Raumanen karya Marianne Katoppo (suatu pendekatan psikologi sastra)

RAUMANEN KARYA MARIANNE KATOPPO (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

Dwi Endah Palupi

C0204020

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

RAUMANEN KARYA MARIANNE KATOPPO

(Suatu Pendekatan Psikologi Sastra)

Disusun oleh:

DWI ENDAH PALUPI C0204020

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Wiranta, M.S. NIP 195806131986011001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001

RAUMANEN KARYA MARIANNE KATOPPO (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra)

Disusun oleh:

DWI ENDAH PALUPI C0204020

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal……………………….

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Chattri. S. Widyastuti, M.Hum. ………….…. NIP 196412311994032005

Sekretaris Rianna Wati, S.S. ……………. NIP 198011052006042028 Penguji I Drs. Wiranta, M.S.

……………. NIP 195806131986011001 Penguji II Dra. Murtini, M.S.

…………… NIP 195707141983032001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001

PERNYATAAN

Nama : Dwi Endah Palupi NIM : C0204020

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Raumanen karya Marianne Katoppo (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 12 Mei 2010 Yang membuat pernyataan

Dwi Endah Palupi

PERSEMBAHAN

Ibu dan Bapak

Atas kasih sayang dan pengorbanan tiada henti.

My Sister mBak Lia

Pemberi motivasi, semangat, dan dukungan.

Terimakasih telah mengajarkan arti kedewasaan.

Mas Anto

Untuk cinta, kasih sayang, dan kesabaran. Keutuhan adalah perpaduan antara aku dan kau.

My Crazy one, T-Honk Sahabat terbaik dalam tawa dan air mata.

MOTTO

Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, karena itu kita bisa mendengarkan dua

kali lebih banyak daripada berbicara. (Epictetus)

Harapan bukanlah keyakinan bahwa sesuatu akan berubah menjadi baik, namun

kenyataan bahwa semua hal itu masuk akal, tergantung bagaimana cara kita mengubahnya. (Valvac Havel)

Salah satu hal yang paling sulit di dunia ini adalah mengakui kesalahan, dan tak

ada yang lebih membantu dalam memecahkan persoalan daripada pengakuan jujur. (Benjamin Disraeli)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, kendati di dalamnya masih terkandung unsur kelemahan dan kekurangsempurnaan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak- pihak berikut.

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Wiranta, M.S. selaku pembimbing akademik serta pembimbing penyusunan skripsi.

4. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun perpustakaan pusat Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta atas bantuannya.

6. Ibu dan bapak, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, dan doanya, sehingga memotivasi penulis untuk berusaha menyelesaikan skripsi ini.

7. mBak Lia, yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada penulis.

8. Mas Anto, yang selalu setia menemani dan mendukung setiap langkah penulis. You make the good times that we share the best times of my life. I love you just the way you are.

9. T-honk, Erlin, Fitri, Dedi. Sahabat dalam kegilaan, canda tawa, keluh kesah, dan air mata. Bersama kalian aku mengerti arti kebersamaan dan kemandirian.

10. Sebayang, Farida, Bang List, Bayu, Damang, Tanjung, Yayuk. Para pemacu semangat. Terimaksih atas dukungan dan kebersamaan selama ini.

11. Teman-teman Sasindo angkatan 2004. Terimaksih telah berbagi hidup bersama dan memberi warna serta mengisi “cawan” hidupku.

12. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu..

Surakarta, 12 Mei 2010

Penulis

ABSTRAK

Dwi Endah Palupi. C0204020. Raumanen Karya Marianne Katoppo (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah struktur novel Raumanen yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. (2) Bagaimanakah unsur psikologis dalam Novel Raumanen, yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengungkapkan dan mendeskripsikan struktur novel Raumanen yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. (2) Mengungkapkan dan mendeskripsikan unsur psikologis dalam Novel Raumanen , yang berupa perilaku Manen menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa novel Raumanen karya Marianne Katoppo yang diterbitkan oleh PT Metafor Intermedia Indonesia tahun 2006, setebal ix + 134. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Penelitian ini menggunakan teknik penarikan simpulan induktif

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) Struktur novel Raumanen yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat yaitu: Alur dalam novel Raumanen digambarkan dengan teknik alur balik (back tracking). Susunan peristiwa dimulai dari masa kini dan pada peristiwa-peristiwa tertentu cerita ditarik ke belakang, ke masa sepuluh tahun yang lalu. Tokoh dalam novel Raumanen dijabarkan melalui tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Latar dalam novel Raumanen memperlihatkan dua seting yang berbeda dengan kehidupan sosial masyarakat dari berbagai suku yang hidup di kota besar sekitar tahun 1965. Tema dari novel ini adalah kisah cinta dua remaja dalam pergaulan bebas yang terhalang adat budaya dan kesukuan. Novel Raumanen mengandung beberapa amanat seperti, generasi muda harus pandai- pandai memilih pergaulan, harus pandai-pandai menjaga diri agar tidak terjerumus kepada perbuatan yang dilarang. Peran orangtua sangat penting dalam mengarahkan sikap dan perilaku anak. (2) Unsur psikologis dalam Novel Raumanen, yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik, yaitu: tentang perilaku Manen menurut teori psikoanalisis Freud dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu Id, Ego, dan Superego dalam diri Manen. Trauma psikis Manen dijabarkan dengan menggunakan unsur kepribadian Manen, yaitu Id, Ego, dan Superego. Kategori umum gejala-gejala traumatik memperlihatkan bahwa selepas peristiwa traumatik, akan timbul gejala-gejala traumatik, yang berupa mengalami trauma awal, penghindaran diri, dan timbulnya hiper.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Raumanen merupakan salah satu novel yang mempunyai andil besar dalam perkembangan sastra pop era ‟70-an di Indonesia, karena novel Raumanen

berani mengangkat tema dan permasalahan yang pada saat novel tersebut dibuat merupakan permasalahan yang tabu, misal masalah kesukuan dan seks bebas. Novel ini meraih tiga penghargaan sastra, yakni Pemenang Sayembara Menulis Dewan Kesenian Jakarta 1975, Hadiah Yayasan Buku Utama 1978, dan SEA Write Award 1982. Novel yang ditulis oleh Marianne Katoppo dan terbit tahun 1977 ini mempunyai karakter cerita yang kuat. Hal itu disampaikan melalui tokoh-tokoh utama dan jalan cerita dengan tegas dan lugas. Masalah cinta dan kesukuan yang diusung disampaikan dengan gamblang meski hal tersebut tabu untuk dibicarakan pada saat itu (Katoppo, 2006:viii-ix).

Tokoh utama dalam novel ini adalah Raumanen Rumokoi yang biasa disebut Manen. Manen digambarkan sebagai seorang gadis yang cantik, cerdas, dan mudah bergaul dengan orang lain. Manen juga dilukiskan sebagai seorang mahasiswi yang aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Manen gadis yang sangat idealis dan selalu berpikir optimis. Tokoh lain yang juga sangat berperan penting adalah Hamonangan Pohan dan biasa dipanggil Monang. Monang adalah seorang lelaki kaya, mempunyai karier yang cemerlang, dan berparas menawan. Hal itulah yang membuatnya sukses menjerat hati para wanita di sekitarnya sehingga teman- temannya menyebutnya seorang ”play boy”.

Perasaan cinta adalah salah satu hal yang dapat membuat kondisi kejiwaan seseorang menjadi tidak stabil. Perasaan cinta dapat membuat seseorang begitu bahagia, tapi terkadang juga membuat seseorang begitu menderita. Ego untuk mendapatkan seseorang atau sesuatu yang dicintai adalah hal yang manusiawi dalam diri setiap orang. Hal itu dikarenakan setiap manusia mempunyai dorongan rasa untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya, termasuk juga rasa bahagia dalam dirinya. Namun, hal yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah bagaimana cara mereka mengendalikan ego tersebut. Manusia dapat menekan dan mengendalikan ego mereka dengan baik, salah satu caranya adalah dengan mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Namun ada juga orang yang memenuhi segala ego mereka tanpa memedulikan orang serta akibat yang ditimbulkan di sekitarnya. Ego yang tidak dapat dikendalikan lagi, dapat mengganggu kondisi psikologi seseorang sehingga orang tersebut dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Hal itulah yang terjadi pada tokoh Manen. Perasaan suka dan cinta, diungkapkan dengan perbuatan yang salah, yakni dengan melakukan hubungan seks tanpa adanya ikatan pernikahan. Hubungan percintaannya pun dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga dan teman-temannya. Hal itu dikarenakan mereka takut keluarga dan teman mereka tidak menyetujui hubungan tersebut karena berbagai hal. Jadi ketika hubungannya dengan Monang sedang mengalami konflik, ia tidak dapat berbagi cerita dan mencurahkan perasaan kepada orang lain. Beban yang ditanggung bertambah berat ketika ia tahu kalau dirinya hamil dan kehamilannya mengalami gangguan. Batinnya tidak kuat Hal itulah yang terjadi pada tokoh Manen. Perasaan suka dan cinta, diungkapkan dengan perbuatan yang salah, yakni dengan melakukan hubungan seks tanpa adanya ikatan pernikahan. Hubungan percintaannya pun dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga dan teman-temannya. Hal itu dikarenakan mereka takut keluarga dan teman mereka tidak menyetujui hubungan tersebut karena berbagai hal. Jadi ketika hubungannya dengan Monang sedang mengalami konflik, ia tidak dapat berbagi cerita dan mencurahkan perasaan kepada orang lain. Beban yang ditanggung bertambah berat ketika ia tahu kalau dirinya hamil dan kehamilannya mengalami gangguan. Batinnya tidak kuat

Novel ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini, di mana banyak sekali ditemukan orang memilih jalan pintas yakni bunuh diri untuk mengakhiri penderitaan. Banyak remaja terpengaruh pergaulan bebas dan melakukan hal-hal yang dilarang, misal berhubungan seksual sebelum menikah dan mengakibatkan hancurnya masa depan mereka. Mereka malu menanggung ”aib” serta takut dikucilkan keluarga maupun masyarakat hingga akhirnya bunuh

diri. Di sisi lain, Monang dan keluarga Manen merasa terpukul dengan kejadian tersebut. Penyesalan yang mendalam membuat Monang berubah menjadi pendiam, pemurung serta tidak peduli lagi dengan keadaan di sekitarnya. Keluarga Manen sendiri tidak dapat menerima apa yang dialami Manen dan menyalahkan Monang atas keadaan tersebut. Hal itu membuat Monang semakin merasa bersalah dan tidak mampu untuk bertemu dengan keluarga Manen walau hanya untuk mengucapkan kata maaf. Penyesalan dan rasa bersalah yang teramat dalam membuatnya selalu mengalami mimpi buruk hampir di setiap tidurnya. Keadaan psikologi yang tidak menentu akibat sesuatu hal yang berlebihan dan tidak mampu untuk diutarakan lewat kata, akan terealisasi menjadi gambaran di alam bawah sadar kita yakni mimpi. Hal itu yang membuat Monang merasa selalu dihantui oleh pikiran masa lalunya karena menyia-nyiakan Manen.

Hal-hal tersebut yang membuat novel Raumanen sangat menarik untuk diteliti. Di dalam novel tersebut banyak terdapat berbagai masalah yang sering Hal-hal tersebut yang membuat novel Raumanen sangat menarik untuk diteliti. Di dalam novel tersebut banyak terdapat berbagai masalah yang sering

Penelitian psikologi sastra ini mengaji tokoh yang menjadikan konflik sebagai sarana peningkatan kepribadian dan pencarian jati diri dalam rangka sebuah proses kejiwaan. Penelitian ini akan menggunakan ilmu bantu yang mengkaji masalah kejiwaan yaitu psikologi sastra untuk mencapai sasaran tersebut. Wellek dan Warren menjelaskan, tokoh-tokoh dalam drama dan novel, situasi serta plot yang terbentuk seringkali sesuai dengan keberadaan psikologi. Sebab kadang-kadang suatu teori psikologi dipakai oleh pengarang untuk melukiskan tokoh serta lingkungannya (Wellek & Warren, 1990 : 106).

Novel Raumanen karya Marianne Katoppo diterbitkan oleh PT Metafor Intermedia Indonesia Jakarta, tahun 2006, dengan tebal ix + 134 halaman. Penulis menggunakan novel terbitan tahun 2006 ini dikarenakan penulis mengalami kesulitan dalam menemukan novel Raumanen terbitan pertama, yakni yang diterbitkan oleh PT Gaya Favorit Press Jakarta, tahun 1977.

Terdapat beberapa perbedaan antara novel Raumanen yang diterbitkan tahun 1977 dan yang diterbitkan tahun 2006. Raumanen tahun 1977 halaman sampul bergambar seorang gadis manis dengan hidung mancung, bibir tipis, dan pipi yang montok. Sedangkan novel terbitan tahun 2006 halaman sampul Terdapat beberapa perbedaan antara novel Raumanen yang diterbitkan tahun 1977 dan yang diterbitkan tahun 2006. Raumanen tahun 1977 halaman sampul bergambar seorang gadis manis dengan hidung mancung, bibir tipis, dan pipi yang montok. Sedangkan novel terbitan tahun 2006 halaman sampul

Selain sampul depan yang berbeda dari cetakan tahun 1977 dan cetakan 2006, perbedaan yang sangat terlihat adalah jumlah halaman. Bertambahnya jumlah halaman novel, dikarenakan terdapat tambahan esai yang berisi pendapat dari pengamat sastra serta esai yang ditulis oleh Marianne Katoppo sendiri. Dalam pengantar buku, terdapat esai yang berjudul Raumanen, sastra pop, dan sastra wangi yang ditulis oleh Pam Allen, seorang pengamat sastra dari Universitas Tasmania. Dalam esai ini, pembahasan bertolak pada isu perempuan dan fokus yang berbeda dalam lompatan generasi perempuan pengarang, esensi sastra pop, dan kontroversi seputar Raumanen dimasa lalu. Sedangkan esai yang ditulis oleh Marianne Katoppo sendiri lebih membahas tentang awal mula penulisan novel Raumanen serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Di dalamnya juga dituliskan kisah singkat hidupnya sekembalinya dia dari luar negeri. Esai yang berjudul Romanen, Raun-Manen, Raumanen! Juga dijadikan media untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah mendukungnya dalam membuat karya serta ucapan terima kasih kepada penerbit (Katoppo, 2006 : xiii- xvii).

Bertolak dari beberapa hal yang telah diungkapkan di atas, maka peneliti mengambil kajian terhadap novel ini dengan judul “Raumanen karya Marianne Katoppo (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra)”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan agar sebuah penelitian mempunyai arah yang tepat dan tidak keluar atau menyimpang dari sasaran yang akan dicapai.

Penelitian ini dibatasi pada (1) Pengungkapan struktur novel guna mengetahui aspek-aspek internal yang terdapat dalam novel Raumanen ini. Aspek-aspek internal tersebut antara lain meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. (2) Analisis psikologis sastra novel Raumenen, yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik.

C. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur novel Raumanen yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat ?

2. Bagaimanakah unsur psikologis dalam Novel Raumanen, yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik?

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur novel Raumanen yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat.

2. Mendeskripsikan unsur psikologis dalam Novel Raumanen, yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

(sumbangan pikiran) dalam ilmu pengetahuan khususnya studi analisis novel dengan pendekatan psikologi sastra.

2. Manfaat praktis, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat pembaca bahwa manusia harus mengendalikan Ego dengan cara yang benar. Memenuhi keinginan Ego dengan segala cara akan merugikan diri kita dan orang lain di sekitarnya. Selain itu, diharapkan dapat menjadi gambaran tentang kondisi dan perkembangan kepribadian manusia, serta pengaruh lingkungan dalam pembentukan kepribadian sehingga pembaca dapat melakukan introspeksi diri dalam menghadapi keadaan tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab pertama berisi : (1) latar belakang penelitian, yang meliputi alasan

penulis untuk meneliti novel yang berjudul Raumanen, selain itu juga mengungkapkan hal-hal yang menarik, yang ada di dalam novel tersebut sehingga hal-hal tersebut layak untuk diteliti; (2) pembatasan masalah yang berisi batasan dari permasalahan yang akan diteliti sehingga tidak dibahas permasalahan lain yang tidak sesuai dengan teori yang akan dipakai dalam penelitian ini; (3) perumusan masalah, mengungkapkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini; (4) tujuan penelitian, berisi tujuan dalam penelitian, yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan; (5) manfaat penelitian, yaitu berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis penelitian ini dilakukan.

Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian pustaka Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian pustaka

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi sastra. Kerangka pikir berisi penggambaran secara jelas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti.

Bab ketiga metode penelitian yang berisi, metode penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan simpulan.

Bab keempat analisis data berisi analisis terhadap data-data yang menjadi objek penelitian, yaitu alur, penokohan, latar, tema dan amanat kemudian meneliti unsur psikologis dalam Novel Raumanen, yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik.

Bab kelima penutup yang berisi : simpulan dan saran dari hasil penelitian yang sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian mengenal novel Raumanen ini sudah pernah dilakukan oleh Ari Sri Mulyati, mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada bulan Mei 1988 dengan skripsinya yang berjudul Raumanen Karya Marianne Katoppo (Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra) . Dengan pendekatan sosiologi, penelitian terhadap novel Raumanen menitikberatkan pada masalah adat istiadat suku Batak yang sangat menonjol dalam novel tersebut. Dalam hal ini, peneliti lebih memfokuskan pada pengungkapan masalah adat perkawinan suku Batak. Hal itu dikarenakan, masalah utama dalam novel ini adalah tentang kisah cinta yang tidak dapat menembus tembok adat istiadat terutama adat perkawinan yang masih kental terdapat di Indonesia saat itu (Ari Sri Mulyati, 1988).

Novel Raumanen pertama kali diterbitkan tahun 1977 oleh PT Gaya Favorit Press, Jakarta dengan tebal 98 hal. Gambar sampul depan novel ini adalah foto seorang gadis manis dengan hidung mancung, bibir tipis, pipi montok dengan wajah oval yang mempesona. Novel ini juga pernah dimuat di majalah Femina menjadi cerbung (cerita bersambung). Tahun 1986, novel ini tercantum sebagai buku bacaan dalam kurikulum 1984 SMU. Hal itu dikarenakan novel ini mempunyai gaya penulisan yang unik yakni cerita yang melompat-lompat (alur back tracking), gaya penceritaan yang menarik, cerita yang mengangkat masalah kesukuan, seks, dan gender yang saat itu belum Novel Raumanen pertama kali diterbitkan tahun 1977 oleh PT Gaya Favorit Press, Jakarta dengan tebal 98 hal. Gambar sampul depan novel ini adalah foto seorang gadis manis dengan hidung mancung, bibir tipis, pipi montok dengan wajah oval yang mempesona. Novel ini juga pernah dimuat di majalah Femina menjadi cerbung (cerita bersambung). Tahun 1986, novel ini tercantum sebagai buku bacaan dalam kurikulum 1984 SMU. Hal itu dikarenakan novel ini mempunyai gaya penulisan yang unik yakni cerita yang melompat-lompat (alur back tracking), gaya penceritaan yang menarik, cerita yang mengangkat masalah kesukuan, seks, dan gender yang saat itu belum

dengan diraihnya 3 penghargaan dari dalam dan luar negeri (http// :giotugi.blogspot.com/2008/12/sinopsis.html). Teori psikoanalisis yang digunakan oleh Sigmund Freud banyak digunakan untuk meneliti karya sastra, misalnya novel. Penerapan penelitian psikologi sastra dalam kajian pernah dilakukan oleh M.S. Hutagalung dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis dan Zainuddin Fananie (2001) dalam novel Nyali karya Putu Wijaya. Kedua penelitian tersebut menggunakan teori psikoanalisis Freud untuk membedah novel. Jadi, keduanya jelas peneitian psikologi sastra yang berpijak pada teks sastra. Asumsi peneliti bahwa pencipta kedua novel tersebut menerapkan teori psikoanalisis ke dalam karya.

Dari penelitian tersebut ternyata M.S. Hutagalung mampu mengungkapkan bahwa tokoh Isa dalam novel Jalan Tak Ada Ujung memiliki perilaku yang terpengaruh pandangan Freud tentang lapisan tak sadar dari jiwa manusia (Suwardi Endraswara, 2003:102).

Pelukisan Mochtar Lubis demikian sesuai dengan pandangan Freud, bahwa alam bawah sadar adalah sumber neurosis atau sakit syaraf, karena individu mencoba membuang kenang-kenangan yang tidak ia sukai dan harapan-harapan yang berakhir dengan kekecewaan (Suwardi Endraswara, 2003:102).

2. Pendekatan Struktural

Pendekatan awal yang harus dilakukan dalam menganalisis karya Pendekatan awal yang harus dilakukan dalam menganalisis karya

Karya sastra yang berupa novel juga terdiri atas unsur-unsur yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan untuk membentuk makna totalitas. Dapat dikatakan hadirnya unsur yang satu dengan sendirinya mengakibatkan adanya unsur-unsur yang lain. Untuk mengetahui unsur keseluruhan makna, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu sama lain. Unsur struktural tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, saling mengikat, saling menopang yang kesemuanya memberikan nilai kesastraan yang tinggi (Zainudin Fananie, 2000:116).

Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang meliputi alur, penokohan, latar, tema dan amanat. Hubungan antar unsur itu saling menentukan dan mempengaruhi dalam membentuk sebuah totalitas, pemaknaan yang padu (Burhan Nurgiyantoro, 2002:37).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan struktural adalah suatu pendekatan yang bertolak dari interpretasi dan analisis karya itu sendiri dan membongkar keterjalinan unsur itu dalam membentuk makna totalitas. Hal tersebut dimaksudkan untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur internal yang antara lain meliputi alur, tokoh, latar, tema dan amanat. Berikut Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan struktural adalah suatu pendekatan yang bertolak dari interpretasi dan analisis karya itu sendiri dan membongkar keterjalinan unsur itu dalam membentuk makna totalitas. Hal tersebut dimaksudkan untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur internal yang antara lain meliputi alur, tokoh, latar, tema dan amanat. Berikut

a. Alur Panuti Sudjiman menjelaskan bahwa alur ad alah “jalan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu” (Panuti Sudjiman,

1991:4). Peristiwa-peristiwa yang dimaksud tidak hanya sekedar meliputi yang bersifat fisik seperti percakapan atau perbuatan, tetapi juga termasuk perubahan sikap tokoh yang merubah jalan nasib. Alur ini pun mempunyai hukumnya sendiri. Ia mempunyai awal, tengah dan akhir. Ia harus memberikan ketiba-tibaan yang tidak terduga, harus dapat membangkitkan ketegangan dan sekaligus kelegaan pada pembaca (Panuti Sudjiman, 1991:34).

Dilihat dari kriteria urutan waktu, alur dibagi menjadi 3, yakni,

1) Alur maju (konvensional, progresif) adalah teknik pengaluran di mana jalannya peristiwa ditulis secara runtut, dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).

2) Alur mundur (regresif) adalah teknik pengaluran yang menempatkan peristiwa dimulai dari tengah atau akhir, kemudian tahap awal cerita.

3) Alur campuran (back tracking, sorot balik) adalah teknik pengaluran di mana jalan cerita dan peristiwanya merupakan perpaduan alur progresif dan regresif, yang artinya dalam sebuah cerita terdapat alur maju, tetapi pada bagian tertentu jalan cerita merupakan alur mundur. (Burhan Nurgiyantoro, 2002:135-153).

b. Penokohan

Abrams mengemukakan bahwa istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang

ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan” (Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002 : 165). Tokoh fiksi harus dihadirkan dan dilukiskan secara baik, tepat dan kreatif oleh pengarang sesuai dengan perkembangan karakternya. Tokoh mempunyai sifat dan karakteristik yang dapat dirumuskan ke dalam beberapa dimensi, antara lain:

1) Dimensi fisiologis, yaitu ciri-ciri lahir, misalnya :

a) usia (tingkat kedewasaan)

b) jenis kelamin

c) keadaan tubuh

d) ciri-ciri muka

e) ciri-ciri badan yang lain

2) Dimensi sosiologis, yaitu ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya :

a) status sosial

b) pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat

c) tingkat pendidikan

d) kehidupan pribadi

e) pandangan hidup, agama, kepercayaan, ideologi

f) aktivitas sosial, organisasi, hobi

g) bangsa, suku, keturunan

3) Dimensi psikologis, yaitu latar belakang kejiwaan, misalnya : 3) Dimensi psikologis, yaitu latar belakang kejiwaan, misalnya :

b) temperamen

c) IQ atau Intellegence Quotient (Soediro Satoto, 1992:44-45).

c. Latar Burhan Nurgiyantoro memberikan penjelasan bahwa unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1) Latar tempat, yang menyaran kepada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

2) Latar waktu, yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

3) Latar sosial, yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 2002 : 227-233).

Latar dapat dirumuskan sebagai bagian jenis informasi mengenai berbagai peristiwa cerita yang menyarankan pada masalah tempat, waktu dan suasana termasuk suasana atau keadaan lahir maupun batin tokoh- tokoh fiksi yang menyertainya. Hal ini sesuai dengan fungsi latar, yaitu memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya, dan sebagai proyeksi keadaan batin serta menjadi metamor dari keadaan emosional para tokoh cerita. (Panuti Sudjiman, 1991:46).

Jadi, latar menjadi hal yang sangat penting untuk memberikan kesan yang nyata terhadap suatu cerita kepada pembaca. Pembaca akan mudah membuat imajinasi tentang suatu keadaan seolah-olah suasana tersebut benar-benar ada dan terjadi.

d. Tema dan Amanat

1) Tema Dalam proses penciptaannya karya sastra mengandung nilai- nilai kehidupan yang lebih tinggi daripada sekedar realitas objek. Karya sastra tidak hanya menceritakan kembali kehidupan yang dilihat di masyarakat, lebih dari itu pengarang dan ekspresivitasnya yang tinggi berusaha mengungkapkan pengalamannya baik lahir maupun batin tentang persoalan hidup manusia. “Melalui karya sastra pengarang menawarkan makna kehidupan tersebut dengan cara memandang itu sebagaimana ia memandangnya” (Burhan Nurgiyantoro, 2002:71). Makna kehidupan yang ditawarkan oleh pengarang inilah yang berkaitan erat dengan tema sebuah karya sastra.

Tema secara struktural merupakan ide sentral yang menjadi ide pokok persoalan dan sangat menentukan cerita keseluruhan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, tema harus disimpulkan dari seluruh cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2002:68).

Jadi, tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang yang digunakan untuk Jadi, tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang yang digunakan untuk

2) Amanat Tema berkaitan erat dengan makna kehidupan, maka tema tentu harus sudah dipikirkan, direnungkan dan dipertimbangkan secara matang oleh pengarang. Berdasarkan tema yang telah ditentukan pengarang berusaha menyampaikan pikiran maupun renungannya ke dalam karya sastra, baik berupa pendapat, pesan atau ajaran moral. “Pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan oleh pengarang itulah yang disebut amanat” (Panuti Sudjiman, 1991:57). Jadi, antara

tema dan amanat berbentuk satu hubungan yang dipandang sebagai antara pernyataan dan jawaban. Jika tema dalam karya sastra merupakan ide sentral yang menjadi pokok permasalahan, maka amanat adalah jawabannya atau pemecahannya.

3. Pendekatan Psikologi Sastra

Pengertian psikologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal

dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan- kegiatan jiwa” (Moeliono, 1989: 704).

Bimo Walgito berpendapat bahwa “psikologi berasal dari kata Psyche yang artinya jiwa dan kata logos yang berarti ilmu pengetahuan, karena itu

psikologi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa dan ilmu jiwa” (Bimo Walgito, 2004:1).

Jiwa sendiri tidak tampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi adalah tingkah laku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan kehidupan jiwa. Oleh karena itu, psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku serta aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi hidup kejiwaan (Bimo Walgito, 2004:9).

Kehadiran psikologi dalam karya sastra dapat membantu menemukan permasalahan-permasalahan kejiwaan para pelaku. Di samping itu, dapat mengetahui gejala-gejala atau karakter tokoh-tokohnya secara mendalam. Jadi, psikologi dapat memberikan masukan yang berharga dalam penelitian sastra. Psikologi dalam karya sastra ditekankan pada penokohan, karena penokohan erat kaitannya dengan psikologi atau kejiwaan.

pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia, karena baik sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Namun antara sastra dengan psikologi juga ada perbedaannya, yaitu di dalam psikologi gejala-gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra gejala-gejala tersebut bersifat imajinatif (Suwardi Endraswara, 2003:97).

Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi. Studi ini cenderung ke arah psikologi seni di mana peneliti berusaha menangkap kondisi kejiwaan pengarang pada saat menciptakan karya sastra. Kedua, studi proses kreatif. Studi ini berhubungan dengan psikologi proses kreatif, yaitu bagaimana langkah-langkah ketika mengekspresikan karya sastra agar Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi. Studi ini cenderung ke arah psikologi seni di mana peneliti berusaha menangkap kondisi kejiwaan pengarang pada saat menciptakan karya sastra. Kedua, studi proses kreatif. Studi ini berhubungan dengan psikologi proses kreatif, yaitu bagaimana langkah-langkah ketika mengekspresikan karya sastra agar

Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren di atas, penelitian terhadap novel Raumanen mengarah pada pengertian yang ketiga, yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik analisis yang akan dilakukan diarahkan pada perkembangan jiwa tokoh yang mendukung cerita dan usaha tokoh utama dalam menemukan jati dirinya.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara psikologi dengan sastra adalah sebagai hasil aktifitas dan ekspresi manusia, sedangkan psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan kepekaan dan memberikan kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum pernah terjamah sebelumnya. Hasil yang bisa dicapai adalah kebenaran yang mempunyai nilai-nilai artistik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut (Wellek dan Warren, 1990:108).

4. Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

Teori psikologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud. Freud adalah psikolog yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Ketidaksadaran memainkan peranan yang Teori psikologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud. Freud adalah psikolog yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Ketidaksadaran memainkan peranan yang

Freud menganggap bahwa kesadaran hanya sebagian kecil saja daripada seluruh kehidupan psikis, Freud memisalkan psyche itu sebagai gunung es di tengah lautan, yang ada di atas permukaan laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan di bawah permukaan air laut —yang merupakan bagian terbesar —menggambarkan ketidaksadaran. Di dalam ketidaksadaran itulah terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi (Suryabrata, 1998:121-122).

Freud berpendapat, bahwa kepribadian tersusun dari tiga sistem pokok, yakni: Id, Ego dan Superego. Dalam kinerjanya ketiga sistem tersebut akan selalu berinteraksi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kestabilan yang telah terbentuk dari pengaruh luar maupun rangsangan-rangsangan yang lahir dari dalam, dan dari proses kinerja ketiga sistem tersebut, maka terjadilah suatu bentuk perilaku (Freud dalam Ferdinand Zaviera, 2008:93).

Id adalah lapisan psikis yang paling mendasar dan merupakan kawasan di mana Eros dan Thanatos 1 berkuasa. Disitu terdapat naluri

bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan yang direpresi (Bertens, 2006:33). Id merupakan sistem kepribadian yang berfungsi sebagai reservoir

1 Eros dan Thanatos adalah kata-kata Yunani yang masing- masing berarti “Cinta” dan “Kematian” 1 Eros dan Thanatos adalah kata-kata Yunani yang masing- masing berarti “Cinta” dan “Kematian”

Sedangkan Ego merupakan sistem yang memotivasi terjadinya suatu tindakan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan yang bersumber dari insting-insting yang dimunculkan oleh Id. Sementara itu Superego akan memunculkan batasan-batasan yang dijadikan sebagai ukuran moral bagi bentuk perilaku untuk merealisasikan suatu kebutuhan.

Pada hakekatnya perilaku yang terbentuk dari ketiga sistem tersebut merupakan realisasi dari suatu bentuk usaha untuk mewujudkan suatu keinginan, baik itu berupa keinginan tercapainya suatu maksud maupun keinginan yang berupa melepaskan diri dari suatu tekanan.

Pada suatu keadaan di mana keinginan insting merasa terancam, maka timbullah perasaan takut, dan apabila perasaan takut itu tidak dapat dikendalikan oleh Ego, maka Ego akan diliputi kecemasan.

Kecemasan adalah suatu keadaan ketegangan yang ditimbulkan oleh sebab-sebab dari luar kemudian mendorong ketiga sistem untuk memberikan respon sesuai dengan fungsi kerjanya. Dalam keadaan demikian Id akan memberikan persepsi tertentu mengenai dampak yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu kejadian berdasarkan batasan-batasan yang diberikan oleh Superego yang kemudian dijadikan dasar bagi Ego untuk mengambil inisiatif tindakan tertentu (Ferdinand Zaviera, 2008:97).

Kecemasan merupakan salah satu unsur emosi yang pernah dialami oleh setiap individu di dalam kehidupannya, karena suatu pengalaman baru yang dijumpai oleh individu dalam kehidupan ini tidak selalu menyenangkan, Kecemasan merupakan salah satu unsur emosi yang pernah dialami oleh setiap individu di dalam kehidupannya, karena suatu pengalaman baru yang dijumpai oleh individu dalam kehidupan ini tidak selalu menyenangkan,

Kecemasan adalah bentuk perasaan yang tidak mantap dan diliputi oleh semacam ketakutan oleh hal-hal yang tidak pasti atau pun hal-hal yang tidak riil dengan gejala umum: tidak bisa tidur nyenyak, gelisah, sensitif, mudah marah dan agresif sehingga mengganggu kesehatan jasmani dan rohaninya (Kartini Kartono, 1983:165).

Rasa cemas juga dialami oleh individu yang sedang menghadapi suatu konflik dan dalam keadaan tertekan. Kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi dan perasaan yang bercampur dan tidak menentu yang terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) (Dradjat, 1985:14). Kecemasan yang dialami individu dikembangkan oleh rasa ketidakberdayaan pada dirinya serta rasa takut akan kelemahan ketika dirinya membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan yang akan terjadi kelak. Kecemasan adalah rasa takut akan kelemahan, perasaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.

Kecemasan merupakan keadaan yang wajar dan normal, akan tetapi jika kecemasan yang berlangsung dibiarkan berlarut-larut dan semakin meningkat akan mengganggu kondisi individu, bahkan keadaan ini akan menimbulkan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi individu seperti timbulnya keluhan fisik dan psikis serta dapat memperburuk suatu penyakit yang diderita.

Dari batasan-batasan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kecemasan adalah suatu perasaan takut terhadap sesuatu yang tidak jelas, berasal dari dalam diri individu atau pun dari luar diri individu sebagai akibat dari pikiran-pikiran terhadap kemungkinan terjadinya suatu kejadian sehingga mengganggu kesehatan jasmani dan rohani.

Kecemasan tidak selalu berdasarkan atas kenyataan, tetapi juga berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri. Dalam menghadapi keadaan tersebut seseorang akan menunjukkan reaksi ketakutan, bahkan apabila keadaan tersebut sulit diatasi atau dikendalikan dan akan menghantui atau mengancamnya, maka ia akan mengalami kecemasan. Kekhawatiran dan panik adalah tanda-tanda kecemasan (Dimyati, 1990:236).

Freud berpendapat, bahwa kecemasan dibagi menjadi tiga macam apabila ditinjau dari sumber penyebabnya yaitu: (1) Reality anxiety (kecemasan realistis) yaitu kecemasan yang bersumber dari adanya faktor- faktor yang membahayakan individu yang berasal dari luar individu sebagai akibat dari suatu pengalaman dan taraf kecemasannya sesuai dengan tingkat ancamannya, (2) Neurotic anxiety (kecemasan neurotis) yaitu kecemasan yang bersumber dari faktor yang membahayakan sebagai akibat karena pemilihan suatu objek dorongan id (naluri), dan (3) Moral anxiety (kecemasan moral) yaitu kecemasan yang bersumber dari ancaman-ancaman terhadap system ego (ketakutan terhadap hati nurani sendiri) karena superego-nya berkembang dengan baik dan menimbulkan perasaan malu, bersalah, serta berdosa bila melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan ego ideal atau moralnya Freud berpendapat, bahwa kecemasan dibagi menjadi tiga macam apabila ditinjau dari sumber penyebabnya yaitu: (1) Reality anxiety (kecemasan realistis) yaitu kecemasan yang bersumber dari adanya faktor- faktor yang membahayakan individu yang berasal dari luar individu sebagai akibat dari suatu pengalaman dan taraf kecemasannya sesuai dengan tingkat ancamannya, (2) Neurotic anxiety (kecemasan neurotis) yaitu kecemasan yang bersumber dari faktor yang membahayakan sebagai akibat karena pemilihan suatu objek dorongan id (naluri), dan (3) Moral anxiety (kecemasan moral) yaitu kecemasan yang bersumber dari ancaman-ancaman terhadap system ego (ketakutan terhadap hati nurani sendiri) karena superego-nya berkembang dengan baik dan menimbulkan perasaan malu, bersalah, serta berdosa bila melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan ego ideal atau moralnya

Perilaku yang mungkin tampak bagi seseorang yang dilanda rasa cemas, sang pribadi akan termotivasi untuk melakukan suatu tindakan. Sang pribadi bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang membahayakan atau menuruti suara hati.

Namun, terkadang suatu kecemasan atau ketakutan itu tidak dapat ditanggulangi dengan tindakan-tindakan yang efektif. Keadaan yang demikian inilah yang dinamakan keadaan traumatik. Demikianlah beberapa teori Freud yang akan dijadikan sebagai landasan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai permasalahan yang muncul dalam novel Raumanen yakni dalam kaitannya dengan perilaku tokoh utamanya.

B. Kerangka Pikir

Novel Raumanen merupakan totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunannya, sehingga dalam mengungkap seluk beluk novel tersebut diperlukan adanya kajian struktural yang berfungsi sebagai penegasan tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Pendekatan struktural dalam penelitian ini ditekankan pada alur, penokohan, latar, tema, dan amanat yang mempunyai hubungan paling erat dengan objek yang dikaji.

Novel sangat terkait erat dengan ilmu psikologi, karena di dalamnya terdapat gambaran aktivitas kejiwaan manusia. Penerapan ilmu psikologi dalam novel Raumanen digunakan untuk mengkaji aktivitas kejiwaan tokoh utama yang dipicu oleh berbagai permasalahan yang timbul akibat jalinan cinta tanpa restu orang tua.

Penelitian ini dititik beratkan pada pembahasan tentang psikologi sastra tanpa meninggalkan analisis struktural, sehingga dalam analisisnya, dihubungkan antara unsur-unsur struktural dengan permasalahan konflik batin dalam diri tokoh utama.

Konflik batin dalam diri tokoh utama tersebut, lebih difokuskan pada kecemasan lanjutan yang dialami tokoh utama. Kecemasan ini muncul ketika ego tidak dapat lagi mengendalikan perasaan takut pada saat keinginan insting merasa terancam.

Gambar 1 Kerangka Pikir

Novel Raumanen karya Marianne Katoppo

Teori struktural

1. Alur

2. penokohan Teori Psikologi Sastra

3. Latar

4. Tema

1. Perilaku Manen menurut teori

5. Amanat

psikoanalisis Freud

2. Perilaku Monang menurut teori psikoanalisis Freud

3. Trauma psikis Manen

4. Kategori Umum Gejala-Gejala Traumatik

Kesimpulan

Langkah kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menelaah alur, tokoh, latar, tema, dan amanat yang membangun struktur novel Raumanen. Penelitian ini berfungsi untuk membantu dalam penelitian selanjutnya yaitu psikologi sastra.

2. Langkah selanjutnya yaitu, dengan menggunakan teori psikologi sastra, unsur psikologis novel Raumanen yang berupa perilaku Manen dan Monang menurut teori psikoanalisis Freud, trauma psikis Manen, dan kategori umum gejala-gejala traumatik, diteliti.

3. Langkah yang terakhir yaitu setelah meneliti unsur struktural dan unsur psikologis dalam Novel psikologis yang terkandung dalam novel Raumanen, maka dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah petunjuk yang memberi arah dan corak penelitian, sehingga dengan metode yang tepat suatu penelitian akan memperoleh hasil yang maksimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang diamati (Moleong, 2001:6).

Data deskriptif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata frase, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian ini berisi analisis data yang sifatnya menuturkan, memaparkan, memerikan, menganalisis dan menafsirkan (Soediro Satoto, 1992:15).

B. Pendekatan

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dan psikologi sastra. Psikologi dalam sastra, merupakan ilmu bantu memasuki sastra di dalam bahasan tentang ajaran dan kaidah yang dapat ditimba dari karya sastra dan berkembang dalam proses penciptaan sastra (Andre Harjana, 1994:60).

Pendekatan psikologi sastra dilakukan untuk mengetahui psikologi tokoh- tokoh dalam novel Raumanen yang berkaitan dengan kepribadian tokoh, konflik Pendekatan psikologi sastra dilakukan untuk mengetahui psikologi tokoh- tokoh dalam novel Raumanen yang berkaitan dengan kepribadian tokoh, konflik

C. Objek Penelitian