MAKNA HIDUP ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MAKNA HIDUP ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun oleh :
Angela Dewa Nindra
NIM : 089114087
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014


i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. - Confusius

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
- Thomas Alva Edison

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
 Tuhan Yesus, sahabat terbaik yang menyertaiku lewat cara-Nya yang
misterius.
 Bunda Maria, bunda terbaik yang selalu melindungi dan menyertai dikala
mulai menyerah.


Mama Papa yang selalu menyemangatiku untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.

 Adikku. I don’t know what must i say, i think nothing to say. But, u’re the
only one who i have. Being better bro, i love you.
 Keluarga besar tanpa terkecuali. Terimakasih atas support dan doanya.
 Amarudin Subekti yang selalu memberiku semangat, mengingatkanku saat
aku lelah dengan skripsi ini, dan selalu menemaniku untuk
menyelesaikannya.


Terimakasih karena kalian semua sudah memberiku semangat, mengingatkanku,
dan mendoakanku. Love you all.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya

tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


Yogyakarta, 1 9 Agustus 2014
Penulis

eto

Angela Dewa Nindra

VI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MAKNA HIDUP ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA

Angela Dewa Nindra
ABSTRAK


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna hidup anak jalanan di Yogyakarta. Jenis penelitian
ini adalah studi fenomenologi yang menggambarkan makna hidup anak jalanan dari pengalaman yang
mereka jalani. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Prosedur pengambilan subjek dalam
penelitian ini berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional. Subjek dipilih dengan kriteria
tertentu, yaitu anak jalanan yang berusia 13-18 tahun, bekerja di jalanan minimal 1 tahun dan berdomisili di
Yogyakarta. Secara umum, hasil penelitian ini adalah ketiga subjek telah menemukan dan memenuhi
makna hidupnya dalam suatu penderitaan. Selain itu, mereka mampu memaknai kehidupannya secara baik
karena menerima keadaan mereka sebagai anak jalanan dan dapat merasakan kebahagiaan selama menjadi
anak jalanan.

Kata kunci : makna hidup, anak jalanan

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MAKNA HIDUP ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA

Angela Dewa Nindra

ABSTRACT
This study aimed to describe the meaning of life street children in Yogyakarta. This research is a
phenomenological study that illustrates the meaning of life of street children who experience them live.
Subjects in this study consists of 3 people. Making procedures subjects in this study is based on a theory or
based on the operational construct. Subjects chosen by certain criteria, namely street children aged 13-18
years, working on the streets at least 1 year and live in Yogyakarta. In general, the results of this study
were three subjects have found the meaning of life and meet in an agony. In addition, they are able to make
sense of life as well as accept their circumstances as street children and can feel happiness for becoming
street children.

Keywords: meaning of life, street children

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Angela Dewa Nindra

NIM

:0891 14087

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul

:


MAKNA HIDUP ANAK JALANAN DI YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

hak kepada

'

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

untuk

menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti
kepada saya selamatetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan yang saya buat dengan sebeirarnya.


Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 19 Agustus 2014

'

Yang menyatakan,

Angela DewaNindra

tx

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan di surga atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan orang lain.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai
2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku Dekan Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
4. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing
skripsi. Terima kasih atas semua masukan dan saran serta kritik
kepada saya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Ibu Agnes Indar Etikawati M.Si., Psikolog selaku dosen
Pembimbing Akademik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
6. Segenap staff pendidik dan pengajar Fakultas Psikologi Sanata
Dharma Yogyakarta, atas pengetahuan dan pengalaman yang
dibagikan kepada penulis.
7. Mas Gandung, Mba Nanik, Pak Gik, Mas Doni dan Mas Muji.
Terima kasih karena selalu melayani kami – kami semua dengan
baik.
8. Teman-teman Psikologi USD. Rosa, Novi, Irin, Budi, Itin, Mbak

Fitri, Ce Lia, Ce Manda, Oshin, Hesti, Anggit, dll yang tidak bisa
disebutkan semua. Terima kasih sudah memberiku semua tawa dan
bahagia. Semua kenangan tidak akan dilupakan. Someday we wil
meet again dengan STATUS yang berbeda.
9. Kak Arif, finally skripsiku selesai kak. Terima kasih udah jadi

saingan untuk nyelesein skripsi ini.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10. Teman-teman pembina pramuka Sleman.

Mbak tutik, mbak Dewi,

den baguse Pinpin dll yang tidak bisa disebutkan semua. Terima
kasih karena sudah mendorong dan menemani disaat bahagia dan
sedih.
1

l. Keluarga baru

di desa Kregan Wukirsari

Cangkringan.

Terimakasih karena kalian sudah memberi dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, penulis menerima saran dan kitik dari pembaca untuk memperbaiki skripsi
ini.

Yogyakarta, l9 Agustus 2AV
Penulis

Angela Dewa Nindra

xl

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGSESAHAN ............................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT .............................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ....................................................................... 6

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7
A. Makna Hidup .............................................................................. 7
1. Pengertian Makna Hidup ........................................................ 7
2. Logoterapi ............................................................................... 8
a. Kebebasan berkeinginan ..................................................... 8
b. Keinginan hidup bermakna ................................................. 9
c. Makna hidup ........................................................................ 10
3. Komponen Keberhasilan Makna Hidup ................................ 14
4. Penemuan Makna Hidup Melalui Penderitaan ...................... 15
5. Tahap Penemuan Makna ....................................................... 16
B. Anak Jalanan ............................................................................... 17
1. Pengertian Anak Jalanan ....................................................... 17
2. Masalah Anak Jalanan ........................................................... 18
3. Karakteristik Anak Jalanan .................................................... 20
4. Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalanan .............................. 23
C. Makna Hidup Anak Jalanan ...................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 28
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 28
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 29
C. Subjek Penelitian ........................................................................ 30
1. Kriteria subjek penelitian ....................................................... 30

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Prosedur pengambilan subjek penelitian ............................... 30
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 31
E. Metode Analisis Data ................................................................. 33
1. Organisasi Data ...................................................................... 34
2. Koding ................................................................................... 34
3. Analisis dan Interpretasi ........................................................ 34
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 37
A. Proses Penelitian ........................................................................ 37
1. Persiapan Penelitian ............................................................... 37
2. Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 38
3. Jadwal Pengambilan Data ...................................................... 38
4. Proses Analisis Data .............................................................. 39
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 39
I. Analisis Per subjek ................................................................ 40
1. Subjek 1 ............................................................................ 40
a. Profil subjek ................................................................ 40
b. Hasil wawancara ......................................................... 40
c. Kesimpulan ................................................................. 45
2. Subjek 2 ............................................................................ 46
a. Profil subjek ................................................................ 46

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Hasil wawancara ......................................................... 46
c. Kesimpulan ................................................................. 50
3. Subjek 3 ............................................................................ 51
a. Profil subjek ................................................................ 51
b. Hasil wawancara ......................................................... 51
c. Kesimpulan ................................................................. 54
II. Analisis Antar Subjek ......................................................... 55
1. Tahap Derita ....................................................................... 55
2. Tahap Penerimaan Diri ...................................................... 55
3. Tahap Penemuan Makna .................................................... 56
4. Tahap Realisasi Makna ...................................................... 57
C. Pembahasan ................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 64
A. Kesimpulan ................................................................................. 64
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 65
C. Saran ........................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 69
LAMPIRAN

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kondisi Permasalahan Anak Jalanan....................................... 19
Tabel 2. Panduan Wawancara................................................................ 32
Tabel 3. Jadwal Pengambilan Data........................................................ 38

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 1 (SS) ............72
Lampiran 2. Koding Subjek 1 (SS).................................................................... 73
Lampiran 3. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 1 (SS).....78
Lampiran 4. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 2 (GL).............80
Lampiran 5. Koding Subjek 2 (GL)....................................................................81
Lampiran 6. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 2 (GL)....86
Lampiran 7. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara Subjek 3 (HR).............88
Lampiran 8. Koding Subjek 3 (HR)................................................................... 89
Lampiran 9. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara Subjek 3 (HR)....94

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena anak jalanan merupakan pemandangan yang tidak asing lagi di
Indonesia. Keberadaan anak jalanan dapat dilihat hampir di setiap persimpangan
jalan, pasar, alun-alun kota, stasiun, terminal dan dalam bus-bus kota. Anak
jalanan adalah fenomena nyata dalam kehidupan, dimana hal tersebut dianggap
menimbulkan permasalahan sosial. Anggapan tersebut muncul karena anak
jalanan dianggap sebagai “virus sosial” yang mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar. Hal tersebut disebabkan karena anak jalanan dianggap kurang
memahami norma sosial yang berlaku didalam masyarakat. Penampilan anak
jalanan

yang

jorok,

ekonomi

keluarganya

yang

miskin,

lingkungan

pemukimannya di daerah-daerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak
mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang sering melakukan kejahatan
dan kekhasan lain anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya
sangat rendah. Ironisnya lagi, masyarakat bahkan tidak menganggap anak jalanan
sebagai manusia lazimnya. Sebab dalam anggapan masyarakat, anak jalanan
adalah anak-anak yang tidak lagi mempunyai masa depan, tidak bisa diharapkan
sebagai generasi penerus pembangunan dan tidak mempunyai manfaat bagi
masyarakat. Statusnya sebagai anak jalanan, menyebabkan anak-anak itu harus
rela dengan berbagai hinaan, cacian, makian, kekejaman, kekerasan dan
pandangan-pandangan buruk masyarakat.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Menurut Kepala Dinas Sosial DIY, Sulistyo, pada tahun 2013 jumlah anak
jalanan yang berasal dari DIY yang terdata di dinas sosial mencapai 400 anak.
Sementara yang berasal dari luar DIY diperkirakan jauh lebih banyak.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap beberapa anak jalanan di kota
Yogyakarta, anak-anak yang sering menghabiskan waktu di jalanan ini, rata-rata
adalah anak jalanan yang masih memiliki dan tinggal dengan orang tua mereka.
Bahkan, kebanyakan anak jalanan yang berada di kota ini, masih mengenyam
bangku pendidikan yang rata-rata duduk di bangku Sekolah Dasar. Jenis pekerjaan
yang dilakukan pun bervariasi, seperti pengamen, penyemir sepatu, pemulung,
kernet, pencuci kaca mobil, pekerja seks, pengemis, dan sebagainya. Tetapi
semuanya adalah pekerjaan informal dengan upah ala kadarnya, bergantung
kepada si pemberi/pemakai jasa. Namun sebagian besar pekerjaan mereka adalah
pengamen. Kesempatan untuk bermain dan tumbuh kembang sudah mulai hilang.
Kondisi seperti itu merupakan akibat dari ketidakberdayaan orang tua untuk
melindungi anaknya, sehingga anak-anak dijadikan tumpuan untuk membantu
pemenuhan kebutuhan keluarga.
Fenomena anak jalanan tersebut merupakan fenomena yang menunjukkan
sebuah situasi tidak nyaman, berkekurangan dan terpinggirkan. Anak jalanan tetap
saja bertahan dalam kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut. Melihat hasil
penelitian sebelumnya yang berjudul Aspirasi Hidup Anak Jalanan Semarang
(Pratiwi Wijayanti, 2010), anak jalanan seringkali dianggap tidak memiliki pilihan
lain selain menjadi anak jalanan, namun dibalik sosok anak jalanan ada harapan
dan keinginan untuk bisa menjadi anak normal yang mendapatkan hak-haknya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

seperti sekolah, bermain dan berkreasi. Selain itu kondisi perekonomian keluarga
anak jalanan pada umumnya berada pada taraf kurang mampu yang mendorong
anak untuk beraktivitas di jalan. Peneliti menyimpulkan ada sebuah harapan untuk
memiliki kehidupan yang lebih baik. Aspirasi sesungguhnya didasari oleh
kebutuhan dasar manusia untuk berprestasi yaitu kebutuhan untuk mewujudkan
keinginan dan berbuat yang lebih baik dari keadaan sekarang.
Anak jalanan, yang juga sebagai seorang manusia memiliki kebebasan untuk
mengambil sikap terhadap pilihan hidupnya (Koeswara, 1992). Pilihan hidup yang
mereka ambil harus menjadi konsekuensi dalam hidupnya untuk bertahan. Bekerja
merupakan salah satu cara untuk bertahan hidup. Seorang manusia dalam
menjalani hidup memiliki alasan mengapa mereka bertahan, begitu juga dengan
anak jalanan. Segala macam anggapan dan gunjingan terhadap keberadaan mereka
tidak mengubah atau menghambat sikap mereka terhadap pilihan hidupnya
menjadi anak jalanan. Hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama
dan keinginan setiap orang dalam hidupnya, baik itu bermakna bagi diri sendiri
dan bagi sesama manusia.
Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) hidup merupakan sebuah tugas.
Manusia hidup membawa suatu misi yang diemban. Misi tersebut adalah wujud
manusia bertanggung jawab terhadap hidupnya karena dengan bertanggung jawab
manusia melakukan tindakan konkrit sebagai jawaban atas misi yang dibawanya.
Proses penemuan makna hidup bukanlah merupakan suatu perjalanan yang mudah
bagi anak jalanan, perjalanan untuk dapat menemukan apa saja yang dapat
diambil dari perjalanan mereka selama ini, serta sikap bagaimana yang diberikan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

terhadap ketentuan atau nasib yang bisa mereka rubah, yang kesemuanya itu tak
lepas dari hal-hal apa saja yang diinginkan selama menjalani kehidupan, serta
kendala apa saja yang dihadapi oleh mereka dalam mencapai makna hidup.
Bastaman (1996) memaparkan beberapa tahap yang harus dilalui seseorang dalam
menemukan dan memenuhi makna hidup dalam suatu penderitaan, yaitu tahap
derita, tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna hidup, dan tahap realisasi
makna.
Berdasarkan teori-teori di atas, penulis tertarik untuk mengekplorasi
pemaknaan hidup pada anak jalanan yang memang identik dengan penderitaan
dalam kehidupannya. Penulis ingin melihat gambaran pemaknaan mereka
terhadap hidupnya. Frankl (dalam Schultz, 1991) mengemukakan bahwa makna
hidup atau arti hidup merupakan hal yang mendasar. Frankl percaya bahwa arti
dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Tanpa
arti untuk kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan hidup.
Melihat hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Makna Hidup Waria
(Sheila Sitarani Safitri, 2008) yang menyimpulkan bahwa ketiga subjeknya sudah
dapat menemukan makna hidupnya melalui pemenuhan ketiga nilai dalam
Logoterapi yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman dan nilai sikap. Dimana nilai
kreatif

ditunjukkan

dengan

mencintai

pekerjaannya.

Nilai

pengalaman

ditunjukkan dengan percaya akan Tuhan dan agamanya dan nilai sikap
ditunjukkan dengan menerima dengan tabah musibah yang dialami. Hal yang
sangat kuat terungkap pada ketiga subjek adalah mereka yakin bahwa
kewariaannya merupakan kodrat dari Tuhan yang harus diterima, disyukuri dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

dijalani. Disini menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk
menentukan tujuan hidupnya dan memaknai segala pengalaman dan peristiwa
dalam hidupnya termasuk penderitaan. Sebuah penderitaan jika dipandang sebagai
sesuatu yang penuh makna maka orang-orang yang hidupnya menderita akan
mempunyai hidup yang penuh gairah dan mereka berusaha mempertahankan
kelangsungannya. Sebuah penderitaan jika tidak dimaknai maka orang-orang
miskin itu akan merasakan hidup yang kosong, tanpa tujuan dan maksud. Selain
itu, penelitian sejenis mengungkap tentang Makna Hidup Buruh Gendong
(Frederik Herwindra, 2010) yang menunjukkan hasil bahwa ketiga subjek telah
menemukan makna hidup melalui pemenuhan ketiga nilai Logoterapi Victor
Frankl dalam penderitaan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang mengungkap tentang
pemenuhan ketiga nilai Logoterapi dalam penderitaan yaitu nilai kreatif, nilai
bersikap dan nilai pengalaman. Pada penelitian ini peneliti ingin mengungkap
tentang makna hidup anak jalanan, dimana dipaparkan beberapa tahap yang harus
dilalui anak jalanan dalam menemukan dan memenuhi makna hidupnya dalam
suatu penderitaan karena melalui penderitaan diharapkan anak jalanan dapat
mengisi dan memperoleh makna hidupnya, karena hidup dapat dipenuhi tidak
hanya dengan mencipta dan menikmati tapi juga melalui penderitaan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran makna hidup anak jalanan di
Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah diatas, maka secara umum tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan makna hidup anak jalanan di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
memperkaya teori mengenai Makna Hidup Anak Jalanan Di Yogyakarta.
Dengan pengetahuan ini, diharapkan juga dapat meningkatkan segala hal
yang berhubungan dengan Makna Hidup Anak Jalanan Di Yogyakarta.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pihak yang memiliki jiwa sosial dari kalangan pribadi, instansi pemerintah
atau swasta atau sebagainya, khususnya berkaitan dengan problematika
anak jalanan.

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Makna Hidup
1.

Pengertian Makna Hidup
Teori makna hidup dikemukakan oleh Viktor Frankl dalam wadah ilmu yang

bernama Logoterapi (Schultz, 1991). Logoterapi merupakan salah satu cabang
dalam Psikologi Eksistensial yang berkonsentrasi mengenai makna dari eksistensi
manusia dalam kebutuhannya akan makna, serta teknik-teknik penyembuhan dan
mengurangi atau meringankan penderitaan akibat kegagalan dalam menemukan
makna hidupnya. Frankl, memahami makna hidup berarti hal-hal yang
memberikan arti khusus bagi seseorang yang apabila dipenuhi akan menyebabkan
kehidupan dirasakan penting dan berharga, sehingga akan menimbulkan perasaan
bahagia dan dapat ditemukan dalam setiap kehidupan.
Makna hidup seseorang bermula dari adanya sebuah visi kehidupan, harapan
dalam hidup dan adanya alasan mengapa seseorang harus tetap hidup. Frankl
(Bastaman, 2007) mengemukakan bahwa makna hidup bersifat unik dan berbeda
setiap individu bahkan dalam setiap keadaan. Saat bermakna yang berarti bagi
seseorang belum tentu bagi orang lain, tidak dapat diberikan oleh siapapun,
melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri oleh individu tersebut. Makna hidup
melampaui intelektualitas manusia sehingga makna tidak dapat dicapai hanya
dengan proses akal atau usaha intelektual. Pencapaian ditunjukkan melalui
tindakan komitmen yang berasal dari pusat kepribadian individu dan dilandaskan

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

pada keberadaan total individu. Adanya tindakan komitmen individu, dapat
menjawab tantangan yang ada sehingga jawaban tersebut memberikan makna
pada hidup individu (Schultz, 1991).
2.

Logoterapi
Logoterapi memiliki tiga landasan filsafat (Bastaman, 2007) yaitu kebebasan

berkeinginan (The Freedom of Will), keinginan akan makna (The Will to Meaning) dan
makna hidup (The Meaning of Life). Kebebasan berkeinginan mengarah pada kebebasan
kita pada sebagai individu untuk memilih reaksi terhadap kondisi yang ada di luar kita.
Keinginan akan makna menunjuk bahwa kita memiliki kehendak untuk menjadikan hidup
kita bermakna dan menjadi motivasi kita dalam menjalani kehidupan. Semakin kita
mampu mengatasi diri kita, semakin kita menjadi manusia seutuhnya. Makna hidup
sendiri mengarah pada kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar kita dapat
mengembangkan dan mengaktualisasi potensi-potensi serta kapasitas yang dimiliki dan
terhadap seberapa jauh kita telah mencapai tujuan-tujuan hidup, dalam rangka memberi
makna kepada kehidupan kita. Hanya dalam cara ini kita benar-benar menjadi diri kita
(Schultz, 1991).

a.

Kebebasan berkeinginan (The Freedom of Will)
Kebebasan yang dimaksud merupakan kebebasan dalam batas-batas.
Menurut Bastaman (2007), manusia tidak mungkin bebas dari kondisi-kondisi
biologis, psikologis dan sosial, jadi yang dimaksud bukan bebas dari
kondisi-kondisi tersebut. Konsep kebebasan yang dimaksud juga merupakan
kebebasan yang bertanggung jawab terhadap pilihannya atas realisasi
nilai-nilai dan pemenuhan makna bagi dirinya. Meskipun kita tunduk pada
kondisi-kondisi dari luar yang mempengaruhi kita, namun kita tetap bebas

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

memilih reaksi dan sikap kita terhadap kondisi-kondisi ini. Kita tidak dapat
mengendalikan kekuatan dan kondisi yang ada di luar diri kita, tetapi kita
memiliki kebebasan untuk bersikap terhadap dunia luar dan terhadap diri kita
sendiri dalam mengatasi kekuatan luar tersebut. Manusia memiliki
kemampuan dan kebebasan untuk mengubah kondisi hidupnya guna meraih
kehidupan yang lebih berkualitas. Tentu saja kebebasan yang dimiliki ini
harus disertai dengan tanggung jawab yang besar (Bastaman, 2007). Pada saat
anak jalanan mendapat tekanan dari masyarakat bukan berarti akhir dari
segalanya. Anak jalanan bebas memilih sikap dan reaksi yang dimiliki atas
kondisi yang berasal dari luar dirinya. Menjadi anak jalanan bukan suatu
keinginan akan tetapi suatu keadaan dan mereka tidak dapat menolak hal
tersebut.
b.

Keinginan akan makna (The Will to Meaning)
Setiap individu pasti menginginkan dirinya menjadi individu yang berguna
bagi orang lain, dicintai dan mencintai orang lain, bertanggung jawab atas
dirinya sendiri, mempunyai cita-cita dan tujuan hidup yang penting dan jelas
yang akan diperjuangkan dengan penuh semangat, dan memiliki sebuah
tujuan hidup yang menjadi arahan segala kegiatannya. Setiap individu juga
pasti tidak akan menginginkan menjadi individu yang tidak berguna, tidak
memiliki tujuan dan arah hidup yang jelas, tidak mengetahui apa yang
diinginkan dan dilakukannya. Sedikit dari banyaknya keinginan manusia ini
menurut Bastaman (2007) menggambarkan hasrat yang paling mendasar dari
setiap individu yaitu hasrat atau keinginan untuk hidup bermakna. Bila

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

terpenuhi akan merasa bahagia, kehidupan terasa berguna, berharga dan
berarti dan sebaliknya apabila tidak terpenuhi maka akan menyebabkan
kehidupan yang dirasa tidak berarti.
Hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi mendasar setiap
individu. Hasrat ini juga mendorong individu untuk melakukan berbagai
kegiatan, bekerja, berkarya dan berkreativitas. Seorang individu akan
menjalani aktivitasnya dengan semangat apabila individu tersebut merasa
hidupnya bermakna dan karena individu tersebut memiliki tujuan hidup yang
jelas serta alasan mengapa individu tersebut harus tetap bertahan hidup.
Meskipun dalam perjalanan kehidupannya individu tersebut mengalami
hambatan dan penderitaan, ia akan berusaha menghayati penderitaan tersebut
sehingga dapat menemukan hikmah dari penderitaan yang dialaminya.
c.

Makna hidup (The Meaning of Life)
Makna hidup adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting,
dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat
dijadikan tujuan hidupnya (Bastaman, 1995) manusia bisa (berpeluang)
menemukan makna hidup atau membuat hidupnya bermakna sampai
nafasnya yang terakhir. Bila itu berhasil dilakukan dan dipenuhi akan
menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya
akan menimbulkan perasaan bahagia.
Makna hidup tidak dapat diciptakan oleh orang lain, hanya individu itu
sendiri yang dapat menemukan makna hidup untuk dirinya sendiri. Dalam
makna hidup juga terkandung tujuan hidup yakni hal-hal yang perlu dicapai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

dan dipenuhi. Maka dari itu makna dan tujuan hidup merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berkaitan (Bastaman, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa makna
hidup bermula dari adanya sebuah visi kehidupan, harapan dalam hidup dan
adanya alasan mengapa seseorang harus tetap hidup. Makna hidup dapat
ditemukan dalam keadaan bahagia, tak menyenangkan ataupun dalam
penderitaan, karena makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri.
Individu bisa menemukan makna dari hidupnya, dengan merealisasikan
3 nilai yang ada (Bastaman, 2007), yaitu :
1) Nilai-nilai kreatif (creative values)
Nilai-nilai kreatif yaitu kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta
melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung
jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi
terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya
merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui karya dan kerja
kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna.
Bekerja itu dapat menimbulkan makna dalam hidup, secara nyata dapat kita
alami sendiri apabila kita adalah seorang yang telah lama tak berhasil
mendapat pekerjaan, kemudian seorang teman menawari suatu pekerjaan.
Kalaupun gajinya ternyata tidak terlalu besar, besar kemungkinan kita akan
menerima tawaran itu, karena kita akan merasa berarti dengan memiliki
pekerjaan daripada tidak memiliki sama sekali. Sehubungan dengan itu perlu
dijelaskan pula bahwa pekerjaan hanyalah merupakan sarana yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna
hidup; makna hidup tidak terletak pada pekerjaan, tetapi lebih bergantung
pada pribadi yang bersangkutan, dalam hal ini sikap positif dan mencintai
pekerjaan itu serta cara bekerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada
pekerjaannya. Nilai kreatif yang direalisasikan dalam bentuk aktivitas kerja
menghasilkan sumbangan bagi masyarakat. Komunitas atau masyarakat pada
dasarnya mengantarkan individu pada penemuan makna (Bastaman, 2007).
2) Nilai-nilai pengalaman (experiential values)
Yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan,
keindahan, keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan
meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak
sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang
diyakininya atau ada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar usianya
untuk menekuni suatu cabang seni tertentu. Cinta kasih dapat menjadikan
pula seseorang menghayati perasaan berarti dalam hidupnya. Dengan
mencintai dan merasa dicintai, seseorang akan merasakan hidupnya penuh
dengan pengalaman hidup yang membahagiakan. Dalam hal-hal tertentu
mencintai seseorang berarti menerima sepenuhnya keadaan orang itu seperti
apa

adanya

serta

benar-benar

dapat

memahami

sedalam-dalamnya

kepribadian dengan penuh pengertian. Cinta kasih senantiasa menunjukkan
kesediaan untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya kepada orang yang
dikasihi, serta ingin menampilkan diri sebaik mungkin dihadapannya. Erich
Fromm, seorang pakar psikoanalisis modern, menyebutkan empat unsur dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

cinta kasih yang murni, yakni perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan
pengertian. Realisasi nilai pengalaman dapat dicapai melalui penerimaan diri
yang baik, keyakinan diri, perasaan emosi positif, serta meningkatkan ibadah
melalui realisasi nilai-nilai yang berasal dari agama maupun yang berasal dari
filsafat hidup yang sekuler (Bastaman, 2007).
3) Nilai-nilai bersikap (attitudinal values)
Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian
segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit
yang tak dapat disembuhkan, kematian dan menjelang kematian, setelah
segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. Perlu dijelaskan disini
dalam hal ini yang diubah bukan keadaannya, melainkan sikap yang diambil
dalam menghadapi keadaan itu. Ini berarti apabila menghadapi keadaan yang
tak mungkin diubah atau dihindari, sikap yang tepatlah yang masih dapat
dikembangkan. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal tragis
yang tak mungkin dielakkan lagi dapat mengubah pandangan kita dari yang
semula diwarnai penderitaan semata-mata menjadi pandangan yang mampu
melihat makna dan hikmah dari penderitaan itu. Penderitaan memang dapat
memberikan makna dan guna apabila kita dapat mengubah sikap terhadap
penderitaan itu menjadi lebih baik lagi. Ini berarti bahwa dalam keadaan
bagaimanapun (sakit, nista, dosa, bahkan maut) arti hidup masih tetap dapat
ditemukan, asalkan saja dapat mengambil sikap yang dapat mengambil
sikap yang tepat dalam menghadapinya. Realisasi tersebut melalui
penyikapan terhadap apa yang terjadi seperti ikhlas dan tawakal, perasaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

bangga pada diri, optimis, serta dapat mengambil hikmah dari setiap
peristiwa.

3.

Komponen Keberhasilan Kebermaknaan Hidup
Menurut Bastaman, ada 6 (enam) komponen yang menentukan keberhasilan

seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna
menjadi hidup bermakna. Keenam komponen tersebut antara lain yaitu:
a.

Pemahaman diri (self insight), yakni meningkatnya kesadaran atas
buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan
perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Individu memiliki
kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat terhadap segala peristiwa,
baik yang tragis maupun yang sempurna.

b.

Makna hidup (the meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat
berarti bagi kehidupan pribadi yang berfungi sebagai tujuan yang harus
dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya.

c.

Pengubahan sikap (changing attitude), yakni pengubahan sikap dari yang
semula bersikap negatif dan tidak tepat menjadi mampu bersikap positif
dan lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah
yang tak terelakkan. Seringkali bukan peristiwanya yang membuat
individu merasa sedih dan terluka, namun karena sikap negatif dalam
menghadapi peristiwa tersebut.

d.

Keikatan diri (self commitment), yakni komitmen individu terhadap
makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Komitmen yang kuat akan membawa individu pada pencapaian makna
hidup yang lebih mendalam.
e.

Kegiatan terarah (directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan
secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensipotensi (bakat,
kemampuan dan keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi
antarpribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

f.

Dukungan sosial (social support), yakni hadirnya seseorang atau
sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi
bantuan pada saat-saat diperlukan.

4.

Penemuan Makna Hidup Melalui Penderitaan
Menurut Frankl dalam buku Djamaludin Ancok (2006), hidup yang bermakna

tidak hanya dapat ditemui melalui perbuatan, tetapi juga melalui pengalaman
hidup sehari-hari, misalnya melalui pertemuan dengan hal-hal yang indah, dengan
kebaikan dan kebenaran, dan yang tak kalah pentingnya adalah melalui pertemuan
dengan orang lain, dengan segala keunikannya. Bahkan dalam situasi yang
membuat seseorang kehilangan kreativitas dan daya penerimaannya, ia masih
dapat menemukan makna hidupnya. Dengan kata lain, ketika seseorang
dihadapkan dengan nasib, dengan situasi yang tidak ada harapannya ia masih
memiliki kesempatan untuk menemukan makna hidupnya, dan itu adalah makna
dari penderitaan. Melalui penderitaan diharapkan manusia dapat mengisi dan
memperoleh makna hidupnya, karena hidup dapat dipenuhi tidak hanya dengan
mencipta dan menikmati tapi juga melalui penderitaan. Dengan demikian, yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

terpenting dalam menghadapi penderitaan yang tidak dapat diubah atau dihindari
adalah bagaimana kita memberi makna terhadap penderitaaan, dan hal ini terlihat
dari sikap kita dalam menerimanya. Sikap dalam menghadapi penderitaan seperti
inilah yang akan membuka gerbang menuju hidup yang lebih bermakna.

5.

Tahap-tahap Penemuan Makna
Bastaman (1996) memaparkan beberapa tahap yang harus dilalui seseorang

dalam menemukan dan memenuhi makna hidupnya dalam suatu penderitaan,
yaitu:
a.

Tahap derita, yaitu pengalaman tragis dan penghayatan hidup tanpa
makna. Suatu peristiwa tragis dalam hidup seseorang dapat menimbulkan
penghayatan hidup tanpa makna yang ditandai dengan perasaan hampa,
gersang, apatis, bosan, dan merasa tidak lagi memiliki tujuan hidup.
Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan
minat, sedangkan apatis adalah ketidakmampuan seseorang untuk
mengambil prakarsa.

b.

Tahap penerimaan diri, individu mulai menerima apa yang terjadi pada
hidupnya, pemahaman diri, dan terjadinya perubahan sikap. Munculnya
kesadaran diri biasanya didorong oleh beraneka ragam sebab. Misalnya,
karena perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat
pendangan dari seseorang, hasil do’a dan ibadah, belajar dari orang lain,
dan lain-lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

c.

17

Tahap penemuan makna hidup. Tahap ini ditandai dengan penyadaran
individu akan nilai-nilai berharga yang sangat penting dalam hidupnya.
Hal-hal yang dianggap berharga dan penting itu mungkin saja berupa
nilai- nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap.

d.

Tahap realisasi (keikatan diri, kegiatan terarah dan pemenuhan makna
hidup). Pada tahap ini, individu akan mengalami semangat dan gairah
dalam hidupnya, kemudian secara sadar melakukan keikatan diri (self
commitment) untuk melakukan kegiatan nyata yang lebih terarah guna
memenuhi makna hidupnya.

B. Anak Jalanan
1.

Pengertian Anak Jalanan
Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Secara

khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian
besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak
jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga
yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran
keluarganya. Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong, pemulung,
tukang semir, pelacur anak dan pengais sampah. Tidak jarang menghadapi resiko
kecelakaan lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan
lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur jalanan, khususnya seks
bebas dan penyalahgunaan obat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

Dalam buku “Intervensi Psikososial” (Depsos, 2001:20), anak jalanan adalah
anak yang berusia sekitar 5-18 tahun yang sebagian besar menghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
umum lainnya.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
“anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan
phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan
hidupnya

yang

terkadang

mendapat

tekanan

fisik

atau

mental

dari

lingkungannya.”

2.

Masalah Anak jalanan
Menurut Rochatun dalam skripsinya yang berjudul Eksploitasi Anak Jalanan

sebagai Pengemis di Simpang Lima Semarang menunjukkan bahwa masalah anak
jalanan adalah merupakan fenomena yang biasa terjadi di kota-kota besar. Untuk
bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras, anak-anak jalanan biasanya
melakukan pekerjaan di sektor informal, baik legal maupun ilegal seperti
pedagang asongan di kereta api dan bus kota, menjajakan koran, menyemir sepatu,
mencari barang bekas atau sampah, mengamen di perempatan lampu merah,
tukang lap mobil, dan tidak jarang pula anak-anak yang terlibat pada jenis
pekerjaan berbau kriminal seperti mengompas, mencuri, bahkan menjadi bagian
dari komplotan perampok.
Anak-anak yang hidup di jalan, mereka bukan saja rawan dari ancaman

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

tertabrak kendaraan, tetapi acap kali juga rentan terhadap serangan penyakit akibat
cuaca yng tidak bersahabat atau kondisi lingkungan yang buruk seperti tempat
pembuangan sampah. Sekitar 90% lebih anak jalanan biasanya sudah lazim
terkena penyakit pusing-pusing, batuk, pilek dan sesak nafas. Ironisnya, meskipun
sebagian besar anak jalanan acap kali terserang penyakit, tetapi hanya sedikit yang
tersentuh pelayanan kesehatan (Suyanto, 2010).
Sejumlah studi menemukan, anak-anak jalanan yang kecil biasanya sering
dipalak oleh anak yang sudah besar. Selain itu para preman disekitarnya juga tak
segan merampas barang dagangan atau meminta uang. Misalnya kalangan anak
jalanan yang bekerja sebagai pengemis bis kota mereka biasanya diatur oleh
seorang preman di jurusan mana mereka dibolehkan bekerja, dan jurusan mana
pula yang tidak dibolehkan. Anak-anak jalanan yang bekerja sebagai pedagang
Koran, terkadang juga tidak luput sebagai objek pengompasan preman (Suyanto,
2010).
Berikut tabel 1 merangkum permasalahan anak jalanan yang berkaitan dengan
aspek dan berbagai macam permasalahan yang dihadapi:
Tabel 1
Kondisi Permasalahan Anak Jalanan
Aspek
Pendidikan
Intimidasi
Penyalahgunaan
aditif dan obat-obatan
Kesehatan
Tempat tinggal

Permasalahan yang dihadapi
Sebagian besar tidak berpendidikan atau
pendidikannya rendah.
Menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan
yang lebih dewasa, kelompok lain, petugas, dan
razia
zat Ngelem minuman keras, pil dan sejenisnya
Rentang penyakit kulit, paru-paru, dan gonorhoe
 Tinggal bersama orangtua atau tidak tinggal

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Resiko kerja
Hubungan
keluarga
Kejahatan

3.

20

bersama orangtua.
 Umumnya di sembarang tempat atau di
tempat kumuh
Tertabrak alat-alat transportasi
dengan Umumnya renggang bahkan sama sekali tidak
terhubung dengan keluarga
 Dianggap virus sosial oleh masyarakat
 Terlibat kriminal

Karakteristik Anak Jalanan
Dalam buku "Intervensi Psikososial" (Depsos, 2001: 23-24), indikator anak

jalanan adalah :
a.

Usia dibawah 18 tahun

b.

Orientasi hubungan dengan keluarganya adalah hubungan yang sekedarnya,
tidak ada komunikasi yang rutin diantara mereka;
1) Ada yang sama sekali tidak berhubungan dengan keluarganya.
2) Masih ada hubungan sosial secara teratur minimal dalam arti bertemu
sekali setiap hari.
3) Masih ada kontak dengan keluarganya, namun tidak teratur.

c.

Orientasi waktu
Orientasi waktu mereka adalah masa kini dan waktu yang dihabiskan di
jalanan lebih dari 4 jam setiap harinya.

d.

Orientasi tempat tinggal
1) Tinggal bersama orangtuanya.
2) Tinggal dengan teman-teman sekelompoknya.
3) Tidak mempunyai tempat tinggal, tidur disembarang tempat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

e.

21

Orientasi tempat berkumpul mereka adalah tempat-tempat yang kumuh, kotor,
banyak makanan sisa, tempat berkumpulnya orang-orang, misalkan; terminal
bus, stasiun, pasar, perempatan jalan atau jalan raya.

f.

Orientasi aktivitas pekerjaan
Kegiatan atau aktivitas yang mereka kerjakan adalah aktivitas yang
berorientasi

pada

kemudahan

mendapatkan

uang

sekedarnya

untuk

menyambung hidup, seperti menyemir sepatu, mengamen, menjajakan koran,
kuli angkut, pemulung dan penjualan jasa.
g.

Permasalahan yang dihadapi
1) Konflik dengan kelompok lain atau teman dalam kelompok
2) Dikejar-kejar aparat
3) Korban eksploitasi sex
4) Ditolak masyarakat
5) Terlibat kriminal
6) Potensi kecelakaan lalu lintas

h.

Kebutuhan-kebutuhan anak jalanan
1) Rasa aman
2) Haus kasih sayang
3) Kebutuhan sandang pangan kesehatan

Disamping itu, yayasan KKSP juga mengatakan karakteristik atau sifat-sifat
yang menonjol dari anak jalanan diantaranya adalah:
a.

Keliatan kumuh atau kotor, baik kotor tubuh maupun kotor pakaian.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b.

22

Memandang orang lain yang tidak hidup di jalanan sebagai orang yang dapat
dimintai uang.

c.

Mandiri artinya anak-anak tidak terlalu menggantungkan hidup terutama
dalam hal tempat tidur dan makan.

d.

Mimik wajah yang selalu memelas, terutama ketika berhubungan dengan
orang yang bukan dari jalanan. Anak-anak tidak memiliki rasa takut untuk
berinteraksi dan berbicara dengan siapapun selama di jalanan.

e.

Malas untuk melakukan kegiatan anak "rumahan" misalnya jadwal tidur
selalu tidak beraturan, mandi, membersihkan badan, gosok gigi, menyisir
rambut, mencuci pakaian dan menyimpan pakaian.
Karakteristik Umum Anak Jalanan
a. Tidak berpendidikan atau pendidikannya rendah
b. Liar
c. Kasar
d. Pemahaman norma rendah
e. Daya konsentrasi rendah
f. Tidak memperhatikan kesehatan-kebersihan
g. Mudah tersinggung
h. Mudah putus asa dan cepat murung
Dari uraian karakteristik dan sifat anak jalanan diatas, menunjukkan

bahwa arah tujuan mereka tidak jelas yang disebabkan oleh karena tidak jelasnya
makna hidup dan tidak jelasnya visi kehidupan bersama. Untuk menghindari
terbentuknya masyarakat yang seperti ini diperlukan adanya visi yang baik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

tentang tujuan hidup. Tujuan hidup ini bisa dicapai bila pendidikan anak bangsa
sejak dini menekankan pada makna hidup yang baik.

4.

Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalanan
Rata-rata anak jalanan di lokasi penelitian mengaku pergi ke jalan merupakan

keinginan sendiri. Namun motif ini bukanlah semata-mata timbul dari dalam diri
mereka melainkan juga didorong oleh faktor lingkungan. Dari hasil penelitian
Tauran (2000), penyebab anak jalanan turun ke jalan sebagai berikut:
a. Semata-mata menopang kehidupan ekonomi keluarga
b. Mencari kompensasi dari kurangnya perhatian keluarga
c. Sekedar mencari tambahan uang saku.
Penyebab tipe pertama, anak jalanan pergi ke jalan karena kondisi keluarga
yang tidak stabil dan mereka diposisikan sebagai tulang