PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN SOLIDARITAS KERJA SISWA:Studi Eksperimen Kuasi pada Pembelajaran IPS Ekonomi Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Ternate.

(1)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Mantaaf Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESI A. Kajian Teori ... 16

B. Penelitian Yang Relevan... 66

C. Kerangka Pemikiran ... 69


(2)

C. Alur Penelitian ... 73

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 75

E. Instrumen Penelitian ... 78

F. Teknik Pengolahan Data ... 82

G. Prosedur Penelitian ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 86

B. Pembahasan ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 121

B. Rekomendasi ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir, yaitu yang mencakup kemampuan penalaran logis, berpikir sistematis, kritis, cermat, dan kreatif, serta mampu mengkomunikasikan gagasan tentang solidaritas. Menurut Durkheim (Johnson, 1986:183) mengemukakan bahwa setiap masyarakat atau manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan.

Menurut Durkheim solidaritas mekanik dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana yang dinamakan masyarakat segmental. Pada masyarakat seperti ini belum terdapat pembagian kerja yang berarti : apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasaya dapat dilakukan pula oleh orang lain. Dengan demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok berbeda, karena masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain. Tipe solidaritas yang didasarkan atas kepercayaan dan setiakawan ini diikat oleh apa yang, Durkheim dinamakan conscience collective yaitu suatu sistem kepercayaan dan perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat. Lambat laun pembagian


(4)

kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat dengan solidaritas organik masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhanya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi. Berbeda dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organik didasarkan pada hukum dan akal.

Menurut Nasution Z (2009:9) menjelaskan bahwa kata, solidaritas berati sifat, perasaan, solider, sifat satu rasa atau perasaan setia kawan. Selanjutnya Nasution mengatakan bahwa makna solidaritas adalah suatu ikatan primordial masyrakat yang mempersatukan, bagaimana orang yang berbagai latar belakang dapat hidup bersama dalam masyrakat, karena adanya rasa kebersamaan dan ingin menyatuh. Secara harafih, solidaritas berarti kesetiakawanan atau kekompakan. Solidaritas merupakan kesiapan untuk saling membela dan berjuang dalam tindakan bersama.

Membahas tentang solidaritas sosial tentu tidak terlepas dari makna gotong – royong. Hubungannya dengan gotong royong, Sajogyo (2005:28) menyatakan bahwa, gotong-royong merupakan suatu bentuk tolong menolong yang umumnya berlaku pada daerah-daerah pedesaan dan merupakan perilaku yang berhubungan dengan kehidupan masyrakat kita sebagai petani. Gotong royong sebagai bentuk kerjasama antara individu, individu dengan kelompok dan


(5)

antara sesama kelompok membentuk suatu norma saling percaya untuk melakukan kerjasama dalam menangani permasalahan yang menjadi kepentingan bersama. Bentuk gotong royong semacam ini merupakan salah satu bentuk solidaritas sosial, karena salah satu sumber solidaritas adalah gotong rotong, istilah gotong royong mengcakup pada kegiatan tolong menolong atau membantu dalam masyarakat, antara lain membangun rumah, memperbaikai sarana umum, mengadakan perlehatan atau hajatan, dalam menghadapi bencana alam, kematian dan lain-lain.

Menurut Koentjaraningrat (1977:4) membagi tipe gotong royang menjadi empat bagian yaitu:

1) Gotong royong dalam produksi pertanian 2) Gotong royong formal antara tetangga

3) Gotong royong dalam perayaan dan pesta serta, dalam bencana dan kematian.

Guna memiliki nilai-nilai solidaritas sosial dan partisipasi masyrakat secara sukarela dalam pembangunan di era sekarang ini perluh ditumbuhkan dari interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultur sehingga munculnya kebersamaan komunikasi yang unsur-unsurnya meliputi: seperasaan, sepenanggungan, dan saling butuh. Karena solidaritas sosial adalah kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok dan merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan dari perasaan moral dan


(6)

kepercayaaan yang dianut bersama serta diperkuat pengalaman emosional bersama.

Menurut Nasution (2009:3), bahwa solidaritas sosial adalah perasaan secara kelompok memiliki nilai-nilai yang sama atau kewajiban moral untuk memenuhi harapan-harapan peran. Sebab itu prinsip sosial masyrakat meliputi saling membantu, saling perduli, bisa kerjasama, saling membagi dan bekerjasama dalam mendukung pembangunan dilingkungan masing-masing baik tenaga dan lain sebagainya. Konsep solidaritas sosial menurut Redfied (dalam Laiya, 1983:9) merupakan kepedulian secara bersama kelompok yang menunjukan pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama, dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional. Sedangkan prinsip solidaritas sosial adalah saling tolong menolong, bekerjasama, saling membagi hasil panen. Solidaritas sosial adalah kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok.

Selanjutnya Redfield menyatakan bahwa solidaritas sosial juga dipengaruhi interaksi sosial berlangsung karena ikatan kultural, yang pada dasarnya disebabkan munculnya sentimen komunitas yang terdiri dari unsur-unsur seperti: Seperasaan yaitu karena seseorang berusaha mengidentifikasi dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga semuaanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami (warga). Sepenanggungan yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyrakat sendiri sangat memungkinkan peran-nanya dalam kelompok yang dijalankan.


(7)

Menurut pendapat Tonnies (dalam Ibrahim 2002:51) bahwa setiap masyrakat selalu dijumpai salah satu diantara tiga tipe solidaritas sosial, yakni:

1) Solidaritas diantara ikatan darah atau dari garis keturunan dan kelompok-kelompok kekerabatan.

2) Solidaritas antara tempat tinggal atau lokasi, yaitu orang-orang yang bertempat tinggal berdekatan sehingga dapat saling tolong menolong. 3) Solidaritas berdasarakan jiwa, fikiran atau rasa kepercayaan, yaitu

solidaritas berdasarkan jiwa dan cara berfikir yang sama atau ideologi yang sama.

Pendapat tersebut kaitan dengan upaya untuk menciptakan solidaritas kerja siswa dalam suatu kelompok, makna solidaritas pada poin b dan c, di mana siswa-siswa tersebut bertempat tinggal atau berada pada lokasi yang berbeda, baik dalam segi tetanga maupun antara kelurahan. Sedangkan berdasarkan jiwa dan cara berfikir yang sama, para siswa tersebut menyadari bahwa mereka adalah kelompok terpelajar yang sama memiliki tanggung jawab untuk memajukan daerah dan bangsanya untuk menghadapi tanggangan masa depan

Menurut kajian Durkheim tentang solidaritas sosial adalah suatu upaya Durkheim untuk mengkaji suatu gejala yang melanda masyrakat yaitu tentang pembagian kerja. Durkheim melihat bahwa setiap masyarat memerloukan soslidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Johnson, 1981, (dalam Nasution Z 2009:12) menyatakan bahawa perbedaan antara solidaritas mekanik dan solidaritas organik merupakan salah satu sumbangan pemikiran Durkheim untuk menganalisis


(8)

masyarakat dusun dan masyrakat perkotaan. Dalam hal ini menggambarakan sesuatu mengenai elemen-elemen dari kedua struktur tipe sosial itu. Menurut solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang menunjukan pada tolitalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada masyrakat yang sama.

Solidaritas yang tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama menganut kepercayaan dan pola normalitas yang sama pula. Karena itu indufidalitas tidak berkembang dan terus menerus dilumpuhkan akibat dengan tekanan yang besar sekali. Berlawanan dengan solidaritas mekanik, pada solidarias organik menurut Durkheim (dalam Johnson, 1981), muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari tambah spesialisasi pembagian kerja, memungkinkan dan meningkatakan bertambahnya perbedaan dikalangan individu.

Teori solidaritas yang dikemukakan oleh Emile Durkheim dapat digunakan sebagai alat analisis untuk mengkaji solidaritas kerja siswa pada pembelajaran ekonomi, dimana siswa saling memberikan informasi kepada temannya terkait dengan materi yang mereka pelajari saat pembelajaran berlangsung.

Berdasakan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran disekolah dewasa ini kurang meningkatakan kreaktivitas siswa, terutama dalam pembelejaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan


(9)

metode konvesional secara mononton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru.

Guru dan siswa merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat membimbing siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur pengalaman bidang studi yang dipelajari. Disamping itu guru juga harus memahami sepenuhnya materi yang diiajarkan, guru dituntut untuk mengetahui secara tepat dimana tingkat pengetahuan siswa pada awal atau sebelum mengikuti pelajaran tertentu. Selanjutnya dengan metode yang dipilih guru diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidikan, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajarn yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru, perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Raka Joni dalam (Dimyati, 1994:111) “ mengemukakan bahwa sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengajar standar akademik, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian”.

Tangtangan guru dalam mengajarkan akan semakin kompleks, Siswa pada masa cenderung mengharapkan para gurunya mengajar dengan baik


(10)

menggairahkan. Persoalannya adalah ketika guru masih malu-malu atau kurang sekali dalam melakukan uji coba perihal model mengajar. Setuju atau tidak setuju model mengajar itu akan sangat menentukan dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajarn itu sendiri.

Como dan Snow dalam (Syafaruddin, 2006:3) “ menilai bahwa model pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat konvesional sehingga siswa sulit memperoleh pelayanan secara optimal”. Dengan pembelajaran seperti itu maka perbedaan individual siswa di kelas tidak dapat terakomodasi sehingga sulit tercapai tujuan-tujuan spesifik pembelajaran terutama bagi siswa yang berkemampuan rendah. Model pembelajaran IPS saat ini juga lebih menekankan pada aspek kebutuhan formal dibandingkan kebutuhan riil siswa sehingga proses pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum mengembangkan potensi anak secara optimal.

Disisi lain Al Muhtar. S (2007:99) menjelaskan bahwa kelemahan pembelajaran IPS yang secara umum dilaksanakan dilapanngan antara lain:

1. Proses pembelajaran pendidikan IPS kurang ditunjang dengan pengembangan dan penggunaan media dan alat pembelajaran.

2. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada pengembangan aspek kognitif dari pada afektif dan psikmotor.

3. Proses pembelajaran IPS kuramg mengentuh aspek nilai sosial dan ketrampilan sosial.

4. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada pencurahan isi buku dari pada proses penalaran isi buku.


(11)

5. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menepatkan siswa sebagai penerimaan informasi dalam soal belajar satuh arah, dari pada melibatkan siswa dalam proses berfikir.

6. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menempatkan guru sebagai sumber informasi yang dominan, di samping terbatanya penggunaan sumber daya belajar lainnya.

7. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menempatkan guru sebagai sumber informasi yang dominan, seperti yang terdapat dalam buku, dari pada kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. 8. Proses pembelajaran pendidikan IPS belum banyak mengakses pada

penguatan sistem nilai keimanan dan ketaqwaan.

9. Proses pembelajaran pendidikan IPS belum secara tegas mengakses pada penggunaan IPTEK.

Dengan melihat kondisi diatas, tampaknya perlu adanya perubahan paradigma dalam menelah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogianyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru ke siswa. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya.

Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran ekonomi adalah pembentukan sifat yaitu pola berfikir kritis dan kreaktif. Untuk suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk saling berinteraksi, dalam interaksi ini siswa akan membentuk


(12)

komunitas yang memungkinkan mereka mencintai proses dan mencintai satu sama lain. Suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasikan akan membentuk hubungan yang negatif dan mematikan semangat siswa. Hal ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu dapat memberikan, pengajaran perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa perlu bekerjasama secara gotong-royong.

Pembelajan kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujutkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Johnson (1994) pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok. Slavin (1995) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peerteaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok


(13)

yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru (Slavin, 1995; Eggen & Kauchak, 1996; Suherman, 2001). Artzt & Newman (1990:448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Kelompok belajar kooperatif adalah kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk memaksimalkan belajar antara siswa (Johnson & Johnson, 1994). Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap (a) kontribusi mereka dalam usaha mencapai tujuan dan (b) bantuan untuk anggota yang membutuhkan.

Belajar kooperatif mempunyai ide bahwa siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mempelajari tujuan (penguasaan materi) yang akan dicapai (Slavin, 1995). Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell & Descamps, 1992).


(14)

Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Melalui metode pembelajaran STAD diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan dengan konsep baru. Pembelajaran STAD membawah konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat miningkatkan hasil belajar siswa. Siswa belajar dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan demikian banyak kesempatan untuk memahami informasi dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Ekonomi masih berpusat pada guru dan siswa belum dijadikan subyek belajar. Pembelajaran cenderung lebih banyak menempatkan siswa pada aktivitas membaca, mendengar, atau menjawab pertanyaan guru.

Penulis tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena melihat fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Ternate, khusunya pada pembelajaran Ekonomi. Pembelajara ekonomi terasa kering dan kaku karena pembelajaran yang bersifat hafalan, peserta didik hanya selalu siap untuk menerima materi yang diberikan oleh guru sehingga mereka kurang


(15)

mengembangkan proses berfikir. Siswa tidak merasakan keterlibatan penalaran dalam mempelajaran ekonomi.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD diyakinkan dapat meningkatakan solidaritas kerja siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ternate tersebut, karena pembelajaran kooperatif tipe STAD didesain untuk meningkatakan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarakan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan adanya penerapan metode pembelajaran STAD diharapkan siswa terlibat lebih jauh dalam proses belajar mengajar secara efektif sehingga siswa terdorong untuk memahami setiap materi yang diajarka guru. Dengan kata lain metode STAD dapat meningkatakan solidaritas kerja siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas maka penulis ingin mengembangkan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Peningkatan solidaritas kerja siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomenan yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap peningkatan sodarilitas kerja siswa.

Berdasarkan permasahan diatas, maka pernyataan penelitian dalam penelitian ini adalah:


(16)

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan sesudah diberikan perlakukan pada kelas kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran tipe STAD dan kelas kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah “ Untuk Mengetahui Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap solidaritas kerja Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”. Secara khusus penelitian ini ditujukan:

1. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan sesudah diberikan perlakuan?

2. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan sesudah diberikan perlakukan pada kelas kontrol?

3. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran tipe STAD


(17)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pengajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi), utamanya sebagai upaya peningkatan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan metode STAD

b. Secarah khusus hasil penelitian ini dapat bermanfat sebgai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian sejenis, serta dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pemebelajaran ekonomi

2. Manfaat Praktis

Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Sebagai masukan atau altenatif untuk inovasi model pembelajarn ekonomi yang berpusat pada siswa.

b. Sebagai bahan informasi kepada guru ekonomi tentang keefektifan model STAD dalam pembelajaran untuk meningkatakan sodarilitas kerja ssiswa. c. Memberikan masukan pada guru ekonomi dalam menentukan metode

mengajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif dalam mata pelajaran ekonomi.

d. Memberikan informasi pada guru untuk menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

e. Memberi sumbang informasi untuk meningkatakan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Ternate, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Kota Ternate sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negri 2 Kota Ternate. Jumlah kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Ternate 9 kelas Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian dan telah mendapat persetujuan dari pihak sekolah untuk dilaksanakannya kegiatan penelitian.

1. Populasi dan sampel

Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data yang digunakan dan akan diteliti. Adapun yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Kota Ternate sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 2 Ternate. Jumlah kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Ternate 9 kelas

Sampel merupakan bagian dari populasi tersebut, berikut adalah pengertian yang lebih terperinci, “ sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” Sugiyono (2010:118).


(19)

Teknis yang digunakan sampel adalah dengan rondom sampling, yaitu mengambil dua kelas dari populasi secara tidak acak, hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri relatif yang dimiliki, populasi yang ada adalah normal dan homogen. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu kelas VIII 2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII 3 sebagai kelompok kontrol.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba pengaruh pembelajaran kooperatif tipe (STAD) dan melihat peningkatan solidaritas kerja siswa. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe (STAD) dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Data penelitian berupa data kuantitatif, yaitu skor pre-test dan post-test solidaritas kerja siswa sebelum dan setelah pembelajaran. Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasy Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design dimana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010: 77). Bagan rancangannya adalah sebagai berikut :

Dalam penelitian ini kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad. Desain penelitian ini dapat digambarakan pada tabel 3.1 berikut ini:


(20)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O X O

Kontrol O O

Keterangan :

X : Perlakuan pembelajaran dengan metode Kooperatif tipe (STAD) O : Angket kemampuan solidaritas kerja siswa

Mengacu pada desain diatas, penelitian eksperimen ini mengacu pada dua (2) kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut sama-sama diberi pre test dan post test, tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Type STAD sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan (konvesional).

C. Alur Penelitian


(21)

Studi Pendahuluan

Masalah

Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif tipe Stad, dan solidaritas kerja siswa

Penyusunan Instrumen 1. Soal bentuk Angket 2. Pedoman Observasi

Penyusunan Rencana Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD

Validitas, Uji coba, Revisi

Kelompok kontrol

Tes Awal (Pretes)

Kelompok eksperimen

Pembelajaran konvesional

Tes Akhir (Postes)

Pembelajaran

kooperatif tipe STAD

Oservasi terlaksanaan metode

Pengolaan dan analisis data

Pembahasan


(22)

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 1 Variabel Penelitian

Penelitian ini mengunakan desain eksperimen. Dalam penelitian ini akan melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan variabel terikat adalah peningkatan solidaritas kerja siswa. Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel dependen.

2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan untuk memperjelas permasalahan dan pencapaian hasil sesuai yang diinginkan seperti pada tabel 1.3 yang ada di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.2

Penjelasan Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator

Medel Pembelajaran Tipe STAD (X)

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2. Menyajikan materi

3. Mengorganisasikan

1. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari. 2. Siswa mempersiapankan

diri menerima materi 1. Guru mengembangkan

materi pembelajaran yang sesuai apa yang dipelajari siswa dalam kelompok 2.Guru memperikan

penjelasan atau alasan yang sesuai dengan materi yang diajarkan


(23)

siswa dalam kelompok

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

5. Evaluasi

6. Memberikan refleksi

kelompoknya untuk memperlajari topik yang diberikan oleh guru

2.Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitas pengaturan kelompok

1. Guru membimbing siswa bekerja dan belajar dalam kelompok masing-masing 2.Guru membimbing siswa

bekerja dan belajar dalam kelompok yang sudah dibagikan

1. Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tugas yang mereka kerjakan dan mengenai keaktifan pengalaman-pengalaman mereka. 2.Guru dan siswa

berkolaborasi dalam mengevaluasi

pembelajaran siswa

1. Penghargaan yang diberikan

2.Perbaikan yang harus dilakukan.

Solidaritas kerja siswa (Y)

1. Membentuk kelompok – kelompok

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil 2. Siswa mempersiapkan dirinya dalam kelompok masing – masing

3. Mendengar pendapat orang lain dengan pandang positif


(24)

2. Komunikasi kelompok

3. Bekerjasama

4. Tanggung jawab Bersama

5. Mempertangungu jawab hasil kerja bersama

4. Mengemukakan

pertanyaan atau pendapat disertai kesan yang baik 5. Menjalin hubungan yang

akrab dengan sesama anggota kelompok

6. Memahami aturan dalam kelompok beragam

7. Memfasilitas kegiatan kelompok secara efektif 8. Menggunakan kemampuan

yang dimilik secara efektif 9. Bekerja dengan anggota

kelompok yang heterogen 10.Tiap siswa sebagai

anggota kelompok berkontribusi untuk melakukan tugas – tugas yang dilakukan dalam kelompoknya.

11.Siswa saling bertukar pendapat, berdiskusi mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan mereka.

12.Wakil dari kelompok mempertanggungjawab hasil kerja sama mereka di depan kelas

13.Wakil dari kelompok mempertanggungjawab hasil kerja sama melibat pendengar secara aktif.


(25)

E. Instrumen penelitian

Instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe stad dalam meningkatkan solidaritas kerja siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Menurut (Arikunto,1998:151) “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Instumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa (pretest) dan akhir (posstest),. Kuesioner, lembar observasi dan menjadi alat tes yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Observasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana model yang dikembangkan dapat terlaksana. Keterlaksanaan model yang dikembangakan ini dinilai oleh dua observasi yang khusus mengamati segala tingkah laku guru selama pembelanjaran berlangsung. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1986) (dalam Sugiono, 2010:203) observasi merupakan suatu proses yang komplekskompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Observasi ini dilaksanakan pada saat proses belajar pembelajaran berlangsung dan bersifat sistematis karena menggunakan pedoman sebagi instrument pengamatan dan observasi ini bersifat terstruktur.

Menurut sugiono (2010:205) observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana


(26)

tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila telah tahu denga pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Lembar observasi digunakan untuk mengamati terlaksana model cooperative learning type STAD dengan sintak pembelajaranya. Indikator observasi siswa diambil dari langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tahap persiapan, tahap penyajian materi, tahap belajar tim/kelompok, tahap pengujian hasil belajar, dan tahap rekognisi tim. Selain itu lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa secara individu didalam kelompok. Kegiatan observasi pada siswa ini dilakukan pada kedua kelas, kelas eksperimen yaitu untuk mengetahui aktivitas siswa pada pembelajaran dengan mengunakan kooperatif tipe STAD dan observasi kelas kontrol untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas kontrol. Indikator untuk observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran ini diambil dari langkah-langkah pembelajaran dikelas eksperimen dan kontrol. Bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti dan dibantu seorang guru ekonomi disekolah tersebut.

2. Kuesioner (angket)

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengukur solidaritas kerja siswa adalah menggunakan skala likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok yang selanjutnya disebut valiabel penelitian (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005: 118)

Solidaritas kerja siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Liker model Ridwan (2010), pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator solidaritas kerja siswa, membentuk


(27)

kelompok-kelompok,komunikasi kelompok, bekerjasama, tanggungjawab bersama, mempertanggungjawab kerja bersama.

Setiapa pertanyaan yang dibuat ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Setiap pertanyaaan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapakan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Skor 5 untuk jawaban selalu, Skor 4 untuk jawaban Acapkali, Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang, Skor 2 untuk jawaban jarang, Skor 1 untuk jawaban Tidak pernah. Skala solidaritas kerja siswa diberikan sebelum dan sesudah pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Tujuannya untuk mengetahui peresentase Membentuk kelompok-kelompok, komunikasi kelompok, bekerjasama, tanggung jawab bersama, mempertangungjawab hasil kerja bersama terhadap solidaritas kerja siswa pada pembelajaran ekonomi.

a. Validaritas Angket

Dalam hal ini alat evaluasi yang digunakan berupa Angket dengan Skala Likert. Untuk menguji tingkat validitas ini digunakan rumusan Product Moment Pearson (PPM), validaritas instrumen dihitung dengan menggunakan program SPPS versi 17.

Berdasarkan hasil uji coba, maka dilakukan uji validitas dengan bantuan program SPSS 17, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. b. Reabilitas Angket

Pengujian reliabilitas Angket menggunakan rumas Alpha Croncbach dengan batuan software SPSS versi 17 for Windows. Di bawah ini adalah hasil uji reabilitas dengan teknik Alpha Cronbach’s.


(28)

Tabel 3.3 Reliabilitas Angket

Koefisien Reliabilitas Kategori Jumlah Soal

0,87 Sangat Tinggi 14

Dari hasil uji instrumen angket diperoleh koefisien reliabilitas skala angket sebesar 0,87 (Cronbach’s Alpha). Insturumen penelitian dengan koefisien reliabilitas 0,87 termasuk sangat tinggi, sehingga instrumen angket tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur mengukur solidaritas kerja siswa.

Berdasarkan perolehan hasil uji validitas dan reabilitas menggunakan Anatest di atas, nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan pengolahan data dengan menggunakan SPSS. Dari hasil perolehan kedua alat pengolahan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen memiliki tingkat validitas dan reabilitas yang memadai, sehingga dinyatakan layak digunakan sebagai alat ukur selanjutnya.

Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan solidaritas kerja siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana analisisnya melalui (Pretest) dan hasil (Posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumusan gain ternormalisasi rata-rata (avarege normalized gain) yang dikemukakan oleh Hake (1999) dianggap lebih efektif. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :

g = Skor Posttest Skor Pretest Skor Ideal Skor Pretest Keterangan :


(29)

Skor Pretest = Persentase skor pretest rata-rata Skor Posttest = Persentase skor posttest rata-rata Skor ideal = skor ideal seluruh item soal

Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain sebagai berikut

Tabel 3.6 Kategori Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Untuk lebih jelaskan perhitungan gain ini akan di bahas pada bab selanjutnya.

3. Lembar Wawancara

Menurut Ruseffendi (2001: 109) wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data yang sering kita gunakan dalam hal kita menggingingkan mengorek sesuatu yang bila dengan cara angket atau cara lainnya belum bisa terungkapkan atau belum jelas. Instrumen ini digunakan dengan tujuan untuk memperkuat data yang dipeoleh dari angket.

F. Teknik Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulakan melalui angket, lembar observasi, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan solidaritas kerja siswa dikumpulkan melalui angket.

Data yang diperoleh dari hasil angket tentang solidaritas kerja siswa, pre-test dan post-test dianalisis secara statistik, sedangkan lembaran observasi dan wawancara berkaitan dengan pandangan siswa terhadap pembelajaran yang dikembangkan. Untuk pengolahan data penelitian menggunakan bantuan software


(30)

1. Data Hasil Angket Solidaritas Kerja Siswa

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang, Setiapa pertanyaan yang dibuat ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Setiap pertanyaaan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapakan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Skor 5 untuk jawaban selalu, Skor 4 untuk jawaban Acapkali, Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang, Skor 2 untuk jawaban jarang, Skor 1 untuk jawaban Tidak pernah. Skala solidaritas kerja siswa diberikan sebelum dan sesudah pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Tujuannya untuk mengetahui peresentase Membentuk kelompok-kelompok, komunikasi kelompok, bekerjasama, tanggung jawab bersama, mempertangungjawab hasil kerja bersama terhadap solidaritas kerja siswa pada pembelajaran ekonomi.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian eksperimen ini dilakukan dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberikan pre-test dan post-test, diberi perlakukan yang berbeda. Siswa eksperimen diberi pelakukan dengan metode pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan siswa kelompok kontrol diberi pembelajaran konvesional.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 pertemuan dengan mengambil waktu pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Setiap pertemuan menggunakan 2 X 45 Menit. Dengan perincian sebagai berikut: Dua pertemuan untuk Pre-tes dan post-test, sedangkan sisanya sebanyak dua kali pertemuan digunakan kegiatan pembelajaran.


(31)

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan pra penelitian sebagai penjajakan awal di SMPN 2 Kota Ternate diantaranya memohon ijin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian dan berdiskusi dengan guru IPS kelas VIII untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan solidaritas kerja siswa dan penerapan metode kooperatif tipe STAD

2. Melakukan studi dokumentasi dan penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara diundi.

3. Melakukan persiapan penelitian dengan menyususn materi pelajaran, uji coba instrumen penelitian pada responden sebanyak 100 orang dan dilanjutkan dengan menganalisis data hasil uji coba instrument.

4. Bersama guru menyampaikan penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas eksperimen yang akan dilaksanakan oleh guru yang mengajar.

5. Melatih guru tersebut tentang metode pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, pelatihan metode tersebut kepada guru dilakukan sebelum diberikannya pembelajaran di kelas ekperimen.

6. Melakukan pre-test pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendapatkan gambaran mengenai solidaritas kerja siswa sebelum diberikan perlakuan.

7. Melaksanakan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD kepada kelas eksperimen dan pembelajaran konvesional kepada kelas kontrol. Pelaksanaan


(32)

pembelajaran dilakukan oleh guru Ekonomi SMPN 2 Kota Ternate dan peneliti bertindak sebagai observer dan partner guru. Penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang ditetapkan sekolah, sehingga tidak mengganggu suasana pembelajaran di sekolah

8. Mengadakan (Postes) untuk mengetahui solidaritas kerja siswa setelah pemberian perlakuan pada siswa kelompok eksperimen dan setelah kegiatan pembelajaran, tanpa perlakukan pada siswa kelompok kontrol.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang didapat, secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap solidaritas kerja siswa pada kelas VIII SMP Negeri 2 Ternate. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka semakin efektif untuk peningkatan solidaritas kerja siswa. Secara khusus, kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan metode tipe STAD terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa.

2. Sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran di kelas kontral dengan menggunakan metode biasa atau konvesional terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa.

3. Setelah dilakukan pembelajaran untuk kelas ekperimen dengan menggunakan metode pembelajaran tipe STAD dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Biasa (konvesional) terhadap peningkatan solidaritas kerja siswa, Peningkatan solidaritas kerja


(34)

siswa di kelas ekperimen lebih besar dibandingkan dengan peningkatan solidaritas kerja siswa kelas kontrol.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian memberikan petunjuk bahwa temuan-temuan yang diperoleh setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan solidaritas kerja siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe ini dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan solidaritas kerja siswa. Dengan demikian ada beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut:

1. Rekomendasi untuk guru

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD guru harus menerapkan prinsip-prinsip dan mengoptimalkan berbagai sumber, penentuan hasil belajar siswa dalam pelajaran Ekonomi tidak hanya berorentasi pada solidaritas kerja siswa akan tetapi juga mempertimbangkan prosesnya. Guru harus memfungsikan desain pembelajaran sebagai pedoman bukan sebagai pelengkap adminitrasi. Oleh sebab itu mencoba melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan agar mampu menerapkan model pembelajaran dengan optimal sehingga dapat meningkatskan kualitas pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih komprehensif.


(35)

 Diperlukan pengolahan kelas yang baik oleh guru dalam mengatur kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran seperti, penyajian materi, interaksi kelompok, pengujian hasil belajar, penskoran kemajauan individual dan penghargaan terhadap kelompok.

2. Rekomendasi untuk Kepala sekolah

Hendaknya guru dipacu agar senantiasa dapat mengembangkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran serta mencoba berbagai model pengajaran baru yang aktual termasuk didalamnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memotivasi, mengarahkan dan menganjurkan kepada semua guru, khusunya guru mata pelajaran Ekonomi untuk dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai suatu inovasi, dengan harapan prestasi siswa SMP Negeri 2 Ternate dapat meningkat.

3. Rekomendasi untuk peneliti yang lain

Disadari bahwa temuan dari penelitian ini belum mencapai hasil kemampuan solidaritas kerja siswa yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian lanjutan berkenaan dengan penggunaan cooperative learning tipe STAD terhadap solidaritas kerja siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tipe-tipe lainnya seperti jigsaw, investigasi kelompok, NHT dan lain-lainnya, yang mungkin dapat mencapai hasil solidaritas kerja siswa yang lebih maksimal.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Stastistika dan Metode Penelitian untuk Adminitrasi dan Manajemen. Bandung:Dewaruchi

Al-Muchtar, S. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung:PPs UPI Doyle Paul Johnson (1986) Teori Sosiologi, Klasik dan Moderen. Edisi 1 Jakarta

PT Gremedia.

Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Frieda Mangunsong, 2010). dalam Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan.

Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar Manusia, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Hasan, Hamid. S (1996) Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud

Hamalik, Oemar.s 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Johnson, D.W, David, Jhonson, R. (1994). Leading The Cooperative School. Edina, MN:Interaction Book Company.

Johnson and Johnson (1994) Handbook of Coperative Learning Baston.

Koentjaraningrat (1977), Sistim Gotong Royong dan Jiwa Gotong Royong. Jakarta : Berita Anthropologi.

Lexy, Moleong J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya.

Lie, Anita (2002). Cooperative learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


(37)

Laiya Banibowo. (1983). Solidaritas Kekeluargaan Dalam Salah Satu Masyarakat Desa di Nias, Indonesia Gadjah Mada University Prees.

Muslimin Ibrahim, Dkk. Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: Unesa University Press, 2002)

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreaktivitas Anak Berbakat. Jakarta: Rianeka Cipta dan Pusat Perpukuan DEPDIKNAS.

Maryani Enok (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Ketrampilan Sosial. Alfabet, Bandung.

Nasution Z (2009). Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyrakat Desa Transisi (Suatu Tinjauan Sosiologi ). Malang UMM Pres.

Nasution, (2003). Metodologi Research Penelitian Ilmia. Jakarta: Bumi Aksara.

Noornia, 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Motode STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pengajaran Persen di Kelas VI SD Islam Al ma’arif 02 Singosari Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana Program Studa Pendidikan IKIP Malang.

Putong, Iskandar (2007), Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Riduwan, Akdon. (2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta.

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta

Suryono, dkk, (1992). Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Cet. I;Jakarta: Rineka Cipta.

Suyanto dan Nurhadi. (2000). Pokok-pokok Pembelajaran Pendidikan Ekonomi di SLTP. Jakarta: Depdiknas

Sardiman, dkk. (2004). Pengetahuan Sosial: Buku 1 Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Dipdiknas.

Somantri , M.N (2001). Menggaga Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D


(38)

Suharsimi Arikunto. (1993)). Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Boston: Allya Bacon.

Slavin, R.E. (2000) Cooperative Learning Riset dan praktik, Terjemah Bandung: Nusa Media.

Slavin, R.E (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.

Slavin, R.E (2008). Cooperative Learning. Bandung :Nusa Media.

Sthal, Rj. (1994) Cooperative Learning in Social Studies: A Hand Book for Teachers. USA: Kane Publishing Service, Inc.

Trianto. (2007). Model –model Pembelajaran Inovatif berorentasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Team Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Cet. V; Jakarta: PT. Grafindo persada, 1995).

Wadsworth, B.J. (1994) Piaget’s Theory of cognitive and Affective Development (3rd ed.) New York: Longman.

Desertasi/Tesis

Dadang Suparda. (2004). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultur dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional Global, Untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah Menengah Umum di Kota Bandung). Desertasi. Program Studi Pendidikan IPS, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Widada, Wahyu. 1999. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMU yang Berorientasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis. IKIP Surabaya, Surabaya.

Internet

Firstiawan. 2010. Macam-Macam Metode Dalam Mengajar. Diakses dari http://firstiawan.student.fkip.uns.ac.id/tag/metode-metode-mengajar-kekurangan-dan-kelebihannya/.( 27/10/2011)

Miller, J.L (1995). Family Togetherness and the Suburban Ideal. Journal of Sociological Forum, Vol 10, No 03.September 1995 (pp 393-418).


(39)

Ulfa, Maria.2008. metode pembelajaran. Diakses dari

http://mariaulfah15.multiply.com/journal/item/3.(27/10/2011)

Setyawan ,Heru. Tampa tahun. Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan Metode Ceramah. Diakses dari

http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/pengertian-kelebihan-dan-kekurangan.html(27/10/2011

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/ http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stadstudent-teams-achievement


(1)

122

siswa di kelas ekperimen lebih besar dibandingkan dengan peningkatan solidaritas kerja siswa kelas kontrol.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian memberikan petunjuk bahwa temuan-temuan yang diperoleh setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan solidaritas kerja siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe ini dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan solidaritas kerja siswa. Dengan demikian ada beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut:

1. Rekomendasi untuk guru

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD guru harus menerapkan prinsip-prinsip dan mengoptimalkan berbagai sumber, penentuan hasil belajar siswa dalam pelajaran Ekonomi tidak hanya berorentasi pada solidaritas kerja siswa akan tetapi juga mempertimbangkan prosesnya. Guru harus memfungsikan desain pembelajaran sebagai pedoman bukan sebagai pelengkap adminitrasi. Oleh sebab itu mencoba melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan agar mampu menerapkan model pembelajaran dengan optimal sehingga dapat meningkatskan kualitas pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih komprehensif.


(2)

123

 Diperlukan pengolahan kelas yang baik oleh guru dalam mengatur kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran seperti, penyajian materi, interaksi kelompok, pengujian hasil belajar, penskoran kemajauan individual dan penghargaan terhadap kelompok.

2. Rekomendasi untuk Kepala sekolah

Hendaknya guru dipacu agar senantiasa dapat mengembangkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran serta mencoba berbagai model pengajaran baru yang aktual termasuk didalamnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memotivasi, mengarahkan dan menganjurkan kepada semua guru, khusunya guru mata pelajaran Ekonomi untuk dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai suatu inovasi, dengan harapan prestasi siswa SMP Negeri 2 Ternate dapat meningkat.

3. Rekomendasi untuk peneliti yang lain

Disadari bahwa temuan dari penelitian ini belum mencapai hasil kemampuan solidaritas kerja siswa yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian lanjutan berkenaan dengan penggunaan cooperative

learning tipe STAD terhadap solidaritas kerja siswa dapat dilakukan

dengan menggunakan tipe-tipe lainnya seperti jigsaw, investigasi kelompok, NHT dan lain-lainnya, yang mungkin dapat mencapai hasil solidaritas kerja siswa yang lebih maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Stastistika dan Metode Penelitian untuk Adminitrasi dan Manajemen. Bandung:Dewaruchi

Al-Muchtar, S. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung:PPs UPI Doyle Paul Johnson (1986) Teori Sosiologi, Klasik dan Moderen. Edisi 1 Jakarta

PT Gremedia.

Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Frieda Mangunsong, 2010). dalam Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan.

Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar

Manusia, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Hasan, Hamid. S (1996) Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud

Hamalik, Oemar.s 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Johnson, D.W, David, Jhonson, R. (1994). Leading The Cooperative School. Edina, MN:Interaction Book Company.

Johnson and Johnson (1994) Handbook of Coperative Learning Baston.

Koentjaraningrat (1977), Sistim Gotong Royong dan Jiwa Gotong Royong. Jakarta : Berita Anthropologi.

Lexy, Moleong J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya.

Lie, Anita (2002). Cooperative learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di

Ruang- Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning


(4)

Laiya Banibowo. (1983). Solidaritas Kekeluargaan Dalam Salah Satu

Masyarakat Desa di Nias, Indonesia Gadjah Mada University Prees.

Muslimin Ibrahim, Dkk. Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: Unesa University Press, 2002)

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreaktivitas Anak Berbakat. Jakarta: Rianeka Cipta dan Pusat Perpukuan DEPDIKNAS.

Maryani Enok (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

Peningkatan Ketrampilan Sosial. Alfabet, Bandung.

Nasution Z (2009). Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyrakat Desa Transisi

(Suatu Tinjauan Sosiologi ). Malang UMM Pres.

Nasution, (2003). Metodologi Research Penelitian Ilmia. Jakarta: Bumi Aksara.

Noornia, 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Motode STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pengajaran Persen di Kelas

VI SD Islam Al ma’arif 02 Singosari Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana Program Studa Pendidikan IKIP Malang.

Putong, Iskandar (2007), Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Riduwan, Akdon. (2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika untuk

Penelitian. Jakarta : Alfabeta.

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta

Suryono, dkk, (1992). Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Cet. I;Jakarta: Rineka Cipta.

Suyanto dan Nurhadi. (2000). Pokok-pokok Pembelajaran Pendidikan Ekonomi di SLTP. Jakarta: Depdiknas

Sardiman, dkk. (2004). Pengetahuan Sosial: Buku 1 Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Dipdiknas.

Somantri , M.N (2001). Menggaga Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D


(5)

Suharsimi Arikunto. (1993)). Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Boston: Allya Bacon.

Slavin, R.E. (2000) Cooperative Learning Riset dan praktik, Terjemah Bandung: Nusa Media.

Slavin, R.E (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.

Slavin, R.E (2008). Cooperative Learning. Bandung :Nusa Media.

Sthal, Rj. (1994) Cooperative Learning in Social Studies: A Hand Book for Teachers. USA: Kane Publishing Service, Inc.

Trianto. (2007). Model –model Pembelajaran Inovatif berorentasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Team Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Cet. V; Jakarta: PT. Grafindo persada, 1995).

Wadsworth, B.J. (1994) Piaget’s Theory of cognitive and Affective Development

(3rd ed.) New York: Longman.

Desertasi/Tesis

Dadang Suparda. (2004). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan

Multikultur dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional Global, Untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah

Menengah Umum di Kota Bandung). Desertasi. Program Studi Pendidikan IPS, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Widada, Wahyu. 1999. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

SMU yang Berorientasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Tesis. IKIP Surabaya, Surabaya.

Internet

Firstiawan. 2010. Macam-Macam Metode Dalam Mengajar. Diakses dari http://firstiawan.student.fkip.uns.ac.id/tag/metode-metode-mengajar-kekurangan-dan-kelebihannya/.( 27/10/2011)

Miller, J.L (1995). Family Togetherness and the Suburban Ideal. Journal of Sociological Forum, Vol 10, No 03.September 1995 (pp 393-418). Springer associated with JSTOR


(6)

Ulfa, Maria.2008. metode pembelajaran. Diakses dari

http://mariaulfah15.multiply.com/journal/item/3.(27/10/2011)

Setyawan ,Heru. Tampa tahun. Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan Metode

Ceramah. Diakses dari

http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/pengertian-kelebihan-dan-kekurangan.html(27/10/2011

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/ http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-stadstudent-teams-achievement


Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Game Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Momentum Dan Impuls (Kuasi Eksperimen Di Man 4 Jakarta)

0 9 291

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Peningkatan pemahaman unsur interinsik pada cerpen melaui metode kooperatif tipe student teams achievement division (stad) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X MA As-Syafi'iyah 01 Jkarta semester Ganjil, Tahun ajaran 2011/2012)

0 37 181

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran IPS Materi Pranata Sosial Dalam Masyarakat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Teras Boyola

0 3 13

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran IPS Materi Pranata Sosial Dalam Masyarakat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Teras Boyola

0 2 16

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL SISWA: Studi Eksperimen Kuasi Pada Pembelajaran IPS Kelas VIII di SMPN 8 Sumedang.

0 2 42