Peningkatan minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui penerapan Storytelling dengan media wayang pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.
PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Fransiska Wening Panitis Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif dalam upaya memperbaiki praktik pendidikan dan meningkatkan mutu pembelajaran yang ada. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus hanya satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x50 menit. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi, skala minat, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco dengan jumlah 34 siswa. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian melalui pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah minat siswa. Minat siswa pada kondisi awal, skor minat siswa adalah 72,09. Pada siklus I skor minat siswa menjadi 75,20, pada siklus II menjadi 74,55 dan pada siklus III menjadi 77,81. Dari hasil uji t, peningkatan minat dari kondisi awal dan siklus I menunjukkan signifikasi 0,024<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang mengalami peningkatan secara signifikan. Pada uji t minat siswa siklus I dan siklus II menunjukkan signifikasi 0,377>0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pada siklus II dan siklus III menunjukkan signifikasi 0,038<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang sudah. mengalami peningkatan secara signifikan.
Kata kunci: minat, storytelling, dan media wayang.
vii
(2)
viii
INCREASE OF LEARNING INTEREST IN JOINNING EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF PERSONALITY BEHAVIOUR DEVELOPMENT BY
IMPLEMENTING STORYTELLING METHODE USING WAYANG PERFORMING MEDIA FOR STUDENTS GRADE VIII OF SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
ACADEMIC YEAR 2012/2013
Fransiska Wening Panitis Sanata Dharma University
2013
This research is an action research of guidance and counceling implementation. The research is a reflective research aimed to enrich practical application of education and increase the quality of existing learning process. The research was done in three cycles inwhere each cycle had only one meeting time and needed 50 minutes. Every cycle consisted of planning, implementation, observation and reflection. The technique of getting data in this research were observation, interest clasification, and interview. The data which were collected then analyzed by descriptive and quantitative methode.
The research was done in SMP Joannes Bosco Yogyakarta. The population of this research were 34 students of grade VIII. The research aimed to increase learning interest of students in joinning the activity of behaviour development program by implementing story telling methode using wayang performing media.The result of this research were improvement of learning interest.
The score of learning interest at previous condition for 34 students was 72,09. The score of learning interest at the first cycle became 75,20. Then score of learning interest at second cycle was 74,55 and became 77,81 at the third cycle condition. The result of t test methode from previous condition to the first cycle indicated significant increase in learning interest for about 0,024<0,05, it meant that the students interest were significant increased to join school extracurricular activities for developing personality behaviour. Result of t test methode from the first cycle to second cycle condition indicated that learning interest of students were about 0,377>0,05, it meant that students interest were not significant increased. The next result of t
test methode from the second cycle to the third cycle condition indicated significant increase in learning interest for about 0,038<0,05, this meant the interest to join extracurricular activities for developing personality behaviour were more significant increased.
Key words : interest, storytelling, wayang performing media
(3)
PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Fransiska Wening Panitis 091114012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
i
(4)
ii
(5)
iii
(6)
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)
Orang yang menyerah sebelum mencoba dan berusaha adalah orang yang gagal.
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingiku
2. Kedua orangtuaku tercinta (Bapak A. Bambang Sasongko, S.E., M.Pd dan
Ibu V. Rina Herawati)
3. Adikku tersayang (Victoria Gilangsih Kinanthi)
4. Dosen Pembimbing (Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si)
5. Sahabat-sahabatku terkasih
6. Teman-teman Prodi BK USD angkatan 2009
Terimakasih atas semangat, dorongan, bantuan dan doa dalam penyelesaian skripsiku ini.
iv
(7)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 September 2013
Penulis
v
(8)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fransiska Wening Panitis
NIM : 091114012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 13 September 2013
Yang menyatakan,
Fransiska Wening Panitis
vi
(9)
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG SISWA KELAS VIII SMP
JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Fransiska Wening Panitis Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif dalam upaya memperbaiki praktik pendidikan dan meningkatkan mutu pembelajaran yang ada. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus hanya satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x50 menit. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan observasi, skala minat, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco dengan jumlah 34 siswa. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian melalui pelaksanaan metode storytelling
dengan media wayang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah minat siswa. Minat siswa pada kondisi awal, skor minat siswa adalah 72,09. Pada siklus I skor minat siswa menjadi 75,20, pada siklus II menjadi 74,55 dan pada siklus III menjadi 77,81. Dari hasil uji t, peningkatan minat dari kondisi awal dan siklus I menunjukkan signifikasi 0,024<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling
dengan media wayang mengalami peningkatan secara signifikan. Pada uji t minat siswa siklus I dan siklus II menunjukkan signifikasi 0,377>0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pada siklus II dan siklus III menunjukkan signifikasi 0,038<0,05 yang berarti bahwa minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian melalui penerapan storytelling dengan media wayang sudah. mengalami peningkatan secara signifikan.
Kata kunci: minat, storytelling, dan media wayang.
vii
(10)
ABSTRACT
INCREASE OF LEARNING INTEREST IN JOINNING
EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF PERSONALITY BEHAVIOUR DEVELOPMENT BY IMPLEMENTING STORYTELLING METHODE USING WAYANG PERFORMING MEDIA FOR STUDENTS GRADE VIII
OF SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2012/2013
Fransiska Wening Panitis Sanata Dharma University
2013
This research is an action research of guidance and counceling implementation. The research is a reflective research aimed to enrich practical application of education and increase the quality of existing learning process. The research was done in three cycles inwhere each cycle had only one meeting time and needed 50 minutes. Every cycle consisted of planning, implementation, observation and reflection. The technique of getting data in this research were observation, interest clasification, and interview. The data which were collected then analyzed by descriptive and quantitative methode.
The research was done in SMP Joannes Bosco Yogyakarta. The population of this research were 34 students of grade VIII. The research aimed to increase learning interest of students in joinning the activity of behaviour development program by implementing story telling methode using wayang performing media.The result of this research were improvement of learning interest.
The score of learning interest at previous condition for 34 students was 72,09. The score of learning interest at the first cycle became 75,20. Then score of learning interest at second cycle was 74,55 and became 77,81 at the third cycle condition. The result of t test methode from previous condition to the first cycle indicated significant increase in learning interest for about 0,024<0,05, it meant that the students interest were significant increased to join school extracurricular activities for developing personality behaviour. Result of t test methode from the first cycle to second cycle condition indicated that learning interest of students were about 0,377>0,05, it meant that students interest were not significant increased. The next result of t test methode from the second cycle to the third cycle condition indicated significant increase in learning interest for about 0,038<0,05, this meant the interest to join extracurricular activities for developing personality behaviour were more significant increased.
Key words : interest, storytelling, wayang performing media
viii
(11)
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas rahmat dan karuniaNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini berjudul “Peningkatan Minat Mengikuti Ekstrakurikuler Pengembangan Kepribadian Melalui Penerapan Storytelling Dengan Media Wayang Pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan tidak hanya dari usaha dan kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu, membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Ag. Noranisah Safriatun, S. Ag selaku Kepala Sekolah SMP Joannes Bosco
Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Laurentia Vonny Tunjung Sari, S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
ix
(12)
5. Siswa-siswi kelas VIII SMP Joannes Bosco Yoyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang telah bersedia menjadi subjek dan membantu penulis dalam proses pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi, dorongan
dan doa kepada penulis.
7. Stefanus Pryatmoko selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan skripsi.
8. Partner yang setia membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini (Agil Baroto Sutji).
9. Sahabat-sahabatku (Aldian Putranto, Clara Iyud, Agnes Lis Aviani, Desak Made, Arista Abria, Marianus Doni, Henricus Dimas Frandy, Aris Dharma, Teresia Astyatika) yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan motivasi kepada penulis.
10.Teman-temanku (Dendy Setyadi, Stefanus Sadtya, Florentina, Andreas Rian, Dedy Setiawan, Wiratama Rahman, Ediana Prima) yang telah bersedia membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2009 yang telah memberikan kontribusi positif bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini. Oleh karena itu, sumbang saran dari pembaca, sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 13 September 2013 Penulis
Fransiska Wening Panitis
x
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………..
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….
HALAMAN PENGESAHAN………
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………...
ABSTRAK………..
ABSTRACT………
KATA PENGANTAR………
DAFTAR ISI………...
DAFTAR TABEL………...
DAFTAR GRAFIK……….
DAFTAR GAMBAR………..
DAFTAR LAMPIRAN………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………... B. Rumusan Masalah………... C. Tujuan Penelitian………
E. Definisi Operasional………... D. Manfaat Penelitian………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
xvii
1 5 5 5 7
xi
(14)
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori
1. Hakikat Minat
a. Pengertian Minat………. b. Macam-Macam Minat……… c. Ciri-ciri Minat………. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat………. e. Aspek-Aspek Minat………
2. Bercerita (Storytelling)
a. Pengertian Storytelling………... b. Manfaat Penggunaan Metode Storytelling………. c. Teknik Penggunaan Metode Storytelling………... d. Efektivitas Metode Storytelling……….. 3. Media Wayang
a. Pengertian Wayang………. b. Jenis-jenis Wayang………. yang……….
lling dengan Media Wayang………... elitian………... BA ……… 8 9 11 13 13 17 18 20 24 27 28 9 0 1 5 c. Kelebihan-kelebihan Penggunaan Media Wa
d. Storyte
B. Kerangka Pikir Pen
C. Hipotesis Tindakan……….
B III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………... B. Subjek Penelitian……… C. Setting Penelitian………
D. Prosedur Penelitian………. E. Langkah/Tahapan Penelitian……….. F. Teknik Pengumpulan Data………. G. Instrumen Penelitian………...
2 3 3 33 34 34 3 35 37 40 41 xii
(15)
H. Teknik Analisa Data………... I. Indikator Keberhasilan………...
BAB IV HASIL PENEL
2. Hasil Observasi Perilaku Siswa……… Minat Siswa………...
44 48
49 61 65 80
85 85
87 ITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Proses Pelaksanaan Penelitian………..
3. Hasil Pengolahan Skala
B. Pembahasan……….………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……….. B. Saran………
DAFTAR PUSTAKA……….
xiii
(16)
DAFTAR TABEL
abel 3 Pertanyaan Wawancara Tidak Terstruktur………...
Tabel 4 Kriteria Kategori Subjek dan Butir-butir Minat………...
Tabel 5 Kriteria Keberhasilan………
Tabel 6 Penggolongan Minat Subjek pada Data Awal………..
Minat pada Data Awal………
abel 8 Penggolongan Minat Subjek pada Siklus 1………..
abel 9 Penggolongan Butir-butir Minat pada Siklus 1………
bjek pada Siklus 2………
abel 11 Penggolongan Butir-butir Minat pada Siklus 2………..
abel 12 Penggolongan Minat Subjek pada Siklus 3………
Tabel 13 Penggolongan Butir-butir Minat pada Siklus 3………..
abel 14 Capaian Skor Minat Antarsiklus………
abel 15 Hasil Uji t Minat Siswa……….. 42
43
44
45
48
66
67
68
69
71
72
74
75
78
78 Tabel 1 Kisi-kisi Panduan Observasi Perilaku Siswa………
Tabel 2 Kisi-kisi Skala Minat Siswa……….……
T
Tabel 7 Penggolongan Butir-butir
T
T
Tabel 10 Penggolongan Minat Su
T
T
T
T
xiv
(17)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Hasil Observasi Perilaku Siswa Kurang Berminat………..
Grafik 2 Hasil Observasi Perilaku Siswa Berminat………...
Grafik 3 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Data Awal………...
Grafik 4 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus 1………...
Grafik 5 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus 2………...
Grafik 6 Persentase Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus 3………...
Grafik 7 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Data Awal………
Grafik 8 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Siklus 1………
Grafik 9 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Siklus 2………
Grafik 10 Hasil Pengolahan Data Skala Minat Siswa Siklus 3………..
Grafik 11 Perkembangan Butir Minat Siswa Antarsiklus………..
Grafik 12 Perkembangan Jumlah Rata-rata Skor Minat Siswa Antarsiklus…….. 61
62
63
64
64
65
67
69
73
76
77
77
xv
(18)
DAFTAR GAMBAR
36 Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins…………...
xvi
(19)
xvii
DAFTAR L MPIRAN
Lampiran 1 Silabus……….
Lampiran 2 Satuan Pelayanan Bimbingan………..
Lampiran 3 Pedoman Observasi……….
Lampiran 4 Kuesioner Minat Siswa ………...
Lampiran 5 Tabulasi Pengolahan Data Kuesioner……….
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Kuesioner……….
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian……….
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian………
Lampiran 9 Foto-foto………. 88
89
111
112
115
119
123
124
125 A
(20)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh pendidikan
yang diterima dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Sekolah merupakan
lembaga kedua selain rumah, yang memberikan andil besar dalam
perkembangan kepribadian mereka. Guru di sekolah memiliki peran yang
strategis dalam pengembangan kepribadian anak karena guru mengambil
peran orang tua untuk melakukan transfer of knowledge, value, and attitude
Hurlock (1980) memaparkan beberapa alasan tentang pentingnya
lembaga pendidikan dalam pengembangan kepribadian. Pertama, semua anak
harus bersekolah, terlepas dari pilihan pribadi mereka masing-masing. Kedua,
pengaruh sekolah sangat signifikan pada tahap awal pembentukan konsep diri
pada anak. Ketiga, selain di rumah, anak menghabiskan lebih banyak waktu di
sekolah daripada di tempat lainnya. Keempat, sekolah memberikan
kesempatan kepada anak untuk mendapatkan perkembangan dalam kehidupan,
dan sekolah akan mempengaruhi kepribadian dengan menawarkan mereka
kesempatan untuk meraih kesuksesan. Sekolah mengajarkan kemandirian
kepada siswa agar tidak bergantung kepada orang lain, karena selama di
(21)
Kegiatan pengembangan kepribadian di sekolah merupakan salah satu
kegiatan yang penting bagi para peserta didik. Peserta didik tidak hanya
mengembangkan kemampuan kognitif saja selama di sekolah tetapi juga
diharapkan mampu mengembangkan kepribadiannya agar lebih matang dan
berkarakter. Dengan demikian diharapkan selain memiliki kecerdasan
intelektual, peserta didik juga memiliki kematangan karakter yang bersinergi
dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya sehingga menjadi pribadi
yang matang seutuhnya dan dapat menjadi generasi penerus bangsa yang
berkualitas.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Joannes Bosco merupakan salah
satu sekolah menengah pertama swasta di Yogyakarta yang
menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian dan
kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas VIII. Tujuan dari kegiatan
ini adalah untuk memberikan pendampingan pengembangan kepribadian
siswa secara lebih mendalam dan intensif. Keikutsertaan siswa secara aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian ini diharapkan
dapat memberikan banyak manfaat bagi para siswa, secara khusus dalam hal
pengembangan kepribadian mereka.
Namun, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
setelah beberapa kali melakukan pendampingan kegiatan ekstrakurikuler
pengembangan kepribadian kepada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco
Yogyakarta, siswa nampak kurang berminat mengikuti kegiatan
(22)
berminat mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian ini menunjukkan
perilaku-perilaku seperti sering membolos, sering izin keluar kelas, tidak
memperhatikan pembimbing saat menyampaikan materi, mengobrol dengan
teman-teman yang lain, bermain telepon genggam, pasif ketika ditanya oleh
pembimbing, enggan mengerjakan tugas yang diberikan, dan lain-lain.
Banyak metode yang sudah diterapkan dalam upaya meningkatkan
minat siswa dalam mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian di
sekolah. Metode-metode tersebut misalnya menyampaikan materi melalui
berbagai permainan yang menarik, menonton film singkat, mengajak sharing,
membacakan cerita, bahkan juga dengan memberikan punishment. Namun,
penggunaan metode-metode tersebut belum menunjukkan hasil yang
signifikan untuk meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan
pengembangan kepribadian.
Metode lain yang dapat diterapkan yaitu melalui metode bercerita atau
storytelling dengan menggunakan media wayang. Metode bercerita atau
storytelling dengan menggunakan media wayang, selain menjadi kegiatan
yang menyenangkan dan berbeda dari yang biasanya, ternyata juga memiliki
banyak manfaat dalam mengembangkan berbagai aspek dan potensi anak,
yaitu kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca), kognitif,
sosial, emosional, moral serta imajinasi anak berkembang melalui cerita.
Metode bercerita atau storytelling ini bisa menjadi salah satu metode yang
efektif dan menarik bagi siswa dalam menyampaikan materi saat kegiatan
(23)
Penggunaan media wayang dalam penerapan metode storytelling ini
juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat siswa dalam
menyimak cerita yang disampaikan oleh pembimbing. Fungsi media wayang
dalam penerapan metode storytelling adalah menghidupkan suasana dan
menimbulkan daya tarik tersendiri bagi para siswa. Selain itu, para siswa juga
akan lebih mudah menangkap isi materi yang disampaikan melalui
penokohan-penokohan pada wayang tersebut.
Selain menjadi media yang menarik bagi anak-anak, penggunaan media
wayang juga bertujuan untuk menumbuhkan kembali rasa cinta akan
kebudayaan tanah air dalam diri anak-anak. Banyak anak muda saat ini
merasa kurang tertarik dengan pementasan wayang yang menurut mereka
membosankan dan monoton. Penggunaan media wayang dalam penelitian ini
diharapkan selain dapat menumbuhkan rasa cinta akan kebudayaan tanah air,
juga dapat dijadikan media untuk menyajikan cerita yang tidak
membosankan dan variatif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
tindakan Bimbingan dan Konseling mengenai peningkatan minat mengikuti
ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui penerapan storytelling
dengan media wayang pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
(24)
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini,
dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus sorot PTBK ini sebagai
berikut:
1. Apakah minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pengembangan kepribadian dapat ditingkatkan melalui penerapan metode
storytelling dengan media wayang?
2. Seberapa baik peningkatan minat siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuriler pengembangan kepribadian melalui penerapan
storytelling dengan media wayang antar siklus?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan
mengoptimalkan peningkatan minat siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui pelaksanaan metode
storytelling dengan media wayang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam
menggunakan metode untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti
(25)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru BK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai
dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan
metode storytelling.
b. Bagi peneliti
Prosedur penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk
berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan dalam
Bimbingan dan Konseling guna meningkatkan minat siswa dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui
penerapan metode storytelling dengan menggunakan media wayang.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan minat dan
antusias siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pengembangan kepribadian di sekolah.
d. Bagi peneliti lain
Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk
mengaplikasikan metode storytelling dengan media wayang untuk
(26)
E. Definisi Operasional
1. Minat mengikuti kegiatan pengembangan kepribadian dalam penelitian ini
menunjuk pada ketertarikan dari dalam diri siswa SMP yang menjadi daya
penggerak untuk mengikuti segala aktivitas dalam kegiatan ekstrakurikuler
pengembangan kepribadian dengan penuh ketekunan, penuh kesadaran,
dan mendatangkan perasaan senang/suka pada diri siswa.
2. Metode storytelling adalah suatu cara untuk bercerita atau menuturkan
rang yang terbuat dari pahatan kulit atau sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain.
3. Wayang adalah boneka tiruan o
kayu. Wayang dalam penelitian ini digunakan untuk memerankan tokoh
(27)
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Bab ini memu ipotesis
A Kajian Teori
ni dipaparkan secara singkat mengenai hakikat minat, metode
. Hakikat Minat
Minat
11:166) menjelaskan bahwa minat adalah
meto (2010:180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa
ang at tentang kajian teori, kerangka pikir penelitian, dan h
tindakan.
.
Pada bagian i
storytelling, dan media wayang.
1
a. Pengertian
Djamarah (20
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas
akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa
senang.
Sla
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Menurut Ahmadi (2003:151) minat adalah sikap jiwa or
(28)
yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan
yang terkuat.
Hurlock (1993:113) menjelaskan bahwa:
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka ia akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Berdasarkan beberapa pengertian minat menurut para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan
psikologis yang berlangsung secara terus menerus dan didasari rasa
senang, suka atau tertarik terhadap suatu objek atau aktivitas yang
mendatangkan suatu kepuasan bagi dirinya.
b. Macam-macam Minat
Menurut Surya (dalam Siva, 2012:2) macam-macam minat
adalah sebagai berikut:
1) Minat volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
tanpa adanya pengaruh dari luar.
2) Minat involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.
3) Minat nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa
(29)
Sedangkan secara konseptual, menurut Krap (dalam Siva, 2012:2)
mengkategorikan minat siswa menjadi tiga dimensi:
1) Minat personal
Minat personal terkait erat dengan sikap dan motivasi siswa
atas mata pelajaran tertentu, apakah dia tertarik atau tidak, apakah
dia senang atau tidak senang dan apakah dia memiliki dorongan
yang keras dari dalam dirinya untuk menguasai mata pelajaran
tersebut. Minat personal menjurus kepada minat siswa yang lebih
permanen dan stabil serta dapat dikategorikan sebagai karakteristik
khas dari diri siswa. Minat personal identik dengan minat intrinsik
siswa yang mengarah kepada minat khusus pada mata pelajaran
seperti: olahraga, sains, musik, kesusateraan, komputer, akuntansi,
ekonomi, dan lain sebagainya.
2) Minat Situasional
Minat situasional menjurus kepada minat siswa yang tidak
stabil dan relatif berubah-ubah tergantung pada faktor rangsangan
dari luar dirinya. Misalnya, suasana kelas, cara mengajar guru,
dorongan keluarga. Jika berkelanjutan secara jangka panjang,
minat situasional akan berubah menjadi minat personal atau minat
psikologis, tergantung kepada dorongan dan rangsangan yang ada.
3) Minat Psikologikal
Minat psikologikal erat kaitannya dengan adanya sebuah
(30)
menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan
yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan mempunyai peluang
untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur (di kelas),
atau pribadi (di luar kelas) serta punya penilaian yang tinggi atas
mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa
memiliki minat psikologikal.
c. Ciri-ciri Minat
Menurut Hurlock (1978:115) ciri-ciri minat adalah sebagai berikut.
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik
dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan
dicapai, minat menjadi lebih stabil. Mereka yang lambat matang
akan menghadapi masalah sosial karena minat mereka masih
berupa minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka sudah
termasuk dalam minat remaja.
2) Minat bergantung pada kesiapan belajar.
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka
siap secara fisik dan mental.
3) Minat bergantung pada kesempatan belajar
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan, baik
anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan
(31)
4) Perkembangan minat mungkin terbatas
Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial
yang terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya, pada anak
yang memiliki cacat fisik, anak tersebut tidak mungkin mempunyai
minat yang sama seperti dengan teman sebayanya yang memiliki
perkembangan fisik normal.
5) Minat dipengaruhi budaya
Kelompok budaya di sekitar anak-anak memberikan
kesempatan kepada anak untuk menekuni minat yang sesuai bagi
mereka dan tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang
dianggap tidak sesuai bagi mereka.
6) Minat berbobot emosional
Bobot emosional merupakan aspek afektif dari minat yang
menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak
menyenangkan akan melemahkan minat seorang siswa. dan
sebaliknya, jika bobot emosional seorang siswa menyenangkan
maka akan memperkuat minat seorang siswa tersebut.
7) Minat egosentris
Minat itu egosentris. Minat akan menuntun anak ke arah
tujuannya. Misalnya, minat anak pada kegiatan ekstrakurikuler,
kemampuan mereka dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler menjadi
langkah penting untuk menuju kedudukan yang baik dan
(32)
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Slameto (2010:54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat siswa yaitu:
1) Faktor Intern
a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, bakat,
kematangan, dan kesiapan.
2) Faktor Ekstern
a) Faktor keluarga, seperti cara orangtua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran,
keadaan gedung, dan tugas rumah.
e. Aspek-aspek Minat
Menurut Hurlock (1978:116) aspek-aspek minat adalah sebagai
berikut.
1)Aspek kognitif
Konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang
(33)
terhadap sekolah. Mereka menganggap sekolah sebagai tempat
mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa
ingin tahu mereka dan tempat mereka mendapat kesempatan untuk
bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa
prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah akan sangat berbeda
dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang
menekankan frustasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan
kerja keras untuk menghafal pelajaran.
Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas
pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat, serta dari berbagai jenis media massa. Dari
sumber tersebut anak belajar apa saja yang akan memuaskan
kebutuhan mereka dan yang tidak.
2) Aspek afektif
Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh
minat. Seperti halnya apek kognitif, aspek afektif berkembang dari
pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting (yaitu orangtua,
guru, dan teman sebaya) terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam
berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
Walaupun kedua aspek, yang kognitif dan yang afektif, penting
(34)
dikerjakan oleh anak, dan jenis penyesuaian pribadi dan sosial
mereka, aspek afektif lebih penting daripada aspek kognitif karena
dua alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih
besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu
bobot emosional positif dari minat memperkuat minat itu dalam
tindakan. Kedua, aspek afektif minat, sekali terbentuk, cenderung
lebih tahan terhadap perubahan dibanding dengan aspek kognitif.
Oleh sebab itu, mengingat pengaruh minat pada perilaku dan pada
penyesuaian pribadi dan sosial dalam perkembangan minat,
perhatian yang lebih besar harus diberikan pada pengembangan
bobot emosional positif dari minat ini, ketimbang pada aspek
kognitifnya.
Minat adalah sebuah aspek psikologis yang dipengaruhi oleh
pengalaman afektif yang berasal dari minat itu sendiri. Aspek-aspek minat
dijelaskan oleh Pintrich dan Schunk (1996:304) sebagai berikut:
1) Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the
activity), yaitu perasaan suka tidak suka, setuju tidak setuju dengan
aktivitas, umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas.
2) Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas (specific conciused
for or living the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai suatu
(35)
3) Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu
individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan
dengan aktivitas yang diminatinya.
4) Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu
(personal importence or significance of the activity to the
individual).
5) Adanya minat intrinsik dalam isi aktivitas (intrinsic interes in the
content of the activity), yaitu emosi yang menyenangkan yang
berpusat pada aktivitas itu sendiri.
6) Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participant in
the activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam
aktivitas.
Aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan dibentuk oleh
dua aspek yaitu kognitif dan afektif berupa sikap, kesadaran
individual, perasaan senang, arah kepentingan individu, adanya
ketertarikan yang muncul dari dalam diri, dan berpartisipasi terhadap
apa yang diminati.
Hal di atas sesuai dengan apa yang dikemukakan Slameto
(2010:180) bahwa:
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu
(36)
cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Dari berbagai aspek yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa aspek minat terdiri dari adanya kesadaran dalam diri
individu, adanya kemauan, adanya ketertarikan, dan adanya perhatian
terhadap objek yang diminati.
2. Bercerita (Storytelling)
a. Pengertian Storytelling
Menurut Echols dalam (Suwangsih, 2011:7), storytelling terdiri
atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling berarti penceritaan.
Gabungan kedua kata storytelling berarti penceritaan cerita atau
perihal menceritakan cerita.
Fisher dalam (Suwangsih, 2011:7), menyatakan bahwa
storytelling adalah bentuk kreativitas yang menyenangkan yang
terbentuk dalam lintas negara dan budaya. Cerita-cerita yang lahir
dari masyarakat mengkomunikasikan apa yang ada dalam cerita dan
memperluas wawasan anak tentang berbagai ragam budaya.
Menurut Bachri dalam (Suwangsih, 2011:7), kegiatan bercerita
adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau
suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan
(37)
b. Manfaat Penggunaan Metode Storytelling
Metode storytelling dimaknai sebagai metode yang dapat
mengembangkan berbagai hal: sosial, moral, emosional, bahasa dan
sebagainya. Musfiroh (2008: 20) menyebutkan manfaat bercerita
adalah sebagai berikut:
1) Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling
mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak setiap
hari.
2) Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat
diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara,
menulis, dan menyimak.
3) Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk
mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap
peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak
untuk memiliki kepekaan sosial.
4) Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu
permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan
yang baik, sekaligus memberi pelajaran pada anak bagaimana
mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh
masyarakat.
5) Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa
saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti menghargai
(38)
6) Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang
memiliki retensi lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang
diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.
7) Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai
yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan.
8) Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan
guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai
pengganti figur lekat orang tua.
9) Bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau
cerita, alur, plot, dan demikian itu menumbuhkan kemampuan
merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan
memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah
kejadian-kejadian sekelilingnya.
10)Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses
belajar terutama mengenai empati sehingga anak dapat
mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana
seharusnya memandang sesuatu masalah dari sudut pandang
orang lain.
Nasution (dalam Musfiroh 2008: 82), menjelaskan bahwa:
Cerita mendorong perkembangan moral pada anak karena beberapa sebab. Pertama, menghadapkan anak pada situasi yang mengandung “konsiderasi” yang sedapat mungkin mirip yang dihadapi anak dalam kehidupan. Kedua, cerita dapat memancing anak menganalisis situasi, dengan melihat bukan hanya yang nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat di dalamnya, untuk menemukan isyarat-isyarat halus yang tersembunyi tentang perasaan, kebutuhan dan kepentingan
(39)
orang lain. Ketiga, cerita mendorong anak untuk menelaah perasaannya sendiri sebelum ia mendengar respon orang lain untuk dibandingkan. Keempat, cerita mengembangkan rasa konsiderasi atau tepa selira yaitu pemahaman dan penghargaan atas yang diucapkan atau dirasakan tokoh nyata hingga akhirnya anak memiliki konsiderasi terhadap orang lain dalam alam nyata.
Kegiatan bercerita ternyata disadari ataupun tidak dapat
mempengaruhi anak dalam cara berpikir dan bertindak,
berkembangnya perasaan terhadap orang lain, serta dapat
mempertimbangkan perasaannya sendiri, sehingga lebih berhati-hati
dalam bertindak serta peduli pada yang lain. Betapa berharganya
cerita bagi perkembangan anak, dengan situasi yang menyenangkan
ternyata banyak fungsinya yang mungkin tidak disadari, bahkan tidak
menutup kemungkinan dari sebuah imajinasi menjadi sebuah
kenyataan yang akan mereka alami.
c. Teknik Penggunaan Metode Storytelling
Menurut Majid (2008:47) ada beberapa metode penyampaian
cerita yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh para pencerita.
Metode penyampaian cerita dijabarkan sebagai berikut.
1) Tempat bercerita
Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi
boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para
(40)
2) Posisi duduk
Sebelum guru memulai bercerita, sebaiknya ia memposisikan
para siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita.
Kemudian guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita.
Sebaiknya, guru tidak langsung duduk pada awal bercerita tetapi
memulainya dengan berdiri. Selama bercerita, guru hendaknya
tidak duduk terus, tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah
posisi gerakan sesuai jalannya cerita.
3) Bahasa cerita
Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya bahasa
yang lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari, tetapi lebih
ringan dibandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan
catatan, tetap dipahami oleh siswa.
4) Intonasi guru
Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik
yang muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita,
guru hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian
mengeraskan sedikit demi sedikit. Perubahan naik-turunnya cerita
harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai
pada puncak konflik ia harus menyampaikannya dengan suara
ditekan dengan maksud menarik perhatian para siswa. Para ahli
pendidikan berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan
(41)
merasa lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks.
Maka guru hendaknya menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam
cerita dengan suara yang meyakinkan yang dapat membuat siswa
penasaran hingga tiba saat klimaks. Ketika guru menyampaikan
klimaks, ia harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara
sampai akhir cerita.
5) Pemunculan tokoh-tokoh
Ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari
terlebih dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkan secara
hidup di depan para siswa. Dalam bercerita guru juga harus dapat
menggambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang
sesungguhnya dan memperlihatkan karakternya seperti dalam
cerita.
6) Penampakan emosi
Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa
dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada
pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri.
jika situasinya menunjukkan rasa kasihan, protes, marah atau
mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal
tersebut.
7) Peniruan suara
Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang
(42)
dapat melakukan peniruan suara ini sesuai dengan yang diinginkan
dalam cerita. Peniruan suara ini dapat menciptakan penjiwaan
dalam cerita dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para
siswa.
8) Penguasaan terhadap siswa yang tidak serius
Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan
sehingga mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan
berkesan. Apabila guru melihat siswa mulai bosan, jenuh dan
banyak bercanda, maka ia harus mencari penyebabnya. Ketika
proses cerita berlangsung, guru mungkin menemukan salah
seorang murid yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya.
Dalam hal ini guru tidak boleh memotong penyampaian cerita
untuk memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat
menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukkan kembali si
anak di tempat duduknya atau membiarkannya berdiri di samping
si guru. Bisa juga dengan menyebut nama siswa dan menatapnya.
Biasanya, tindakan ini bisa mengembalikan perhatian siswa.
9) Menghindari ucapan spontan
Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap
menceritakan suatu peristiwa. Ucapan spontan yang dimaksud
adalah ucapan spontan yang merupakan kebiasaan sehari-hari si
(43)
karena dapat memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Guru
sebaiknya bercerita dengan ucapan yang jelas dan lancar.
Kesembilan hal di atas sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan guru ketika bercerita. Memang, membaca
petunjuk-petunjuk yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan
praktek dan melampaui pengalaman dalam waktu yang tidak singkat.
d. Efektivitas Metode Storytelling
Penelitian tentang penerapan efektivitas metode bercerita
(storytelling) telah dilakukan oleh beberapa orang, salah satu
diantaranya adalah Sobarna (Jurnal Mimbar, 2010: 71-80) dengan
judul penelitian “Efektivitas Metode Storytelling Bermedia Boneka
untuk Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi”. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimental. Hasil
yang diperoleh adalah sebelum memperoleh perlakuan berupa cerita
dengan media boneka, untuk kemampuan berkomunikasi verbal, anak
memperoleh skor 341, setelah memperoleh perlakuan berupa cerita
dengan media boneka, untuk kemampuan berkomunikasi verbal, anak
meperoleh skor 423. Maka efektivitas metode cerita dengan media
boneka untuk pengembangan kemampuan komunikasi verbal anak
(44)
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Ahyani (Jurnal Psikologi,
2010: 24-32) dengan judul “Metode Dongeng dalam Meningkatkan
Perkembangan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah”. Hasil
analisis deskriptif dari penelitian ini menjabarkan skor empirik pada
pre-test dan post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen dengan melihat rerata pada pre-test 11,18
terjadi kenaikan rerata pada post-test menjadi 17,47. Pada kelompok
kontrol juga terjadi kenaikan dengan melihat rerata pada kelompok
pre-test 11,82 menjadi 14,41. Hal ini menunjukkan tingkat kecerdasan
moral sebelum mendapatkan penyampaian nilai moral melalui metode
dongeng lebih rendah dibandingkan tingkat kecerdasan moral setelah
mendapatkan penyampaian nilai moral melalui metode dongeng.
Kedua penelitian di atas membuktikan bahwa penggunaan metode
storytelling efektif untuk meningkatkan suatu variabel tertentu.
Metode storytelling ini dapat berjalan efektif apabila siswa dapat
menyimak cerita yang diberikan.
Menurut Majid (2008:35-36), keinginan dan perhatian siswa saat
menyimak cerita akan ditentukan oleh kemahiran guru dalam bercerita
selain adanya perbedaan kemampuan mereka dalam mengabadikan
(45)
Untuk itu, sebaiknya guru memperhatikan beberapa faktor berikut:
1) Perhatian siswa timbul karena pengaruh cerita, rangkaian
peristiwa, dan cara penyampaiannya. Penting bagi guru untuk
menjaga sinkronisasi hal-hal tersebut.
2) Posisi duduk siswa yang kurang strategis dan situasi ruangan yang
kurang kondusif membuat siswa tidak dapat menyimak cerita
dengan baik. Untuk itu, guru boleh menyesuaikan posisi duduk
siswa dan menata ruangan sebaik mungkin.
3) Berbagai peristiwa dalam cerita haruslah merupakan satu
rangkaian yang tidak terputus agar menjadi satu cerita yang utuh
dan mudah untuk dipahami.
4) Dalam proses penyimakan, guru sebaiknya dapat membuat siswa
membayangkan keadaan, situasi dan perasaan yang sedang dialami
tokoh dalam cerita.
Dari pembahasan di atas, disimpulkan bahwa efektivitas metode
storytelling sudah teruji dengan baik. Berangkat dari hal tersebut,
maka metode storytelling dapat digunakan untuk meningkatkan minat
siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian.
Selain sebagai metode dalam pemberian layanan bimbingan,
storytelling juga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan
dalam dirinya seperti kemampuan berbicara, menyimak, imajinasi, dan
(46)
3. Media Wayang
a. Pengertian Wayang
Menurut Guritno (1988:11), arti harfiah dari wayang adalah
bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu pengertian wayang itu
berubah, dan kini wayang dapat berarti pertunjukan panggung atau
teater atau dapat pula berarti aktor atau aktris.
Istilah wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Yasasusastra (2011:1), diartikan:
1) Boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan
sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh
dalam pertunjukan drama tradisonal (Bali, Jawa, Sunda, dan
sebagainya), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut
dalang;
2) Pertunjukan wayang (selengkapnya);
3) Bayang-bayang.
Sedangkan pengertian wayang menurut Bausatra Jawi dalam
Yasasusastra (2011:1) adalah:
1) Bentuk atau rupa yang terjadi disebabkan dari barang yang terkena
sorot;
(47)
b. Jenis-jenis Wayang
Yasasusastra (2011:11) menerangkan beberapa jenis wayang
sebagai berikut.
1) Wayang Gedhog, jenis wayang ini berupa boneka-boneka wayang
yang terbuat dari kulit, tipis, dan juga ditatah.
2) Wayang Golek, jenis wayang yang wujudnya berupa boneka
terbuat dari kayu dalam bentuk tiga dimensi.
3) Wayang Klithik, jenis wayang ini terbuat dari kayu pipih, dan ada
bagian yang terbuat dari kulit.
4) Wayang Beber, jenis wayang ini tidak memperlihatkan tokoh
ceritanya satu persatu, melainkan pagelarannya berupa lembaran
kain yang dilukisi dengan gambar-gambar berupa jalannya cerita
atau adegan-adegan.
5) Wayang wong (Orang), yaitu jenis wayang yang mempergelarkan
cerita yang diperankan oleh orang dengan syarat para pemainnya
dapat menari, karena semua gerakannya harus mengikuti
pokok-pokok aturan seni tari.
6) Wayang Suluh, yaitu pertunjukan yang diadakan sebagai
kelanjutan dari apa yang disebut “Wayang Wahana” yang
diciptakan oleh R.M. Sularta Harjawahana.
7) Wayang Krucil, dibuat dari bahan kulit dan berukuran kecil.
8) Wayang Kulit, merupakan boneka wayang yang dibuat dari kulit
(biasanya kulit kerbau), yang dimainkan oleh seorang seniman
(48)
c. Kelebihan-kelebihan Media Wayang
Guritno (1988:7) mengatakan:
Wayang sebagai hasil prestasi puncak masa lalu para leluhur yang bertempat tinggal di pulau Jawa dengan demikian dapat dianggap sebagai warisan budaya Indonesia yang patut dijadikan milik bersama karena isi kandungannya, baik etika maupun estetikanya, tahan uji selama berabad-abad, dan tak henti-hentinya memukau perhatian orang-orang di dalam maupun di luar negeri. Ajaran yang terkandung dalam seni budaya wayang yang tersebar paling luas itu tidak pula bertentangan dengan filsafat dasar yang mempersatukan bangsa kita, yaitu Pancasila.
Kelebihan-kelebihan penggunaan media wayang sebagai media
dalam kegiatan ekstrakurikuler Pengembangan kepribadianyaitu dapat
membangkitkan kembali semangat nasionalisme siswa, menyadarkan
siswa bahwa Negara Indonesia memiliki kebudayaan khas yang harus
dijaga dan dipertahankan eksistensinya. Keterlibatan siswa dalam
menggunakan media wayang sebagai media pembelajaran akan
semakin meningkatkan pengetahuan dan kecintaan siswa terhadap
kebudayaan negaranya sendiri.
Menurut Wardani (2011), ada beberapa kelebihan yang dimiliki
oleh wayang sebagai media dalam penerapan metode storytelling.
Pertama, wayang bersifat acceptable, artinya wayang sendiri
merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa
diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa. Kedua,
wayang bersifat timeless yang berarti tak lekang oleh waktu. Ketiga,
media wayang ini tidak membutuhkan banyak biaya seperti media lain
(49)
d. Storytelling dengan Menggunakan Media Wayang
Metode storytelling dengan media wayang merupakan salah satu
metode yang sangat efektif dalam meningkatkan minat siswa
mengikuti suatu kegiatan. Anak-anak akan sangat tertarik pada sesuatu
yang baru dan yang lebih kreatif. Media wayang dalam penyampaian
suatu materi merupakan hal baru bagi para siswa.
Media wayang sebagai suatu media, tidak mudah
pelaksanaannya. Guru perlu terus melatih diri agar terampil dan
ekpresif dalam menggunakan media wayang sebagai tokoh tertentu.
Secara khusus, penggunaaan media wayang dalam storytelling
bertujuan untuk melatih konsentrasi siswa, daya tangkap, kreativitas,
membuat kesimpulan, menarik inti cerita, mengembangkan fantasi dan
menciptakan suasana yang menyenangkan.
Bentuk pelaksanaan storytelling dengan media wayang adalah
percakapan yang dilakukan antarwayang, sementara para siswa
menyimak cerita yang dibawakan oleh guru. Wayang dipegang oleh
guru dan dapat juga siswa yang diminta untuk memainkan wayang.
Storytelling dengan media wayang menggunakan beberapa buah
wayang yang memerankan tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang
berbeda-beda.
Guru menyiapkan media wayang yang akan digunakan dengan
(50)
pendahuluan (prolog) berupa perkenalan dengan tokoh-tokoh dalam
cerita. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah untuk menjelaskan
jalannya suatu cerita serta untuk menciptakan suasana cerita yang
menyenangkan adalah cara mengucapkan kata-kata pendahuluan,
pengiring dan penutup dilakukan dengan nada dan suara yang berbeda
sewaktu melakukan dialog wayang, sehingga para siswa dapat
membedakan kata-kata guru dan percakapan tokoh. Hal tersebut akan
memudahkan siswa untuk menarik inti cerita yang dibawakan.
Dalam pelaksanaan kegiatan storytelling dengan media wayang,
guru dapat meminta siswa untuk menceritakan kembali apa yang
diceritakan tadi. Siswa pun dapat membawakan ceritanya sendiri
dengan menggunakan media wayang. Hal ini untuk melatih
kemampuan berbicara dan meningkatkan kepercayaan diri para siswa.
Way
B. Kerangka Pikir Penelitian
Peneliti memilih penggunaan metode storytelling dengan media wayang
sebagai upaya meningkatkan minat siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco
dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian,
dengan asumsi bahwa kegiatan ekstrakurikuler bukan merupakan kegiatan
pokok seperti halnya kegiatan belajar mengajar lainnya. Nilai yang diberikan
untuk kegiatan ekstrakurikuler tidak mempengaruhi nilai raport yang
menentukan naik kelas atau tidaknya siswa yang bersangkutan tersebut. Oleh
(51)
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian ini, harus ada
upaya perbaikan strategi/metode penyajian, yaitu dengan mengajak siswa
untuk memahami serta menyimak suatu nilai moral di dalam sebuah cerita
yang disajikan dengan menggunakan media wayang.
Penyajian materi kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian
dengan strategi/metode ceramah yang tidak efektif dan tidak variatif
menyebabkan siswa bosan, jenuh, dan lelah. Akibatnya, implementasi
kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian menjadi kurang
berkualitas; tidak mampu menggugah minat, aktivitas, responsi, ubahan
sikap, sinkronisasi dengan kebutuhan siswa; dan muncul asumsi kegiatan
ekstrakurikuler pengembangan kepribadian menjadi tidak bermanfaat, sia-sia,
dan buang-buang waktu saja.
Bertolak dari masalah ini, perlu diupayakan penerapan metode
storytelling sebagai salah satu strategi dalam pemberian materi kegiatan
ektrakurikuler pengembangan kepribadian. Metode storytelling mengajak
siswa untuk mengasah kepekaan dan imajinasi melalui sebuah cerita. Dalam
cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur
tersebut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Usaha siswa
untuk menyampaikan kembali cerita yang telah didengarnya dari guru atau
menjawab soal yang diajukan kepadanya adalah latihan untuk
mengungkapkan ide-ide dengan bahasanya sendiri. Sehingga keberhasilan
penanaman nilai-nilai moral melalui metode storytelling dimungkinkan kalau
(52)
cerita kemanusiaan yang mengasah nurani, mendidik/membelajarkan sikap,
nilai, perilaku dalam berinteraksi dengan orang lain. Metode storytelling
memiliki keunggulan untuk membangkitkan gairah siswa dalam mengikuti
kegiatan dengan metode yang berbeda, selain itu penggunaan media wayang
akan menambah daya tarik tersendiri bagi para siswa. Cara ini diharapkan
minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian
akan meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Minat siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian dapat
ditingkatkan melalui penggunaan metode storytelling dengan media wayang.
(53)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang jenis penelitian, subjek penelitian, setting penelitian,
prosedur penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian tindakan Bimbingan
dan Konseling dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pemberian
layanan bimbingan di dalam kelas dan upaya memecahkan masalah tersebut
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang sesuai.
Penelitian ini tergolong dalam PTBK karena penelitian ini mengkaji
masalah minat siswa yang masih rendah dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian. Kemudian diberikan tindakan
berupa penerapan metode storytelling dengan media wayang dalam upaya
meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Pengembangan kepribadian di sekolah.
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas VIII Responsibility dan VIII Simplicity SMP Joannes Bosco
(54)
C. Setting Penelitian
1. Tempat : Ruang kelas dan ruang aula SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
2. Waktu : Bulan Maret-Mei 2013.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling
yang dilakukan untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian di sekolah. Proses pelaksanaan
tindakan dilaksanakan secara bertahap sebanyak 3 siklus. Prosedur penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengadakan kegiatan sebagai berikut.
a. Mengamati proses penyajian layanan kegiatan ekstrakurikuler
Pengembangan kepribadian terutama pada aspek teknik atau
metode yang digunakan dalam menyampaikan materi sebelumnya.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul, yaitu kurangnya
minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Pengembangan kepribadian.
c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan sebagai
upaya untuk meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pengembangan kepribadian yaitu penggunaan
(55)
d. Menyusun rancangan pelaksanaan metode storytelling dengan
media wayang.
Rancangan pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang
ini meliputi :
1) Pemilihan tokoh-tokoh wayang yang akan dimainkan.
Tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter yang baik dan patut dijadikan
panutan serta mudah diingat oleh siswa.
2) Pemilihan cerita yang menarik, mengandung nilai-nilai yang
membangun karakter dan mudah dipahami.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian
tindakan kelas menurut Hopkins (1993) yang pelaksanaan tindakannya
terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas beberapa tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/monitoring, dan
refleksi. Tahap-tahap dalam penelitian tersebut membentuk spiral.
Tindakan penelitian yang membentuk spiral tersebut dengan jelas
digambarkan oleh Hopkins (1993) sebagai berikut.
(56)
Jika tidak ada peningkatan kualitas, cari penyebab, rumuskan
alternatif pemecahan, lakukan tindakan baru (revisi dari tindakan I),
observasi hasil, analisis data, refleksi, dan seterusnya sampai
ditemukan peningkatan kualitas yang berarti (signifikan).
E. Langkah/Tahapan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Mempersiapkan materi pengembangan kepribadian dengan topik
“Menghargai Diri Sendiri”
b. Mempersiapkan cerita dan media wayang yang akan digunakan.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian (lembar observasi, kuesioner
minat siswa), menetapkan waktu dan cara pelaksanaan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Introduksi pokok bahasan.
b. Menyampaikan panduan instruksi pelaksanaan kegiatan.
c. Melaksanakan metode storytelling dengan media wayang sesuai
tahapan.
3. Tahap Monitoring
Pada tahap ini mitra kolaborator melakukan pengamatan proses selama
kegiatan pelayanan ini berlangsung sebagai data rekam proses tindakan
(57)
4. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaborator melaksanakan diskusi
reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk mengetahui
efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi dari tindakan
pada siklus 1 digunakan untuk menentukan langkah-langkah pada siklus
berikutnya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi, refleksi dan penilaian pada siklus I maka
pada siklus II direncanakan upaya perbaikan penyajian layanan dan proses
kegiatan untuk diintensifkan pelaksanaannya, meningkatkan keterlibatan
siswa untuk lebih berperan aktif.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan metode storytelling dengan media wayang dengan
materi layanan “Menghargai Orang Lain”dan sejenisnya (dengan cerita
yang lebih variatif).
3. Tahap Monitoring
Pada tahap ini pelaksanaan sama pada siklus I. Mitra kolaborator
melakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses layanan, aktivitas
(58)
4. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaborator melaksanakan diskusi
reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk mengetahui
efektivitas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II.
Siklus III
1. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi, refleksi dan penilaian pada siklus II maka
pada siklus III direncanakan upaya perbaikan penyajian layanan dan
proses kegiatan untuk diintensifkan pelaksanaannya, meningkatkan
keterlibatan siswa untuk lebih berperan aktif.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan metode storytelling dengan media wayang dengan
materi layanan “Menjaga Cinta dan Persahabatan” (dengan cerita yang
lebih variatif).
3. Tahap Monitoring
Pada tahap ini pelaksanaan sama pada siklus II. Mitra kolaborator
melakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses layanan, aktivitas
(59)
4. Tahap Refleksi dan Evaluasi
Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaborator melaksanakan diskusi
reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk mengetahui
efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus III.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi oleh mitra kolaboratif
Penelitian ini menggunakan satu pedoman observasi yaitu observasi
pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang. Observasi
pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang dilakukan oleh
mitra kolaboratif dan difokuskan pada pengamatan aktivitas/kegiatan
yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan pengembangan kepribadian
berlangsung. Pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi
dituliskan pada lembar catatan lapangan.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk memperoleh
informasi dari siswa tentang penggunaan metode storytelling dengan
media wayang. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan kepada siswa
di akhir kegiatan.
3. Skala Minat Siswa (Kuesioner)
Skala minat dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui minat siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
(60)
sebelum menggunakan metode storytelling dengan media wayang) dan
post-test (setiap akhir pemberian layanan) pada setiap siklus.
4. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari foto-foto selama proses pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Lembar O
Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai
perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan
pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya (Moleong 2007:168).
2. bservasi
Untuk mengamati perubahan-perubahan langsung menyangkut ada
tidaknya indikasi perubahan perilaku minat siswa dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian, maka dalam
penelitian ini digunakan satu lembar observasi yaitu lembar observasi
perilaku siswa selama pelaksanaan metode storytelling di kelas. Lembar
observasi digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan
observasi pelaksanaan metode tersebut termasuk di dalamnya aktivitas
siswa pada saat kegiatan berlangsung sehingga kegiatan tidak terlepas
(61)
Tabel 1
Kisi-Kisi Panduan Observasi Perilaku Siswa
No Aspek Indikator Item Jumlah
1. Responsi siswa a. siswa menunjukan kurang bermina Perilaku yang t b. Perilaku iswa s m
yang 2) Antusias. enunju
berminat
kan 3) Memperhatikan. 1) Mengobrol. 2) Bercanda.
3) Membuat keributan. 4) Sering izin keluar kelas. 5) Tiduran.
6) Main handphone. 7) Melamun.
8) Menganggu teman.
9) Sering melihat keluar kelas. 10)Berteriak/mengeluh minta pulang. 11)Mondar-mandir di dalam kelas. 12)Terlambat masuk kelas.
13)Tidak terlibat.
14)Mengerjakan hal lain (gambar, kerjakan tugas lain).
15)Berkemas-kemas sebelum jam pulang.
1) Terlibat aktif.
4) Berpartisipasi. 5) Tampak gembira. 6) Tenang.
7) Fokus/konsentrasi. 8) Semangat.
9) Mendengarkan. 10)Bertanya.
11)Mengerjakan tugas yang diberikan. 12)Menanggapi.
13)Menjalankan perintah.
14) Sharing.
15) Tampak serius.
15 butir
(62)
3. Skala Minat
Indikator Item
Favor
It
n
J
Skala yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup dengan alternatif
jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak
Setuju (TS). Berikut kisi-kisi Kuesioner minat siswa:
Tabel 2
Kisi-Kisi Skala Minat Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pengembangan kepribadian No. Aspek able U em favorable umlah 1. Kesadaran gan an a. Mengetahui mengikuti kegiatan 1,2,3 ,6 - - 3 3 yang tim
pada diri siswa saat mengikuti kegiatan
pengemban kepribadi
.
bul tujuan yang ingin dicapai b Mengetahui
manfaat
4,5
2. g
an
a. Niat yang
mendasari an kegiatan - 9,10,11 7,8 - 2 3 Kemauan yan
dimiliki siswa dalam mengikuti kegiatan pengemban kepribadi gan untuk mengikuti perilaku b. Keingin
3. a. Pemahaman
terhadap ma pad . Keaktifan ti kegiatan 12,13,14 15,16 8,19 - - - 3 2 3 Perhatian siswa selama mengikuti kegiatan pengemban kepribadi gan teri yang diberikan b. Partisipasi
an a saat
kegiatan berlangsung c dalam mengiku 17,1 4. Ketertarikan siswa dalam a a. Kesukaan terhadap kegiatan 20,21 23,24,25 22 - 3 3 mengikuti kegiatan pengemban kepribadi gan n dalam mengikuti kegiatan b. Antusias
(63)
4. W k terstruktur
Tabel 3
Pertanyaan Wawancara erstruktur untuk Siswa
No. Pertanyaan awancara tida
Tidak T
1 Bagaimana menurut pendapatmu tentang kegiatan bercerita dengan menggunakan wayang hari ini?
2 Bagaimana perasaanmu setelah mengikuti kegiatan hari ini?
3 Apakah kamu menangkap pesan-pesan yang ada dalam cerita yang dibawakan tadi?
4 Apa saranmu untuk kegiatan berikutnya?
5. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto selama
proses kegiatan berlangsung.
H. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang bertujuan untuk
menggambarkan atau melukiskan kelompok data dari populasi yang diamati.
Berikut rincian teknik analisa data dalam penelitian ini.
1. Data observasi perilaku siswa pada saat pelaksanaan metode storytelling
dalam kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian, dihitung
jumlah turusnya kemudian dipersentasekan.
Jumlah siswa (%) = (Jumlah turus/Jumlah seluruh siswa)x100%
2. Analisis Kuesioner Minat Siswa
Kuesioner minat siswa terdiri dari 25 butir pernyataan. Penskoran
Kuesioner untuk butir (+) adalah 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 untuk
(64)
setuju. Untuk butir (-) adalah 1 untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk
jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju dan 4 untuk jawaban tidak
setuju. Mengkategorikan subjek dan butir item berdasarkan pada kriteria
kategori (Azwar, 2010: 106). Dengan demikian, rentang minimumnya
diambil dari rata-rata skor total terendah yaitu 25/25 = 1 dan sampai
rentang maksimumnya diambil dari rata-rata skor total tertinggi yaitu
100/25 = 4. Luas jarak sebarannya adalah 4-1 = 3. Satuan deviasi
standarnya (σ) adalah (skor maksimal teoritis – skor minimal teoritis)/6= (4-1)/6= 0,5. Mean teoritisnya (µ) adalah (skor maksimal + skor
minimal)/2= (4+1)/2= 2,5. Penggolongan subjek dimasukan ke dalam 3
kategori diagnosis minat siswa. Keenam satuan deviasi standar dibagi
menjadi 3 bagian sebagai berikut :
Tabel 4
Kriteria Kategori Subjek dan Butir-butir Minat No Formula Kriteria Rerata Skor Kategori
1. X < [µ-1,0. σ ] 0-1,99 Rendah 2. [µ-1,0. σ ] < X < [µ+1,0. σ ] 2,00-2,99 Sedang 3. [µ+1,0. σ ] < X 3,00-4,00 Tinggi
Keterangan :
X : Skor Butir Minat dan Skor Subjek itis
µ : Mean Teor
(65)
3. Uji Validitas
009:41), pada penelitian tindakan kelas, validitas itu
Formula; = Menurut Wina (2
adalah keajekan alat ukur sebagai instrumen dalam proses penelitian. Uji
validitas dalam penelitian ini dilakukan pada kuesioner minat. Pengujian
validitas dilakukan dengan uji coba terpakai. Teknik uji yang digunakan
melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product moment.
(
)( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N XY r eterangan :kor-skor total kuesioner dan total butir-butir
N
esioner
ioner
n skor Y
Tah puter SPSS 15.
K
XY
r = korelasi s = jumlah subyek
X = skor sub total ku
Y = skor total butir-butir kues
XY = hasil perkalian antara skor X da
ap pelaksanaannya menggunakan program kom
Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah
kalau r = 0,300 (Sugiyono, 2010: 188). Bila harga korelasi di
bawah 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen
tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang
(66)
Pelaksanaan uji coba terhadap instrumen (uji empirik)
dilakukan pada tanggal 01 Maret 2013. Hasil uji coba kemudian
dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan
jumlah subjek (N) 34 siswa.
Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir yang terdiri dari 25
butir item diperoleh 3 butir item yang dinyatakan tidak valid. Butir
item yang tidak valid kemudian diperbaiki, karena jika dibuang
akan mengurangi butir indikatornya.
Penelaah butir-butir pada instrumen (expert judgment)
dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi yaitu, Dr. Gendon Barus,
M.Si. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah ahli yaitu perlu
dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen agar setiap butir
instrumen menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami
dan butir instrumen juga secara logis sesuai dengan kisi-kisi
kuesioner.
Dari hasil penelaah ahli, berdasarkan kesesuaian butir
pernyataan dengan kisi-kisi instrumen maka kuesioner dinyatakan
siap untuk digunakan dalam penelitian tindakan Bimbingan dan
Konseling ini. Data hasil uji validitas dan tabel perbaikan item
(67)
I. Indikator Keberhasilan
Penyusunan indikator keberhasilan yang digunakan peneliti ini adalah
pencapaian kriteria keberhasilan yang peneliti tentukan pada setiap akhir
siklus. Kriteria keberhasilan ini dikatakan berhasil jika hasil yang dicapai oleh
siswa melebihi kriteria yang dihasilkan pada data awal. Kriteria tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 5 Kriteria Keberhasilan
No Peubah Indikator
Kriteria Keberhasilan
Pre-test
Siklus I
Siklus II
Siklus III 1 Minat
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian melalui metode
storytelling
dengan media wayang
a. Rata-rata skor total skala minat siswa b.Persentase
observasi perilaku siswa yang
menunjukkan berminat
72,09
30%
73,00
50%
74,00
70%
75,00
(68)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil dari penelitian dan pembahasan.
A. Hasil Penelitian
1. Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
a. Data Awal Penelitian (Pre-test)
Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti mengumpulkan data
awal (pre-test) pada hari Jum’at tanggal 1 Maret 2013, pukul
11.30-12.30 WIB. Subjek yang digunakan adalah siswa kelas VIII
SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Jumlah siswa yang hadir pada
saat itu sebanyak 34 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi perilaku siswa yang dilakukan oleh dua orang mitra
kolaboratif sebagai observer dan skala minat siswa yang diisi oleh
siswa.
Topik yang diberikan pada saat pre-test yaitu “Menolong
Sesama”. Metode yang digunakan oleh guru pembimbing (peneliti)
adalah ceramah dan tanya jawab. Siswa diberi tugas untuk
membuat sebuah gambar komik yang menceritakan pengalaman
pribadinya dalam menolong sesama. Beberapa siswa diminta maju
ke depan kelas untuk mempresentasikan gambar komiknya kepada
teman-teman lainnya. Suasana kelas pada saat kegiatan nampak
kurang kondusif dan ada beberapa siswa yang menunjukkan
49
(69)
perilaku kurang berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pengembangan kepribadian, misalnya membolos, sering izin keluar
kelas, tidak memperhatikan pembimbing saat menyampaikan
materi, mengobrol dengan teman-teman yang lain, bermain telepon
genggam, pasif ketika ditanya oleh pembimbing, enggan
mengerjakan tugas yang diberikan, dan lain-lain.
Setelah materi selesai diberikan, peneliti membagikan skala
minat mengikuti kegiatan ektrakurikuler pengembangan
kepribadian kepada siswa. Kemudian peneliti melakukan evaluasi
dan refleksi dengan dua orang mitra kolaboratif yang bertindak
sebagai observer untuk mencari penyebab siswa kurang berminat
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pengembangan kepribadian.
b. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu
disusun rencana kegiatan berupa Satuan Pelayanan Bimbingan
(SPB). Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi
bimbingan yaitu storytelling dengan menggunakan media
wayang. Peneliti yang juga bertindak sebagai guru dalam kelas
menyiapkan cerita beserta media yang dibutuhkan. Topik yang
(1)
Lampiran 8:
(2)
124
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Yang bertandatangan di bawah ini.
Nama : Ag. Noranisah Safriatun, S.Ag Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SMP Joannes Bosco Yogyakarta Nama : Laurentia Vonny Tunjung Sari, S. Pd Jabatan : Guru BK
Unit Kerja : SMP Joannes Bosco Yogyakarta
Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini. Nama : Fransiska Wening Panitis
NIM : 091114012
Prodi : Bimbingan dan Konseling Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta
Telah melakukan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling di SMP Joannes Bosco Yogyakarta dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/skripsi, pada bulan Maret-Mei 2013. Skripsi tersebut berjudul:
PENINGKATAN MINAT MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MELALUI PENERAPAN STORYTELLING
DENGAN MEDIA WAYANG PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.
Demikian surat keterangan ini dibuat, agar digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2013 Mengetahui, Mengetahui,
Kepala Sekolah SMP Joannes Bosco Guru BK SMP Joannes Bosco
(3)
Lampiran 9:
FOTO-FOTO
(4)
FOTO-FOTO SIKLUS I
Peneliti memberikan pengantar dan instruksi tugas selama kegiatan.
Peneliti melakukan storytelling dengan menggunakan media wayang.
Siswa mengerjakan soal evaluasi dan refleksi, beberapa siswa sharing di depan kelas.
125
(5)
SIKLUS II
Siswa mendengarkan pengantar kegiatan dari peneliti. Peneliti memberikan arahan dan intruksi kepada siswa yang bertugas memainkan wayang.
Siswa memainkan wayang sementara peneliti melakukan storytelling.
P
(6)
SIKLUS III
Peneliti membuka kegiatan dan memberikan instruksi kegiatan yang akan dijalankan.
Peneliti melakukan storytelling menggunakan wayang bersama dengan siswa.
Peneliti memandu sharing dan tanya jawab siswa.
127