Efektivitas model pembelajaran tipe Think Pair Square siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang tahun ajaran 2016 2017
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI
PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh : Yolanda Wilany Peri
NIM. 131414054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI
PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh : Yolanda Wilany Peri
NIM. 131414054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah menopang dan memberi
kekuatan di masa pengerjaan skripsi
Orang tua terutama mama Emi Rensiana Suryati Nabut,
kakak Christine Zamitha Peri, Yohana Windany Peri
dan adik Patrisisus Kevin Peri yang telah memberi dukungan dan semangat
Robertus Bellamirnus Riku yang telah membantu dan memberi semangat dan dukungan
Teman-teman seperjuangan yang turut memberi dukungan dan semangat
Kak Nanda, Kak Mita, Rista, Ester, Icha dan seluruh anggota Rakat Pmat’13
janganlah takut, sebab Aku menyertai
engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan,
bahkan akan menolong engkau; Aku
akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku
yang
membawa
kemenangan.
Yesaya 41:10
(6)
v
(7)
(8)
vii
ABSTRAK
Yolanda Wilany Peri. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Square Siswa Kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada Materi Peluang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar siswa, hasil belajar siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa pada materi peluang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran yakni rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari (1) angket minat belajar, (2) tes hasil belajar, (3) lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, (4) lembar observasi aktivitas siswa, dan (5) pedoman wawancara tanggapan siswa. Data hasil belajar, minat belajar, keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Square dan aktivitas siswa akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan mendeskripsikan data yang diperoleh menggunakan angka-angka bermakna. Sedangkan data hasil wawancara siswa adalah data yang mendukung minat belajar. Data ini akan dianalisis dengan mentranskrip hasil wawancara kemudian ditarik kesimpulan menggunakan kata-kata dalam bentuk naratif.
Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) hasil analisis angket minat belajar menunjukkan bahwa modus dari kategori minat belajar tiap pernyataan adalah tinggi, (2) hasil analisis tes hasil belajar menunjukkan 75% siswa mencapai nilai KKM, (3) persentase keterlaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori sangat tinggi pada tiap pertemuan, yakni 95,652% pada pertemuan pertama, 95,652% pada pertemuan kedua, dan 100% pada pertemuan ketiga, (4) persentase aktivitas siswa termasuk dalam kategori tinggi pada tiap pertemuan, yakni 69,097% pada pertemuan pertama, 63,194% pada pertemuan kedua, dan 63,893% pada pertemuan ketiga.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa empat indikator yang mengukur efektivitas Think-Pair-Square telah terlaksana dengan baik dan persentase ketercapaian indikatornya mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Square dapat dikatakan efektif ditinjau dari minat belajar, hasil belajar, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, dan aktivitas siswa.
(9)
viii
ABSTRACT
Yolanda Wilany Peri. 2017. Effectiveness of Learning Model Type Think-Pair-Square Student Class XI Accounting 1 SMKN 1 Depok on Material Opportunity School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Sciences Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
The research of this aims to determine the effectiveness of cooperative learning model type Think-Pair-Square in terms of student learning interests, student learning outcomes, implementation of learning, and student activity on the material opportunities.
This research uses descriptive research type with quantitative approach. The instrument used in this research is learning instrument that is learning implementation plan (RPP) and data collection instrument consist of (1) questionnaire of learning interest, (2) learning result test, (3) observation sheet of Think-Pair-Square learning implementation, (4) student activity observation sheets, and (5) interview guidelines for student responses. Data on learning outcomes, interest in learning, implementation of Think-Pair-Square learning model and student activities will be analyzed descriptive quantitatively by describing the data obtained using meaningful numbers. While data of student interview result is data that support interest learn. This data will be analyzed by transcribing the interview result and then drawn the conclusion using words in narrative form.
Based on the analysis, the results obtained as follows, (1) the results of the interest questionnaire analysis shows that the mode of interest categories of learning each statement is high, (2) the results of test results analysis showed 75% of students achieve KKM scores, (3) Including in the very high category at each meeting, ie 95,6526% at the first meeting, 95,652% at the second meeting, and 100% at the third meeting; (4) the percentage of student activity included in the high category at each meeting, ie 69,097% at the first meeting, 63,194% at the second meeting, and 63,893% at the third meeting.
From this research it can be concluded that four indicators that measure the effectiveness of Think-Pair-Square have been done well and the percentage of achievement of the indicator reaches 100%. This indicates that the Think-Pair-Square learning model can be said to be effective in terms of interest in learning, learning outcomes, the implementation of Think-Pair-Square learning, and student activities
Keywords: effectiveness, learning outcomes, interest in learning, opportunities, Think-Pair-Square.
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan skripsi
ini hingga selesai. Secara khusus disampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan,
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika,
4. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika,
5. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang
(11)
x
6. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukkan dalam
penyusunan skripsi ini,
7. Segenap Dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan ilmu dan pengalaman bagi penulis serta menginspirasi
penulis untuk menjadi guru yang profesional,
8. Staf sekretariat JPMIPA Mas Arif, Bu Tari, Pak Sugeng, dan Mas Made yang
telah membantu penulis selama proses perkuliahan di Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma,
9. Bapak Drs. Eka Setiadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Depok, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMKN 1 Depok,
10.Ibu Erni Kinawati, S.Pd., selaku Guru matematika kelas XI Akuntansi 1
SMKN 1 Depok yang telah bersedia memberikan jam pelajaran matematika
kepada penulis untuk melakukan penelitian,
11.Siswa kelas XI Akuntansi 1 dan XI Akuntansi 2 yang telah membantu penulis
dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini,
12.Orang tua tercinta Mama Maria Emirensiana Suryati Nabut, Kakak Christine
Zalmitha Peri, Yohana Windany Peri, dan adik Patrisius Kevin Peri yang
telah memberi dukungan, semangat dan doa bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini,
13.Kepada Robertus Bellamirnus Riku yang telah bersedia membantu penulis
(12)
xi
14.Sahabat-sahabat terbaik Rakat PMAT 2013 yang telah memberi dukungan
dan semangat,
15.Rekan-rekan Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
yang telah banyak membantu penulis,
16.Saudara-saudari seiman dalan Tuhan Yesus teman-teman PDKK Rhema yang
selalu mendoakan, memberi semangat, dukungan dan motivasi kepada
penulis,
17.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu
penyelesaian skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun Akhir
kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 26 Mei 2017
Penulis
(13)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Pembatasan Masalah ... 7
(14)
xiii
G. Manfaat Penelitian ... 9
H. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12
1. Belajar ... 12
2. Hasil Belajar ... 14
3. Minat Belajar ... 15
4. Pembelajaran Efektif ... 17
5. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
6. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 26
7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square ... 29
8. Materi ... 32
B. Kerangka Berpikir ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 40
D. Bentuk Data ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Instrumen Penelitian ... 44
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 49
H. Teknik Analisis Data ... 52
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 60
B. Pelaksanaan Penelitian ... 61
1. Uji Coba Instrumen ... 61
(15)
xiv
C. Analisi Data ... 76
1. Analisis Data Minat Belajar Siswa ... 76
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 77
3. Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 78
4. Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 82
5. Analisis Data Hasil Wawancara Siswa ... 84
D. Pembahasan ... 88
1. Minat Belajar Siswa ... 88
2. Hasil Belajar Siswa ... 89
3. Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 90
4. Aktivitas siswa ... 94
E. Keterbatasan Penelitian ... 100
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 105
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 45
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 47
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Aktivitas Siswa ... 48
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa ... 48
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 50
Tabel 3.6 Kualifikasi Reliabilitas ... 51
Tabel 3.7 Konversi Angka Kategori Minat Belajar Siswa ... 53
Tabel 3.8 Kategori Minat Belajar Siswa Berdasarkan Tiap Pernyataan ... 53
Tabel 3.9 Kategori Keterlaksanaan Data Hasil Observasi ... 55
Tabel 3.10 Persentase Kategori Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Square ... 57
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Product-Moment Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 62
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 64
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Product-Moment Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 66
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 68
(17)
xvi
Tabel 4.5 Pelaksanaan Penelitian ... 69
Tabel 4.6 Analisis Minat Belajar Siswa Tiap Pernyataan ... 76
Tabel 4.7 Analisis Hasil Belajar Siswa ... 77
Tabel 4.8 Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM ... 78
Tabel 4.9 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 1 ... 79
Tabel 4.10 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 2 ... 79
Tabel 4.11 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 3 ... 80
Tabel 4.12 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 1 ... 82
Tabel 4.13 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 2 ... 82
Tabel 4.14 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 3 ... 83
(18)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Titik-Titik Sampel pada Percobaan Melempar
Undi Sekeping Uang Logam ... 33
Gambar 2.2 Kejadian Komplemen ... 35
Gambar 2.3 Kejadian A dan B Tidak Saling Lepas ... 36
Gambar 2.4 Kejadian A dan B Saling Lepas ... 36
(19)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 109
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 110
Lampiran 1.2 Lembar Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 159
Lampiran 1.3 Lembar Angket Minat Belajar Siswa Hasil Revisi ... 163
Lampiran 1.4 Lembar Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 167
Lampiran 1.5 Lembar Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Revisi ... 169
Lampiran 1.6 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 171
Lampiran 1.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 175
Lampiran 1.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Hasil Revisi ... 178
Lampiran 1.9 Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... 181
Lampiran 1.10 Lembar Pedoman Wawancara Siswa Hasil Revisi ... 182
Lampiran 1.11 Panduan Pemberian Skor Tes Hasil Belajar Siswa ... 183
LAMPIRAN 2 PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 189
Lampiran 2.1 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Angket Minat Belajar Siswa ... 190
Lampiran 2.2 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Siswa ... 216
Lampiran 2.3 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 219
Lampiran 2.4 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 233
Lampiran 2.5 Tabel Taraf Signifikan ... 235
LAMPIRAN 3 TABULASI DATA ... 236
Lampiran 3.1 Data Angket Minat Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 1 ... 237
(20)
xix
Lampiran 3.2 Data Tes Hasil Belajar Siswa Kelas XI
Akuntansi 1 ... 239
Lampiran 3.3 Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 241
Lampiran 3.4 Data Pengamatan Aktivitas Siswa ... 244
Lampiran 3.5 Data Transkrip Wawancara Siswa ... 247
Lampiran 3.6 Data Traskrip Video Pembelajaran ... 257
LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ... 283
Lampiran 4.1 Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 2 ... 284
Lampiran 4.2 Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 2 ... 292
Lampiran 4.3 Angket Minat Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 1 ... 300
Lampiran 4.4 Tes Hasil Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 1 ... 308
Lampiran 4.5 Hasil Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 314
Lampiran 4.6 Hasil Pengisian Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 323
Lampiran 4.7 Rekapitulasi Analisis Data Pengamatan Aktivitas Siswa ... 347
LAMPIRAN 5 FOTO-FOTO PENELITIAN ... 352
LAMPIRAN 6 SURAT PENELITIAN ... 354
Lampiran 6.1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 355
Lampiran 6.2 Surat Ijin Penelitian ... 356
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kepesatan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini telah
mengantarkan masyarakat memasuki era global. Setiap individu di era global
dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mampu
mengadaptasikan diri ke dalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Persaingan bebas dalam globalisasi yang berkembang pesat saat ini
menuntut setiap negara untuk mampu berkompetisi dalam segala bidang.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara berkembang harus mampu
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki
daya saing yang tinggi agar dapat bersaing dalam dunia global.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dapat tercipta melalui
dunia pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya merupakan pendidikan yang mampu
mendukung pembangunan di masa mendatang. Menurut Buchori (2001)
dalam Khabibah (2006: 1) pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan,
tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari (dalam Trianto, 2011: 5).
SMKN 1 Depok merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di
(22)
terampil dalam dunia kerja. Selain itu, siswa disiapkan agar menjadi manusia
produktif dan mampu bekerja secara mandiri sesuai dengan program
keahliannya masing-masing. Program keahlian yang ada di SMKN 1 Depok
meliputi bidang keahlian Bisnis Manajeman terdiri dari keahlian Akuntansi,
Administrasi Perkantoran, Pemasaran, dan Busana Butik. Di sana siswa
diajarkan lebih mendalam pada Praktik Industri (PI) agar kompetensi yang
mereka miliki sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Faktor penting lainnya yang turut menjadi perhatian SMKN 1 Depok
adalah bidang akademik karena pada dasarnya siswa juga harus dibekali
dengan teori sehingga siswa tidak hanya unggul dari segi praktik tetapi juga
unggul dari segi pengetahuan. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti
semua siswa SMKN 1 Depok adalah mata pelajaran matematika. Untuk itu,
guru mata pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang
lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa yang dapat mengasah
kemampuan berpikir dan bukan aktivitas mengajar guru. Sehingga
pengetahuan akademik dan pengalaman praktik yang siswa peroleh dapat
terpenuhi secara maksimal.
Pada dunia pendidikan, hasil belajar dijadikan sebagai tolok ukur
yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan siswa dalam bidang
akademik. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni
faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan faktor yang berasal dari
luar (faktor eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, minat dan
(23)
fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat.
Salah satu faktor internal yang sangat penting dalam kegiatan belajar
yakni faktor minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan menunjang
tercapainya efektivitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut Sardiman (dalam Susanto,
2013:68) menyatakan bahwa proses belajar itu akan berjalan dengan lancar
jika disertai dengan minat. Hal senada juga disampaikan Hartono (dalam
Susanto, 2013:68) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan
besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
Minat yang diharapkan dalam kegiatan belajar tentulah minat yang
berasal dari dalam diri sendiri bukan karena adanya paksaan dari luar.
Baharuddin dan Wahyuni (2012: 24) menyatakan bahwa salah satu cara
membangkitkan minat belajar adalah pemilihan jurusan atau bidang studi,
dalam hal ini alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri
oleh siswa sesuai minatnya. Siswa yang melanjutkan pendidikannya di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diberi kebebasan sejak awal untuk
memilih sendiri bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Selain itu jurusan yang ditawarkan lebih banyak dan lebih spesifik. Adanya
pendalaman pada praktik industri yang melatih kemampuan siswa sejak dini
pada bidang keahlian yang diminati juga menjadi salah satu daya tarik yang
(24)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Juli -
Agustus di SMKN 1 Depok, masih banyak siswa yang kurang berminat
mengikuti pelajaran matematika hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang
kurang aktif dalam bertanya maupun dalam hal menyampaikan pendapat
selama pembelajaran berlangsung. Selain itu pembelajaran masih satu arah
(mengarah pada pembelajaran konvensional) yaitu guru menjelaskan dengan
metode ceramah, dan siswa mendengarkan, mencatat kemudian diberi latihan
soal yang dikerjakan secara individu. Komunikasi yang terjalin pun hanya
terjadi antara guru dan siswa, sedangkan komunikasi siswa dengan siswa
belum nampak terlihat karena selama pembelajaran berlangsung guru masih
menggunakan model pembelajaran satu arah yang dianggap lebih efisien dan
belum mencoba model pembelajaran yang lain misalnya membiasakan siswa
untuk bekerja dalam kelompok. Hal inilah yang seringkali membuat siswa
menjadi pasif sehingga guru belum mampu menganalisis pemahaman siswa
secara maksimal. Kurangnya kerja sama antarsiswa selama pembelajaran
juga akan membuat siswa menjadi bosan dan kurang aktif dalam belajar
sehingga tidak semua peserta didik termotivasi untuk memahami materi.
Agar siswa dapat memahami materi dan mengikuti pembelajaran
matematika dengan baik, dibutuhkan usaha dari guru matematika untuk
menyajikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan
sehingga proses belajar mengajar yang terjalin antara guru dan siswa dapat
meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Untuk itu dibutuhkan model
(25)
pendapat, menggali pengetahuan yang dimiliki serta menjalin komunikasi dan
kerja sama dengan teman-teman sekelasnya sehingga tercipta interaksi timbal
balik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.
Model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang
dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran agar siswa dapat terlibat
aktif selama pembelajaran berlangsung. Slavin (Isjoni, 2012:17) menyebutkan
cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal
sejak lama yakni guru mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam
kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menerapkan suatu model
pembelajaran baru dengan cara pembentukan kelompok diskusi yang berbeda
dan kelas yang akan diteliti adalah kelas XI Akuntansi 1. Materi yang
digunakan dalam penelitian adalah materi peluang. Materi ini merupakan
materi yang penting untuk dipelajari karena dengan mempelajari materi
peluang, siswa dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang terjadi dalam
kehidupan nyata. Contoh nyata yang bisa kita amati adalah misalkan ada
salah satu siswa yang ingin membuka usaha bisnis berjualan online.
Berapakah peluang kesuksesan usaha yang dilakukan siswa tersebut?
Dari berbagai model pembelajaran koopertif yang dikembangkan para
ahli, peneliti memilih salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe
Think-Pair- Square pada materi peluang. Berdasarkan paparan di atas, maka
peneliti ingin mengangkat permasalahan tersebut melalui suatu penelitian
(26)
THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK
PADA MATERI PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, ada
beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran di SMKN 1 Depok.
Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Siswa kurang berminat mengikuti pelajaran matematika.
2. Pembelajaran masih satu arah (mengarah pada pembelajaran
konvensional).
3. Proporsi siswa untuk bekerja sama selama pembelajaran masih kurang.
4. Siswa belum dibiasakan dengan model pembelajaran kooperatif yang
dapat menciptakan interaksi antarsiswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas model pembelajaran tipe
Think-Pair- Square pada materi peluang ditinjau dari minat belajar, hasil
belajar, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa di kelas XI
(27)
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar,
hasil belajar siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa di kelas
XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang.
E. Batasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti, adapun batasan
maslah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian dibatasi hanya siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1
Depok.
2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi peluang.
3. Efektivitas penggunaan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square pada
materi peluang ditinjau berdasarkan minat belajar, keterlaksanaan
pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
4. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa ditinjau dari segi kognitif yakni
pemahaman siswa terkait materi peluang yang diperoleh melalui tes hasil
belajar siswa.
F. Batasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan istilah,
(28)
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto. 2003:2).
2. Efektivitas
Efektivitas merupakan suatu ukuran atau pegangan yang menyatakan
ketercapaian atas suatu target yang telah ditetapkan.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dalam suatu kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat
orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin. 2008:
8).
4. Tipe Think-Pair-Square
Model pembelajaran tipe Think-Pair-Square adalah model pembelajaran
berupa pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari empat siswa
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri
maupun bekerja sama dengan orang lain untuk mendiskusikan ide-ide
yang mereka miliki dalam menyelesaikan masalah yang diberikan,
membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan
berkomunikasi serta mendorong siswa untuk saling berbagi informasi satu
(29)
5. Minat Belajar
Hurlock (1989: 114) juga mengungkapkan bahwa minat merupakan
sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
6. Hasil Belajar
Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
7. Peluang Suatu Kejadian
Peluang suatu kejadian yang diinginkan adalah perbandingan banyaknya
titik sampel kejadian yang diinginkan dengan banyaknya anggota ruang
sampel kejadian tersebut.
G. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan dapat
bermanfaat bagi kalangan di dunia pendidikan, yaitu:
1. Bagi Guru
Membantu guru matematika dalam menciptakan variasi model
pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair-
Square yang dapat membangkitkan semangat siswa dan membuat siswa
(30)
menyenangkan dan semakin memotivasi siswa dalam memahami materi
pelajaran.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa melalui belajar
kelompok, membiasakan siswa untuk berbicara di hadapan
teman-temannya, melatih kerja sama dan tanggung jawab siswa serta mengetahui
hasil belajar dan minat belajar siswa ketika belajar menggunakan model
pembelajaran tipe Think-Pair-Square khususnya pada materi peluang.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan dan pengalaman peneliti terkait
pembelajaran di sekolah serta menjadi langkah awal dalam menciptakan
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
1. Bab I memuat latar belakang dilaksanakannya penelitian ini, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah,
batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. Secara umum bab II memuat landasan teori dan kerangka berpikir
penelitian.
3. Bab III memuat jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan
(31)
penelitian, validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, dan prosedur
pelaksanaan penelitian.
4. Bab IV memuat pelaksanaan penelitian, analisis data, pembahasan serta
hambatan pada saat melakukan penelitian.
(32)
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (Haling, 2006:1) (dalam Rachmawati dan
Daryanto, 2015: 35), belajar adalah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Syah (2010:90), belajar adalah tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Sementara itu, Siregar dan Nara (2014: 5)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan yang bersifat relatif konstan.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar,
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan manusia yang mengakibatkan adanya perubahan pola pikir dan
tingkah laku pada individu yang melibatkan proses kognitif sebagai
akibat interaksi individu dengan individu maupun interaksi individu
(33)
b. Ciri Akibat Belajar
Ciri-ciri akibat belajar dapat dikelompokkan menjadi empat
(Siregar dan Nara, 2014: 5-6), yaitu:
1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
maupun nilai dan sikap (afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap dan
dapat disimpan.
3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan
usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya.
4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan.
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua (Suprijono,
2009:5), yaitu :
1) Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan
tindakan instruksional (Instructional effects) yang biasa berbentuk
pengetahuan dan keterampilan.
2) Tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar
instruksional (nurturant effects) yang berupa kemampuan berpikir
kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain,
(34)
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3) hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dan hasil
belajar siswa itu sendiri dapat diukur melalui tes. Sementara itu, Nawawi
(dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dari pendapat beberapa
para ahli di atas mengenai hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah ia
melakukan kegiatan belajar terhadap materi pelajaran tertentu yang
hasilnya dapat diukur melalui tes dan dinyatakan dalam skor tertentu.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (dalam
Susanto, 2013:12) sebagai berikut:
1) Faktor internal; merupakan faktor yang bersumber dari diri sendiri
yang mempengaruhi kemampuan belajar. Faktor internal meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal; merupakan faktor yang berasal dari luar diri yang
mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal meliputi: keluarga,
(35)
3. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Menurut Alisuf Sabri (1995:84), minat belajar adalah
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu
secara terus menerus. Minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaan
senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap
senang kepada sesuatu. Hurlock (1989: 114) juga mengungkapkan bahwa
minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Dari
pengertian yang disampaikan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
minat belajar erat kaitannya dengan perasaan senang atau tertarik yang
sifatnya tetap terhadap sesuatu serta merupakan sumber motivasi yang
mendorong orang melakukan apa yang mereka inginkan.
b. Ciri-Ciri Minat Belajar
Slameto (2003:58) mengemukakan beberapa ciri siswa yang
berminat dalam belajar yaitu:
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati
(36)
5) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya
6) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan
c. Aspek Minat belajar
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi minat belajar siswa
(dalam Safari, 2012) antara lain:
1) Rasa tertarik, merupakan awal dari individu menaruh minat
sehingga seseorang akan tertarik terhadap sesuatu. Ketertarikan yang
dimaksud adalah ketertarikan terhadap pelajaran di kelas.
2) Perasaan, merupakan hal yang tak kalah penting karena seorang
siswa yang memiliki rasa senang terhadap pelajaran tertentu maka
akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya tanpa adanya
perasaan terpaksa.
3) Perhatian, merupakan hal penting yang dapat menjamin hasil belajar
yang baik. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka
timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Untuk itu
seorang guru harus selalu berusaha menarik perhatian anak didik
sehingga siswa mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkan.
4) Partisipasi, merupakan keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari sikap siswa yang partisipatif
seperti rajin bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Selain itu
siswa selalu berusah terlibat dalam setiap kegiatan selama
(37)
5) Keinginan/kesadaran, yakni siswa mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi dan mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang
menyuruh dan memaksa.
4. Pembelajaran Efektif
Sudjana (2004:35-37) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
dapat ditinjau dari dua segi yaitu proses pembelajaran yang sesuai dengan
yang direncanakan dan hasilnya sesuai dengan yang ditentukan. Menurut
Susanto (2013:53), proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun
sosialnya. Sedangkan Slameto (2003: 92) mengemukakan bahwa
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa siswa
belajar efektif yakni jika waktu yang tersedia untuk ceramah guru sedikit,
sedangkan waktu terbanyak adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk
pemeriksaan pemahaman siswa. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa secara aktif serta dapat menggali kemampuan siswa
secara menyeluruh sehingga siswa memperoleh hasil belajar secara optimal.
Siswa dikatakan terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung
dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut Paul D. Derich (dalam Hamalik,
2007) aspek keaktifan belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan visual
(38)
3) Kegiatan mendengarkan
4) Kegiatan menulis
5) Kegiatan menggambar
6) Kegiatan emosional
7) Kegiatan motorik
8) Kegiatan mental
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan beberapa aspek
keaktifan belajar siswa yakni aspek yang sesuai dengan model pembelajaran
tipe Think-Pair-Square dan aspek yang bisa diamati melalui kegiatan
observasi aktivitas siswa. Aspek-aspek tersebut antara lain kegiatan visual,
kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, dan kegiatan menulis. Selain itu
untuk mengetahui proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan
maka peneliti akan melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Prastiana (2014: 13) menyebutkan bahwa tolok ukur mengenai
efektivitas mengajar adalah tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi.
Hal tersebut dapat dilihat dari tes hasil belajar yang dilaksanakan
dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk dapat
mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa
hal berikut (dalam Susanto, 2013: 54) yaitu:
1) Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis.
2) Proses belajar mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang
(39)
sistematis, dan menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian,
baik itu media, suara, maupun gerak.
3) Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara
efektif.
4) Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi.
5) Hubungan interaksi antara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga
setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.
Motivasi mengajar dan motivasi belajar yang tinggi dalam rangka
mewujudkan pembelajaran yang efektif hanya dapat tercipta apabila adanya
minat. Seperti yang telah dijelaskan Hurlock (1989: 114) bahwa minat
belajar merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang melakukan
apa yang mereka inginkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka keefektivan model pembelajaran
tipe Think-Pair-Square dalam penelitian ini didasarkan pada empat aspek
yakni keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, aktivitas belajar
siswa, minat belajar siswa dan hasil belajar siswa. Apabila keempat aspek
sudah mencapai persentase yang ditetapkan peneliti sebelumnya, maka
model pembelajaran tipe Think-Pair- Square dapat dikatakan efektif.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu
(40)
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai
materi yang disampaikan oleh guru (Slavin. 2008: 8).
Slavin (Isjoni, 2012:17) menyebutkan cooperative learning
merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama yakni guru
mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya. Sementara itu,
Artzt & Newman (1990: 448) (dalam Trianto, 2011:56) menyatakan
bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai satu tim
dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Dari beberapa pendapat para ahli yang menguraikan tentang
pengertian model pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu dengan anggota
yang heterogen yang saling bekerja sama dalam belajar guna mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Dari pemaparan pengertian model pembelajaran kooperatif yang
diterapkan tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan yang dimaksud.
Menurut Zamroni (2000), bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif
adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam
wujud input pada level individual, belajar kooperatif dapat
(41)
kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang
cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat (Trianto, 2011: 57).
Sementara itu, menurut Mulyasa (dalam Jamal Asmani, 2016:
53-54) ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dijelaskan dalam
uraian berikut:
1) Pencapaian Hasil Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat
memberi keuntungan, baik pada siswa golongan bawah maupun
golongan atas yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Siswa golongan atas akan menjadi tutor bagi siswa
golongan bawah. Dalam proses tutorial ini siswa golongan atas akan
meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan
sebagai tutor tentu membutuhkan pemikiran lebih mendalam
mengenai hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu.
2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Efek penting berikutnya dari model pembelajaran kooperatif
ialah penerimaan terhadap siswa yang berbeda ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, ataupun ketidakmampuan.
3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting terakhir dari pembelajaran kooperatif ialah
mengajarkan siswa mengenai keterampilan kerja sama dan
(42)
sosial yang sangat bermanfaat dalam kehidupan riil, khususnya
ketika mereka mengaktualisasikan diri di tengah masyarakat.
Sementara itu belajar berkolaborasi dengan orang lain berarti
berlatih menghargai potensi; berkomunikasi; menyelami perasaan,
kejiwaan dan mentalitas orang lain; beradaptasi; serta berani
menunjukkan kebolehan di hadapan orang lain.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang tujuan yang diharapkan
dari penerapan model pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih siswa untuk belajar
bekerja sama, berinteraksi dengan teman-temannya yang memiliki latar
belakang berbeda, saling menghargai, menerima segala perbedaan,
memupuk rasa tanggung jawab, meningkatkan kinerja siswa dalam
menyelesaikan tugas akademik, serta meningkatkan pengembangan
keterampilan sosial ketika siswa mengaktualisasikan diri di tengah
masyarakat.
c. Unsur-Unsur dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa
tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut antara lain:
1) Positive Interpendence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif
(43)
bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua
anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang
ditugaskan tersebut.
2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua
anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab
perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang
diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti
kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
3) Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif)
Hal ini penting karena dapat menghasilkan sikap saling
ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling
membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi
dan saran yang diperlukan, memproses informasi bersama secara
lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu
dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang
dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilan bersama.
4) Interpersonal Skill (komunikasi antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian
(44)
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima
dan saling mendukung, serta mampu meyelesaikan konflik secara
konstruktif.
5) Group Processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan
kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan
kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara
anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak
membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektivitas anggota memberikan kontribusi terhadap kegiatan
kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat
pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Adapun urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model
pembelajaran kooperatif, sebagaimana diuraikan Arends (Jamal Asmani,
2016: 49-50) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1:
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase-2:
menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3:
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
(45)
Fase-4:
membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar ketika siswa mengerjakan tugas.
Fase-5: Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6:
memberi penghargaan
Guru menentukan cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu ataupun kelompok.
e. Keuntungan dan Kerugian Model Pembelajaran Kooperatif
1) Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif
Sadker dan Sadker (1997) menjabarkan beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif selain meningkatkan keterampilan kognitif
dan afektif siswa (dalam Huda, 2012:66), yaitu:
a) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur
kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih
tinggi.
b) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang
lebih besar untuk belajar.
c) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli
pada teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti.
d) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras
(46)
2) Kerugian Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin mengemukakan tiga kendala utama terkait dengan
pembelajaran kooperatif (dalam Huda, 2012:68), yaitu:
a) Free Rider (Pengendara Bebas)
Free rider adalah beberapa siswa yang tidak tanggung jawab
secara personal terhadap tugas kelompoknya; mereka hanya
“mengekor” saja apa yang dilakukan tema-teman satu kelompoknya yang lain.
b) Diffusion of Responsibility (Penyebaran Tanggung Jawab)
Merupakan suatu kondisi di mana beberapa anggota yang
dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh
anggota-anggota yang lain yang “lebih mampu”.
c) Learning a Part of Task Specialization
Pada beberapa metode tertentu, seperti jigsaw, Group
Investigation, dan metode-metode yang lain yang terkait, setiap
kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan
bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain sehingga
membuat siswa hanya fokus pada materi yang menjadi tanggung
jawabnya.
6. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Berikut akan dipaparkan beberapa tipe model pembelajaran kooperatif
(47)
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Model pembelajaran
berkirim salam dan soal memberi kesempatan kepada siswa untuk
membuat pertanyaan sendiri dan mengerjakan soal yang dibuat oleh
temannya.
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu
Tipe pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model pembelajaran ini
diawali dengan pembagian kelompok dan pemberian tugas atau
permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi
selesai, dua siswa utusan kelompok meninggalkan kelompok dan
bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak bertamu ke
kelompok lain bertugas untuk menerima tamu dari suatu kelompok.
Setelah selesai, semua kembali ke kelompok asal dan mencocokkan dan
membahas hasil kerja.
Tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah Investigasi Kelompok
(dalam Trianto, 2011). Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.
Dalam implementasi tipe ini, guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan
(48)
Tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah Tipe Think-Pair-Square
(dalam Lie, 2010). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun
1933 dan merupakan pengembangan dari model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share. Berikut tiga tahap pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Square:
1) Tahap Think (Berpikir)
Guru memberikan waktu kepada siswa untuk memahami masalah yang
diberikan secara individu dan menentukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menemukan
ide-ide pemecahan masalah yang selanjutnya didiskusikan dengan
pasangannya.
2) Tahap Pair (Berpasangan)
Secara berpasangan siswa mendiskusikan bagaimana menyelesaikan
masalah yang diberikan berdasarkan ide-ide atau gagasan yang
diperoleh dari hasil pemikiran tiap individu untuk kemudian dicari
solusi yang terbaik.
3) Tahap Square (Berempat)
Kedua pasangan kemudian bertemu dalam kelompok berempat untuk
mendiskusikan hasil pemikiran yang telah diperoleh dari tahap
sebelumnya yang kemudian dijadikan sebagai jawaban kelompok.
Setelah selesai berdiskusi, siswa dapat mempresentasikan hasil kerja
(49)
7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square
a. Pengertian Tipe Think-Pair-Square
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1933 dan merupakan pengembangan dari model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share. Teknik pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain serta memberi lebih
banyak waktu untuk berpikir bagi siswa dalam menunjukan partisipasi
mereka kepada orang lain (dalam Lie, 2010). Adapun ciri pembelajaran
tipe Think-Pair-Square sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok berempat secara heterogen
dan memberi tugas kepada semua kelompok.
2) Setiap individu memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3) Siswa kemudian berpasangan dengan salah satu siswa dalam
kelompok untuk mendiskusikan jawaban mereka.
4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat untuk
membagikan hasil kerja mereka dan mendiskusikan jawaban mereka
untuk dijadikan jawaban kelompok.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe Think-Pair-Square
Tahap pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square secara garis
besar sama dengan tipe Think-Pair-Share yakni terdiri dari tiga tahap
yang membedakan keduanya yaitu pada tahap ketiga. Berikut tiga tahap
(50)
4) Tahap Think (Berpikir)
Guru memberikan waktu kepada siswa untuk memahami masalah
yang diberikan secara individu dan menentukan langkah-langkah
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta
menemukan ide-ide pemecahan masalah yang selanjutnya
didiskusikan dengan pasangannya.
5) Tahap Pair (Berpasangan)
Secara berpasangan siswa mendiskusikan bagaimana menyelesaikan
masalah yang diberikan berdasarkan ide-ide atau gagasan yang
diperoleh dari hasil pemikiran tiap individu untuk kemudian dicari
solusi yang terbaik.
6) Tahap Square (Berempat)
Kedua pasangan kemudian bertemu dalam kelompok berempat untuk
mendiskusikan hasil pemikiran yang telah diperoleh dari tahap
sebelumnya yang kemudian dijadikan sebagai jawaban kelompok.
Setelah selesai berdiskusi, siswa dapat mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas.
Berdasarkan tiga tahap yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square yang
akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
(51)
3) Siswa diminta untuk berpikir secara individual tentang penyelesaian
soal pada LKS (Think).
4) Setelah tahap think selesai, siswa berpasangan dengan salah satu
teman dalam kelompoknya untuk berdiskusi dan bertukar pendapat
mengenai ide-ide yang mereka peroleh dari tahap sebelumnya untuk
menyelesaikan soal pada LKS (Pair).
5) Setelah tahap pair selesai kedua pasangan kembali dalam kelompok
berempat untuk membagi hasil pemikiran dan menyepakati jawaban
dengan pasangan lain dalam kelompoknya untuk selanjutnya dijadikan
jawaban kelompok (Square)
6) Setelah tahap square selesai, siswa mempersiapkan diri untuk
mempresentasikan jawaban LKS. Guru menunjuk perwakilan tiap
kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan
kelompok lain diberi kesempatan untuk menyangga dan memberi
masukkan jika jawaban mereka berbeda.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Think-Pair-Square
Model pembelajaran tipe Think-Pair-Square memiliki kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran tipe
Think-Pair-Square adalah sebagai berikut:
1) Siswa akan memiliki lebih banyak waktu untuk berdiskusi sehingga
akan semakin banyak ide yang dikeluarkan siswa.
(52)
3) Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk berusaha
mengerjakan tugas dengan baik.
Selain beberapa keunggulan di atas, pembelajaran tipe
Think-Pair-Square juga memiliki kelemahan. Kelemahan model pembelajaran tipe
Think-Pair-Square diantaranya:
1) Guru harus pandai mengatur waktu sehingga setiap tahapan dapat
dilalui.
2) Memungkinkan terjadinya kesulitan dalam pengambilan kesimpulan
saat berdiskusi mengenai suatu pokok materi.
8. Materi
Materi peluang suatu kejadian bersumber dari Ronald E. Walpole (1992),
Maman Abdurahman (2005), Bandung Arry Sanjoyo, dkk (2009) serta
Marten Kanginan dan Yuza Terzalgi (2014).
1. Percobaan, Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian
Percobaan didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana hasilnya dapat
diamati.
Dua contoh percobaan yang paling umum dikenal adalah:
a. Percobaan melempar undi sebuah uang logam (koin) dan amati sisi
yang menghadap ke atas.
b. Percobaan menggelindingkan sebuah dadu dan amati mata dadu
(53)
c. Ketika melakukan percobaan melempar undi sebuah uang logam,
maka hasil yang diamati ada dua kemungkinan, yaitu sisi angka atau
sisi gambar menghadap ke atas (Gambar 2.1). Sisi angka biasanya
kita wakili dengan huruf A dan sisi gambar biasanya kita wakili
dengn huruf G. Kumpulan dari semua hasil yang mungkin pada
suatu percobaan didefinisikan sebagai ruang sampel (diberi lambang
S). Sedangkan tiap hasil yang mungkin terjadi disebut titik sampel.
Banyak titik sampel dalam ruang sampel dilambangkan dengan n(S).
Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel
dilambangkan dengan E (bisa diganti dengan huruf kapital yang
lain). Banyak titik sampel dalam kejadian dilambangkan dengan
n(E).
Gambar 2.1 Titik-titik sampel pada percobaan melempar undi sekeping uang logam
2. Peluang Kejadian Tunggal
Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan
setiap titik sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul dan
E suatu kejadian munculnya percobaan tersebut, maka peluang kejadian
E dinyatakan dengan:
(54)
Keterangan:
� = peluang muncul kejadian � = banyaknya kejadian
� � = banyaknya kemungkinan kejadian �
Perlu diingat bahwa nilai peluang suatu kejadian berkisar antara 0 sampai
1, ditulis ≤ � ≤ . Peluang � = menyatakan peluang kejadian mustahil (tidak mungkin terjadi), sedangkan peluang � = menyatakan peluang kejadian pasti.
3. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan dari suatu kejadian merupakan banyaknya kejadian E
yang diharapkan muncul dari suatu percobaan yang dilakukan sebanyak n
kali dengan besarnya peluang kejadian E dalam setiap percobaan sebesar
P(E). Frekuensi harapan suatu kejadian E dalam percobaan dinyatakan
oleh:
dengan: ℎ = frekuensi harapan kejadian E dalam suatu percobaan yang diulang n kali
� = peluang kejadian E dalam setiap percobaan 4. Peluang Kejadian Majemuk
Jika dua atau lebih kejadian dioperasikan sehingga membentuk kejadian
baru, kejadian baru ini disebut kejadian majemuk. Ada tiga operasi yang
akan dipelajari pada bagian ini, yaitu operasi komplemen, operasi
penjumlahan, dan operasi perkalian.
(55)
a. Peluang Komplemen dari Suatu Kejadian
Jika pada himpunan semesta S terdapat himpunan E maka
komplemen dari E (ditulis � adalah anggota S tetapi bukan anggota E
.
Gambar 2.2 Kejadian Komplemen
Sebelumnya telah dibahas bahwa peluang kejadian E, yang ditulis
� mempunyai kisaran ≤ � ≤ . Jika semua titik sampel merupakan kejadian atau kepastian maka � = , sehingga:
atau
b. Peluang Kejadian Tidak Saling Lepas (Tidak Saling Asing) dan
Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
1) Peluang Dua Kejadian tidak Saling Lepas
Misalkan S adalah ruang sampel, kejadian A dan kejadian B
merupakan bagian dari S dikatakan tidak saling lepas atau tidak
saling asing apabila dua kejadian tersebut memiliki elemen yang
sama.
S
E
�
� + � � =
(56)
Gambar 2.3 Kejadian A dan B tidak saling lepas
Dengan kata lain kejadian A dan kejadian B dikatakan tidak
saling lepas atau tidak saling asing jika memenuhi:
2) Peluang Dua Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Misalkan S adalah ruang sampel, kejadian A dan kejadian B
merupakan bagian dari S dikatakan saling lepas atau saling asing
apabila dua kejadian tersebut tidak memiliki satupun elemen
yang sama.
Gambar 2.4 Kejadian A dan B saling lepas
Dengan kata lain kejadian A dan kejadian B dikatakan saling
lepas atau saling asing jika memenuhi:
S
A B
S
A B
Jika A dan B kejadian yang tidak saling lepas maka
(57)
= ∅ atau � =
c. Peluang Kejadian Bersyarat dan Kejadian Saling Bebas
Penerapan aturan perkalian dalam peluang kejadian majemuk
dapat dilihat dalam kejadian bersyarat dan kejadian bebas. Peluang
terjadinya kejadian B bila diketahui bahwa suatu kejadian lain A
telah terjadi disebut peluang bersyarat dilamabngkan dengan � / . Lambang � / dibaca “peluang terjadinya B bila A telah terjadi dan didefinisikan sebagai:
atau
Ingat, kejadian B dengan syarat kejadian A maksudnya kejadian
B terjadi dengan syarat kejadian A telah terjadi.
Kejadian A dan B disebut saling bebas apabila kejadian A tidak
mempengaruhi kejadian B atau sebaliknya.
Kejadian A dan B saling bebas jika dan hanya jika berlaku: Jika A dan B kejadian yang saling lepas maka
� = � + �
� = � . �
� / =�� , dimana � >
(58)
B.Kerangka Berpikir
1. Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah-masalah yang dijumpai
ketika peneliti melakukan observasi di lapangan. Masalah yang peneliti
jumpai di lapanagan adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti
pelajaran matematika, model pembelajaran yang cenderung konvensional,
belum dibiasakan pembelajaran dengan model kooperatif, dan proporsi
siswa untuk bekerja sama masih kurang.
2. Berdasarkan masalah yang ditemui peneliti, maka peneliti menawarkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square dengan
pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari empat orang dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri maupun
bekerja sama dengan orang lain. Selain itu dapat membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan berkomunikasi serta
mendorong siswa untuk saling berbagi informasi satu sama lain.
3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square ditinjau dari minat
belajar, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar
siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang.
4. Guru bisa saja menggunakan model pembelajaran ini untuk menjelaskan
materi lain apabila penelitian ini berhasil dalam artian model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Square memberikan hasil tes belajar yang baik
(59)
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arifin
(2012:54), bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan
untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena
atau peristiwa yang terjadi saat ini. Penelitian yang akan dilakukan yakni
efektivitas model pembelajaran Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar,
keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa serta hasil belajar siswa. Pada
penelitian ini analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian naratif dan juga
dalam bentuk angka-angka bermakna.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
ini diperoleh dari pengolahan data hasil belajar, angket minat belajar dan
lembar observasi. Sedangkan data wawancara siswa terhadap pembelajaran
Think-Pair-Square adalah data tambahan yang akan mendukung data minat
belajar siswa. Dalam penelitian deskriptif kuantitatif peneliti akan
mendeskripsikan data yang diperoleh menggunakan angka-angka bermakna
yakni menghitung skor total dibandingkan dengan kategori yang telah
(60)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian ini, antara lain :
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Depok.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan Maret 2017.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dan obyek yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi 1
SMKN 1 Depok.
2. Obyek penelitian adalah efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Square pada materi peluang.
D. Bentuk Data
Ada beberapa data yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yakni data
hasil belajar siswa, data minat belajar siswa, data keterlaksanaan proses
belajar mengajar, data aktivitas siswa data hasil wawancara.
1. Data Hasil Belajar Siswa
Pada penelitian ini hasil belajar siswa akan ditinjau dari segi
kognitif yaitu terkait pemahaman siswa terhadap materi peluang. Data
hasil belajar siswa diperoleh melalui jawaban siswa terhadap pertanyaan
yang diberikan pada tes hasil belajar tentang materi peluang setelah siswa
(61)
Think-Pair-Square selama tiga pertemuan. Jawaban siswa kemudian diberi skor
berdasarkan panduan skor yang telah dibuat sebelumnya. Total skor yang
diperoleh siswa dari tes hasil belajar ini selanjutnya digunakan untuk
mengukur perolehan hasil belajar siswa terhadap materi yang telah
dipelajari dan dijadikan sebagai acuan untuk menentukan ketercapaian
hasil belajar siswa.
2. Data Minat Belajar Siswa
Data minat belajar siswa diperoleh melalui pengisian lembar
angket yang di dalamnya memuat pernyataan-pernyataan mengenai minat
belajar siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran tipe Think-Pair-Square. Pernyataan-pernyataan yang ada
dalam lembar kuesioner adalah pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Tujuannya agar peneliti dapat melihat kekonsistenan siswa dalam
memilih jawaban. Ada baiknya jika kategori yang dipilih siswa
merupakan kategori yang paling mewakili minat belajar siswa.
Kategori dari setiap item pernyataan yang menjadi jawaban siswa
selanjutnya akan dikonversikan dalam angka lalu diakumulasikan untuk
memperoleh skor total. Skor total inilah yang kemudian digunakan
sebagai acuan untuk menentukan tingkat minat belajar siswa.
3. Data Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square
Pada penelitian ini, data keterlaksanaan pembelajaran
Think-Pair-Square dijadikan sebagai salah satu aspek untuk mengukur efektivitas
(62)
(observer) melalui pengisian lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran Think-Pair-Square.
Pengamat (observer) memilih kriteria “Ya” atau “Tidak” dengan
memberi tanda cek () pada kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran.
Untuk menganalisis terkait penentuan keterlaksanaan pembelajaran
Think-Pair-Square maka setiap kriteria yang telah dipilih akan
dikonversikan ke dalam skor yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Data Aktivitas Siswa
Selain data keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, data
aktivitas siswa juga dijadikan sebagai salah satu aspek untuk mengukur
efektivitas model pembelajaran Think-Pair-Square. Data ini didapat oleh
pengamat (observer) melalui pengisian lembar observasi aktivitas siswa.
Pengamat (observer) memberi tanda cek () pada kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu aktivitas
tertentu dalam pembelajaran. Untuk menganalisis terkait penentuan
aktivitas siswa maka setiap kriteria yang telah dipilih akan dikonversikan
ke dalam skor yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Data Hasil Wawancara
Pada penelitian ini peneliti juga akan melakukan wawancara
terhadap beberapa siswa. Data hasil wawancara ini akan memperkuat
(63)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
memperoleh data-data atau keterangan tertentu yang diinginkan. Tes
tertulis ini memuat soal-soal atau pertanyaan tertulis yang harus dijawab
siswa dalam bentuk tulisan juga. Tes tertulis akan diberikan pada
pertemuan yang keempat sebagai tes hasil belajar siswa guna mengetahui
kemampuan serta penguasaan siswa terhadap materi peluang.
2. Penyebaran Angket
Menurut Komalasari (2011:81), angket adalah suatu alat
pengumpul data dalam assesment non tes berupa serangkaian pernyataan
yang diajukan kepada responden (siswa, orang tua atau masyarakat).
Daftar pernyataan yang dibuat oleh peneliti merupakan
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah penelitian yakni
kecenderungan minat belajar siswa setelah mengikuti pelajaran dengan
tipe Think-Pair-Square pada materi peluang.
3. Observasi
Metode observasi seringkali diartikan sebagai pengamatan yang
disertai dengan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada subyek penelitian. Riduwan (2004:104) menyatakan observasi
sebagai teknik pengumpulan data, di mana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
(64)
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan tipe Think-Pair-Square
pada materi peluang dan data aktivitas siswa.
4. Wawancara
Menurut Narbuko dan Achmadi (2007:83) wawancara adalah
proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yakni
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Pada penelitian ini
wawancara dilakukan guna memverifikasi data minat belajar siswa yang
diperoleh melalui pengisian angket.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang menerapkan model pembelajaran tipe
Think-Pair-Square. RPP ini disusun dengan mempertimbangkan
beberapa hal diantaranya Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), indikator pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan serta
prinsip-prinsip yang berlaku pada model pembelajaran
Think-Pair-Square. Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat
(65)
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilakukan pada pertemuan yang keempat
untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pada materi peluang
dengan model pembelajaran Think-Pair-Square. Pada penelitian ini
untuk mengukur hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan
model pembelajaran tipe Think-Pair-Square akan digunakan tes
tertulis bentuk uraian.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Pokok
Bahasan Indikator
Nomor Butir Instrumen
Peluang
1. Mengidentifikasi percobaan, ruang sampel, titik sampel dan kejadian berdasarkan
ciri-cirinya 1a, 1b, 1c
2. Menyelesaikan soal berkaitan dengan peluang kejadian tunggal menggunakan
rumus 2
3. Menyelesaikan soal berkaitan dengan
frekuensi harapan menggunakan rumus 3a 4. Menyelesaikan soal berkaitan dengan
peluang kejadian komplemen menggunakan rumus
3b 5. Menyelesaikan soal berkaitan dengan
peluang kejadian majemuk (kejadian saling lepas dan kejadian bersyarat) menggunakan rumus
4, 5
6. Menyelesaikan soal menggunakan
penerapan kombinasi pada soal peluang 6
(66)
Adapun soal tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 1.4
dan lampiran 1.5.
b. Angket Minat Belajar Siswa
Pada penelitian ini lembar angket digunakan untuk mengukur
aspek minat belajar siswa. Peneliti mengajukan 25 pernyataan yang
terbagi menjadi 13 pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif guna
melihat kekonsistenan jawaban siswa. Ada beberapa aspek yang
digunakan peneliti untuk mengukur minat belajar siswa antara lain
rasa tertarik, perasaan, perhatian, partisipasi, dan keinginan/kesadaran.
Selain itu peneliti juga menggunakan skala Likert untuk
menentukan kategori yang akan dipilih responden dalam menilai suatu
pernyataan yakni dengan pilihan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju atau sangat tidak setuju. Pada pernyataan positif pilihan sangat
setuju sampai pilihan sangat tidak setuju disimbolkan dengan angka 5
sampai 1 secara terurut. Sedangkan pada pernyataan negatif pilihan
sangat setuju sampai pilihan sangat tidak setuju disimbolkan dengan
angka 1 sampai 5 secara terurut. Skala Likert juga digunakan untuk
menentukan rentang angka dalam setiap kategori. Selanjutnya siswa
diminta untuk memilih jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
kecenderungan minat belajar siswa dengan membubuhi tanda cek () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut adalah kisi-kisi angket
(67)
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa Aspek Minat Nomor Pernyataan positif Nomor Pernyataan
Negatif
Rasa tertarik 1, 11 12, 15
Perasaan 14, 16, 22 20, 21, 13 Perhatian 8, 10, 17, 19 2, 3, 9, 18, 23
Partisipasi 4 5
Keinginan/Kesadaran 6, 7, 25 24
Adapun lembar angket minat belajar siswa dapat dilihat pada
lampiran 1.2 dan lampiran 1.3.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengukur keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan tipe Think-Pair-Square serta
mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran. Data keterlaksanaan
pembelajaran Think-Pair-Square didapat pengamat (observer) dengan
memberi tanda cek () pada kriteria “Ya” atau “Tidak” sesuai kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu
aktivitas tertentu dalam pembelajaran. Sedangkan data aktivitas siswa
diperoleh dengan memberi tanda cek () pada lembar aktivitas siswa sesuai kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau
tidaknya suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran.
1) Observasi keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square
Observasi keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square
dilakukan melalui pengamatan terhadap pembelajaran yang
tengah berlangsung. Adapun lembar observasi keterlaksanaan
(68)
2) Observasi aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Square
Observasi ini dilakukan melalui pengamatan aktivitas siswa di
kelas selama pembelajaran dengan model Think-Pair-Square.
Adapun kisi-kisi observasinya adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Aktivitas Siswa
No. Aspek Nomor Item
1. Akititas Visual 1, 2 2. Aktivitas Lisan 3, 4, 5, 6, 7 3. Aktivitas Mendengarkan 8, 9 4. Aktivitas Menulis 10, 11, 12
Adapun lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada
lampiran 1.7 dan lampiran 1.8.
d. Pedoman Wawancara Siswa
Pada penelitian ini pedoman wawancara digunakan untuk
memperoleh data berupa informasi mengenai respon siswa yang
menunjukkan kecenderungan minat belajar siswa. Adapun kisi-kisi
pedoman wawancara siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa
No. Aspek Nomor
Pertanyaan
1. Rasa tertarik 1, 2
2. Perasaan 3
3. Perhatian 4
4. Partisipasi 5
(69)
Adapun lembar pedoman wawancara siswa dapat dilihat pada
lampiran 1.10.
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Validitas
Menurut Surapranata (2009:50) validitas adalah suatu konsep yang
berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya
diukur. Pada penelitian ini instrumen yang akan digunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan akan divalidasi dengan dengan dua
jenis validitas yaitu:
a. Validitas Isi
Menurut Masidjo (1995:243) validitas isi adalah suatu
validitas yang menunjukkan sejauh mana isi suatu tes atau alat
pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan.
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam
mengukur isi yang seharusnya diukur dalam penelitian. Peneliti
meminta pertimbangan ahli (dosen) untuk menguji kesesuaian isi
dari RPP, tes hasil belajar siswa, angket minat belajar siswa serta
lembar observasi.
b. Validitas Butir Item
Validitas butir item akan digunakan untuk memvalidasi tes
hasil belajar dan lembar angket minat belajar siswa. Rumus korelasi
yang bisa digunakan adalah rumus korelasi product-moment
(70)
� = ∑ − ∑ ∑
√ ∑ − ∑ × ∑ − ∑
Keterangan:
� : Koefisien korelasi antara X dan Y : Banyak siswa
: Skor item soal
: Skor total
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai �
Interval Nilai � � Kualifikasi
� � < , Sangat rendah
, � �< , Rendah
, � �< ,6 Sedang
,6 � �< ,8 Kuat
,8 � � Sangat Kuat
(Suharsimi, 1986)
Item dikatakan valid apabila � � ��� ��. Sedangkan apabila
� �< ��� �� maka item dinyatakan tidak valid. Nilai ��� �� ditentukan
menggunakan taraf signifikansi 5%.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merujuk pada konsistensi dari suatu pengukuran.
Artinya bagaimana skor tes konsisten dari pengukuran yang satu ke
lainnya (dalam Suprananto, 2012:82). Dalam penelitian ini rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah Alpha Cronbach (dalam
(71)
� = [� − ] [ −� ∑ � �
� ]
Dengan � � =∑ � − ∑
�
dan � =∑ − ∑
Keterangan:
� : Koefisien korelasi reliabilitas instrumen
�: Banyak butir soal : Banyak siswa
�: Skor per item soal
: Skor total
� � : Variansi skor butir soal ke-i � : Variansi skor total
Menurut Sutrisno Hadi (1999) untuk mengetahui tinggi rendahnya
reliabilitas instrumen digunakan kategori berikut.
Tabel 3.6 Kualifikasi Reliabilitas Koefisien Korelasi (� Kualifikasi
,8 − , Sangat tinggi
,6 − , Tinggi
, − , Cukup
, − , Rendah
, − , Sangat rendah
(Hadi, 1999)
Item dikatakan reliabel jika nilai � > �� ��. Nilai ��� �� ditentukan menggunakan taraf signifikansi 5%.
(1)
LAMPIRAN 5
(2)
(3)
LAMPIRAN 6
SURAT IJIN PENELITIAN DAN SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
6.1 Surat Permohonan Ijin Penelitian 6.2 Surat Ijin Penelitian
(4)
(5)
(6)