Kecerdasan emosional hidup berkomunitas para suster puteri Reinha Rosari Larantuka tahun 2010 dan implikasinya terhadap konseling kelompok - USD Repository

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KECERDASAN EMOSIONAL HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI LARANTUKA TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONSELING KELOMPOK Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh:

  Yoaneta Olla 061114032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KECERDASAN EMOSIONAL HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI LARANTUKA TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONSELING KELOMPOK Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh:

  Yoaneta Olla 061114032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  i  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ii  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  iii  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  iv   MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  “Yesus Kristus Anak Allah yang hidup, terang dunia, aku sembah sujud kepadaMU, untuk Engkau aku hidup, untuk Engkau aku mati.” (Mgr. Gabriel Manek, SVD., Pendiri Kongregasi PRR)

  Orang yang banyak tahu tentang orang lain mungkin disebut pandai, tapi orang yang bisa memahami dirinya sendiri itulah orang yang cerdas. Orang yang bisa mengendalikan orang lain mungkin disebut berkuasa, tapi orang yang bisa menguasai dirinya sendiri itu jauh lebih perkasa.

  (Lao – Tsu) Dengan penuh syukur dan pujian skripsi ini kupersembahkan kepada para suster kongregasi Puteri Reinha Rosari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 29 April 2011 Penulis

  Yoaneta Olla v  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yoaneta Olla Nomor Mahasiswa : 061114032 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul KECERDASAN EMOSIONAL HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI LARANTUKA TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONSELING KELOMPOK beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dan membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 29 April 2011 Yang menyatakan Yoaneta Olla vi  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ABSTRAK KECERDASAN EMOSIONAL HIDUP BERKOMUNITAS SUSTER-SUSTER PUTERI REINHA ROSARI LARANTUKA TAHUN 2010

  DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONSELING KELOMPOK Yoaneta Olla

  Universitas Sanata Dharma, 2011 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingginya kecerdasan emosional dalam hidup berkomunitas para suster Puteri Reinha Rosari

  Larantuka tahun 2010 dan implikasinya terhadap konseling kelompok.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah semua suster Puteri Reinha Rosari yang berkarya di Larantuka pada tahun 2010, berjumlah 50 orang. Mereka berusia antara 25-60 tahun. Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh penulis sendiri dengan mengambil inspirasi dari buku

  

Emotional Intelligence, yang dikarang oleh Daniel Goleman (2009). Kuesioner

  tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mencakup kelima aspek kecerdasan emosional. Kelima aspek tersebut adalah: (1) mengenali emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri, (4) mengenali emosi orang lain, (5) membina hubungan. Seluruh item berjumlah 70 butir. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan frekwensi dengan pendistribusian berdasarkan rumus Penilain Acuan Patokan Tipe I yang digolongkan menjadi 5 tingkat yaitu sangat rendah, rendah, cukup , tinggi, dan sangat tinggi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional para suster Puteri Reinha Rosari Larantuka tahun 2010 adalah sebagai berikut: (1) subyek yang memiliki kemampuan mengenali emosi diri: sangat rendah 0%, rendah 14%, cukup 66%, tinggi 18% dan sangat tinggi 2%, (2) subyek yang memiliki kemampuan mengelola emosi: sangat rendah 0%, rendah 14%, cukup 60%, tinggi 26% dan sangat tinggi 0%, (3) subyek yang memiliki kemampuan: memotivasi diri sangat rendah 0%, rendah 12%, cukup 68%, tinggi 14% dan sangat tinggi 6%, (4) subyek yang memiliki kemampuan: mengenali emosi orang lain sangat rendah 0%, rendah 24%, cukup 56%, tinggi 20%, dan sangat tinggi 0%, (5) subyek yang memiliki kemampuan membina hubungan: sangat rendah 0%, rendah 10%, cukup 56%, tinggi 30% dan sangat tinggi 4%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diadakan konseling kelompok bagi para suster Puteri Reinha Rosari Larantuka dengan topik cara mengungkapkan perasaan/emosi, cara mengendalikan emosi, mengenal kelebihan dan kekurangan dalam diri, mendengarkan, cara mengatasi konflik dalam hidup bersama dan cara mengembangkan kepercayaan/konsep diri yang positif. vii  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ABSTRACT THE EMOTIONAL INTELLIGENCE IN THE COMMUNITY LIFE OF THE DAUGHTER OF OUR LADY QUEEN OF THE HOLY ROSARY SISTERS,

  LARANTUKA IN 2010 AND ITS IMPLICATIONS FOR GROUP COUNSELING Yoaneta Olla

  Sanata Dharma University, 2011 This study is aimed to get a description of the level of emotional intelligence in the community life of the Daughter of Our Lady Queen of the Holy Rosary sisters,

  Larantuka in 2010 and to find its implications for group counseling.

  The subjects of this descriptive study are the Daughters of Our Lady Queen of the Holy Rosary sisters who live in Larantuka in 2010. There are 50 sisters involved in this study. The age of the subjects ranges between 25 to 60 years old. The instrument for this study is a questionnaire constructed by the researcher and is based on the Daniel Goleman’s book Emotional Intelligence (2009). The questionnaire consists of items which correspond to the five aspects of emotional intelligence: (1) to recognize one’s own emotions, (2) to manage emotions, (3) to do self-motivation, (4) to recognize others’ emotions, (5) to build relationship with others. There are 70 items used in this questionnaire. The data is analyzed using frequency calculation. The data is categorized into five levels by applying the Criterion Referenced Evaluation (PAP) type I. These levels are: very low, low, sufficient, high, and very high.

  The findings of the study demonstrate that (1) The level of the capacity to recognize one’s own emotions of these subjects are as followed. There is no subject (0%) in very low level, 14% of the subjects are in low level, 54% are in sufficient level, 28% are in high level, and 2% are in very high level; (2) The level of the capacity to manage emotions are: no subject (0%) is in very low level, 14% are in low level, 60% are in sufficient level, 26% are in high level, dan no one (0%) is in very high level. (3) The level of the capacity to do self-motivation: no one (0%) is in very low level, 12% are in low level, 68% are in sufficient level, 14% are in high level, 6% are in high level. (4) The level of capacity to recognize others’ emotions are: no one (0%) is in very low level, 24% are in low level, 56% are in sufficient level, 20% are in high level, and there is no one (0%) in very high level. (5) The level of the capacity to build relationship with others: no one (0%) is in very low level, 10% are in low level, 56% are in sufficient level, 30% are in high level, and 4% are in very high level. Based on these findings, some group counseling sessions are conducted for the subjects. The topics of the group counseling are aimed to increase the the capacity to express emotions, to manage emotions, to control emotions, to know one’s own stengths and weaknesses, to listen to others, to solve problems in the community and to to improve self-confidence and to build positive self-concept. viii   PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul KECERDASAN EMOSIONAL HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI LARANTUKA TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONSELING KELOMPOK. Banyak pengalaman yang muncul selama penulisan skripsi ini, pengalaman gembira, sedih, dan cemas. Meskipun demikian berkat perhatian, dukungan dan doa-doa dari berbagai pihak penulis mendapatkan kekuatan, dan semangat untuk tekun dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

  1. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, penuh kesabaran dan keterbukaan hati memberikan bimbingan, perhatian, dan sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini.

  2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini. ix  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, MKDU, dan MKDK Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi, membimbing dan membekali dengan pengetahuan dan ketrampilan kepada penulis.

  4. Para karyawan sekretariat FKIP, BK, MKDU, MKDK, dan BAAK, yang dengan sabar memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi.

  5. Para karyawan Perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan keramahan dan kesederhanaannya membantu penulis dalam hal peminjaman buku.

  6. Para karyawan Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu setia membersihkan lingkungan belajar, sehingga penulis merasa kerasan dan nyaman dalam belajar.

  7. Pimpinan Komunitas Biara suster CIJ, FdCC, PRR, SSpS, dan TMM Yogyakarta, yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan uji coba alat.

  8. Pimpinan Komunitas Biara suster PRR Lebao, Postoh, Riangkemie, Tabali dan Weri Larantuka, beserta para anggota komunitas yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

  9. Sr. M. Benediktis, PRR., selaku Pemimpin Umum beserta para suster Anggota Dewan Kongregasi dan para suster Puteri Reinha Rosari, yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan mengikuti studi lanjut di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  10. Para suster Komunitas PRR Magnifikat Yogyakarta, yang telah memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis dalam belajar dan dalam penyusunan skripsi. x  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11. Rm. Paul Yan Olla, MSF., orang tua dan keluarga yang telah mendukung penulis lewat doa, cinta dan perhatian selama ini.

  12. Keluarga Bapak Mikael Koten dan Bapak Niko Samon sekeluarga, yang memberikan perhatian dan dukungan khusus kepada penulis.

  13. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan saling kerjasama dalam belajar.

  14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah banyak memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan gagasan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi para suster kongregasi Puteri Reinha Rosari.

  Yogyakarta, 29 April 2011 Penulis

  Yoaneta Olla xi   PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.………………………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………….iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….v HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………….vi ABSTRAK …………………………………………………………………………….vii ABSTRACT ………………………………………………………………………….viii KATA PENGANTAR …………………………………………………………………ix DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………xvi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...........xvii

  BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………………...1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………...1 B. Perumusan Masalah ………………………………………………………..5 xii  

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………..6

  D. Manfaat Penelitian …………………………………………………............6

  E. Definisi Operasional ………………………………………………..............7

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………...............8 A. Hakekat Kecerdasan Emosional …………………….……………………...8

  1. Pengertian Kecerdasan Emosional ………………....................................8

  2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional …………………...........................11

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional…….............18

  B. Konseling Kelompok.………………………………………………………22

  1. Pengertian.……………………………………………………………....22

  2. Tujuan Konseling Kelompok..…………………………………………..23

  3. Komponen-komponen Konseling Kelompok..………………………….24

  4. Asas-asas Konseling Kelompok.………………………………………..27

  5. Struktur Konseling Kelompok.………………………………….............28

  6. Tahap-tahap Konseling Kelompok ……………………………………..30

  C. Konseling Kelompok di Komunitas ……………………………….............37

  1. Pengertian Komunitas.…………………………………………………..37

  2. Pentingnya Layanan Konseling Kelompok di Komunitas dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional …………………............40

  3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pelayanan Konseling xiii  

  xiv   bagi Para Suster ……………………………………..............................42

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………...47 A. Jenis Penelitian …………………………………………………………...47 B. Subjek Penelitian …………………………………………………………47 C. Instrumen Penelitian ……………………………………………………...48 D. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………………..58

  1. Tahap Persiapan ……………………………………………………..58

  2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data ……………………………..60

  E. Teknik Analisa Data ……………………………………...........................61

  BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN …………………………….....63 A. Tingginya Masing-masing Aspek Kecerdasan Emosional dalam Hidup Berkomunitas Para Suster Puteri Reinha Rosari Larantuka pada Tahun 2010 …………………………………....................................63 B. Pembahasan.……………………………………………………………....65

  BAB V: PENDAMPINGAN KONSELING KELOMPOK BAGI PARA SUSTER PUTERI REINHA ROSARI..……………………………………...75 A. Pendampingan Konseling Kelompok Bagi Para Suster Puteri Reinha Rosari Larantuka……………………………………………….....75 B. Laporan Pemberian Layanan Konseling Kelompok……………………....80

  1. Kelompok I…………………………………………………………....81

  2. Kelompok II…………………………………………………………104

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Kelompok III………………………………………………………...130

  4. Kelompok IV………………………………………………………...154

  C. Dampak Konseling Kelompok…………………………………………..175

  BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN…………………………..............................177 A. Kesimpulan……………………………………………………………....177 B. Saran …………………………………………………………….............179 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………181 LAMPIRAN …………………………………………………………………………..184 xv

   

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1: Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional untuk Penelitian………………52 Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas Item ……………………………….55 Tabel 3: Penggolongan Tingkat Kecerdasan Emosional Para Suster Puteri

  Reinha Rosari Larantuka dalam Hidup Berkomunitas Tahun 2010………….62 Tabel 4: Penggolongan Tingkat Kecerdasan Emosional dalam Hidup Berkomunitas

  Para Suster Puteri Reinha Rosari Larantuka Tahun 2010…………………….63 Tabel 5: Tingginya Aspek-aspek Kecerdasan Emosional dalam Hidup Berkomunitas Para Suster Puteri Reinha Rosari Larantuka pada 2010.……..........................64 Tabel 6: Materi Konseling Kelompok Bagi Para Suster Puteri Reinha Rosari

  Larantuka ………………………………………………………………………78 Tabel 7: Jadwal Kegiatan Konseling Kelompok Bagi Para Suster

  Puteri Reinha Rosari…………………………………………………………..80 xvi   PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1: Kuesioner Kecerdasan Emosional Para Suster

  Puteri Reinha Rosari Larantuka ……………………………………….181 Lampiran 2: Skor Uji Coba Kuesioner Kecerdasan Emosional ………………………190 Lampiran 3: Hasil Perhitungan Taraf Validitas ……………………………………....195 Lampiran 4: Skor Kecerdasan Emosional Para Suster Puteri Reinha Rosari

  Larantuka ………………………………………………………………..207 Lampiran 5: Daftar Nama Anggota Konseling Kelompok……………………………221 Lampiran 6: Surat Permohonan Ijin Penelitian ……………………………………….222

   

   

  xvii  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini disajikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Hidup bersama dengan orang lain merupakan suatu kebutuhan bagi setiap

  manusia sebagai makluk sosial. Dalam kebersamaan dengan orang lain, setiap orang memperjuangkan suatu cita-cita, misalnya kebersamaan dalam hidup berkeluarga, bertujuan mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Selain kebersamaan dalam keluarga masih ada bentuk kebersamaan yang lain yakni persekutuan hidup religius.

  Salah satu ciri utama hidup religius adalah hidup berkomunitas. Syarat untuk menjadi anggota religius adalah sehat jasmani dan rohani, dapat hidup bersama dengan orang lain, dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya, memiliki sifat dan perilaku yang baik, ramah, terbuka, jujur, sabar, tulus, sederhana, rendah hati dan setia (Konstitusi PRR, artikel 318-319). Dalam hidup berkomunitas para religius menghayati kharisma dan spiritualitas tarekat yang sama, mengikuti Kristus bersama- sama, merasul dalam kebersamaan, berdoa bersama, berbagi milik dan harta, berbagi kesediaan dan kemauan untuk mengabdi Kristus. Para religius yang hidup bersama dalam suatu komunitas dituntut untuk saling memahami, menanggung kelemahan,

  1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2   terbuka, sabar menghadapi tekanan-tekanan dan perbedaan yang dialami, menerima kritikan, dan rela memberi maaf.

  Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajemukan anggota, terkadang mempengaruhi hidup berkomunitas karena anggota-anggota yang hidup dalam komunitas berasal dari berbagai suku, budaya, usia, tingkat pendidikan dan latar belakang keluarga dengan status ekonomi yang berbeda. Kemajemukan anggota dapat mempengaruhi watak dan kepribadian para religius. Terkadang kehidupan berkomunitas tidaklah sepenuhnya berjalan baik, sering muncul kesulitan-kesulitan.

  Masih ada sebagian suster terkesan kasar, mudah marah, tidak sabar, suka bertengkar, mendiamkan sesamanya, sulit memaafkan dan mau menang sendiri. Ada anggota yang menjadikan sesama sebagai batu sandungan, memunculkan sikap mencela, mencari kekurangan anggota lain, diam, mengisolasi diri dan mengingat-ingat kesalahan anggota tertentu yang pernah melukai hatinya serta melampiaskan kemarahannya dengan saling mempersalahkan. Sikap-sikap seperti di atas berkembang menjadi kejengkelan atau kebencian. Suasana ini merenggangkan relasi antar anggota yang satu dengan anggota yang lain, dan mengganggu hidup doa dan pelaksanaan karya pun menjadi terhambat. Suasana komunitas yang tidak harmonis memperlihatkan bahwa para suster kurang mampu mengelola emosinya dengan baik, kurang memahami baik dirinya sendiri maupun orang lain, kurang mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain, dan sulit untuk memaafkan sesama secara tulus.

  Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan dalam hidup berkomunitas terutama dalam komunitas religius, karena dengan memiliki kecerdasan emosional para suster dapat menjalin hubungan yang lebih baik di antara mereka. Kecerdasan emosional

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3   adalah kemampuan individu untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman 2009). Menurut konsep Goleman, orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang matang dalam hal pengaturan kondisi diri dan emosinya. Orang yang memiliki kecerdasan emosional, diharapkan mampu mengungkapkan emosinya secara konstruktif. Sebaliknya, orang yang kecerdasan emosionalnya rendah akan kurang berhasil, karena cepat merasa gagal dan mudah menyerah jika menghadapi kesukaran. Sekarang kecerdasan tidak lagi dipandang hanya mencakup kecepatan berpikir, ketepatan menghitung, melainkan juga pengendalian emosi dan kemampuan mengendalikan diri dalam hubungan dengan sesama. Secara ringkas, Stein dan Book (2002: 31) mengatakan, “kecerdasan emosional terkait erat dengan kemampuan membaca lingkungan politik, sosial dan menatanya kembali, kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambakan orang lain”. Mengingat pentingnya kecerdasan emosional, maka dipandang perlu adanya pengembangan kecerdasan emosional bagi para suster dalam hidup berkomunitas. Keberhasilan menyesuaikan diri di komunitas sangat ditentukan oleh kemampuan masing-masing suster dalam menjawab dan mengatasi situasi permasalahan yang ada. Kenyataan hidup sehari-hari menunjukkan bahwa penghayatan saling menanggung kelemahan sesama dengan sabar dari tekanan-tekanan akibat perbedaan watak, usia, kebudayaan, pendidikan, dan lain-lain tidak mudah dijalankan karena para suster kurang mampu mengelola kecerdasan emosionalnya dengan baik.

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4  

  Rendahnya tingkat kecerdasan emosional para suster hanya dapat diatasi bila mereka saling terbuka untuk menerima dan menanggung kelemahan satu sama lain dengan sabar, dan saling mendengarkan diantara mereka. Konseling kelompok merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kecerdasan emosional para suster, karena melalui konseling kelompok para suster bekerja dan berproses bersama untuk mengeksplorasi gagasan, sikap, perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan dalam hidup berkomunitas. Konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil dengan mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor sebagai pembimbing kelompok, dimana komunikasi antar pribadi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan dengan memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri. Konseling kelompok mempunyai tujuan untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh tiap anggota kelompok (Winkel dan Hastuti, 2004: 542). Anggota yang mempunyai perilaku yang tidak sesuai dalam konseling kelompok, dapat menggunakan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap atau perilaku yang kurang sesuai sebagai penyebab rendahnya kecerdasan emosional para suster.

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5  

  Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh pemimpin adalah bekerjasama dengan pihak lain yang lebih berkompeten dalam bidang bimbingan dan konseling untuk memberikan pelayanan konseling kelompok, atau memanfaatkan suster-suster Puteri Reinha Rosari yang memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling (Corey, 1997: 357). Pihak-pihak yang berkompeten dapat memberikan konseling kelompok yang sesuai dengan kebutuhan para suster. Dengan memberikan konseling kelompok yang relevan para suster dibantu menjadi pribadi yang mampu mengatur hidupnya, mengenal perasaan/emosinya baik emosi sendiri mau pun emosi orang lain, memahami dirinya sendiri dan orang lain, dapat memotivasi dirinya sendiri, serta mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka perlu diadakan penelitian tentang kecerdasan emosional para suster Puteri Reinha Rosari dalam hidup berkomunitas dan implikasinya dalam pendampingan konseling kelompok.

B. Perumusan Masalah

  Memperhatikan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Seberapa tinggi aspek-aspek kecerdasan emosional para suster Puteri Reinha Rosari di Larantuka dalam hidup berkomunitas?

  2. Topik-topik layanan konseling kelompok mana yang sesuai bagi para suster Puteri Reinha Rosari untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya?

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6   C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

  1. Mengetahui tingginya aspek-aspek kecerdasan emosional para suster Puteri Reinha Rosari Larantuka dalam hidup berkomunitas.

  2. Dapat memberikan layanan konseling kelompok yang sesuai bagi para suster untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak:

  1. Manfaat Teoritis Menambah kajian teori dan menjadi bahan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mengembangkan program studi Bimbingan dan Konseling terutama dalam bidang kecerdasan emosional.

  2. Manfaat Praktis

  a. Memperluas wawasan dan pemahaman para suster Puteri Reinha Rosari tentang pentingnya kecerdasan emosional dalam hidup berkomunitas b. Suster-suster Puteri Reinha Rosari memperoleh masukan yang berguna untuk pembinaan bidang pengembangan kecerdasan emosional di komunitas-komunitas.

  c. Memperoleh pengalaman dalam mengungkapkan tingkat kecerdasan emosional suster-suster Puteri Reinha Rosari dalam hidup berkomunitas.

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7   E.

   Definisi Operasional

  Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:

  1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami, merasakan dan mengenali perasaan dirinya dan orang lain sehingga orang tersebut dapat mengendalikan perasaan yang ada dalam dirinya, dapat memahami serta menjaga perasaan orang lain, dan dapat memotivasi diri sendiri untuk menjadi individu atau pribadi yang lebih baik dalam kehidupan yang dijalaninya.

  2. Suster-suster Puteri Reinha Rosari adalah kelompok religius kristiani berumur antara 25-60 tahun yang tinggal dan berkarya di komunitas-komunitas di sekitar wilayah Larantuka.

  3. Konseling kelompok adalah wawancara konseling antara konselor selaku pemimpin kelompok dengan beberapa individu (4-12 orang) selaku anggota kelompok untuk memecahkan masalah dan pengembangan pribadi para anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan topik

  penelitian yaitu: (1) Hakekat kecerdasan emosional yang meliputi: pengertian kecerdasan emosional, aspek-aspek kecerdasan emosional, faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional; (2) Konseling kelompok meliputi: pengertian, tujuan, komponen-komponen konseling kelompok, asas-asas konseling kelompok dan tahap-tahap konseling kelompok; (3) Konseling kelompok di komunitas meliputi: arti komunitas, pentingnya layanan konseling kelompok di komunitas, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konseling kelompok.

A. Hakekat Kecerdasan Emosional

  1. Pengertian kecerdasan Emosional Selama bertahun-tahun IQ telah diyakini menjadi ukuran standar kecerdasan, namun sejalan dengan tantangan dan suasana kehidupan modern yang serba kompleks, ukuran standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di kalangan akademisi, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan publik awam, terutama apabila dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang. Daniel Goleman adalah salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang, yakni kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ).

  8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh manusiawi. Senada dengan definisi tersebut, Goleman mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa (Imam, 2009: 16).

  Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Patton (1998) mengemukakan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan. Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer (Shapiro, 2000: 5). Kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri, dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain; mampu bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman, 2009: 45).

  Peter Salovey dan Jack Mayer menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Stein dan Book, 2002: 30). Gardner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi. Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari: ”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja dan bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif” (Goleman, 2009: 50-53). Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2009 : 53). Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurut Solovey kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain (Goleman, 2009: 57). Menurut Goleman (2009: 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan suster-suster untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

  Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami, merasakan dan mengenali perasaan dirinya dan orang lain sehingga orang tersebut dapat mengendalikan perasaan yang dialaminya, dapat memahami serta menjaga perasaan orang lain, dan dapat memotivasi diri sendiri untuk menjadi individu atau pribadi yang lebih baik dalam kehidupannya.

  2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Salovey menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dapat dipelajari (Goleman, 2009: 57-59). Kecerdasan emosional memiliki lima aspek penting yang oleh Goleman disebut wilayah utama atau ciri-ciri kecerdasan emosional. Kelima aspek kecerdasan emosional tersebut adalah: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

  a. Mengenali Emosi Diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2009: 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. Langkah pertama untuk menjadi cerdas secara emosi adalah dengan menjadi orang yang sedapat mungkin memiliki kesadaran diri (Yeung, 2009: 15). Menjadi orang berkesadaran diri juga berarti sadar akan dampak yang kita timbulkan bagi orang lain.

  Menurut Goleman (2009) dan Yeung (2009), aspek mengenali emosi sendiri terdiri dari: 1) Kesadaran diri

  Orang yang memiliki kesadaran emosi yang tinggi mampu: a) Tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa.

  b) Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan, perbuat dan katakan.

  c) Mengetahui bagaimana perasaan mereka memengaruhi kinerja.

  d) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka. 2) Penilaian diri

  Orang yang memiliki kecakapan penilaian diri secara teliti atau pengukuran diri yang akurat, maka ia; a) Sadar akan kekuatan dan kelemahannya.

  b) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman.

  c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima pandangan baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

  d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas. 3) Kepercayaan diri

  a) Berani tampil dengan keyakinan diri; berani menyatakan keberadaannya.

  b) Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban.

  c) Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat komunikasi asertif para Suster Medior Congregatio Imitationis Jesu [CIJ] tahun 2004 dan implikasinya terhadap program pelatihan asertivitas - USD Repository

0 0 76

Tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi terhadap tata tertib akademik di asrama puteri Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2004/2005 - USD Repository

0 0 75

Kegunaan bimbingan dan konseling menurut para siswa kelas II SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 71

Deskripsi tingkat kecerdasan spiritual para suster yunior Ordo Santa Ursula tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 1 126

Upaya meningkatkan pembinaan hidup religius para suster yunior puteri reinha rosari dalam menghadapi tantangan zaman sekarang - USD Repository

0 2 135

Adorasi Ekaristi dalam hidup rohani para suster Sang Timur di Pulau Jawa, Provinsi Indonesia - USD Repository

0 1 187

Upaya memajukan hidup doa bagi para suster Jesus, Maria, Joseph demi meningkatkan karya kerasulan melalui katekese - USD Repository

0 0 141

Deskripsi tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 175

Deskripsi tingkat asertivitas para suster konggregasi SCMM propinsi Indonesia tahun 2008/2009 - USD Repository

0 0 125

Deskripsi kecerdasan emosional para siswi remaja asrama putri Santa Yulia Surabaya tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok : tinjauan dari berbagai aspek kecerdasan emosional - USD Repository

0 0 150