buku potret imigrasi negara sahabat soft1

(1)

POTRET IMIGRASI

NEGARA SAHABAT


(2)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelang­ garan hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin

Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana

dimak sud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).


(3)

POTRET IMIGRASI

NEGARA SAHABAT


(4)

POTRET IMIGRASI NEGARA SAHABAT Copyright© DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

Tim Penulis: Anggiat Napitupulu

Ibnu Ismoyo Heru Tjondro Erwyn F. R. Wantania

Agus Abdul Majid Andry Indrady Wilopo Hermansyah Siregar Dwi Widodo Hongky Juanda Edwan Febiarman Ageng Pribadi Ujo Sujoto Soeliestyo Probowaie Lumaksono Teodorus Simarmata Dedi Seiana Jamaruli Manihuruk Muhammad Hayat Henri

Tim Editor: Asep Kurnia Lera Kira Irademor Gregorius

Fidelia Fitriani Indira Maharani Sanjaya Adhya Pandunagri Mochtar

Diterbitkan oleh: DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI Jl. H.R Rasuna Said Kav.X-6 Kuningan-Jakarta Selatan

Telp: 021 5224658 Email: humas@imigrasi.go.id Cetakan Pertama – Agustus 2016 Lay Out & Desain Cover: Panjibudi

Sumber Foto Sampul: siwallpaperhd.com & siwallpaperhd.com ISBN: 978-979-18207-9-0

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang menguip dan mempublikasikan


(5)

SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena tahun ini Direktorat Jenderal Imigrasi dapat kembali mener bitkan buku dengan judul ”Potret Imigrasi Negara Sahabat”. Buku ini merupakan himpunan tulisan dari para Pejabat Imigrasi pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri periode 2014-2016.

Saat ini fungsi imigrasi terdapat pada 19 (sembilan belas) Perwakilan Republik Indonesia di 14 (empat belas) negara dan entitas. Selain melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan dan penegakan hukum keimigrasian pada Perwakilan Republik Indonesia di tempatnya bertugas, para Pejabat Imigrasi tersebut juga turut melaksanakan fungsi kerja sama keimigrasian dengan institusi imigrasi di negara wilayah akreditasi.

Seiring dengan meningkatnya volume lalu-lintas manusia antar negara berikut permasalahan yang menyertainya, maka Imigrasi Indonesia perlu mengetahui bagaimana institusi keimigrasian negara-negara asing berperan menghadapi tantangan tersebut.


(6)

Buku ini sangatlah penting bagi jajaran Imigrasi, karena selain memberikan gambaran umum mengenai pemerintahan negara dimaksud, buku ini juga memberikan gambaran terperinci mengenai struktur organisasi serta pelaksanaan pelayanan dan penegakan hukum keimigrasian di negara akreditasi. Untuk itu, saya berharap buku ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dalam meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian negara-negara di dunia.

Oleh karena itu, saya menyambut baik terbitnya buku ini dan memberikan apresiasi kepada para penulis dan penyusun yang telah bekerja keras dan meluangkan waktu dan menyumbangkan pemikiran untuk penyelesaian buku ini.

Salam Pembaharuan! Ronny F. Sompie


(7)

PENGANTAR EDITOR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya kami dapat menyelesaikan buku yang berjudul ”Potret Imigrasi Negara Sahabat”. Buku ini kami dedikasikan untuk jajaran Imigrasi sebagai salah satu referensi dalam peningkatan pemahaman terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian negara-negara di dunia. Buku ini merupakan potret institusi Imigrasi di negara-negara terpilih.

Penulis buku ini adalah para Pejabat Imigrasi pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri. Penulisan dan penyusunan buku ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Rapat Koordinasi Bidang Imigrasi Perwakilan Republik Indonesia Tahun 2015 di Jakarta, yang kemudian disempurnakan kembali melalui Rapat Koordinasi Bidang Imigrasi Perwakilan Republik Indonesia Tahun 2016 di Singapura.

Tulisan dalam buku ini dituangkan dalam bentuk gambaran umum mengenai pemerintahan negara akreditasi yang dilanjutkan dengan gambaran terperinci mengenai


(8)

struktur organisasi, serta pelaksanaan pelayanan dan penegakan hukum keimigrasian di negara tersebut.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna serta masih memerlukan berbagai masukan dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akan tetapi kami berharap agar tulisan ini dapat menjadi jendela untuk mengenal dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian di negara-negara sahabat.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan per-mohonan maaf kepada para pihak, apabila dalam tulisan di buku ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan.

Jakarta, Agustus 2016 Asep Kurnia


(9)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI ...v PENGANTAR EDITOR ...vii  AMERIKA SERIKAT:

United States Department of Homeland Security ... 1  ARAB SAUDI:

Al Mudiriah Al-Aamah Lil Jawazat Fi Saudi Arabia ... 17  AUSTRALIA:

Department of Immigration and Border Protection ... 41  BELANDA:

Imigratie-en Naturalisatie Dienst ... 73  FILIPINA:

Bureau of Immigration of the Philippines ... 87  JEPANG:

Immigration Bureau of Japan ... 107  JERMAN:

Ausländerbehörde Bundesministerium des Inneren...139  MALAYSIA – KUALA LUMPUR:

Jabatan Imigresen Malaysia ... 161  MALAYSIA – JOHOR BAHRU:


(10)

 MALAYSIA – KUCHING:

Jabatan Imigresen Malaysia ... 215  MALAYSIA – PENANG:

Jabatan Imigresen Malaysia ... 245  MALAYSIA – TAWAU:

Jabatan Imigresen Malaysia ... 263  TAIWAN:

National Immigration Agency ... 273  THAILAND:

Immigration Bureau of Thailand ... 287  TIMOR LESTE:

Immigration Service of Timor Leste ... 305  TIONGKOK-BEIJING:

Bureau of Exit and Entry Administration ... 317  TIONGKOK-GUANGZHOU:

Bureau of Exit and Entry Administration ... 341  TIONGKOK – HONG KONG:

Immigration Department of the Hong Kong SAR ... 359  SINGAPURA:


(11)

United States Department

of Homeland Security

o le h:

A ng g ia t Na p itup ulu

Ko nsul Imig ra si KJRI Lo s Ang e le s, Ame rika Se rika t

Amerika Serikat merupakan migrant country di mana pada mulanya keberadaan penduduk pribumi belum dalam bentuk suatu kebangsaan dengan mendiami wilayah berdasarkan kesukuan. Kemudian kolonialisme dari Eropa dengan membawa budak dari Afrika dan Asia Timur menjadikan wilayah kesukuan tersebut membentuk suatu negara, a dream land. Sejak saat itu arus migran ke tanah Amerika terus mengalir. Sampai saat ini, jumlah imigran yang masuk ke Amerika Serikat tiap tahunnya terus bertambah, dan dapat diprediksi bahwa setiap ada gejolak di suatu wilayah maka arus migran pasti meningkat.


(12)

Makna keimigrasian baru muncul pada tahun 1790 ketika dilakukan sensus pertama kali guna mengetahui komposisi penduduk. Namun demikian, kebijakan saat itu mengecualikan penduduk pribumi dan para budak (Afrika dan Asia) dari status kewarganegaraan. Status kewarganegaraan hanya diberikan bagi ‘kulit putih’ yang berasal dari negara tertentu di Eropa atau kaum Yahudi. Ketika itu peraturan naturalisasi ditetapkan bahwa ‘kulit putih’ dapat mengajukan naturalisasi menjadi warga negara Amerika Serikat setelah 2 (dua) tahun dan memiliki karakter moral yang baik. Selanjutnya masa tinggal ini diamandemen menjadi minimal 5 (lima) tahun dan berlaku sampai saat ini. Sedangkan naturalisasi bagi keturunan Afrika baru dapat diberikan pada tahun 1870.

Sampai dengan awal abad XIX terdapat 2 (dua) kebijakan keimigrasian yaitu bahwa pemerintah dapat mengusir orang asing yang dipandang dapat membahayakan kedamaian dan keamanan Amerika Serikat, serta melarang masuk setiap orang yang mempunyai pandangan kritis terhadap pemerintahan federal. Setiap periode pemerintahan, keimigrasian tidak pernah luput sebagai objek perpolitikan.

Sejak berdirinya negara Amerika Serikat, keimigrasian dijadikan ‘senjata’ baik menghadapi perkembangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Pasca peristiwa 11 September 2001 lembaga keimigrasian yang menginduk pada Immigration and Naturalization Service diperkuat menjadi Department of Homeland Security (DHS) yang menggabungkan unsur keimigrasian, kepabeanan, beberapa lembaga intelijen, pengawasan senjata, dan lainnya. Hal ini menjadikan DHS


(13)

sebagai lembaga federal terbesar dan terkuat kedua setelah lembaga militer. Keseluruhan personel pada DHS mencapai lebih dari 240.000 orang.

Struktur organisasi DHS memperlihatkan bahwa fungsi pengawasan perlintasan manusia masuk dan keluar Amerika Serikat, serta pengawasan keberadaan orang asing, pemberian izin keimigrasian, pemberian status orang asing (suaka dan pengungsi) dan pewarganegaraan, serta penegakan hukumnya di dalam wilayah Amerika Serikat dilaksanakan oleh U.S. Customs and Border Protection, U.S. Citizenship and Immigration Services, U.S. Immigration and Customs Enforcement, dan U.S. Transportation Security Administration. Masing-masing lembaga bekerja mandiri dan keorganisasian di dalam DHS bersifat holding.

POLITIK KEIMIGRASIAN

Amerika Serikat sebagai migrant country senantiasa menjadikan keimigrasian sebagai isu untuk mendapat simpati di dalam negeri maupun luar negeri. Peristiwa 11 September 2001 menjadi salah satu tonggak kokoh keimigrasian Amerika Serikat. Keimigrasian dijadikan sebagai lembaga negara yang dapat mencegah dan membendung arus teroris baik manusia maupun barang perlengkapannya. Meskipun dasar hukum yang dipakai adalah undang-undang keimigrasian tahun 1952 yang telah beberapa kali diamandemen. Politik keimigrasian Amerika Serikat tetap menjadikannya sebagai migrant country. Politik keimigrasian Amerika Serikat selalu berkembang seiring dengan dinamika perkembangan di


(14)

dalam negeri dan luar negeri. Ada pun fase perkembangannya sebagai berikut:

Keimigrasian sebagai Alat Penguatan Security Negara

Kebijakan ini diterbitkan pada awal berdirinya negara Amerika dan sebagai siasat untuk menghadapi Perancis yang telah membantu saat terjadi Perang Saudara. Hal ini dilakukan untuk menutup pergerakan kaum konfederasi, serta sebagai upaya untuk menghindari pembayaran hutang kepada Perancis yang telah bersekutu selama perang saudara, sementara perdamaian dengan Inggris telah ditandatangani. Keimigrasian dijadikan ilter untuk mencegah masuknya orang asing berbahasa Prancis;

Keimigrasian sebagai Alat Pemurnian Negara

Kebijakan ini dimunculkan mulai 1850-an seiring dengan semakin banyaknya imigran dari Eropa, khususnya Jerman dan Irlandia, serta pekerja dari China, sehingga melalui kebijakan keimigrasian arus migrasi tersebut dibendung. Kebijakan ini bertahan sampai tahun 1917. Hal ini guna mencegah penyebaran agama tertentu dan guna menjaga keseimbangan komposisi warga negara.

Pada Tahun 1921 Lahir Kebijakan Emergency Quota Act 1921

Secara implisit kebijakan ini membatasi arus migran berdasarkan negara tertentu. Seiring dengan perkembangan politik dan keamanan di Eropa Timur dan Selatan dimana


(15)

gerakan fasisme dan komunisme sudah semakin berkembang. Secara langsung periode ini menjadikan keimigrasian sebagai alat politik untuk membendung masuknya paham-paham yang tidak diinginkan.

Kebijakan Scapegoat (Kambing Hitam)

Seiring dengan krisis ekonomi pada tahun 1930-an dan diikuti dengan kekeringan yang parah menyebabkan pemerintah Amerika Serikat nyaris bangkrut karena harus mengeluarkan alokasi biaya besar untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, maka dikeluarkan kebijakan untuk mengusir atau mendeportasi kaum imigran, terutama dari Meksiko. Pendekatan ini digunakan untuk mengurangi subsidi negara terhadap masyarakat kelas bawah terutama kaum migran. Pada era ini lebih dari satu juta orang asal Meksiko dideportasi.

Pencarian Identitas Nasional

Kebijakan keimigrasian sebelumnya belum diformulasi-kan dalam satu Undang-Undang, sehingga kapan saja mudah untuk dirubah, maka pada tahun 1952 dikeluarkan Undang-Undang Keimigrasian dengan kebijakan bahwa meskipun Amerika Serikat adalah migrant country, tetapi identitas kebangsaan Amerika harus diperjelas. Undang-Undang ini kembali memperkuat konsep ”pemurnian” identitas nasional sehingga keimigrasian berfungsi sebagai alat untuk menyaring para migran berdasarkan ‘ras’.


(16)

Visa System

Menyadari bahwa kebijakan ‘penyaringan’ ras bukan merupakan hal yang positif, terutama untuk pertumbuhan ekonomi, pada tahun 1965 dilakukan amandemen atas Undang-Undang Keimigrasian tahun 1952 dimana ilter atas dasar ras dan kebangsaan dihapus, dan diterapkan sistem visa sebagai ilter.

Imigrasi Penjaga Kedaulatan Negara

Sesuai dengan amandemen tahun 1990 dan pasca 11 September 2001 terjadi pengkajian ulang atas kebijakan keimigrasian dan disadari bahwa salah satu jalan untuk menjaga kedaulatan negara (terutama dari ancaman teroris) adalah penguatan institusi imigrasi. Untuk itu imigrasi diberi kewenangan dapat melakukan upaya represif lebih luas, sekaligus menjamin keamanan ekonomi.

Perkembangan globalisasi dan adanya gerakan radikal di beberapa negara dan wilayah menjadikan keimigrasian Amerika Serikat mengetatkan persyaratan layanannya dan memperkuat peran security dan penegakan hukumnya. Untuk pelaksanaan fungsi tersebut di dalam DHS didistribusikan ke beberapa lembaga.


(17)

ORGANISASI KEIMIGRASIAN


(18)

U.S. Customs and Border Protection

Tugas United States Customs and Border Protection (USCBP) adalah memastikan keamanan negara dengan mencegah masuk manusia dan barang yang membahayakan negara, sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi di tingkat global melalui perlintasan manusia dan perdagangan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai hukum yang berlaku di Amerika Serikat.

USCBP memiliki 60.000 pegawai dengan tugas menegakkan aturan di bidang keimigrasian, kepabeanan, pertanian (karantina hewan dan tumbuhan), serta keamanan perbatasan. Banyaknya aturan yang diemban oleh USCBP dengan tujuan untuk memastikan penegakan hukum dan pelayanan sekaligus. Ada pun produk layanan yang dihasilkan oleh USCBP adalah terselenggaranya pelayanan perlintasan manusia yang akan masuk dan keluar Amerika Serikat dengan berkepastian, dan penyelenggaraan proses masuk dan keluar barang melalui ‘gerbang’ darat, udara, dan laut. Setiap hari USCBP rata-rata memproses perlintasan manusia mencapai satu juta orang dan proses arus barang mendekati 70.000 kontainer. Pelaksanaan pelayanan berupa clearance orang keluar dan masuk melalui ‘gerbang’ internasional bekerjasama dengan Transportation Security Administration (kerja sama dan kesepakatan antar dua lembaga tanpa intervensi induk organisasi).

Penegakan hukum USCBP tidak hanya berada di ‘gerbang’ perbatasan, tetapi juga melakukan upaya represif mencapi wilayah di luar daerah perbatasan (darat, udara, dan laut). Upaya represif yang dapat dilakukan antara penangkapan


(19)

tersangka, dan penyitaan barang. Oleh karena itu, USCBP juga dapat melakukan patrol (random) di negara bagian yang berada di wilayah perbatasan.

U.S. Citizenship and Immigration Services

United States Citizenship and Immigration Services (USCIS) merupakan sentra pengurusan izin migrasi ke Amerika Serikat sebagai upaya tetap menjaga status negara sebagai negara migran, serta memiliki 19.000 orang pegawai yang tersebar di 223 kantor. Ada pun produk layanan USCIS adalah perpanjangan izin tinggal, pemberian status keimigrasian, dan pemberian status kewarganegaraan. Di samping itu, USCIS sangat berperan dalam penerbitan visa oleh perwakilan Amerika Serikat di luar negeri yaitu sebagai penyaji data utama atas setiap informasi yang terkait dengan permohonan visa. Meskipun pengurusan visa ke Amerika di kantor perwakilannya dilaksanakan oleh fungsi konsuler, namun keputusan inal ditentukan oleh USCIS dengan mekanisme bahwa seluruh permohonan visa di perwakilannya harus terhubung dengan database USCIS di mana data tersebut telah mereka periksa seluruh informasi perusahaan, lembaga pendidikan internasional, lembaga kesehatan, lembaga sosial masyarakat, lembaga keagamaan, dan informasi perorangan.

Amerika Serikat merupakan state party atas Konvensi Wina 1951 tentang penanganan pengungsi, serta menganut multi-kewarganegaraan, untuk itu USCIS juga dijadikan institusi yang memproses permohonan status pencari suaka,


(20)

pengungsi, dan naturalisasi. Untuk setiap permohonan naturalisasi USCIS tidak akan mengkoordinasikan atau meminta pemohon untuk mengurus sesuatu dari perwakilan negara asalnya. USCIS bukan merupakan lembaga law enforcement.

U.S. Transportation Security Administration

United States Transportation Security Administration (USTSA) bertugas untuk melindungi sistem keamanan transportasi Amerika Serikat guna tercipta perlintasan manusia dan ekonomi secara baik. Lembaga ini dijadikan perpanjangan tangan USCBP untuk melakukan clearance perlintasan manusia, yaitu untuk perlintasan darat, laut, dan udara melaksanakan pemeriksaan keabsahan dokumen perjalanan dan visa. Sedangkan untuk perlintasan USTSA melakukan pemeriksaan identitas diri setiap penumpang saat sebelum naik ke alat angkut. Perkembangan terakhir bahwa USTSA seluruh negara bagian telah mensyaratkan bahwa setiap penumpang pesawat, kereta api, dan kapal laut wajib memperlihatkan identitas, dan bagi orang asing jika diperlukan memperlihatkan paspor kebangsaannya.

USTSA merupakan lembaga baru di dalam pemerintahan Amerika Serikat yang dibentuk pasca peristiwa 11 September 2001 dan ditempatkan sebagai lembaga federal. Saat ini terdapat hampir 60.000 pegawai yang bertugas di TSA.


(21)

U.S. Immigration and Customs Enforcement

United States Immigration and Customs Enforcement (USICE) terbentuk pada tahun 2003 yang merupakan penggabungan unsur penegakan hukum kepabeanan, imigrasi dengan tugas utama menjaga keamanan negara dan menjamin keselamatan masyarakat melalui penegakan hukum keimigrasian, kepabeanan, perdagangan, serta pengawasan perbatasan. Untuk melaksanakan tugas tersebut USICE lebih berkonsentrasi pada hukum keimigrasian dengan upaya mencegah terorisme, dan memerangi perpindahan manusia dan barang secara ilegal.

USICE memiliki pegawai lebih dari 20.000 orang dengan 400 kantor di dalam negeri dan 48 di luar negeri. 2 (dua) tugas yang paling menonjol dari USICE, yaitu pelaksanaan penyidikan dan pendeportasian (removal).

Pada tahun 2015 lembaga ini telah mendeportasi orang asing sebanyak 235.413 orang, hanya sekitar 40% tanpa melalui pengadilan umum karena murni pelanggaran keimigrasian. Untuk itu, alokasi anggaran DHS banyak terserap ke USICE mengingat bahwa segala biaya proses pendeportasian menjadi tanggung jawab pemerintah. 3 (tiga) tahun terakhir jumlah orang asing yang dideportasi cenderung berkurang, akan tetapi hal tersebut bukan dikarenakan semakin taat hukumnya orang asing di Amerika Serikat. Kecenderungan tersebut dikarenakan anggaran yang ketat. Oleh karena itu sesuai dengan kebijakan penanganan pelanggaran keimigrasian pada November 2014 bahwa fokus pendeportasian adalah orang asing yang terlibat dengan


(22)

kejahatan serius, orang asing yang mengancam keselamatan masyarakat dan keamanan nasional.

Sebagai lembaga penyidikan federal, USICE merupakan institusi yang disegani di Amerika Serikat, sehingga segala pelanggaran hukum yang kecenderungan dilakukan orang asing terlebih dahulu ditangani oleh lembaga ini. Untuk pelaksanaan operasional lapangannya USICE sering melibatkan USCBP. Mengingat bahwa Amerika Serikat memiliki batas darat yang cukup panjang dengan Meksiko dan Kanada, serta perairan yang terbuka dengan negara-negara latin, maka konsentrasi banyak ditujukan ke daerah tersebut.

DHS sebagai induk organisasi keimigrasian terus mendorong para stakeholder untuk mengembangkan masing-masing lembaga guna mencapai kinerja yang optimal tanpa harus merubah kebijakan yang sudah ditetapkan. Pemanfaatan teknologi informasi sudah sedemikian baik dengan terus-menerus mencegah terjadinya kebocoran informasi. Mengingat bahwa migran di Amerika Serikat juga memberi kontribusi yang tidak sedikit bagi perekonomian, terutama pajak, maka pada bulan November 2014 dikeluarkan kebijakan bahwa yang menjadi prioritas tindakan deportasi adalah orang asing yang terlibat kriminal dan membahayakan keamanan negara. Hal ini memberi peluang bagi para migran yang memiliki izin keimigrasian yang kadaluarsa untuk tetap berada di wilayah Amerika Serikat dan bekerja secara informal. Dengan demikian aliran pajak tetap masuk ke kas negara. Untuk mengimbanginya maka proses masuk lebih diperketat.


(23)

Pendistribusian lembaga yang terkait dengan keimigrasian di dalam DHS berdasarkan proporsi beban kerja yang terdapat di dalam negara bagian dan county (pemerintahan kolektif beberapa kota) dengan struktur organisasi yang berbeda-beda, bahkan di suatu kantor hanya terdiri, supervisor, agen, dan staf. Oleh karena itu DHS sendiri tidak memiliki perwakilan di negara bagian.

Pengolahan dan penyajian data menjadi obyek pe-ngembangan DHS, sehingga segala upaya terus dilakukan untuk menarik lembaga-lembaga pemerintahan terkait dengan kesisteman yang dimiliki oleh DHS, dan selanjutnya lembaga-lembaga tersebut dijadikan konsumen. Salah satunya untuk penerbitan paspor.

Penerbitan paspor di Amerika Serikat dipandang bukan merupakan fungsi keimigrasian, proses penerbitannya dilaksanakan oleh Department of State (Kementerian Luar Negeri) yaitu dilaksanakan oleh Biro Konsuler dengan mengandalkan 3 (tiga) pusat ajudikasi dan 2 (dua) pusat penerbitan paspor yang terkoneksi dengan database yang dimiliki oleh USCIS. Meskipun penerbitan paspor tidak dilaksanakan oleh lembaga keimigrasian, namun penentunya tetap lembaga keimigrasian.

PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

Negara Republik Indonesia memiliki beberapa perwakilan di Amerika Serikat, antara lain Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York, Konsulat Jenderal


(24)

Republik Indonesia di New York, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Chicago. Kedua Konsulat ini diharapkan dapat melaksanakan perlindungan dan pelayanan WNI di pantai Timur Amerika Serikat. Sedangkan untuk wilayah tengah terdapat Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Houston. Perlindungan dan pelayanan WNI di Pantai Barat Amerika Serikat diharapkan dilaksanakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di San Francisco, California bagian Utara, dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles, California bagian Selatan.

California dengan ibu kota Sacramento memiliki keistimewaan bagi Pemerintah Indonesia dimana hal ini dapat terlihat dengan dibukanya 2 (dua) Perwakilan Republik Indonesia yaitu di San Francisco dan di Los Angeles. Secara kasat mata sulit menggambarkan keistimewaan negara bagian ini mengingat pembangunan yang sedemikian widespread, sehingga hampir tidak ada titik konsentrasi pembangunan pada daerah tertentu. Kemungkinan yang menjadi daya tariknya bagi Indonesia antara lain, secara geograis yaitu California berada di tepi samudra pasiik yang memudahkan akses orang dan barang, iklim yang tidak memiliki musim dingin yang ekstrim seperti di Pantai Timur Amerika Serikat.

Sementara itu di kota Los Angeles dengan aneka budaya suku bangsa penghuninya memiliki industri pendidikan dan perilman yang telah menarik minat orang dari kalangan kelas menengah untuk mengadu peruntungannya. Hal ini bisa terlihat dari komunitas Indonesia yang ada di wilayah Los Angeles (greater Los Angeles) tercatat sekitar 51.000 orang. Sementara itu Bandara Internasional Los Angeles


(25)

(LAX) merupakan penghubung utama antara Amerika Serikat dengan negara lainnya di wilayah Asia, khususnya Asia bagian timur.

Oleh karena itu, fungsi teknis keimigrasian pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia Los Angeles dipandang sangat perlu bukan hanya untuk pelaksanaan pelayanan bagi WNI dalam penerbitan dokumen perjalanan, pelayanan penerbitan visa bagi orang asing yang akan ke Indonesia, tetapi juga pelaksanaan perlindungan WNI dan pengawasan keimigrasian. Peran diseminasi informasi terkait keimigrasian juga diteruskan ke Perwakilan Republik Indonesia lainnya di dalam negara penempatan, sebagai contoh sosialisasi dan koordinasi antar perwakilan mengingat bahwa di dalam negara penempatan Staf Teknis Imigrasi hanya ada di Los Angeles.

Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia Los Angeles berada di 3457 Wilshire Boulevard, Los Angeles, California 90010 tepatnya berada di Korean Town menempati suatu bangunan yang dibangun pada era 1930-an dengan gaya artdeco dan sampai saat ini kondisi bangunan tetap dipertahankan (https://youtu.be/gGHII_I4tKU). Gedung ini dimiliki dan ditempati oleh Perwakilan Republik Indonesia pada tahun 1981.


(26)

(27)

Al Mudiriah Al฀Aamah Lil

Jawazat Fi Saudi Arabia

o le h: Ib nu Ism o yo

Ko nsul Imig ra si KJRI Je d d a h, Ara b Sa ud i

Awal mula dari berdirinya Imigrasi di Saudi Arabia dimulai ketika pada tahun 1343 H (1924 M) Kerajaan Arab Saudi berinisiatif untuk membentuk suatu instansi yang menangani tentang permasalahan keimigrasian dan kewarganegaraan. Seiring dengan masuknya warga negara asing dari Jazirah Arab atau kawasan sebagian Afrika dan Timur Tengah maupun dari negara lain yang masuk ke wilayah negara Saudi Arabia untuk kepentingan ibadah umrah maupun haji di Madinah dan Makkah, serta masuknya imigran berkaitan dengan kepentingan ekonomi


(28)

dan keamanan seperti dari daerah (dulu belum semuanya sudah merdeka atau menjadi negara) Mesir, Sudan, Maroko, Aljazair, Kenya, Ethiopia, Eritrea dan lainnya di kawasan (saat ini ”benua”) Afrika, maupun daerah Syria, Yaman, Libanon, Iran, India, Pakistan, Bangladesh di kawasan Asia Selatan, daerah Turki di kawasan Eropa. Untuk kepentingan ini dibentuklah sebuah instansi Imigrasi yang pada waktu itu digabungkan dan berada di bawah wewenang Direktorat Jenderal Kepolisian dengan berbentuk sebagai suatu Bagian Keimigrasian dan Kewarganegaraan. Kantor Imigrasi pertama tahun 1343 H tersebut dikenal sebagai Kantor Pengawas Pendaftaran Asing berkedudukan di Makkah.

Bagian Keimigrasian dan Kewarganegaraan tersebut yang didirikan pertama kali di Makkah bertugas untuk melakukan pengawasan dan pendaftaran Orang Asing yang semua kegiatannya dibawah naungan dan tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Kepolisian wilayah Makkah. Selanjutnya pada tahun 1349 H (1930 M) dikeluarkan Keputusan dari Kerajaan Arab Saudi nomor 344 yang menginstruksikan kepada seluruh Kantor Polisi di wilayah Makkah untuk menangani masalah keimigrasian yaitu pengawasan keberadaan dan izin tinggal Orang Asing yang berada di wilayah Makkah.

Dalam perkembangannya yaitu pada tahun 1356 H (1937 M) diberlakukan suatu peraturan bahwa setiap warga negara asing yang berada dan tinggal di Arab Saudi wajib memiliki Izin Tinggal (Iqamah). Semua warga negara asing yang ingin memperoleh Iqamah agar mendaftarkan diri ke Bagian Keimigrasian dan Kewarganegaraan yang berada di Kantor


(29)

Kepolisian terdekat. Melengkapi pengaturan kewajiban Orang Asing untuk memiliki Iqamah ini, pada tahun 1358 H (1939 M) terbitlah Perintah Tertinggi dari Kerajaan Saudi Arabia nomor 17/3/2 tanggal 19/01/1358 H (11 Maret 1939) yang dimuat di Koran Ummul Qura pada Edisi 746 tanggal 10/02/1358 H (01 April 1939) mengenai peraturan paspor.

Pengaturan kewajiban Orang Asing untuk memiliki Iqamah yang diterbitkan pada tahun 1358 H (1939 M) kemudian diperbaharui dengan peraturan mengenai bertempat tinggal di Saudi Arabia bagi Orang Asing dengan didasari Perintah Tertinggi dari Kerajaan Saudi Arabia nomor 17-2/25/1337 yang diterbitkan tanggal 11/09/1371 H (04 Juni 1952), yang mana didalamnya terdapat 65 pasal yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan keberadaan dan kegiatan Orang Asing yang tinggal di wilayah Saudi Arabia.

Perkembangan kelembagaan keimigrasian di Saudi Arabia kemudian akhirnya dipisahkan dari Kepolisian Saudi Arabia untuk menjadi lebih mandiri pada tanggal 05/11/1380 H (21 April 1961) melalui Keputusan dari Dewan Menteri nomor 571. Dalam keputusan ini dengan memisahkan Bagian Keimigrasian dan Kewarganegaraan dari Direktorat Jenderal Kepolisian dan membentuk Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kewarganegaraan yang berhubungan langsung dan dibawah kendali Kementerian Dalam Negeri dan Status Sipil dari semula yang berada di bawah Departemen Keamanan Publik. Sebagai Direktur Jenderal Imigrasi dan Kewarganegaraan yang pertama adalah Ustadz Abdullah Yahya Al Jufri. Sama halnya dengan di Indonesia yang untuk pejabat Imigrasi-nya perlu melalui pendidikan khusus, melalui Peraturan


(30)

Kementerian Dalam Negeri nomor 90/S tanggal 24/10/1391 H (13 Desember 1971) pertama kali dibentuk dan dimulainya lembaga pendidikan bagi calon pegawai Imigrasi dan Kewarganegaraan. Keberadaan lembaga pendidikan pegawai Imigrasi ini makin diperkuat dengan adanya:

a. Persetujuan Departemen Keuangan Kerajaan Saudi Arabia melalui peraturan nomor 1993/1392; dan b. Peraturan Kementerian Dalam Negeri nomor 1195

tanggal 10/05/1393 H (11 Juni 1973) berkaitan dengan perintah untuk membangun sebuah gedung Akademi Imigrasi untuk calon pejabat di bidang keimigrasian yang didalamnya dididik dan diberikan pelatihan militer agar siap menghadapi permasalahan keimigrasian.

Melalui Keputusan Menteri tanggal 24/10/1391 inilah merupakan tahap awal pelaksanaan militerisasi untuk pelatihan dan pendidikan pegawai Imigrasi di Kantor Imigrasi. Lembaga pendidikan atau institut Kantor Imigrasi untuk mempersiapkan pelatihan pegawai secara militer dan teknis untuk dipersiapkan penugasannya di berbagai kantor imigrasi.

Tugas-tugas keimigrasian dan kewarganegaraan yang dalam kendali Kementerian Dalam Negeri ini berkembang semakin kompleks di Saudi Arabia, sehingga kemudian Dewan Menteri merasa perlu untuk menugaskan Wakil Menteri Dalam Negeri untuk membantu menangani tugas keimigrasian dan kewarganegaraan. Untuk itu, kemudian Dewan Menteri menerbitkan petunjuk nomor 1001 pada tanggal 09/11/1391 H (27 Desember 1971) yang berisikan


(31)

perintah kepada Menteri Dalam Negeri agar menugaskan Wakil Menteri di Kementerian Dalam Negeri untuk membantu di Direktorat Jenderal Imigrasi.

Pada akhirnya kelembagaan Direktur Jenderal Imigrasi dan Kewarganegaraan ini dipisah dengan Peraturan nomor 1039/T tanggal 09/10/1395 H (15 Oktober 1975) tentang pemisahan Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kewarganegaraan menjadi dua Direktorat Jenderal yaitu Direktorat Jenderal Imigrasi dan Direktorat Jenderal Pencatatan Sipil. Selanjutnya dalam pelaksanaannya pada tahun 1982 melalui Keputusan Tertinggi Kerajaan Arab Saudi nomor 21633 pada tanggal 15/09/1402 H (07 Juli 1982) yang menerangkan tentang pemisahan Direktorat Jenderal Imigrasi dan Direktorat Jenderal Catatan Sipil adalah dimulai terhitung sejak tanggal 01/07/1403 H (14 April 1983). Direktur Jenderal Imigrasi bertanggung jawab langsung kepada Menteri Dalam Negeri dan wakilnya. Direktur Jenderal Imigrasi yang ditunjuk pada waktu itu adalah Jenderal Abdul Qodir Abdul Hay Kamal. Sejak saat itu melalui Keputusan Tertinggi Kerajaan Arab Saudi nomor 21633 itu diperintahkan pula untuk dibangunnya Kantor Imigrasi sendiri dan mengatur semua administrasi perkantoran sendiri di tiap-tiap wilayah administratif di Saudi Arabia.


(32)

Pe ta ne g a ra Sa ud i Ara b ia

Penempatan Kantor Imigrasi yang dikenal dengan Jawazat di Kerajaan Saudi Arabia adalah pada 13 (tiga belas) wilayah administratif setingkat provinsi:

1. Al Jawf dengan Ibukota di Sakaka;

2. Perbatasan Utara dengan Ibukota di Arar; 3. Tabuk dengan Ibukota di Tabuk;

4. Ha’il dengan Ibukota di Ha’il;

5. Al Madinah dengan Ibukota di Medina; 6. Al Qasim dengan Ibukota di Buraidah; 7. Makkah dengan Ibukota di Mecca; 8. Al Riyadh dengan Ibukota di Riyadh;


(33)

9. Provinsi Timur dengan Ibukota di Dammam; 10. Al Bahah (Baha) dengan Ibukota di Al Bahah; 11. Asir dengan Ibukota di Abha;

12. Jizan dengan Ibukota di Jizan; 13. Najran dengan Ibukota di Najran.

Pada setiap wilayah administratif tersebut terdapat Jawazat di setiap daerah setingkat Kabupaten. Direktur Jenderal Imigrasi sejak tanggal 09/01/1435 H (13 November 2013) sampai dengan sekarang dijabat oleh Sulaiman bin Abdul Aziz Al Yahya.

STRUKTUR ORGANISASI

Institusi Imigrasi di Saudi Arabia bukan merupakan satu-satunya Direktorat Jenderal yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri. Selain membawahi Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Dalam Negeri juga membawahi beberapa Direktorat Jenderal seperti Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil dan Direktorat Jenderal Penjaga Perbatasan. Direktorat Jenderal Imigrasi dalam tatanan bahasa Saudi Arabia dikenal juga dalam nomenklatur Direktorat Jenderal Biro Imigrasi. Direktorat Jenderal Imigrasi membawahi Direktur Biro Imigrasi yang tersebar di 13 (tiga belas) provinsi.

Direktur Biro Imigrasi yang disebut sebagai Mudir Am

Jawazat Mantiqah membawahi Kantor Imigrasi yang

tersebar diseluruh kota setingkat kabupaten di Saudi Arabia. Untuk setingkat Mudir Am Jawazat Mantiqah lazimnya dengan pangkat Mayor Jenderal. Adapun Kepala Kantor


(34)

Imigrasi ditingkat Kabupaten/Kota ini disebut sebagai Mudir Jawazat Muhafazat yang pada umumnya berpangkat Brigadir Jenderal. Selain ada dipusat kota terdapat juga Maktab Jawazat di Tarhil (Penjara). Fungsi Maktab Jawazat adalah untuk menerima limpahan para tahanan yang telah selesai masa pidana atau hukumannya dalam rangka persiapan pendeportasian. Selain Kantor Imigrasi terdapat pula Rumah Detensi pusat berada di Perbatasan Jeddah-Makkah yang dikenal sebagai Tarhil Sumayshi. Secara umum struktur keorganisasian Direktorat Jenderal Biro Imigrasi digambarkan:


(35)

Menteri Dalam Negeri

(Dijabat oleh Putra Mahkota yang merangkap sebagai Wakil Perdana Menteri)

Deputi Menteri Dalam Negeri Direktur Jenderal Biro Imigrasi

Wakil Direktur Jenderal Biro Imigrasi

Direktur Biro Imigrasi di wilayah Hail Direktur Biro Imigrasi di wilayah Aljwf Direktur Biro Imigrasi di wilayah Madinah

Direktur Biro Imigrasi di wilayah Mekah Direktur Biro Imigrasi di wilayah Riyadh Direktur Biro Imigrasi di wilayah Asir Direktur Biro Imigrasi di wilayah Jizan Direktur Biro Imigrasi di wilayah Tabuk Direktur Biro Imigrasi di wilayah Albaha Direktur Biro Imigrasi di wilayah Qassim Direktur Biro Imigrasi di wilayah Najran

Direktur Biro Imigrasi di wilayah Alhudud Alsamalia Direktur Biro Imigrasi di wilayah Timur


(36)

Masing-masing Direktur Biro Imigrasi di provinsi yang kemudian membawahi dan melaksanakan keimigrasian di wilayahnya.

TUGAS DAN FUNGSI

Direktorat Jenderal Imigrasi yang berada dibawah Kementerian Dalam Negeri yang beroperasi di bawah payung keamanan publik Saudi Arabia, secara mendasar menangani berbagai layanan untuk warga Saudi Arabia untuk penerbitan Paspor dan untuk warga negara asing (non-Saudi) berkaitan dengan iqamah (izin tinggal) dan exit permit (izin keluar), serta pemeriksaan keimigrasian dalam perlintasan orang yang masuk dan keluar wilayah Saudi Arabia.

Penjabaran implementasi tugas dan fungsi dari Direktorat Jenderal Imigrasi Saudi Arabia:


(37)

a. Pelayanan Paspor Saudi Arabia:

Penerimaan permohonan Paspor Saudi Arabia yang diajukan kepada Kantor Imigrasi di wilayah Saudi Arabia oleh pemohon berkewarganegaraan Saudi Arabia yang memenuhi persyaratan yang berlaku dan telah ditetapkan.

Mengacu pada Peraturan Kerajaan nomor 24 yang dikeluarkan tanggal 28/5/1421 H serta Peraturan Kementerian Dalam Negeri nomor 7/WJ yang dikeluarkan tanggal 23/09/1422 H mengenai pengaturan mengenai masalah Paspor.

b. Pelayanan iqamah (izin tinggal) dan exit permit (izin keluar):

1) Penerbitan iqamah bagi setiap Orang Asing yang tinggal di wilayah Arab Saudi;

2) Penerimaan permohonan penerbitan Izin Keluar dan Masuk Kembali serta Exit Permit Only (EPO) bagi Orang Asing yang akan meninggalkan wilayah Arab Saudi;

Mengacu pada Peraturan Kerajaan nomor 1337/25/2/17 yang dikeluarkan tanggal 11/09/1371 H mengenai masalah Iqamah.

c. Pemeriksaan keimigrasian dalam perlintasan orang yang masuk dan keluar wilayah Saudi Arabia:

1) Pengaturan keluar dan masuk orang dari dan ke wilayah Arab Saudi melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) baik di darat, laut mapun udara;


(38)

2) Pelayanan pemeriksaan keimigrasian terhadap setiap orang yang memiliki Paspor yang sah dan masih berlaku serta memiliki visa yang berlaku;

3) Pelayanan pemeriksaan keimigrasian terhadap jamaah Umroh dan Haji yang masuk dan keluar melalui TPI yang telah ditentukan.

d. Penegakan hukum:

1) Pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing yang berada dan beraktiitas di wilayah Saudi Arabia;

2) Pengawasan dan penelitian terhadap paspor dan dokumen palsu di wilayah Saudi Arabia;

3) Penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan daftar orang yang dikenakan pencegahan dan penangkalan untuk keluar dan masuk ke wilayah Saudi Arabia; 4) Pemberlakuan dan pemungutan denda terhadap

pelanggaran aturan keimigrasian yang berlaku di Saudi Arabia.

e. Pengawasan, pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi serta kerja sama keimigrasian:

1) Penyusunan dan penerbitan data statistik tentang kegiatan keimigrasian yang dilakukan oleh Pemerintah Saudi Arabia;

2) Pertukaran informasi dan keterangan mengenai masalah keimigrasian dari warga negara Saudi Arabia maupun Orang Asing yang berada dan tinggal di wilayah Saudi Arabia;

3) Penyiapan peraturan yang mengatur adanya kerja sama keimigrasian dengan instansi lain.


(39)

f. Pemberian dukungan sarana prasarana, SDM dan keuangan, antara lain:

1) Pembangunan kantor Imigrasi di wilayah Saudi Arabia serta menyiapkan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengoperasikan kantor tersebut;

2) Renovasi dan pembangunan setiap Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Saudi Arabia untuk menjamin kenyamanan pelayanan keimigrasian terhadap warga negara Saudi Arabia maupun Orang Asing;

3) Pelatihan sumber daya manusia di semua bagian dalam Direktorat Jenderal Imigrasi serta mengirimkan pegawai yang ditunjuk untuk mengikuti pelatihan di instansi lain baik di dalam negeri maupun ke luar negeri;

4) Pelaksanaan semua kegiatan keimigrasian sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran tahunan Direktorat Jenderal Imigrasi.

PRODUK LAYANAN

Peraturan yang berlaku di Arab Saudi dan berkaitan dengan keimigrasian antara lain:

a. Paspor

Paspor untuk warga negara Saudi Arabia diterbitkan oleh Jawazat. Pemohon melakukan pendaftaran permohonan paspor melalui website Kementerian Dalam Negeri. Pembayaran biaya permohonan penerbitan paspornya dilakukan langsung melalui online atau


(40)

melalui bank. Setelah membayar, pemohon dapat mencetak tanda terima pengambilan Paspor di Kantor Imigrasi terdekat berdasarkan kota domisilinya sehingga pemohon tidak perlu datang ke Kantor Imigrasi untuk diambil foto dan sidik jari. Pengambilan foto dan sidik jari dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali pada saat pemohon memperpanjang Kartu Identitas Nasionalnya di Kantor Pencatatan Sipil. Data foto dan sidik jari dalam Kartu Identitas Nasional itulah yang dijadikan dasar data dalam penerbitan Paspor.

Proses penerbitan Paspor ini dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan nomor M/24 yang dikeluarkan tanggal 28/05/1421 H (28 Agustus 2000) yang mana di dalamnya terdiri dari 15 (lima belas) pasal yang mengatur tentang Paspor.

Untuk masa berlaku Paspor Kebangsaan Saudi Arabia sejak tahun 1396 H melalui Keputusan Kerajaan Saudi Arabia Nomor M/12 pada tanggal 28/03/1396 H (29 Maret 1976) yang meratiikasi Keputusan Amandemen Dewan Menteri sejumlah 18 (delapan belas) pasal ketentuan paspor telah menetapkan masa berlaku paspor untuk warga negara Saudi Arabia adalah 5 (lima) tahun dari tanggal dikeluarkan paspor tersebut dan dapat diberikan penggantian Paspor apabila paspor tersebut telah habis masa berlaku atau halamannya penuh, tergantung mana yang terlebih dahulu.


(41)

b. Kartu Izin Tinggal (Iqamah)

Sistem single identity telah diimplementasikan di Saudi Arabia sehingga setiap penduduk baik penduduk asli maupun warga negara asing memiliki 1 (satu) kartu identitas yang memiliki nomer khusus yang berbeda satu dengan lainnya. Kartu identitas nasional bagi warga negara Arab Saudi yang dikenal dengan Bitaqat Al-Ahwal Al-Madaniya/Bitaqat Al-Hawia Al-Wataniya) diterbitkan oleh Kantor Catatan Sipil sedangkan Iqamah bagi warga negara asing dikeluarkan oleh Jawazat.

Proses penerbitan Iqamah dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan nomor 17-25/2/1337 yang dikeluarkan tanggal 11/09/1371 H (04 Juni 1952) yang didalamnya terdiri dari 65 pasal yang mengatur mengenai Iqamah.

c. Izin keluar dan masuk Arab Saudi

Setiap Orang Asing yang memiliki Iqamah apabila akan keluar dari wilayah Saudi Arabia harus memiliki Izin Keluar. Apabila Orang Asing tersebut akan meninggalkan Arab Saudi karena izin tinggalnya sudah habis maka akan diberikan Izin Keluar Tidak Kembali (Final Exit) dengan terlebih dahulu mengembalikan Iqamah. Namun apabila akan kembali ke Saudi Arabia maka yang bersangkutan akan diberikan Izin Keluar dan Masuk Kembali.


(42)

PENEGAKAN HUKUM

Saudi Arabia sangat ketat memberlakukan hukum keimigrasian bagi warga negara asing. Bagi pelanggar hukum keimigrasian di Saudi Arabia baik itu overstayer atau undocumented akan ditempatkan di Tarheel (Rumah Detensi Imigrasi). Penempatan di Tarheel adalah untuk diambil sidik jarinya sehingga diketahui pelanggaran apa saja yang diperbuat baik administratif hingga pidana. Apabila pelanggaran tersebut merupakan tindak pidana, maka Deteni akan dipindahkan ke penjara. Namun apabila hanya merupakan pelanggaran keimigrasian maka akan segera dideportasi ke negara asal dan yang bersangkutan tidak akan bisa masuk lagi ke Saudi Arabia (ditangkal) selama 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun. Pemerintah cukup concern akan pelanggaran keimigrasian ini, dengan menindak dan mendeportasi Deteni pelanggar yang dibiayai oleh Pemerintah Saudi Arabia.


(43)

Pendampingan dan veriikasi WNI di Tarhil Sumayshi untuk p e rsia p a n p e nd e p o rta sia n


(44)

Tarhil Sumayshi


(45)

Namun di sisi lain terdapat pula kelemahan dalam penegakan hukum ini yaitu:

a. Meski telah mendeportasi dan menangkal Orang Asing pelanggar keimigrasian dan pidana di Saudi Arabia, Sistem Penangkalan tersebut belumlah online dengan sistem penerbitan visa di perwakilan negara Saudi Arabia di luar negeri. Sehingga sering kali pemohon visa ke Saudi Arabia walaupun sudah memperoleh visa namun ditolak masuk di Imigrasi Bandara Saudi Arabia karena setelah dicek sidik jarinya di bandara diketahui yang bersangkutan pernah dideportasi dari Arab Saudi sehingga ditangkal untuk masuk;

b. Adanya norma yang memberi ruang dalam hukum keimigrasian Saudi Arabia yaitu walaupun sesorang telah dideportasi dan ditangkal untuk masuk kembali ke Saudi Arabia, namun terdapat pengecualian ketentuan ini apabila yang bersangkutan tersebut datang ke Saudi Arabia dalam rangka ibadah agama (umrah);

c. Untuk persoalan Balak Hurub (kabur dari majikan) saat ini masih menjadikan kendala bagai Perwakilan RI Jeddah untuk memproses pemulangan WNI Bermasalah (WNI-B), yaitu adanya norma yang mana sepanjang tidak adanya laporan kabur dari Kail (majikan) maka bagaimanapun Perwakilan RI Jeddah belum dapat menerbitkan Dokumen Perjalanan RI untuk pemulangan WNI-B tersebut. Atas ketentuan ini tidak menutup kemungkinan seorang WNI-B harus menunggu cukup lama waktu pemulangan/pendeportasian atau lulus proses Basamah hingga adanya Balak Hurub dimaksud.


(46)

INOVASI-INOVASI DI BIDANG KEIMIGRASIAN

a. Penerapan Sidik Jari (Absyir System) sebagai Data Utama Keimigrasian

Setiap orang yang masuk dan keluar Arab Saudi akan diambil sidik jari dan foto wajahnya. Data sidik jari tersebut menjadi sangat vital karena data tersebut yang akan menjadi acuan setiap orang yang akan mengajukan izin tinggal ataupun akan memperpanjang izin tinggalnya harus melakukan veriikasi dengan sidik jari. Majikan (Kail)-pun yang ingin mengurus exit untuk pekerjanya atau ekspatriat yang ingin mengurus exit re-entry permit untuk keluarganya cukup mengajukan secara on line yang hasilnya dapat dicetak sewaktu-waktu di rumah atau kantor.

Begitu pula ketika warga negara asing dideportasi maka akan direkam sidik jarinya sehingga ketika warga negara asing tersebut sudah dideportasi dan akan masuk kembali ke Saudi Arabia langsung akan terkendala karena pada saat kedatangan akan diminta untuk veriikasi sidik jarinya kembali. Sidik jari juga merupakan alat/ sarana untuk mengidenikasi apakah seseorang pernah mempunyai masalah hukum lainnya selain keimigrasian dengan pemerintah Saudi Arabia baik hutang/piutang kepada pemerintah, pajak, ataupun lainnya.

b. Data Keimigrasian Sinkron dengan Data Lainnya

Dengan adanya identitas tunggal bagi warga negara Saudi Arabia dan warga negara asing, maka lebih memudahkan sinkronisasi dengan data-data yang terkait


(47)

dengan kependudukan dan kepolisian. Nomor Iqamah dalam website Kementerian Dalam Negeri bisa mengakses jumlah kendaraan yang dimiliki, jumlah pelanggaran dan denda lalu lintas, jumlah anggota keluarga yang menjadi jaminan kita dan data kependudukan lainnya.

Perkembangan terkini bahkan penggunaan SIM Card/Kartu telepon yang dipergunakan seseorang di Saudi Arabia telah menggunakan veriikasi sidik jari, dan hal ini juga berlaku untuk pengisian ulang pulsa kartu telepon. Pengamanan kartu telepon telah mengacu bukan pada semata nomor identitas namun juga biometrik. Pertimbangannya ialah keutamaan validitas, dan sebagai alat kontrol pemerintah dalam penggunaan telepon seluler.

c. Sistem Pemulangan Orang Asing Bermasalah Secara Terpadu

Sistem pemulangan (deportasi) bagi Orang Asing Yang memilki masalah keimigrasian di Arab Saudi dilakukan secara terpadu di Tarheel. Di dalam Tarheel selain berisikan ruangan tempat penampungan sementara bagi Orang Asing juga terdapat perkantoran yang diantaranya menyatu dari petugas Jawazat (Imigrasi), maskapai penerbangan yang ditunjuk Pemerintah Saudi Arabia untuk pembawa Orang Asing yang dipulangkan/ dideportasi, beberapa instansi yang berkaitan dengan masalah Orang Asing dan pemulangannya, dan perwakilan negara dari Orang Asing. Sehingga semua permasalahan yang berkaitan dengan pemulangan Orang


(48)

Asing tersebut bisa langsung diselesaikan di satu tempat tersebut.

Sebagai contoh di Tarheel Sumayshi, Konsulat Jenderal RI Jeddah juga mendapatkan ruangan perkantoran dalam gedung Tarheel Sumayshi yang terdiri dari ruang pimpinan, dapur/pantry dan kamar mandi, serta ruang untuk bekerja. Setiap hari perwakilan dari Konsulat Jenderal RI Jeddah baik Imigrasi dan/atau Konsuler ditugaskan ke Tarheel Sumayshi dan bekerja untuk melakukan veriikasi Orang Asing yang diduga warga negara Indonesia untuk mendapatkan data dan informasi yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penerbitan Dokumen Perjalanan RI untuk pemulangannya, yaitu Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).

d. Penempatan Imigrasi (Maktab Jawazat) pada Tarhil/ Penjara Umum

Mengingat tingginya Orang Asing yang berada dan berkegiatan di Saudi Arabia, banyak juga mereka yang kemudian terlibat atau terkena kasus tindak pidana, tidak terkecuali warga negara Indonesia. Penempatan Imigrasi (Maktab Jawazat) pada Tarhil/Penjara umum bersifat tetap, dengan tujuan pengkoordinasian cepat di penjara dalam penyelesaian masalah Orang Asing yang telah selesai menjalani pidana termasuk WNI yang dipidana, dengan beberapa jenis hukuman:


(49)

1) Had, yaitu jenis hukuman terhadap pelanggaran tertentu yang secara jelas disebutkan dalam Al Qur-an dQur-an Al Hadist;

2) Ta’zir, yaitu jenis hukuman yang besarannya ditentukan oleh penguasa/hakim berdasarkan Ijtihad-nya dengan tujuan kemaslahatan bersama; 3) Qisash, yaitu hukuman setimpal atas perbuatan yang

dilakukan. Ranahnya adanya dakan delik khusus seperti kasus pembunuhan yang ahli warisnya menuntut dilakukan Qishas atas pelaku.

Lembaga penjara akan memberitahukan informasi secara cepat dan berkesinambungan kepada Jawazat mengenai Orang Asing yang telah selesai menjalani pidana termasuk juga ke Perwakilan negara asal Orang Asing. Jawazat di lingkungan penjara akan mengontrol kesiapan dokumen perjalanan oleh Perwakilan negara untuk Orang Asing yang siap dipulangkan/dideportasi.


(50)

Petugas Imigrasi di KJRI Jeddah mengemban tugas ini yang tiap minggunya ke Penjara seperti Dabhan untuk melakukan veriikasi identitas dan penelusuran dokumen yang pernah dimiliki WNI yang telah selesai menjalani pidana penjara dan siap untuk dipulangkan/ dideportasi ke Indonesia. Hasil veriikasi yang yang kemudian menjadi dasar penerbitan SPLP yang nantinya diserahkan ke petugas Jawazat di penjara. Jawazat inilah yang nantinya memproses pemulangan/ pendeportasiannya.

Ulasan ini merupakan potret mengenal keimigrasian di Saudi Arabia dalam perbandingan yang bersifat umum. Secara general dan keimigrasian internasional adanya beberapa kesamaan dengan keimigrasian Indonesia, namun di sisi lain adanya perbedaan yang memang disesuaikan dengan karakteristik permasalahan dan negara Saudi Arabia itu sendiri.


(51)

untuk melakukan veriikasi identitas dan penelusuran

dideportasi ke Indonesia. Hasil veriikasi yang yang

Ismoyo, Konsul Imigrasi Anwar Musyaddad, Pembantu Konsul Imigrasi

Department of

Immigration and Border

Protection

o le h: He ru Tjo nd ro

Konsul Imigrasi KJRI Sydney, Australia

Australia, resminya Commonwealth of Australia (Negara Persemakmuran Australia), merupakan sebuah benua sekaligus negara dengan luas wilayah terbesar keenam di dunia dengan luas wilayah 7.682.300 km2. Terletak diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasiik, Australia bertetangga dengan enam negara: Indonesia, Timor Leste, dan Papua Nugini di bagian utara; Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia baru di bagian timur laut; dan Selandia Baru di bagian tenggara.


(52)

Australia memiliki 6 (enam) negara bagian dan sepuluh kawasan teritorial. Keenam negara bagian tersebut yaitu: New South Wales, Queensland, South Australia, Victoria, West Australia, dan Tasmania. Setiap negara bagian mempunyai konstitusi sendiri yang membagi kekuasaan pada pemerintah negara bagian menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Keenam negara bagian tersebut juga memiliki wewenang untuk dapat menetapkan undang-undang bagi hal-hal yang tidak diatur oleh Commonwealth di Konstitusi Australia Bagian 51. Tiap negara bagian mempunyai Gubernur sebagai pemegang kekuasaan dari kerajaan, dan Kepala Pemerintahan yang lebih dikenal dengan nama Premier.

Dari 10 (sepuluh) kawasan teritorial Australia, 3 (tiga) diantaranya diberikan kekuasaan terbatas untuk mengatur pemerintahannya sendiri oleh pemerintah federal. Ketiga kawasan tersebut yaitu Australian Capital Territory, Northern Territory, dan Pulau Norfolk. Sementara 7 (tujuh) kawasan teritorial lainnya diatur oleh hukum Commonwealth melalui administrator yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia. Ketujuh kawasan tersebut yaitu: Kepulauan Ashmore dan Cartier, Australian Antarctic Territory, Pulau Christmas, Kepulauan Cocos (Keeling), Kepulauan Coral Sea, Jarvis Bay territory, Pulau Heard dan Kepulauan McDonald.

Ibukota Commonwealth of Australia adalah Canberra yang berada di dalam Australian Capital Territory. Namun kota terbesar di Australia adalah Sydney dengan populasi mencapai 4,67 juta orang pada tahun 2013.


(53)

SEJARAH SINGKAT BADAN IMIGRASI AUSTRALIA

Sejarah badan imigrasi Australia dimulai pada tahun 1945 ketika Perdana Menteri Australia ke-16 Ben Chiley mendirikan Department of Immigration (Departemen Imigrasi) pada tanggal 13 Juli 1945 dengan Arthur Calwell sebagai Menteri Imigrasi pertama. Callwell kemudian mendeklarasikan bahwa Australia harus menambah populasi atau musnah. Hal ini terkait dengan kondisi Australia pada masa perang dunia kedua yang rentan terhadap invasi serta kekurangan tenaga kerja untuk rekonstruksi ekonomi paska perang.


(54)

Saat itu pemerintah Australia mencanangkan pening-katan penduduk sebesar 2 (dua) persen per tahun dengan setengahnya berasal dari program imigrasi. Sebagai ujung tombak pemerintah, Departemen Imigrasi bertugas merencanakan, mengelola, dan mengimplementasikan program imigrasi tersebut dalam rangka membangun bangsa. Dalam kurun waktu 13 (tiga belas) tahun, Departemen Imigrasi berhasil meningkatkan jumlah imigrasi ke Australia dari 11.000 orang pada tahun 1947 menjadi 89.000 pada tahun 1960.

Pada beberapa tahun pertama, Departemen Imigrasi memiliki kebijakan untuk memprioritaskan program imigrasi untuk pemohon yang berasal dari Inggris. Sementara, pemohon imigrasi yang bukan dari Inggris dibatasi hanya untuk bangsa Eropa yang disponsori oleh keluarga yang telah tinggal di Australia dan tertutup untuk mayoritas bangsa non-Eropa. Kebijakan imigrasi ini berubah dengan kedatangan migran dari berbagai wilayah Eropa pada tahun 1950-an ketika the Immigration Restriction Act 1901 digantikan dengan The Migration Act 1958. Perluasan program migrasi untuk bangsa Eropa non-Inggris tersebut didorong oleh kebutuhan untuk meningkatkan populasi sehingga publik dapat menerima populasi yang beragam. Pada tahun 1960-an, Australia berusaha menjauhkan citra bahwa kebijakan imigrasinya berdasarkan ras.

Peninjauan formal mengenai kebijakan imigrasi untuk bangsa non-Eropa yang dilakukan pada tahun 1966 merekomendasikan untuk fokus pada kesesuaian pemohon imigrasi untuk menetap di Australia, kemampuan untuk


(55)

berintegrasi, dan kualiikasi profesional mereka tanpa membedakan ras atau kebangsaan. Dengan dilonggarkannya kebijakan untuk bangsa non-Eropa, terjadi peningkatan jumlah imigrasi dari semula 750 orang pada tahun 1966 menjadi hampir 2.700 orang pada tahun 1971.

Kebijakan Australia untuk menerima pengungsi juga menjadi salah satu faktor penting dalam program imigrasi. Dengan meratiikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1951 pada tahun 1954, Australia akan melanjutkan kebijakannya untuk menerima pengungsi secara ad-hoc tergantung situasi krisis.

Pada tahun 1971, kekhawatiran mengenai meningkatnya jumlah pengangguran menyebabkan pemerintah menginstruksikan departemen untuk mengurangi kuota migrasi dari 170.000 menjadi 140.000. Jumlah ini terus-menerus dikurangi tiap tahun hingga mencapai 50.000 pada tahun 1975. Di saat yang sama, departemen juga mulai mengalihkan fokus dari program yang bertujuan menarik grup migran dari negara tertentu menjadi kebijakan migrasi yang yang berkonsentrasi untuk menarik imigran yang dapat mengisi kekosongan tenaga kerja dan tenaga terampil.

Selain itu, departemen juga mulai melakukan review tahunan mengenai peran dan fungsinya yang kemudian diterbitkan pertama kali pada tahun 1976. Hal ini menghasilkan temuan mengenai trend ke depan bahwa jumlah orang yang berpergian ke Australia untuk menetap hanyalah sebagian kecil (3,5 persen) dari lalu lintas orang yang ditangani oleh departemen sedangkan di tahun yang sama, departemen menangani lebih dari 1,6 juta kedatangan.


(56)

Pada tahun 1979, departemen mengembangkan Numerical Multi-factor Assessment System untuk menyeleksi migran dengan mempertimbangkan faktor seperti keluarga, pekerjaan, dan kemampuan bahasa. Target imigrasi juga ditingkatkan menjadi 70.000 orang per tahun selama 3 (tiga) tahun. Penggunaan paspor juga mulai diterapkan pada tahun berikutnya.

Pertengahan tahun 1970-an merupakan tahun yang cukup sibuk bagi departemen dengan banyaknya pengungsi dari Vietnam, Laos, dan Kamboja. Di tahun inilah, pusat pemrosesan penampungan imigrasi pertama dibangun untuk menampung pengungsi yang datang dengan kapal. Selain itu, Australian Humanitarian Programme juga didirikan sebagai bagian integral dari program migrasi dalam rangka mempersiapkan pengungsi untuk bermukim di Australia.

Pada tahun 1989, Australia bergabung dengan beberapa negara lainnya dalam Comprehensive Plan of Action untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan respon internasional terkait pengungsi dari Vietnam dan penanganan pengungsi yang telah ditampung dalam berbagai kamp di berbagai negara di Asia Tenggara selama lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Pengungsi yang telah melalui proses penetapan status di United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) kemudian dialokasikan ke negara-negara yang menerima pengungsi seperti Australia yang secara konsisten menjadi 3 (tiga) besar negara yang menerima pengungsi.

Selain pengungsi, Departemen juga memproses pengunjung dari luar negeri dengan jumlah mencapai 1,3


(57)

juta pengunjung antara tahun 1984-1986. Dengan semakin kompleks dan luasnya program migrasi, Departemen pun kembali menyesuaikan fungsi dan prosesnya dalam rangka mengantisipasi tantangan di masa depan. Kuota untuk program migrasi ditingkatkan kembali dari 84.000 menjadi 115.000 pada tahun 1986-1987 dengan fokus menarik migran yang mempunyai keterampilan, keahlian berbisnis, dan modal. Hal ini dipengaruhi juga dengan kekhawatiran akan populasi yang menua dan menurunnya tingkat kesuburan. Pada saat yang hampir bersamaan, Departemen menerapkan reformasi lanjutan dengan membagi program migrasi menjadi tiga bagian terpisah: keluarga, keterampilan, dan kemanusiaan. Departemen juga memperkenalkan peraturan migrasi yang mengkodiikasikan persyaratan visa pada tahun 1989.

Pada akhir tahun 1980-an, populasi Australia bertambah dari 10,5 juta pada tahun 1961 menjadi lebih dari 17 juta pada tahun 1990. Liberalisasi di bidang sosial, politik, dan ekonomi pada tahun1960-an sampai dengan tahun 1980-an sangat berpengaruh kepada Departemen yang juga semakin matang dalam hal kebijakan, pengalaman operasional dan administratif, keahlian, dan pengetahuan.

Kurun waktu 1960-an sampai dengan 1970-an merupakan saat dimana terjadi perubahan dalam Departemen yang dipengaruhi oleh diversiikasi program migrasi pasca-perang dan kemudian pendekatan yang lebih lunak terhadap imigrasi. Sementara pada tahun 1980-an, fokus bergeser pada pendekatan imigrasi yang lebih terarah dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi


(58)

mengingat Australia lebih terhubung dan rentan terhadap kekuatan global.

Perkembangan ekonomi, sosial, politik, sosial, dan teknologi di akhir abad 20 mengubah pengaturan komunikasi, transportasi dan keuangan dengan disertai kenaikan yang signiikan dalam pergerakan internasional. Sejak awal tahun 1980-an, Departemen menghadapi peningkatan yang signiikan dalam pergerakan lintas perbatasan yang mencapai 35,4 juta pada tahun 2013-2014. Meskipun jumlah kuota migran permanen relatif stabil, terdapat perubahan komposisi dalam program migrasi dengan Cina dan India menjadi kontributor ketiga dan keempat dalam populasi warga Australia yang lahir di luar negeri.

Inovasi dan teknologi menjadi semakin penting bagi Departemen untuk bisa mengembangkan kapasitas pemrosesan migran dan pengunjung yang datang ke Australia serta berangkat dari Australia. Pada tahun 1987, Departemen mulai menggunakan komputer untuk memproses aplikasi visa pengunjung di kantor luar negeri. Pada tahun 1990, versi kedua dari Immigration Records and Information System (IRIS) versi kedua diperkenalkan. Sistem IRIS II ini memungkinkan penerbitan visa di berbagai kantor Australia di luar negeri serta mempermudah proses otorisasi kedatangan penumpang di berbagai bandara utama di Australia. Pada tahun 1996, Departemen memperkenalkan sistem Electronic Travel Authority yang memungkinkan mekanisme otorisasi yang disimpan secara elektronik untuk menerbitkan visa bagi pengunjung yang memasuki Australia dan meniadakan kebutuhan untuk formulir aplikasi. Selain


(59)

perkembangan teknologi, Departemen juga merekrut lebih dari 250 staf permanen dan sementara di tahun 1991 untuk mengurangi tumpukan aplikasi atas dasar kemanusiaan yang telah mencapai 17.000 aplikasi.

Pada bulan Maret 1991, Departemen memperkenalkan Special Assistance Categories (SACs) of the Humanitarian Programme untuk menangani kasus-kasus tertentu yang memiliki karakteristik seperti ancaman terhadap keselamatan pribadi dan kesulitan pribadi yang cukup ekstrim. Kategori ini diciptakan untuk orang-orang yang tidak memenuhi kriteria United Nations Refugee Convention tetapi mempunyai resiko tinggi. Fungsi ini kemudian dihapuskan pada awal tahun 2000-an setelah semua targetnya tercapai.

Dari segi pengunjung jangka pendek, Departemen telah memfasilitasi kedatangan lebih dari tiga juta pengunjung di tahun 1993-1994. Jumlah kedatangan pengunjung yang menggunakan visa bisnis juga meningkat 3 (tiga) kali lipat pada tahun 1992-1993 dan 1993-1994. Hal ini mendatangkan tantangan tersendiri bagi Departemen untuk bisa menyeimbangkan antara memfasilitasi kedatangan pengunjung yang legal dengan tindakan pencegahan untuk menghindari hal-hal yang dapat menetralisir kontrol imigrasi.

Pada tahun 1994, Migration Reform Act 1992 diberlakukan yang membuat keputusan terkait imigrasi menjadi lebih mudah, adil, dan pasti. Sistem single streamlined visa entry diperkenalkan sehingga pengunjung tidak perlu mengajukan izin terpisah untuk dapat tinggal di Australia. Reformasi ini juga menciptakan satu kategori ”unlawful non-citizen” terlepas dari bagaimana orang tersebut masuk ke Australia


(60)

dengan ketentuan bahwa orang tersebut akan dikenakan penahanan dan deportasi.

Pada tahun 1996, berbagai upaya imigrasi diperkenalkan untuk mempermudah pengungsi dan migran yang akan membawa keluarga inti mereka ke Australia. Ketentuan concessional family reunion diciptakan di dalam Humanitarian Programme yang efektif berlaku pada 1 Juli 1997.

Selain itu, pada bulan Oktober 1996, pergeseran fokus program imigrasi dari keluarga ke migran terampil dimulai. Perubahan prioritas tersebut diumumkan pemerintah pada tahun 1997 dengan migran terampil mendapat alokasi 37 persen dari total program. Program student visa juga merupakan bagian penting dari sektor pendidikan internasional Australia. Departemen telah memberikan 292.000 visa sepanjang tahun 2013-2014.

Restrukturisasi besar-besaran dilakukan pada tahun 1997-1998 dalam rangka menyelaraskan kebijakan dan wilayah operasional serta memperkuat fungsi manajemen perbatasan. Di bawah struktur yang baru, banyak fungsi di-outsource-kan ke sektor swasta. Meningkatnya fokus departemen pada integritas perbatasan merupakan respon dari jumlah penangkapan para pendatang ilegal dan pendatang yang visanya sudah kadaluarsa. Pada tahun 1998-1999, alokasi anggaran federal termasuk didalamnya inisiatif khusus yang didesain untuk memperkuat manajemen perbatasan. Peningkatan dana tersebut dialokasikan untuk meningkatkan Movement AlertList, sebuah alat utama untuk mengidentiikasi penumpang yang dicurigai; pengawasan


(61)

pergerakan di Selat Torres yang merupakan kawasan yang dilindungi; dan peningkatan jumlah staf di bandar udara.

Pada tahun 1998-2001, Australia menghadapi peningkatan jumlah kedatangan perahu ilegal serta pendatang ilegal yang datang melalui transportasi udara. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan Border Protection Legislation Amendment Act 1999 yang memberikan otorisasi kepada petugas Departemen Imigrasi dan petugas bea cukai untuk menegakkan strategi perbatasan Australia di perairan internasional, tanpa dibatasi oleh peraturan zona perairan 12 (dua belas) mil. Hukum ini juga memberikan wewenang kepada petugas untuk menahan, mengorbankan, menyita, dan memusnahkan kapal dan pesawat yang digunakan untuk operasi penyelundupan manusia.

Departemen juga menerapkan ketentuan baru untuk menekan jumlah pendatang ilegal. Pendatang ilegal yang dikabulkan status pengungsinya akan diberikan temporary protection visa untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun. Tes biometric juga digunakan untuk membantu menetapkan identitas pencari suaka. Hal ini untuk memastikan bahwa pengungsi tersebut belum dikabulkan status pengungsinya di tempat lain ataupun ditolak permohonannya baik oleh UNHCR ataupun negara lain. Departemen juga meningkatkan jumlah compliance oficer di 7 (tujuh) pos luar negeri (Ankara, Colombo, Guangzhou, Nairobi, New Delhi, Pretoria, dan Shanghai) dan 5 (lima) bandar udara utama (Bangkok, Denpasar, Dubai, Kuala Lumpur, dan Singapura) sebagai upaya memerangi penyelundupan manusia. Selain


(62)

itu, Departemen juga mengenakan hukuman yang lebih berat kepada maskapai penerbangan yang mengizinkan penumpang untuk naik ke pesawat tanpa dokumen yang lengkap.

Krisis MV Tampa, dimana kapal Norwegia yang menyelamatkan para pencari suaka dari Afganistan dari kapal tenggelam berhadapan dengan Australia terkait tempat tujuan para pengungsi tersebut, menjadi pencetus Paciic Strategy-revisi rezim perlindungan perbatasan. Sebuah paket yang terdiri dari 7 (tujuh) hukum disetujui oleh Senat pada tahun 2001. Hukum yang baru ini memberlakukan hukuman penjara minimum untuk penyelundup manusia, memisahkan wilayah tertentu dari zona migrasi Australia dan mengizinkan penahanan ”unlawful non-citizens” di suatu kawasan lepas pantai. Selain itu, ada juga ketentuan yang mengatur pemindahan ke negara ketiga seperti di Nauru dan Papua Nugini. Paciic Strategy ini berakhir pada tahun 2007 ketika Partai Buruh berkuasa. Pusat penahanan di Pulau Nauru dan Manus ditutup serta temporary protection visa dihilangkan di tahun 2008.

Pada tahun 2005, Departemen menjadi sorotan publik dan sasaran kritik terkait penanganan kasus Vivian Alvarez Solon dan Cornelia Rau. Palmer Report dan Comrie Report yang dipublikasikan pada tahun 2005 mengungkap kesalahan penanganan dalam 2 (dua) kasus tersebut. Untuk merespon laporan dari Commonwealth and Immigration Ombudsman tersebut, Departemen memulai program untuk mereformasi budaya organisasi, kinerja, sistem, dan bisnis. Departemen juga memperkenalkan program khusus untuk meningkatkan


(63)

pelayanan klien, compliance, pelatihan dan manajemen kasus, dan meningkatkan pelayanan kesehatan untuk tahanan dan veriikasi identiikasi. Selain itu, Departemen juga memperkenalkan pendekatan baru di bidang governance, stakeholder engagement, quality assurance, dan manajemen resiko. Seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh Departemen harus berdasarkan kepada tiga tema strategis: organisasi yang terbuka dan akuntabel, memastikan bahwa interaksi dengan klien adalah adil dan wajar, dan memiliki staf yang terlatih dan mendukung.

Gelombang ketiga kedatangan migran ilegal dengan perahu dimulai tahun 2008 sampai 2013. Untuk merespon hal ini, Pemerintah Australia membuka kembali pusat pemrosesan di luar negeri. Dengan pengaturan tersebut, mereka yang berstatus pengungsi ditempatkan di Papua Nugini atau Nauru dan mereka yang bukan berstatus pengungsi akan dikembalikan atau dikirim ke negara yang aman. Pendekatan ini dilakukan juga oleh Pemerintah Koalisi di tahun 2013. Pemerintah baru memperketat keamanan perbatasan dengan pembentukan Operation Sovereign Borders dan Joint Agency TaskForce dalam rangka memerangi penyelundupan manusia serta menghentikan kedatangan kapal ilegal.

Dari segi sumber daya manusia, jumlah staf Departemen mengalami peningkatan yang cukup drastis bila dibandingkan dengan jumlah staf saat pertama didirikan. Hal ini mengingat saat awal berdiri, Departemen ini hanya memiliki dua puluh empat petugas: 6 (enam) petugas di Canberra, 6 (enam) petugas di Melbourne, dan 12 (dua belas) petugas di London.


(64)

Ilustrasi peningkatan jumlah staf dari tahun 1945-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Staf Departemen tahun 1945-2014

Tahun Jumlah Total Staf Staf di Luar Negeri

1945 24 12

1958 1.864 313

1972 2.088 560

1985 2.094 148

1995 3.399 133

2014 8.489 203

Sementara secara organisasi, Departemen Imigrasi telah mengalami beberapa kali pergantian nama, fungsi, dan tanggung jawab untuk beradaptasi dengan perubahan agenda politik, ekonomi, dan sosial sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perubahan Nama, Tugas, dan Tanggung Jawab Departemen dari Tahun 1945-2016

Nama Departemen Tahun

Department of Immigration 1945 – 1974

Department of Labor and Immigration 1974 – 1975

Department of Immigration and Ethnic Afair 1975 – 1987

Department of Immigration, Local Government and Ethic

Afairs

1987 – 1993

Department of Immigration and Ethnic Afair 1993 – 1996

Department of Immigration and Multicultural Afairs 1996 - 2001

Department of Immigration and Multicultural and

Indigenous Afairs

2001 – 2006


(65)

Department of Immigration and Citizenship 2007 – 2013

Department of Immigration and Border Protection 2013 – 2015

Department of Immigration and Border Protection (pengintegrasian dengan the Australian Customs and Border Protection Services )

2015 - sekarang

Perubahan terakhir dilakukan pada tanggal 1 Juli 2015 ketika Australian Customs and Border Protection Services (Departemen Bea Cukai Australia dan Pasukan Pengamanan Perbatasan) dintegrasikan dengan Department of Immigration and Border Protection (Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan) menjadi 1 (satu) departemen. Pada saat yang sama, Australian BorderForce juga didirikan sebagai bagian dari Department of Immigration and Border Protection yang baru untuk menjadi garda terdepan dalam kontrol operasional perbatasan dan penegakan hukum.

Gambar 3. Logo Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan & Departemen Bea Cukai dan Pengamanan Perbatasan.

Department of Immigration and Border Protection beserta badan penegakan hukumnya the Australian Border Force mempunyai misi untuk melindungi perbatasan Australia dan mengelola pergerakan barang dan manusia yang melintasi perbatasan dari dan ke Australia.


(66)

STRUKTUR ORGANISASI

Department of Immigration and Border Protection merupakan salah satu dari delapan belas departemen di pemerintah tingkat federal dan dipimpin oleh Menteri. Struktur organisasi Departemen ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dipimpin oleh Sekretaris. Sekretaris bertanggung jawab atas keseluruhan administrasi, sumber daya, dan kinerja fungsi departemen. Sekretaris membawahi 5 (lima) Deputi Sekretaris yaitu:

1. Deputi Sekretaris Syrian Refugee Resettlement Programme 2. Deputi Sekretaris Policy Deputy Comptroller – General 3. Deputi Sekretaris Corporate Chief Operating Oficer 4. Deputi Sekretaris Intelligence and Capability

5. Deputi Sekretaris Visa and Citizenship Service

Sementara bagian Departemen yang didalamnya menginkorporasikan Australian Border Force dipimpin oleh Komisioner. Selain Australian Border Force, Komisioner juga berfungsi sebagai Comptroller-General of Custom. Komisioner membawahi Deputi Komisioner Support dan Deputi Komisioner Operations.

Struktur organisasi Department of Immigration and Border Protection beserta pejabatnya secara detail dapat dilihat pada Bagan 4.


(67)

Ba g a n 4. Struktur O rg a nisa si De p a rtme nt o f Immig ra tio n a nd Bo rd e r Pro te c tio n


(68)

TUGAS DAN FUNGSI

Australia memiliki salah satu lingkungan perbatasan terbesar dan paling menantang di dunia. Perbatasan Australia mencakup garis pantai sekitar 37.000 kilometer dan zona ekonomi eksklusif lepas pantai meliputi 10 (sepuluh) juta kilometer persegi, banyak diantaranya terletak di daerah terpencil. Terdapat pula 10 (sepuluh) bandar udara internasional dan lebih dari 60 pelabuhan internasional.

Dalam Strategi 2020, Sekretaris dan Komisioner Department of Immigration and Border Protection menyatakan bahwa perspesi mengenai perbatasan perlu berubah dari semula sebagai alat untuk menegakkan batas wilayah menjadi perbatasan sebagai titik koneksi dari dunia yang telah terhubung secara global. Untuk itu, fokus Departemen adalah memandang perbatasan sebagai aset strategis nasional, kontinum kompleks yang melampaui perbatasan secara isik, operasi di lepas pantai, dan aktivitas di wilayah maritim dan udara Australia.

Menurut kedua pimpinan tersebut, lingkungan dimana Departemen beroperasi merupakan lingkungan yang dinamis sehingga Departemen perlu lebih tanggap, leksibel, dan dapat beradaptasi terhadap ancaman dengan cara mengakselerasi desain dan mengimplementasikan kemampuan baru Departemen, kekuatan, dan keahlian sumber daya manusia. Investasi terus menerus terhadap sumber daya manusia akan menjadi faktor penting untuk mengatasi tantangan yang akan dihadapi.

Department of Immigration and Border Protection memiliki misi untuk melindungi perbatasan Australia dan mengelola


(69)

pergerakan orang dan barang di perbatasan. Melalui misi tersebut, Departemen berkontribusi dalam pencapaian 3 (tiga) tujuan utama pemerintah yaitu:

 Keamanan nasional yang kuat  Ekonomi yang kuat

 Masyarakat yang sejahtera dan kohesif

Sementara, visi Departemen adalah sebagai gerbang terdepan Australia yang terpercaya secara global. Departemen merupakan gerbang antara Australia dan dunia, memfasilitasi perdagangan, perjalanan, dan migrasi sementara di saat yang sama melindungi Australia dari ancaman terhadap perbatasan. Departemen menjunjung tinggi kepercayaan dari warga dan Pemerintah Australia yang berasal dari posisi khusus Departemen di perbatasan dan juga di masyarakat.

Department of Immigration and Border Protection mendukung berbagai kegiatan termasuk diantaranya perdagangan internasional, penyediaan tenaga terampil untuk ekonomi domestik, hubungan bisnis, pengumpulan pajak, penegakan hukum dan keamanan nasional, fasilitasi perjalanan dan pariwisata, perlindungan masyarakat dan membangun masyarakat yang sejahtera dan kohesif.

Tujuan strategis Departemen meliputi tanggung jawab Departemen serta merepresentasikan harapan Pemerintah Australia dan warganya. Untuk itu, segala aktivitas yang dilakukan oleh Departemen harus mengacu pada salah satu tujuan di bawah ini:


(70)

 Tujuan 1 : Melindungi Australia

- Menjaga kedaulatan Australia dengan melindungi perbatasan dan integritas teritorial baik di darat maupun di maritim;

- Berkontribusi terhadap tujuan penegakan hukum pemerintah dan keamanan nasional;

- Menjamin integritas staf Departemen, informasi, dan sistem;

- Mengidentiikasi dan mengelola resiko migrasi dan perdagangan lintas kontinum perbatasan.

 Tujuan 2 : Mempromosikan Migrasi yang Responsif - Memfasilitasi pergerakan dan pemukiman

orang-orang untuk mendukung ekonomi Australia dan memperkuat kohesi sosial;

- Berkontribusi terhadap manajemen global pengungsi dan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal; - Mencegah pergerakan ilegal di perbatasan.

 Tujuan 3 : Memajukan Perdagangan dan Pendapatan - Mengoptimalkan perdagangan barang secara legal di

perbatasan untuk mendukung ekonomi Australia; - Beroperasi di kontinum perbatasan untuk mencegah

pergerakan barang terlarang atau yang dibatasi;

- Mengelola dan meningkatkan pendapatan di perbatasan.

 Tujuan 4 : Memimpin Inovasi Perbatasan

- Meningkatkan teknologi dan proses bisnis dalam rangka memperkuat operasi perbatasan;


(71)

- Mengembangkan kemampuan organisasi dan teknologi sehingga dapat mengelola pergerakan di perbatasan secara eisien;

- Membangun kerjasama di dalam dan di luar Australia untuk mendukung tujuan strategis Departemen.

PRODUK LAYANAN

Dalam hal keimigrasian, Australia membagi fungsi penerbitan dokumen perjalanan dan visa ke-dua departemen yang berbeda. Fungsi pertama dilakukan oleh Department of Foreign Affairs and Trade (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan) dengan dasar pengeluaran dokumen paspor mengacu pada Australian Passport ACT 2005 dan Privacy ACT 1988. Informasi lebih detail mengenai paspor Australia dapat dilihat pada Tabel 5. Sementara, fungsi kedua dijalankan oleh Department of Immigration and Border Protection. Visa yang dikeluarkan oleh Departemen ini antara lain visitor visa, bridging visa, refugee and humanitarian visa, working visa, dan transit visa.


(72)

Tabel 5. Informasi terkait Dokumen Perjalanan yang dikeluarkan oleh Australia

Jenis dokumen perjalanan

Sejak 24 Oktober 2005 seluruh Paspor menggunakan jenis Biometric with RFID Microchip

Ordinary Passport (Blue & Black cover)

Standard Passport (42 pages & 10 years validity) Frequent Traveller (66 visa pages & 10 years validity) Child’s Passport (34 visa pages & 5 years validity) Emergency Passport (12 months validity)

Oficial Passport (Grey-Asparagus cover)

Diplomatic Passport (Red Cover)

Bahan yang digunakan pada halaman data

Halaman berbahan kertas dengan laminasi (Laminated paper based)

Sistem pencetakan dokumen/ personalisasi

Blanko Paspor yang diterbitkan oleh Department of Foreign Affairs and Trade akan didistribusikan kepada 9 (sembilan) Australian Passport Ofice yang tersebar di Australia berdasarkan wilayah/state sebagai berikut :

a. Victoria State Ofice

b. Western Australia State Ofice c. Torres Strait Treaty Liaison Ofice d. Tasmania State Ofice

e. South Australia State Ofice f. Queensland State Ofice g. Northern Territory Ofice h. New South Wales State Ofice i. Canberra Passport Ofice

Setelah dokumen pengajuan Paspor (aplikasi) diterima oleh Kantor Pos Australia, kemudian dokumen tersebut diteruskan/diserahkan kepada Australian Passport

Ofice berdasarkan wilayah/state penerimaan dokumen (aplikasi) untuk selanjutnya diproses dan dicetak. Paspor yang telah selesai diproses akan dikirimkan kembali ke masing-masing Kantor Pos Australia dan siap untuk diberikan kepada pemohon. Proses tersebut dilakukan secara Regional.


(73)

Lama proses pengajuan paspor

1. Secara normal adalah 3 (tiga) minggu

2. Terdapat layanan ”Priority Processing Service” yang memungkinkan penyelesaian dokumen hanya dalam waktu 2 (dua) hari.

Tarif / Biaya Jenis Paspor Dewasa Anak Ordinary

(termasuk paspor dinas dan diplomatic) Frequent Traveller

Paspor 5 tahun bagi usia 75 tahun keatas. AU$250 AUS$376 AU$125 AU$125 N/A N/A

Biaya Tambahan Dewasa Anak ”Priority

Processing Service”

Biaya tambahan pengajuan di luar Australia

Denda 1 kali kehilangan dalam kurun 5 tahun Denda 2 kali kehilangan dalam kurun 5 tahun Denda 3 kali atau lebih kehilangan dalam kurun 5 tahun AU$111 AU$100 AU$111 AU$250 AU$500 AU$111 AU$50 AU$111 AU$250 AU$500


(74)

Selain dokumen perjalanan dan visa, Department of Immigration and Border Protection juga menangani hal-hal seperti informasi lisensi untuk brokers, depots, warehouses dan duty free operators; Australia’s refugee and humanitarian programme ,dan ImmiCard; serta informasi mengenai exchange rates, assessment for duty, Goods and Services Tax (GST) dan other taxes and charges information.

Informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan keimigrasian Australia telah dapat diakses secara online baik di website Department of Foreign Affairs and Trade dan Department of Immigration and Border Protection. Informasi yang tercantum dalam website antara lain informasi mengenai peraturan terkait keimigrasian, paspor, persyaratan visa dan biaya visa, perjalanan bisnis, dan bea cukai. Keseluruhan informasi tersebut telah diklasiikasikan sehingga mempermudah pencarian informasi oleh masyarakat. Selain informasi, seluruh masyarakat juga dapat mengakses formulir terkait keimigrasian di secara online seperti formulir permohonan paspor Australia.

PENEGAKAN HUKUM

Australian Border Force yang merupakan bagian dari Department of Immigration and Border Protection didirikan sebagai garda terdepan kontrol operasional dan penegakan hukum di perbatasan. Hal ini mengingat Australian Border Force membawahi seluruh kegiatan operasional di perbatasan, investigasi, compliance, detensi (fasilitas dan pusat) dan penegakan hukum.


(75)

Dalam menjalankan tugasnya, Australian Border Force didukung dengan data intelijen, selular, dan teknologi sehingga dapat mencapai hasil yang maksimum di luar negeri, domestik, dan kawasan maritim. Badan ini juga bekerja untuk mengatasi ancaman sebelum mencapai perbatasan Australia dengan cara mengimplementasikan analisis resiko melalui program visa serta bekerja sama dengan mitra internasional untuk mencapai tujuan.

Para petugas badan ini mengenakan seragam dan merupakan bagian dari badan penegakan hukum yang berpatroli di bandar udara dan pelabuhan laut, lokasi terpencil, pusat persuratan dan kargo, dan kawasan maritim Australia. Fungsi penegakan hukum yang dilakukan oleh badan ini termasuk penyelidikan, compliance, dan penegakan hukum yang terkait dengan barang ilegal dan pelanggaran imigrasi serta detensi, deportasi, dan pengaturan pemrosesan di lepas pantai.

Selain itu, badan ini juga mempunyai mitra kerja untuk mengembangkan proil resiko berbasis intelijen di setiap dimensi kontinum perbatasan untuk melindungi keselamatan, keamanan, dan kepentingan komersial Australia.

Australian Border Force juga memiliki Strategic Border Command (Komando Strategis Perbatasan) yang memastikan koordinasi yang efektif antara penegakan hukum di perbatasan dan aktivitas operasional. Komando ini memantau segala sesuatu yang terjadi di perbatasan dan dapat dengan cepat dan efektif mengarahkan sumber daya agar pengelolaan perbatasan menjadi lebih baik.


(76)

Sementara, Maritime Border Command (Komando Perbatasan Kelautan) di Australian Border Force yang terdiri dari staf Departemen dan anggota Australian Defense Force mengkoordinasikan aktivitas keamanan kelautan sipil lintas badan. Hal ini termasuk analisis intelejen, koordinasi pengintaian dan respon di laut. Strategi ini juga mencakup bekerja sama dengan mitra kerja internasional sebagai kontrol ancaman kelautan sebelum sampai ke perbatasan Australia.

Kemampuan penyelidikan dan penegakan hukum Australian Border Force dikerahkan terhadap individu, organisasi, dan jaringan yang bertujuan membahayakan keselamatan warga Australia atau ekonomi Australia melalui ancaman, kejahatan dan pelanggaran hukum dan sistem di perbatasan. Fokus terutama diarahkan ke ancaman keamanan nasional, kejahatan perbatasan yang serius, kerentanan sistematis di sistem perdagangan dan migrasi.

Australian Border Force bekerja dengan lembaga-lembaga mitra sebagai bagian dari strategi keseluruhan Australia dan komitmen internasional khususnya di bidang keamanan nasional dan kejahatan terorganisir. Beberapa lembaga-lembaga mitra tersebut antara lain: Australian Communications and Media Authority, Australian Crime Commission, Australian Federal Police, Australian Security Intelligence Organisation, dan Australian Transaction Reports and Analysis Centre. Badan ini juga aktif dalam sejumlah inisiatif akses data internasional yang bertujuan mencegah pergerakan teroris.


(1)

Po tre t Imig ra si Ne g a ra Sa ha b a t |401

berlaku. Untuk melaksanakan fungsi tersebut ICA juga melaksanakan fungsi penegakan hukum. Fungsi penegakan hukum berada di bahwah Deputi Operasi yaitu berada di bawah Direktorat Penegakan Hukum (Enforcement). Dalam melaksanakan penegakan hukum dibentuk satuan-satuan tugas di bawah kendali Direktur Penindakan Keimigrasian. Beberapa kasus penegakan hukum dapat dilihat dari statistik yang telah dirilis oleh ICA pada tahun 2016 antara lain:  Jumlah imigran ilegal yang ditangkap pada tahun 2014

adalah 353 orang dan pada tahun 2015 adalah 310 orang;

 Jumlah overstayer yang ditangkap pada tahun 2014 adalah 1.692 orang dan pada tahun 2015 adalah 1.591 orang;

 Jumlah nelayan dan pelaut yang terdeteksi melanggar masuk wilayah negara Singapura pada tahun 2014 adalah 250 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 416 orang;

 Jumlah pemberi kerja/sponsor yang ditangkap karena melanggar Undang-Undang Keimigrasian selama tahun 2014 adalah 69 orang dan pada tahun 2015 adalah 91 orang;

 Jumlah kasus penemuan jenis barang yang dilarang masuk ke wilayah Singapura, pada tahun 2014 sebanyak 93.377 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 95.667 kasus;

 Jumlah kendaraan yang ditangkap di perbatasan karena menyelundupkan barang ilegal, pada tahun 2014 sebanyak 3 (tiga) kendaraan dan pada tahun 2015 sebanyak 1 (satu) kendaraan.


(2)

402| Po tre t Imig ra si Ne g a ra Sa ha b a t

STRUKTUR ORGANISASI ICA


(3)

(4)

(5)

(6)