Dokumen AMDAL Studi Kasus Analisis Dampa
DOKUMEN AMDAL ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN USAHA PENAMBANGAN
GOLONGAN GALIAN C (PASIR dan BATU) PT. Puser Bumi Indonesia
Graduate School of Environment Science Magister Program of Environmental Management
Oleh:
1. Lighar Dwinda Prisbitari NIM: 13/354980/PMU/7905
2. Syampadzi Nurroh
NIM: 13/354980/PMU/7908
3. Anwar Saimu
NIM: 13/354980/PMU/7987
4. Mia Muthiany
NIM: 13/354980/PMU/7998
5. Kartini
NIM: 13/354980/PMU/7946
GRADUATE OF SCHOOL GADJAH MADA UNIVERSITY YOGYAKARTA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan bahan bangunan seperti pasir dan batu dewasa ini meningkat seiring dengan peningkatan teknologi dan kebutuhan pengembangan wilayah. Kegunaan pasir digunakan untuk pengembangan perumahan, bahan bangunan maupun industri. Pesatnya pembangunan di wilayah perkotaan sekitar Yogyakarta, Sleman, Muntilan, Magelang, Klaten, Boyolali, Semarang dan sekitarnya menjadikan kebutuhan akan bahan bangunan berupa pasir dan batu (Sirtu) yang termasuk Bahan Galian Golongan C sangat meningkat. Peraturan yang tertuang dalam regulasi dan ketentuan dari pemerintah lebih detail tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar terhadap lingkungan, termasuk kegiatan pertambangan mineral dengan segala bentuk kegiatan yang terkait didalamnya adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan selanjutnya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Mengacu pada perundang-undangan dan peraturan-peraturan tersebut, maka pihak manajemen PT. Puser Bumi Indonesia yang merupakan perusahaan swasta bergerak di bidang pertambangan umum merencanakan melakukan studi AMDAL atas rencana kegiatan pada areal Izin Usaha Tambang Golongan Galian-C di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. dengan luas 100 ha, yang izin eksplorasinya telah dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor :____________________________.
PT. Puser Bumi Indonesia merencanakan melakukan kegiatan eksploitasi yang diharapkan kegiatan tersebut menjadi penggerak ekonomi wilayah sekitar khususnya, sumber penerimaan negara melalui devisa serta meningkatkan kualitas sosial ekonomi dan budaya masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan kesempatan berusaha serta alih teknologi. Di samping dampak positif tersebut tentunya akan timbul dampak negatif, baik langsung maupun
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1. Tujuan
Rencana kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Puser Bumi Indonesia secara umum bertujuan untuk :
a. Mengelola potensi sumber daya alam berupa pasir dan batu (SIRTU) yang terkandung di wilayah Kabupaten Sleman untuk kepentingan ekonomis;
b. Memenuhi permintaan pasokan pasir dan batu lokal wilayah secara khusus dan nasional secara umum;
c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari kegiatan penambangan pasir dan batu (SIRTU) yang dilaksanakan di lokasi penambangan tersebut; serta
d. Meningkatkan penerimaan daerah dari sektor non migas melalui pajak perusahaan.
1.2.2. Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Puser Bumi Indonesia adalah :
Bagi Perusahaan :
a. Keuntungan ekonomis bagi keberlanjutan usaha perusahaan;
b. Memenuhi permintaan pasokan pasir dan batu dari industri-industri mitra yang membutuhkan; serta
c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari usaha pertambangan. Bagi Pemerintah :
a. Penggerak percepatan pertumbuhan wilayah (growth development)
b. Penggerak dan pendorong pengembangan sektor inti dan sektor strategis daerah (prime mover); serta
c. Meningkatkan pendapatan negara melalui pajak dan royalti. Bagi Masyarakat
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
b. Penyerapan tenaga kerja produktif di daerah sekitar kegiatan.
1.3. PERUNDANG-UNDANGAN
Landasan hukum yang dipakai sebagai payung dalam menyusun dokumen AMDAL rencana kegiatan penambangan Galian C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia berupa peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah yang berlaku.
1.3.1. Undang – Undang
Tabel 1.1. Undang-Undang terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta.
No. Undang-Undang
Tentang
Alasan
1. Undang - Undang
Payung hukum untuk mengelola dan Dasar 1945
Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber daya Alam
memanfaatkan SDA secara adil, dan berkelanjutan.
2. No. 5 Tahun 1960
Pokok-pokok Agraria
Terkait
penguasaan dan pengelolaan
tanah/lahan.
3. No. 5 Tahun 1990
Konservasi Sumber Daya Alam
Upaya pengelolaan berlandaskan konservasi
Hayati dan Ekosistem
SDA
4. No. 23 Tahun 1992
Kesehatan
Telaah gangguan kesehatan masyarakat dan tenaga kerja
5. No.5 Tahun 1994
Pengesahan Konvensi PBB
Ketentuan-ketentuan konvensi bidang Kehati
Mengenai Kehati
6. No. 41 Tahun 1999
Kehutanan
Acuan dasar pemanfaatan dan pengelolaan wilayah kawasan hutan
7. No.28 Tahun 2000
Acuan pendirian bangunan 8. No. 13 Tahun 2003
Bangunan Setempat
Ketenagakerjaan
Regulasi bidang ketenagakerjaan termasuk usaha pertambangan
9. No.7 Tahun 2004
Acuan Pengelolaan sumber daya air 10. No.16 Tahun 2004
Sumber daya Air
Ketentuan dalam perolehan hak atas tanah 11. No.32 Tahun 2004
Penggunaan Tanah
Kewenangan Pemerintah Provinsi
Acuan pembagian kewenangan pemerintah
dan Kabupaten/Kota
12. No.33 Tahun 2004
Perimbangan Keuangan Pusat dan
Acuan Pengelolaan keuangan Daerah
Daerah
13. No. 26 Tahun 2007
Arahan Kesesuaian dan Penataan Ruang 14. No. 40 tahun 2007
Penataan Ruang
Perseroan Terbatas
Acuan untuk pihak Pemrakarsa dalam mengalokasikan angg. Sebagai bentuk CSR
15. No. 22 Tahun 2009
Lalulintas dan Angkutan Jalan
Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan umum untuk kegiatan proyek
16. No. 32 Tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan
Pedoman
Umum Perlindungan dan
Lingkungan Hidup
pengelolaan lingkungan hidup
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
1.3.2. Peraturan Pemerintah
Tabel 1.2. Peraturan Pemerintah terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta
No. Peraturan
Alasan Pemerintah
Tentang
1. No. 20 Tahun 1990 Pengendalian Pencemaran Air dan Kegiatan Potensial menyebabkan Lampirannya
perubahan kualitas air 2. No. 12 Tahun 2012
Analisis Mengenai Dampak
Acuan dalam proses pelaksanaan Studi
Lingkungan
Amdal
3. No. 41 Tahun 1999
Pengendalian Pencemaran Udara
Pedoman pelaksanaan Pengendalian pencemaran udara
Acuan pokok pertambangan 5. No. 82 Tahun 2001
4. No. 75 Tahun 2001
Perubahan UU Pertambangan
dan Pedoman pelaksanaan kegiatan untuk
meminimalisir pencemaran air 6. No. 34 Tahun 2002
Pengendalian Pencemaran Air
Penyusunan Rencana Pengelolaan
Dasar pengelolaan kawasan hutan
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
7. No. 6 Tahun 2007
Penataan Hutan dan Rencana
Telaah penataan dan pemanfaatan wilayah
Pengelolaan Hutan serta
hutan
Pemanfaatan Hutan
1.3.3 Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri
Tabel 1.3. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta
No. Keputusan/Peraturan Menteri
Tentang
Alasan
1. Kep. Menhut
Keragaman jenis pada lokasi Nomor 54/KPTS/UM/2 Tahun
Jenis Pohon Yang Dilindungi
rencana usaha/ kegiatan 1972 3. Kep. Menkes
Rencana usaha/kegiatan Nomor 718/MENKES Tahun
Kebisingan dan Kesehatan
potensial menyebabkan 1987
kebisingan 4. Kep. MenKLH
Pedoman pelaksanaan kegiatan Nomor KEP-02/MENKLH/6
Pedoman Baku Mutu Lingkungan
untuk menjadi indikator baku mutu Tahun 1988
lingkungan 5. Peraturan Menteri
Pedoman penanggulangan Pertambangan dan Enegi
Pencegahan dan Penanggulangan
kerusakan lingkungan akibat Keg. Nomor 1211.K/008/M.PE/1995
Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan
Pertambangan
6. Kep. MenLH
Pedoman pelaksanaan kegiatan Nomor 13/MENLH/ 3 Tahun
Baku Mutu Udara Emisi Sumber
untuk setiap tahap kegiatan 1995 7. Men LH
Tidak Bergerak
Pedoman pelaksanaan kegiatan 48/MENLH/11/ 1996
Baku Mutu Tingkat Kebisingan
agar tidak melebihi baku mutu lingkungan
8. Kep. Mendagri No. 130 –67
Pengakuan Kewenangan
Pedoman pemberian kewenangan
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
No. Keputusan/Peraturan Menteri
Kabupaten dan Kota
kepada pemerintah kabupaten/kota
9. Kep. Men. LH
Air Panduan pengukuran paramater No. 37 Tahun 2003
Metode Analisis Kualitas
kualitas air permukaan 10. Kep. Men. LH
Permukaan
Pedoman penetapan kualitas dan No. 115 Tahun 2003
Pedoman Penentuan Status Mutu
Air
mutu air di sekitar lokasi sebelum pelaksanaan kegiatan
11. Permen LH Jenis Rencana Usaha dan/atau Pedoman dan landasan hukum No. 12Tahun 2012
Kegiatan Yang Wajib AMDAL
penyusunan studi AMDAL
1.3.4 Keputusan Terkait Lainnya
Tabel 1.4. Keputusan Terkait Lainnya dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yoyakarta
No. Peraturan
Tentang
Alasan
1. Kep.Kepala Badan Pengendalian
Pedoman penentuan dampak Dampak Lingkungan (BAPEDAL)
Pedoman Mengenai Dampak
penting dalam penyusunan Nomor Kep.056/1994
Penting
AMDAL 2. Keputusan Kepala Badan
Pedoman Teknis Kajian Aspek Pedoman kajian sosial dalam Pengendalian Dampak Lingkungan
penyusunan AMDAL Nomor Kep.299/II/1996
Sosial dalam Penyusunan
AMDAL
3. Keputusan Direktur Jenderal
Acuan pengendalian erosi dalam Pertambangan Umum Nomor
Pengendalian Erosi Pada
kegiatan pertambangan 693.K/008DDJP/1996
Kegiatan Pertambangan
Umum
Pedoman kajian aspek kesmas 124/BAPEDAL/12/1997
4. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor
Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam
dalam penyusunan AMDAL
Penyusunan AMDAL
5. Keputusan Direktur Jenderal
Pedoman penarikan dan Pertambangan Umum Nomor 336.K/
Jaminan Reklamasi
pemanfaatan jaminan reklamasi 008/DDJP/1997
keg. pertambangan 6. Perda Kab. Sleman Nomor 20 Tahun
Kebijakan Pemda Morowali 2003
Penyelenggara Pengelola
Usaha Pertambangan Umum
penyeleng- garaan usaha pertambangan umum
Terkait dengan kebijakan alokasi 2012
7. Perda Kab. Sleman Nomor 2 Tahun
Rencana Tata Ruang Wilayah
ruang pada IUP tambang 8. Keputusan Gubernur Prov. DIY No.5
Kabupaten Sleman
Pedoman sistem penggajian/ Tahun 2007
Upah Minimal Provinsi
Penguapahan 9. Keputusan Bupati Sleman No.540.2/
Menjadi payung hukum bagi SK.039/DESDM/III/ 2013
Pemberian izin Eksplorasi
Kepada PT. PBI
Kegiatan PT. TBI
10. Instruksi Bupati Kab. Sleman Nomor
Pedoman perlindungan 118 Tahun 2011
Perlindungan Kawasan
Resapan Air
sumberdaya air disekitar kawasan penambangan.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
BAB II. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun ANDAL
1. Pemrakarsa
Nama Perusahaan
: PT. Puser Bumi Indonesia
Alamat Kantor Perusahaan : Jl. Teknika Utara No. 10, Pogung, Yogyakarta, Penanggung Jawab
: Dr. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc Jabatan
: Direktur Utama
2. Penyusun ANDAL
Pelaksana : PT. Puser Bumi Indonesia Penanggung jawab
: Dr. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc Alamat Kantor
: Jl. Teknika Utara No. 10, Pogung, Yogyakarta Telp. (031) 3577256 – 3577561
Fax. (031) 3577256
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Tabel 2.1. Tim Pelaksana Studi AMDAL
Keterangan No.
Sertificate/Ijazah
Keahlian Lain
S2, Ilmu Lingkungan, Ahli Lingkungan Universitas Gadjah
AMDAL A dan B 1. Anwar Saimu, S.T., M.Sc
Ketua Tim
S2, Ilmu Lingkungan Ahli Ilmu
Koord. 2. Syampadzi Nurroh, S.Hut, M.Sc
Universitas Gadjah
Lingkungan,
Mada
Geofisik Kimia AMDAL B
2013 S2, Ilmu Lingkungan,
Ahli Teknik
Universitas Gadjah
3. Kartini, S.Hut., M.Sc Sumberdaya Air, Anggota Tim
Mada
AMDAL B
2013 S2, Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah
Ahli Kimia 4. Mia Muthiany, S.T., M.Sc
Anggota Tim
Mada
Lingkungan
2013 S2, Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah
Ahli Geologi, 5. Linghar Dwinda P, S.Hut, M.Sc.
Anggota Tim
Mada
AMDAL B
Asisten Peneliti
2.2. Uraian Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
1. Status Studi AMDAL
Studi AMDAL kegiatan penambangan Golongan Galian C yang akan dilaksanakan oleh PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman Kecamatan Pakem merupakan proses kelanjutan dari studi kelayakan teknis dan ekonomis (feasibility study) yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan kajian teknis dan ekonomis, kegiatan penambangan pasir dan batu di lokasi tersebut layak untuk dilanjutkan, mengingat kandungan pasir dan batu yang terkandung cukup memadai untuk ditambang hingga beberapa tahun mendatang. Teknis pelaksanaan penambangan akan mengikuti standar dan prosedur penambangan umum.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang
Mengacu pada Perda tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sleman telah memberikan izin eksplorasi penambangan Galian C pasir dan baru kepada PT. Puser Bumi Indonesia dengan SK Bupati No: ________________tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Galian Golongan C Kepada PT. Puser Bumi Indonesia dengan luas areal 100
ha. Batas wilayah studi rencana kegiatan penambangan golongan PT. Puser Bumi Indonesia meliputi :
a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan penambangan pasir dan batu terletak, yaitu di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem. Luasan tapak proyek adalah 100 Ha berdasarkan luas Izin Usaha Pertambangan yang dikeluarkan oleh Bupati Sleman.
b. Batas Ekologi
Batas ekologi dari kegiatan penambangan pasir dan batu PT. Puser Bumi Indonesia adalah batas yang masih dipengaruhi persebaran dampak melalui udara, air dan tanah. Persebaran dampak pencemaran udara yang dicermati adalah adalah wilayah permukiman yang meliputi desa-desa yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Sedang pencemaran air khususnya air sungai adalah batas wilayah yang masih terjangkau penyebaran sedimen dan erosi.
c. Batas Sosial
Batasan sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan kawasan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertata yang sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar akibat rencana kegiatan nantinya. Kemungkinan yang akan terkena dampak dari adanya kegiatan tersebut adalah masyarakat di sekitar proyek. Cakupan batas sosial kegiatan
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
d. Batas Administrasi
Batas administrasi rencana kegiatan penambangan PT. Puser Bumi Indonesia sebagai berikut : Desa
: Cangkringan Kecamatan : Pakem Kabupaten
: Sleman Provinsi
: Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Hubungan Antara Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Jarak dan Ketersediaan Berbagai Sumberdaya
Sumberdaya air khususnya untuk kebutuhan air tawar dapat diperoleh di wilayah tersebut, mengingat pada wilayah tersebut terdapat sumber mata air yang berasal dari beberapa aliran sungai dan mata air karena daerah tersebut berbatasan dengan daerah resapan air (hutan). Demikian pula kebutuhan lain seperti keperluan sehari-hari karyawan akan didatangkan dari wilayah sekitar Kecamatan Pakem. Energi listrik yang akan digunakan kawasan penambangan akan bersumber dari PLN dan genset milik PT. Puser Bumi Indonesia. Sedangkan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja akan diprioritaskan bagi masyarakat Desa Cangkringan secara khusus dan masyarakat Kabupaten Sleman secara umum.
4. Tata Letak Usaha dan/atau Kegiatan
Beberapa bangunan dan infrastruktur yang akan dibangun untuk menunjang aktivitas PT. Puser Bumi Indonesia dalam kegiatan penambangan di Kecamatan Pakem adalah:
a. Pembangunan Stone Crosser dan Workshop Lokasi yang layak untuk Stone Crosser dan Workshop berdasarkan hasil orientasi dan survey berada di lokasi batas penambangan.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Kantor seluas 100 m 2 Bengkel seluas 100 m 2
Garasi seluas 50 m 2 Preparasi contoh seluas 200 m 2 Bangunan Laboratorium seluas 50 m 2 Rumah genset seluas 30 m 2 Pompa dan dudukan tangki BBM seluas 20 m 2 Pos keamanan seluas 30 m 2 .
Adapun sarana dan perumahan di sekitar Desa Cangkringan yang akan dibangun, meliputi :
Barak poliklinik desa seluas 600 m 2 Mess/base camp karyawan seluas 300 m 2 Rumah genset seluas 50 m 2
Jaringan air bersih
5. Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan
Untuk menguraikan rencana kegiatan penambangan pasir dan batu oleh PT. Puser Bumi Indonesia secara jelas dan komprehensif maka akan diuraikan sesuai dengan tahap kegiatan yaitu kegiatan pra konstruksi, konstruksi, operasional dan pasca operasi.
a. Tahap Prakonstruksi
Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang dilakukan dengan survey studi kelayakan dan studi detail desain dan perizinan lokasi.
1) Studi kelayakan dan studi detail desain
Studi kelayakan dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai cadangan, penambangan, sarana/infrastruktur yang diperlukan serta evaluasi ekonomis
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
2) Perizinan Lokasi
Kegiatan pengurusan izin dan telaah teknis lokasi penambangan dilakukan pada instansi yang terkait Dinas Pertambangan atau instansi teknis sesuai perundang-undangan yang berlaku.
b. Tahap Konstruksi
Kegiatan tahap konstruksi meliputi mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat berat dan material, pembangunan jalan, pembangunan dermaga dan sarana penunjang (seperti bengkel kerja, kantor, gudang, base camp, laboratorium, rumah genset, pompa BBM, barak poliklinik, mess, dan lain-lain).
1) Mobilisasi Tenaga Kerja
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kegiatan penambangan pasir dan batu milik PT. Puser Bumi Indonesia, direncanakan suatu organisasi kerja. Dengan rencana produksi per tahun sekitar /tahun, tenaga non skill operasi produksi akan diserahkan kepada pihak ketiga (out sourching) dan tenaga kerja outsourching dapat diambil dari masyarakat setempat.
Secara bertahap tenaga kerja setempat dilatih untuk memenuhi formasi apa yang dibutuhkan oleh perusahaan mengenai tenaga kerja. Seperti pada tenaga operator alat berat, workshop, bidang produksi dan pengapalan. Jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT. Puser Bumi Indonesia untuk melakukan penambangan di Kecamatan Pakem. Berikut ini disajikan pada Tabel 2.2. di bawah ini mengenai organisasi kerja yang akan dibutuhkan sebagai keutuhan perusahaan.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Tabel 2.2.
Jumlah dan Kualikasi Tenaga Kerja Kegiatan Penambangan Galian Golongan C (pasir dan
batu) PT. Puser Bumi Indonesia
No. Departemen
Jumlah 1. Director
Posisi
Project Manager/Kepala Teknik 1
Tambang 2. Geologist
5. Surveyor
7. Asst. Geologist
1 10. Spv Reklamasi dan Lingkungan
2 13. Foreman Reklamasi & Lingkungan
2 15. Crew Reklamasi & Lingkungan
6 24. Civil & Maintenance
Kepala Civil & Maintenance
25. Spv Maintenance & Electric
26. Foreman Civil
1 27. Foreman Maintenance & Electrik
28. Crew Carpenter
29. Operator Alat Berat
100 31. HRD & Umum
30. Driver Dump Truck
Kepala HRD & Umum
35. Kepala Security
36. Crew Security
37. Administrasi
4 41. Finance & Logistic
39. Cleaning & Washing
Kepala Finance & Logistic
43. Adm Finance & Kasir
45. Administrasi
46. Fuel Man
3 48. Community Dev’/Public Relation
47. Crew Logistic
Community Development
170 Sumber : PT. Puser Bumi Indonesia, 2013
Jumlah
2). Mobilisasi Alat dan Material
Berdasarkan hasil observasi lapangan, bahwa pemrakarsa akan membuat jalan masuk sesuai kebutuhan dengan menggunakan lahan masyarakat setempat. Sedangkan untuk kegiatan mobilisasi jalan akan digunakan adalah jalan kolektor yang menghubungkan antara provinsi DIY , kabupaten Sleman, kecamatan Pakem hingga desa cangkringan
Selama kegiatan penambangan berlangsung dengan mempertimbangkan kondisi lapangan maka disarankan untuk membangun sarana jalan perkerasan di areal
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Peralatan utama yang akan akan dimobilisasi untuk digunakan selama kegiatan pertambangan adalah excavator, bulldozer, motor grader, wheel loader dan dump truck. Pemilihan besar dan kapasitas peralatan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kondisi variasi kualitas dan tebal deposit yang akan ditambang secara selektif. Berdasarkan perhitungan, jumlah alat berat yang digunakan dari mulai aktivitas clearing sampai pengangkutan pasir dan batu adalah sebagai berikut :
a). Excavator hidrolik (6 Unit) Berdasarkan karakteristik lokasi penambangan dan bahan tambang, dan juga karena dilakukan beberapa eksploitasi pada saat bersamaan, dengan lokasi terpisah-pisah, maka untuk proses pengerukan digunakan excavator hidrolik. Mengingat jumlah pengupasan maka dipertimbangkan untuk menggunakan excavator hidrolik
berkapasitas 2 m 3 jenis PC 200 atau Simibar/PC 300.
b). Bulldozer (3 Unit) Untuk menimbun lapisan overburden dan membersihkan bahan tambang, meratakan area kerja dan jalan, akan digunakan 3 unit bulldozer jenis D 85 SS atau simibar. c). Wheel loader (6 Unit) Diperlukan 6 unit front loader tipe WA 350 yang akan digunakan untuk mengangkut bahan tambang di lokasi penambangan terbuka, untuk perbaikan dan perawatan jalan transportasi, membersihkan lereng dan sebagianya.
d).Motor Grader (3 Unit) Digunakan untuk akses plant dan pemeliharaan jalan (street mantanance). Adapun kebutuhan sejumlah 3 unit type G 120 H
e). Mobil penyemprot air (2 Unit) Untuk mencegah debu di lapangan pada saat pengupasan akan digunakan 2 unit mobil penyemprot air dengan tipe Hino 250 berkapasitas 10 ton.
f). Dump Truck type Hino /CWB yang akan digunakan 100 unit
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3) Pembangunan akses jalan
Akses jalan masuk menuju tapak proyek yang disiapkan untuk 2 arah jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 40 km/jam, dan kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam.
Selama kegiatan penambangan berlangsung dengan mempetimbangkan kondisi lapangan maka disarankan untuk membangun sarana jalan perkerasan di areal penambangan untuk kapasitas 15 – 30 ton. Bentuk jalan hendaknya berjenjang dan setiap stage memiliki akses penghubung antara lokasi tambang dan lokasi penimbunan material dan waste. Jalan untuk pengangkutan dirancang sebagai berikut : a). Lebar jalan : 15 meter ( 2 arah/2 jalur) b). Kemiringan vertikal makasimum : I = 6 - 8 % c). Jari-jari bundaran putar balik R = 15 meter d). Panjang lereng landai L = 40 meter e). Panjang jalan : 12 km
4) Pembangunan sarana penunjang dan perumahan
Di desa sekitar lokasi tambang sudah terdapat bangunan fasilitas umum seperti mesjid, pasar, sekolah dan fasilitas sosial lainnya. Oleh karena itu sarana penunjang yang akan dibangun di wilayah tersebut hanyalah sarana penunjang langsung berhubungan dengan kegiatan produksi.
Sarana penunjang tersebut adalah : a). Bengkel (workshop), merupakan tempat perawatan dan perbaikan peralatan
tambang sehingga alat-alat tersebut dapat beroperasi secara terus-menerus dan tidak mengalami penurunan produktivitas. Gudang berfungsi menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan. Fasilitas bengkel dibangun dekat lokasi perkantoran.
b). Sarana perkantoran, yang merupakan pusat pengendalian semua kegiatan penambangan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional di lapangan.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
d). Pos keamanan, terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk daerah tambang dekat perkantoran dan perumahan mess karyawan serta pada lokasi-lokasi yang dinilai kritis/perlu pengamanan
e). Poliklinik, lokasinya di pintu masuk tambang, sedangkan keperluan P3K disediakan di dalam bangunan fasilitas yang ada, seperti kantor, bengkel, dan fasilitas lainnya. Termasuk juga disipakan 1 mobil ambulance yang berfungsi sebagai poliklinik dan sebagai sarana mobil ambulance.
f). Unit pemadam kebakaran/rescue, berupa pemadam kebakaran air yang berlokasi di dekat kantor dan perumahan karyawan. Fasilitas fire extinguisher juga tersedia di dalam setiap bangunan yang ada.
g). Masjid/mushollah, yang berlokasi tepat ditengah-tengah perumahan dan kantor karyawan. h). Tangki bahan bakar dan garasi, berlokasi di dekat fasilitas genset, dekat perkantoran yang terdiri dari 4 buah tangki dengan kapasitas tamping sekitar 22.000 liter.
i). Pembangkit listrik tenaga diesel, sumber daya listrik diambil dari 9 (sembilan) genset/generator dengan kapasitas total 339,10 KVA yang akan digunakan sebagai pembangkit energi listrik untuk semua fasilitas.
j). Tempat pembibitan tanaman (nursery) untuk reklamasi bekas tambang, berlokasi dekat pintu masuk ke tambang dengan kapasitas sekitar 10.000 pohon dengan jenis yang bervariasi.
k). Sedimentation pond, berfungsi untuk mengendalikan air permukaan memperkecil erosi dan pencemaran. Sediment pond berada di daerah sekitar stockpile disposal, temporary stockpile dan area pront penambangan. Sediment pond ini juga berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang bercampur dengan air dari front penambangan sebelum dialirkan ke sungai-sungai.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
200 – 300 meter
Gambar 2.1. Penampang Drainage Jalan Angkut
Keterangan: Lapisan Jalan
Penampang drainage Penampang sump
Gambar 2.2. Penampang Atas Sedimen Pond.
Keterangan: = Aliran Air = Tempat Alat melakukan pengerukan dan pemuatan = Lebar alat + 2 (1/4 x Lebar alat)
Gambar 2.3. Penampang melintang A – B Sediment Pond
Keterangan: = Susunan Batu = Air terbentang = Aliran air kelaut
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
1) Clearing dan Striping Tanah Penutup
Proses pengupasan dan penambangan tidak memerlukan peledakan untuk melubangi melainkan langsung dengan teknik pengerukan. Berdasarkan perbedaan topografi maka pengupasan yang dipakai yaitu teknik pengupasan dengan excavator hidrolik → pengangkutan dengan dump truck. Lapisan overburden dan mineral langsung dikeruk menggunakan excavator untuk selanjutnya loading.
Teknik pengupasan yang dipakai adalah teknik pengupasan vertikal. Maka urutan proses pengupasan adalah dari bawah ke atas. Maka urutan penambangan adalah dari atas ke bawah. Yang perlu dipersiapkan untuk proses pengupasan adalah : a).Tinggi stage
: 6-10 meter
b). Lebar minimum
: 30 meter – 35 meter
c). Lebar kanal pembuka
: 10 meter – 15 meter
2) Penambangan dan Pembangunan jalan Angkut
Dalam kegiatan yang akan dilakukan per-block pengambilan pasir dan batu alam sampai ke dalam 6-10 dan dilaksanakan selama 1,5 tahun pada setip blok. Selama proses penambangan berada di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem akan terjadi lubang yaitu perubahan topografi lokal dan bersifat sementara. penambangan bisa dilakukan dari bawah atau dari atas, tergantung dari kondisi front yang ditambang. Penggalian/pemuatan menggunakan alat gali-muat excavator (back hoe) dan alat angkut dump truck. Pengangkutan berawal dari front tambang dan langsung ditumpahkan ke stockpile. Jalan utama tambang (main haulage) yang menghubungkan jalan tambang dengan stockpile mempunyai jarak yang bervariasi tergantung pada lokasi yang ditambang. Kemiringan jalan disesuaikan dengan kemampuan dump truck, yaitu maksimum 8 %. Lebar jalan yang direncanakan adalah 15 meter dengan sudut elevasi jalan sebesar 1,5% dan pada sisi jalan dibuat parit. Berikut ini Gambar 2.4. mengenai rencana pembuatan jalan angkut di areal penambangan.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Gambar 2.4. Penampang Jalan Angkut
Alat yang diperlukan untuk di front tambang adalah alat gali –muat, yaitu : excavator PC 200 dengan kapasitas bucket 0.8 m 3 dengan kemampuan alat per jam sebesar 60 ton, sedangkan alat angkut pasir dan batu dari front tambang menggunakan dump truck 10 roda dengan daya angkut sebesar 20 ton dengan kapasitas per jam sebesar 40 ton dan untuk perawatan jalan menggunakan motor grader. Jumlah alat yang dibutuhkan untuk kegiatan dapat dilihat pada tabel kebutuhan berat.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3) Reklamasi lahan
Setiap selesainya penambangan pada tiap blok, langsung dilakukan reklamasi dengan cara revegetasi dengan terlebih dahulu mengembalikan topsoil (tanah pucuk) yang telah dikupas sebelumnya. Tanah ini kemudian ditebarkan kembali ke area bekas tambang yang siap untuk direhabilitasi kembali. Tanaman yang digunakan menggunakan tanaman setempat yang memiliki sifat tanaman cepat tumbuh (fast growing) yang berfungsi produktif.
4) Pengangkutan dan Pemuatan Hasil Tambang
Alat bucket yang digunakan untuk kegiatan ini adalah kombinasi alat muat Wheel Loader WA 180 kapasitas 2,50 m 3 dan alat angkut dump truck dengan daya angkut 10 ton. Hasil tambang ini kemudian diangkut ke lokasi stockpile dan selanjutnya akan dibawa ke para konsumen yaitu tersebar di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah sebagian wilayah.
5) Operasional Sarana Penunjang
Sarana penunjang yang penting dioperasikan di lokasi penambangan pada saat kegiatan operasi adalah bengkel, laboratorim, workshop, dan genset. Dalam operasional ini akan dibutuhkan bahan-bahan penunjang yang mendukung operasional berupa oli, pelumas, dan bahan lain yang dibutuhkan.
d. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan pasca operasi yang diperkirakan sangat penting ditangani oleh PT. Puser Bumi Indonesia adalah kegiatan penanganan lingkungan dan reklamasi lahan/revegetasi lahan bekas tambang.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
1) Penanganan Lingkungan
Lokasi penambangan PT. Puser Bumi Indonesia, di beberapa bagian berbatasan dengan kawasan lahan perkebunan/pertanian penduduk, kawasan hutan dan kawasan pertanian lahan kering.
Settling pond yang akan dibuat untuk semua lokasi tambang pembuatannya disesuaikan kebutuhan lapangan dengan mengkondisikan topografi setempat. Untuk lokasi di stockpile, kondisi level permukaan tanah dibuat sedemikian rupa dengan bentuk melintang tinggi di tengah dan pada sisinya yang rendah dibuat parit kemudian dialirkan ke sump yang berukuran 6 x 6 x 2 m.
Perawatan Settling pond i dan sump dijadwalkan setiap 3 bulan sekali dengan mengeruk hasil pengendapan lumpur dengan menggunakan excavator PC 200 yang kemudian endapannya diangkut ke lahan bekas tambang dengan menggunakan dump truck. Selain penanggulangan sedimentasi, juga dilakukan pemantauan kondisi air di Settling pond, sump, dan sekitar lokasi proyek.
2) Reklamasi lahan/revegetasi lahan
Reklamasi total di semua blok yang telah ditambang dilakukan dengan cara revegetasi total yang dimulai pasca tambang. Tanaman yang digunakan menggunakan tanaman setempat yang memiliki sifat tanaman cepat tumbuh (fast growing) yang berfungsi produktif, seperti tanaman Sebastian Plum Cordia, pohon jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia macrophylla) dan jati putih (Gmelina arborea), dan lain-lain sesuai kebutuhan di lapangan. Di samping itu, juga menanam tanaman yang bersifat mengembalikan bahan organic dari top soil, misalnya tanaman albizia, kaliandra, dan lamtoro. Juga menanam tanaman penutup tanah seperti orok-orok (Crytalaria juncu).
2.3. Alternatif - Alternatif Yang Dikaji Dalam ANDAL
Berdasarkan kajian teknis dan ekonomis, kegiatan penambangan pasir dan batu di lokasi tersebut layak untuk dilanjutkan, mengingat kandungan materiaalnya yang terkandung cukup memadai untuk ditambang hingga beberapa tahun mendatang. Teknis pelaksanaan
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
BAB III. RONA LINGKUNGAN HIDUP
Rona lingkungan hidup adalah gambaran awal kegiatan yang didapatkan berdasarkan data primer hasil survey dan data sekunder, serta hasil penelitian sebelumnya. Komponen rona lingkungan yang ditelaah dalam studi ini adalah komponen abiotik, biotik dan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Komponen abiotik meliputi iklim dan kualitas udara, fisiologi dan geologi, hidrologi, kualitas air. Komponen biotik meliputi flora dan fauna darat dan air. Adapun komponen sosial ekonomi meliputi kepadatan penduduk, agama, mata pencaharian, dan pendapatan penduduk. Komponen sosial budaya meliputi asal usul penduduk, adat istiadat, interaksi sosial budaya dan persepsi masyarakat terhadap proyek. Komponen kesehatan masyarakat meliputi kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.
3.1. Komponen Abiotik
a. Geografis
Wilayah Sleman sebagian besar terletak di lereng sayap Seletan dan Tenggara Gunungapi Merapi yang secara topografis mempunyai ketinggian bervariasi antara 114 – 1990 m.dpal. Batuan penyusun wilayah Sleman ini adalah endapan piroklastik berupa lahar dan endapan tefra berbagai ukuran mulai bom, lapilli, pasir (kasar, sedang, halus) hingga debu dengan abu volkanik.
Berdasarkan Environment Geology Quadrant Map of Java (1993) menyatakan bahwa formasi batuan penyusun dan tipe batuan dominan adalah Andesit, Breksi, Konglomerat, Pasir Volkanik dan Tuf, mulai dari puncak hingga lereng bawah Gunungapi Merapi. Dari puncak Gunungapi sampai dengan daerah yang mempunyai elevasi terendah Wilayah Kabupaten Sleman tersusun atas beberapa bentuklahan yaitu Kerucut gunungapi, Lereng atas. Berikut ini Gambar 3.1. wilayah batas izin usaha penambangan yang dikeluarkan oleh Bupati Sleman
Bgunungapi, Lereng tengah gunungapi dan Lereng bawah Gunungapi Merapi. Berikut ini disajikan pada Tabel 1.1. mengenai bentuklahan dan Gambar 1.1. Lokasi proyek.
RENCANA
PENAMBANGAN
PASIR & BATU
Gambar 3.1. Batas lokasi wilayah kajian proyek.
Tabel 3.1. Bentuklahan Wilayah Sleman. Nomor Unit bentuklahan
Lereng (%)
Ketinggian (m pal)
1 Kerucut Gunungapi
2250-2911
2 Lereng Atas Gunungapi
20-40
10 - 2250
3 Lereng Tengah
8-20
550-1100
50-550 Sumber: Suharyadi 1994 Batas wilayah Kabupaten Sleman secara administratif memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
4 Lereng Bawah
3-8
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bantul Sebelah Timur
: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kulon Progo
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gunung Kidul
Penggunaan lahan dilokasi berbagai macam penggunaan lahan seperti hutan, kebun campuran, perkebunan, permukiman dan pekarangan, permukiman kota, pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.
b. Kondisi Iklim
Untuk menjelaskan keberadaan iklim kegiatan penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia menggunakan data iklim (stasiun Pakem dan statiun Kaliurang) curah hujan daerah Sleman yang diwakili oleh Stasiun Klimatologi Pakem dan Kaliurang menunjukkan adanya variasi tebal hujan rata rata tahunan adalah 1983 mm.
Berikut ini disajikan pada Tabel 3.2. dan Tabel 3.3. mengenai curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 1985 sampai tahun 1994. Data tersebut dapat mewakili keadaan kondisi iklim setempat karena datanya 10 tahun terakhir. Berdasarkan data statiun pakem curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir sebesar 1483 mm, sedangkan berdasarkan data statiun Kaliurang sebesar 1984 selama 10 tahun terakhir. Curah hujan tertinggi terekam pada bulan februari sebesar 332 mm/bulan di stasiun pakem dan di stasiun Kaliurang sebesar 314 mm/bulan.
Dalam penentuan pola musim di daerah penelitian, dianalogikan dengan kriteria hujan menurut Mohr (1933) dalam Santosa (2010), yaitu: (a) bulan basah yang dianalogikan dengan musim penghujan, apabila curah hujan > 100 mm, dengan curah hujan lebih besar dari penguapan; (b) bulan lembab yang dianalogikan dengan transisi musim dari penghujan ke kemarau atau sebaliknya, apabila curah hujan 60 hingga 100 mm, dimana besarnya curah hujan sebanding dengan penguapan; dan
(c) bulan kering yang dianalogikan dengan musim kemarau apabila curah hujan < 60 mm, dengan curah hujan lebih kecil dari pengupan. Merujuk pada kriteria tersebut, maka kondisi curah hujan dan pola musim di daerah proyek yang didasarkan pada data curah hujan rerata bulanan seperti disajikan dalam Gambar 3.2. dibawah ini.
Gambar 3.2. Pola musim iklim di lokasi proyek
Berdasarkan pola musim iklim tersebut dislokasi proyek terjadi musim hujan dimulai pada bulan Oktober sama Maret sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan april sampai September. Pola musim ini berkaitan dengan pengelolaan dalam analisis dampak lingkungan sehingga penyesuian dengan kondisi iklim di daerah proyek sehingga dapat meminimalkan dampak-dampak penting yang bersifat negatif. Tabel 3.2. Data curah hujan Stasiun Pakem
Stasiun Klimatologi Pakem 445 m pal
Thn Jan
Nov Des 1985
Sumber: BMKG Yogyakarta
Tabel 3.3. Data curah hujan Bulanan Stasiun Kaliurang
Stasiun Klimatologi Kaliurang Cepit 616 m. pal
Thn Jan
Okt Nov Des 1985
Sumber: BMKG Yogyakarta Mengenai data temperatur di kabupaten Sleman diperoleh dari BMKG Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh data rata-rata temperatur bervariasi antara 26,0 0 hingga 27,2
0 C seperti disajikan pada Tabel 3.4. Data iklim merupakan rata-rata pengamatan rata-rata pengamatan periode tahun 1990 sampai 1994, yang meliputi, suhu udara. Berikut ini Tabel
3.4. mengenai rata-rata temperatur di Kabupaten Sleman. Tabel 3.4. Rata-rata Temperatur Rata-rata ( o
C) Di Kab. Sleman.
Bulan 1990
1994 Januari
26.9 26.9 26.2 26.3 26.0 Februari
27.6 27.2 26.2 26.3 26.2 Mret
26.6 26.3 26.9 26.4 26.0 April
26.5 27.5 27.0 26.9 27.0 Mei
26.3 26.0 27.7 27.0 25.9 Juni
26.1 26.5 27.2 27.3 25.2 Juli
27.3 27.0 26.2 26.1 24.7 Agustus
27.9 26.6 26.0 26.7 24.5 September
26.3 27.7 26.2 26.7 26.0 Oktober
29.0 26.8 26.2 26.5 27.2 Nopember
29.0 27.6 26.2 26.5 26.2 Desember
27.2 27.7 26.2 26.7 26.6 Rata-rata
Suhu udara rata-rata berkisar dari 26,1°C pada bulan Juni sampai 28,6°C pada bulan Desember. Suhu udara minimum berkisar dari 23,1°C pada bulan April sampai 25,1°C pada bulan November dan Desember. Suhu udara maksimum berkisar 28,1°C pada bulan Agustus sampai 34°C pada bulan Maret.
c. Kualitas Udara
Parameter yang diteliti dan cara pengambilan sampel udara mengacu pada SNI 19- 7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien, hasil analisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan udara berdasarkan PP no. 41 th 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kadar debu di 4 titik pengamatan pada daerah yang diteliti masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yakni
0,23 mg/m 3 , demikian juga kadar emisi gas seperti SO x, CO x dan HC, masih berada di bawah NAB yakni untuk SOx = 900 g/Nm 3 dan NOx = 400 g/Nm 3 dan CO x = 30.000 g/Nm 3 HC = 160 ug/Nm 3 ). Hasil pengukuran kualitas udara rona lingkungan awal sekitar lokasi rencana kegiatan,
disajikan pada Tabel 3.5. Dari tabel tersebut tampak bahwa kondisi semua parameter kualitas udara di sekitar wilayah studi mempunyai angka masih berada di bawah baku mutu lingkungan, sehingga dapat dikatergorikan masih baik.
Tabel 3.5.
Kualitas Udara Sekitar Rencana Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
BML Parameter
Waktu Pengu-
Satuan
kuran
TSP (Debu)
μg/m 3 0,23 Kebisingan *)
24 jam
55 & 70 Sulfur oksida (SO x )
5 menit
dB(A)
( g/Nm 3 ) 900 Nitrogen ioksida (NO x )
1 Jam
( g/Nm 3 ) 400 Sumber: Baku Mutu Kebisingan menurut Keputusan Men.LH. No. Kep. 48/Men/LH/1996
1 Jam
Jika nilai-nilai pada Tabel di atas dikonversi menjadi nilai dalam skala indeks standar pencemar udara atau disingkat ISPU, perhitungan konversi berpedoman pada Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 107/KABAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi ISPU. menggunakan persamaan:
I : ISPU terhitung Ia : ISPU batas atas Ib : ISPU batas bawah Xa : Ambien batas atas Xb : Ambien batas bawah Xx : Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Hasil perhitungan menunjukkan angka-angka di atas masih masuk dalam kategori baik dimana nilai ISPU dalam range ini tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Nilai skala ISPU ini kemudian dikonversi menjadi Skala Kualitas Lingkungan untuk memprakirakan besarnya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan hidup disekitarnya., hasilnya disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan
Skala Kualitas
5 Sangat baik
Tidak sehat
2 Buruk > 300
Sangat tidak sehat
1 Sangat buruk Sumber: BAPEDAL Nomor 107/KABAPEDAL/11/1997
Berbahaya
Berdasarkan Tabel 3.6. tampak bahwa kualitas udara dalam wilayah studi menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih relatif alami.
d. Analisa Hidrologi
Setiap perubahan masing-masing bentuklahan tersebut ditandai oleh adanya tekuk lereng (nick point) yang pada umumnya merupakan tempat-tempat keluarnya mataair yang menjalur mengelilingi lereng atas, tengah dan bawah gunungapi berupa spring belts. Oleh karena itu dengan adanya sabuk mataair (sprink belt) tersebut menjadikan sayap selatan dan tenggara Gunungapi Merapi pada wilayah-wilayah tertentu selalu mendapat suplai air dari mata air cukup besar untuk mengairi sawah-sawah penduduk setempat.
Karakteristik sungai dengan lebar antara 10 sampai 20 meter dengan debit aliran deras, air jernih karena bersumber dari mata air pegunungan di atasnya.tebing sungai yang landai dengan pinggir sungai yang merupakan habitat rerumputan dengan lebar antara 1 sampai 2 meter. Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya dengan karakteristik tebing sungai umumnya agak curam sehingga banyak sekali dijumpai terjunan air disepanjang aliran sungai dengan air sungai umumnya lebih jernih dengan aliran kecil tergolong intermiten yang berair pada musim hujan saja.
e. Kualitas Air
Kegiatan penambangan terutama pada saat pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk, prakonstruksi, konstruksi diduga akan dapat mengalami erosi bila musim hujan, yang berpotensi meningkatkan kadar total padatan terlarut, pH dan kekeruhan serta pencucian dan pelarutan beberapa logam tertentu kedalam badan air penerima limpahan di sekitar lokasi
kegiatan, sebagai akibatnya dapat meningkatkan kekeruhan, BOD 5 , dan COD, serta dapat meningkatkan kadar logam atau bahan-bahan tertentu di dalam perairan, yang pada gilirannya akan menurunkan kualitas badan air penerima sehingga berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang menggunakan badan air tersebut serta biota yang hidup di dalamnya, walaupun diketahui bahwa air itu sendiri juga memiliki kemampuan untuk membersihkan diri (water self furification). Makin besar debit air makin tinggi kemampuan dari badan air untuk membersihkan diri.
Kualitas air yang diamati adalah kualitas air sungai, dan air sumur gali. Untuk mengetahui kualitas air tersebut di sekitar lokasi wilayah studi, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air sungai dan air sumur warga.
Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air pada IUP PT. Puser Bumi Indonesia untuk komponen fisik-kimia secara umum berada dalam kisaran dibawah baku mutu lingkungan. nilai parameter berada dibawah nilai baku mutu lingkungan.
3.2. Komponen Biotik
a. Flora Darat
Kawasan hutan di Kabupaten Sleman seperti umumnya kawasan tropis di wilayah bagian tengah dan timur, terpengaruh erat dengan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) yang terdiri atas beberapa bagian Sub DAS. Kawasan hutan Kabupaten Sleman berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 757/Kpts-II/1995 seluas 100 ha.
Inventarisasi flora yang dilakukan di sekitar rencana lokasi penambangan Pasir dan Batu PT. Puser Bumi Indonesia dilakukan dengan metode kombinasi antara metode jalur dan transek garis berpetak (Line Transect) dengan cara menetapkan garis transek dengan arah memotong garis kontur dengan mempertimbangkan keterwakilan tipe komunitas yang diamati.
Menurut Petunjuk Teknis Inventarisasi Flora, Balai KSDA III (1983), disebutkan penentuan intensitas sampling 2% untuk luas kawasan hutan atau lahan 1.000 – 10.000 ha, dan intensitas sampling 5% untuk luas kawasan kurang dari 1.000 ha. Dengan demikian maka luas sampling pengamatan yang dilakukan adalah ± 5 ha. Panjang transek 1.500 meter dan lebar transek 100 meter, sehingga plot yang dibuat sebanyak 5 buah dengan 4 lokasi seperti tersaji pada gambar berikut :
Arah Jalur Sepenjang 1.500 m D
Model Plot Jalur Berpetak Pengamatan keragaman Vegetasi Pada Areal Izin Usaha Pertambangan Golongan Galian-C PT. Puser Bumi Indonesia
Keterangan gbr 3.1. :
A = Plot contoh tingkat Pohon ukuran 100 m x 100 m
B = Plot contoh tingkat Tiang ukuran 50 m x 50 m
C = Plot contoh tingkat Pancang ukuran 25 m x 25 m
D = Plot contoh tingkat Semai ukuran 10 m x 10 m
E = Plot contoh untuk Tumbuhan bawah ukuran 5 m x 5 m
Hasil inventarisasi pada masing-masing transek yang dibuat pada saat studi, ditemukan sangat bayak jenis vegetasi yang termasuk kategori langka dan endemik pulau lokasi proyek.
Tabel 3.7.
Hasil Pengamatan Flora Darat di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem
Titik 1 No
Nama Jenis
Bahasa Latin
1 Apu Gironniera subaequalis 2 Daun kecil
Diospyros buxifolia 3 Eha
Castanopsis buruana 4 Pandan-Pandan
Pandanus sp
5 Jambu-Jambu
Syzygium sp.
6 Kayu Angin Casuarina sumatrana 7 Palem
Palmaceae sp
8 Pandan hutan Pandanus sp
Titik 2
1 Kelapa Sawit 2 Eha
Castanopsis buruana 3 Rotan
Calamus z
4 Kayu besi
5 Akasia Acasia mangium 6 Pulai
Alstonia shcolaris
Titik 3
1 Mirip Denge Paracroton pendulus 2 Daun kecil
Diospyros buxifolia 3 Eha
Castanopsis buruana 4 Jambu-Jambu
Syzygium sp. 5 Kayu Angin
Casuarina sumatrana 6 Pulai
Alstonia shcolaris 7 Raha-raha waio
Cryptocarya infectoria 8 Tirotasi
Alstonia macrophylla
Titik 4
1 Apu Gironniera subaequalis 2 Daun kecil
Diospyros buxifolia 3 Eha
Castanopsis buruana 4 Jambu-Jambu
Syzygium sp. 6 Pulai
Alstonia shcolaris 7 Biscofia
Bischofia javanica 8 Pondo anyurung
Actinodaphne multiflora 9 Tirotasi
Alstonia macrophylla 10 Tolihe
Gardenia anisophylla Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan
Tabel 3.8.
Hasil Pengamatan Semak, Palm, Liana, dan Rumput di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem
No Habitus ; Semak Bahasa Latin
1 Rodu
Melastoma Sp.
2 Komba-Komba Euphatorium odoratum L. 3 Pandan-pandan
Freycinetia sp.
4 Bambu tamiang Schizostachyium blumei
Habitus ; Palm
1 Palm Hutan
Palmaceae sp2
Habitus ; Liana
1 Bambu rambat
Dinochloa sp
Rumput
1 Teki
Cyperus rotundus
2 Alang-Alang
Imperata Cylindrica
3 Pakis tanah/ Paka
Glechenia linearis
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan 2013 Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan 2013
Berdasarkan hasil pengamatan pada transek yang sama dengan flora dan wawancara dengan masyarakat serta studi pustaka, fauna yang ada di sekitar rencana lokasi Izin Usaha Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia digolongkan ke dalam kelompok :
a. Mamalia,
b. Aves,
c. Reptil, dan Amphibi serta
d. Invertebrata.
Tabel 3.9.
Jenis-jenis Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup di Sekitar Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia
No Nama Ilmiah
Status Mamalia
Nama Indonesia/Lokal
E T P 1. Myotis adversus
J 2. Rattus rattus
Kelelawar kecil abu
Tikus hutan
Aves
1 Aecipter rhodogaster
e 2 Dicaeum sp.
Tekukur
Burung cabe
3 Ducula aenea
Peragam hijau
Reptil
1 Mabuya multifasciata
Kadal
2 Phiton sp.
Ular
3 Varanus bengalensis
Biawak
Amphibia
1 Bufo spp
Katak Batu
2 Limnonectes modestus
Katak sungai kecil
3 Polypedates leucomystax
Katak pohon
4 Rana sp
Ordo. Lepidoptera
2 Capung
Ordo. Odonata
3 Semut merah
Monomorium pharaonis
4 Semut hitam
Componotus pennsylvnicus
5 Semut raja
Polyrhachis hauxwelli
6 Semut hitam besar/Kolimondi
Iridomyrmex anceps
7 Semut merah hitam besar
Lobopelta ocillifera
8 Laba-laba janda hitam
Lactrodectus mactans
No Nama Ilmiah
Nama Indonesia/Lokal
Status
9 Laba-laba kebun
Argiope Aurelia
10 10 Laba-laba coklat
Loxosceles reclosa Gert.
11 11 Kumbang kulit
Phyllophaga portorice.
12 12 Jangkrik tanah
Allonemobius fasciatus