PROGRAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI EKSPRESIF DAN RESEPTIF PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI Studi Kasus Siswa Kelas V SDN Gegerkalong KPAD I Kotamadya Bandung.

(1)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ……….. i

PERNYATAAN ……….. ……….. ii

ABSTRAK ……….. iv

ABSTRACT ………….……….. v

KATA PENGANTAR ……….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH ………. vii

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL …………...……….. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….... 3

C. Pertanyaan Penelitian ……….. 3

D. Definisi Konsep ……….. 4

E. Tujuan Penelitian ……….. 5

F. Manfaat Penelitian ……….. 6

G. Metode Penelian ………. 6

BAB II KEMAMPUAN KOMUNIKASI EKPRESIF DAN RESEPTIF ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI ……… 8

A. Konsep Anak dengan Gangguan Komunikasi ……… 8

B. Pentingnya Kemampuan Komunikasi bagi Anak dengan Gangguan Komunikasi ……… 11

C. Performa Komunikasi Ekpresif dan Reseptif Anak dengan Gangguan Komunikasi pada Prestasi Akademik dan Relasi Sosial ……….. 14

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 20

A. Pendekatan Penelitian ……… 20

B. Metode Penelitian ……….. 20

C. Lokasi Penelitian ………. 20

D. Informan Penelitian ……… 21


(2)

ix

F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan

Instrumen Penelitian ……….. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. A. Hasil Penelitian ………. 27

1. Deskripsi dan Analisa Kondisi Objektif Kemampuan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif ………. B. Pembahasan ………. 47

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMNDASI ……… 62

A. Kesimpulan ………. 62

B. Rekomendasi ………. 63


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah :

Komunikasi adalah aktifitas kehidupan keseharian setiap manusia sepanjang hayatnya dan komunikasi menunjukkan keberadaan seseorang. Pentingnya komunikasi dirasakan tidak hanya jika mengena pada sasaran tapi juga bila satu komunikasi mengalami hambatan. Satu keberhasilan komunikasi melalui sebuah proses yang dapat dipahami bersama dengan baik, baik dari sisi komunikator (pemberi informasi) maupun komunikan (penerima informasi) disamping komponen komunikasi lainnya. Namun disatu sisi komunikasi tidak selalu berlangsung sesuai dengan harapan fihak yang terlibat, disinilah komunikasi mengalami satu hambatan.

Mereka yang mengalami gangguan komunikasi dapat berpengaruh terhadap kemampuan personal dalam belajar, dan berinteraksi dengan lingkungannya dan berdampak pada saat mengekspresikan pikiran ke dalam bentuk kalimat sehingga akan sulit juga bagi anak tersebut untuk mengerti atau memahami satu kalimat.

Gangguan komunikasi adalah sebagai dampak dari adanya gangguan lain seperti gangguan pendengaran, cacat fisik, gangguan perkembangan, gangguan belajar dan PDD atau autisme, berakibat pada kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi, berdasarkan penelitian yang dilakukan Home ‘anak dengan problem bicara, cacat fisik, cacat mental, gangguan perilaku dan pencapaain akademis yang rendah ditolak oleh teman sebaya’ (dalam Weswood, P. 1993: 55).


(4)

Berdasarkan data DSM, 3-7 % anak mengidap gangguan komunikasi berbahasa ekpresif dan gangguan berbahasa reseptif dan ekspresif hanya ditemui pada 3 % anak usia sekolah. (Barkoukis, A, 2008)

Dari pengamatan yang dilakukan dilingkungan sekolah di salah satu sebuah Sekolah Dasar di Kotamadya Bandung terhadap anak yang teramati sebagai anak yang mengalami gangguan komunikasi menunjukkan cenderung untuk tidak berbaur dengan teman, asyik dengan diri sendiri, hanya berkomunikasi bila tertarik dan diresponse sesuai dengan minat, namun menyapa atau disapa dapat memberikan respons. Tetapi untuk komunikasi yang lebih intens serta dalam satu topik yang kurang diminati, cenderung tidak dapat terlibat dalam topik pembicaraan. Sementara pada umumnya situasi dalam lingkungan sekolah merupakan adalah satu lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan karakter seorang anak.

Untuk kondisi di dalam kelas, frekuensi keluar kelas lebih sering dari murid yang lain, arah pandangan mata tidak terfokus pada guru yang menerangakan didalam kelas, terkadang gagal menyelesaikan tugas hampir pada semua mata pelajaran, menjawab pertanyaan guru secara lisan spontan dan dengan jawaban yang terkadang akurat, jika pertanyaannya menghendaki jawaban yang pendek, namun untuk pertanyaan yang memerlukan jawaban yang uraian dan analisa, cenderung untuk tidak dapat menguraikan baik secara lisan maupun tertulis. Hal tersebut berdampak pada pencapaian prestasi akademik yang rendah akibat kesulitan komunikasi dalam mendengarkan, mengekspresikan pikiran baik lisan maupun tulisan.

Berdasarkan latar belakang tersebut mengingat akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan komunikasi yaitu pencapaian akademis dan juga memiliki dampak jangka panjang, maka untuk membantu mengembangkan keterampilan komunikasi bagi anak


(5)

dengan gangguan komunikasi, diperlukan sebuah program pengembangan kemampuan komunikasi.

B. Rumusan Masalah :

Anak yang mengalami gangguan komunikasi pada umumnya memiliki kesulitan dalam komunikasi ekspresif dan reseptif, sehingga berdampak pada pencapaian prestasi akademik dan pada interkasi social sehari-hari. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif pada “Siswa A”.

2. Bagaimana program pengembangan komunikasi ekspresif dan komunikasi reseptif pada “Siswa A”.

C. Pertanyaan Penelitian: 1. Komunikasi Ekpsresif :

a) Bagaimana kemampuan komunikasi ekpresif verbal (isi pesan) dan non verbal pada “Siswa A”.

b) Bagaimana kemampuan komunikasi ekpresif tertulis pada “Siswa A”.

2. Komunikasi Reseptif :

a) Bagaimana kemampuan komunikasi reseptif mendengarkan pada “Siswa A”. b) Bagaimana kemampuan komunikasi reseptif membaca pada “Siswa A”. 3. Program Pengambangan Kemampuan Komunikasi:

a) Bagaimana program pengambangan kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif pada “Siswa A”.


(6)

D. Definisi Konsep :

Definisi konsep dimaksudkan agar ada pemahaman yang sama mengenai konsep-konsep yang menjadi focus utama dalam penelitian ini.

1. Kemampuan Komunikasi Ekpresif :

Kemampuan komunikasi dalam menyampaikan ide, gagasan kepada orang lain, meliputi komunikasi ekpresif verbal-non verbal dan komunikasi ekpresif tertulis. a) Komunikasi ekspresif Verbal dan Non Verbal:

1) Komunikasi Ekpresif Verbal yaitu: Komunikasi yang berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan oleh “Siswa A” dengan guru dan teman.

2) Komunikasi Ekpresif Non Verbal : Komunikasi dengan menggunakan bahasa

tubuh, meliputi sikap tubuh, ekpresi wajah, meliputi kontak mata, volume suara, intonasi, dan cara berpakaian, pemilihan temapt duduk dan teman sebangku (sebagai penunjang performance komunikasi).

b) Kemampuan Komunikasi Ekpresif Tertulis :

Kemampuan dalam menyampaikan dan mengungkapkan pikiran secara tertulis, berupa interpretasi gambar dan karangan.

2. Kemampuan Komunikasi Reseptif :

Meliputi kemampuan komunikasi reseptif mendengarkan dan kemampuan reseptif membaca.

a) Kemampuan Komunikasi Reseptif Mendengarkan:

Kemampuan menyimak dan memahami informasi yang disampaikan guru dan teman.

b) Kemampuan Komunikasi Reseptif Membaca:

Kemampuan memahami isi bacaan.


(7)

Anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi baik komunikasi ekspresif dan komunikasi reseptif.

4. Program Pengambangan Kemampuan Komunikasi : Yaitu program yang berisikan

pengembangan aktifitas komunikasi ekpresif dan reseptif.

E. Tujuan Penelitian :

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan program hipotetik dalam mengambangkan kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif bagi “Siswa A”.

F. Manfaat Penelitan :

1. Sebagai masukan kepada guru tentang kondisi objektif “Siswa A”yang mengalami gangguan komunikasi .

2. Sebagai acuan bagi guru dan “Siswa A” dalam meningkatkan kemampuan

berkomuniksi baik ekspresif dan reseptif.

3. Dapat dipergunakan untuk meningkatklan kemampuan komunikasi ekspresif dan

komunikasi reseptif disekolah maupun dalam kegiatan sehari-hari bagi anak lain yang mengalami gangguan komunikasi.

F. Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan pendektan penelitian kualitatif dengan metoda kasus. Metode ini dipilih karena peneliti berangkat dari sebuah fenomena, yang terjadi pada anak dengan gangguan komunikasi yang mengalami hambatan dalam komunikasi ekspresif dan reseptif di sekolah. Berdasarkan pada data empiris yang didapat maka langkah selanjutnya yaitu menyusun sebuah program pengembangan kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif.


(8)

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah :

Langkah 1 :

Teknik pengumpulan data melalui :

1. Observasi, dilakukan di ruang kelas dan dilingkungan sekolah. Observasi bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif.

2. Wawancara dengan guru dan teman sekelas bertujuan untuk memperoleh data dan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kemampuan komuniksi ekspresif dan komunikasi reseptif.

3. Informasi lainnya berupa kertas kerja, yang bertujuan untuk mengetahui potensi akademis ekspresif tulisan.

Langkah 2 :

Program Pengembangan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif, melalui tahapan membuat draf program dan divalidasi oleh guru dan praktisi Pendidikan Kebutuhan Khusus.


(9)

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengangkat fenomena dari sebuah kasus yang terjadi pada seorang anak mengalami gangguan komunikasi baik komunikasi ekpresif maupun komunikasi reseptif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, diharapkan dengan mengguakan metode ini dapat diperoleh satu gambaran yang menyeluruh terhadap subjek peneliti. Menurut McMillan, bahwa “Penelitian kualitatif dilakukan ketika sebuah penelitian menggambarkan dan menganalisa perilaku, keyakinan, pemikiran dan persepsi individu atau social secara kolektif” ( McMillan, 2001:51).

Dalam mengungkapkan satu fenomena, penelitian kualitatif tidak berdasarkan pada teori atau menguji teori yang ada, namun dari salah satu teori yang dikemukakan oleh Maxwell (1996) yaitu ‘peneliti berupaya untuk lebih memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang dialami’ (dalam Alwasilah, 2006:110).

B. Metode Penelitian :

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berdasarkan pada sebuah kasus.

C. Lokasi Penelitian :

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan survey lapangan, maka lokasi penelitian yang adalah SD Negeri Gegerkalong KPAD I Kodya Bandung.

D. Informan Penelitian:

Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian dinamakan informan, partisipan, atau sumber. Menurut Burhan Bungin, informan penelitian adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta objek penelitian (Bungin, 2007:108).


(11)

Dalam penelitian ini yang dijadikan informan yaitu: 1. Subjek yang bersangkutan :

Yaitu seorang siswa laki-laki duduk di kelas V SD Negeri di Kotamadya Bandung. 2. Guru :

Guru diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kemampuan komunikasi dari subjek penelitian. Adapun guru yang menjadi key person yaitu guru kelas saat ini dan guru yang pernah siswa yang bersangkutan.

3. Teman di Sekolah :

Informan lainnya yaitu teman dilingkungan sekolah baik satu kelas maupun teman di kelas lainnya.

E.Prosedur Penelitian :

Prosedur penelitian adalah langkah dan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam satu penelitian. Langkah penelitian yang akan dilaksanakan yaitu langkah pertama adalah studi pendahuluan mengenai kondisi objektif melalui penelitian kualitatif, langkah kedua yaitu merumuskan draft program, langkah ketiga validasi dengan melibatkan guru dan praktisi PKKh dan yang keempat yaitu Program Pengembangan Kemampuan Komunikasi pada Anak dengan Gangguan Komunikasi. Langkah-langkah penelitian :

Studi Pendahuluan

Studi Lapangan

Studi Literatur

Analisis

Draft Program

Validasi

Refisi


(12)

F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada studi pendahuluan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang dipergunakan:

a. Observasi :

Observasi dilakukan terhadap siswa yang bersangkutan didalam kelas dan dilingkungan sekolah.

Tujuan obsevasi:

1). Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan komunikasi ekspresif yaitu verbal-non verbal.

2). Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan komunikasi ekspresif tertulis berupa karangan dan interpretasi gambar.

3). Untuk mengetahui kondisi objektif siswa dalam komunikasi resptif mendengarkan.

4). Untuk mengetahui kondisi objektif siswa dalam komunikasi reseptif membaca. b. Wawancara

Teknik lain yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara. Wawancaran dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam. Teknik wawancara mendalam bertujuan untuk mendapatkan informasi terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara diharapkan dapat memberikan gambaran keseluruhan kondisi kemampuan komunikasi ekpresif dan komunikasi reseptif .

Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan 4 orang guru dan beberapa 9 orang teman sekelas.


(13)

c. Dokumen :

Dokumen yang dipergunakan untuk memperoleh data kemampuan menulis ekpresif yaitu interpretasi gambar dan karangan.

2. Tehnik Pengembangan Instrumen Penelitian

Kisi-kisi dibuat untuk memberikan arah dalam observasi dan wawancara.

Tabel : 3.1

KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

No Kategori Sub Kategori Responden Teknik

1. Kondisi

objektif kemampuan komunikasi

a. Kegiatan komunikasi eksprsif lisan dan tulisan

b. Kegiatan Komunikasi reseptif mendengar dan membaca

Murid yang bersangkutan, guru dan teman Murid yang bersangkutan, guru dan teman

Observasi, wawancara dan dokumentas i Observasi, wawancara dokumentas i

2. Proram

pengembanga n

kemampuan komunikasi

Perumusan program Murid yang

bersangkutan

Tabel : 3.2 Pedoman Observasi

No. Kategori Responden Aspek yang digali

1. Kondisi objektif

kemampuan komunikasi

Anak yang

bersangkutan

a. Kegiatan komunikasi

eksprsif lisan dalam

menjawab dan

menguraikan jawaban


(14)

dan teman dalam komunikasi

interpersonal.

b. Kegiatan komunikasi

ekspresif tulisan, dalam tulisan ekspresif berupa interpretasi gambar dan karangan

c. Kegiatan Komunikasi

reseptif mendengar

ketika guru

menerangkan dan

dalam komunikasi

interpersonal dengan

guru dan teman.

d. Kegiatan komunikasi

reseptif membaca dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia.

No. Kategori Responden Aspek Yang Digali

Guru Feedback yang diberikan

oleh guru, baik verbal maupun non verbal.

Teman Feedback yang diberikan

oleh teman baik verbal maupun non verbal

Tabel : 3.3 Pedoman Wawancara

No. Kategori Responden Aspek yang digali

1. Kondisi objektif

kemampuan komunikasi

Anak yang bersangutan

a. Minat untuk


(15)

lisan maupun tulisan b. Minat untuk

berkomunikasi resptif mendengar dan membaca. c. Hambatan dalam

komunikasi ekspresif lisan maupun tulisan

d. Hambatan dalam komunikasi reseptif mendengar dan membaca.

Guru Faktor yang mendukung dan

menghambat minat dan kontinuitas dalam

komunikasi ekspresif lisan dan tulisan dan komunikasi reseptif membaca dan mendengar.

Teman Faktor yang mendukung dan

menghambat minat dan kontionuitas dalam

komunikasi ekspresif lisan dan komunikasi reseptif mendengar.

G. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi merupakan data kualitaitif, menurut Burhan Bungin memiliki dua tujuan

yaitu:

1. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena social dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut;

2. Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu fenomena social itu. (Bungin, 2007: 153).

Dalam penelitian ini, data kualitatif tersebut selain dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisa, hasil analisan tersebut dijadikan acuan dalam penyusunan program pengembangan komunikasi ekspresif dan reseptif pada anak dengan gangguan komunikasi.


(16)

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Komunikasi Ekspresif :

1) Kemampuan Komunikasi Ekspresif Verbal dan Non Verbal

“Siswa A” mengalami gangguan komunikasi ekpresif verbal berupa penyampaian pesan (isi) komunikasi dan non verbal berupa arah pandangan mata, ekpresi wajah, intonasi, volume suara, sikap tubuh.

2) Kemampuan Komunikasi Ekspresif tertulis :

Memiliki kemampuan komunikasi ekspresif tertulis interpretasi gambar dan mengarang.

b. Komunikasi Reseptif :

1) Kemampuan Komunikasi Resptif Mendengarkan :

“Siswa A” mengalami gangguan komunikasi reseptif mendengarkan dalam menyimak dan memahami informasi.

2) Kemampuan Komunikasi Reseptif Membaca :

“Siswa A” memiliki kemampuan dalam memahami isi bacaan. c. Program Pengembangan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif :

Program pengembangan komunikasi ekpresif verbal-non verbal dan komunikasi reseptif mendengarkan berdasarkan pada temuan dalam studi kualitatif.


(18)

B. Rekomendasi :

Rekomendasi berkaitan dengan pengembangan komunikasi ekspresif verbal dan non verbal dan komunikasi reseptif mendengarkan diberikan pada yaitu : Guru, Kepala Sekolah, Peneliti selanjutnya.

1. Rekomendasi untuk Guru :

Potensi yang telah dimiliki anak, diupayakan untuk dioptimalkan dalam meminimalisasi gangguan komunikasi ekspresif verbal-non verbal. Dengan memberikan kesempatan dalam mengekspresikan lebih banyak potensi yang telah dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakulikuler.

2. Rekomendasi untuk Kepala Sekolah :

Memberikan arahan dan dukungan kepada guru kelas maupun guru bidang studi serta teman-teman satu kelas agar dapat menciptakan dukungan positif bagi “Siswa A” dengan memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi dasar yang telah dimiliki, melalui kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler.

3. Rekomendasi untuk Peneliti Selanjutnya :

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian bagi anak dengan gangguan komunikasi khususnya berkaitan dengan fungsi social komunikasi, gangguan komunikasi ekspresif lisan dan komunikasi reseptif mendengarkan yang berdampak pada penolakan lingkungan berdasarkan studi kualitatif pada penelitian ini hanya tampak sebagai gejala, namun akar permasalahan perlu digali lebih lanjut, yang diduga mengalami learing disabilities (LD) dan diduga memiliki kecenderungan konsep diri negative.


(19)

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Allyn and Bacon 1984,Tersedia: http://www.coun.uvic.ca/learning/exams/blooms-taxonomy.html (17 Maret 2010).

American Speech-Language-Hearing Association (2005), Helping Children With Communication Disorder in the school.

Alwasilah, A. Chaedar, 2006, Pokoknya Kualitatif - Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Barkoukis, Andera, M.A dkk, 2008, Communication Disorders: Stuttering and Prevalence / Diagnostisis of Communication Disorder, tersedia

http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.htp?type=doc&id=5948and n=37 (7 Juli 2010)

Beebe, Steven A, 1996, Interpersonal Communication: Relating to Others, Boston: Allyn and Bacon.

Buku Pelajaran Bahasa Indonesia “Sasebi” – Saya Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas V

Bungin, Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Social Lainnya, Jakarta: Kencana.

Choate, JS, 1995, Curriculum-Based Assesment and Programming 3rd. ed, Boston: Allyn and Bacon.

Demchak, Mary Ann, et all, 2002, Using Cues to Enchance Receptive Communication, Nevada Dual Sensory Impairment Project Department of Educational Specialties University of Nevada, Nevada, tersedia http://www. unr.edu./educ/ndsip (31 Mei 2010)

Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah (2006), KTSP Model Silabus Kelas V, Jakarta: BSNP

Emmitt, Marie, at all 2007, Language & Learning An Introduction for Teaching, 4th ed, South Melbure: Oxford University.

Hartley, Peter 1999, Interpersonal Communication, 2nd, ed, New York: Routledge.

Hallahan, Daniel P dan Kauffman, James M, 1991, Exceptional Children Introduction to Specual Education 5 th, ed. New Jersey: Prince Hall Internationa, Inc.

Littlejohn, Stephen, 1996, Theories of Human Communication, Buku Ilmu Komuniaksi Pascasarjana UNPAD, Bandung


(21)

Mercer, Cecil D dan Mercer, Ann R, 1989, Teaching Students with Learning Problems, Columbus: Merrill Publishing Company.

Pierangelo, Roger dan Giuliani, George, 2007, EDM The Educator’s Diagnostic Manual of Disabilities and Disorder, San Francisco: John Wiley &Sons.

Reardon, Kathleen K, 1987, Interpersonal Communication, Where Minds Meet, California: Wadsworth Publishing Company.

Rakhmat,Jalaludin, 2007, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soan, Sue (2004), Additional Educational Needs, Inclusive Approaches to Teaching. London: David Fulton Publisher Ltd.

Westwood, Peter (1993), Commonsens Methods for Children with Special Needs - Strategies for the regular classroom 2nd ed. New York Routledge.

West, Ricard dan Thurner, Lynn H (2006), Understanding Interpersonal Communication-Making Choice in Change Time, Autralia: Thomson Wadsworth


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.

Komunikasi Ekspresif :

1)

Kemampuan Komunikasi Ekspresif Verbal dan Non Verbal

“Siswa A” mengalami gangguan komunikasi ekpresif verbal berupa

penyampaian pesan (isi) komunikasi dan non verbal berupa arah pandangan

mata, ekpresi wajah, intonasi, volume suara, sikap tubuh.

2)

Kemampuan Komunikasi Ekspresif tertulis :

Memiliki kemampuan komunikasi ekspresif tertulis interpretasi gambar

dan mengarang.

b.

Komunikasi Reseptif :

1)

Kemampuan Komunikasi Resptif Mendengarkan :

“Siswa A” mengalami gangguan komunikasi reseptif mendengarkan

dalam menyimak dan memahami informasi.

2)

Kemampuan Komunikasi Reseptif Membaca :

“Siswa A” memiliki kemampuan dalam memahami isi bacaan.

c.

Program Pengembangan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif :

Program pengembangan komunikasi ekpresif verbal-non verbal dan

komunikasi reseptif mendengarkan berdasarkan pada temuan dalam studi

kualitatif.


(3)

B.

Rekomendasi :

Rekomendasi berkaitan dengan pengembangan komunikasi ekspresif verbal dan

non verbal dan komunikasi reseptif mendengarkan diberikan pada yaitu : Guru,

Kepala Sekolah, Peneliti selanjutnya.

1.

Rekomendasi untuk Guru :

Potensi yang telah dimiliki anak, diupayakan untuk dioptimalkan dalam

meminimalisasi gangguan komunikasi ekspresif verbal-non verbal. Dengan

memberikan kesempatan dalam mengekspresikan lebih banyak potensi yang telah

dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakulikuler.

2.

Rekomendasi untuk Kepala Sekolah :

Memberikan arahan dan dukungan kepada guru kelas maupun guru bidang

studi serta teman-teman satu kelas agar dapat menciptakan dukungan positif bagi

“Siswa A” dengan memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi dasar

yang telah dimiliki, melalui kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler.

3.

Rekomendasi untuk Peneliti Selanjutnya :

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian bagi anak dengan

gangguan komunikasi khususnya berkaitan dengan fungsi social komunikasi,

gangguan komunikasi ekspresif lisan dan komunikasi reseptif mendengarkan

yang berdampak pada penolakan lingkungan berdasarkan studi kualitatif pada

penelitian ini hanya tampak sebagai gejala, namun akar permasalahan perlu digali

lebih lanjut, yang diduga mengalami learing disabilities (LD) dan diduga

memiliki kecenderungan konsep diri negative.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Allyn and Bacon 1984,Tersedia: http://www.coun.uvic.ca/learning/exams/blooms-taxonomy.html

(17 Maret 2010).

American

Speech-Language-Hearing

Association

(2005),

Helping

Children

With

Communication Disorder in the school.

Alwasilah, A. Chaedar, 2006, Pokoknya Kualitatif - Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Barkoukis, Andera, M.A dkk, 2008, Communication Disorders: Stuttering and Prevalence /

Diagnostisis of Communication Disorder, tersedia

http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.htp?type=doc&id=5948

and n=37

(7 Juli 2010)

Beebe, Steven A, 1996, Interpersonal Communication: Relating to Others, Boston: Allyn and

Bacon.

Buku Pelajaran Bahasa Indonesia “Sasebi” – Saya Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah

Dasar Kelas V

Bungin, Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

Social Lainnya, Jakarta: Kencana.

Choate, JS, 1995, Curriculum-Based Assesment and Programming 3

rd

. ed, Boston: Allyn and

Bacon.

Demchak, Mary Ann, et all, 2002, Using Cues to Enchance Receptive Communication, Nevada

Dual Sensory Impairment Project Department of Educational Specialties University of

Nevada, Nevada, tersedia http://www. unr.edu./educ/ndsip (31 Mei 2010)

Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah (2006),

KTSP Model Silabus Kelas V, Jakarta: BSNP

Emmitt, Marie, at all 2007, Language & Learning An Introduction for Teaching, 4

th

ed, South

Melbure: Oxford University.

Hartley, Peter 1999, Interpersonal Communication, 2

nd

, ed, New York: Routledge.

Hallahan, Daniel P dan Kauffman, James M, 1991, Exceptional Children Introduction to

Specual Education 5 th, ed. New Jersey: Prince Hall Internationa, Inc.

Littlejohn, Stephen, 1996, Theories of Human Communication, Buku Ilmu Komuniaksi

Pascasarjana UNPAD, Bandung


(6)

Mercer, Cecil D dan Mercer, Ann R, 1989, Teaching Students with Learning Problems,

Columbus: Merrill Publishing Company.

Pierangelo, Roger dan Giuliani, George, 2007, EDM The Educator’s Diagnostic Manual of

Disabilities and Disorder, San Francisco: John Wiley &Sons.

Reardon, Kathleen K, 1987, Interpersonal Communication, Where Minds Meet, California:

Wadsworth Publishing Company.

Rakhmat,Jalaludin, 2007, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soan, Sue (2004), Additional Educational Needs, Inclusive Approaches to Teaching.

London:

David Fulton Publisher Ltd.

Westwood, Peter (1993), Commonsens Methods for Children with Special Needs - Strategies for

the regular classroom 2nd ed. New York Routledge.

West, Ricard dan Thurner, Lynn H (2006), Understanding Interpersonal