GAMBARAN KEPRIBADIAN WANITA MISIONARIS LAJANG (SINGLE MISSIONARY WOMAN) BERDASARKAN TEORI VIKTOR FRANKL Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

GAMBARAN KEPRIBADIAN

WANITA MISIONARIS LAJANG (SINGLE MISSIONARY WOMAN)

BERDASARKAN TEORI VIKTOR FRANKL

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh:

Yohanny Apriyanty Palamba

NIM: 039114113

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  Saat kau berada di tengah kesulitan: Ketakutan berkata, “Allah telah meninggalkanmu.

  Dia tidak memedulikanmu Kau ditinggal sendiri.” Iman berkata,”Dalam kerajaan Allah, segala Sesuatu berdasar pada janji, bukan perasaan.

  Allah mempunyai rencana Yang dibangun atas dasar kasih.” Saat engkau melakukan kesalahan besar: Ketakutan berkata,”Habislah sudah.

  Kau telah menghancurkan semuanya.

  Akui saja kesalahanmu itu.” Iman berkata,”Kegagalan adalah suatu peristiwa, bukan orang. Allah akan menggunakan kekuatan maupun kelemahanku untuk melaksanakan rencana-Nya.” Ketika engkau menanti sesuatu:

  Ketakutan berkata,”Kau akan terus me nunggu.” Iman berkata,”W aktuku ada di tangan Allah.

  Dia akan menggenapi rencana-Nya untukku tepat pada waktunya.” Saat engkau terpuruk dalam rasa bersalah: Ketakutan berkata,”Kau akan dihantui oleh kekeliruanmu seumur hidup.” Iman berkata,”Allah selalu memberi kesempatan. Dengan kuasa-Nya Dia memaafkanku.”

  Ketika engkau menghadapi penyesalan yang dalam: Ketakutan berkata,”Kelemahan membatasi dirimu.”

  Iman berkata,”Aku berguna bagi Allah Justru karena kelemahanku.”

  (Pam Vredevelt)

  Seorang bijak pernah berkata,”Apa pun yang terjadi padaku, kupandang sebagai anugerah Allah untuk tujuan tertentu. Jika berupa kesusahan, kuanggap Dia memberi hal itu supaya aku berjuang, menguatkan pikiran dan imanku.” H al itu memudahkan dan mempermanis hidupku. A N O N IM

  U ntuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya (Pengkhotbah 3:1)

Do what you can, with what you have, where you are.

  (Theodore Roosevelt)

  

IA membuat segala sesuatu indah pada waktunya

(Pengkhotbah 3:11a)

  Karya ini kupersembahkan untuk:

  

JONI PAL AM BA dan YOHANA BI M BI

Wenef , Sut riszant o, & Widodo

UCAPAN TERIMA KASIH

  Segala pujian, syukur, serta hormat bagi Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugerah, kasih, dan hikmat yang selalu IA nyatakan dalam kehidupan penulis sehingga karya ini dapat terwujud.

  Terselesaikannya tulisan ini tak lepas dari peran serta, dukungan, dan bantuan berbagai pihak yang telah memotivasi penulis, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

  1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi.

  Terima kasih atas kesediaan waktu, tenaga, pikiran, pengertian, kesabaran, dan bantuan yang amat berarti bagi penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji. Terima kasih atas masukannya kepada penulis untuk penyempurnaan karya ini

  4. Bapak Minto Istono, S.Psi., M.Psi selaku dosen penguji. Terima kasih atas kritik dan sarannya kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

  5. Semua Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama menempuh bangku perkuliahan.

  6. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mbak Nanik, mas Gandung, mas Muji, mas Doni, dan pak Gi’, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan dalam proses administrasi perkuliahan sejak awal kuliah. Bantuan, sapaan, dan senyuman yang selalu terpancar di wajah kalian memb uat suasana kampus makin penuh dengan semangat dan keceriaan.

7. Ketiga subjek penelitian yang telah bersedia berbagi kisah hidupnya untuk

  dijadikan materi penelitian. Thank you very much, Vielen Dank fur ihre muhe, God Bless You (^_^)

  Doumo Arigatou Gozaimasu 8. Papa-Mama yang tercinta…. Kurre sumanga’....... akhirnya Anny dapat

  menyelesaikan ini. Terima kasih banyak buat kasih sayang, kepercayaan, kesabaran, perjuangan, dan pengorbanan kalian selama ini. Semua itu tidak bisa tergantikan… You are the greatest parents in the world, I love you so

  much... Jesus Christ always by yourside… 9. My Beloved Sister and Brothers, Wenef (Sukses buat visi & misimu selanjutnya ya… tetap mengandalkan Tuhan, lebih peka lagi dengan orang di dekatmu, tetap rendah hati jangan sampai egois ya. ) Bono & Dodo (Ayo… rajin kuliah, ingat perjuangan & kerja keras Papa-Mama, jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang kalian dapatkan…Jangan sampai menyesal

  ) makasi buanget buat dukungannya selama ini. I l ov e

  kemudian… OK???? y ou so m u ch Om Natalin

  10. dan adek Wilmar buat dukungan dan bantuan yang telah banyak diberikan bagi penulis. Terima kasih telah menunjukkan kepada penulis arti hidup mengasihi dengan tulus & tanpa pamrih. Untuk waktu sharing & diskusi tentang banyak hal dalam kehidupan ini. Thank u so… J

  11. Saudara-saudaraku di Jogja, Kak Esaf, kak Lidya sekeluarga, Kak Monik & Ardi, Kak Rigel, Lai… makasi buat doa, bantuan, dan dukungannya ya…, Denny Swastika makasi dah mau direpotin untuk install komputerku yang lagi sakit kena virus, mau berbagi laptopnya, makasi banyak ya dek (Ayo… cepat

  Buat Victor, Kak Otri, Epaz, Rein, Zet.. thanx buat keceriaan

  rampung !!)

  yang kalian bagi buatku!!!! Buat Kak Jeny Bailao… Thank U.. kak buat

  support nya selama ini… Love You All!!! =)

  12. Sahabat-sahabatku tercinta, Budhi Ardiyandhani, Devita Marie Astriana

  I ’m speechless

  Marthin, Yulita Patasik, Bernord Sadar Inna, Suster Hedwig…

  guys… You’r e t he best f r iend I ever had. I can only say t hank you ver y much f or ever yt hingI love u all J

  13. Novi Adrianto Bailao, thank u so much ya…buat semuanya. You’re the

  inspiration for me.. Imanuel .’)

  14. Maria Tridina Mustiko, Betshaida Sinaga, & Yeremia makasi dah jadi kakak buatku. Semoga pengalaman iman bersama kalian dapat aku bagikan kepada orang lain. Makasi buat telinga, hati, tenaga, & waktu yang telah kalian sediain buat keluh kesahku.... I love n will miss you all ;)

  15. Saudaraku di Cell Group: Gina, Nitha, Deni, Stevie, Kak Kurni, Kak Donda, Aussie, Lenny, Josie, Novi, Adna, Richard, Mona, & Indra. Makasi dah jadi keluarga kedua di Jogja... Tetap semangat dalam studi & pelayanan ya... (^_^)

  16. Teman- Teman Ranch Bethani dan Betlehem: Sylvester, Sinta Dewi, Nonee, Asti, Alex, Berlin, Noncy, Rian, dan Kak Astrid. Makasi buat doa, dukungan, dan bantuannya. I will miss our Ranch!!!

  17. Teman-teman Joy Dance Ministry: Linda, Esens, Yana, Mami Nova, Kak Neles, Kak Anto, Yesti, Abi, Adelia, Nando dan buat semua yang lum tertulis tanpa terkecuali. Thanx a lot buat pengertiannya kalo tiba-tiba aku harus mengundurkan diri dari pelayanan koreo… and off dari dance karena menyelesaikan ini.

  18. Teman-teman joyers yang selalu mendukung, Kak Cia, Mas Barkah, Bang Sophar, Bang Guido, Bernat, Ko Jonis, Lisye, Ade’ Sischa dan semuanya tanpa terkecuali… Tuhan memberkati…

  19. Agatha, Kak Yeni, & Rafi di Malang yang mau berbagi dan mengantar penulis bertemu dengan para subjek. Makasi banyak ya… buat bantuannya, GBU

  20. Om Sapa sekeluarga, makasi buat bantuan dan dukungannya bagi penulis selama di Jakarta.

  21. Teman-teman seperjuangan di SMP & SMU, yang selalu setia mendukung lewat doa, sms, telepon, dan dengan pertanyaan,”Kapan rampung?? Kok lama??” Makasi banyak ya… Apriani, Ambun, Gepriani, Ratnawati, Irianto, Yunicha, Yunita, Andika, Adam, Dauna, Bowo, Robert… (kapan ya.. bisa ngumpul la gi?????? I miss it!!!!!)

  thanx buat sharing nya dan sms-sms yang menguatkanku… Life is

  22. Buat Yedia (

  beautiful Bro… Right???)

  , Lingkar, Nurlim, Iwan, Vera, Adi kurre sumanga’ Jogja… Sukses

  siulu, sangmane, sia sangbeneku tu attu ta lendui sola inde

  buat ke depannya ya… Bless u

  23. Teman-teman KKN: Eva, Tesha, Arum, Avi, Betha, Dito, Martha, Tomlok, & Sapi, Mas Riyan Sokola & Mbak Seni Jembrot. Makasi buat pengalaman indah yang telah kita lalui bersama J

  24. Buat semua tema n-teman angkatan Psikologi 2003.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 24 September 2008 Penulis

  (Yohanny Apriyanty Palamba)

  

ABSTRAK

GAMBARAN KEPRIBADIAN WANITA MISIONARIS LAJANG (SINGLE

MISSIONARY WOMAN) BERDASARKAN TEORI VIKTOR FRANKL

  YOHANNY APRIYANTY PALAMBA Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2008

  Penelitian ini menggunakan kerangka teori kepribadian (Logoterapi) Viktor Frankl. Teori kepribadian Viktor Frankl menekankan keinginan individu akan makna dan berurusan dengan usaha untuk membantu individu dalam mengatasi masalah pribadinya yang menyangkut pemenuhan keinginan akan makna. Tidak ada orang atau sesuatu yang lain dapat memberi pengertian tentang makna dan maksud dalam kehidupan tiap individu. Hal ini menunjukkan bahwa peranan kepribadian sejalan dengan peran wanita misionaris lajang (single

  ) yaitu tetap bertahan menjalankan tugasnya sebagai seorang

  missionary woman

  misionaris yang diyakini sebagai panggilan Tuhan, meskipun banyak tantangan dan kesulitan yang harus dihadapi.

  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran kepribadian pada wanita misionaris lajang (single missionary woman). Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi. Data penelitian diperoleh dengan metode wawancara semi terstruktur pada tiga orang subjek wanita misionaris lajang (single missionary woman). Analisis data berdasarkan respon verbal subjek penelitian.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita misionaris lajang (single ) cenderung memiliki gambaran kepribadian yang sehat

  missionary woman

  berdasarkan konsep logoterapi Viktor Frankl yaitu subjek sanggup mengambil keputusan tanpa paksaan dari orang lain seperti ketika memutuskan menjadi misionaris, memilih untuk menjalankan pelayanan dengan konsekuensi tidak menikah, dan tidak menyesali keputusan-keput usannya tersebut. Keinginan akan makna yang paling dominan adalah adanya relasi pribadi dengan Tuhan, iman kepada Tuhan, dan adanya tujuan hidup. Selain itu, adanya keyakinan untuk menjadi misionaris dan menjadikan tunjangan bukan hal yang utama. Berkaitan dengan makna hidup, subjek terlihat dapat mewujudkan tiga nilai yaitu nilai daya cipta/kreatif dengan melayani orang lain; dapat merasakan keuntungan dan perubahan ketika menjadi misionaris yang lajang; serta adanya tindakan komitmen terhadap pekerjaannya sebagai misionaris. Nilai eksperiensial/pengalaman yakni dengan menemukan sesama seperti relasi subjek dengan orang di sekitarnya; dan menemukan kebenaran melalui realisasi nilai- nilai agama Kristen. Terakhir adalah nilai bersikap yang dialami subjek ketika menghadapi permasalahan, tantangan atau situasi berat seperti terus bersekutu dengan Tuhan, membaca Alkitab, dan berdoa agar Tuhan selalu menguatkannya.

  Kata kunci: Wanita misionaris lajang, kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, makna hidup, nilai kreatif, nilai eksperiensial, nilai bersikap.

  

ABSTRACT

PERSONALITY DESCRIPTION OF SINGLE MISSIONARY WOMAN

BASED ON VIKTOR FRANKL’S THEORY

  YOHANNY APRIYANTY PALAMBA Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2008

  This Research use Viktor Frankl’s personality theory (logotherapy). It is about an individual will to meaning and related to endeavor of helping an individu to solve problem especially about a fulfilment of will to meaning. There is none/nothing who can give an understanding of meaning and purpose of life in each individual's life. It indicate that personality's role equal to single missionary woman's role i.e being survive to do her job as a missionary as she believe it's God's calling even if she may has many difficulties or challenges to face.

  The aim of this resource is to describe personality of single missionary woman. Research design is qualitative descriptive study with fenomenology approach. The informations are taken from semi-structural introduction method on three single missionary women. Data analyse is based on verbally response of research subject.

  Result of the research shows single missionary woman is disposed to have good personality description based on logotherapy of Viktor Frankl i.e Subject can decide without feeling forced such as to be a missionary, to be a minister with unmarried consequency, and no regret. The dominant will to meaning are a relationship with God, Faith of God and the purpose of life. Beside, beliefs of being a missionary and the subsidy of life aren’t principal. Related to meaning of life, subject has three values, consists of creation value by serving people, has benefits of being single missionary woman, and a commitment for her job. The second value is experience value by finding people like her relationship with people surround her and to find the Truth by realization of Christian values. The last is attitude value, how Subject faces her problems, challenges and difficult times by keep a partnership with God, reading bible and praying for God strengthen her.

  Keyword: Single missionary woman, the freedom of will, the will to meaning, meaning of life, creation value, experience value, attitude value.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yohanny Apriyanty Palamba Nomor Mahasiswa : 039114113

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

“Gambaran Kepribadian Wanita Misionaris Lajang (Single Missionary

Woman ) Berdasarkan Teori Viktor Frankl”.

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Denga n demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 24 September 2008 Yang menyatakan, (Yohanny Apriyanty Palamba)

  

KATA PENGANTAR

Syukur atas kasih Tuhan yang begitu besar.

  Peneliti menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun sebagai masukan yang amat berarti dalam menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata, harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

  Yogyakarta, 24 September 2008 Penulis

  Yohanny Apriyanty Palamba

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………........ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………… x ABSTRAK ………………………………………………………… xi

  ………………………………………………………… xii

  ABSTRACT

  LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........... xiii KATA PENGANTAR …………………………………………….. xiv DAFTAR ISI ………………………………………………………. xv DAFTAR TABEL …………………………………………………. xviii DAFTAR SKEMA ………………………………………………... xix BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….

  1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………….

  1 B. Perumusan Masalah ………………………………………

  6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………….

  6 D. Manfaat Pene litian …………………………………………

  7

  1. Manfaat Teoritis ………………………………………

  7 2. Manfaat Praktis ……………………………………….

  7 BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………

  8 A. Gambaran Kepribadian Viktor Frankl ……………………..

  8

  1. Pengertian Kepribadian ………………………………

  8

  2. Pandangan Tentang Kepribadian Berdasarkan Teori Viktor Frankl ……………………………………

  11 a. Kebebasan berkeinginan (The Freedom Of Will)....

  12

  b. Keinginan akan makna (The Will To Meaning) …

  13 c. Makna Hidup (Meaning Of Life)…………………..

  14 B. Misionaris ...........................………………………………

  18

  1. Pengertian Misionaris …………………………………….

  18

  2. Kualifikasi Seorang Misionaris …………………………… 19

  3. Karakteristik Misionaris ...................................................... 25

  4. Macam- macam Misionaris.................................................... 26

  a. Misionaris Lajang

  (Single Missionary/Unmarried Missionary) ................... 26 b. Misionaris yang Menikah (Married Missionary)...........

  29

  5. Wanita Misionaris Lajang (Single Missionary Woman)....... 30

  C. Gambaran Kepribadian Wanita Misionaris Lajang Berdasarkan Teori Viktor Frankl ..................……………………………....... 35

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 39 A. Jenis Penelitian ……………………………………………

  39 B. Batasan Penelitian ………………………………………….

  40 C. Subjek Penelitian ………………………………………..

  40 D. Metode Pengumpulan Data ………………………………

  42 E. Prosedur Penelitian ………………………………………..

  46 F. Metode Analisis Data ……………………………………..

  47 1. Organisasi Data …………………………………….....

  47

  2. Pengkodean ……………………………………………

  48

  3. Interpretasi ………………………………………………

  48 G. Keabsahan Data ……………………………………………..

  48 1. Credibility ……………………………………………….

  48

  2. Dependability ……………………………………………

  49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .……………..

  51 A. Hasil Penelitian ………………………………………….…...

  51 1. Pelaksanaan Penelitian …………………………………..

  51 a. Subjek 1 ……………………………………………...

  51 b. Subjek 2 ……………………………………………...

  52 c. Subjek 3 ……………………………………………...

  53 2. Identitas Subjek Penelitian ..…………………………….

  54

  3. Hasil Penelitian ……………………………. ……………

  54

  B. Pembahasan ……………………………………………….

  79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….

  91 A. Kesimpulan …………………………………………..........

  91 B. Saran …………………………………………..................

  92 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………......

  94

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  1. Tabel 1. Pedoman Umum Wawancara

  (general guide interview) …………………………..

  42 2. Tabel 2. Identitas Subjek 1 (LG), 2 (VE) dan 3 (MK) .............

  53

  DAFTAR SKEMA Halaman

  1. Skema 1. Ringkasan Hasil Penelitian Subjek 1 …………………………75

  2. Skema 2. Ringkasan Hasil Penelitian Subjek 2 …………………………76

  3. Skema 3. Ringkasan Hasil Penelitian Subjek 3 …………………………77

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep tentang kepribadian yang sehat telah lama menjadi bahan

  pertanyaan dari banyak orang. Apakah itu kepribadian sehat? Bagaimanakah tingkah laku, pikiran, serta perasaan orang ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering ditanyakan bukan hanya oleh ahli- ahli psikologi tetapi juga oleh berjuta- juta orang lain. Namun, pertanyaan-pertanyaan semacam itu jugalah yang telah memicu munculnya berbagai jawaban yang menyertakan cara untuk mencapai kepribadian yang sehat.

  Schultz (1991) mengungkapkan bahwa kepribadian dilihat dari perspektif beberapa ahli psikologi menunjukkan telah terjadi perubahan radikal dalam memandang kepribadian manusia. Fokus atau arah baru itu untuk memperhatikan sisi sehat manusia. Tujuan dari pembaharuan ini adalah membuka potensi positif dari diri individu agar dapat mengaktualisasikan diri, memenuhi bakat-bakatnya dan menemukan makna kehidupan. Pandangan tentang kepribadian yang sehat diajukan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah Gordon Allport, Carl Rogers, Erich Fromm, Abraham Maslow, Carl Jung dan Viktor Frankl.

  Pandangan tentang kepribadian jika ditinjau dari sistem logoterapi Viktor Frankl (1967), memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofisnya yaitu kebebasan berkeinginan (Freedom of will), keinginan akan makna (Will to

  meaning) , dan makna hidup (Meaning of Life).

  2 Frankl percaya bahwa individu bisa menemukan makna dengan menemui kebenaran, baik melalui realisasi nilai- nilai yang berasal dari agama maupun yang berasal dari filsafat hidup yang sekuler (dalam Semiun, 2006). Frankl (1984) menuturkan bahwa bagaimanapun manusia bertanggungjawab atas dan di hadapan sesuatu, baik itu masyarakat, kemanusiaan, sesama ataupun hati nuraninya sendiri dan bagi sebagian orang, manusia juga bertanggung jawab atas dan di hadapan ”sesuatu” yang lain yang dinamakan Tuhan (dalam Koeswara, 1992).

  Orang yang percaya dan meyakini adanya Tuhan, terdorong untuk memiliki relasi dengan-Nya. Relasi dengan Tuhan dapat diwujudkan dengan melayani Dia melalui persekutuan pribadi denganNya dan terhadap sesama. Ada berbagai macam faktor yang melatarbelakangi mengapa seseorang melayani Tuhan. Namun, faktor yang paling utama yang mendasari pelayanan yang sejati adalah panggilan Tuhan. Faktor panggilan Tuhan akan menjadikan seseorang hidup untuk melayani, bukan melayani untuk hidup. Oleh karena panggilan itu pula, seseorang mempunyai pengalaman nyata kasih karunia Allah dalam hidupnya, kemudian menjadikannya kasih kepada Allah dan sesama sebagai dasar kehidupan serta pelayanannya (Surjantoro, 2005).

  Kemudian Egawati (2005) memaparkan bahwa panggilan Tuhan dinyatakan dengan berbagai cara yaitu melalui Firman-Nya yang secara khusus memberi jawaban terhadap pergumulan; melalui orang lain atau melalui pengalaman/kejadian tertentu. Hal ini seperti dialami oleh Ria Zebua seorang misionaris di Filipina yang berasal dari Indonesia

  “Saya sedih memikirkan orang-orang itu. Di Pulau Nias-tempat saya dilahirkan-hampir semua orang sudah mendengar tentang Tuhan

  3

  Yesus. Tapi rupanya di tempat-tempat lain banyak sekali yang belum pernah mendengar. Dan sebuah kerinduan tumbuh dalam jiwa saya. “Saya mau pergi membawa berita keselamatan kepada mereka! Saya mau jadi misionaris!” Saya merasa menjadi misionaris adalah tugas saya sebagai orang yang sudah ditebus Tuhan Yesus. Kebenaran ini saya pahami saat di kelas 2 SMP. Waktu itu kami sedang merayakan Natal. Pengkhotbah mengatakan bahwa dunia bergerak maju begitu pesat, semakin canggih. Tapi sangat menyedihkan bahwa manusia hidup seperti berlomba masuk neraka saja. Tuhan membutuhkan orang- orang percaya untuk memberitakan kepada mereka keselamatan di dalam Tuhan Yesus.” (Zebua, 2002, hal.12-13)

  Dalam Conference Our Vocation as Missionaries 22 of January, 1998, ada sembilan hal yang menj adi karakteristik misionaris yaitu aktif (mobile), fleksibel

  

(flexible) , terpelajar (inculturated), dikenal dengan kemiskinan (identified with

poor), pendiri komunitas (abuilder of community), ahli di bidang sosial ajaran

  Gereja (an expert in social doctrine of the church), penggerak bagi misionaris seorang Penginjil (an

  yang belum dinobatkan (apromoter of lay missionaries), , dan Anak Tuhan (a man of God). evangelizer)

  Untuk menjadi seorang misionaris bukanlah hal yang mudah karena akan menghadapi banyak tantangan, kendala, kesulitan dan bahkan ancaman terhadap nyawanya. Tanpa keyakinan bahwa Tuhan telah memanggilnya, ia tidak akan dapat bertahan untuk menghadapi semua ini (Egawati, 2005).

  Beberapa kendala yang harus dihadapi oleh seorang misionaris adalah kesepian, kehilangan privasi (goldfish bowl syndrome), beban kerja yang tinggi, kekurangan fasilitas, dukungan finansial yang mengkhawatirkan, tidak menemukan harapan, konflik interpersonal, masalah kesehatan, kecemasan terhadap anak (bagi misionaris yang menikah), tekanan untuk melakukan pekerjaannya serta tekanan lintas-budaya seperti perbedaan bahasa, adat, hukum, dan politik (Hale, 1995).

  4 Selain itu, ada banyak misionaris yang sebelumnya melayani secara lintas budaya tidak bisa bertahan dan dengan berbagai alasan meninggalkan pelayanannya yang dikenal dengan istilah attrition. Paul Mckaughan (1997) mengungkapkan bahwa attrition terjadi ketika misionaris, karena kesalahan pengelolaan (mismanagement), harapan- harapan tidak realistik (unrealistic

  

expectations) , penyalagunaan sistem (systemic abuse), kegagalan pribadi

(personal failure) meninggalkan daerah misi sebelum perwakilan misi atau gereja

  memperbolehkannya. Namun, ada juga misionaris yang mampu bertahan dan menyelesaikan pelayanannya meskipun mengalami hal yang sama.

  Para misionaris meskipun hidup di daerah asing, namun sanggup bertahan dalam situasi yang dihadapi, mampu melaksanakan perannya, dan memaknai setiap peristiwa yang mereka alami tentulah sangat dipengaruhi oleh kepribadiannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alexander Schneiders bahwa: “Kepribadian adalah kunci untuk menyesuaikan diri dan kesehatan mental. Kepribadian sehat, yang berkembang dan terintegrasi dengan baik merupakan jaminan untuk penyesuaian diri yang efektif” (dalam Semiun, 2006). Penyesuaian diri dan kesehatan mental selalu dipengaruhi oleh macamnya kepribadian yang dimiliki individu. Cara individu menangani masalah- masalahnya ditentukan oleh kepribadiannya. Individu dianggap dapat menyesuaikan diri jika dapat memecahkan masalah-masalahnya secara normal, dan sebaliknya dianggap tidak dapat menyesuaikan diri jika individu bereaksi terhadap tekanan-tekanan dari kehidupan sehari- hari dengan suatu simtom khusus (Semiun, 2006).

  5 Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah wanita misionaris lajang

(Single Missionary Woman) yang berasal dari Amerika, Jerman dan Jepang.

  Pertimbangan peneliti memilih subjek wanita misionaris lajang karena perbandingan misionaris wanita dan laki- laki yang ada di ladang misi di berbagai daerah sejak awal abad kedua puluh adalah 2:1 (Tucker & Liefeld, 1999) dan di dunia, lebih dari 60% misionaris adalah wanita lajang (NECF Malaysia, 2004).

  Misionaris lajang juga memiliki pelayanan yang unik dan penting sebab mereka bisa pergi melayani kemana saja tanpa perlu melapor dan tanpa mendapat imbalan atau bayaran. Namun yang menjadi masalah adalah status mereka yang tidak menikah. Kesulitan yang lazim mereka alami adalah kesepian (loneliness).

  Namun sekarang ini di sebagian besar belahan dunia, misionaris lajang menjalankan peran yang modern seperti dokter, perawat dan pengajar. Isu lain tentang misionaris lajang adalah relasi mereka dengan orang yang telah menikah, misal wanita misionaris lajang harus menjaga agar hubungannya dengan laki- laki yang telah menikah tidak terlalu dekat supaya tidak menimbulkan kecurigaan terhadap istrinya dan juga agar tidak menimbulkan persepsi yang salah dari pihak laki- laki yaitu merasa disukai. Kebutuhan-kebutuhan dan gagasan-gagasan misionaris lajang ini sering diabaikan dan tidak didengarkan dalam proses pengaturan kerja. Sangat penting membangun rasa persaudaraan dalam kerja tim antara para misionaris dengan melibatkan singles sebagai partner yang utuh (Hiebert, 1985).

  Selain itu, para wanita misionaris lajang yang menjalankan tugasnya di Indonesia ini memiliki latar belakang budaya, adat istiadat, bahasa, politik, dan

  6 hukum yang sangat berbeda dengan negaranya. Tidak hanya itu saja, Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya adalah Non-Kristen. Namun, para misionaris ini dengan sangat berani mempertaruhkan hidupnya untuk tetap menjalankan misinya walaupun harus mencari cara lain untuk menyembunyikan identitas dan tujuan keberadaannya di Indonesia.

  Berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik untuk melihat seperti apa gambaran kepribadian yang dimiliki oleh seorang wanita misionaris lajang jika ditinjau dari teori Viktor Frankl karena ia dapat bertahan menghadapi bermacam- macam kendala yang kadang menimbulkan kesulitan, sakit hati, dan putus asa meskipun terkadang secara kasat mata para misionaris ini terlihat tenang dan tidak memiliki konflik. Peneliti tertarik untuk dapat melihat tiga hal yang menjadi landasan filosofis dari sistem logoterapi yang merupakan teori dari Frankl, pertama bagaimana kebebasan berkeinginan seorang wanita misionaris lajang, kedua bagaimana keinginan akan maknanya, dan terakhir adalah bagaimana makna hidup seorang wanita misionaris lajang.

  B. Perumusan Masalah

  Bagaimanakah gambaran kepribadian pada wanita misionaris lajang ditinjau dari teori Viktor Frankl?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepribadian seorang wanita misionaris lajang berdasarkan teori Viktor Frankl.

  7

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis:

  a. Memberikan wacana tambahan bagi bidang ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Kepribadian dan Psikologi Pertumbuhan mengenai kecenderungan kepribadian yang sehat secara psikologis.

  b. Mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang kecenderungan kepribadian sehat secara lebih nyata atau konkrit pada diri single

  missionary women .

2. Manfaat Praktis:

  a. Bagi para misionaris, penelitian ini dapat membantu mereka untuk mengetahui deskripsi kepribadian sehat sehingga dapat memotivasi diri untuk memaknai setiap hal yang dialami dalam menjalankan tugas-tugasnya.

  b. Membuat orang awam mengetahui gambaran kepribadian sehat yang dimiliki oleh wanita misionaris lajang sehingga dapat dijadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan.

  c. Dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya di masa mendatang mengenai kecenderungan kepribadian sehat.

  

BAB II

LANDASAN TEORI A. Gambaran Kepribadian Viktor Frankl 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian merupakan terjemahan dari kata Inggris, Personality, dan

  kata Inggris ini diturunkan dari kata Latin, Persona. Carl Gustav Jung mengutarakan bahwa Persona adalah kepribadian publik, segi-segi yang diperlihatkan seseorang kepada dunia atau pendapat publik yang mengait pada individu, sebagai yang berbeda dengan kepribadian privat yang ada di belakang tampilan sosial. Kata Persona seperti yang diutarakan oleh Jung berlawanan dengan arti kepribadian yang sekarang. Psikolog sekarang memakai kata “kepribadian” untuk menunjukkan sesuatu yang nyata dan dapat dipercayai mengenai individu. Beranekaragam definisi yang diajukan oleh para psikolog dengan judul-judul segi pandanga n omnius, integratif, hierarkis, keunikan, penyesuaian diri (Allport & Vernon dalam Semiun, 2006) dan hakikat.

  a. Definisi Omnibus

  Istilah kepribadian yang digunakan di sini untuk memasukkan segala sesuatu mengenai individu. Kepribadian dianggap sebagai jumlah keseluruhan dari tingkah laku seseorang.

  b. Definisi Integratif

  Definisi ini mengemukakan bahwa kepribadian merupakan organisasi atau pola yang diberikan pada berbagai respon yang berbeda dalam individu.

  9 Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku yang dilakukan oleh individu.

c. Definisi Hierarkis

  Definisi ini adalah sama dengan membatasi fungsi- fungsi atau lapisan- lapisan sifat atau ciri khas. Dua orang ahli teori yang sangat terkemuka dalam kelompok ini adalah William James dan Sigmund Freud. James melihat diri (dia jarang menggunakan kata “kepribadian”) sebagai sesuatu yang terdiri dari lapisan- lapisan yang dipandang dari dalam. Pertama, ada lapisan diri material (the yang terdiri dari harta milik, keluarga, sahabat-sahabat seseorang.

  material self)

  ada lapisan diri sosial (the social self) yang berupa kesan-kesan orang lain

  Kedua,

  terhadap seseorang (kepribadian sebagai objek stimulus). Seseorang dapat memiliki diri sosial sebanyak orang atau kelompok mengenalinya. Lapisan ketiga adalah diri spiritual (the spiritual self) yang digunakan untuk mengatur kecenderungan-kecenderungan atau sifat-sifat yang bertentangan. Lapisan adalah ego murni (the pure self) yang sebenarnya tidak terpisah dari diri

  keempat

  sosial. Itulah “I” (saya) atau orang yang mengetahui dan berlawanan dengan “seseorang” atau diri yang diperlihatkan. Ego murni merupakan sisi lain dari diri spiritual. Konsep Freud mengenai kepribadian sebagai sesuatu yang berstruktur terdiri dari id, ego, dan superego yang juga cocok jika dimasukkan ke dalam kelompok definisi ini.

  10

  d. Definisi Keunikan

  Kepribadian disamakan dengan segi-segi yang unik atau khas dari tingkah laku. Definisi ini menunjukkan hal- hal mengenai individu yang menyebabkan dia berbeda dari orang lain.

  e. Definisi Penyesuaian Diri

  Dalam kelompok definisi ini, kepribadian dipandang berdasarkan penyesuaian diri. Penekanannya terletak pada ciri khas-ciri khas atau tingkah laku-tingkah laku yang memungkinkan seseorang menyesuaikan diri atau bergaul dengan baik dalam lingkungannya. Inilah tipe pendekatan ilmu kesehatan mental.

  Kepribadian dalam konsep ini ditentukan oleh tindakan-tindakan yang kita lakukan dan yang membantu kita menjaga keseimbangan (ekuilibrium) atau tetap berada dalam keharmonisan dengan lingkungan kita. Apabila usaha-usaha ini gagal, maka kita akan sampai pada apa yang dinamakan kepribadian yang tidak mampu menyesuaikan diri.

  f. Definisi Hakikat

  Definisi ini mengemukakan bahwa kepribadian merupakan hakikat keadaan manusia. Ahli teori dari kelompok ini berpendapat bahwa kepribadian merupakan bagian dari individu yang sangat representatif, tidak hanya karena dia membedakan individu tersebut dari orang-orang lain, tetapi yang lebih penting karena itulah dia yang sebenarnya.

  Uraian tentang definisi-definisi kepribadian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan ciri khas atau tingkah laku individu,

  11 hakikat keadaan individu, yang membantu seseorang untuk menyesuaikan diri atau menjaga keseimbangan dengan lingkungannya.

2. Pandangan Tentang Kepribadian Berdasarkan Teori Viktor Frankl

  Viktor Frankl adalah pendiri logoterapi (logotherapy). Istilah logoterapi itu berasal dari dua kata, yakni “logos” dan terapi (therapy), yakni suatu terapi yang berani menembus dimensi spiritual dari keberadaan manusia. Kata “logos” berarti makna (meaning) menjadi manusia. Artinya diarahkan pada sesuatu dari seseorang dan bukan pada diri sendiri. Bisa juga berarti Roh (spirit), yakni dimensi “noetik” (spiritual) manusia dalam arti antropologis dan bukan dalam arti teologis. Logoterapi dalam kenyataannya merupakan suatu terapi yang diarahkan pada makna, yakni makna dalam dan untuk keberadaan manusia. Karena itu, manusia harus menerima tanggung jawab dan menemukan nilai-nilai bagi kehidupannya (dalam Semiun, 2006).

  Frankl (1964) mengungkapkan bahwa perjuangan untuk mendapatkan makna dalam kehidupan merupakan motivasi utama kekuatan seseorang. Itulah sebabnya Frankl menyebutnya sebagai suatu keinginan akan makna; yang berbeda dengan prinsip kesenangan yang dalam psikologi Freud lebih diutamakan, demikian juga berbeda dengan keinginan untuk berkuasa yang ditekankan oleh psikologi Adlerian.

  Pandangan tentang kepribadian dari sistem logoterapi Frankl ini dapat dilihat dari tiga konsep yang me njadi landasan filosofisnya, (Frankl, 1967; dalam Koeswara, 1992; dan dalam Semiun, 2006) yaitu:

  12

a. Kebebasan berkeinginan (The Freedom Of Will)

  Frankl (1967) menekankan bahwa kebebasan manusia adalah salah satu faktor yang menandai keberadaan manusia dan ya ng membentuk esensi manusia.

  Kebebasan manusia sebagai makhluk terbatas adalah kebebasan di dalam batas- batas. Manusia tidak bebas dari faktor- faktor biologis, psikologis, dan sosiologis tetapi bagaimanapun, manusia bisa dan bebas mengambil sikap terhadap semua kondisi yang dihadapinya itu.

  Frankl mengungkapkan bahwa manusia bebas untuk tampil di atas determinan-determinan somatik dan psikis dari keberadaannya sehingga dia bisa memasuki dimensi noetis atau dimensi spiritual, suatu dimensi tempat kebebasan manusia ada dan dialami dimana manusia dapat mengambil sikap bukan saja terhadap dunia melainkan juga terhadap dirinya sendiri. Untuk memasuki dimensi spiritual ini, manusia harus dapat memisahkan diri (self detachment) atau mengambil jarak terhadap dirinya sendiri serta meninggalkan dimensi biologis dan psikologis (dalam Koeswara, 1992 dan dalam Semiun, 2006).

  Dimensi noetis membuat manusia sanggup mengambil jarak terhadap dirinya sendiri, dan dengan kesanggupan tersebut manusia bisa menentukan sikap terhadap fakta, keadaan atau situasi yang dihadapinya, dan juga bisa merubah dirinya sendiri (dalam Koeswara, 1992 dan dalam Semiun, 2006). Pada pandangan Frankl, kesanggupan manusia untuk melakukan pemisahan diri atau mengambil jarak terhadap diri sendiri itu lekat dengan humor yakni sanggup menertawakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Humor memungkinkan manusia tampil di atas kesulitan yang dialaminya dengan cara

  13 melihat diri dan kesulitannya itu sebagai sesuatu yang terpisah dari atau berjarak terhadap dirinya sendiri (Frankl, 1967).

b. Keinginan Akan Makna (The Will To Meaning)

  Logoterapi menekankan keinginan akan makna dan usaha membantu individu dalam mengatasi masalah pribadinya yang menyangkut pemenuhan keinginan akan makna itu (dalam Koeswara, 1992).