern berupa pengembangan pusat perbelanjaan dan toko modern di wilayah kota yang penempatannya ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

Kawasan peruntukan perkantoran di wilayah Kota Surakarta seluas 19 Ha, meliputi: (1) Kawasan I seluas 1 (satu) ha, yaitu di Kecamatan Laweyan; (2) Kawasan II seluas 6 (enam) ha, yaitu di Kecamatan Banjarsari seluas 5 (lima) ha dan Kecamatan Laweyan seluas 1 (satu) ha; (3) Kawasan V seluas 4 (empat) ha yaitu di Kecamatan Jebres; dan (4) Kawasan VI seluas 8 (delapan) ha yaitu di Kecamatan Pasarkliwon.

Kawasan RTNH seluas 7 (tujuh) ha tersebar di seluruh wilayah kota, yang meliputi RTNH di kawasan I seluas 3 (tiga) ha, terletak di Kecamatan Jebres seluas 1 (satu) ha dan Kecamatan Pasarkliwon seluas 2 (dua) Ha, RTNH di kawasan III seluas 2 (dua) ha, terletak di Kecamatan Banjarsari, dan RTNH di kawasan V seluas 2 (dua) ha, terletak di Kecamatan Jebres.

Kawasan peruntukan kegiatan sektor informal meliputi: (1) ruang yang sudah ditetapkan sebagai ruang relokasi dan pengelompokkan PKL oleh Pemerintah Daerah; (2) ruang sekitar pusat perdagangan disediakan oleh pemilik pusat perdagangan sebagai bentuk dari Coorporate Social Responsibility (CSR), (3) ruang tempat penyelenggaraan acara Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta sebagai pasar malam (night market), di Jalan Diponegoro dan Jalan Gatot Subroto. Sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, antara lain adalah di Kawasan I yaitu di Kelurahan Kedunglumbu,


(5)

Kelurahan Jayengan, Kelurahan Kratonan dan Kelurahan Sriwedari-Kecamatan Pasarkliwon; Kawasan II yaitu di Kelurahan Purwosari-Kecamatan Laweyan; Kawasan V yaitu di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Purwodiningratan-Kecamatan Jebres; Kawasan VI yaitu di Kelurahan Manahan, Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Nusukan-Kecamatan Banjarsari.

Kawasan peruntukan pertanian seluas sekitar 111 Ha yang terletak di Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres, terdiri dari lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering yang ditetapkan dan dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan perikanan budidaya dialokasikan di perairan umum darat tersebar di Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari dan Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres. Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebar di Balekambang di depo Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Manahan Kecamatan Banjarsari. Kawasan peruntukan lain pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan, dan peribadatan dikembangkan di seluruh wilayah kota. Kawasan peruntukan lain pertahanan dan keamanan juga dikembangkan di seluruh wilayah kota.

c.Wilayah Rawan Bencana

Kota Surakarta dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang hampir setiap musim penghujan selalu meluap. Hal tersebut mengakibatkan beberapa wilayah di Kota Surakarta adalah daerah yang rawan bencana banjir. Kawasan rawan bencana banjir di Kota Surakarta meliputi Kecamatan Jebres di Kelurahan Gandekan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Jebres, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Mojosongo, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Sewu, dan Kelurahan Sudiroprajan; Kecamatan Pasarkliwon di Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Gajahan, Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Kauman, Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Pasarkliwon, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Semanggi; dan Kecamatan Serengan di Kelurahan Danukusuman, Kelurahan Jayengan, Kelurahan Joyotakan, Kelurahan Kemlayan, Kelurahan Kratonan, Kelurahan Serengan, dan Kelurahan Tipes. Sedangkan rencana pengelolaan kawasan banjir melalui normalisasi Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dan Kali Tanggul; penguatan tanggul sungai di sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali Wingko, Kali Anyar, Kali Gajah Putih; pemeliharaan kolam retensi; dan revitalisasi drainase perkotaan.


(6)

d.Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2013 berdasarkan data Dispendukcapil sebanyak 563.659 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk berjenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 278.644 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sejumlah 285.015 jiwa. Sex ratio penduduk di Kota Surakarta adalah 97,76; atau dapat diartikan bahwa di setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2010 - 2013

No Variabel 2010 2011 2012 2013

1. Jumlah penduduk 532.439 536.498 545.653 563.659 Laki-laki 262.643 265.166 266.724 278.659 Persentase 49,33 49,43 48,88 49,43 Perempuan 269.769 271.332 278.929 285.015 Persentase 50,67 50,57 51,12 50,57 2. Laju Pertumbuhan 0,08 0,08 0,08 0,08 3. Rasio Jenis kelamin 97,34 97,72 95,62 97,76 Sumber: Dispendukcapil, 2014

Sumber: Dispendukcapil, 2014

Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

Kota Surakarta menjadi salah satu kota dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Indonesia. Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2013 sebesar 13.331 jiwa/km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Serengan, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Banjarsari. Berikut ini adalah grafik kepadatan penduduk di wilayah Kota Surakarta.


(7)

Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013

Gambar 2.4 Tingkat Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2013 (jiwa/km²)

Dilihat dari komposisi penduduk menurut usia, diketahui bahwa jumlah usia produktif di Kota Surakarta tahun 2013 sebanyak 397.688 jiwa, sedangkan usia non produktif sebanyak 165.971 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk kota Surakarta menurut kategori usia disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Usia Tahun 2013

Usia (tahun) Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

0-4 19.816 18.945 38.761 5-9 22.726 21.208 43.934 10-14 23.089 22.277 45.366 15-19 22.139 21.179 43.318 20-24 20.779 20.109 40.888 25-29 21.655 21.644 43.299 30-34 25.585 25.432 51.017 35-39 23.246 23.365 46.611 40-44 21.418 22.291 43.709 45-49 19.594 21.254 40.848 50-54 17.585 19.350 36.935 55-59 14.522 15.350 29.872 60-64 10.462 10.729 21.191

65-69 5.970 7.267 13.237

70-74 4.559 6.037 10.596

75+ 5.499 8.578 14.077

Jumlah 278.644 285.015 563.659

Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013 2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

a.Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1)Produk Domestik Regional Bruto dan Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas


(8)

dasar harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan.

Nilai PDRB Kota Surakarta Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB ADHB tahun 2013 tercatat sebesar 13,59 triliun rupiah, dari tahun 2012 sebesar 12,18 trilyun rupiah. Peningkatan juga terjadi pada PDRB perkapita ADHB. Pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai Rp 12,14 juta, sedangkan pada tahun 2012 hanya Rp 11,47 juta. Kontribusi terbesar terhadap total PDRB ADHB berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,71% dan industri pengolahan sebesar 19,29%. Sementara itu kontribusi paling kecil berasal dari sektor pertanian sebesar 0,05%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,02%.

Perkembangan nilai PDRB dan kontribusi sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Sektor 2010 2011 2012 2013 (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%)

1. Pertanian 5.964,68 0,06 5.927,58 0,05 6.250,91 0,05 6.611,99 0,05 2. Pertambangan

& Penggalian 2.982,34 0,03 3.010,49 0,03 3.009,79 0,02 3.002,94 0,02 3. Industri

Pengolahan 2.081.674,00 20,94 2.233.248 20,32 2.390.894,46 19,63 2.623.767,70 19,29 4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 259.463,66 2,61 287.577 2,62 317.497,14 2,61 363.004,58 2,67 5. Konstruksi 1.439.476,58 14,48 1.584.659,42 14,42 1.758.189,55 14,43 1.951.415,83 14,35

6.

Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.555.866,21 25,71 2.885.293,49 26,25 3.187.324,12 26,17 3.632.165,57 26,71

7. Pengangkutan

& Komunikasi 1.106.448,50 11,13 1.206.106,83 10,97 1.323.255,69 10,86 1.462.927,27 10,76

8.

Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

1.123.348,43 11,3 1.282.678,53 11,67 1.449.258,72 11,9 1.656.823,06 12,18

9. Jasa-jasa 1.365.912,16 13,74 1.504.470,47 13,69 1.744.923,26 14,33 1.899.877,56 13,97 PDRB 9.941.136,57 100 10.992.971,19 100 12.180.558,65 100 13.599.596,52 100 Penduduk per

tengahan tahun

501.650 500.328 500.625

Pendapatan per kapita (rupiah)

17.366.163,33 21.913.627,41 24.345.146,88 27.165.236,49

Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013

Nilai PDRB Kota Surakarta berdasarkan harga konstan 2000 (ADHK 2000) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB ADHK pada tahun 2013 tercatat sebesar 6,08 triliun rupiah, meningkat dari tahun 2012 sebesar 5,7 triliun rupiah. Peningkatan juga terjadi pada PDRB perkapita ADHK 2000 di Kota Surakarta. Pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai


(9)

Rp12,14 juta, sedangkan pada tahun 2012 hanya Rp11,47 juta. Kontribusi terbesar terhadap total PDRB berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27,75% dan industri pengolahan sebesar 23,09%. Sementara itu kontribusi paling kecil berasal dari sektor pertanian sebesar 0,05%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,08%.

Perkembangan nilai PDRB dan kontribusi sektor PDRB dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2011-2013

No Lapangan Usaha

2010 2011 2012 2013

(Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%)

1. Pertanian 2.908,82 0,06 2.911,03 0,05 2.912,43 0,05 2.951,59 0,05 2. Pertambangan

& Penggalian 1.832,36 0,04 1.809,03 0,03 1.789,64 0,03 1.764,96 0,08 3. Industri

Pengolahan 1.277.210,09 25,02 1.312.945,81 24,26 1.349.967,23 23,52 1.404.161,79 23,09 4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 119.194,83 2,34 128.648,33 2,38 137.673,24 2,4 147.574,83 2,43 5. Konstruksi 671.926,81 13,17 717.165,29 13,25 765.569,54 13,34 811.759,49 13,35

6.

Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.367.808,36 26,80 1.466.845,97 27,1 1.569.512,38 27,31 1.687.392.79 27,75

7. Pengangkutan

& Komunikasi 514.407,73 10,08 549.760,87 10,16 585.690,23 10,23 621.610,31 10,22

8.

Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

518.980,77 10,17 567.860,94 10,49 615.432,99 10,67 664.532,30 10,93

9. Jasa-jasa 629.616,47 12,34 663.965,04 12,27 714.313,62 12,44 739.206,00 12,16 PDRB 5.103.886,24 100 5.411.912,32 100 5.742.861,30 100 6.080.954,07 100 Penduduk per

tengahan tahun

499.337 500.032 500.328 500.625

Pendapatan per kapita (rupiah)

10.221.325,97 10.611.592,76 11.478.192,91 12.146.724,73

Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013

Pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 tertinggi berada pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,98% dan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,51%, sedangkan pertumbuhan paling kecil pada sektor pertanian sebesar 1,34% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar -1,38%.

Tabel 2.5. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 0,29 0,08 0,05 1,34

2. Pertambangan dan penggalian -1,62 -1,27 -1,07 -1,38 3. Industri pengolahan 3,34 2,8 2,82 4,01 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,01 7,93 7,02 7,19

5. Kontruksi 7,40 6,73 6,75 6,03

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,19 7,24 7,00 7,51 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,10 6,87 6,54 6,13


(10)

No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 8. Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 7,68 9,42 8,38 7,98

9. Jasa-Jasa 7,58 5,46 7,58 3,48

PDRB 5,94 6,04 6,12 5,89

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014

Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2013 lebih tinggi dari capaian nasional dan Provinsi Jawa Tengah, seperti terlihat pada Gambar 2.5 berikut ini.

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014

Gambar 2.5Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2012-2014

2) Laju Inflasi

Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Dampak dari inflasi salah satunya adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat terganggu karena ketidakmampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang ataupun jasa.

Laju inflasi di Kota Surakarta tahun tahun 2014 mencapai 8,01%, sedikit lebih rendah dari tahun 2013 sebesar 8,32%, seperti terlihat pada gambar berikut.


(11)

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014

Gambar 2.6 Laju Inflasi di Kota Surakarta tahun 2011-2013

Besarnya inflasi Kota Surakarta pada tahun 2014 disebabkan seluruh indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan terutama kenaikan indeks kelompok bahan makanan dan indeks kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, masing-masing naik sebesar 12,49%, dan 12,17%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, sehingga ongkos angkut komoditas bahan makanan dan alat transportasi masyarakat mengalami peningkatan.

Beberapa komoditas mengalami kenaikan harga selama tahun 2014 sehingga memicu terjadinya inflasi antara lain: beras, cabe hijau, cabe rawit, cabe merah, rokok kretek filter, tukang bukan mandor, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, angkutan antar kota, angkutan umum dalam kota, angkutan udara dan bensin. Sebaliknya, komoditas yang manghambat tingginya inflasi yaitu daging ayam ras, petai, apel, bawang merah, kelapa, minyak goreng, dan gula pasir.

Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kota Surakarta tahun 2014 sebesar 8,01% lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 8,36%, dan inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,22%. Dibandingkan enam kota di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung angka inflasinya, inflasi Kota Surakarta lebih rendah dibandingkan Kudus, Kota Semarang dan Cilacap, dan lebih tinggi dibandingkan Purwokerto dan Kota Tegal, seperti terlihat pada Gambar 2.7.


(12)

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014

Gambar 2.7 Perbandingan Inflasi Kota Surakarta dengan Kota Lain, Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2014.

3)Penduduk Miskin

Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan yang menjadi prioritas pembangunan, tidak terkecuali juga bagi Pemerintah Kota Surakarta. Bermacam-macam program pengentasan kemiskinan yang dilakukan diharapkan akan dapat terus menekan angka kemiskinan sampai pada tingkat yang serendah-rendahnya. Garis kemiskinan yang menjadi batas pengeluaran konsumsi terendah perkapita perbulan untuk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 garis kemiskinan di Kota Surakarta sebesar 306.584 rupiah/kapita/ bulan, terus mengalami peningkatan hingga sebesar Rp403.121 pada tahun 2013. Hal ini berarti bahwa batas pendapatan perkapita sebagai dasar penentuan kategori miskin semakin tinggi.

Dalam kurun waktu empat tahun, jumlah penduduk miskin Kota Surakarta menunjukkan peningkatan dari sebanyak 499.370 ribu jiwa pada tahun 2010, menjadi 586.978 ribu jiwa pada tahun 2014. Namun demikian dilihat dari persentase, penduduk miskin di Kota Surakarta kondisinya selalu menurun dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 persentase penduduk miskin mencapai 13,98%, pada tahun 2013 persentase penduduk miskin berhasil diturunkan menjadi 11,74 persen. Hal tersebut berarti berbagai program pengentasan kemiskinan yang dilakukan cukup berhasil. Perkembangan persentase penduduk miskin dapat dilihat pada gambar berikut.


(13)

Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014

Gambar 2.8 Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2010-2013

Meskipun persentase penduduk miskin di Kota Surakarta kondisinya menurun, namun paling tinggi dibandingkan kota-kota lain di Provinsi Jawa Tengah, seperti terlihat pada grafik berikut:

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Gambar 2.9 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

b.Fokus Kesejahteraan Sosial

1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan; serta pengeluaran rill per kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.

IPM Kota Surakarta dari tahun ke tahun kondisinya selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 IPM Kota Surakarta tercatat sebesar 77,86, meningkat menjadi 79,1 pada tahun 2013, seperti terlihat pada Gambar berikut:


(14)

Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2014

Gambar 2.10 Capaian IPM Kota Surakarta Tahun 2010-2013

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 79,1. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di seluruh wilayah Jawa Tengah, seperti terlihat pada grafik berikut:

Sumber: BPS, 2014

Gambar 2.11 Perbandingan IPM Kota Surakarta dengan Kab/Kota Lain di Jawa Tengah Tahun 2013

IPM diukur menggunakan beberapa beberapa indikator pembentuk IPM, meliputi Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita. Capaian angka semua komposit IPM di Kota Surakarta dari tahun 2011 sampai tahun 2013 kondisinya selalu meningkat. Berikut ini disajikan perkembangan indikator pembentuk IPM.

Tabel 2.6. Perkembangan Capaian Indikator Komposit IPM di Kota Surakarta Tahun 2011-2013

No Indikator 2010 2011 2012 2013

1 Angka Harapan Hidup

(Tahun) 72,16 72,25 72,35 72,75


(15)

No Indikator 2010 2011 2012 2013

3 Rata-rata Lama Sekolah

(Tahun) 10,32 10,35 10,49 10,53

4 Pengeluaran Per Kapita

(ribu Rp) 652,43 655,77 658,92 661,88 Sumber: BPS Tahun 2014

2)Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia tertentu. Capaian APK semua jenjang pendidikan di Kota Surakarta sudah berada di atas target PUS dan MDG’s karena angkanya sudah di atas 100 persen. Perkembangan APK baik jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.7. Angka Partisipasi Kasar SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

1 APK SD/MI (%) 111,74 137,3 134,79 126,46 149,89 2 APK SMP/MTs (%) 104,66 148,07 140,47 133,26 132,82 3 APK SMA/SMK/MA (%) 128,18 158,76 161,97 193,05 163,85 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surakarta, 2014

3)Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya terhadap seluruh anak pada kelompok usia tersebut. Capaian APM yang masih perlu ditingkatkan adalah pada jenjang SMP/MTs, dengan capaian baru mencapai 95,42%. Sementara itu APK pada jenjang pendidikan SD/MI dan SMA/MA/SMK capaiannya sudah baik, dengan capaian diatas 100%.

Tabel 2.8. Angka Partisipasi Murni SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

1 APM SD/MI (%) 94,50 116,18 115,87 106,23 127,06 2 APM SMP/MTs (%) 79,08 104,97 103,48 95,42 95,42 3 APM SMA/SMK/MA (%) 89,89 111,15 121,83 116,04 116,08 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2014

4)Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surakarta dari tahun 2010-2014 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2010 AKI sebesar 90,15 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan tajam pada tahun 2011 menjadi 39,4 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2014 menjadi 71.35 per 100.000 Kelahiran hidup.


(16)

Tabel 2.9. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

AKI (per 100.000 KH) 90,15 39,4 59,2 30,21 71,35 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014

5) Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita

Angka Kematian Bayi Kota Surakarta tahun 2010–2014 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 AKB sebesar 4,7 per 1.000 kelahiran hidup, menurun pada tahun 2013 menjadi 3,22 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian naik kembali pada tahun 2014 menjadi 4,79 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara itu, Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Surakarta cenderung menurun dari sebesar 0,64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,51 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2014.

Tabel 2.10. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

1 AKB (per 1.000 Kelahiran Hidup) 6,61 4,7 6,02 3,22 4,79 2 AKABA (per 1.000 Kelahiran Hidup) 1,8 5,34 6,61 4,43 0,51 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014

6)Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Dalam kurun waktu tahun 2011-2013, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan trend yang meningkat dari sebesar 69,01% menjadi sebesar 72,57%. TPAK meningkat artinya partisipasi penduduk usia kerja untuk bekerja semakin tinggi. Di sisi yang lain, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Surakarta menunjukkan trend yang meningkat dari sebesar 6,36% pada tahun 2011 menjadi 7,18% pada tahun 2013. Peningkatan TPT ini tentunya memerlukan upaya penanganan melalui penyediaan lapangan kerja agar penduduk memiliki kesempatan untuk bekerja.

Tabel 2.11. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

No INDIKATOR 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah Angkatan Kerja

(orang) 258.573 272.144 272.144 279.953 287.762 2 Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (%) 66,81 70,52 70,49 72,57 74,65 3 Jumlah pengangguran

terbuka (orang) - 16.940 16.523 20.089 - 4 Tingkat Pengangguran

Terbuka (%) 8,73 6,40 6,10 7,18 6,08


(17)

c.Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Surakarta menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu 2008-2012, dari sebesar 74,90 pada tahun 2012 menjadi 76,76 pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia perempuan di Kota Surakarta semakin membaik, khususnya pada bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. IDG juga meningkat dari sebesar 59,60 pada tahun 2008 menjadi 77,56 pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberdayaan perempuan di Kota Surakarta semakin baik. Perkembangan IPG dan IDG Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.12. Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender di Kota Surakarta Tahun 2010-2012

No INDIKATOR 2010 2011 2012 2013

1 Indeks Pembangunan Gender (IPG) 75,68 76,37 76,76 77,61 2 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 75,75 78,06 77,56 78,93 Sumber: Bapermas PP, PA,dan KB Kota Surakarta, 2015

d.Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Jumlah kelompok seni yang ada di Kota Surakarta tercatat sebanyak 79 organisasi. Terdiri dari kelompok seni tari, kelompok seni musik, kelompok seni vokal, kelompok teater, dan kelompok seni rupa. Rasio grup seni per 10.000 penduduk di Kota Surakarta angkanya tetap selama tahun 2013 yaitu 0,0209. Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah yang dilaksanakan di Kota Surakarta, antara lain: 1. Solo Carnaval, 2. Solo Menari, 3. Mangkunegaran Performing Art, 4. Mangkunegaran Art Festival, 5. Festival Gamelan Akbar, 6. Festival Kuliner, 7. Solo Keroncong Festival, 8. Solo Blues Festival, 9. Solo City Jazz, 10. Vastenburg Carnival Solo, 11. Pentas Seni di CFD, 12. Apresiasi Musik Kebangsaan.

3.Aspek Pelayanan Umum

a.Fokus Layanan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar

1)Pendidikan

a) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Surakarta selama tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD pada tahun 2014 tercatat sebesar 68%, meningkat dari tahun 2013 sebesar 63,52%. Hal tersebut ditunjang juga dengan semakin meningkatnya jumlah PAUD. Jumlah PAUD di Kota Surakarta meningkat dari 485 unit pada tahun 2011 menjadi 513 unit pada tahun 2013.


(18)

b) Pendidikan Dasar

Partisipasi pendidikan dasar dapat dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka partisipasi Murni (APM), Angka Putus Sekolah, dan angka melanjutkan. Selama kurun waktu 2011-2014 APK SD/MI dan SMP/MTs fluktuatif, dengan kecenderungan meningkat. Apabila dikaitkan dengan tingkat ketercapaian indikator Pendidikan Untuk Semua (PUS) pada jenjang pendidikan dasar, yaitu pada tahun 2015 seluruh penduduk usia pendidikan dasar menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, maka tingkat capaian Kota Surakarta pada tahun 2011 untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs telah tercapai.

APK SD/MI pada tahun 2014 sebesar 149,89% meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 126,46%. APM SD/MI Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 127,06 persen meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 107,54 persen. Pada jenjang SMP, APK SMP/SMPLB/MTs tahun 2014 sebesar 132,82% meningkat dari tahun 2012 sebesar 133,26%. Sementara itu APM SMP/SMPLB/MTs pada tahun 2014 sebesar 95,42%, sama dengan tahun 2013. APK di Kota Surakarta capaiannya lebih dari 100% karena ada penduduk dari kabupaten lain yang bersekolah di Kota Surakarta.

Angka Putus Sekolah pada tahun 2014 pada jenjang pendidikan SD/MI sebesar 0,03%, sama dengan capaian tahun 2013. Sementara itu Angka Putus Sekolah SMP/MTs pada tahun 2014 sebesar 0,35% lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,34%. Walaupun demikian angka putus sekolah tersebut relatif rendah. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs pada tahun 2014 sebesar 103,81%. Adapun Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA sebesar 143,57%.

Angka Kelulusan (AL) SD/MI pada tahun 2014 tergolong baik, yaitu sebesar 100%. Namun pada jenjang SMP perlu ditingkatkan karena Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs pada tahun 2014 baru mencapai sebesar 89,46%. Dilihat dari Rata-Rata nilai UASBN SD Sederajat capaian tahun 2014 sebesar 5,3. Adapun rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) SMP Sederajat sebesar 5,61. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas pengajaran perlu ditingkatkan agar rata-rata nilai UASBN maupun UN dapat mencapai angka yang ideal. Peningkatan pendidikan guru juga perlu ditingkatkan, terlihat dari persentase Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV sebesar 77,62%, dan Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV sebesar 82,10%.

c) Pendidikan Menengah

Partisipasi pendidikan pada jenjang pendidikan menengah dalam kurun waktu tahun 2011-2014 juga menunjukkan


(19)

peningkatan. APK SMA/SMK/MA Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 163,85% naik dibandingkan tahun 2013 sebesar 193,05%. APM SMA/SMK/MA pada tahun 2014 sebesar 116,08% sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 120,92%. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA pada tahun 2014 sebesar 0,50%, menurun jika dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,51%.

Kualitas pendidikan menengah dapat dilihat dari capaian Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA sebesar 97,2%, Rata-rata nilai UN SMA /MA sebesar 6,58, dan Rata-RATA nilai UN SMK sebesar 6,76. Tentunya rata-rata nilai UN tersebut perlu ditingkatkan dengan memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah. Guru SMA/SMK/MA yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV pada tahun 2014 sebesar 85,99%, sama dengan capaian tahun 2013.

Secara rinci capaian kinerja urusan pendidikan dapat dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.13. Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

No Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Angka Melek Huruf (%) 96,68 96,71 99,73 100 100 100 Dikpora 2 Rata-rata Lama

Sekolah (Tahun) 10,32 10,34 10,49 10,53

Dikpora 3 APK Jenjang SD

(SD/SDLB/MI) 111,74 137,30 134,79 126,46 149,89 152

Dikpora

4 APK Jenjang SMP

(SMP/SMPLB/MTs) 104,66 148,07 140,47 133,26 132,82 134

Dikpora

5

APK Jenjang SMA (SMA/SMK/SMALB/ MA)

128,18 158,76 161,97 193,05 163,85 165 Dikpora

6 APM SD/MI (%) 94,50 116,18 109,25 107,54 127,06 129 Dikpora 7 APM SMP/MTs (%) 79,08 104,97 97,23 95,42 95,42 97 Dikpora 8 APM SMA/SMK/MA

(%) 89,89 111,15 111,46 120,92 116,08 118

Dikpora

9 APK Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) (%) 70,84 67,46 79,00 63,52 68 70

Dikpora

10

Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) (%)

97,7 97,7 99,47 100 100 100 Dikpora

11

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A (%)

94,5 116,18 115,87 106,23 127,06 129 Dikpora

12

Angka Partisipasi Murni (APM)

SMP/MTs/Paket B (%)

79,08 104,97 103,48 95,42 95,52 97 Dikpora

13

Angka Partisipasi Murni (APM))

SMA/SMK/MA/Paket C (%)

89,89 111,15 121,83 116,04 116,08 118 Dikpora


(20)

No Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(APS) SD/MI (%) 15 Angka Putus Sekolah

(APS) SMP/MTs (%) 0,84 0,84 0,58 0,34 0,35 0,33

Dikpora

16

Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA (%)

0,84 0,60 0,71 0,51 0,50 0,45 Dikpora

17 Angka Kelulusan (AL)

SD/MI (%) 96,4 99,08 100,00 97,63 100 100

Dikpora

18 Angka Kelulusan (AL)

SMP/MTs (%) 89,34 89,17 89,59 86,44 89,46 92

Dikpora

19 Angka Kelulusan (AL)

SMA/SMK/MA (%) 88,13 80,41 96,78 97,84 92,18 94

Dikpora

20

Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs (%)

96,49 109,84 117,08 103,81 103,81 106 Dikpora

21

Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA (%)

90 132,20 143,89 143,57 143,57 145 Dikpora

22 Guru yang memenuhi

kualifikasi S1/D-IV (%) 71,71 76,79 76,86 82,17 77,47 80

Dikpora 23 Rata-RATA nilai

UASBN SD Sederajat 7,39 5,24 5,14 5,3 7,43 7,5

Dikpora

24 Rata-rata nilai UN SMP

Sederajat 5,11 6,42 5,93 5,61 6,21 6,3

Dikpora

25

Rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah (%)

34,1 54,25 50,72 61,28 49,78 52 Dikpora

26 Rasio guru/murid (%) 71,45 58,63 60,27 60,43 89,94 91 Dikpora 27 Rata-RATA nilai UN

SMA /MA 5,24 6,18 4,75 6,46 6,58 6,7

Dikpora

28 Rata-RATA nilai UN

SMK 6,65 6,93 7,49 6,76 6,76 6,9

Dikpora

29 Rasio Ketersediaan

Sekolah Menengah (%) 25,99 34,71 32,86 33,52 33,52 35

Dikpora

30

Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%)

53,38 67,79 74,03 77,62 77,62 80 Dikpora

31

Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%)

75,13 78,83 82,11 82,11 82,10 85 Dikpora

32

Guru SD/MI, SMP/MTs,

SMA/SMK/MA yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%)

71,71 76,79 78,72 81,79 81,79 83 Dikpora

33

Guru SMA/SMK/MA yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV(%)

88,62 85,44 81,19 85,99 85,99 88 Dikpora

34 Rasio APM

perempuan/laki2 di SD 1 0,98 0,98 0,99 1 1

Dikpora

35

Rasio APM

perempuan/laki2 di SMP


(21)

No Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

36

Rasio APM

perempuan/laki2 di SMA

1,04 1,15 1,1 1,14 1,14 1,14 Dikpora Sumber: Dikpora Kota Surakarta, 2014

2)Kesehatan

a) Rasio sarana kesehatan per satuan penduduk

Sarana kesehatan meliputi Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rumah Sakit. Jumlah puskesmas di Kota Surakarta pada tahun 2014 sebanyak 43 unit yang terdiri dari 4 unit puskesmas DTP, 13 unit puskesmas TTP, dan 26 puskesmas pembantu. Sementara itu jumlah rumah sakit sebanyak 12 unit. Diperhitungkan dengan jumlah penduduk, dapat diketahui bahwa Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk sebesar 0,2 per 1000 penduduk. Dibandingkan dengan jumlah kecamatan, dapat diketahui bahwa Cakupan puskesmas sebesar 340%. Apabila dibandingkan dengan jumlah kelurahan, dapat diketahui bahwa cakupan pembantu puskesmas sebesar 50,9%. Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana kesehatan di Kota Surakarta sudah memadai.

b) Rasio Tenaga Kesehatan

Selain sarana kesehatan, faktor penunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah ketersediaan tenaga kesehatan. Rasio dokter per satuan penduduk Kota Surakarta mengalami peningkatan dari tahun 2011-2014. Rasio dokter per satuan penduduk pada tahun 2014 sebesar 1,8 per 1000 penduduk, meningkat dari tahun 2013 sebesar 1,5 per 1000 penduduk.

c) Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu di Kota Surakarta dalam kurun waktu tahun 2011-2013 mengalami kondisi yang fluktuatif, pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 71,35 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun demikian, angka tersebut berada di bawah target MDG’s (82,12 per 100.000 KH). Penyebab kematian ibu di Kota Surakarta mayoritas adalah preeklamsia, dan lainnya karena pendarahan.

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Surakarta antara lain dengan mengintensifkan kelas hamil di 17 Puskesmas Kota Solo. Kelas hamil diberikan sebanyak 14 kali pertemuan guna menekan angka kematian ibu melahirkan. Upaya penurunan kasus kematian ibu juga dilakukan melalui pelayanan pemeriksaan rutin kehamilan. Cakupan pelayanan antenatal (K4) di Kota Surakarta sudah cukup baik. Pada tahun 2014 cakupan pelayanan antenatal (K4) sudah mencapai


(22)

96,58%. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Capaian pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih di Kota Surakarta tahun 2013 telah mencapai 100%, namun pada tahun 2014 capaiannya hanya 94,5%.

d)Angka Kematian Bayi dan Balita

Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Surakarta dari tahun 2011-2014 fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Pada tahun 2014 AKB di Kota Surakarta sebesar 4,79 per 1.000 kelahiran hidup, sedikit meningkat dari tahun 2013 sebesar 3,22 per 1000 KH. Angka Kematian Balita (AKBa) dihitung berdasarkan jumlah kematian balita 0–5 tahun per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA di Kota Surakarta dari tahun 2011-2014 juga fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Pada tahun 2014 AKABA sebesar 0,51 per 1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan tahun 2013 sebesar 4,43 per 1000 KH.

e) Penyakit Menular

Beberapa penyakit menular yang perlu diwaspadai antara lain Tuberculosis (TB), Demam Berdarah (DB), dan HIV/AIDs. Tingkat prevalensi TB di Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 98,6 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB paru sebanyak 1 per 100.000 penduduk, angka ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Jumlah kasus DBD di Kota Surakarta pada tahun 2014 tergolong banyak. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD di Kota Surakarta mencapai 100%. Pemerintah kota telah melakukan beberapa kegiatan, antara lain penyuluhan kepada masyarakat, baik melalui program penyuluhan khusus maupun kampanye kesehatan yang melibatkan kader dan masyarakat, pemantauan jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti pada permukiman dengan capaian angka bebas jentik aedes sebesar 94,11%.

Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun pada tahun 2014 sebesar <2, meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,38. Proporsi penduduk yg terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat antiretroviral sebesar 89%. Sementara itu proporsi penduduk yang memiliki pengetahuan tentang HIV AIDS pada tahun 2014 sebesar 40%. Kondisi ini menunjukkan bahwa perlu upaya penyadaran kepada masyarakat mengenai kesehatan reproduksi remaja.

f) Pemenuhan Gizi

Pemenuhan gizi di Kota Surakarta dapat dilihat dari persentase balita gizi buruk sebesar 0%, Prevalensi balita gizi kurang sebesar 2,58%, Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan sebesar 100%, dan Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) sebesar 79,19%. Persentase Bayi 0-6 bulan


(23)

mendapat ASI Eksklusif. Kondisi ini menunjukkan bahwa perlu ada peningkatan kesadaran ibu untuk memantau perkembangan berat badan balita, dan peningkatan kesadaran ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

g) Kesehatan Lingkungan

Kondisi kesehatan lingkungan di Kota Surakarta perlu ditingkatkan, terlihat dari capaian indikator Cakupan Rumah Sehat sebesar 71,38%, Cakupan Kualitas Air minum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 65,8%, Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat sebesar 90,81%, Persentase tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan (Hotel, Taman, rekreasi dan tempat hiburan, dll) sebesar 95,9%, dan Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebesar 91,31%.

Secara rinci capaian kinerja urusan kesehatan dapat dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.14. Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Kesehatan di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

NO Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 2014 Target 2015 SKPD

1 Angka Kematian Ibu (AKI) 90,15 39,4 59,2 30,21 71,35 50 DKK 2 AKB (per 1.000

Kelahiran Hidup) 6,61 4,7 6,02 3,22 4,79 4 DKK 3 AKABA (per 1.000

Kelahiran Hidup) 1,8 5,34 6,61 4,43 0,51 0,15 DKK

4

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

5

Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

6 Cakupan kelurahan

Siaga Aktif (%) 100 100 100 100 100 100 DKK 7 Cakupan kelurahan

Siaga Aktif (%) 100 100 100 100 100 100 DKK 8 Persentase balita gizi

buruk (%) 0 0 0 0 0 0 DKK

9 Prevalensi balita gizi

kurang (%) 6,59 5,86 3,46 3,72 2,58 5 DKK 10

Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

11

Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) (%)

69,53 72,70 83,60 75,59 79,19 80 DKK 12 Cakupan pelayanan

anak balita (%) - 93,20 93,48 80,47 82,59 90 DKK 13 Persentase Bayi 0-6 bulan mendapat ASI 26,30 42,05 46,07 55,78 67,72 50 DKK


(24)

NO Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Eksklusif (%)

14

Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin (%)

0 0 0 0 0 3,20 DKK

15

Persentase Bayi mendapat kapsul vitamin A (%)

99,80 99,53 100 100 100 100 DKK

16

Persentase Balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A (%)

99,90 99,86 100 100 100 100 DKK

17

Persentase Ibu hamil mendapat 90 tablet besi (%)

93,14 96,35 97,14 97,50 96,74 100 DKK

18 Persentase Ibu hamil yang anemia (%) 10,40 6,13 5,30 6,20 6,80

<40% (target Nasional)

DKK

19

Persentase

kecamatan bebas rawan gizi (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

20 Cakupan Rumah

Sehat (%) 94,83 90,28 91,98 71,71 71,38 75 DKK 21 Angka jentik aedes

(%) 92,5 94,38 95,36 94,95 94,11 95% DKK

22

Cakupan Kualitas Air minum yang

memenuhi syarat kesehatan (%)

48 41,70 56,58 51,10 65,80 80 DKK

23

Cakupan jamban keluarga yang

memenuhi syarat. (%)

83 90,79 93,46 86,85 90,81 85 DKK

24

Persentase tempat umum yang

memenuhi syarat kesehatan (Hotel, Taman, rekreasi dan tempat hiburan, dll) (%)

93 92,33 96,39 94,34 95,90 80 DKK

25

Persentase Hotel yang memenuhi syarat kesehatan

75 75,29 85,57 95,60 91,10 100 DKK

26

Persentase Restoran yang memenuhi syarat kesehatan

98,20 98,20 91,18 96,30 97,14 100 DKK

27

Persentase

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

28

Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).(%)

94,83 90,28 92,49 90,22 91,31 75 DKK

29

Cakupan Desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (%)


(25)

NO Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

30

Tingkat prevalensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

109,5 114 102 121,4 98,60 80 DKK

31

Tingkat kematian karena tuberkulosis (per 100.000

penduduk)

0 0,6 1,2 1,4 1,0 <2 DKK

32

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS

(CDR)(%)

75,57 78,10 70,15 80 62,60 90 DKK

33

Proporsi kasus Tuberkulosis yang berhasil diobati dalam program DOTS (success rate) (%)

90 96,73 94,58 91,13 96 90 DKK

34

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

35

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%)

100 100 100 100 100 100 DKK

36

Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total populasi usia 15-49 tahun (%)

0,16 0,13 0,16 0,38 41 45 DKK

37

Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS (%)

13,5 14,11 22,59 22,57 35 45 DKK

38

Proporsi penduduk yg terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pd obat antiretroviral (%)

94,2 21,40 34,11 36,48 89 90 DKK

39

Angka kejadian malaria per 1.000 penduduk

0 0 0 0 0 0 DKK

40

Persentase Diare KLB dapat ditangani < 24 jam

100 100 100 100 100 100 DKK

41

Acute Flaccid

Paralysis (AFP) Rate (%)

0,86 3,3 2,68 3,5 0,86 >2 DKK 42 Rasio dokter per

satuan penduduk (%) 1,22 1,2 1,28 1,5 1,8 1,5 DKK 43 Cakupan puskesmas

(%) 340 340 340 340 340 340 DKK

44 Cakupan pembantu

puskesmas (%) 50,90 50,90 50,90 50,90 50,90 50,9% DKK 45 Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per 0,2 0,2 0,2 0,18 0,22 0,2 DKK


(26)

NO Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

satuan penduduk (%) 46

Proporsi Puskesmas PONED sesuai standar (%)

23,53 23,53 23,53 23,53 23,53 23 DKK 47 Proporsi Puskesmas

terakreditasi - - - DKK

48

Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk (%)

0,24 0,26 0,26 0,24 0,27 0,27 DKK 49 BOR (Bed Occupancy

Ratio) 64,4 42,08 37,91 36,58 72,20 70 RSUD

50

AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) (%)

4,4 2,22 2,31 3,39

3,2 (baru 6 RS yang masuk)

6 RSUD

51 TOI (Turn Over

Interval) (%) 2,4 3,05 3,05 5,78

1,6 (baru 6 RS yang masuk)

2 RSUD

52

BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran

tempat tidur) (%) 72,3 69,2 59,84 39,78

61,71 (baru 6 RS yang masuk)

70 RSUD

53 NDR (Net Death Rate)

(%) 2,6 2,2 2,2 2,1 2,3 0,05 RSUD

54 Proporsi RS PONEK

(%) 7,69 7,69 15,38 21,43 23,07 30 DKK 55 Proporsi RS

terakreditasi(%) 100 100 100 100 100 100 DKK

56

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan(%)

100 100 100 100 94,50 90 DKK

57 Cakupan kunjungan

bayi(%) 94,58 97,22 97,56 95,50 96,36 90 DKK 58 Cakupan kunjungan

Ibu hamil K4 (%) 94,78 96,55 96,55 97,73 96,58 95 DKK 59 Cakupan pelayanan

nifas (%) 98,35 99,73 99,73 99,85 94,45 90 DKK 60

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani (%)

17,03 100 100 100 19,86 80 DKK

61

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani(%)

72,85 100 100 100 91,99 80 DKK

62 Cakupan pelayanan anak balita (%) 69,63 93,20 93,48 80,47 82,59 90 DKK 63 Cakupan peserta KB

aktif (%) 81,10 83,22 84,27 81,85 80,96 70 DKK

64

Persentase

lingkungan bebas rokok di lingkungan sekolah, tempat kerja, dan tempat umum(%)


(27)

NO Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

65 Posyandu aktif 98,33 100 100 100 100 100 DKK 66

Angka kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup(%)

6,23 4,04 4,24 3,02 3,26 0,75 DKK

67

Persentase anak usia 1 tahun yang

diimunisasi campak (%)

94,58 99,1 97 96,60 97,70 85 DKK

68

Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih(%)

100 100 100 100 100 100 DKK 69 Cakupan pelayanan

Antenatal 99,9 99,96 97,62 97,73 96,58 95 DKK 70 Jumlah kasus baru AIDS 17 18 18 38 47 55 DKK 71 Jumlah kasus baru

HIV 16 15 7 19 18 22 DKK

72

Angka penemuan pasien Tubercolosis BTA positif baru (%)

75,2 75,56 74,55 64,33 62,58 90 DKK

73

Angka keberhasilan pengobatan pasien Tubercolosis (%)

90 95 94,58 89,05 89,2 90 DKK 74 Prevalensi balita

kekurangan gizi (%) 6,59 5,86 3,46 3,72 2,58 5 DKK 75 Prevalensi balita

kekurangan gizi (%) 6,59 5,86 3,46 3,72 2,58 5 DKK

76

Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun ) per 1000

1,58 9,77 10,67 10,26 10,08 DKK

Sumber: DKK Kota Surakarta, 2014 3)Pekerjaan Umum

Pembangunan pada urusan pekerjaan umum mencakup jalan dan jembatan, drainase, dan air bersih. Jaringan jalan menjadi bagian dari sebuah jaringan transportasi darat yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan masyarakat. Kategori jalan di Kota Surakarta terbagi atas 3 jenis, yaitu: Jalan Negara sepanjang 13,15 Km, Jalan Provinsi sepanjang 16,33 Km, dan Jalan Kota sepanjang 676,56 km. Persentase jalan kota dalam kondisi baik pada tahun 2014 sebesar 72,00% (Kondisi Jalan Rusak 28%). Sementara itu panjang jembatan kota dalam kondisi baik sebesar 87,00%. Sebagai kota yang sangat padat kendaraan, kondisi jalan kota tentunya perlu ditingkatkan kualitasnya, sehingga jumlah jalan rusak bisa berkurang. Untuk mendukung hal tersebut, perlu pula ditingkatkan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kebinamargaan karena capaiannya masih rendah.

Kondisi drainase di Kota Surakarta juga masih menjadi permasalahan yang perlu dipecahkan karena masih terjadinya banjir dan jalan yang tergenang. Hal ini dipengaruhi kondisi


(28)

drainase yang kurang baik. Persentase drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat pada tahun 2014 sebesar 60,00%. Pembangunan/rehabilitasi turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota sebesar 60% (kondisi kurang baik 40%). Untuk mengatasi hal tersebut tentunya diperlukan upaya pembangunan, perbaikan/ rehabilitasi, dan perawatan saluran drainase dan turap/talud.

Pemenuhan sarana air bersih dan sanitasi di Kota Surakarta sampai dengan tahun 2014 tergolong baik, terlihat dari cakupan Air Minum Perkotaan sebesar 93,23%, dan cakupan Sanitasi sebesar 97,00%. Dalam rangka menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi, tentunya perlu ditingkatkan pembangunan sarana sanitasi dan air bersih.

Pencapaian kinerja urusan pekerjaan umum dengan mendasarkan beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.15. Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pekerjaan Umum di Kota Surakarta Tahun 2011-2014

No Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Panjang jalan Kota dalam kondisi baik (%)

60,00 63.00 68.00 69.00 72.00 75,00 DPU 2. Rumah Tangga

berSanitasi (%) 80,0 85,0 87,0 96,10 97,32 98,00 DPU 3. Kawasan

Kumuh (%) 8,5 8,0 7,5 7,0 6,26 6,00 DPU

4. Rumah tangga pengguna air bersih (%)

70,0 75,0 80,0 80,97 93,23 94,00 DPU 5. Drainase dalam

kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat

70,00 75,00 78,00 80,00 60.00 70,00 DPU

6. Turap /talud di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota dalam kondisi baik (%)

55 55.00 60.00 60.00 60.00 70,00 DPU

7. Panjang

jembatan kota dalam kondisi baik (%)

90,00 92.83 96.00 90.00 87.00 90,00 DPU

8. Persentase pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kebinamargaan

25,00 25,00 25,00 30,00 30,00 60,00 DPU


(29)

No Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

wilayah bebas banjir

10. Tersedianya pedoman Harga Standar

Bangunan Gedung Negara di

kabupaten/kota.

ada ada ada ada ada Ada DPU

11. Cakupan Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU

91,5 92,00 92,50 93,00 93,80 94,00 96,00

Sumber: DPU Kota Surakarta, 2014 4) Perumahan Rakyat

Jumlah penduduk yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan jumlah kebutuhan perumahan. Kondisi perumahan di Kota Surakarta sudah relatif baik, pemerintah meningkatkan kualitas hunian melalui program peningkatan rumah tidak layak huni. Program tersebut menunjukan hasil yang cukup baik dimana terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki rumah tidak layak huni. Cakupan rumah layak huni di Kota Surakarta pada tahun 2014 mencapai 96,03%, meningkat dari tahun 2013 sebesar 95%. Permasalahan yang masih perlu ditangani adalah Kawasan kumuh dengan luasan sebesar 6,2%.

Selain itu pemenuhan kebutuhan pemakaman juga permasalahan yang harus dihadapi, ditandai rasio Tempat Pemakaman Umum per satuan penduduk sebesar 42. Pelaksanaan Perda No.10 Tahun 2011 tentang Pemakaman belum efektif, khususnya pasal 21 yang mengatur tentang Makam tumpuk dan pasal 17 dan pasal 18 yang mengatur tentang ijin penggunaan tanah makam untuk jangka waktu 5 tahun, dan dapat diperpanjang setiap 3 tahun.

Pencapaian kinerja urusan perumahan dengan mendasarkan beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.16. Pencapaian Kinerja Urusan Perumahan di Kota Surakarta Tahun 2011-2014

No Indikator Capaian Target SKPD

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Kawasan Kumuh (%) 8,5 8,0 7,5 7,0 6,26 6,00 DPU 2 Rumah layak huni (%) - 99,10 95,34 96 96,03 97,00 DPU 3 Cakupan layanan

rumah layak huni yang terjangkau (%)

- 0,00 9,34 95,00 96,03 97,00 DPU 4 Rasio Tempat

Pemakaman Umum per satuan penduduk

- 58,6 54 49,9 42,2 38 DKP Sumber: DPU dan DKP Kota Surakarta, 2014


(30)

5)Penataan Ruang

Penataan ruang di Kota Surakarta bertujuan untuk mewujudkan kota sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga. Kota Surakarta telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012. Setelah Perda tersebut disahkan kemudian ditindak lanjuti dengan penyusunan review RDTRK BWK I–VI. Pada tahun tahun 2013 sebanyak 6 dokumen RDTRK telah disesuaikan dengan RTRW terbaru.

Dalam kurun waktu 2011-2014 penataan koridor utama dan kawasan strategis di Kota Surakarta belum maksimal. Koridor yang sudah tertata selama 2011-2014 sebanyak 10 koridor yaitu: Jalan Perintis kemerdekaan, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan RE Martadinata, Jalan Bhayangkara, Koridor Brengosan, Citywalk Purwosari, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Musium, untuk Jalan Kartini pada tahun 2015. Perencanaan dan pemanfaatan ruang serta pembangunan prasarana antara wilayah Solo Utara dan Solo Selatan belum terlaksana. Di Kota Surakarta banyak bangunan yang tidak berijin dan tidak sesuai peruntukan. Hingga tahun 2014, yang sudah terdata baru 6 kelurahan dan 2 segmen jalan. Kondisi beberapa dokumen perencanaan tidak seimbang dengan dinamika perkembangan kota, yang sudah tersusun adalah RTBL sebanyak 4 kawasan.

Pencapaian kinerja urusan penataan ruang dengan mendasarkan beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.17. Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Penataan Ruang di Kota Surakarta Tahun 2011-2014

No Indikator Capaian Target SKPD

2011 2012 2013 2014 2015

1. Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah

kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan serta digital. (%)

- ada ada ada ada Bappeda

2. Perda RDTRK - - - Bappeda

3. Jumlah Produk Rencana rinci tata ruang berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan


(31)

No Indikator Capaian Target SKPD

2011 2012 2013 2014 2015

(RTBL)

4. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan

- - - DTRK

5. Ruang publik yang berubah peruntukannya

- - - DTRK

6. Jumlah koridor utama dan

kawasan strategis di Kota Surakarta yang telah tertata

- - - 10 - DTRK

Sumber: DTRK Kota Surakarta, 2014

6)Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan daerah. Kebijakan dan regulasi perencanaan pembangunan daerah mengalami beberapa perubahan seiring dengan penetapan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Terdapat perubahan nomenklatur dan kewenangan yang dimiliki pada masing-masing urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Tentunya hal ini akan mempengaruhi penentuan prioritas pembangunan daerah.

Beberapa hal yang cukup mendesak untuk dilakukan adalah pemenuhan beberapa dokumen perencanaan pembangunan daerah seiring dengan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surakarta yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015. Tentunya diperlukan penyusunan dokumen RPJMD Kota Surakarta, dan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD sebagai dokumen perencanaan jangka menengah. Peningkatan kapasitas aparatur perencana tentunya sangat penting dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas dokumen perencanaan tersebut, baik sinergitas dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi, maupun sinergitas dengan dokumen perencanaan di tingkat kota. Beberapa perencanaan sektoral/multi sektor juga perlu disusun karena masa berlakunya telah berakhir, seperti Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).

Pencapaian kinerja urusan perencanaan pembangunan dengan mendasarkan beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.18. Pencapaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta Tahun 2011-2014

No Indikator Capaian Target

2015 SKPD

2010 2011 2012 2013 2014

1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn


(32)

No Indikator Capaian Target

2015 SKPD

2010 2011 2012 2013 2014

PERDA 2. Tersedianya

Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

Ada ada ada ada ada

Tidak ada (Ranca

ngan Awal)

Bappeda

3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA

Ada ada ada ada ada Ada Bappeda

4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD (%)

- - 82.80 72.69 ada 64,71 Bappeda Sumber: Bappeda Kota Surakarta, 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sinergitas program RPJMD dengan RKPD perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan kualitas dokumen RPJMD tahun 2010-2015 yang masih kurang. Oleh karena itu peningkatan kualitas dokumen RPJMD periode selanjutnya perlu dilakukan sehingga dapat dijabarkan kedalam RKPD secara konsisten dan berkelanjutan. 7)Perhubungan

Sistem transportasi darat sangat dipengaruhi oleh keberadaan jaringan jalan, kondisi sarana transportasi umum, dan sarana transportasi pribadi yang digunakan masyarakat. Sistem transportasi di Kota Surakarta menghadapi permasalahan kenaikan jumlah kendaraan bermotor plat AD Kota Surakarta yang sangat tinggi. Lalu lintas harian rata-rata total sebesar 2.500.000 kendaraan bermotor setiap hari.

Beberapa dampak peningkatan kepadatan kendaraan akan dirasakan apabila tidak diantisipasi dengan baik. Kepadatan lalu lintas di setiap simpang, lokasi CBD, perlintasan sebidang dan jalan kota kemungkinan akan bertambah atau antrian menjadi panjang. Kecelakaan lalu lintas juga dapat dimungkinkan terjadi. Selain itu, on streat parking (parkir di tepi jalan umum) sudah tidak tertampung mengakibatkan beberapa kendaraan parkir ditempat larangan. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor juga sudah diambang batas, tentu mempengaruhi kesehatan.

Angkutan umum massal yang aman dan nyaman menjadi salah satu solusi untuk mengurangi jumlah kendaraan yang melaju di jalan. Ketersediaan angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kabupaten/Kota pada tahun 2014 sebanyak 2.045 unit. Rasio ketersediaan angkutan kota pada tahun 2014 sebesar 46/320. Jumlah pengguna angkutan umum terjadi penurunan, terlihat dari jumlah orang yang melalui terminal per tahun 16.211.241


(33)

orang pada tahun 2014. Salah satu sarana yang perlu disediakan dalam pelayanan angkutan adalah halte BST. Ketersediaan halte BST di kota surakarta baru mencapai sebesar 40% pada tahun 2014. Kondisi ini menunjukkan bahwa diperlukan pembangunan halte BST agar memenuhi kebutuhan.

Upaya pengujian kelayakan kendaraan dan uji emisi dilakukan guna memastikan kelayakan kendaraan umum dan mencegah polusi udara di Kota Surakarta. Kepemilikan KIR angkutan umum di Kota Surakarta pada tahun 2014 sebesar 88,16%. Lama pengujian kelayakan angkutan umum rata-rata membutuhkan waktu 45 menit. Persentase kendaraan umum yang memenuhi ambang batas emisi gas buang (Lulus uji emisi) sebesar 80%. Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pelayanan kelayakan kendaraan adalah keberadaan gedung dan alat uji kendaraan bermotor.

Manajemen lalu lintas dan pemenuhan sarana lalu lintas sangat diperlukan untuk mencegah kecelakaan di jalan raya. Ketersediaan rambu-rambu lalu lintas di Kota Surakarta pada tahun 2014 sebanyak 1.937 unit, marka jalan 432.545 unit, dan penerangan jalan umum 16.572 unit. Beberapa titik masih rawan kecelakaan sehingga diperlukan penyediaan rambu maupun marka jalan.

Pencapaian kinerja urusan perhubungan dengan mendasarkan indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.19. Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Perhubungan di Kota Surakarta Tahun 2010-2014

No Indikator Capaian Target

2015 SKPD

2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah Terminal Bis 1 1 1 1 1 1 Dishub

2 Tersedianya terminal angkutan

penumpang pada setiap

Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek (%)

100 100 100 100 100 100 Dishub

3 Jumlah kasus pelanggaran lalu lintas

- 205 205 140 140 140 Dishub 4 Tersedianya unit

pengujian kendaraan bermotor bagi

Kabupaten/ Kota yang memiliki populasi kendaraan wajib uji

Perhubungan Bermotor minimal 4000 (empat ribu) kendaraan wajib uji.

1 1 1 1 1 1 Dishub

5 Rasio ketersediaan angkutan kota

694/ 54800

694/ 54800

670/ 54800

670/ 54800

46/320 59/320


(34)

No Indikator Capaian Target

2015 SKPD

2010 2011 2012 2013 2014

6 Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan

Kabupaten/Kota

2139 2139 2100 2045 2045 2065 Dishub

7 Jumlah orang melalui terminal per tahun 18.33 1.299 17.63 3.503 17.63 3.503 17.96 3.961 16.211. 241 16.211.2

41 Dishub 8 Rasio ijin trayek 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 Dishub 9 Jumlah uji KIR

angkutan umum

1587 1724 1705 1746 1803 1821

Dishub 10 Kepemilikan KIR

angkutan umum

74,2 80,60 %

81,20 %

85,40 %

88,16 88,18

Dishub 11 Lama pengujian

kelayakan angkutan umum (KIR)

45’ 45’ 45’ 45’ 45’ 45’

Dishub 12 Biaya pengujian

kelayakan angkutan umum JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 JBB 2100 : Rp.30 .000, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 35.00 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 40.00 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp.45 .000, JBB 15000 ke atas : Rp.50 .000, Gand engan : Rp 45.00 0, Temp elan : Rp. 45.00 0 JBB 2100: Rp 30.000, JBB 2101 s/d 3500: Rp 35.000, JBB 3501 s/d 8000: Rp 40.000, JBB 8001 s/d 15000: Rp 45.000, JBB 15000: ke atas Rp 50.000, Gsnden gan: Rp 45.000, Tempel an: Rp 45.000 JBB 2100: Rp 30.000, JBB 2101 s/d 3500: Rp 35.000, JBB 3501 s/d 8000: Rp 40.000, JBB 8001 s/d 15000: Rp 45.000, JBB 15000: ke atas Rp 50.000, Gsndeng an: Rp 45.000, Tempela n: Rp 45.000 Dishub

13 Persentase


(1)

Gambar 2.12 Perkembangan Pengeluaran per Kapita Kota Surakarta dan Jawa Tengah Tahun 2010-2013.

Dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Tengah, pengeluaran per kapita penduduk Kota Surakarta juga merupakan yang tertinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Kota Surakarta secara umum tertinggi di Jawa Tengah.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014

Gambar 2.13 Perbandingan Pengeluaran per Kapita Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2013

b.Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur 1)Perhubungan

Kondisi jalan di Kota Surakarta sebagian dalam kondisi baik. Jalan Negara sepanjang 13,15 Km, Jalan Provinsi sepanjang 16,33 Km, dan Jalan Kota sepanjang 676,56 km. Persentase jalan kota dalam kondisi baik pada tahun 2014 sebesar 72,00 persen (kondisi jalan rusak 28%). Sistem transportasi di Kota Surakarta menghadapi permasalahan kenaikan jumlah kendaraan bermotor plat AD Kota Surakarta yang sangat tinggi. Lalu lintas harian rata-rata total sebesar 2.500.000 kendaraan bermotor setiap hari.


(2)

Ketersediaan angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kabupaten/Kota pada tahun 2014 sebanyak 2.045 unit. Rasio ketersediaan angkutan kota pada tahun 2014 sebesar 46/320. Jumlah pengguna angkutan umum terjadi penurunan, terlihat dari jumlah orang yang melalui terminal per tahun 16.211.241 orang pada tahun 2014. Ketersediaan halte BST di kota surakarta baru mencapai sebesar 40 persen pada tahun 2014. Kondisi ini menunjukkan bahwa diperlukan pembangunan halte BST agar memenuhi kebutuhan.

2)Fasilitas Penunjang

Salah satu unsur penunjang pembangunan adalah adanya perbankan. Jasa perbankan di Kota Surakarta dilayani oleh 38 kantor bank yang ada. Bank tersebut terdiri atas bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik pemerintah daerah, dan bank milik swasta asing. Jumlah bank milik pemerintah berjumlah 4 unit, kemudian bank milik pemerintah daerah ada 1 unit, bank milik swasta nasional ada 30 unit, dan bank milik swasta asing ada 3 unit.

Fasilitas hotel juga menunjang perkembangan perekonomian di Kota Surakarta. Hotel ini akan memfasilitasi pengunjung dari luar kota yang akan melakukan kegiatan bisnis, wisata dan lain-lain. Jumlah hotel di Kota Surakarta pada tahun 2013 mencapai 149 buah yang terdiri dari hotel berbintang, hotel melati, hingga home Stay. Selain hotel, tersedia pula restoran sebanyak 30 unit, dan rumah makan sebanyak 277 unit.

3)Penggunaan Air Bersih

Pemenuhan sarana air bersih dan sanitasi di Kota Surakarta sampai dengan tahun 2014 tergolong baik, terlihat dari cakupan Air Minum Perkotaan sebesar 93,23%, dan cakupan sanitasi sebesar 97,00%. Dalam rangka menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi, tentunya perlu ditingkatkan pembangunan sarana sanitasi dan air bersih.

c.Fokus Iklim Berinvestasi 1)Angka Kriminalitas

Sebagai kota besar, Surakarta tentu tidak lepas dari permasalahan keamanan dan ketertiban yang harus dihadapi. Salah satu permasalahan yang harus diminimalisir adalah angka kejahatan. Kejadian kriminalitas yang terjadi selama tahun 2013 kondisinya meningkat daripada tahun sebelumnya. Angka kriminalitas di Kota Surakarta tercatat pada tahun 2014 sebanyak 216 kasus. Angka kriminalitas yang tertangani pada tahun 2013 sebanyak 87 kasus.


(3)

2)Perijinan

Pelayanan perijinan dilayani oleh Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu. Jenis ijin yang dilayani yaitu pendaftaran penanaman modal, ijin prinsip penanaman modal, ijin usaha penanaman modal, tanda daftar perusahaan, dan surat ijin usaha perdagangan.

d. Fokus Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2012 paling banyak adalah lulusan SMA, namun trendnya menurun dalam 5 tahun terakhir. Kelompok usia yang trendnya menurun selain lulusan SMA adalah penduduk dengan pendidikan SMP. Adapun yang trendnya meningkat yaitu penduduk lulusan SMK, SD, dan lulusan S1-S3. Sedangkan lulusan akademi trendnya stabil meskipun angka terakhir menunjukkan peningkatan. Rasio penduduk lulusan S1-S3 pada tahun 2012 masih rendah. Dari total penduduk yang berjumlah 500.171 jiwa, baru 5,84 persen yang berpendidikan S1-S3.

Sumber Daya Manusia di Kota Surakarta cukup baik dengan tingginya usia produktif yang siap untuk bekerja. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk usia 15-64 pada tahun 2014 adalah 390.869 jiwa, yang jika dibandingkan dengan penduduk usia non produktifnya sebanyak 161.781 jiwa maka dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 39,9 persen.

Tabel 2.46. Komposisi Sumber Daya Manusia di Kota Surakarta Tahun 2011-2014

No Usia (tahun) Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 Jumlah penduduk <15 thn dan >64 thn

79.591 82.190 161.781 2 Jumlah penduduk usia

15-64 thn 193.447 197.422 390.869

3 Dependency ratio 41,14 41,63 41,39 Sumber: Dispendukcapil Kota Surakarta, 2014

B. Hasil Evaluasi RPJMD Tahun 2010-2015 sampai dengan Tahun 2014

Berdasarkan analisis hasil capaian misi pembangunan daerah Kota Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan capaian indikator makro diketahui prestasi pembangunan daerah Kota Surakarta hasil yang dicapai termasuk sangat baik. Hal ini terutama terkait dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diketahui besarnya nilai IPM (2013) sebesar 79,1 tertinggi di Jawa Tegah. Capaian hasil pembangunan berdasarkan kesetaraan gender menunjukkan peningkatan yang baik, hal ini diketahui dari tingginya nilai IPG (2012) sebesar 76,76


(4)

dan IDG (2012) sebesar 77,56 tertinggi di Jawa Tengah. Hal ini didukung pula dengan meningkatkanya rata-rata kesejahteraan masyarakat masyarakat diketahui dari besarnya PDRB per kapita (ADHK tahun 2000) sebesar Rp12,15 juta pada tahun 2013, termasuk rata-rata pendapatan per kapita tertinggi di Jawa Tengah. Namun terdapat hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan pembangunan daerah di tahun mendatang, antara lain masih cukup tingginya jumlah penduduk miskin (2013) sebesar 11,74%, tingkat pengangguran terbuka (2013) sebesar 7,18%, peningkatan keterampilan pencari kerja dan pengembangan wirausaha baru dalam masyarakat.

2. Capaian Misi ke 1, secara umum tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan dalam RPJMD. Namun terdapat kendala dalam pencapaian pembentukan BUMM sebanyak 8 unit dari 51 unit (14,55%).

3. Capaian Misi ke 2, secara umum telah dicapai dengan baik, terutama dalam melestarikan dan mengembangkan Budaya Jawa sebagai daya tarik wisata di Kota Surakarta sehingga dikenal secara regional dan internasional. Kota Surakarta pada tahun 2010 mendapatkan penghargaan Kota Terfarorit Wisatawan 2010 dari Indonesia Tourist Award.

4. Capaian Misi ke 3, secara umum diketahui telah berhasil dalam melestarikan aset Budaya Jawa baik yang bersifat bendawi (tangible) maupun tak benda (intangible) berdasarkan Perpres No. 78 Tahun 2007 tentang Konvensi Perlindungan Warisan Budaya dan Kota Surakarta telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Cagar Budaya. Penataan wajah kota dengan aksentuasi Budaya Solo telah dilaksanakan dengan baik, sehingga masyarakat luas lebih mengenal baik aksen Jawa di tempat-tempat publik sdi seluruh penjuru Kota Surakarta.

5. Capaian Misi ke 4. secara umum upaya peningkatan pendidikan di Kota Surakarta cukup berhasil, rata-rata lama sekolah penduduk Kota Surakarta sebesar 10-11 tahun tertinggi di Jawa Tengah, meningkatnya akses pendidikan berkeadilan gender. Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah peningkatan peran serta dunia usaha dalam pendanaan dan pengembangan pendidikan melalui CSR secara berkelanjutan, baik pendidikan formal mapun pendidikan non formal serta kecakapan hidup (life skills).

6. Capaian Misi ke 5. Pada umumnya capaian misi ke lima, terutama terkait kesehatan telah baik, terutama penyediaan sarana-prasarana, sumberdaya manusia serta pelayanan kesehatan. Namun dalam hal menurunkan AKI dan AKB, angka kesakitan penyakit Tuberculosis (TB), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan HIV/AIDs, serta dukungan dunia usaha untuk fasilitasi kesehatan melalui CSR perlu ditingkatkan.

7. Capaian Misi ke 6. Dalam hal peningkatan akses ke lapangan kerja, upaya menciptakan wirausaha baru, pelatihan keterampilan UMKM dan membangun jejaring produk unggulan lokal telah dapat


(5)

dilaksanakan dengan baik. Namun fasilitilasi UMKM, industri kreatif dalam kemitraan usaha dengan pengusaha menengah dan besar masih perlu mendapatkan perhatian.

8. Capaian Misi ke 7. Dalam hal membuka akses lapangan kerja dengan iklim investasi yang semakin kondusif telah terselenggara dengan baik. Pemerintah Kota Surakarta menyediakan pelayanan perijinan secara terpadu melalui KPPT, penyediaan sistem Simpedal, kemudahan pelayanan perijinan secara on-line, dan pelayanan di tingkat kecamatan. Kota Surakarta dalam pelayanan perijinan telah mendapatkan penghargaan pelayanan publik dari Presiden RI.

9. Capaian Misi ke 8. Dalam hal peningkatan sarana dan prasarana perkotaan, pelayanan air bersih, penuntasan RTLH, mengurangi kawasan kumuh dan penataaan sarana-prasarana dapat terselenggara cukup baik. Bahkan Kota Surakarta mendapatkan Penghargaan Nasional dalam Pelayanan Perkotaan dari Menteri Dalam Negeri pada tahun 2014 dan Penghargaan Penataan Ruang Nasional pada tahun 2010. Namun dalam hal pemugaran RTLH, penataan prasarana-sarana utilitas, perbaikan dan penataan pemukiman kumuh dan penanggulangan banjir perlu mendapatkan perhatian.

10. Capaian Misi ke 9. Dalam hal pengembangan brand image Kota Surakarta, penataan kawasan wisata, budaya dan perdagangan telah terselenggara dengan baik. Kota Surakarta telah dikenal sebagai Kota Terfavorit Wisatawan (tahun 2010), Kota Surakarta meraih Best City Award Asia Tenggara dari Asosiasi Kerjasama Pemerintah Kota di ASEAN (tahun 2012).

Berdasarkan hasil penilaian dan analisis capaian kinerja RPJMD Kota Surakarta tahun 2010-2015, dapat diambil beberapa rekomendasi kebijakan dalam penyusunan RKPD tahun 2016 sebagai berikut:

1. Perlunya peningkatan koordinasi dan penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan daerah implementasi program-program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara terpadu antar SKPD secara sinergis dan mengarah pada penurunan jumlah penduduk miskin dan pemberdayaan masyarakat berbasis gender. 2. Peningkatan perbaikan sarana prasarana dan manajemen pasar

tradisional, dan penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

(PKL), “pedagang pasar krempyeng“ sehingga dapat menggerakkan perekonomian rakyat dan menyerap tenaga kerja.

3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah dengan dunia dalam pengalokasian pendanaan pendidikan dan kesehatan melalui CSR secara berkelanjutan, baik pendidikan formal, non formal dan life skills (kecakapan hidup) terutama bagi pencari kerja dan ibu RT.

4. Upaya secara terpadu dalam rangka penurunan AKI, AKB, dan angka kesakitan penyakit Tuberculosis (TB), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan HIV/AIDs melalui pendekatan partisipatif bersama masyarakat, kerjasama dengan SKPD, rumah sakit


(6)

swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan kalangan dunia usaha di tingkat kelurahan dan kelompok-kelompok masyarakat.

5. Peningkatan kesadaran ibu untuk memantau perkembangan berat badan balita, peningkatan kesadaran ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif dan perilaku hidup sehat (PHBS) di lingkungan dan kelompok masyarakat.

6. Peningkatan kesempatan kerja, peningkatan pelatihan pencari kerja melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan keterampilan dalam rangka mengurangi pengangguran melalui pelatihan dan magang kerja di perusahaan.

7. Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDA) perlu ditingkatkan, salah satunya dengan pengembangan inkubator bisnis dan teknologi (IBT) melalui lembaga pendidikan dan pelatihan (kursus), pendidikan dan pelatihan (diklat) di Solo Techno Park (STP) dan lain-lain.

8. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perkotaan perlu ditingkatkan, terutama terkait dengan pengurangan kawasan kumuh, peningkatan sarana sanitasi dan drainase, penanganan kerusakan jalan dan jembatan, penanganan persampahan, peningkatan taman sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), penyediaan sarana transportasi dan lalu lintas, serta pemerataan sarana dan prasarana perkotaan mendukung akselerasi pembangunan terutama di Kota Surakarta Wilayah Utara.

9. Perlunya merumuskan indikator kinerja pembangunan daerah dengan baik dalam RKPD maupun RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2020 mendatang, agar dapat dapat diperhitungkan kinerja secara kuantitatif pencapaian masing-masing indikator, tujuan dan sasaran serta program pembangunan, sehingga memudahkan dapat diketahui perkembangan dan memudahkan dalam proses evaluasi. 10.Perlunya setiap indikator kinerja dirumuskan definisi operasional

dengan perhitungan pencapaiannya sehingga setiap akhir tahun dapat diketahui hasil-hasil capaian dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Demikian pula dapat diketahui SKPD penanggung jawab urusan yang melaksanakannya.